Anda di halaman 1dari 9

VII.

ANAMNESIS & PEMERIKSAAN FISIK ORGAN GENITAL DAN


NEFRO URINARIUS

A. ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK SISTEM NU


a. Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa dapat melakukan anamnesis terarah sistem Nefro-Urinarius (NU)
2. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan fisik umum dan lokal akibat gangguan sistem NU
b. Pendahuluan
Untuk menegakkan diagnosis kelainan pada sistem urinarius, seorang dokter harus dapat
melakukan pemeriksaan dasar dengan seksama dan sistematis. Kelainan-kelainan pada sistem
urinarius mempunyai kaitan erat dengan organ-organ lain serta seringkali memberikan
manifestasi klinis pada keadaan umum sehingga pasien dengan kelainan tersebut harus dihadapi
secara keseluruhan baik anamnesis maupun pemeriksaan fisik.
c. Anamnesis
1. Identitas pasien
Identitas pasien merupakan salah satu komponen penting pada anamnesis karena identitas
tersebut dapat mengarahkan diagnosis berdasarkan epidemiologinya.
2. Keluhan-keluhan pada gangguan sistema urinarius
a) Nyeri
1) Nyeri ginjal adalah nyeri yang terjadi akibat regangan kapsul ginjal yang biasanya
sifatnya terlokalisir di area sudut kostovertebra. Nyeri ini dapat terjadi karena infeksi
(glomerulonefritis atau pielonefritis) akut yang menimbulkan edema, obstruksi
saluran kemih (batu atau tumor) yang mengakibatkan hidronefrosis atau tumor ginjal.
2) Nyeri kolik terjadi akibat spasme otot polos ureter karena peristaltiknya terhambat
oleh batu, bekuan darah atau benda asing lainnya. Nyeri ini sangat sakit, dirasakan
hilang timbul dan biasanya menjalar dari sudut kosto-vertebra ke dinding depan
abdomen, regio inguinal, testis bahkan dapat sampai ke tungkai bawah.
3) Nyeri vesika adalah nyeri akibat distensi vesika urinaria yang dirasakan di daerah
supra pubik akibat keradangan atau retensio.
4) Nyeri prostat disebabkan oleh adanya keradangan atau abses yang dirasakan di
area perineum sampai ke daerah lumbosakral.
5) Nyeri testis adalah nyeri pada daerah testis yang seringkali dirasakan hingga
abdomen. Nyeri akut dan tajam sering terjadi akibat trauma, torsio testis atau
epididimitis/orkitis akut. Sedangkan nyeri tumpul dapat disebabkan oleh varikokel.
6) Nyeri penis adalah nyeri pada daerah penis yang biasanya didapatkan pada
parafimosis, dan keradangan pada glans penis. Sedangkan nyeri pada saat ereksi
disebabkan oleh penyakit peyronie’s atau priapismus.
b) Keluhan miksi
1) Urgensi adalah rasa sangat ingin kencing akibat hiperaktivitas atau iritasi vesika.
Biasanya disebabkan oleh keradangan, obstruksi atau neurogenik bladder.
2) Hesitansi adalah sulit untuk memulai kencing sehingga perlu mengejan. Biasanya
terjadi akibat obstruksi infravesika (batu, tumor saluran kemih/prostate).
3) Pancaran melemah/mengecil pancaran melemah merupakan gejala obstruksi
infravesika, sedangkan pancaran mengecil dan deras menunjukkan adanya
penyempitan uretra (striktur).
4) Terminal dribbling adalah didapatkannya tetesan-tetesan urin pada akhir miksi yang
disebabkan oleh obstruksi infravesika.
5) Intermitensi adalah terputus-putusnya pancaran urin pada saat miksi yang
merupakan gejala obstrusi atau gangguan nerogenik.
6) Residual urin adalah masih terasa ada sisa urin yang belum tuntas setelah miksi
(dapat terlihat dengan pemeriksaan radiografi).
7) Retensio urin adalah ketidakmampuan vesika untuk mengeluarkan urin yang telah
melampaui batas maksimalnya.
8) Polakisuria/frekuensi adalah peningkatan signifikan frekuensi kencing karena iritasi
vesika urinaria (perlu dibedakan dengan poliuri dari volume urin).
9) Poliuria adalah peningkatan frekuensi dan volume urin.
10) Disuria adalah perasaan nyeri saat kencing karena iritasi pada vesiak urinaria.
11) Enuresis adalah keluarnya urin secara tidak disadari pada saat tidur. Jika terjadi
pada usia lebih dari 5 tahun merupakan keadaan patologis.
12) Inkontinensia urin adalah ketidakmampuan seseorang untuk menahan urin yang
keluar dari vesika baik disadari maupun tidak disadari. Terdapat beberapa macam
inkontinensia urin, yaitu paradoksa inkontinensia yang keluar pada saat vesika penuh
(akibat obstruksi infravesika), stress inkontinensia yang keluar pada saat tekanan
intra abdominal meningkat (akibat kelemahan otot panggul), urge inkontinensia yang
keluar pada saat ingin kencing (akibat sistitis atau neurogenik) dan true inkontinensia
(pada fistula vesiko/ureto-vagina, ureter ektopik atau kerusakan sfinkter eksterna).
13) Nokturia adalah frekuensi kencing yang sering pada malam hari karena iritasi
vesika.
14) Anuria/oliguria adalah minimalnya produksi urin (anuria pada dewasa < 200 ml/hari
sedangkan oliguria pada dewasa < 600 ml/hari). Keadaan ini dapat disebabkan oleh
faktor prerenal, renal dan postrenal.
15) Kiluria adalah urin berwarna putih seperti cairan limfe.
16) Hematuria adalah didapatkan darah di dalam urin. Keadaan ini harus dibedakan
dengan bloody urethral discharge yaitu keluarnya darah dari metaus uretra eksterna
tanpa melalui proses miksi. Hematuria dapat terjadi pada awal miksi yang
mengindikasikan adanya lesi pada uretra anterior (hematuri inisial), keseluruhan
proses miksi yang mengindikasikan adanya lesi pada vesika atau saluran kemih di
atasnya (hematuri total) dan akhir proses miksi yang menunjukkan adanya lesi pada
area prostat (hematuri terminal).
17) Pneumaturi adalah adanya udara yang tercampur saat miksi. Keadaan ini dapat
terjadi pada pasien diabetes atau fistula rekto-vesika.
18) Cloudy urin adalah urin keruh dan berbau busuk akibat infeksi saluran kemih.
19) Hematospermia adalah adanya darah pada ejakulat akibat adanya keradangan pada
prostat atau vesika seminalis. Hematospermia inisial menunjukkan adanya gangguan
pada prostat sengkan hematospermia terminal menunjukkan adanya gangguan di
vesika seminalis.
3. Keluhan umum yang dirasakan
a) Bengkak
Bengkak biasanya terjadi pada kedua tungkai atau di wajah (pelupuk mata) dan jarang
terjadi di perut. Keadaan ini dapat terjadi karena kegagalan fungsi ginjal mengeluarkan
cairan, kehilangan protein, kelebihan intake garam atau pengehntian obat-obatan
diuretik. Edema juga dapat terjadi pada salah satu tungkai yang menunjukkan adanya
obstruksi pada aliran limfatik yang mungkin terjadi akibat keganasan.
b) Gangguan sistemik lain
1) Pucat biasanya terjadi pada gagal ginjal kronik karena kegagalan fungsi ginjal
menghasilkan eritropoetin.
2) Penurunan berat badan dapat terjadi karena adanya keganasan atau gagal ginjal
kronik.
3) Sesak biasanya terjadi karena adanya timbunan cairan, gangguan keseimbangan
asam basa atau anemia.
4) Hipertensi dapat terjadi akibat gangguan system renin angiotensin-aldosteron.
5) Keluhan uremia seperti badan lemas dan gangguan gastrointestinal (mual dan nafsu
makan menurun)
6) Demam terjadi pada infeksi.
4. Riwayat penyakit lain, riwayat penyakit dahulu dan riwayat penyakit keluarga
a) Riwayat penyakit lain/riwayat penyakit dahulu yang pernah diderita sangat penting untuk
diketahui mengingat gangguan ginjal seringkali berkaitan dengan penyakit sistemik lain
seperti hipertensi, diabetes mellitus, gangguan kronis hepar atau faringitis (infeksi
streptokokal).
b) Riwayat penyakit keluarga terutama berkaitan dengan penyakit infeksi. Riwayat penyakit
keluarga perlu diketahui mengingat seperti halnya pada penyakit IMS, infeksi saluran
kemih seringkali sulit disembuhkan karena adanya fenomena ping-pong pada pasangan
suami istri. Kehidupan seksual juga perlu diketahui, seperti pada pengantin baru yang
sering menderita honeymoon cystitis.
d. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
a. Ukur tinggi dan berat badan pasien.
b. Periksa tanda-tanda vital pasien meliputi tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu
tubuh.
c. Periksa konjungtiva dan sklera mata pasien (anemis/tidak dan ikterik/tidak).
d. Adakah edema pada wajah, tungkai bawah atau seluruh tubuh (anasarka). Jika terdapat
edema, tekan/cubit menggunakan jari untuk menentukan pitting atau non-pitting edema.
2. Pemeriksaan spesifik
Pemeriksaan fisik spesifik pada saluran kemih menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan
pemeriksaan fisik abdomen mengingat organ-organnya terletak intraabdomen.

Persiapan harus dilakukan baik untuk pemeriksa dan pasien. Posisikan pasien telentang di
atas meja pemeriksaan senyaman mungkin. Posisikan pemeriksa di sebelah kanan pasien.
Bantu pasiem membuka pakaiannya agar lapangan pandang pemeriksa terbuka.

a. Inspeksi abdomen secara keseluruhan. Perhatikan ada tidaknya perubahan pada bentuk
abdomen. Perut buncit yang simetris biasanya menunjukkan adanya cairan
intraabdominal/asites (sudah dipelajari). Sedangkan perut buncit asimetris biasanya
disebabkan oleh adanya pembesaran organ intraabdominal.
1) Ginjal
Perut buncit asimetris pada upper abdomen mungkin dapat disebabkan oleh adanya
kelainan ginjal seperti tumor wilms atau ginjal polikistik.
2) Vesika urinaria
Perut membuncit pada hipogastrik dapat disebabkan oleh distensi vesika urinaria.
b. Palpasi dapat dilakukan dengan menggunakan kedua tangan (bimanual) atau satu
tangan (monomanual). Pastikan tangan hangat agar memberikan kenyamanan kepada
pasien. Pastikan keadaan hepar dan lien untuk mempermudah pemeriksaan ginjal.
1) Ginjal kanan
Tangan kiri pemeriksa diletakkan di bagian posterior tubuh sedemikian rupa
sehingga ujung jari telunjuk berada di sudut kostovertebra untuk mempresentasikan
ginjal dengan cara mendorongnya ke depan. Tangan lainnya diletakkan di dinding
anterior abdomen tepat di bawah kosta. Pasien diminta untuk inspirasi dalam
kemudian raba ballottement ginjal di antara kedua tangan. Perhatikan permukaan,
ukuran, bentuk, konsistensi dan ada tidaknya rasa nyeri pada perabaan.
2) Ginjal kiri
Posisikan diri di sebelah kiri penderita. Gunakan tangan kanan untuk
mempresentasikan ginjal dan tangan kiri untuk meraba. Lakukan seperti pada
palpasi ginjal kanan.
3) Vesika urinaria
Raba hipogastrik dengan menggunakan tangan kanan kanan. Rasakan ballottement
vesika urinaria. Palpasi dapat menimbulkan rasa nyeri pada vesika urinaria yang
penuh.
c. Perkusi dapat dilakukan pada pasien dalam keadaan terlentang dan telungkup.
1) Ginjal
Perkusi pada ginjal terutama bertujuan untuk mengetahui adanya nyeri ketok.
Pemeriksaan ini dilakukan dalam posisi telungkup.
a) Letakkan satu tangan sedemikian rupa sehingga jari kelingking sejajar dengan
costae terakhir, sedangkan ujung-ujung jari di sudut kostovertebra. Kemudian
ketok dengan jari tengah tangan lainnya. Adanya rasa nyeri menunjukkan
adanya keadaan patologis ginjal.
b) Apabila tidak timbul nyeri cobalah gunakan kepalan tangan untuk menumbuhkan
nyeri ketok ginjal. Posisikan tangan kiri seperti pada perkusi, kemudian pukul
tangan tersebut menggunakan sisi unler tangan kanan dengan hati-hati.
2) Vesika urinaria
Perkusi pada vesika urinaria merupakan bagian dari perkusi abdomen secara
keseluruhan. Lakukan perkusi dari area umbilikus ke arah distal menuju
hipogastrium. Vesika yang terisi menimbulkan suara pekak. Terdengarnya suara
redup menunjukkan adanya massa padat.
d. Auskultasi upper quadrant abdomen dapat terdengar bruit sistole pada penderita
dengan stenosis arteri renalis atau malformasi arteriovena.

B. PEMERIKSAAN GENITALIA EKSTERNA


a. Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan fisik normal genitalia eksterna pria dan wanita
2. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan fisik kelainan-kelainan genitalia eksterna pria dan
wanita
b. Pendahuluan
Pemeriksaan fisik genitalia termasuk prosedur rutin yang harus dikerjakan pada penderita
dengan indikasi kelainan genitalia dan traktus urinarius segmen distal. Pada modul ini hanya
akan dijelaskan pemeriksaan genetalia eksterna pria dan wanita karena pemeriksaan fisik
genitalia interna akan dijelaskan pada pembahasan reproduksi. Sedangkan pemeriksaan Rectal
Toucher untuk pemeriksaan prostate telah dijelaskan pada pembahasan digestif.
c. Anamnesis
Anamnesis untuk gangguan-gangguan genitalia bukanlah hal yang mudah karena berkaitan
dengan privasi seseorang, yaitu kehidupan seksualnya. Karena itu untuk mendapatkan informasi
yang akurat, anamnesis harus dilakukan dengan tenang, hati-hati, mudah dimengerti dan harus
dijaga kerahasiaannya.
1. Identitas
Identitas pasien merupakan salah satu komponen penting pada anamnesis karena identitas
tersebut dapat mengarahkan diagnosis berdasarkan epidemiologinya.
2. Keluhan pada kelainan genetalia
Sebagian besar keluhan-keluhan pada kelainan genitalia hampir sama dengan gangguan
pada saluran kemih bagian bawah karena letaknya yang sangat berdekatan (pada pria
menjadi satu saluran), seperti gangguan pada saat berkemih dan nyeri perut bagian bawah.
Keluhan lain yang sering muncul adalah:
a) Duh tubuh
Terjadi karena adanya infeksi pada genitalia baik pria dan wanita baik infeksi spesifik
maupun nonspesifik dan perlu dibedakan kekentalannya untuk membantu mengarahkan
diagnosis
b) Keluhan pada penis
1) Bengkak dapat terjadi karena adanya keradangan atau obstruksi pada vena-vena di
sekitar penis
2) Luka dapat disebabkan oleh sifilis, chancroid, limfogranuloma venereum dan herpes
genitalis
3) Benjolan dapat disebabkan oleh adanya neoplasma kulit, sifilis atau kondiloma
akuminata
4) Kemerahan dan nyeri sering terjadi akibat proses infeksi
c) Keluhan pada skrotum
1) Buah zakar membesar dapat disebabkan oleh tumor testis, hidrokel, spermatokel,
hematokel atau hernia skrotalis.
2) Buah zakar merah dan nyeri dapat disebabkan oleh orchitis atau abses skrotum.
3) Buah zakar teraba berkelok-kelok disebabkan oleh varikokel.
4) Buah zakar di luar kantong disebut dengan kriptorkismus.
d) Keluhan pada vulvovagina
1) Bengkak disertai rasa nyeri seringkali menunjukkan adanya bartolinitis
2) Luka dapat disebabkan oleh sifilis, ulkus mole dan herpes genitalis
3) Benjolan dapat disebabkan oleh neoplasma kulit, sifilis, kondiloma akuminata
e) Keluhan pada inguinal
Keluhan pada inguinal berkaitan dengan pembesaran kelenjar getah bening atau adanya
hernia yang mungkin disertai dengan rasa nyeri dan tanda-tanda keradangan lainnya.
3. Keadaan umum dan keluhan lain yang dirasakan
a) Demam
b) Komplikasi IMS seperti erupsi kulit, nyeri sendi, gangguan haid atau gangguan kehamilan
c) Pembesaran kelenjar getah bening regional atau general
4. Pengobatan yang telah diberikan
Perlu diketahui pengobatan apa yang telah diberikan untuk pasien sebelumnya baik topical
maupun sistemik dengan penekanan pada antibiotika.
5. Riwayat seksual
a) Kontak seksual baik di dalam maupun di luar pernikahan
b) Kontak seksual dengan pasangan setelah mengalami gejala
c) Frekuensi dan jenis kontak seksual (homo atau hetero)
d) Cara melakukan hubungan seksual (genitogenital, orogenital atau anogenital)
6. Riwayat penyakit dahulu dan riwayat penyakit keluarga
d. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
a) Periksa tanda-tanda vital pasien meliputi tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu
tubuh.
b) Adakah lesi pada kulit, mata, mulut atau selaput lendir lainnya.
2. Pemeriksaan spesifik
Pemeriksaan fisik spesifik pada genitalia eksterna pada pria meliputi pemeriksaan inguinal,
perineum, penis dan skrotum sedangkan pada wanita meliputi inguinal, perineum, labia
mayora dan minora dan vagina.
a) Persiapan
Pada pemeriksan genitalia pasien diposisikan tidur telentang di atas meja pemeriksaan
senyaman mungkin. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan pasien. Untuk pemeriksaan
vulvo-vagina pasien diposisikan litotomi dan pemeriksa berada di distal pasien. Bantu
pasien melepaskan pakaian sehingga lapang pandang pemeriksaan terbuka. Lakukan
pemeriksaan menggunakan sarung tangan steril dengan prinsip bersih
b) Pemeriksaan inguinal
1) Inspeksi daerah inguinal untuk melihat adanya massa, atau tanda-tanda keradangan.
2) Palpasi daerah inguinal untuk menentukan adanya massa. Jika ada, tentukan
jumlah, ukuran, konsistensi, mobilitas, permukaan, batas dan rasa nyeri.
3) Auskultasi dilakukan pada kasus hernia untuk menentukan adanya peristaltik usus.
c) Pemeriksaan perineum
1) Inspeksi daerah perineum dan pubis, amati adanya edema, pedikulosis atau lesi kulit
lainnya seperti warts, vesikel, erosi dan ulkus.
2) Palpasi daerah perineum untuk menentukan adanya massa atau lesi kulit. Jika
terdapat massa catat sifatnya meliputi jumlah, ukuran, konsistensi, mobilitas,
permukaan, batas dan rasa nyeri. Jika terdapat lesi kulit catat sifatnya meliputi
jumlah, bentuk, permukaan, tepi dan warnanya.
d) Pemeriksaan penis
1) Inspeksi penis dari pangkal sampai dengan ujung penis.
- Amati batang penis, adakah pembengkakan, tanda-tanda keradangan atau lesi
kulit lainnya. Jika terdapat lesi kulit catat sifatnya.
- Pada pasien yang tidak disirkumsisi, tarik kulit ke proksimal semaksimal mungkin
untuk melihat adanya balanitis, postitis, warts atau tumor. Perhatikan juga
daerah sulkus koronarius untuk melihat adanya lesi dan hygiene pasien
- Inspeksi glans penis dan permukaan dalam kulit di atasnya untuk melihat adanya
lesi kulit.
- Buka glans penis dengan cara dijepit menggunakan ibu jari dan telunjuk pada
posisi jam 6 dan 12 kemudian inspeksi adanya stenosis meatal atau lesi
intrauretral seperti warts.
- Inspeksi meatus eksterna uretra untuk mengetahui adanya meatitis, duh tubuh,
lesi atau kelainan kongenital seperti hipospadia atau epispadia. Jika terdapat duh
tubuh, catat sifatnya meliputi konsistensi, warna, bau dan volumenya. Jika tidak
ditemukan duh tubuh, uretra dipijat dengan hati-hati dari pangkal sampai ke
meatus untuk memastikan adanya sekret.
2) Palpasi jika terdapat lesi atau massa dan catat sifatnya.
e) Pemeriksaan skrotum
1) Inspeksi skrotum apakah terdapat asimetri, eritema atau lesi seperti kista,
hemangioma dan massa lainnya
2) Palpasi skrotum dengan hati-hati untuk menentukan ukuran, rasa nyeri, indurasi atau
massa padat
3) Transiluminasi dilakukan di ruang gelap untuk menentukan isi dari skrotum. Letakkan
sumber cahaya di belakang skrotum. Amati bagian depan skrotum. Cahaya akan
ditransmisikan dengan baik melalui struktur kista jinak (hidrokel atau spermatokel)
tetapi tidak melalui massa padat (tumor atau massa hernia)
4) Auskultasi dilakukan untuk menentukan isi skrotum dengan mendengar ada/tidaknya
peristaltik usus.
PENILAIAN PEMERIKSAAN RECTAL TOUCHE

NamaMahasiswa : …………………………..
NIM : …………………………..

Nilai Bobot
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
1 Menyapa pasien dengan ramah, memperkenalkan diri dan 1
menanyakan identitas pasien.
2 Menjelaskan dan meminta persetujuan kepada pasien 1
tentang tindakan yang akan dilakukan.
3 Mintalah pasien mengosongkan kandung kemih. 1
4 Menjaga privasi pasien (menutup jendela/pintu). 1
5 Membantu dan mempersilahkan pasien untuk berbaring 1
dengan posisi yang benar.
6 Meminta pasien untuk menurunkan pakaian dalam (celana), 1
hingga regio analis terlihat jelas.
7 Mencuci tangan sesuai prosedur dan menggunakan sarung 2
tangan steril.
8 Inspeksi batang penis, adakah pembengkakan, tanda-tanda 2
peradangan atau lesi kulit lainnya. Jika terdapat lesi kulit
catat sifatnya. Perhatikan juga daerah sulkus koronarius
untuk melihat adanya lesi dan hygiene pasien
9 Inspeksi glans penis dan permukaan dalam kulit di atasnya 1
untuk melihat adanya lesi kulit .
10 Inspeksi meatus eksterna uretra untuk mengetahui adanya 1
meatitis, duh tubuh, lesi atau kelainan kongenital seperti
hipospadia atau epispadia. Jika terdapat duh tubuh, catat
sifatnya.
11 Inspeksi dan palpasi skrotum untuk menentukan 2
ada/tidaknya lesi
12 Melakukan transiluminasi skrotum 2

13 Menjelaskan ke pasien bahwa selanjutnya akan dilakukan 1


pemeriksaan RT
14 Menggunakan pelumas secukupnya pada tangan kanan 1

15 Inspeksi regio analis, perineum dan perianal: menilai adanya 2


kelainan(abses, luka, hemoroid, sikatriks, fistula, fissura,
massa, dll)
16 Meminta pasien tenang, meletakkan ujung jari telunjuk 2
kanan pada anal orificium dan menekan dengan lembut
sampai sfingter relaksasi. Kemudian memfleksikan ujung
jari dan memasukkan jari perlahan-lahan sampai sebagian
besar jari berada di dalam canalis analis.
17 Palpasi daerah canalis analis, menilai adanya kelainan 2
18 Menilai tonus sfingter ani (kekuatannya). 2
19 Menilai ampula rekti kolaps atau tidak. 2
20 Menilai struktur dalam rektum: Mukosa rektum (licin atau 2
tidak)
21 Jika teraba massa, deskripsikan: lokasi (arah jam), massa di 2
intra atau ekstra lumen, konsistensi, permukaan (kasar atau
halus), nyeri tekan.
22 Pemeriksaan khusus 2
 Prostat : Menilai sulcus mediana, permukaan prostate
(halus atau bernodul), konsistensi (elastis, keras,
lembut, fluktuan), nyeri tekan/tidak, polus superior
teraba/tidak.
 Uterus dan adneksa : Memeriksa dan nilai kavum
Douglas pada forniks posterior vagina
23 Menilai bulbus cavernosus refleks (BCR) 2
24 Mengeluarkan jari telunjuk dari rectum, memperhatikan 2
apakah pada sarung tangan terdapat bekas feses, darah, dan
lendir.
25 Membersihkan pasien dengan larutan antiseptik di sekitar 2
regio analis.
26 Cuci tangan yang masih memakai sarung tangan dengan air 2
mengalir
27 Melepas sarung tangan dan meletakkan pada wadah yang 1
disediakan
28 Mencuci tangan sesuai prosedur. 1
39 Memberitahu pasien bahwa pemeriksaan sudah selesai dan 1
mempersilahkan pasien untuk duduk di tempat yang sudah
disediakan.

Keterangan :
0 = tidakdilakukan Purwokerto
1 = dilakukan, tetapikurang sempurna Penguji,
2 = dilakukandengan sempurna

………………………...

Anda mungkin juga menyukai