Anda di halaman 1dari 28

Cerita Fabel: Raja Burung Parkit (Aceh)

Burung-burung parkit itu terbang berarak. Mereka menuju hutan luas untuk mencari makanan. Tiba-tiba, mata
mereka yang mungil secara bersamaan memandang biji-bijian yang tersebar di tanah yang cokelat, berada di antara
rimbunan pohon besar. Tanpa diperintah, tubuh-tubuh kecil itu pun langsung melesat cepat menuju hamparan
makanan itu.
Saat kaki parkit-parkit itu menyentuh tanah, tiba-tiba sebuah jaring raksasa terentang dan menyergap mereka.
Parkit-parkit itu pun panik. Tubuh-tubuh kecil itu meronta-ronta dan berusaha meloloskan diri dari rangkaian
jaring yang kuat itu.
”Sakit sekali Aku tidak bisa bernapas!” pekik seekor parkit yang panik karena terjepit di antara teman-temannya.
“Tolong… tolong!” teriak salah satu parkit.
“Hai…, kawan!? Di tempat seperti ini tidak ada yang bisa menolong kita. Jadi, jangan buang tenagamu sia-sia
untuk berteriak-teriak. Saat ini yang dibutuhkan adalah siasat untuk meloloskan diri dari jaring-jaring ini,” kata
parkit yang lain.
Raja Parkit yang juga ikut terjebak dan mendengar keluhan rakyatnya berusaha menenangkan.
“Jangan panik kalian semua! Kita sedang berada di dalam perangkap. Sebentar lagi, pemburu akan datang. Ia akan
memilih burung-burung yang masih hidup. Burung yang mati akan dibuangnya. Karena itu, kita semua harus
berpura-pura mati. Nanti, setelah aku beri aba-aba, saat itulah kita akan terbang bersama-sama.”
Memang, salah satu kelebihan yang dimiliki sebagian besar bangsa burung adalah mampu berpura-pura mati
dengan cara menahan napas dalam waktu yang lama. Ini dilakukan untuk mengelabui musuh atau calon pemangsa.
Jadi, tak berapa lama kemudian, tubuh parkit-parkit itu langsung berjatuhan ke tanah. Kaku, seakan-akan telah
mati dalam waktu yang sudah lama.
“Huh, sial benar hari ini! Semua burung yang masuk dalam perangkap telah mati,” kata si pemburu. ”Burung-
burung yang mati seperti ini tidak mungkin laku dijual,” gerutunya.
Saat pemburu itu memperhatikan Raja Parkit, ia begitu tertarik dengan keindahan bulu-bulunya. Ia pun meletakkan
sang raja dalam sangkar untuk diawetkan. Karena merasa dirinya sudah diletakkan di luar jaring bersama burung-
burung yang lain, sang raja pun memberi aba-aba pada rakyatnya untuk segera terbang.
Burung-burung parkit yang terlihat kaku itu pun dengan sigap dan tangkas berubah segar dan terbang menuju
awan. Namun, sang raja lupa kalau dirinya justru berada di dalam sangkar. Jadilah ia tertinggal sendiri di dalam
sangkar.
Walaupun kaget dengan kejadian itu, si pemburu tampak sangat bahagia. Ternyata, burung yang dikaguminya
masih hidup. Si pemburu sudah tidak peduli lagi dengan ratusan burung lain yang terbang.
Tanpa buang waktu, Raja Parkit diletakkan di sangkar yang indah dan dibawa ke pasar. Sepanjang hari, Raja
Parkit bernyanyi untuk menghibur diri. Suaranya yang sangat indah membuat kagum mereka yang mendengarnya.
Si pemburu pun memasang harga yang sangat tinggi jika ada yang ingin membeli burung itu.
Keindahan suara sang Raja Parkit akhirnya terdengar oleh raja. Sang raja tidak hanya jatuh cinta pada suaranya,
tapi juga pada keindahan bulu-bulunya. Walaupun harga yang ditawarkan pemburu sangat tinggi, sang raja tetap
ingin membeli burung itu. Raja Parkit pun dibawa ke istana dan ditempatkan dalam sangkar emas.
Meski diberi tempat dan makan yang enak, Raja Parkit tetap memendam rindu pada rumah dan rakyatnya. Dari
hari ke hari, kicauannya berubah menjadi nyanyian sedih. Raja Parkit pun jatuh sakit. Ia telah kehilangan semangat
hidup. Tubuhnya melemah dan tidak lagi bernyanyi.
Melihat keadaan burung kesayangannya, sang raja pun menjadi sangat sedih. Suatu hari, ia melihat tubuh burung
itu diam tak bergerak di dalam kandangnya. Dengan perasaan tak menentu, Raja Parkit dikeluarkan dari dalam
sangkar untuk dikuburkan.
Saat jasadnya diletakkan begitu saja di atas tanah, Raja Parkit tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Meski
dengan kondisi tubuh yang lemah, ia segera terbang tinggi untuk kembali ke hutan dan menemui rakyatnya.
Sesampainya di sana, Raja Parkit pun disambut gembira.
Kisah Ikan Tongkol dan Ayam (Riau)
Zaman dahulu, di Pulau Natuna dan Anambas, semua hewan saling bersahabat, baik yang hidup di darat maupun
di laut. Di antara mereka yang berteman baik adalah bangsa ayam dan bangsa ikan tongkol.
Suatu ketika, bangsa ayam mendatangi bangsa ikan tongkol untuk mengabarkan adanya pesta dengan zikir bardah
(doa atau puji-pujian berlagu) pada malam bulan purnama.
“Kalian harus datang karena pesta sebesar ini belum tentu ada di tahun depan. Pokoknya, kalian akan rugi kalau
tidak bisa menyaksikan kemeriahannya!” seru bangsa ayam.
Mendengar berita tersebut, bangsa ikan tongkol menyambut gembira. Mereka memang sudah lama ingin
menyaksikan zikir bardah yang disertai tetabuhan rebana dari jarak dekat. Apalagi, acara tersebut berlangsung
pada saat bulan purnama, saat air laut pasang.
“Baiklah, sahabatku, kami akan datang. Terima kasih atas undangan kalian,” kata pemimpin Ikan tongkol.
“Aku pun bahagia karena kita bisa berpesta bersama di darat,” jawab bangsa ayam.
”Namun, sebelumnya aku mohon pertolongan kalian. Berkokoklah sebelum fajar menyingsing saat air laut akan
surut. Jangan sampai terlambat karena rakyatku pasti akan celaka,” pinta pemimpin Ikan tongkol.
“Tenang saja. Tanpa kau minta, kami pasti akan berkokok Jauh sebelum Matahari terbit. Itu sudah menjadi
pekerjaan kami setiap hari!” seru sang ayam meyakinkan.
Saat yang ditunggu pun akhirnya tiba. Ketika bulan purnama tiba dan air laut pasang, segerombolan ikan tongkol
berbondong-bondong menuju daratan. Air pasang membawa mereka hingga di bawah panggung tempat zikir badar
berlangsung.
Mereka terlena dengan alunan rebana, lantunan zikir, dan juga pantun. Acara terus berlangsung hingga larut
malam. Bangsa ayam tentu saja ikut larut dalam kegembiraan. Mereka pun terlena dengan kemeriahan pesta.
Semua yang hadir dalam acara tersebut baru tertidur menjelang pagi. Bisa dipastikan, mereka semua terlambat
bangun. Begitu pula dengan ikan tongkol. Mereka tentu saja terkejut karena Matahari sudah meninggi dan air laut
telah kembali surut.
Beberapa di antara mereka yang berdiam dekat dengan batu karang berlarian menuju lekuk karang yang banyak
airnya. Namun, sebagian lagi tidak bisa menuju ke tengah laut karena pantai telah mengering. Mereka pun
menggelepar-gelepar di kolong panggung tempat pesta semalam.
“Hoiii…!!! Ada ikan terdampar. Ayo, kita tangkap…” seru para nelayan.
Suara tersebut mengagetkan bangsa ayam. Mereka semua langsung terbangun.

“Celaka!!! Apa yang harus kita lakukan. Bangsa ikan tongkol pasti marah pada kita!” terlak pemimpin bangsa
ayam.
Dalam kepanikan itu, bangsa ayam pun menuju pantai. Mereka tidak tega melihat sekian banyak ikan tongkol mati
dan ditangkap manusia.
Dari arah karang, pemimpin ikan tongkol berseru, ”Hai, bangsa ayam… mana janji kalian!? Aku tidak akan pernah
memaafkan kelalaian kalian sampai kapan pun.”
“Maafkan kami.… Kalian lihat kan, kita semua terlambat bangun!” seru bangsa ayam.
Ikan tongkol sudah tidak peduli dengan permintaan maaf bangsa ayam.
“Perhatikanlah wahai bangsa ayam. Kami akan memangsa bangsa kalian sebagai balasan atas kematian rakyat
kami. Kalaupun tidak mendapatkan tubuh kalian, bulu-bulu kalian pun akan kami makan!”
Sejak saat itu, bangsa ayam bermusuhan dengan bangsa ikan tongkol. Hingga saat ini, para nelayan di Kepulauan
Natuna dan Anambas Kepulauan Riau selalu menggunakan bulu ayam jantan yang diambil dari bagian tengkuk
sebagai umpan memancing ikan tongkol di lautan.
Cerita Fabel Pendek: Kecerdikan Burung Puyuh (Bengkulu)
Pada suatu masa, manusia, hewan, dan pohon dapat saling berkomunikasi satu dengan yang lain. Saat itu jugalah
hidup seorang yang sangat kejam bernama Pak Sugeak. Ia hidupsendiri di sebuah rumah besar di pinggir hutan.
Meski kaya-raya, ia sangat serakah sehingga semua makhluk enggan berkawan dengannya.
Tidak jauh dari rumah Pak Sugeak, hiduplah seekor burung puyuh. Suatu hari, burung puyuh, yang sedang
mencari makan dengan mengais-ngais tanah mencari cacing, dikejutkan seruan Pak Sugeak.
“Pergi kau burung kecil kotor! Jangan ganggu cacing-cacing itu. Mereka sedang menggemburkan kebunku. Kalau
mereka kau makan, kau yang akan aku suruh untuk menggantikan pekerjaan cacing-cacing itu.”
Sang burung puyuh rupanya sakit hati dengan kata-kata Pak Sugeak. Tanpa berpikir lama, ia mendatangi kancil
sahabatnya yang terkenal cerdik untuk meminta nasihat.
“Cil, tingkah-laku Pak Sugeak sudah keterlaluan, dia merasa semua yang di dunia ini miliknya. Dia sudah sangat
serakah. Kita harus berbuat apa untuk menghentikannya? Biasanya, kau punya ide yang hebat, sahabatku,” kata
burung puyuh.
“Maaf, kawan. Aku rasa Pak Sugeak terlalu kuat untuk dilawan,” kata Kancil menyerah.
“Cil, tidak ada makhluk yang lebih kuat daripada Tuhan. Jadi, aku yakin pasti ada sesuatu yang bisa mengalahkan
Pak Sugeak. Itulah yang harus kita cari,” kata burung puyuh memberi keyakinan.
Sebatang pohon kopi yang berada di sana ikut bersuara. “Benar yang dikatakan burung puyuh itu. Aku juga sudah
tak tahan dijadikan tempat untuk mengikat kambing-kambingnya. Lihatlah badanku, bengkak dan lecet semua.”
“Ternyata, bukan aku saja yang sakit hati pada Pak Sugeak. Aku pikir, kita semua bisa bekerja sama untuk
melawannya,” kata puyuh lagi.
”Itulah yang sejak dulu aku pikirkan. Pak Sugeak terlalu kuat dan pintar. Walaupun kau dan aku bersatu, kita tidak
akan bisa menang,” ucap si pohon kopi yang sudah ragu.
“Kawan-kawan, bukan hanya kalian yang ingin memberi pelajaran buat Pak Sugeak. Aku juga ingin. Apalagi,
banyak temanku yang dijadikan tungku dan dijual oleh Pak Sugeak.” Kali ini si tanah liat ikut berbicara.
Si burung puyuh pun berpikir sejenak. Setelah itu, dia berseru, ”Kalau begitu, kita semua harus bersatu!”
Selanjutnya, burung puyuh mengajak ketiga temannya Itu untuk lebih mendekat. Dia ingin membisikkan sesuatu.
Setelah mendengar ide dari burung puyuh, ketiganya mengangguk setuju.
Saat hari menjelang tengah malam, mereka sudah berada di rumah Pak Sugeak. Ketika orang itu sudah tidur, si
batang kopi mengetuk pintu rumah sangat keras. Dengan mata setengah terpejam, Pak Sugeak menuruni tangga
rumah hendak membuka pintu. Ketika kakinya menyentuh anak tangga terakhir, tiba-tiba tubuh lelaki kejam itu
tergelincir karena menginjak si tanah liat licin yang dengan sengaja berada di sana.
Dengan menahan rasa sakit, Pak Sugeak mencoba untuk bangun. Namun, belum sempat berdiri, wajah Pak Sugeak
terkena hantaman kuku tangan si kancil. Akibatnya, mata kanan orang itu tidak bisa melihat. Sambil terhuyung-
huyung, ia masih berusaha mencari-cari sesuatu di dapur.
Saat itulah burung puyuh mengepakkan sayapnya dengan keras sehingga abu dapur beterbangan dan masuk ke
mata kiri Pak Sugeak. Lelaki itu pun berteriak menahan sakit. Tak lama kemudian, batang kopi datang dan
memukul tubuh Pak Sugeak dari belakang hingga jatuh terkapar.
“Apakah kau masih bisa berlaku kejam, Pak Sugeak!?” seru burung puyuh.
“Siapa kalian?” tanya Pak Sugeak.
“Kami semua adalah korban kejahatanmu,” tambah si kancil.
“Baiklah, aku minta maaf. Akan tetapi, tolong jangan sakiti aku lagi,” iba Pak Sugeak.
“Kami akan memaafkanmu, tetapi dengan satu syarat!” kata si kancil. “Apa itu?” Pak Sugeak bertanya.
“Mulai saat ini, kau harus meninggalkan tempat ini. Pindahlah ke tempat lain dan janganlah berbuat kejam lagi di
tempat barumu itu.”
“Kalau itu memang keinginan kalian, baiklah. Aku akan pergi jauh dan tidak akan mengulangi kesalahanku di
tempat yang baru,” janji Pak Sugeak.
Pagi harinya, mereka pun melihat Pak Sugeak meninggalkan rumahnya yang besar tanpa membawa harta
bendanya.
Cerita “Siput Memuji Buntut” (Bengkulu)
Di Bengkulu ada sebuah peribahasa terkenal yang berbunyi ”Siput Memuji Buntut”. Peribahasa itu adalah
perumpamaan bagi orang yang suka memuji diri sendiri, sombong, dan selalu merasa paling unggul.
Ada kisah terkenal mengenai kesombongan si kancil kepada hewan lain yang dianggapnya lemah. Kancil dikenal
sebagai hewan yang cerdik dan pintar. Selain itu, ia juga sering menolong yang lemah sehingga banyak hewan
yang mau bersahabat dengannya.
Ternyata, hal itu memupuk rasa sombong di dalam dirinya. Tanpa sadar, ia menjadi besar kepala, menganggap
dirinya paling pintar di seantero hutan. Bahkan, kadang ia meremehkan kecerdikan hewan lain yang menurutnya
lemah dan tidak berdaya.
Suatu saat, kancil bertemu dengan siput. Hewan kecil ini berjalan dengan perlahan, menikmati udara pagi yang
indah di dalam hutan. Ia ingin menghirup udara segar sepuas-puasnya. Kancil yang telah berada di sana pun
menyapanya.
”Selamat pagi, siput. Aku lihat pagi ini kau begitu kelelahan. Mungkin bebanmu teramat berat hingga jalanmu
pelan sekali. Sebaiknya, kau tinggalkan saja rumahmu itu, tidak perlulah engkau bawa ke mana-mana. Dengan
begitu, aku yakin jalanmu bisa Jadi lebih cepat.”
Siput merasa kata-kata kancil itu mengejek dirinya. “Hai, kancil, aku sudah terbiasa membawa rumahku ini. Jadi,
aku tidak pernah merasa lelah atau terbebani. Malah, aku jadi leluasa menikmati indahnya pagi dengan berjalan
santai seperti ini.”
“Itu sih alasanmu saja. Buktinya, kerjamu hanya makan dan bermalas-malasan. Itu artinya rumah itu sangat
membebanimu,“ ujar kancil lagi.
Siput tak menyangka mendapat ungkapan seperti itu dari kancil, hewan yang selama ini dihormatinya karena
pintar dan sering membantu hewan lain.
“Aku tahu, kau memang hewan paling hebat di hutan ini. Namun, itu bukan berarti kau bisa merendahkan hewan
lain,” kata siput menasihati.
”Kalau kau merasa tersinggung dengan ucapanku, buktikanlah bahwa dirimu memang hebat!”
Siput makin terkejut. Dia tidak menyangka akan mendapat perlakuan seperti itu. Mungkin semuanya telah
berubah. Kepintaran si kancil telah membuat dirinya sombong.
“Baiklah,… Karena kau meremehkanku, aku akan membuktikan bahwa kepintaranku sama dengan dirimu, bahkan
lebih. Otakku ini bahkan mungkin lebih besar daripada milikmu!” seru siput.
”Apa aku tidak salah dengar? Bayangkan kalau seisi hutan ini mendengar ucapanmu. Mereka pasti akan
menertawakanmu. Tidak ada hewan lain di sini yang bisa menandingi kecerdikanku,” kata kancil sombong.
“Engkau yang seharusnya ditertawakan. Dirimu sudah banyak berubah. Engkau bukan kancil yang dulu lagi.
Baiklah, agar kau kembali sadar dan tidak sombong, kita buktikan siapa yang terbaik. Aku akan menantangmu
untuk lomba lari,” ujar siput dengan yakin.

Kancil semakin lupa diri mendengar tantangan itu, yang baginya tidak masuk akal.
”Hei… tanpa diadu pun semua hewan tahu kalau akulah yang akan jadi pemenangnya. Namun, untuk
menghormatimu, aku akan melayani tantangan itu.”
“Besok pagi, di tempat ini, kita akan mulai bertanding. Kita akan menyusuri sungai ini sampai ke hulu di bukit
sana. Yang tiba lebih dahulu di bukit, itulah yang jadi pemenangnya, ” kata siput lagi.
Kancil pun setuju. Tak lama kemudian, ia langsung pergi meninggalkan siput.
Segera saja siput mengumpulkan teman-temannya. Mereka mengadakan rapat untuk menyusun strategi.
“Mulai sekarang, semua bergerak menyusuri pinggir sungai sampai ke garis akhir. Masing-masing siap di
tempatnya. Kalau besok kancil memanggil, siput terdekat yang akan menjawab,” begitulah uraian penutup
sebelum rapat berakhir.
Waktu yang dinantikan pun tiba. Seluruh hewan sudah datang ke tempat lomba. Siput dan kancil pun telah bersiap.
Setelah hitungan ketiga, kancil lari secepat kilat meninggalkan siput yang berjalan dengan santai. Ketika sudah
agak jauh, kancil berkata dengan lantang, “Kau pasti masih jauh di belakang karena jalanmu lamban!”
Kancil terkejut saat mendengar jawaban yang tak kalah lantang, “Aku sudah di sini, di depanmu.“
Melihat siput sudah berada di depan, emosi kancil terpancing. Ia mempercepat larinya. Ketika sudah sampai jauh
dan mulai kelelahan, kancil pun berniat beristirahat.
”Siput itu pasti masih jauh. Aku akan istirahat dulu,” kata kancil terengah-engah.
Belum sempat kancil memperlambat langkahnya, dari depan terdengar suara lagi.
”Rupanya kau kelelahan teman. Kalau mau istirahat, silakan saja. Aku akan berjalan duluan,” kata siput.
Kancil pun kaget. Ia tidak jadi beristirahat. Kancil kembali berlari sekuat tenaga sampai terjatuh karena kelelahan
dan menyerah kalah.
Pesan Cerita: Akal sehat mampu mengalahkan kepintaran yang disertai kesombongan.
Dongeng Kancil yang Licik (Bengkulu)
Seekor kancil berlari-lari kecil di Jalanan setapak di pinggir hutan. Dengan riangnya, ia bernyanyi dan menyapa
setiap hewan yang ditemui di sepanjang perjalanan. Sampailah ia di sebuah ladang yang ditumbuhi pohon
mentimun. Hari yang sangat terik membuat kancil tergoda untuk menyantap mentimun yang segar itu.
Namun, kancil harus bersabar karena Pak Tani masih berada di tengah ladang. Menjelang sore, Pak Tani akhirnya
meninggalkan ladang. Karena rasa lapar yang ditahannya sejak siang, kancil langsung masuk ke ladang dan
menyantap mentimun yang ada di sana hingga kenyang. Kancil baru kembali ke hutan saat hari menjelang malam.
”Besok, aku akan datang ke sini lagi,” pikir si kancil. Esok harinya, Pak Tani terkejut melihat ladang mentimun
miliknya rusak. “Ini tidak bisa dibiarkan. Dari bekas gigitannya, pasti hewan bergigi kecil. Aku akan memberinya
pelajaran.”
Pak Tani berkeliling ladang mencari tahu jenis hewan dan dari mana hewan itu masuk ke dalam ladang. Setelah
cukup lama menyusuri ladang, Pak Tani menemukan bekas-bekas jejak kaki hewan. Akhirnya, di dekat tempat itu,
dibuat sebuah lubang jebakan yang ditutupi dengan dedaunan.

“Malam ini, hewan itu pasti akan kembali. Namun, kali ini dia tidak akan lolos,” kata Pak Tani sembari melangkah
pulang.
Dugaan Pak Tani ternyata benar. Malam itu, kancil datang kembali melewati jalan yang sama. Tanpa rasa curiga,
ia berjalan melenggang sambil sesekali berlari-lari kecil. Ketika sampai di pinggir ladang, tiba-tiba tubuhnya
terjerembab ke dalam sebuah lubang.
“Bruukl”
Sejenak kancil tertegun dalam lubang yang gelap. Mau tak mau ia harus berpikir panjang, otak kancil segera
mencari akal. Ia pun melantunkan mantra dari dalam lubang.
“Pat-terempat esok hari akan kiamat, masuklah ke lubang agar selamat!” seru kancil dengan lantang dari dalam
lubang.
Seekor tikus yang lewat dan mendengar mantra itu langsung saja menceburkan diri ke dalam lubang tersebut.
Tidak hanya Itu. Kelinci, monyet, kambing, dan ular juga memercayai mantra tersebut dan ikut masuk ke dalam
lubang. Mereka percaya yang berada dalam lubang akan selamat saat hari kiamat.
Menjelang pagi, lubang kecil Itu sudah penuh. Tiba-tiba, mereka mencium bau yang amat busuk.
“Teman-teman, siapa di antara kalian yang kentut hingga baunya sangat mengganggu. Lubang ini terlalu sempit
untuk kita. Jadi, yang kentut harus dilempar keluar!” seru si kancil.
Semuanya yang ada di situ terdiam dan memandang satu sama lain.
“Kalau tidak ada yang mengaku, ayo kita periksa,” usul kambing yang disetujui semua hewan yang berada di situ.
Setelah diperiksa, ternyata kancil yang kentut. Akhirnya, dengan terpaksa ia dilempar ke luar lubang.
Setelah berada di luar lubang, kancil mengucapkan selamat tinggal pada teman-temannya.
“Sampai jumpa lagi, kawan-kawan. Maafkan aku yang telah menipu kalian semua. Hari ini kiamat ternyata tidak
terjadi. Jangan lupa juga sampaikan salamku untuk Pak Tani,” kata kancil sambil segera berlari kencang menuju
hutan.
Cerita Buaya yang Ingin Menyantap Gajah (Lampung)
Pak Buaya terkenal sebagai hewan yang rakus dan serakah. Setiap hari, tak kurang dari seekor kambing atau
sepuluh ekor bebek disantapnya. Hal ini tentu meresahkan hewan lain yang sering mencari makan dan minum di
pinggir sungai. Kerakusan Pak Buaya membuat mereka harus sangat hati-hati agar tidak menjadi santapannya.
Hewan-hewan yang gelisah dan merasa terancam ini pun berkumpul untuk mengadakan pertemuan. Pak Kambing
ditunjuk memimpin rapat itu. Ia dianggap lebih pintar di antara hewan lain.
“Jalan satu-satunya agar kita selamat dan hidup tenang adalah menyingkirkan Pak Buaya dari sungai,” ujar Pak
Kambing saat membuka rapat.
“Benar, Pak Kambing. Cuma kami tak tahu caranya. Apalagi, Pak Buaya sangat buas. Tak seekor hewan pun yang
berani kepadanya,” seru tupai lantang.
“Nah, untuk itulah kita semua berkumpul di sini. Masalah ini harus kita pecahkan bersama,” sahut bebek.
“Bagaimana kalau kita lawan saja? Kalau kita semua yang ada di sini bersatu untuk melawannya, Pak Buaya pasti
kalah,” usul sapi.
Pak Kambing menggelengkan kepala tanda tidak setuju.
“Kita tidak akan melawan kekerasan dengan kekerasan. Bisa-bisa, kita semua akan binasa dan mati dengan sia-
sia.”
“Benar kata Pak Kambing. Kita semua pasti akan kalah, apalagi Pak Buaya juga memiliki banyak teman. Mereka
akan menganggap kita semua sebagai hidangan pesta yang lezat,” kata bebek lagi.
Akhirnya, semua hewan yang ada di dalam rapat itu terdiam dan mulai berpikir mencari cara yang tepat untuk
mengalahkan Pak Buaya.
“Aku tahu apa yang harus kita lakukan!” seru Pak Kambing memecah keheningan.
“Ide Pak Kambing pasti cemerlang,” kata sapi tak sabar.
“Begini, kita semua tahu, Pak Buaya adalah hewan yang rakus. Namun, kita juga tahu, ia adalah hewan bodoh.
Besok, aku akan pergi ke pinggir sungai. Aku akan memintanya menemui gajah.”
“Hati-hati, jangan sampai engkau yang menjadi santapan Pak Buaya!” seru kelinci memperingatkan.

Keesokan hari, Pak Kambing pergi ke pinggir sungai untuk menjalankan idenya. Ia memang sengaja berlama-lama
menunggu kehadiran Pak Buaya sambil selalu waspada. Pak Kambing tidak ingin dirinya dijadikan santapan Pak
Buaya.
Pak Buaya akhirnya muncul dan berjalan menuju ke arah Pak Kambing. Sebelum dekat, Pak Kambing segera
menyapanya. “Hari ini kau pasti sangat lapar. Namun, kalau kau menyantapku sekarang, dirimu pasti akan
menyesal. Soalnya, aku tahu tempat hewan yang sangat besar yang bisa membuatmu kenyang dan tidak makan
selama satu minggu.”
“Oh ya, di mana itu?” Pak Buaya yang rakus memang selalu tidak sabar kalau mendengar makanan yang banyak.
“Tenang dulu, Pak Buaya. Tidak usah terburu-buru. Hewan itu bernama gajah. Ia tinggal di hulu sungai ini.
Memang agak jauh dari sini. Akan tetapi, kalau kau sudah menemukannya, aku jamin kau suka. Jumlah mereka
sangat banyak sehingga kau tidak perlu khawatir kelaparan. Kalau dibandingkan dengan yang ada di sini, jauh
sekali. Hewan di sini kecil-kecil dan jumlahnya semakin sedikit karena kau selalu memangsanya,” kata Pak
Kambing.
”Baiklah. Aku harap engkau tidak berbohong. Aku akan datang ke sana. Toh, tempat itu tidak terlalu jauh. Aku
cukup berenang selama empat hari saja. Terima kasih atas informasimu, Pak Kambing,” ujar Pak Buaya senang.
Tanpa membuang waktu, Pak Buaya berenang menuju hulu sungai. Meski belum pernah bertemu dengan gajah,
Pak Buaya sangat yakin akan menemukan hewan itu dengan mudah. Setelah menempuh perjalanan yang panjang,
Pak Buaya melihat sekelompok hewan bertubuh besar sedang minum di sungai. Wajah Pak Buaya terlihat
gembira.
“Inilah hewan yang diceritakan Pak Kambing. Mereka memang sangat besar. Sekali santap, aku pasti akan merasa
kenyang selama satu minggu,” pikir Pak Buaya.
Pak Buaya pun berjalan mendekat ke arah gajah-gajah itu. Sebelum sampai di tempat yang dituju, seekor gajah
telah melihatnya. Sadar akan bahaya yang mengancam, salah satu dari gajah yang paling besar mendekati Pak
Buaya dan menginjak Pak Buaya dengan salah satu kakinya.
Karena tidak diduga, Pak Buaya tidak sempat menghindar atau melakukan perlawanan. Pak Buaya akhirnya mati
karena tubuhnya diinjak sang gajah.
Pesan Cerita: Kebodohan bisa menyebabkan kurang perhitungan yang akhirnya dapat merugikan diri sendiri.
Cerita Fabel: Badak Pembohong (Banten)
Badak sebenarnya hewan yang baik. Ia suka berbagi makanan pada hewan lain. Sayangnya, ia sangat suka
berbohong, meskipun hal itu dilakukannya sekadar iseng. Ternyata, keisengannya ini merugikan dirinya dan
hewan lain.
Di siang hari yang terik, kambing sedang tidur-tiduran di bawah pohon besar. Suasana yang teduh dan hawa yang
sejuk membuat kambing hampir tertidur. Tiba-tiba, badak datang dan mengagetkannya.
“Hoi, kambing!!!” teriak badak lantang. “Mengapa engkau malah enak-enakan tidur di sini, sementara teman-
temanmu sedang bersusah payah memperbaiki rumahmu yang rusak tertimpa pohon!?”
Mendengar hal itu, si kambing pun terkejut. “Yang benar, badak. Waktu aku pergi, rumahku masih baik-baik
saja.”
”Kejadiannya belum begitu lama,” kata badak.
Perkataan badak yang sangat meyakinkan membuat kambing terpengaruh dan percaya. “Kalau begitu, aku harus
segera pulang. Terima kasih atas informasimu.”

Begitu kambing pergi menjauh, si badak tertawa terbahak-bahak. “Kambing itu rupanya tak tahu sedang aku
bohongi. Ha… ha… ha….”
Rupanya, si badak berbohong agar ia bisa berteduh di bawah pohon besar Itu.
Di lain waktu, ketika si badak ingin berendam di sungai, di situ ternyata sudah ada sekelompok bebek yang sedang
bermain. Si badak pun merencanakan kebohongan lain agar bisa menguasai sungai itu dan berendam dengan
leluasa.
”Hai, bebek. Berani sekali kau mandi di sungai ini. Apa kau tidak takut dimakan buaya!?” seru badak dengan
lantang dari tepi sungai.
“Mana ada buaya di sini? Kami sudah lama mandi di sungai ini dan belum pernah sekali pun bertemu buaya,”
bantah bebek.
“Buaya itu memang baru tinggal di sungai ini kemarin. Aku melihatnya sendiri. Dia tinggal di gua pinggir sungai
itu. Sekarang ia pasti sedang tidur. Kalau nanti bangun, ia pasti kelaparan dan akan memangsa kalian.”
”Benarkah begitu?” tanya bebek-bebek itu serentak.
“Terserah kalian mau percaya atau tidak. Yang penting, aku sudah memberi tahu kalian. Kalau kalian tidak
menghargai niat baikku, ya tidak apa-apa,” kata badak.
Setelah berkata demikian, si badak pun pura-pura berjalan pergi. Ia bersembunyi di balik semak-semak di tepi
sungai. Ternyata, tipuannya kali ini juga berhasil. Bebek-bebek itu keluar dari sungai dan pergi menjauh. Setelah
bebek-bebek itu tidak tampak lagi, barulah si badak keluar dari tempat persembunyian dan berendam di sungai.
Begitulah tingkah laku si badak. Hampir setiap hari ada saja hewan di hutan yang dibohongi demi kepentingannya
sendiri. Akhirnya, semakin banyak hewan yang tidak percaya lagi kepadanya.
Suatu hari, di hutan tempat badak tinggal, hujan turun dengan sangat deras. Angin pun bertiup kencang. Tidak
ketinggalan petir sambar-menyambar. Akibatnya, banyak pohon di hutan roboh. Saat hujan mengganas, badak
sedang berada di dalam gua, tempat tinggal beruang. Ia pun baru pulang ke rumah saat hujan reda.
Sesampai di depan rumah, badak sangat terkejut mendapati tempat tinggalnya hancur tertimpa pohon. Karena
panik, si badak berlari mencari bantuan kepada hewan-hewan lain di hutan. Sayangnya, mereka tidak lagi percaya
pada kata-kata si badak.
“Tolonglah, rumahku hancur tertimpa pohon. Bantu aku memperbaiki rumahku,” kata badak setengah menangis.
“Sudahlah. Biar pun kau menangis sampai air matamu habis, tak akan ada hewan di hutan ini yang percaya lagi
kepadamu,” kata kambing ketika badak mendatanginya.
Ketika badak mendatangi kerbau, jawabannya pun tak Jauh berbeda.
“Kali ini, aku tidak bohong,” kata badak meyakinkan.
“Kami sudah tidak bisa membedakan kapan kau bohong dan tidak,” kata gajah saat badak meminta tolong
kepadanya.
Lelah meminta pertolongan, si badak cuma bisa menangis. Malam itu, ia harus tidur di luar. Tubuhnya pun
kedinginan. Selain itu, besoknya ia harus membangun rumahnya sendiri, tanpa bantuan dari kawan-kawannya.
Cerita Fabel: Kijang dan Kura-kura (Jawa Tengah)
Harimau adalah raja hutan yang sangat bijaksana. Jadi, tidak mengherankan kalau semua hewan di hutan hormat
dan tunduk kepadanya. Kalau si raja ini memerintahkan sesuatu, tak ada satu hewan pun yang berani membantah.
Sebulan sekali, saat purnama muncul, semua hewan penghuni hutan diwajibkan berkumpul di padang rumput. Di
sana mereka akan membicarakan segala permasalahan yang ada di hutan itu. Biasanya, masing-masing hewan juga
membawa hadiah istimewa untuk diberikan pada si raja hutan.
Sore itu, semua hewan sedang bersiap-siap menghadiri pertemuan di padang rumput. Tidak ketinggalan pula si
kijang. Ia akan memberikan sebuah mangkuk yang indah pada raja hutan. Mangkuk itu terbuat dari tempurung
kelapa yang sangat besar.
”Harimau pasti akan suka dengan mangkuk tempurung ini. Aku rasa ini adalah tempurung terbesar yang ada di
dunia,” pikir kijang.
Dengan riang gembira, kijang berjalan menuju padang rumput sambil membawa tempurung tersebut. Pada zaman
dahulu, kijang tidak bisa berlari. Karena itu, ia sengaja berangkat lebih awal agar tidak terlambat sampai di tempat
pertemuan.

Di tengah perjalanan, kelinci memanggilnya, ”Kijang… maukah kau menolongku?”


“Dengan senang hati. Apa yang bisa kubantu, kelinci?” Kijang lalu menghampiri kelinci, sementara mangkuk
tempurung ia letakkan begitu saja di pinggir jalan.
“Aku kesulitan membungkus hadiah untuk raja hutan. Nah, kau pasti bisa melakukannya. Aku tahu kau adalah
hewan yang memiliki selera seni tinggi. Jadi, apa pun yang kau buat, pastilah hasilnya sangat bagus.” Si kelinci
pun menarik kijang masuk ke dalam rumah.
Sementara itu, di tempat lain, kura-kura sedang berlari menuju rumahnya. Ia sedang terburu-buru.
“Gawat… hari sudah sore. Aku belum menyiapkan baju untuk pertemuan nanti.”
Dulu, kura-kura terkenal sebagai hewan yang memiliki kemampuan berlari cepat karena badannya belum
bertempurung seperti sekarang. Di hutan itu, kura-kura juga terkenal sebagai hewan yang sangat modis. Pada
setiap acara yang didatangi oleh banyak hewan, ia selalu tampil dengan pakaian yang indah.
Karena berlari sangat cepat, si kura-kura tidak melihat ada tempurung besar yang diletakkan begitu saja oleh
kijang.
Brukkkk!! Si kura-kura terjatuh karena kakinya tersandung tempurung itu. Bukannya marah atau kesal, wajah
kura-kura malah terlihat ceria.
“Aha… bagus sekali tempurung ini. Akhirnya, aku menemukan pakaian yang cocok untuk kupakai buat acara
nanti.”
Kura-kura membawa tempurung itu pulang. Sesampainya di rumah, ia mengikatkan tempurung itu di atas
punggungnya.
”Hmm… pakaian ini membuatku terlihat gagah. Tapi… berat sekali ya. Kalau seperti ini, aku tidak bisa berlari
cepat ke tempat pertemuan. Tak apalah, yang penting semua hewan akan memandang kagum kepadaku.”
Di tempat lain, kelinci dan kijang sudah bersiap untuk berangkat. Begitu keluar dari rumah kelinci, kijang sangat
kaget karena tempurung yang ia bawa menghilang.
”Siapa yang tega mencuri tempurung itu?” tanya kijang menangis tersedu-sedu.
“Sudahlah… anggap hadiah ini milik kita berdua,” bujuk kelinci.
Si kijang pun setuju dan berhenti menangis.
Malam itu, padang rumput sudah dipenuhi seluruh hewan. Mereka sedang menunggu kedatangan raja hutan. Kura-
kura adalah hewan yang terakhir datang. Ia tampak gagah dengan baju barunya. Semua mata tertuju pada kura-
kura. Ya, hampir semua hewan mengagumi penampilan kura-kura malam itu, kecuali si kijang dan kelinci.
“Ternyata, kau yang mencuri tempurungku,” teriak kijang mengagetkan semua yang ada di sana.
”Enak saja. Aku menemukan tempurung ini di pinggir jalan,” bantah kura-kura.
Untunglah harimau si raja hutan segera datang.
Kijang pun segera mengadu. “Tuanku Harimau, kura-kura telah mencuri tempurung yang sebenarnya akan hamba
berikan pada tuanku sebagai hadiah. Kelinci ini sebagai saksinya, Tuanku.”
“Hamba tidak mencuri, Tuanku. Hamba menemukannya di pinggir Jalan, di depan rumah kelinci,” ujar kura-kura
membela diri.
”Apa betul begitu, kelinci?” tanya harimau menyelidiki.
“Benar, Tuanku. Kijang meninggalkan tempurung itu di depan rumah hamba karena ia masuk ke dalam rumah
untuk menolong hamba,” kata si kelinci.
”Apa kau menyukai tempurung itu kura-kura?” si raja hutan bertanya menyelidik.
“Tentu saja, Tuanku. Tempurung ini membuat hamba terlihat gagah.”
“Kalau begitu, aku akan memberikan tempurung itu untukmu. Sebagai gantinya, kemampuanmu berlari cepat akan
aku berikan pada kijang. Adil, bukan?’
Ya, sejak saat itu, kijang dapat berlari cepat, sedangkan kura-kura berjalan lambat. Tentu saja kura-kura menyesal
mengambil tempurung itu, tetapi penyesalan itu sudah terlambat dan tidak ada gunanya lagi.
Pesan Cerita: Pastikan terlebih dahulu sebelum menggunakan suatu barang.
Dongeng Dua Ekor Kambing yang Sombong (Jawa Timur)
Tak terasa sudah seharian Si Tanduk berdiri di tepi sungai. Ternyata, ia sedang berkaca di air dan mengagumi
tanduknya yang besar dan melengkung.
”Aku memang gagah. Tidak ada seekor kambing pun di sini yang memiliki tanduk seperti aku.”
Seperti itulah yang dilakukan si kambing sombong setiap hari. Ia memang memiliki tanduk yang indah. Tak heran
jika teman-temannya menjulukinya “Si Tanduk”. Namun, karena kesombongannya itu, tak ada seekor kambing
pun yang mau berteman dengannya. Setiap ada yang mendekati, Si Tanduk selalu membanggakan tanduknya.
“Tidakkah kau mau mengagumi sejenak tandukku yang indah ini,” kata Si Tanduk pada domba yang kebetulan
berpapasan dengannya.
“Untuk apa, yang aku butuhkan sekarang ini adalah rumput segar karena aku lapar. Lebih baik kau cari saja
kambing lain,” jawab si domba dengan wajah kesal sambil beranjak pergi menuju lapangan rumput.
Si Tanduk pun beranjak ke arah berlawanan dengan si domba. Ia berharap bertemu dengan kambing lain untuk
memamerkan tanduknya.
Tak lama setelah itu, empat ekor anak kambing tampak berjalan ke arahnya. Hati Si Tanduk pun sangat senang.
“Anak-anak kambing itu pasti akan kagum melihat tandukku,” pikirnya sambil tersenyum.
Sayangnya, keempat anak kambing itu malah berlari berbalik arah meninggalkan Si Tanduk. Keempat anak
kambing itu rupanya sudah bosan dengan perilaku si Tanduk yang suka pamer.
“Hai… kalian akan rugi kalau tidak melihat tandukku hari ini!” teriak Si Tanduk.
”Justru kami yang rugi sudah membuang waktu untuk mendengar kesombonganmu,” jawab keempat anak
kambing Itu serempak.
Karena merasa tidak ada lagi kambing lain mau mengagumi tanduknya, Si Tanduk berniat pergi ke seberang
sungai. Ia ingin memamerkan tanduknya pada kambing-kambing yang ada di sana. Sayangnya, sungai itu tidak
berjembatan sehingga Si Tanduk tidak dapat menyeberang.
Namun, suatu hari terjadi angin topan sehingga banyak pohon yang tumbang. Kebetulan, sebuah pohon kelapa
yang tinggi tumbang dan jatuh melintang di atas sungai. Karena batangnya menjangkau tepian sungai yang lain,
pohon tersebut bisa digunakan sebagai jembatan. Keinginan Si Tanduk pun terkabul. Tanpa menyia-nyiakan
kesempatan bagus ini, ia segera menuju sungai.
Baru saja kakinya sampai di jembatan, dalam waktu yang sama, seekor kambing dari seberang Juga menginjakkan
kakinya di ujung jembatan satunya.

“Hei, Minggir! Aku mau lewat!” seru Si Tanduk berteriak lantang.


”Untuk apa aku harus minggir? Aku sudah terlebih dahulu menginjakkan kakiku,” sahut kambing di seberang tak
kalah lantang. Keduanya saling berpandangan sejenak dengan mata melotot.
“Tidakkah kau takut pada tandukku yang besar ini?” Si Tanduk mulai menyombongkan diri.
“Harusnya kau yang takut padaku. Lihatlah tubuhku ini. Lebih besar darimu, bukan? Aku pasti lebih kuat.”
Ternyata, kambing ini pun sama sombongnya dengan Si Tanduk.
Karena tidak ada yang mengalah, kedua kambing itu mulai melangkah maju. Mereka pun bertemu di tengah-
tengah jembatan pohon kelapa itu. Mata keduanya sama-sama garang.
“Jadi, kau benar-benar tidak mau mundur! Berarti kau telah siap menanggung risikonya. Rasakanlah kehebatan
tandukku ini” seru Si Tanduk sambil berlari ke arah lawannya.
Tanpa mengenal rasa takut. serudukan Si Tanduk dilayani si kambing besar itu. Karena dua kekuatan besar
bertemu, hasilnya pun menakjubkan. Keduanya sama-sama jatuh ke sungai. Karena tidak dapat berenang,
keduanya terseret arus sungai yang deras.
Pesan Cerita: Kesombongan bisa berakhir pada perbuatan yang sia-sia.
Cerita Dongeng: Menyelamatkan Kura-Kura (Jawa Timur)
Burung gagak, kura-kura, kijang, dan musang sudah lama menjalin persahabatan. Mereka sering berkumpul di
bawah pohon besar, dekat sebuah danau. Masing-masing akan bercerita tentang apa saja yang mereka alami.
Seperti biasa, pagi itu mereka sudah berkumpul. Sampai hari agak siang, baru kijang dan musang yang datang.
Gagak dan kura-kura belum tampak. Kijang dan musang pun menjadi gelisah.
“Ke mana mereka berdua ya? Padahal, gagak telah berjanji membawakanku udang besar dari sungai,” kata si
musang.
Tak berapa lama, terdengar suara dari udara.
”Maaf, teman-teman,” kata gagak terengah-engah ketika sampai di depan dua sahabatnya. ”Tadi aku menjemput
kura-kura, tapi dia tidak ada di rumah. Aku sudah mencarinya di sekitar hutan dan tetap tidak bertemu. Sekarang,
aku akan mencari di pinggiran hutan. Agar lebih cepat, kalian juga bantu mencarinya, ya. Nanti kita akan bertemu
lagi di sini ketika Matahari tepat di atas kepala.”
“Baiklah, kami akan membantumu mencari kura-kura!” seru kijang dan musang bersamaan.
Dalam sekejap, gagak sudah melesat ke udara dan menghilang dari pandangan dua sahabatnya itu. Pada suatu
tempat, matanya melihat sahabatnya itu berada di dalam jaring yang dipikul seorang pemburu. Saat itu, sang gagak
langsung berpikir.
“Kalaupun turun ke bawah, aku tidak akan bisa berbuat banyak untuk menyelamatkan kura-kura. Lebih baik aku
menyusun siasat bersama teman-teman terlebih dahulu.”
Gagak pun melesat menuju tempat pertemuan yang direncanakan dan segera melaporkan apa yang telah
dilihatnya. Ketiganya langsung menyusun rencana untuk menyelamatkan kura-kura dari cengkeraman pemburu.
Tak lama kemudian, ketiga sahabat itu menuju tempat yang diceritakan gagak melalui jalan pintas.

Ketika sampai di jalan setapak, tiba-tiba musang dan rusa berkelahi. Pertarungan itu tentu saja menarik perhatian si
pemburu. Jaring yang berisi kura-kura pun diletakkannya di tanah. Si pemburu itu penasaran dan memperhatikan
pertarungan itu dari balik semak-semak.
“Rusa itu pasti kalah oleh musang. Setelah rusa itu jatuh, aku akan memanah musang. Hmm… aku akan mendapat
dua hewan sekaligus. Hari yang sungguh menguntungkan,” pikir si pemburu.
Melihat jaring kura-kura yang ditinggalkan begitu saja, gagak pun datang untuk membantu kura-kura meloloskan
diri.
“Cepatlah masuk ke dalam sungai sebelum pemburu itu tahu,” kata gagak ketika kura-kura sudah terbebas dari
jaring yang membelenggunya.
Gagak pun segera terbang dan memberi tanda pada kedua sahabatnya bahwa misi mereka telah berhasil. Saat itu
juga, pertarungan antara rusa dan musang terhenti.
Si pemburu yang sejak tadi memperhatikan keduanya langsung terheran-heran melihat kejadian tersebut. Apalagi,
keduanya pun langsung melarikan diri ke dalam hutan.
Kesialannya bertambah karena jaring berisi kura-kura yang ia letakkan begitu saja kini telah kosong. Kura-kura itu
telah pergi entah ke mana….
Pesan Cerita: Persahabatan yang dilandasi dengan kesetiaan mampu menyelesaikan segala persoalan yang
dihadapi. Persahabatan ketiga hewan tersebut membuktikan hal tersebut, mereka menolong sahabat mereka yang
sedang mengalami kesulitan…
Cerita Hewan: Hikayat Kelelawar Terbang Malam (Bali)
Di sebuah kebun, hiduplah berbagai jenis hewan. Kelompok hewan di darat dipimpin oleh kera, sedangkan
kelompok burung dipimpin oleh burung jalak. Mereka hidup rukun dan tolong-menolong.
Di sana juga hidup sekelompok kelelawar yang sombong. Mereka lebih suka bergaul dan berkumpul dengan
sesama kelelawar. Ketika itu, bangsa kelelawar masih terbang dan mencari makan di siang hari.
“Kelelawar adalah hewan yang paling tinggi derajatnya. Kita tidak akan pernah merendahkan diri hanya untuk
berteman dengan hewan lain. Tidak ada hewan yang lebih sempurna dari kita, yang punya gigi sekaligus sayap.
Kita pun bisa memakan makanan enak setiap hari.” Begitulah ucapan yang sering dikatakan pemimpin kelelawar
kepada rakyatnya.
Pada suatu hari, kelompok hewan di darat berencana mengadakan kerja bakti. Kera pun mendatangi kelelawar
untuk minta bantuan.

“Hai, bangsa kelelawar, kami akan membersihkan sampah yang ada di kebun ini agar saluran air menjadi lancar
dan pohon-pohon tumbuh subur. Bisakah bangsa kalian ikut membantu?”
Bukannya ikut membantu, kelompok kelelawar itu mencibir. Bahkan, salah satu di antara mereka berkata, ”Hai
kera, tidakkah kau lihat bahwa bangsa kami memiliki sayap? Jadi, kami bukan termasuk bangsa hewan. Coba ajak
bangsamu sendiri saja.”
Mendengar perkataan itu, kera pun pergi dengan kecewa. Ia menceritakan hal tersebut pada burung jalak.
“Tidak pernah aku menemukan hewan sesombong bangsa kelelawar. Ucapannya membuatku sakit hati,” ujar kera
kepada burung jalak.
”Sabar, kawanku. Biar aku saja yang mencoba membujuk mereka. Mungkin mereka akan mau. Apalagi, aku dan
mereka sama-sama hewan bersayap,” kata burung jalak.
“Baiklah. Semoga engkau tidak akan sakit hati seperti diriku jika jawaban mereka nanti akhirnya sama,” kera
memperingatkan sahabatnya.
Burung Jalak pun datang menghampiri kelelawar.
“Besok pagi, bangsa burung akan membersihkan ulat-ulat yang banyak merusak buah-buahan di kebun. Aku harap
kalian bisa turut membantu untuk kepentingan kita bersama,” kata burung jalak.
Sama seperti saat dengan kera, kelelawar menanggapi ajakan burung jalak dengan sinis.
“Kau salah alamat, kawan. Tidakkah kau lihat bahwa bangsa kami memiliki gigi? Mana ada burung yang punya
gigi? Jadi, kami bukan termasuk bangsamu.’
Burung jalak pun menelan kekecewaan yang sama dengan kera.
Ketika para hewan bekerja keras membersihkan kebun, bangsa kelelawar malah bercanda dan tertawa-tawa sambil
bergelantungan di pohon dan memakan buah-buahan yang ranum.
Beberapa bulan kemudian, kerja keras para hewan membuahkan hasil. Kebun itu telah dipenuhi buah-buahan
ranum yang tidak lagi dimakan ulat. Mereka semua bergembira dan bersuka-cita dengan mengadakan pesta. Buah-
buahan itu dipanen dan hasilnya dibagi dua, yaitu untuk bangsa hewan di darat dan bangsa burung.
Keesokan hari, ketika bangsa kelelawar hendak mencari makan, mereka tidak lagi menemukan buah-buahan. Dari
seekor burung, mereka tahu ada pesta panen buah-buahan kemarin. Sekelompok bangsa kelelawar lalu mendatangi
kera untuk meminta bagian.
‘Hal, kera, mengapa kemarin kau tidak mengundang kami? Nah, sekarang kami datang untuk meminta bagian.”
“Hai, kelelawar, dulu kau bilang bangsa kelelawar bukan termasuk bangsa hewan di darat. Jadi, mintalah
bagianmu pada bangsa burung.”
Kelelawar langsung pergi menemui burung jalak. Mereka juga mendapatkan jawaban serupa.
”Bukankah kalian hewan yang bergigi? Maaf kalau kemarin kami tidak memasukkanmu ke dalam daftar undangan
untuk pesta panen raya. Kami pikir hewan di darat mengundang kalian.”
Sejak saat itu, kelelawar menjadi malu. Mereka tidak berani keluar di siang hari saat bangsa hewan mencari
makan. Bangsa kelelawar baru berani keluar untuk mencari makan di malam hari.
Pesan Cerita: Sombong hingga tidak mau bergaul dengan makhluk lain dapat membuat hidup semakin terkucil.
Cerita Hewan: Kecerdikan Kucing (Bali)
Anjing dikenal memiliki penciuman tajam. Kemampuan anjing mencium keberadaan hewan-hewan di hutan tentu
saja dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh pemburu. Akibatnya, tak satu hewan pun yang bisa lolos dari kejaran
pemburu.
Hal tersebut tentu saja meresahkan Prabu Macan. Raja hutan ini sangat sedih memikirkan nasib rakyatnya. Setiap
hari, selalu saja ada hewan di hutan yang ditangkap oleh pemburu.
“Hari ini, si kembar babi hutan tertangkap pemburu,” lapor monyet dengan terengah-engah karena kelelahan,
melompat dari satu pohon ke pohon lain untuk melapor ke Prabu Macan.
Pada hari sebelumnya, burung nuri dan kelinci juga melaporkan nasib sahabat-sahabatnya.
”Kasihan si rusa. Anjing pemburu itu berhasil mengendus tempat rusa beristirahat sehingga pemburu-pemburu itu
dengan mudah memanah si rusa hingga mati,” kata burung nuri.
”Semakin lama, jumlah kancil yang ada di hutan ini akan habis. Merekalah yang paling sering menjadi sasaran
pemburu,” tambah kelinci, sahabat si kancil ikut memberi laporan.
Melihat keadaan ini, Prabu Macan pun memanggil seluruh penghuni hutan untuk berkumpul. “Kita tidak bisa
membiarkan warga hutan habis diburu. Untuk itu, kita harus melakukan sesuatu.”
“Setuju!!!” seru semua yang hadir kompak.
“Namun, apa harus kita lakukan?” tanya kelinci.
”Kita harus menyingkirkan anjing itu,” sahut serigala.
Prabu Macan pun berpikir sejenak. “Usul serigala memang tepat, tetapi siapa yang sanggup melakukannya?
Apalagi, si anjing itu selalu berada dekat dengan si pemburu,” kata Prabu Macan kepada warganya.
Suasana pun hening. Tak satu pun hewan yang berani mengajukan diri untuk menyingkirkan si anjing.
Tiba-tiba….
“Serahkan saja semuanya pada hamba,” kata kucing lantang.
Mendengar perkataan kucing, semua hewan yang hadir tertawa terbahak-bahak.
“Kau ini lucu sekali kucing. Aku berjanji, kalau kau bisa melenyapkan anjing pemburu itu, aku akan memakan
kotoranmu. Ha… ha… ha,” kata Prabu Macan sambil tertawa.
Merasa diremehkan, malam itu kucing menyusup ke istana tempat anjing pemburu itu tinggal. Si kucing ingin
membuktikan bahwa perkataannya dapat dipertanggungjawabkan. Ia memang merasa mampu untuk mengalahkan
anjing.
Sesampai di dalam istana, kucing melihat anjing sedang makan bersama tuannya. Dengan hati-hati, kucing
merayap masuk ke dalam. Namun, gerak-gerik kucing ini tercium oleh anjing pemburu. Seketika itu, mata si
anjing melotot dan tak henti-henti menyalak.
“Guk… guk… guk.…!!!”
Tingkah-laku si anjing membuat tuannya heran. Ia berpikir hewan peliharaannya ini sedang kelaparan. Jadi,
tulang-tulang pun dilemparkan ke arah hewan tersebut. Meski sudah diberi banyak tulang, si anjing tetap
menyalak.
“Apa lagi maumu? Bukankah tulang-tulang itu sudah cukup banyak?” tanya tuannya keheranan.
Kucing pun melompat pada tiang di belakang kursi tempat si pemburu duduk. Dengan senyuman mengejek, ia
menggoda anjing tersebut.
“Tak bisakah kau menangkapku hewan pemalas?”
Perkataan kucing membuat anjing marah besar. Tanpa pikir panjang, si anjing memburu kucing dengan membabi-
buta. Karena kepandaian si kucing untuk menghindar, terjangan anjing justru menuju sang tuan.
Hal ini tentu saja membuat si pemburu marah besar. Bahkan, ia mulai berpikir anjingnya terkena penyakit gila dan
berbahaya. Saat itu juga, si pemburu mengambil pedang panjang dan menghunusnya tepat di dada si anjing.
Anjing pun mati seketika itu.
Setelah berhasil memperdaya si anjing, kucing tidak berani kembali ke hutan. Dia ingat janji Prabu Macan yang
akan memakan kotoran si kucing.
“Kalau sekarang ia makan kotoranku, bisa jadi suatu saat aku yang akan dimakannya,” pikir kucing.
Jadi, sampai saat ini kucing selalu menutupi kotorannya dengan tanah agar tak tercium oleh Prabu Macan.
Pesan Cerita: Kucing memang berhasil mengalahkan anjing, tetapi ia akhirnya tidak berani masuk ke dalam hutan.
Cerita Fabel: Lamaran Burung Bangau (Bali)
Di sebuah hutan, kecantikan seekor gelatik berparuh merah sudah sangat terkenal. Karena sangat cantik, hewan-
hewan di hutan memanggilnya Raden Galuh.
Suatu hari, datang seekor burung kecil bernama Ingkling-Ingkling menyampaikan lamaran burung bangau
bernama Buah Banu kepada Raden Galuh.
“Raden Galuh yang cantik jelita, kecantikanmu sungguh memesona. Buah Banu, burung bangau yang gagah
perkasa, sangat mengagumimu. Kedatanganku ke sini adalah mewakili sahabatku itu untuk melamar dirimu agar
bersedia menjadi istrinya,” kata Ingkling-Inkling dengan penuh harap.
Mendengar lamaran itu, Raden Galuh terdiam cukup lama. Ia sebenarnya ingin menolak. Namun, Ia harus mencari
cara yang tepat untuk mengatakannya agar tamunya itu tidak tersinggung.
Setelah cukup lama berpikir, Raden Galuh akhirnya bersuara. “Ingkling-Ingkling, kau lihat tubuhku yang mungil
ini, bukan? Bagaimana mungkin aku akan menikah dengan seekor bangau yang tinggi besar. Jadi, kalau Buah
Banu ingin mempersuntingku, ia harus memotong kakinya terlebih dahulu.”
Ingkling-Ingkling pulang untuk memberitahukan permintaan Raden Galuh kepada Buah Banu. Tanpa beban, Buah
Banu menurun permintaan itu. Ingkling-Ingkling pun kembali diutus untuk melamar Raden Galuh.
“Raden Galuh, Buah Banu telah memotong kakinya sebagai tanda cinta padamu. Untuk itu, aku mohon kau
menerima lamarannya,” kata Ingkling-Inkling pada Raden Galuh.
Raden Galuh, yang tidak menyangka permintaan itu dilakukan, berpikir lagi. Ia harus mencari cara lain agar Buah
Banu menghentikan lamarannya.
“Ingkling-Ingkling, aku hanya mau menerima Buah Banu jika ia telah memotong paruhnya. Aku tidak ingin
tersiksa karena paruhnya yang begitu besar,” minta Raden Galuh kepada burung kecil itu.
Permintaan ini pun akhirnya disampaikan kepada Buah Banu. Seperti pada permintaan pertama, Buah Banu pun
langsung melaksanakannya. Ia langsung memotong paruhnya dengan senang hati.
Ingkling-Ingkling kembali datang kepada Raden Galuh.
“Buah Banu telah memotong paruhnya. Apakah kau sudah bisa menerima lamarannya?” kata Ingkling-Ingkling.
”Tampaknya belum. Masih ada satu syarat lagi yang harus dikerjakannya. Aku ingin bangau itu memotong
sayapnya agar diriku tidak sesak napas saat berada di dekatnya.”
Mendengar syarat terakhir itu, Ingkling-Ingkling terkejut. Ia merasa permintaan itu berlebihan sehingga tidak tega
untuk menyampaikannya pada Buah Banu.
Namun, karena ia diutus untuk menyampaikan lamaran dan syarat yang diajukan, mau tak mau hal itu harus
diberitahukan kepada Buah Banu. Karena rasa cintanya yang begitu besar, bangau besar itu pun memotong kedua
sayapnya.
”Raden Galuh, permintaan terakhirmu telah dipenuhi. Jadi, terimalah segera lamaran Buah Banu!” seru Ingkling-
Ingkling.
”Baiklah, aku menerima lamarannya. Bawalah Buah Banu padaku dengan memakai tandu yang dihias bunga dan
diarak seluruh hewan penghuni hutan,” jawab burung gelatik cantik itu.
Jawaban Raden Galuh kali ini melegakan hati Ingkling-Ingkling. Dengan gembira, Ingkling-Ingkling
menyampaikan berita tersebut kepada Buah Banu.
”Segera siapkan semuanya, Ingkling-Ingkling,” perintah Buah Banu.
Di suatu pagi yang cerah, rombongan Buah Banu berjalan menuju rumah Raden Galuh. Wangi bunga dan suara
riuh-rendah membuat Raden Galuh terjaga dari tidurnya. Ia pun bersiap menyambut rombongan tamunya yang
akan segera tiba itu.
”Raden Galuh, inilah Buah Banu. Ia datang memenuhi permintaanmu,” kata Ingkling-Ingkling lantang.
Raden Galuh pun segera menemui rombongan itu.
“Rasa cintamu memang begitu besar kepadaku, Buah Banu. Itu memang telah kamu buktikan dengan menerima
semua permintaanku. Namun, diriku minta maaf. Setelah berpikir lama, aku memutuskan tidak bisa menerimamu
sebagai pendampingku. Aku tidak bisa mencintaimu. Saat dirimu sempurna saja, aku sulit mencintaimu. Sekarang,
dengan keadaanmu yang seperti ini, tentu saja semakin sulit bagi diriku untuk mencintaimu,” kata Raden Galuh.
Setelah berkata demikian, Raden Galuh segera melesat tinggi ke awan dan menghilang entah ke mana. Buah Banu
yang mendengar umpan itu merasa dipermalukan. Ia akhirnya jatuh pingsan.
Pesan Cerita: Perasaan yang berlebihan pada akhirnya mengalahkan akal sehat dan berakhir dengan kekecewaan.
Cerita Dongeng: Si Cantik Cenderawasih (Papua)
Siapa yang tidak kenal dengan cenderawasih? Kecantikan bulu-bulunya diakui seluruh penghuni hutan. Selain itu,
tingkah-laku cenderawasih pun sangat baik. Ia suka menolong hewan lain yang tinggal di hutan.
Suatu kali, cenderawasih membantu menolong burung pipit yang sayapnya terluka. Dengan lembut, luka di sayap
pipit itu diobati cenderawasih.
”Lain kali kau harus lebih berhati-hati,“ kata cenderawasih memberi nasihat.
“Terima kasih, cenderawasih. Kau baik sekali. Bagaimana aku harus membalas kebaikanmu ini?” ujar pipit.
“Aku akan senang jika rasa terima kasihmu itu kau ganti dengan berbuat kebaikan kepada hewan lain,” pesan
cenderawasih ketika mengantar pipit pulang ke rumah.
Di rumah, pipit yang terbaring sakit selalu memikirkan kebaikan apa yang akan ia lakukan sebagai ungkapan
terima kasihnya pada cenderawasih. Tiba-tiba. ia mendengar suara ketukan di pintu rumahnya.
“Pipit, apakah kau ada di dalam?”
“Itu seperti suara nenek bebek,” pikir burung pipit. Ia pun segera bergegas menuju pintu.
“Pipit yang baik, sudah beberapa hari ini aku tidak enak badan. Maukah kau menolongku menari biji-bijian? Di
rumahku sudah tidak ada persediaan makanan sama sekali,” pinta nenek bebek sedih.
SI pipit menjadi teringat pesan untuk melakukan kebaikan yang pernah dikatakan cenderawasih.
“Aku akan senang membantumu. Namun, untuk saat ini, aku belum bisa keluar rumah karena sayapku masih
sangat lemah dan baru diobati cenderawasih. Kebetulan, persediaan makananku cukup banyak. Jadi, nenek bisa
berbagi makanan denganku. Nanti, kalau sudah cukup kuat untuk terbang, aku janji akan membantu nenek mencari
makanan,” urai pipit.
Mendengar perkataan pipit, hati si nenek bebek terlihat sangat bahagia.
“Bagaimana aku harus berterima kasih padamu, pipit?” tanya nenek bebek.
“Jangan pikirkan itu. Akan lebih baik kalau nenek juga melakukan kebaikan pada hewan lain. Anggaplah itu
sebagai ungkapan terima kasih nenek untukku.”
Pada suatu hari, nenek bebek bertemu anak burung bangau yang menciap kelaparan di sarangnya. Saat itu, nenek
bebek baru saja pulang dari kebun mencari cacing. Kebetulan, saat itu ia mendapatkan cacing dengan jumlah
cukup banyak.
“Kau pasti lapar anak bangau,” kata nenek bebek sambil mendekati sarang dan membelai anak bangau.
”Iya, ibuku sedang pergi mencari makanan, tetapi sudah lama sekali dan belum juga pulang,” ucap anak bangau.
”Kalau begitu, aku akan memberimu sebagian cacing ini.”
“Terima kasih, Nek. Aku mungkin masih akan terus kelaparan kalau tidak ada Nenek,” kata anak bangau.
“Lebih baik lagi kalau ucapan terima kasihmu itu kau ganti dengan berbuat baik kepada hewan lain.”
“Aku berjanji dan aku akan selalu ingat akan kebaikan nenek padaku,” kata anak bangau tulus.
Lama setelah peristiwa itu, si anak bangau pun sudah tumbuh menjadi seekor bangau dewasa. Ketika sedang
berjalan-jalan, tiba-tiba ia mendengar suara rintihan menyayat hati. Saat mencari arah suara tersebut, ia mendapati
burung cenderawasih yang kakinya melekat pada jebakan pemburu.
“Tolong aku, lepaskan kakiku dari perangkap ini,” rintih cenderawasih dengan wajah ketakutan. ”Aku tidak mau
ditangkap oleh pemburu.”
“Tunggu sebentar. Aku akan mencari air untuk melepaskan kakimu dari getah nangka itu.”
Burung bangau pun bergegas pergi menuju sebuah danau. Ia lalu mengangkut air dengan paruhnya yang besar.
Setelah itu, air tersebut digunakan untuk membasuh kaki cenderawasih agar terbebas dari getah nangka. Beberapa
kali burung bangau itu harus terbang bolak-balik sampai akhirnya kaki cenderawasih terlepas dari perangkap itu.
”Terima kasih. Aku akan meneruskan kebaikanmu ini dengan berbuat kebaikan kepada hewan lain,” kata
cenderawasih.
“Memang begitu seharusnya, seperti yang dikatakan Nenek Bebek padaku,” jawab burung bangau yang tidak
mengetahui bahwa sebenarnya kebaikan yang ia lakukan pada cenderawasih ini adalah sebagai balasan atas
kebaikan yang dilakukan cenderawasih pada burung pipit.

Dalam akhir-akhir ini, teknologi yang pada awalnya diciptakan untuk menghasilkan manfaat positif, di sisi lain
juga juga memungkinkan digunakan untuk hal negatif. Karena itu pada makalah ini kami membuat dampak-
dampak positif dan negatif dari kemajuan teknologi dalam kehidupan manusia. Berikut dampak positif dan negatif
dari keempat aspek tersebut.
1. Bidang Ekonomi
-- Positif:

 Produktifitas dunia industri semakin meningkat. Kemajuan teknologi akan meningkatkan kemampuan
produktivitas dunia industri baik dari aspek teknologi industri maupun pada aspek jenis produksi
 Pertumbuhan ekonomi akan semakin tinggi
 Persaingan dalam dunia kerja sehingga menuntut pekerja untuk selalu menambah skill dan pengetahuan
yang dimiliki.
 Semakin maraknya penggunaan TIK akan semakin membuka lapangan pekerjaan
 Dengan fasilitas pemasangan iklan di internet pada situs-situs tertentu akan mempermudah kegiatan
promosi dan pemasaran suatu produk
 Perusahaan dapat menjangkau pasar lebih luas, karena pembeli yang mengakses internet tidak dibatasi
tempat dan waktu
 Perusahaan tidak perlu membuka cabang distribusi
 Pengeluaran lebih sedikit, karena pegawai tidak banyak
 Harga barang lebih murah, karena biaya operasionalnya murah
 Bisnis yang berbasis TIK atau yang biasa disebut e-commerce dapat mempermudah transaksi-transaksi
bisnis suatu perusahaan atau perorangan
 Pemanfaatan teknologi untuk membuat layanan baru dalam perekonomian dan bisnis antara lain internet
banking, SMS banking, dan e-commerce
-- Negatif:

 Terjadinya pengangguran bagi tenaga kerja yang tidak mempunyai kualifikasi yang sesuai dengan yang
dibutuhkan
 Sifat konsumtif sebagai akibat kompetisi yang ketat pada era globalisasi akan juga melahirkan generasi
yang secara moral mengalami kemerosotan: konsumtif, boros dan memiliki jalan pintas yang bermental instant
 Adanya aksi tipu menipu dalam proses jual beli online yang dapat merugikan beberapa pihak;
 Dengan jaringan yang tersedia seperti yang terdapat pada beberapa situs yang menyediakan perjudian
secara online, para penjudi tidak perlu pergi ke tempat khusus untuk memenuhi keinginannya
 Resistensi Membeli Secara Online. Bagi orang awam yang belum pernah bertransaksi secara online, akan
merasa janggal ketika harus bertransaksi tanpa bertatap muka atau melihat penjualnya. Belum lagi ketakutan bila
pembayaran tak terkirim atau tak diterima. Atau barang tak dikirim, atau bahkan barang dikirim tetapi tak diterima
2. Bidang Sosial
-- Positif:

 Kemajuan teknologi komunikasi yang cepat dapat mempermudah komunikasi antar manusia dari suatu
tempat ke tempat yang lain
 Sosialisasi kebijakan pemerintah dapat lebih cepat disampaikan kepada masyarakat
 Informasi yang ada di masyarakat dapat langsung dipublikasikan dan diterima oleh masyarakat
-- Negatif:

 Dengan makin pesatnya komunikasi membuat bentuk komunikasi berubah,yang asalnya face to face
menjadi tidak. Hal ini dapat menyebabkan komunikasi hampa
 Seseorang yang terus-menerus bergaul dengan komputer akan cenderung menjadi seseorang yang
individualis
 Dengan pesatnya teknologi informasi, baik internet maupun media lainnya,membuat peluang masuknya
hal-hal yang berbau pornografi,pornoaksi,maupun kekerasan makin mudah
 Interaksi anak dan computer yang bersifat satu (orang) menhadap satu (mesin) mengakibatkan anak
menjadi tidak cerdas secara sosial
 Kemerosotan moral di kalangan warga masyarakat, khususnya di kalangan remaja dan pelajar. Kemajuan
kehidupan ekonomi yang terlalu menekankan pada upaya pemenuhan berbagai keinginan material, telah
menyebabkan sebagian warga masyarakat menjadi "kaya dalam materi tetapi miskin dalam rohani
3. Bidang Budaya
-- Posiif:

 Mempermudah seseorang di suatu Negara mengetahui berbagai macam budaya yang ada di belahan bumi
yang lain
 Mempermudah adanya pertukaran pelajar antar negara
 Mempermudah pendistribusian karya-karya anak bangsa seperti musik, film, fashion maupun furnitureke
Negara-negara tetangga maupun Negara-negara berbeda benua yang mana akan memperkuat identitas Negara serta
membuat Negara semakin dikenal oleh dunia
-- Negatif:

 Terjadinya akulturasi budaya yang selanjutnya berkembang menjadi budaya massa


 Mempercepat perubahan pola kehidupan bangsa
 Membuat sikap menutup diri dan berpikir sempit
 Mudah terpengaruh oleh hal yang berbau barat
 Lenyapnya identitas kultural nasional dan lokal
 Kehilangan arah sebagai bangsa yang memiliki jati diri
 Hilangnya semangat nasionalisme dan patriotism
 Cenderung pragmatisme dan maunya serba instant
4. Bidang Politik
-- Positif:
 Memberikan dorongan yang besar bagi konsolidasi demokrasi di banyak negara
 Meningkatnya hubungan diplomatik antar negara
 Kerjasama antar negara jadi lebih cepat dan mudah
 Menegakan nilai-nilai demokrasi
 Memperluas dan meningkatkan hubungan dan kerja sama Internasional
 Partisipasi aktif dalam percaturan politik untuk menuju perdamaian dunia
 Adanya peranan besar masyarakat dalam pengembangan pemerintah. Contohnya dengan e-government
maka hal ini bisa tercapai. Bayangkan saja jika ada anggota DPR yang dapat berinteraksi dengan rakyat yang telah
memilihnya, kegiatan tanya jawab, melakukan voting, saran dan kritik akan dapat tersalurkan dengan cepat,
langsung, dan nyaman
 Kegiatan komunikasi untuk keperluan politik dengan menggunakan teknologi informasi menyebabkan
sampainya berita lebih cepat, dilakukan secara efisien, dan nyaman. Misalnya jika ada masyarakat yang ingin
mengajukan pendapatnya ke wakil rakyat maka cukup dengan menggunakan e-mail surat dapat sampai dengan
segera.
-- Negatif:

 Negara tidak lagi dianggap sebagai pemegang kunci dalam proses pembangunan
 Timbulnya gelombang demokratisasi (dambaan akan kebebasan)
 Adanya ancaman disintegrasi bangsa dan negara yang akan menggoyahkan Negara Kesatuan Republik
Indonesia
 Semakin meningkatnya nilai-nilai politik individu, kelompok, oposisi, diktator mayoritas atau tirani
minoritas
 Timbulnya fanatisme rasial, etnis, dan agama dalam forum & organisasi
 Timbulnya unjuk rasa yang semakin berani dan terkadang mengabaikan kepentingan umum
 Adanya konspirasi internasional, yaitu pertentangan kekuasaan dan percaturan politik
 Internasional selalu mengarah kepada persekongkolan
 Lunturnya nilai-nilai politik yang berdasarkan semangat kekeluargaan, musyawarah mufakat, dan gotong
royong.

Andai 'ku jadi bintang, bintang hatimu


Bintang di Hati Andai aku jadi awan kau pelangiku
Melly Goeslaw Meramaikan dunia
Sekejap aku melamunkan Cinta sahabat mewarnai hidupku
Resah menyibukkan hati ini Sahabat yang sejati itulah kita
Tak pernah 'ku meminta dihadirkan Biarkan 'ku menari di derasnya hujan
Ke dunia ini Tak kurela kau terluka
Andai semua yang kucintai Biarlah aku menggantikan sulitmu
Tak lagi ada di hidupku ini Duhai semua yang terkasih
Bisakah 'ku menawar pada Tuhan Terima kasih atas semua cinta
Aku saja yang pergi
Membuat aku jadi merasa Tak hanya kata atau rasa
Hidupku ada gunanya Kau harus tunjukkan

Andai 'ku jadi bintang, bintang hatimu Jangan sampai hingga waktu perpisahan tiba
Andai aku jadi awan kau pelangiku Dan semua yang tersisa hanyalah air mata
Meramaikan dunia Hanya air mata
Cinta sahabat mewarnai hidupku Mungkin saja cinta 'kan menghilang selamanya
Dan semua yang tersisa hanyalah air mata
Sahabat yang sejati itulah kita Hanya air mata cinta
Biarkan 'ku menari di derasnya hujan
Tak kurela kau terluka Jikalau kau sayang
Biarlah… Benar-benar sayang
Tak hanya kata atau rasa
Kau harus tunjukkan
Jikalau Kau Cinta O-o-o-u-wo ...
(Percayalah)
Judika O-o-o-u-wo ...
Jikalau kau cinta (Percayalah)
Benar-benar cinta Percayalah
Jangan katakan
Kamu tidak cinta Ke mana pun kau acuh
Cinta tak pernah rapuh
Jikalau kau sayang Berpaling pun tak mampu hilangkan
Benar-benar sayang

Ku Tak Akan Bersuara


Aku Takkan Bersuara Walau Dirimu Kekurangan
Nike Ardilla Hanya Setiamu Itu Kuharapkan
Izinkan Cintaku Ku Tak Akan Menduakan
Berbunga Dihatimu Walau Kilauan Menggoda
Biar Terus Mekar Jadi pengalaman Kasih Dan Sayangku
Telah Lama Ku Dahaga Tetap Utuh Untukmu
Belaian Seorang Insan Hanya Kupinta Darimu setialah…
Semoga Bersamamu
Ceria Hidupku
Rasa cintaku
Dalam benciku

Sesungguhnya
Aku masih cinta
Sesungguhnya
Aku masih sayang
Yang terjadi

Dalam cinta kita


Karena angkuh hati

Hanya aku
Yang persis merasa
Bunga cinta
Masih harap cemas

Walau ada
Yang lain telah hadir
Hatimu yang terpilih

Hati Yang Terpilih Jika hati


Boleh memilih
Rossa Ingin kusapa
Tertulis nama di hati Dirimu di hati
Sentuh rasa
Terdalam di jiwa Akhir kisah
Apa terjadi
Tak kuduga Hanya hati
Jadi begini Kita yang menjawab
Dalam ucap
Kuandalkan rasa Rasa cintaku
Dalam benciku…

Segara Aru

Bener lan yekti

Ananging sliramu dadi seksi


Marang para pahlawan sejati

Ingkang mulih aran awit bekti

Ingkang mangku awit jejibahan

Marang tugas ingkang luhur lan jujuring palagan

Ingkang ngemban amanat ayahan

Segara aru kang biru lugu blak-blakan

Ingkang ngemu madu

Marang madune bangsa satuhu

Kang Asma Yos Sudarso yaiku

Korban kang ono ing Segara Aru

Saking ludira ingkang wekasan

Ingkang kanggo nebus Irian

Yos Sudarso salah sijining kang gugur kalayan

Lan asma ingkang wis misuwur ing bebrayan

Pahlawan Kamardikan

Pahlawan, kang dadi dalan kamardikan


Awak kang ora wedi marang kematian

Nglelakke nyowomu dadi pondasine kebebasan

Kanggo bebaske rakyat saking penindasan

Pahlawan, kang awan bengi lawan maut

Ngalawan musuh-musuh kang semrawut

Marang kabeh lawan kowe ngajak gelut

Ra mikirke awakmu pada benjut

Pahlawan, semangatmu wes koyo geni

Kang ngobong kabeh pasukan kompeni

Ingkang kanggo njaga Negara kang ditresnani

Indonesia kang merdeka, Indonesia kang kita hormati

Ing tanggal pitulas Agustus taun papat lima

Kang diimpike dadi nyata

Indonesia saiki wes merdeka

Pahlawan, ingkang perjuangane tanpo sia-sia

Iki kabeh mergo perjuanganmu

Yaiku para pahlawanku


PERAN TOKOH KEBANGKITAN NASIONAL DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN
INDONESIA

1. Wahidin Sudirohusodo
Wahidin Sudirohusodo adalah seorang tokoh pencetus ide lahirnya Budi Utomo 1908. Beliau lahir pada tanggal 7
Januari 1852 di Mlati, Sleman, Yogyakarta dan wafat pada tanggal 26 Mei 1917 dan dimakamkan di Mlati,
Sleman, Yogyakarta. Semasa hidupnya, tahun 1895 bersama rekan-rekannya mendirikan Surat Kabar dua bahasa
(Jawa dan Melayu) Retno Dumilah di Yogyakarta. Pada tahun 1906 sampai sdengna 1907 giat melaksanakan
perjalanan mengumpulkan Studiefonds (Dana Pendidikan) bagi penduduk pribumi. Setelah bertemu dengan
Sutomo berpadulah gagasan mereka yang teraktualisasi dengan berdirinya organisasi Budi Utomo pada tanggal 20
Mei 1908. Organisasi ini akhirnya menjadi pioner terhadap bangkitnya kesadaran nasional sehingga setiap tanggal
20 Mei diperingati sebagai hari kebangkitan nasional hingga sekarang.Wahidin Sudirohusodo beristri seorang
wanita Betawi yang bernama Anna. Dari perkawinannya lahirlah dua orang anak. Salah satunya bernama Abdullah
Subroto yang kemudian menurunkan Sujono Abdullah dan Basuki Abdullah (keduanya pelukis).

Dr Wahidin Sudirohusodo adalah salah satu pelopor pergerakan nasional, pendiri organisasi Boedi Utomo dan
tokoh yang memberi inspirasi terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia. Gagasan penting yang mewarnai
perjuangan pergerakan nasional adalah memprakarsai organisasi yang bertujuan memajukan pendidikan dan
meninggikan martabat bangsa. Diantara itu, dia juga mengemukakan gagasan tentang strategi perjuangan
kemerdekaan yaitu dengan mencerdaskan kehidupan masyarakat melalui pendidikan, mengabdikan
pengetahuannya sebagai dokter yang memberikan layanan kesehatan secara gratis kepada masyarakat dan
memperluas pendidikan dan pengajaran dan memupuk kesadaran kebangsaan.

2. Dr. Sutomo
Dokter Sutomo yang semula bernama Subroto kemudian berganti nama menjadi Sutomo lahir di desa Ngepeh,
Jawa Timur, pada tangggal 30 Juli 1888. Pada waktu belajar di Stovia (Sekolah Dokter) ia sering bertukar pikiran
dengan pelajar-pelajar laintentang penderitaan rakyat akibat penjajahan Belanda. Terkesan oleh saran dr. Wahidin
untuk memajukan pendidikan sebagai jalan untuk membebaskan bangsa  dari penjajahan, pada tanggal 20 Mei
1908 para pelajar STOVIA mendirikan Budi Utomo, organisasi modern pertama yang lahir di Indonesia. Sutomo
diangkat menjadi ketuanya. Tujuan organisasi itu ialah memajukan pengajaran dan kebudayaan.

Kesempatan memperdalam pengetahuan di negeri Belanda diperoleh dr. Sutomo pada tahun 1919. Setibanya
kembali di tanah air, ia melihat kelemahan yang ada pada Budi Utomo. Waktu itu sudah banyak berdiri partai
politik. Karena itu, diusahakannya agar Budi Utomo bergerak dibidang politik dan keanggotaannya terbuka buat
seluruh rakyat.

Pada tahun 1924 Sutomo mendirikan Indonesische Studie Club (ISC) yang merupakan wadah bagi kaum terpelajar
Indonesia. ISC berhasil mendirikan sekolah tenun, bank kredit, koperasi, dan sebagainya. Pada tahun 1931 ISC
berganti nama menjadi Persatuan Bangsa Indonesia (PBI). Di bawah pimpinan Sutomo PBI cepat berkembang.
Sementara itu, tekanan-tekanan dari pemerintah Belanda terhadap pergerakan nasional semakin keras. Karena itu,
pada bulan Desember 1935 Budi Utomo dan PBI digabungkan menjadi satu dengan nama Partai Indonesia Raya
(Parindra). Sutomo diangkat menjadi ketua. Parindra berjuang untuk mencapai Indonesia merdeka.

3. HOS Cokroaminoto

Nama lengkap beliau adalah Raden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto atau H.O.S Cokroaminotolahir di


Ponorogo, Jawa Timur, 16 Agustus 1882 dan meninggal di Yogyakarta, 17 Desember 1934 pada umur 52 tahun.
Tjokroaminoto adalah anak kedua dari 12 bersaudara dari ayah bernama R.M. Tjokroamiseno, salah seorang
pejabat pemerintahan pada saat itu. Kakeknya, R.M. Adipati Tjokronegoro, pernah juga menjabat sebagai bupati
Ponorogo. Sebagai salah satu pelopor pergerakan nasional, ia mempunyai beberapa murid yang selanjutnya
memberikan warna bagi sejarah pergerakan Indonesia, yaitu Musso yang sosialis/komunis, Soekarno yang
nasionalis, dan Kartosuwiryo yang agamis. Namun ketiga muridnya itu saling berselisih. Pada bulan Mei 1912,
Tjokroaminoto bergabung dengan organisasi Sarekat Islam.
Sebagai pimpinan Sarikat Islam, HOS dikenal dengan kebijakan-kebijakannya yang tegas namun bersahaja.
Kemampuannya berdagang menjadikannya seorang guru yang disegani karena mengetahui tatakrama dengan
budaya yang beragam. Pergerakan SI yang pada awalnya sebagai bentuk protes atas para pedagang asing yang
tergabung sebagai Sarekat Dagang Islam yang oleh HOS dianggap sebagai organisasi yang terlalu mementingkan
perdagangan tanpa mengambil daya tawar pada bidang politik. Dan pada akhirnya tahun 1912 SID berubah
menjadi Sarekat Islam.

Seiring perjalanannya, SI digiring menjadi partai politik setelah mendapatkan status Badan Hukum pada 10
September 1912 oleh pemerintah yang saat itu dikontrol oleh Gubernur Jenderal Idenburg. SI kemudian
berkembang menjadi parpol dengan keanggotaan yang tidak terbatas pada pedagang dan rakyat Jawa-Madura saja.
Kesuksesan SI ini menjadikannya salah satu pelopor partai Islam yang sukses saat itu.
Perpecahan SI menjadi dua kubu karena masuknya infiltrasi komunisme memaksa HOS Cokroaminoto untuk
bertindak lebih hati-hati kala itu. Ia bersama rekan-rekannya yang masih percaya bersatu dalam kubu SI Putih
berlawanan dengan Semaun yang berhasil membujuk tokoh-tokoh pemuda saat itu seperti Alimin, Tan Malaka,
dan Darsono dalam kubu SI Merah. Namun bagaimanapun, kewibaan HOS Cokroaminoto justru dibutuhkan
sebagai penengah di antara kedua pecahan SI tersebut, mengingat ia masih dianggap guru oleh Semaun. Singkat
cerita jurang antara SI Merah dan SI Putih semakin lebar saat muncul pernyataan Komintern (Partai Komunis
Internasional) yang menentang Pan-Islamisme (apa yang selalu menjadi aliran HOS dan rekan-rekannya). Hal ini
mendorong Muhammadiyah pada Kongres Maret 1921 di Yogyakarta untuk mendesak SI agar segera melepas SI
merah dan Semaun karena memang sudah berbeda aliran dengan Sarekat Islam. Akhirnya Semaun dan Darsono
dikeluarkan dari SI dan kemudian pada 1929 SI diusung sebagai Partai Sarikat Islam Indonesia hingga menjadi
peserta pemilu pertama pada 1950.
HOS Cokroaminoto hingga saat ini akhirnya dikenal sebagai salah satu pahlawan pergenakan nasional yang
berbasiskan perdagangan, agama, dan politik nasionalis. Kata-kata mutiaranya seperti “Setinggi-tinggi ilmu,
semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat” akhirnya menjadi embrio pergerakan para tokoh pergerakan
nasional yang patriotik, dan ia menjadi salah satu tokoh yang berhasil membuktikan besarnya kekuatan politik dan
perdagangan Indonesia. H.O.S. Cokroaminoto meninggal di Yogyakarta pada 17 Desember 1934 pada usia 52
tahun.

4. Douwes Dekker
Douwes Dekker terlahir dari keluarga yang berada. ayahnya bernama Auguste Henri Edoeard Douwes Dekker
yang bekerja sebagai agen di sebuah bank ternama yang bernama Nederlandsch Indisch Escomptobank. Kemudian
Ibunya bernama Louisa Neumann, orang Belanda yang memiliki darah keturunan Indonesia.
Douwes Dekker diketahui memiliki saudara berjumlah tiga orang. Pendidikan Douwes Dekker pertama kali
dimulai kota Pasuruan. Tamat dari sana, ia kemudian masuk di HBS di Surabaya, namun tidak lama disana, orang
tuanya kemudian memindahkannya ke sekolah elit di Batavia yang bernama Gymnasium Koning Willem III
School. Selepas lulus dari sana, ia kemudian diterima bekerja di kebun kopi di wilayah Malang, Jawa Timur.
Disini, beliau kemudian melihat bagaimana perlakuan semena-mena yang dialami oleh para pekerja pribumi di
kebun kopi tersebut. 
Tindakan semena-mena tersebut membuat Douwes Dekker kemudian biasa membela para pekerja kebun tersebut
yang membuat ia cenderung dimusuhi oleh para pengawas kebun yang lain. Hingga membuat ia kemudian
berkonflik dengan managernya yang pada akhirnya Douwes Dekker kemudian dipindahkan ke perkebunan Tebu
namun ia kemudian tidak lama bekerja disana sebab ia kembali berkonflik perusahaannya karena masalah
pembagian irigasi antara perkebunan tebu dan para petani padi diwilayah tersebut yang pada akhirnya membuat ia
dipecat dari pekerjaannya. 
Setelah dipecat dan menjadi seorang pengangguran, ibunya Louisa Neumann kemudian meninggal dan
menyebabkan Douwes Dekker kemudian depresi. Ia kemudian meninggalkan Hindia Belanda dan kemudian ke
Afrika Selatan menerima tawaran pemerintah kolonial Belanda untuk ikut berperang dalam perang Boer melawan
Inggris pada tahun 1899 dan Di Afrika Selatan, ia bahkan sempat menjadi warga negara disana dan membuat
saudaranya yang lain menyusulnya kesana. 
Di Indonesia, Douwes Dekker kemudian kembali aktif di dunia jurnalistik. Tulisan-tulisannya kemudian banyak
menyindir kaum kolonial. Di saat itu juga, Douwes Dekker kemudian mendirikan partai baru penerus Indische
Partij yang bernama Nationaal Indische Partij namun partai tersebut tidak mendapat izin dari pemerintahan
kolonial Belanda.
Larangan mengajar membuat Douwes Dekker kemudian bekerja di kantor Kamar Dagang Jepang di Batavia
(Jakarta). Disini, ia kemudian akrab dengan Mohammad Husni Thamrin. Serangan Jerman ke Eropa membuat
banyak orang-orang Eropa yang ditangkap termasuk Douwes Dekker yang dituduh sebagai Komunis.
Douwes Dekker kemudian dibuang ke Suriname di tahun 1941 yang juga menyebabkan ia kemudian berpisah
dengan istrinya Johanna Petronella Mossel yang memilih untuk menikah lagi dengan seorang pribumi bernama
Djafar Kartodiredjo. Di Suriname, Douwes Dekker tinggal di kamp 'Jodensavanne' yang sempat menjadi kamp
orang Yahudi. Di kamp tersebut, kehidupan Douwes Dekker sangat memprihatikan bahkan ketika ia berumur 60
tahun, ia sempat kehilangan penglihatan dan hidupnya sangat tertekan.
Usainya perang dunia II, membuat Douwes Dekker kemudian dikirim ke Belanda tahun 1946. Disana ia bertemu
dengan seorang perawat bernama Nelly Albertina Gertzema nee Kruymel yang kemudian menemaninya ke
Indonesia dan tiba pada tanggal 2 januari 1947 di Yogyakarta dan sempat mengganti namanya untuk menghindari
intelijen. Di tahun ittu juga ia menikah dengan Nelly Albertina Gertzema nee Kruymel yang kemudian dikenal
dengan nama Haroemi Wanasita setelah mengetahui bahwa istrinya sebelumnya telah menikah lagi.
Setelah Indonesia mengumumkan kemerdekaan, Douwes Dekker kemudian mengisi posisi penting sebagai menteri
negara di kabinet Sjahrir III meskipun hanya 9 bulan saja. Douwes Dekker juga sempat menjadi delegasi negosiasi
dengan Belanda dan pengajar di Akademi Ilmu Politik  dan kepala seksi penulisan sejarah yang berada dibawah
Kementrian Penerangan ketika itu. Pada tanggal 28 agustus 1950, Douwes Dekker akhirnya menghembuskan
nafas terakhirnya, namun di batu nisan makamnya tertulis ia wafat pada tanggal 29 agustus 1950. Beliau kemudian
dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cikutra, Bandung.

5. Dr. Cipto Mangunkusumo


Cipto Mangunkusumo dilahirkan di Desa Pecagakan, Jepara. Ia adalah putera tertua dan Mangunkusumo, seorang
priyayi rendahan dalam struktur masyarakat Jawa yang bekerja sebagai guru. Meskipun demikian, Mangunkusumo
berhasil menyekolahkan anak-anaknya pada jenjang yang tinggi. Ketika menempuh pendidikan di STOVIA, Cipto
dinilai sebagai pribadi yang jujur, berpikiran tajam, dan rajin. Para guru menjuluki Cipto sebagai “een begaald
leerling” atau murid yang berbakat. Cipto juga dengan tegas memperlihatkan sikapnya. Ia membuat tulisan-tulisan
pedas mengkritik Belanda di harian De locomotive dan Bataviaasch Nieuwsblad sejak tahun 1907. Setelah lulus
dari STOVIA, beliau bekerja sebagai dokter pemerintah kolonial Belanda yang ditugaskan di Demak. Sikapnya
yang tetap kritis melalui berbagai tulisan membuatnya kehilangan pekerjaan.

Cipto Mangunkusumo menyambut baik kehadiran Budi Utomo sebagai bentuk kesadaran pribumi akan dirinya. Ia
menginginkan Budi Utomo sebagai organisasi politik yang harus bergerak secara demokratis dan terbuka bagi
semua rakyat Indonesia. Hal ini menimbulkan perbedaan antara dirinya dan pengurus Budi Utomo lainnya. Cipto
Mangunkusumo lalu mengundurkan diri dan membuka praktek dokter di Solo, ia pun mendirikan R.A. Kartini
Klub yang bertujuan memperbaiki nasib rakyat.

Ia kemudian bertemu Douwes Dekker dan bersama Suwardi Suryaningrat mereka mendirikan Indische Partij pada
tahun 1912. Cipto selanjutnya pindah ke Bandung dan aktif menulis di harian De Express. Menjelang perayaan
100 tahun kemerdekaan Belanda dan Perancis, Cipto Mangunkusumo dan Suwardi mendirikan Komite
Bumiputera sebagai reaksi atas rencana Belanda merayakannya di Indonesia.

Aksi Komite Bumi Putera mencapai puncaknya pada 19 Juli 1913, ketika harian De Express menerbitkan artikel
Suwardi Suryaningrat yang berjudul “Ais ik Nederlands Was” (Andaikan Saya Seorang Belanda). Cipto kemudian
menulis artikel yang mendukung Suwardi keesokan harinya. Akibatnya, 30 Juli 1913 Cipto Mangunkusumo dan
Suwardi dipenjara. Melihat kedua rekannya dipenjara, Douwes Dekker menulis artikel di De Express yang
menyatakan bahwa keduanya adalah pahlawan. Pada 18 Agustus 1913, Cipto Mangunkusumo bersama Suwardi
Suryaningrat dan Douwes Dekker dibuang ke Belanda.

Selama di Belanda, kehadiran mereka membawa perubahan besar terhadap Indische Vereeniging, sebuah
organisasi mahasiswa Indonesia di Belanda yang semula bersifat social menjadi lebih politis. Konsep Hindia bebas
dari Belanda dan pembentukan sebuah negara Hindia yang diperintah rakyatnya sendiri mulai dicanangkan oleh
Indische Vereeniging. Oleh karena alasan kesehatan, pada tahun 1914 Cipto Mangunkusumo diperbolehkan
pulang kembali ke Jawa dan sejak saat itu dia bergabung dengan Insulinde. Pada 9 Juni 1919 Insulinde mengubah
nama menjadi Nationaal-Indische Partij (NIP).

Pada tahun 1918, Pemerintah Hindia Belanda membentuk Volksraad (Dewan Rakyat). Cipto Mangunkusumo
terpilih sebagai salah satu anggota oleh gubernur jenderal Hindia Belanda mewakili tokoh yang kritis. Sebagai
anggota Volksraad, sikap  Cipto Mangunkusumo tidak berubah. Melihat kenyataan itu, Pemerintah Hindia Belanda
pada tahun 1920 mengusir Cipto Mangunkusumo ke luar Jawa. Cipto kemudian dibuang lagi ke Bandung dan
dikenakan tahanan kota. Selama tinggal di Bandung, Cipto Mangunkusumo kembali membuka praktek dokter
dengan bersepeda ke kampung-kampung. Di Bandung pula CiptoMangunkusumo bertemu dengan kaum nasionalis
yang lebih muda, seperti Sukarno yang pada tahun 1923 membentuk Algemeene Studie Club. Pada tahun 1927
Algemeene Studie Club diubah menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI). Meskipun Cipto tidak menjadi anggota
resmi dalam Algemeene Studie Club dan PNI, Cipto tetap diakui sebagai penyumbang pemikiran bagi generasi
muda, termasuk oleh Sukarno.
Pada tahun 1927, Belanda Menganggap Cipto Mangunkusumo terlibat dalam upaya sabotase sehingga
membuangnya ke Banda Neira. Dalam pembuangan, penyakit asmanya kambuh. Ketika Cipto Mangunkusumo
diminta untuk menandatangani suatu perjanjian bahwa dia dapat pulang ke Jawa untuk berobat dengan melepaskan
hak politiknya, Cipto secara tegas mengatakan bahwa lebih baik mati di Banda. Cipto kemudian dipindahkan ke
Makasar, lalu ke Sukabumi pada tahun 1940. Udara Sukabumi yang dingin Ternyata tidak baik bagi kesehatan
beliau sehingga dipindahkan lagi ke Jakarta hingga Dokter Cipto Mangunkusumo wafat pada 8 Maret 1943.

6. Suwardi Suryaningrat
Tokoh berikut ini dikenal sebagai pelopor pendidikan untuk masyarakat pribumi di Indonesia ketika masih dalam
masa penjajahan Kolonial Belanda. Beliau merupakan tokoh pendidikan indonesia dan juga seorang pahlawan
Indonesia.  Beliau sendiri lahir di Kota Yogyakarta, pada tanggal 2 Mei 1889, Hari kelahirannya kemudian
diperingati setiap tahun oleh Bangsa Indonesia sebagai Hari Pendidikan Nasional. Beliau sendiri terlahir dari
keluarga Bangsawan, ia merupakan anak dari GPH Soerjaningrat, yang merupakan cucu dari Pakualam III.
Terlahir sebagai bangsawan maka beliau berhak memperoleh pendidikan untuk para kaum bangsawan. Beliau juga
mempunyai nama lain yang terkenal yaitu Ki Hajar Dewantara
#1 Teks cerita inspiratif: Gajah yang Diikat Tali (tentang
keyakinan)
Orientasi
Seorang pria sedang berjalan melalui kamp gajah, dan dia melihat bahwa gajah
tidak disimpan di dalam kandang atau ditahan dengan menggunakan rantai.

Awal Peristiwa
Semua yang menahan mereka untuk keluar dari kamp, adalah hanya seutas tali
yang diikat ke salah satu kaki mereka.

Komplikasi
Ketika pria itu memandangi gajah-gajah itu, ia benar-benar bingung mengapa
gajah-gajah itu tidak hanya menggunakan kekuatan mereka untuk mematahkan
tali dan melarikan diri dari kamp. Mereka dapat dengan mudah melakukannya,
tetapi sebaliknya, mereka tidak berusaha sama sekali.

Karena penasaran dan ingin mengetahui jawabannya, ia bertanya kepada


seorang pelatih di dekat situ mengapa gajah-gajah itu hanya berdiri di sana dan
tidak pernah mencoba melarikan diri.

Resolusi
Kemudian sang pelatih menjawab,

Ketika mereka (gajah) masih sangat muda dan kecil kita gunakan tali dengan
ukuran yang sama untuk mengikat mereka hingga saat ini. Semakin besar gajah
tersebut, mereka masih percaya tidak bisa kabur dari tali tersebut dan dapat
menahan mereka, sehingga mereka tidak pernah mencoba untuk kabur.

Satu-satunya alasan gajah tidak membebaskan dan melarikan diri dari kamp
adalah karena seiring waktu mereka yakin bahwa itu tidak mungkin.

Koda
Pesan moral dalam cerita:

Tidak peduli berapa banyak dunia berusaha untuk menahan


Anda, selalu lanjutkan dengan keyakinan bahwa apa yang
ingin Anda capai adalah suatu yang mungkin. Percaya bahwa
Anda bisa menjadi sukses adalah langkah terpenting untuk
benar-benar bisa mencapainya.
#2 Sekumpulan Katak (tentang dorongan yang kuat)
Gambar oleh Jill Wellington dari Pixabay
Orientasi
Ketika sekelompok katak bepergian melalui hutan, dua dari mereka jatuh ke
lubang yang dalam. Ketika katak-katak lain berkerumun di sekitar lubang dan
melihat seberapa dalam, mereka memberi tahu kedua katak itu bahwa tidak ada
harapan lagi bagi mereka.

Awal Peristiwa
Namun, kedua katak memutuskan untuk mengabaikan apa yang dikatakan orang
lain dan mereka terus mencoba dan melompat keluar dari lubang.

Terlepas dari upaya mereka, kelompok katak di bagian atas lubang masih
mengatakan bahwa mereka harus menyerah. Bahwa mereka tidak akan pernah
berhasil.

Komplikasi
Akhirnya, salah satu katak memperhatikan apa yang dikatakan orang lain dan dia
menyerah, jatuh ke kematiannya. Katak yang lain terus melompat sekuat tenaga.
Sekali lagi, kerumunan katak berteriak kepadanya untuk menghentikan rasa sakit
dan mati begitu saja.

Resolusi
Dia melompat lebih keras dan akhirnya berhasil. Ketika dia keluar, katak lainnya
berkata, “Apakah kamu tidak mendengar kami?”

Katak itu menjelaskan kepada mereka bahwa dia tuli. Dia pikir mereka (kelompok
katak di atas) sedang memberi dorongan kepadanya sepanjang waktu.

Koda
Pesan moral dalam cerita :

Kata-kata orang dapat memiliki efek besar pada kehidupan


orang lain. Pikirkan tentang apa yang Anda katakan sebelum
keluar dari mulut Anda. Mungkin saja dapat menyebabkan
perbedaan antara hidup dan mati.
#3 Teks cerita inspiratif: Kupu-kupu (tentang usaha yang kuat)

Orientasi
Seorang pria menemukan kepompong kupu-kupu.

Awal Peristiwa
Suatu hari sebuah celah kecil muncul. Dia duduk dan memperhatikan kupu-kupu
itu selama beberapa jam ketika ia berusaha memaksakan tubuhnya melewati
lubang kecil itu.

Sampai tiba-tiba berhenti membuat kemajuan dan tampak seperti macet.

Komplikasi
Maka lelaki itu memutuskan untuk membantu kupu-kupu itu. Dia mengambil
gunting dan memotong kepompong yang tersisa. Kupu-kupu kemudian muncul
dengan mudah, meskipun memiliki tubuh bengkak dan sayap kecil yang layu.

Resolusi
Pria itu tidak memikirkan apa-apa tentang itu dan duduk di sana menunggu
sayap membesar untuk membantu kupu-kupu. Tetapi hal itu tidak terjadi. Kupu-
kupu menghabiskan sisa hidupnya tidak bisa terbang, merangkak dengan sayap
kecil dan tubuh bengkak.

Koda
Meskipun pria itu baik hati, dia tidak mengerti bahwa kepompong yang
membatasi dan perjuangan yang dibutuhkan oleh kupu-kupu untuk bisa
menembus lubang kecil; adalah cara Tuhan untuk memaksakan cairan dari tubuh
kupu-kupu ke sayapnya. Mempersiapkan diri untuk terbang begitu sudah keluar
dari kepompong.

Pesan moral dalam Teks cerita inspiratif :

Perjuangan kita dalam hidup adalah untuk mengembangkan


kekuatan kita. Tanpa perjuangan, kita tidak pernah tumbuh
dan tidak pernah menjadi lebih kuat, jadi penting bagi kita
untuk mengatasi tantangan kita sendiri, dan tidak
mengandalkan bantuan dari orang lain.

Mengapa tiap warga negara menjadi wajib pajak dengan membayarkan


berbagai macam jenis pajak terhadap Negara? Apa yang didapatkan
setelah kewajiban membayar pajak dilaksanakan para wajib pajak?
Perlu diketahui, pajak merupakan sumber utama penerimaan suatu
negara. Oleh karenanya tanpa pajak, sebagian besar kegiatan negara,
yang diantaranya adalah membayar gaji pegawai, sampai membiayai
pembangunan infrastruktur Negara akan sulit untuk dapat dilaksanakan.

Perpajakan Indonesia telah diatur Pasal 23 A UUD 1945 yang


menyatakan bahwa "Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa
untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang."

Selanjutnya, pengertian pajak sebagaimana disebutkan Pasal 1 angka 1


UU Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga atas UU Nomor 6
Tahun 1983 tentang Ketentuan Umuim dan Tata Cara Perpajakan, bahwa
"Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat."

Pajak merupakan sumber utama penerimaan suatu negara. Oleh


karenanya tanpa pajak, sebagian besar kegiatan negara, yang
diantaranya adalah membayar gaji pegawai, sampai membiayai
pembangunan infrastruktur Negara akan sulit untuk dapat dilaksanakan.

Indonesia telah memiliki berbagai jenis pajak yang wajib dipenuhi wajib
pajak, diantaranya adalah Pajak Penghasilan; Pajak Pertambahan Nilai
atas Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah; Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB); Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
(BPHTB), serta pajak lain. Kesemuanya diatur dalam Undang-undang
tersendiri.

Anda mungkin juga menyukai