Anda di halaman 1dari 18

Teori Perkembangan

Sosio-Emosional dan
Sosial Anak Usia Dini
Kelompok 3
St. Andirfani Wahyuningsih 200701502031

Nur Azisah Halim 200701501049

Dian Mutmainna 200701500047

Rahmat 200701502036
A. Perkembangan Sosial Anak Usia Dini

Perkembangan adalah perubahan mental yang


berlangsung secara bertahap dan dalam waktu
tertentu, dari kemampuan sederhana menjadi
kemampun yang lebih kompleks.

Hurlock (2000:250) mengatakan bahwa perkembangan sosial


adalah perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan
tuntutan sosial. Sejalan dengan pendapat di atas, menurut
pendapat Allen dan Marotz (2010:31) perkembangan sosial adalah
area yang mencakup perasaan dan mengacu pada perilaku dan
respon individu terhadap hubungan mereka dengan individu lain.
B. Pro se s
n g an Sosial
Perkem b a
Anak

Menurut Hurlock (2000:251) untuk mencapai perkembangan sosial dan


mampu bermasyarakat, seorang individu memerlukan tiga proses. Ketiga
proses tersebut saling berkaitan, jadi apabila terjadi kegagalan dalam
salah satu proses akan menurunkan kadar sosialisasi individu. Ketiga
proses ini yaitu: (1) Belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial.
(2) Belajar memainkan peran sosial yang dapat diterima. . (3)
Perkembangan proses sosial, untuk bersosialisasi dengan baik, anak harus
menyukai orang dan kegiatan sosial dalam kelompok.
Proses perkembangan sosial Thomas Ford Hoult (Padil, 2010: 88),
anak menurut Moh Padil dan mengemukakan bahwa proses
Triyo Supriyatno (2007: 84) sosialisasi “Almost always denots Pendefinisian proses sosialiasi tidak
dapat dilakukan melalui bisa terlepas dari 3 (tiga) hal yaitu:
the process where by individuals
duacarayaitu:(1) proses (1) Proses sosialisasi adalah proses
learn to behave willingly in
belajarsosial, yang sering belajar, yaitu suatu proses
accordance with the privailing
disebut akomodasi yang mana individu
standards oftheir culture (Sosialisasi
menahan, mengubah impuls-
denganistilahsosialisasi, dan adalah proses belajar individu untuk
impuls dalam dirinya dan
(2)melaluipembentukanloyal bertingkah laku sesuai dengan mengambil oper cara hidup
itas sosial. standar yang terdapat dalam ataukebudayaanmasyarakatnya;

kebudayaan masyarakat). (2) Pada proses sosialisasi itu,
individu mempelajari kebiasaan,
sikap, ide-ide, pola-pola nilai dan
tingkah laku, dalam masyarakat di
PCiri sosialisasi peride prasekolah antara lain: (1) Membuat mana diahidup; dan (3)
kontak sosial dengan orang di luar rumah;(2) Pregang age, Semuasikap dan kecakapan yang
artinya anak prasekolah berkelompok belum mengikuti arti dipelajari dalam proses sosialisasi
sosialisasi yang sebenarnya. Anak mulia belajar menyesuaikan itu disusun dan dikembangkan
diri dengan harapan lingkungan sosialnya; (3) Hubungan sebagai suatu kesatuan sistem
dengan orang dewasa; (4) Hubungan dengan teman sebaya; dalam diri pribadinya.
(5) 3-4 tahun anak mulai bermain bersama.
C. Ciri-ciri
Sosial Anak
Usia Dini
Soemarti (Sri Harini dan Aba Firdaus,
2003: 60) menyebutkan ciri sosial Erikson mengidentifikasi perkembangan sosial anak sebagai
anak prasekolah secara umum berikut (1) Tahap 1 : Basic trust vs Mistrust (percaya vs curiga), usia
antara lain: memiliki satu atau dua 0-2 tahun pada tahap ini, apabila anak mendapatkan
sahabat tetapi cepat berganti, bisa pengalaman yang menyenangkan akan tumbuh rasa percaya diri
menyesuaikan diri secara sosial, dan apabila mendapatkan pengalaman yang kurang
sudah mau bermain dengan menyenangkan akan timbul rasa curiga. (2) Tahap 2: Autonomy vs
temannya dalam kelompok kecil dan Shame & Doubt (mandiri vs ragu), anak usia 2-3 tahun apabila
kurang terorganisir dengan baik, sudah merasa mampu menguasai anggota tubuhnya dapat
perselisihan kerap terjadi akan tetapi menimbulkan otonomi, sebaliknya apabila lingkungan terlalu
hanya berlangsung beberapa saat banyak bertindak untuk anak akan menimbulkan rasa malu dan
kemudian mereka baikan kembali, ragu-ragu. (3) Tahap 3: Initiative vs Guilt (iniiatifvsbersalah),
anak yang lebih kecil sering bermain anakusia 4-5 tahun, anak dapat menunjukkan mulai lepas dari
bersebelahan dengan anak yang orang tua anak berinteraksi denagn lingkungannya. Kondisi lepas
lebih besar, dan anak-anak telah dari orang tua menimbulkan rasa berinisiatif, dan sebaliknya
menyadari peran jenis kelamin dan menimbulkan rasa bersalah.(4) Tahap 4: percaya diri vs rasa
sex typing. rendah diri, usia 6 tahu sampai pubertas, anak telah dapat

melaksanakan tugas-tugas perkembangan untuk menyiapkan diri
memasuki masa dewasa sehingga perlu memiliki keterampilan
tertentu. Apabila anak menguasai keterampilan tertentu dapat
menumbuhkan rasa percaya diri, dan apabila tidak akan
menumbuhkan rasa rendah diri.

Menurut Piaget ciri perkembangan sosial anak usia 4-6


Hurlock (dalam Susanto, 2011: 139) menjelaskan bahwa tahun (taman kanak-kanak) sebagai berikut (1) Usia 4
pola perilaku sosial pada anak usia dini meliputi: (1) tahun, perkembangan sosial antara lain: sangat antusias,
Meniru, anak meniru sikap dan perilaku orang yang ia lebih menyukai bekerja dengan 2 atau 3 teman yang
kagumi, (2) Persaingan, keingingan untuk mengungguli dipilih, suka memakai baju orang tua/orang lain, dapat
dan mengalahkan orang lain sudah terlihat ketika anak membereskan alat permainannya, tidak menyukai
berusia 4 (empat) tahun. (3) Kerjasama. Anak pada usia apabila dipegang tangannya dan menarik perhatian
3 tahun akhir sudah mulai bermain bersama/kooperatif karena di puji. (2) Usia 5 tahun, perkembangan sosial
dengan teman sebaya. (4) Simpati. Simpati antara lain: senang di rumah dekat dengan ibu, ingin di
membutuhkan pengertian tentang perasaan-perasaan suruh/senang membantu, senang pergi ke sekolah,
dan emosi orang lain. Dunia anak adalah bermain, kadang-kadang malu dan sukar bicara, bermain dengan
semakin banyak kontak bermain semakin cepat simpati kelompok 2 atau 5 orang, serta bekerjanya terpacu oleh
akan berkembang. (5) Empati, (6) Dukungan sosial. kompetisi dengan anak lain. (3) Usia 6 tahun,
Berakhirnya masa kanak-kanak dukungan dari teman- perkembangan sosial meliputi: mulai terlepas dari sang
teman menjadi lebih penting daripada persetujuan orang ibu, menjadi pusatnya sendiri, mementingkang diri sendiri,
dewasa. (7) Membagi. Anak mengetahui bahwa salah antusiasme yang impulsif, dapat menjadi faktor
satu cara untuk memperoleh persetujuan sosial adalah penggnaggu di kelas, menyukai pekerjaannya dan selalu
dengan membagi apa yang ia miliki dengan anak lain. ingin membawa pulang.

D. Keterampilan Sosial-emosional
Anak Usia Dini

Sujiono (Susanto, 2011: 140)


Children Resources International (Susanto,
menjelaskan tentang alasan
2011: 143) mengemukakan bahwa
pentingnya seorang anak
keterampilan sosial-emosional anak usia 3
mempelajari berbagai perilaku samapi 4 tahun antara lain: a) memilih teman
sosial diantaranya (1) Agar anak bermain; b) memulai interaksi sosial dengan
dapat belajar bertingkahlaku sesuai anak lain; c) berbagi mainan atau makanan;
dengan harapan masyarakat, (2) d) meminta ijin untuk memakai benda orang
Agar anak mampu memainkan lain; e) mengekspresikan emosi melalui
peranan sosial yang bisa diterima beberapa tindakan, kata-kata, dan ekspresi
kelompoknya, (3) Agar anak dapat wajah; f) menunggu atau menunda keinginan
mengembangkan sikap sosial yang selama lima menit; g) menikmati kedekatan
baik terhadap lingkunganya yang sementara dengan salah satu teman; h)
merupakan modal untuk suksesnya menunjukkankebanggaan terhadap
dalam hidup bermasyarakat, (4) keberhasilannya; i) dapat membuat sesuatu
Agar anak mampu menyesuaikan karena imajinasi dominan; dan j)
diri secara baik, sehingga anak memecahkan masalah dengan teman
sekelas melaui proses pergantian, persuasi,
dapat diterima oleh lingkungan
dan negosiasi.
sosialnya.

E. Faktor yang
MempengaruhiPerkembangan
Sosial Anak

Anak dilahirkan belum bersifat sosial, artinya


anaktersebut belum memiliki kemampuan untuk
bergaul dengan orang lain. Untuk mencapai
kematangan sosial, anak harus belajar cara
menyesuaikan diri dengan orang lain.
Menurut pendapat sunarto dan Agung Hartono (2002: 132),
pendidikan di sekolah merupakan proses sosialisasi anak
yang terarah. Penanaman norma perilaku yang benar
secara sengaja diberikan kepada peserta didik yang belajar
di lembanga pendidikan (sekolah). Proses pengoperasian
ilmu yang normatifdalampendidikan, akanmemberikan
warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan
kehidupan mereka yang akan datang.
Menurut Hurlock (2000:256)
perkembangan sosial anak
dipengaruhi oleh dua hal yaitu :

(1) Keluarga; Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama


yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan
anak, termasuk perkembangan sosialnya. Perkembangan sosial anak
sangat dipengaruhi olehproses perlakuan atau bimbingan orang tua
dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan sosial, atau norma-
norma kehidupan bermasyarakat atau mendorong dan memberikan
contoh kepada anaknya bagaimana menerapakan norma-norma
tersebut dalam kehidupan sehari-hari. (2) Lingkungan di luar rumah,
Hurlock (2000; 257) mengatakan bahwa pengalaman sosial awal di
lingkungan luar keluarga melengkapi pengalaman di lingkungan
keluarga. Sekolah merupakan salah satu lingkungan di luar keluarga
yang mempengaruhi berkembangnya sikap sosial anak.

Moh Padil dan Triyo Supriyatno (2007:105)


menjelaskan bahwa perkembangan sosial anak
bergantung pada dua hal yaitu pertama,
perkembangan biologis (contoh makanan atau
minuman, perlindungan orang tua kepada bayi dan
sebagainya); dan kedua, perkembangan personal
sosial meliputi pengalaman dan pengaruh orang
lain. Perkembangan sosial anak dipengaruhi oleh 4
(empat) hal yaitu pemberian kesempatan bergaul
dengan orang lain di sekitar anak; adanya minat dan
motivasi untuk bergaul; adanya bimbingan dan
pengajaran dari orang lain yang dianggap model
bagi anak, dan adanya kemampuan komunikasi
secara baik yang dimiliki anak (Ahmad Susanto, 2011:
156).
F. Tahap Perkembangan Keterampilan
Emosional Bayi – Anak
Psikolog dan psikoanalis Erik Erikson membagi perkembangan sosial-emosi dalam beberapa
tahap. Empat tahun pertama berkaitan dengan perkembangan sosial dan emosi pada usia
bayi hingga 12 tahun, dan empat tahun berikutnya pada usia 12 tahunhinggadewasa.
Tahap perkembangan I: Harapan (bayi-2 tahun)
Tahap pertama merupakan tahap bayi untuk belajar mengenai harapan, serta
bagaimana orang-orang di sekelilingnya memberi tanggapan (learning trust vs mistrust).
Tahap perkembangan II: Keinginan (18 bulan - 4 tahun)
Pada tahap inianak akan belajar menghadapi konflik kemandirian vs rasa malu (learning
autonomy vs ashamed).
Tahap perkembangan III: Maksud (3 - 6 tahun)
Pada tahap ketiga, anak-anak akan belajar untuk menghadapi emosi ketika maksudnya
diterima atau ditolak (initiative vs guilt). Usia 3-6 tahun, adalah masa bermain untuk anak-
anak.
Tahap perkembangan IV: Kompetensi (5.5 - 12 tahun)
Tahap ini berkembang pada usia sekolah. Di sini, anak akan belajar bagaimana berkopetensi
dalam kelompok, dengan mengembangkan 3 keterampilan sosial, seperti: mematuhi aturan,
belajar bagaimana cara bermain, dan belajar bagaimana menguasai pelajaran disekolah.
G. Faktor yang Mempengaruhi
Perkembangan Sosial-Emosi Anak

Silahkan isi text ini dengan


penjelasan mengenai topik
Keluarga yang ingin kamu bahas.
Sekolah Teman Sebaya
Dalamilmupendidikan, keluarga

Sekolahadalahlingkungankedua Temansebayaadalahhubung
menjadi lingkungan pendidikan Jangan lupa untuk mengajak
bagi anak. Disekolah anak an antara individu pada
pertama dan terpenting. audiens untuk aktif dalam
berhubungan dengan pendidik anak atau remaja dengan
Lingkungan keluarga memiliki sesi presentasi.
dan teman sebaya. Hubungan tingkat usia yang sama dan
peran penting dalam
antara anak dan pendidik dan melibatkan keakraban yang
perkembangan sosial dan emosi
anak dengan teman sebaya relatif besar dalam
anak di masa depan serta untuk
dapat mempengaruhi kelompok.
kehidupan selanjutnya yang
perkembangan sosial dan emosi

akan mereka jalani.


anak.
H. Manfaat Pengembangan
Keterampilan Sosial-
Emosional Anak Usia Dini
Alasan penting adanya pengembangan aspek sosial-
emosional pada anak adalah untuk membantu anak
untuk dapat mengekspresikan dirinya. Dengan
pengembangan keterampilan sosial-emosional sejak dini
akan sangat membantu anak dalam berinteraksi dengan
orang lain. Sebaliknya, jika pada masa anak-anak gagal
membangun keterampilan sosial-emosional dengan baik,
dengan kata lain keterampilan mereka tidak berfungsi
secara efektif pada tahap perkembangan awal, maka
mereka akan menunjukkan perilaku bermasalah dan
mengalami maladaptasi sosial, ketidakmampuan sekolah,
dan kinerja akademis yang buruk (Arnold, 2012).
I. Mengembangkan Manfaat bermain dalam
Keterampilan Sosial
mengembangkan keterampilan
dan Emosional

Sosial-Emosional :
Para pakar mengatakan bahwa
dunia anak adalah dunia bermain. Bermain membantu anak mengembangkan
Dengan bermain anak belajar, kemampuan mengorganisasi dan menyelesaikan
artinya anak yang belajar adalah masalah. Misal bermain dokter-dokter
anak yang bermain, dan anak yang Bermain meningkatkan kompetensi sosial anak.
bermain adalah anak yang belajar. Interaksi sosial, seperti kerja sama, dan peduli terhadap
Bermain merupakan cara yang orang lain, memahami dan menerima perbedaan
paling baik untuk mengembangkan
individu
kemampuan anak. Selain itu,
Bermain membantu anak mengekspresikan dan
bermain menjadi cara yang terbaik
mengurangi rasa takut
bagi anak dalam memahami diri,
orang lain, dan lingkungan. Bermain membantu anak mengusai konflik dan trauma

sosial
Bermain membantu anak mengenali diri mereka
sendiri.

Daftar Pustaka
Arnold, D.H. (2012). The association betweenpreschool
children’s social functioning and their emergent academic
skills. Early ChildRes Q. 376-386

Khoiruddin, M. A. (2018). Perkembangan Anak Ditinjau dari


Kemampuan Sosial Emosional. Tribakti:
JurnalPemikiranKeislaman, 29(2), 425-438.

Lubis, M. Y. (2019). Mengembangkan sosial emosional anak


usia dini melalui bermain. Jurnal Pendidikan Islam Anak
Usia Dini, 2 (1), 47-58

Musyarofah, M. (2017). Pengembangan aspek sosial anak


usia dini di taman kanak-kanak Aba IV Mangli Jember
tahun 2016. INJECT (Interdisciplinary Journal of
Communication), 2(1), 99-122.

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai