Anda di halaman 1dari 3

Ratu Semut dan Kawanannya

Pada suatu malam, di tengah hutan. Ada segerombol kawanan semut yang tengah mencari
makanan. Persediaan makanan mereka hampir habis dan membuat mereka harus mencari makanan
untuk persediaan di musim hujan yang akan datang. Mereka sedang dalam perjalanan pulang kembali
ke dalam batang pohon yang menjadi kerajaan mereka.
Keadaan malam itu tidak bersahabat. Angin kencang serta petir menyilaukan mata. Tidak ada
rembulan yang memancarkan sinarnya. Juga bintang-gemintang yang bersembunyi di balik awan
hitam. Hawa dingin membuat suasana sekitar semakin mencekam.
CTAR!!
Kilauan petir kembali terlihat. Tetapi, Ratu Semut masih terlihat santai dalam memimpin
kawanannya. “Yang Mulia, apa yang harus kita lakukan sekarang? Sepertinya sebentar lagi badai
besar akan datang.” Ucap sang pengawal. “Santai saja, jangan hiraukan badai. Ingatkan pada
kawanan tetap fokus dan jangan sampai ada makanan yang tertinggal.” Balas Sang Ratu memerintah.
Kawanan semut yang saling bekerja sama menggotong makanan tetap bersemangat meski peluh
keringat sudah memenuhi pelipis mereka. Sedikit panik karena keadaan malam menunjukkan akan
ada badai yang menerjang. Tetapi berusaha mereka hiraukan demi persediaan makanan yang
melimpah.
Tanpa disadari, bulir bulir air hujan sudah turun ke permukaan. Semakin lama semakin deras
mengabsen seluruh isi hutan yang menjadi pemberhentian terakhirnya. Semua hewan yang masih
terjaga lari tunggang-langgang mencari tempat berteduh. Derasnya air hujan serta kencangnya angin
yang berhembus membuat badai besar dihutan tersebut.
Kawanan semut yang masih berjalan menuju kerajaan seketika panik mendengar deras nya air
hujan menyentuh permukaan. Ratu semut seketika berseru, “Hey jangan panik! Kita akan segera
masuk ke kerajaan jadi jangan meninggalkan secuil pun makanan kalian! Makanan itu adalah
persediaan kita selama musim hujan, mengerti?!” Ucap nya penuh keegoisan.
Kawanan semut yang masih memiliki beban tidak bebas berlari mendaki pohon tempat kerajaan
mereka berada. Sementara Sang Ratu semut serta pengawalnya sudah sampai di dalam kerajaan
tanpa membantu kawanan semut yang masih mati-matian bertahan untuk sampai ke pintu kerajaan.
Badai semakin besar, membuat Ratu Semut panik jika air hujan akan masuk ke dalam kerajaan.
Menyuruh sang pengawal untuk menutup pintu masuk dengan rapat. Melupakan kawanan semut
yang masih berada di luar.
Hari demi hari mereka jalani dengan persediaan makanan yang sangat terbatas. Dan pada
akhirnya Sang Ratu Semut serta kawanan yang berada di dalam kerajaan mati kelaparan karena
musim hujan yang masih setia menemani hutan. Tanpa di sadari sisa kawanan yang mereka kira
sudah mati terkena badai ternyata masih hidup. Kawanan semut tersebut menemukan tempat tinggal
yang cocok untuk mereka. Persediaan makanan yang melimpah membuat mereka diliputi rasa
bahagia di tengah musim hujan yang berkepanjangan.
Tamat ~
Pesan Moral :
 Jangan jadi pemimpin yang egois karena dia akan kehilangan rakyat nya.
 Serta bekerja sama lah dan saling membantu antar sesama makhluk hidup karena pasti akan
mendapatkan hasil yang melebihi ekspetasi yang dipikirkan sebelumnya.

Struktur :
Orientasi : Paragraf 1
Komplikasi : Paragraf 2-4
Klimaks : Paragraf 5-7
Resolusi : Paragraf 8-9
Koda : Paragraf 9

TAPALSG :
Tema : Kawanan semut yang bertahan hidup
Alur : Maju
Penokohan : - Ratu Semut  Antagonis ( Egois, sombong, jahat, pemarah )
- Kawanan semut  Protagonis ( Baik hati, suka menolong, pantang
menyerah, terus berusaha )
- Prajurit semut  Antagonis ( Patuh kepada Ratu Semut, jahat )
Amanat : Jangan jadi pemimpin yang egois karena dia akan kehilangan rakyat nya. Serta bekerja
sama lah dan saling membantu antar sesama makhluk hidup karena pasti akan mendapatkan hasil
yang melebihi ekspetasi yang dipikirkan sebelumnya.
Latar ( Tempat / Waktu / Suasana ) : Tempat  Hutan
Waktu  Malam hari
Suasana  Menegangkan
Sudut pandang : Orang ke – 3
Gaya bahasa / Majas : Keadaan malam itu tidak bersahabat. Angin kencang serta petir menyilaukan
mata. Tidak ada rembulan yang memancarkan sinarnya. Juga bintang-gemintang
yang bersembunyi di balik awan hitam. Hawa dingin membuat suasana sekitar
semakin mencekam. ( Majas Personifikasi )
Nama : Ulya Ramadhani Hasibuan
Kelas : VII A
`````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````

Anda mungkin juga menyukai