Anda di halaman 1dari 10

ANAMNESIS PENYAKIT UROLOGI

Dwimantoro, dr., Sp.U dan Irmawan Farindra, dr., M.Si

TUJUAN
Mampu melakukan anamnesis penyakit terkait urologi.
LEARNING OBYEKTIF
1. Mahasiswa mampu mengetahui keluhan-keluhan pasien terkait urologi.
2. Mahasiswa mampu mengetahui prosedur anamnesis yang benar.
ALAT DAN BAHAN
1. Bed pasien
2. Meja dan kursi
REFERENSI
Bate’s Barbara. Guide to Physical Examination. Lippincot. 2007. Chapter 15.

TEORI

Anamnesis adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara. Anamnesis dapat


dilakukan langsung kepada pasien, yang disebut sebagai autoanamnesis, atau dilakukan
terhadap orangtua, wali, orang yang dekat dengan pasien, atau sumber lain, yang disebut
sebagai alloanamnesis.
Dalam melakukan anamnesis, pemeriksa harus berupaya agar tercipta suasana yang
kondusif agar orangtua, pengantar, atau pasiennya dapat mengemukakan keadaan pasien
dengan spontan, wajar, namun tidak berkepanjangan.
Anamnesis biasanya dilakukan dengan wawancara secara tatap muka, dan
keberhasilannya untuk sebagian besar tergantung pada kepribadian, pengalaman dan
kebijakan pemeriksa. Dalam melakukan anamnesis, diperlukan teknik komunikasi dengan
rasa empati yang tinggi dan teknik komunikasi itu terdiri atas komunikasi verbal dan non
verbal yang harus diperhatikan. Kemudian rahasia harus dipegang kuat karena pasien datang
dengan rasa kepercayaan. Bila anamnesis dilakukan dengan baik maka lebih kurang 70%
diagnosis penyakit sudah dapat ditegakkan.
Dalam penyakit genitourinaria, pasien datang ke dokter mungkin dengan keluhan : (1)
sistemik yang merupakan penyulit dari kelainan urologi, antara lain gagal ginjal (malaise,
pucat) atau demam disertai menggigil akibat infeksi/urosepsis dan (2) lokal (urologi) antara
lain nyeri akibat kelainan urogenital, keluhan miksi, disfungsi seksual, atau infertilitas.
Berikut akan kita bahas beberapa keluhan yang disebabkan oleh penyakit genitourinaria,
sehingga diharapkan dengan teknik anamnesis yang baik dapat membantu dalam
menegakkan diagnosis penyakit tersebut:

a. Nyeri
Nyeri yang disebabkan oleh kelainan yang terdapat pada organ urogenitalia dirasakan
sebagai nyeri lokal yaitu nyeri yang dirasakan di sekitar organ itu sendiri, atau berupa
referred pain yaitu nyeri yang dirasakan jauh dari tempat organ yang sakit. Sebagai contoh
nyeri lokal pada kelainan ginjal dapat dirasakan di daerah sudut kostovertebra dan nyeri
akibat kolik ureter yang dirasakan hingga ke daerah inguinal, testis, dan ke tungkai bawah.
Di bidang urologi banyak dijumpai bermacam-macam nyeri yang dikeluhkan oleh pasien
sewaktu datang ke tempat praktek, yaitu:
Nyeri ginjal : akibat regangan kapsul ginjal yang terjadi karena pielonefritis akut yang
menimbulkan edema, obstruksi saluran kemih yang mengakibatkan hidronefrosis, atau tumor
ginjal.

 Nyeri kolik : akibat spasme otot polos ureter karena gerakan peristaltiknya terhambat
oleh batu, bekuan darah, dan lainnya. Nyeri terasa sangat sakit, hilang timbul sesuai
dengan gerakan peristaltik ureter. Pertama-tama dirasakan di daerah sudut
kostovertebra kemudian menjalar ke dinding depan abdomen, ke regio inguinal, hingga
ke daerah kemaluan. Tidak jarang nyeri kolik diikuti dengan keluhan pada organ
pencernaan seperti mual dan muntah
 Nyeri vesika : dirasakan di daerah suprasimfisis. Terjadi akibat overdistensi buli-buli
yang mengalami retensi urine atau terdapat inflamasi pad buli-buli. Inflamasi buli
dirasakan sebagai perasaan kurang nyaman di daerah suprapubik. Nyeri muncul ketika
buli terisi penuh dan nyeri berkurang pada saat selesai miksi. Tidak jarang pasien
sistitis merasa nyeri yang sangat hebat seperti ditusuk-tusuk pada akhir miksi dan
kadang kala disertai dengan hematuri.
 Nyeri prostat : umumnya disebabkan inflamasi yang mengakibatkan edema kelenjar
prostat dan distensi kapsul prostat. Lokasi nyeri akibat inflamasi ini sulit untuk
ditentukan tetapi pada umumnya dapat dirasakan pada abdomen bawah, inguinal,
perineal, lumbosakral, atau nyeri rektum. Sering diikuti dengan keluhan miksi berupa
frekuensi, disuria, bahkan retensi urine.
 Nyeri testis / epididimis : nyeri pada daerah kantong skrotum dapat berasal dari nyeri
akibat kelainan di kantong skrotum (nyeri primer) atau nyeri (refered pain) yang
berasal dari organ di luar kantong skrotum. Nyeri testis dirasakan hingga ke daerah
abdomen sehingga dikacaukan dengan nyeri karena kelainan organ abdominal. Begitu
pula nyeri akibat inflamasi pada ginjal dan inguinal, seringkali dirasakan di daerah
skrotum. Nyeri tumpul di sekitar testis dapat disebabkan karena varikokel, hidrokel,
maupun tumor testis.
 Nyeri penis : dirasakan pada daerah penis yang sedang tidak ereksi (flaksid) biasanya
merupakan referred pain dari inflamasi pada mukosa buli-buli atau uretra, yang
terutama dirasakan pada meatus uretra eksternum. Selain itu parafimosis dan
keradangan pada prepusium maupun glans penis memberikan rasa nyeri yang terasa
pada ujung penis. Nyeri yang terjadi pada saat ereksi mungkin akibat penyakit
Peyronie atau priapismus.

b. Keluhan miksi
Keluhan yang dirasakan oleh pasien pada saat miksi meliputi Lower urinary tract symptoms
(LUTS) dan inkontinentia urine. LUTS menjadi keluhan kira- kira 40 % orang tua.
Gejalanya dibagi menjadi 2 yaitu gejala iritatif dan gejala obstruksi. Gejala LUTS dapat kita
jumpai pada penyakit Benign Prostattic Hyperplasia (BPH), kelemahan otot detrusor, infeksi
saluran kencing (ISK), prostatitis, batu pada saluran kencing, keganasan prostat atau
keganasan bulu- buli, penyakit neurologik (multiple sklerosis, spinal cord injury, cauda
equina syndrome).
Berikut akan dijelaskan keluhan yang dirasakan pasien pada saat miksi, yaitu:

Keluhan iritasi meliputi:


 Urgensi: rasa sangat ingin kencing sehingga terasa sakit. Akibat hiperititabilitas dan
hiperaktivitas buli karena inflamasi, terdapat benda asing di dalam buli, adanya
obstruksi intravesika atau karena kelainan buli nerogen.
 Frekuensi atau polakisuria : frekuensi berkemih lebih dari normal. Setiap hari orang
normal rata – rata berkemih sebanyak 5 hingga 6 kali dengan volume kurang lebih 300
ml setiap miksi. Akibat poliuria atau karena kapasitas buli yang menurun sehingga
sewaktu buli terisi pada volume yang belum mencapai kapasitasnya, rangsangan miksi
sudah terjadi.
 Nokturia : polakisuria yang terjadi pada malam hari. Pada pasien usia tua tidak jarang
terjadi peningkatan produksi urine pada malam hari karena kegagalan ginjal melakukan
konsentrasi (pemekatan urine).
 Disuria : nyeri saat miksi dan terutama disebabkan karena inflamasi pada buli-buli atau
uretra. Sering nyeri dirasakan paling sakit di sekitar meatus uretra eksternus. Disuria
yang terjadi di awal miksi biasanya berasal dari kelainan utetra dan jika terjadi pada
akhir miksi adalah kelainan pada buli-buli.

Keluhan obstruksi meliputi:


 Hesitansi : awal keluarnya urine menjadi lebih lama dan seringkali pasien harus
mengejan untuk memulai miksi.
 Pancaran keluarnya urine lemah, tidak jauh dan kecil (bahkan urine jatuh di dekat kaki
pasien)
 Intermitensi : di pertengahan miksi seringkali miksi berhenti kemudian memancar lagi /
miksi terputus-putus

 Terminal dribbling : miksi diakhiri dengan perasaan masih terasa ada sisa urine di dalam
buli (BAK tidak puas) dengan masih keluar tetesan – tetesan urine
 Enuresis : ketidakmampuan menahan miksi

Inkontinensia urine
Inkontinensia urine adalah ketidakmampuan seseorang untuk menahan miksi yang keluar
dari buli –buli baik disadari maupun tidak disadari.

c. Keluhan perubahan warna urine


 Hematuria
Hematuria adalah didapatkannya darah atau sel darah merah di dalam urine. Hal ini
perlu dibedakan dengan bloody urethral discharge atau perdarahan uretra yaitu keluar
darah dari meatus uretra eksterna tanpa melalui proses miksi. Porsi hematuria yang
keluar perlu diperhatikan apakah terjadi pada saat awal miksi (hematuria inisial), seluruh
proses miksi (hematuria total) atau akhir miksi (hematuria terminal). Dengan
memperhatikan porsi hematuria yang keluar dapat diperkirakan asal perdarahan.
Hematuri dapat disebabkan oleh berbagai kelainan pada saluran kemih tetapi mulai dari
infeksi hingga keganasan saluran kemih.
 Pneumaturia
Pneumaturia adalah berkemih tercampur dengan udara. Keadaan ini dapat terjadi karena
terdapat fistula antara buli dengan usus, atau terdapat proses fermentasi glukosa menjadi
gas CO2 di dalam urine seperti pada pasien diabetes melitus.
 Hematospermia/hemospermia : didapatkannya darah di dalam cairan ejakulat (semen).
Biasanya dialami oleh pasien pubertas dan paling banyak usia 30-40 tahun.
 Cloudy urine : urine berwarna keruh dan berbau busuk akibat akibat dari suatu infeksi
saluran kemih. Keluarnya cairan dari uretra pada laki-laki adalah yang paling banyak
menimbulkan keluhan urologi. Oranisme penyebab yang paling sering adalah Neisseria
gonorrhoeaea atau Chlamydia trachomatis. Cairan yang keluar disertai rasa terbakar saat
miksi atau rasa gatal pada uretra.

Selain akibat infeksi, pasien juga sering mengeluhkan urine yang berwarna keruh, tetapi
ini lebih sering terjadi karena alkalin, yang menyebabkan presipitasi fosfat. Urinalisis
yang tepat akan memperlihatanya penyebab dari kekeruhan tersebut.
Pergerakan aliran limfatik atau chyle, ditandai pada pasien dengan urine putih susu. Hal
tersebut menujukkan sistem fistula limfatik-urinari. Sebagian besar disebabkan oleh
obstruksi kelenjar limfe ginjal, dengan pecahnya forniceal dan rembesan. Filariasis,
trauma, tuberkulosa, dan tumor retroperitoneal dapat menyebabkan masalah ini.

d. Massa
Pasien mungkin memberitahu adanya massa yang terlihat dan teraba pada perut bagian atas
yang mungkin menunjukkan tumor ginjal, hidronefrosis, atau polikistik ginjal. Pembesaran
kelenjar limfe pada leher mungkin menunjukkan adanya metastase tumor dari prostat atau
testis. Benjolan pada selangkangan dapat menandakan adanya penyebaran tumor dari penis
atau limfadenitis, chancroid, sifilis, atau limfogranuloma venerum. Keluhan massa pada
skrotum dan isinya meliputi buah zakar membesar, terdapat bentukan berkelok kelok seperti
cacing di dalam kantong (varikokel), atau buah zakar yang tidak berada di dalam kantong
skrotum (kriptorkismus). Pembesaran pada buah zakar mungkin disebabkan oleh tumor
testis, hidrokel, spermatokel, hematokel atau hernia skrotalis.

e. Keluhan disfungsi seksual: meliputi libido menurun, kekuatan ereksi menurun, disfungsi
ereksi, ejakulasi retrograd (air mani tidak keluar pada saat ejakulasi), tidak pernah
merasakan orgasmus atau ejakulasi dini.

f. Luka yang terdapat pada glans penis atau leher penis mungkin menunjukkan adanya luka
sifilis, chancroid, herpes simpleks, atau karsinoma sel skuamosa. Tampak kelainan berupa
kutil pada penis.

PROSEDUR
Anamnesis yang baik akan terdiri dari identitas, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu, anamnesis sistem, riwayat penyakit dalam keluarga, dan riwayat
pribadi.
1. Identitas Pasien

Identitas pasien merupakan bagian yang paling penting dalam anamnesis. Identitas
diperlukan untuk memastikan bahwa pasien yang dihadapi adalah memang benar pasien
yang dimaksud, selain itu juga diperlukan untuk data penelitian , asuransi, dan lain
sebagainya.
Identitas meliputi:
 Nama lengkap pasien
 Umur atau tanggal lahir
 Jenis kelamin
 Alamat
 Pendidikan
 Pekerjaan
 Suku bangsa
 Agama.
Usia dan jenis kelamin penting ditanyakan untuk kerentanan penyakit yang berkaitan dengan
usia dan jenis kelamin tertentu, contohnya BPH. Riwayat pekerjaan juga penting untuk
menganalisis risiko penyakit. Misalnya supir, mempunyai risiko terkena penyakit batu
karena duduk secara statis dan dalam waktu yang lama.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yaitu keluhan atau gejala yang dirasakan pasien yang membawanya pergi ke
dokter untuk berobat. Keluhan utama sangat dibutuhkan dalam mengumpulan informasi
masalah. Bahkan untuk pasien yang datang hanya untuk sekedar pemeriksaan rutin. Perlu
diketahui bahwa keluhan utama tidak selalu keluhan yang pertama disampaikan oleh
orangtua pasien; hal ini terutama pada orangtua yang pendidikannya rendah, yang kurang
dapat mengemukakan esensi masalah.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Riwayat perjalan penyakit merupakan cerita yang kronologis, terinci dan jelas mengenai
keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama, sampai pasien datang berobat.
Pasien diminta menceritakan gejala-gejala yang muncul dengan kata-katanya sendiri.
Informasi tambahan tentang keluhan pasien dapat diperoleh dengan mengajukan pertanyaan
yang spesifik. Riwayat perjalanan penyakit disusun dalam bahasa Indonesia yang baik sesuai
dengan apa yang diceritakan pasien, tidak boleh menggunakan bahasa kedokteran, apalagi
melakukan interpretasi dari apa yang dikatakan oleh pasien. Dalam mewawancarai pasien
gunakanlah kalimat terbuka (kata tanya apa, mengapa, bagaimana, bilamana), bukan
kalimat tertutup/ kata tanya yang mendesak sehingga pasien hanya dapat ya dan tidak,
kecuali bila akan memperjelas sesuatu yang kurang jelas.
Dalam melakukan anamnesis , harus diusahakan mendapatkan data-data sebagai berikut:
1. Waktu dan lama keluhan berlangsung
2. Sifat dan beratnya serangan, misalnya mendadak, perlahan-lahan, terus- menerus, hilang
timbul, cenderung bertambah berat atau berkurang
3. Lokalisasi dan penyebarannya, menetap, menjalar, atau berpindah-pindah
4. Hubungan dengan waktu, misalnya pagi lebih sakit daripada siang dan sore, atau terus-
menerus tidak mengenal waktu
5. Hubungannya dengan aktifitas, misalnya bertambah berat jika melakukan aktifitas, atau
bertambah ringan jika beristirahat.
6. Keluhan-keluhan lain yang menyertai serangan, misalnya keluhan yang mendahului
serangan, atau keluahan lain yang bersamaan dengan serangan
7. Apakah keluhan pertama kali atau sudah berulang
8. Faktor risiko dan pencetus serangan , termasuk faktor-faktor yang memperberat atau
meringankan serangan.
9. Apakah ada saudara sedarah , atau teman-teman dekat yang menderita keluhan yang
sama
10. Perkembangan penyakit, kemungkinan telah terjadi komplikasi atau gejala sisa
11. Upaya yang sudah dilakukan untuk mengurangi keluhan dan bagaimana hasilnya, jenis-
jenis obat yang telah diminum oleh pasien, juga tidakan medis yang dilakukan (riwayat
pengobatan kuratif maupun preventif)
12. Apabila ada gejala LUTS tanyakan gejala iritatif dan gejala obstruksi. Gejala obstruksi :
Hesitansi (kesulitan untuk memulai berkemih), pancaran miksi lemah, intermitensi
(miksi yang terputus-putus), miksi tidak puas, menetes setelah miksi (terminal
dribbling), ketidakmampuan menahan miksi (enuresis). Gejala iritatif : frekuensi
(meningkatnya frekuensi miksi), nokturi (meningkatnya pengeluaran urin saat malam
hari), urgensi (sebuah keinginan yang kuat tiba-tiba untuk buang air kecil), disuria (nyeri
saat miksi).
Setelah semua data terkumpul, usahakan untuk membuat diagnosis sementara dan diagnosis
diferensial.

4. Riwayat penyakit dahulu


Bertujuan untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan adanya hubungan penyakit yang
pernah diderita dengan penyakit sekarang. Tanyakan pula apakah pasien pernah mengalami
kecelakaan, operasi, riwayat alergi obat dan makanan. Bila pasien pernah melakukan
berbagai pemeriksaan medis, maka harus dicatat dengan seksama, termasuk hasilnya.

5. Riwayat penyakit dalam keluarga


Penting untuk mencari kemungkinan penyakit herediter, familial , atau penyakit infeksi.
Pada penyakit kongenital perlu ditanya juga riwayat kehamilan dan kelahiran.

6. Riwayat pribadi
Riwayat pribadi meliputi data-data sosial, ekonomi, pendidikan, dan kebiasaan. Kebiasaan
pasien yang juga harus ditanyakan adalah riwayat merokok, minuman alkohol, dan
penyalahgunaan obat-obat terlarang ( Narkoba). Merokok juga bisa menjadi faktor risiko
BPH. Nokturia dapat terjadi tanpa adanya penyakit pada orang yang minum dalam jumlah
cairan yang berlebihan di malam hari, minum kopi dan minuman beralkohol.
Bila ada indikasi, riwayat perkawinan dan kebiasaan seksualnya harus ditanyakan.
Kebiasaan berganti-ganti pasangan bila mencurigai terjadi infeksi saluran kencing. Diet
sehari-hari bagaimana, bila mencurigai batu ginjal kita dapat memperkirakan jenis batu
tersebut. Aktifitas dan olahraga juga ditanyakan untuk faktor risiko penyakit batu.

CHECK LIST :
NO ASPEK PENILAIAN NILAI
0 1 2 3
1 Mengucapkan “Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh”
2 Menggunakan cairan antiseptic di tangan.
3 Mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
4 Melakukan inform consent
5 Menanyakan identitas pasien :
Nama , Umur , jenis kelamin (dicatat saja tidak perlu ditanyakan),
alamat lengkap, pekerjaan, agama dan suku bangsa
 Pastikan menggali identitas tidak terkesan interogasi tidak harus
berurutan dicari lengkap, boleh diselang-seling saat anamnesis
berlangsung
6 Menanyakan keluhan utama
Cross cek, dan Pastikan Keluhan Utama
Menanyakan keluhan lain/ tambahan

Menanyakan Riwayat Penyakit Sekarang


Menggali informasi tentang riwayat penyakit sekarang
 waktu dan lama
 sifat
 lokalisasi dan penyebaran
 hubungan dengan waktu dan aktifitas
 keluhan yang mendahului dan menyertai serangan
 keluhan muncul pertama kali/ sudah berulang
 faktor resiko dan pencetus serangan
 riwayat keluarga dengan keluhan yang sama
 perkembangan penyakit
 upaya pengobatan & hasilnya

Apabila ada keluhan mikturisi, tanyakan gejala :


 Gejala obstruksi :
Hesitansi (kesulitan untuk memulai berkemih), pancaran miksi
lemah, intermitensi (miksi yang terputus-putus), miksi tidak
puas, menetes setelah miksi (terminal dribbling),
ketidakmampuan menahan miksi (enuresis).
 Gejala iritatif :
Frekuensi (meningkatnya frekuensi miksi), nokturi
(meningkatnya pengeluaran urin saat malam hari), urgensi
(sebuah keinginan yang kuat tiba-tiba untuk buang air kecil),
disuria (nyeri saat miksi).
 Perubahan warna urine : berdarah, berawan, atau bening
 Pernah keluar batu atau tidak
7 Menanyakan riwayat penyakit dahulu (menanyakan riwayat
penyakit yang pernah di derita sebelumnya, adakah riwayat operasi,
riwayat
trauma, riwayat alergi obat dan makanan, riwayat obat-obatan yang
pernah dikonsumsi
8 Menanyakan riwayat penyakit dalam keluarga
(riwayat penyakit herediter, familial, atau penyakit infeksi dalam
keluarga)
9 Menggali informasi tentang riwayat Pribadi
(riwayat merokok, minuman alkohol, dan penyalahgunaan obat-
obat terlarang, pola diet/ kebiasaan makan dan minum, aktifitas
dan olahraga. Bila ada indikasi, riwayat perkawinan dan kebiasaan
seksualnya harus ditanyakan. Kebiasaan berganti-ganti pasangan
bila
mencurigai terjadi infeksi saluran kencing.
10 Mengucapkan terima kasih dan “Jazakumullah Khairan Katsiran”

Anda mungkin juga menyukai