Anda di halaman 1dari 4

Gejala Obstruksi

Normalnya, relaksasi sfingter uretra eksternum akan diikuti pengeluaran urin. Apabila
terdapat obstruksi infravesika, awal keluarnya urine menjadi lebih lama dan sering pasien
harus mengejan untuk memulai miksi. Setelah urine keluar, seringkali pancarannya lemah
dan tidak jauh, bahkan urine jatuh dekat kaki pasien. Di pertengahan miksi seringkali miksi
berhenti dan kemudian memancar lagi (disebut dengan intermiten), dan miksi diakhiri dengan
perasaan masih terasa ada sisa urine didalam buli buli dengan masih keluar tetesan urine
(terminal dribbling). Apabila buli-buli tidak mampu agi mengosongkan isinya, akan terasa
nyeri pada daerah suprapubik dan diikuti dengan keinginan miksi yang sakit (urgensi). Lama
kelamaan, buli-buli isinya semakin penuh hingga keluar urin yang menetes tanpa disadari
yang dikenal sebagai inkontenensia paradoks. Obstruksi uretra karena striktura uretra anterior
biasanya ditandai dengan pncaran kecil, deras , bercabang dan kadang berputar putar.

Inkontinensia urine

Inkontenensia urine adalah ketidak mampuan seseorang untuk menahan urine yang keluar dar
buli buli, baik disadari ataupun tidak di sadari. Terdapat beberapa macam inkontenensia
urine, yaitu inkontenensia true atau continus ( urine selalu keluar ) , inkontenensia stress
(tekanan abdomen meningkat ) , inkontenensia urge ( ada keinginan untuk kencing) dan
inkontenensia paradoksa (buli-buli penuh.

c. hematuria

hematuria adalah didapatkannya darah atau sel darah merah dalam urine. Hal ini perlu
dibedakan dengan bloody uretra dischange, yaitu adanya perdarahan per uretram yang keluar
tanpa proses miksi. Porsi hematuria perlu diperhatikan apakah terjadi pada awal miksi (
hematuria inisial), seluruh prose miksi (hematuria total) atau akir miksi (hematuria terminal).
Hematuria dapat disebabkan oleh berbagai kelainan pada saluran kemih, mulai dari infeksi
higga keganasan.

d. pneumaturia

pneumaturia adalah berkemih yang tercampur dengan udara, dapat terjadi karena adanya
fistula antara buli-buli dengan usus, atau terdapat proses fermentasi glukosa menjadi gas
karbondioksidadi dalam urine, seperti pada pasien diabetes melitus.

e. hematosperma
hematospermia atau hemospermia adalah adanya darah di dalam ejukulat, biasanya
ditemukan pada pasien usia pubertas dan paling bnyak pada usia 30-40 tahun. Kurang lebih
85-90% mengeluhkan hematosperma berulang. Hematospermia paling sering disebabkan
oleh kelainan pada prostat dan vesikula seminalis. Paling banyak hematospermia tidak
diketahui penyebabnyadan dapat sembuh sendiri. Hematospermia sekunder dapat disebabkan
oleh paska biopsi prostat, adanya infeksi vesikulas seminalis atau prostat, oleh karsinoma
prostat.

f. cloudy urine

cloudu urine adalah urine berwarna keruh dan berbau busuk akibat adanya infeksi saluran
kemih.

B. pemeriksaan fisik

Disfungsi dari ginjal akan sangat berpengaruh pada semua system tubuh, maka pengkajian
secara menyeluruh sangatlah diperlukan. Selain itu pengkajian secara spesifik pada sistem
perkemihan juga sangatlah diperlukan. Kelainan-kelainan pada sistem urogenetalia dapat
dimanifetasikan sebagai keluhan sistemik, atau tidak jarang pasien pasien dengan kelainan
sistem perkemihan dapat disertai dengan penyakit penyerta yang lain. Hipertensi, edema
tungkai, dan ginekomasti dapat merupakan tanda dari kelainan pada sistem perkemian.

1. Pemeriksaan ginjal
Pada pemeriksaan ginjal, beberapa hal yang perlu diamati pada saat melakukan
inspeksi diantaranya adalah adanya pembesaran pada daerah pinggang atau abdomen
sebelah atas. Pembesaran merupakan akibat dari adanya hidronefrosis atau tumor
pada daerah retroperitorial. Semestara itu untuk palpasi harus dilakukan secara
bimanual ( dengan dua tangan). Tangan kiri diletakkan pada sudut kosto-vertebra
untuk mengangkat ginjal ke atas, sedangkan tangan kanan digunakan untuk meraba
ginjal dari depan. Untuk perkusi (pemeriksaan ketok ginjal) dilakukan dengan
memberikan ketokan secara perlahan pada daerah belakang tubuh pasien, tepatnya
pada area sudutkostovertebra.
Kita mungkin bisa merasakan kutub ginjal yang bulat dan licin pada ginjal sebelah
kanan dan akan lebih sulit untuk ginjal sebelah kiri. Hal ini dikarenakan secara
anatomis ginjal kanan memiliki posisi anatomis yang lebih rendah dibandingkan
dengan ginjal sebelah kiri. Pada palpasi daerah angulus kosto vertebralis akan muncul
gejala nyeri pada pasien dengan penyakit renal.

2. Pemeriksaan buli-buli
Inspeksi dan palpasi pada buli-buli harus memperhatikan adanya benjolan atau
jaringan parut bekas irisan/operasi di suprasimfisis. Pada buli-buli normal sulit untuk
diraba. Kecuali apa bila buli-buli sudar terisi urine minimal 150ml. Adanya massa
pada daerah tersebut dapat merupakan manifestasi dari tumor ganas buli-buli atau
adanya buli-buli yang terisi penuh yang diakibatkan oleh retensi urine. Sementara itu
untuk palpasi dan perkusi digunakan untuk menentukan batas atas dari buli-buli
(vesika urinaria).

3. Pemeriksaan genetalia eksterna


Hal hal yang perlu di perhatikan pada waktu melakukan inspeksi genetalia eksterna
adalah adanya kelainan pada penis seperti mikropenis, makropenis, hiospadia, kordae,
epispadia, stenosis pada meatus uretra eksterna, fimosis, fistel uretro kutan, dan tumor
penis. Striktura uretra anterior yang berat dapat memnyebabkan fibrosis korpus
spongisium yang teraba pada palpasi disebelah ventral penis, berupa jaringan keras
yang dikenal sebagai spingofibrosis.

4. Pemeriksaan skrotum dan isinya


Pada pemeriksaan skrotum, perlu diperhatikan adanya pembesaran pada
skrotum,perasaan nyeri saat di raba, atau adanya hipoplasia pada kulit skrotum yang
sering dijumpai pada kriptokismu. Untuk membedakan antara massa kistus pada isi
skrotum dapat dilakukan pemeriksaan transiluminasi pada isi skrotum.

5. Colok dubur ( rectal toucher)


Pemeriksaan colok dubur adalah memasukkan jari telunjuk (yang sudah diberikan
pelicin) ke dalam lubang dubur. Pada pemeriksaaan ini, dinilai (1) tonus sfingter ani
dan refleks bulbokavenor (BCR), (2) adanya massa di lumen rektum, dan (3) menilai
keadaan prostat. Penilaian refleks bubo-karvenosus dinilai dengan merasakan adanya
reflek jepitan ani pada jari akibat rangsangan sakit yang diberikan pada glans penis.
Pada wanita yang sudah berkeluarga dapat dilakukan pula colok vagina untuk menilai
kemugkinan adanya kelainan pada alat kelamin wanita, seperti massa diserviks, darah
divagina, dan massa dibuli- buli.

6. Pemeriksaan neurologi
Pemeriksaan neurologi ditujukan mencari kemungkinan adanya kelainan neurologik
yang berakibat kelainan pada sistem urogenitalia, seperti lesi motor neuron atau lesi
saraf perifer yang merupakan penyebab Dri buli-buli neurogen (purnomo 2011)

Anda mungkin juga menyukai