Anda di halaman 1dari 2

Sirat Tanda Waktu

Oleh: Pena Akara

Kata melipat huruf di mata itu


lembut dan syahduh, ketika
embun berjingkat malu-malu

Pagi yang menelanjangi cahaya,


dalam kidung fajar yang turun
sejengkal dari pelipis puisi ini

Kalimat menggigil pada tanya;


selesaikah engkau bermandi
ayat-ayat tangis yang tertempel
di atas huruf-huruf rumawi?

Di sana megenta terang merangkak,


lambat menaiki batas-batas bentala
hingga detak mencengkram hitam
usai maut mencincang aksara

Engkau masih berdiri anggun


antara metafora berlapiskan tinta,
angin kau paksa menjadi gaun indah
untuk tubuh yang menyala merah

Harusnya engkau masih setia


sebagai elegi, sepanjang sungai
yang di belah oleh Ampera!

DARAT, Sumatera Selatan.


Sabtu, 4 Maret 2023.
Tentang Penulis

Pena Akara
Aku terlahir di tahun krisis moneter Agustus 1996 silam. Hidup bersama keluarga sederhana
antara padatnya hutan rimba. Aku berdiri di bumi Sumatera, di kelilingi bayangan pohon
petuah serta panas terik surya. Transit dari kampung halaman ke desa seberang kalimat,
untuk mencari napas bertahan hidup. Tak ada gelar pendidikan tertuliskan di Sekolah Dasar
yang belum sempat aku selesaikan.

Aku hanya seorang berotak aksara, bertulang kata, bernyawa frasa, bertangan pena, berjari
rasa, berdarah tinta, bernamakan –Pena Akara– Aku cacat pengetahuan, bahkan asing dari
dunia luar kepala. Kertas teman terbaik yang bersekutu dengan jiwa air mata.

Maka bait adalah rumah untuk diriku berpulang, kala rasa tak terucap dan terungkap dari
getirnya semesta fana.

Untuk berakrab dengan Pena Akara, kamu bisa berkunjung ke:

Instagram : @Penaakara.id
Email : Penaakara.id@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai