Anda di halaman 1dari 10

Santa Theresia dari Kanak-kanak Yesus

Mengenal Santa Theresa

Santa Theresia, Theresia-Martin, dilahirkan di Alencon, Prancis pada 2 Januari 1873.


Theresia adalah anak dari pasangan Louis Martin dan Zelie Guerin. Pasangan ini sebenarnya
dikaruniai sembilan anak, akan tetapi hanya lima yang bertahan hidup. Apa yang kemudian
menjadi istimewa adalah kelima-limanya menjadi biarawati.

Keluarga Santa Theresia pindah ke Lisieux selepas ibu Santa Theresia meninggal. Di sini,
kakak Theresia yang bernama Pauline masuk ke biara karmel. Karena Theresia begitu akrab
dengan Pauline, Theresia sempat sakit parah karena ditinggal Pauline masuk biara. Banyak
dokter diundang, tapi tak satupun dapat menyembuhkan Theresia. Pada akhirnya, ayahnya
berdoa memohon kesembuhan bagi Theresia kepada Bunda Maria. Keajaiban terjadi! Dalam
kesempatan doa tersebut, patung Bunda Maria tersenyum dan Theresia pun sembuh
seketika.

Theresia bertumbuh sebagai gadis periang dengan kerohanian yang mendalam.


Permenungannya berpadu dengan kepribadiannya yang ‘ke-kanak-an’. Oleh karena itu,
dalam setiap hal yang dibuat dan dialaminya, Theresia senantiasa antusias dan optimis.
Demikian Santa Theresia mempertobatkan seorang penjahat bernama Pranzini. Pranzini
adalah seorang penjahat yang akan dihukum mati; dan, hingga menjelang kematiannya,
Pranzini tidak pernah mau percaya Tuhan. Theresia berdoa kepada Tuhan, agar Pranzini
kemudian mau mengenal dan percaya kepada Tuhan. Dan, setelah eksekusi Pranzini, muncul
berita yang ramai dibicarakan, ‘Pranzini bertobat’. Dalam berita tersebut dikisahkan bahwa
di saat terakhir eksekusinya, Pranzini menangis dan mencium salib yang dibawa seorang
pastor di dekatnya. Pranzini bertobat, dan jiwanya selamat. Santa Theresia begitu terharu
membaca berita ini, lebih-lebih karena doanya dikabulkan oleh Tuhan.

Selepas beberapa waktu, Theresia ikut masuk ke biara karmel di mana kakaknya tergabung.
Kemudian, menyusul saudari-saudarinya yang lain. Pada akhirnya, kelima putri ini menjadi
biarawati karmel, dengan Pauline menjadi kepala biara. Dalam hidup membiara, cinta yang
tumbuh dalam diri Theresia sungguh berbuah. Theresia melulu berdoa, selalu belajar untuk
berelasi dengan baik, menahan diri dari godaan dan kebosanan, pun melakukan pelayanan-
sekecil apapun itu. Demikian Theresia selalu beusaha untuk melaksanakan semua tugas,
terlebih yang kecil, dengan cinta yang penuh; di sinilah letak spirit Theresia yang dikenal
sebagai ‘Jalan Kecil’.

Selama karya dan pelayanannya, Theresia tidak pernah pergi ke daerah lain untuk misi.
Justru, karena sakitnya, Theresia terpaksa berbaring saja di biara. Akan tetapi, Santa
Theresia dijadikan pelindung bagi karya misi (bersama Santo Fransiskus). Hal ini karena
dalam keterbatasannya, Theresia senantiasa berdoa bagi mereka yang sedang ada dalam
misi. “Aku merasa bahwa misiku baru akan dimulai; misiku untuk membuat orang lain
mengasihi Allah seperti aku mengasihiNya; misiku adalah untuk mengajarkan kepada semua
orang ‘jalan kecil’-ku.”
St. Theresia dari Kanak-kanak Yesus

KISAH HIDUP THERESIA

Theresia Martin dilahirkan di kota Alençon, Perancis, pada tanggal 2 Januari 1873. Ayahnya
bernama Louis Martin dan ibunya Zelie Guerin. Pasangan tersebut dikarunia sembilan orang anak,
tetapi hanya lima yang bertahan hidup hinga dewasa. Kelima bersaudara itu semuanya puteri dan
semuanya menjadi biarawati!

Ketika Theresia masih kanak-kanak, ibunya terserang penyakit kanker. Pada masa itu, mereka
belum memiliki obat-obatan dan perawatan khusus seperti sekarang. Para dokter mengusahakan
yang terbaik untuk menyembuhkannya, tetapi penyakit Nyonya Martin bertambah parah. Ia
meninggal dunia ketika Theresia baru berusia empat tahun.

Sepeninggal isterinya, ayah Theresia memutuskan untuk pindah ke kota Lisieux, di mana kerabat
mereka tinggal.  Di dekat sana ada sebuah biara Karmel di mana para suster berdoa secara khusus
untuk kepentingan seluruh dunia. Ketika Theresia berumur sepuluh tahun, seorang kakaknya,
Pauline, masuk biara Karmel di Lisieux. Hal itu amat berat bagi Theresia. Pauline telah menjadi
"ibunya yang kedua", merawatnya dan mengajarinya, serta melakukan semua hal seperti yang
dilakukan ibumu untuk kamu. Theresia sangat kehilangan Pauline hingga ia sakit parah. Meskipun
sudah satu bulan Theresia sakit, tak satu pun dokter yang dapat menemukan penyakitnya. Ayah
Theresia dan keempat saudarinya berdoa memohon bantuan Tuhan. Hingga, suatu hari patung
Bunda Maria di kamar Theresia tersenyum padanya dan ia sembuh sama sekali dari penyakitnya!

Suatu ketika, Theresia mendengar berita tentang seorang penjahat yang telah melakukan tiga kali
pembunuhan dan sama sekali tidak merasa menyesal. Theresia mulai berdoa dan melakukan silih
bagi penjahat itu (seperti menghindari hal-hal yang ia sukai dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan
yang kurang ia sukai). Ia memohon pada Tuhan untuk mengubah hati penjahat itu. Sesaat sebelum
kematiannya, penjahat itu meminta salib dan mencium Tubuh Yesus yang tergantung di kayu salib.
Theresia sangat bahagia!  Ia tahu bahwa penjahat itu telah menyesali dosanya di hadapan Tuhan.

Theresia sangat mencintai Yesus. Ia ingin mempersembahkan seluruh hidupnya bagi-Nya. Ia ingin
masuk biara Karmel agar ia dapat menghabiskan seluruh harinya dengan bekerja dan berdoa bagi
orang-orang yang belum mengenal dan mengasihi Tuhan. Tetapi masalahnya, ia terlalu muda. Jadi,
ia berdoa dan menunggu dan menunggu dan berdoa. Hingga akhirnya, ketika umurnya lima belas
tahun, atas ijin khusus dari Paus, ia diijinkan masuk biara Karmelit di Liseux.

Apa yang dilakukan Theresia di biara? Tidak ada yang istimewa. Tetapi, ia mempunyai suatu
rahasia: CINTA. Suatu ketika Theresia mengatakan, "Tuhan tidak menginginkan kita untuk
melakukan ini atau pun itu, Ia ingin kita mencintai-Nya." Jadi, Theresia berusaha untuk selalu
mencintai. Ia berusaha untuk senantiasa lemah lembut dan sabar, walaupun itu bukan hal yang
selalu mudah. Para suster biasa mencuci baju-baju mereka dengan tangan. Seorang suster tanpa
sengaja selalu mencipratkan air kotor ke wajah Theresia. Tetapi Theresia tidak pernah menegur atau
pun marah kepadanya. Theresia juga menawarkan diri untuk melayani suster tua yang selalu
bersungut-sungut dan banyak kali mengeluh karena sakitnya. Theresia berusaha melayani dia
seolah-olah ia melayani Yesus. Ia percaya bahwa jika kita mengasihi sesama, kita juga mengasihi
Yesus. Mencintai adalah pekerjaan yang membuat Theresia sangat bahagia.

Hanya sembilan tahun lamanya Theresia menjadi biarawati. Ia terserang penyakit tuberculosis
(TBC) yang membuatnya sangat menderita. Kala itu belum ada obat yang dapat menyembuhkan
penyakit TBC. Dokter hanya bisa sedikit menolong. Ketika ajal menjelang, Theresia memandang
salib dan berbisik, "O, aku cinta pada-Nya, Tuhanku, aku cinta pada-Mu!" Pada tanggal 30
September 1897, Theresia meninggal dunia ketika usianya masih duapuluh empat tahun. Sebelum
wafat, Theresia berjanji untuk tidak menyerah pada rahasianya. Ia berjanji untuk tetap mencintai
dan menolong sesama dari surga. Sebelum meninggal Thresesia mengatakan, "Dari surga aku akan
berbuat kebaikan bagi dunia." Dan ia menepati janjinya! Semua orang dari seluruh dunia yang
memohon bantuan St. Theresia untuk mendoakan mereka kepada Tuhan telah memperoleh jawaban
atas doa-doa mereka.

SETELAH THERESIA WAFAT

Setelah wafat, Theresia menjadi terkenal karena buku yang ditulisnya "Kisah Suatu Jiwa," yang
diterbitkan satu tahun setelah wafatnya (di Indonesia diterjemahkan dengan judul: 'Aku Percaya
akan Cinta Kasih Allah'). Theresia dikanonisasi pada tahun 1925 oleh Paus Pius X. Ia dikenal
dengan sebutan Santa Theresia dari Kanak-kanak Yesus atau Santa Theresia si Bunga Kecil. St.
Theresia bersama-sama dengan St. Jeanne d'Arc diberi gelar Pelindung Perancis. Selain itu St.
Theresia bersama-sama dengan St. Fransiskus Xaverius diberi gelar Pelindung Misionaris.  Baru-
baru ini, tanggal 19 Oktober 1997, Theresia juga menjadi wanita ke-3 yang diberi gelar Doktor
Gereja. Kalian dapat mohon bantuannya mengenai apa saja. Ia pernah berjanji  akan melimpahi kita
dengan bunga-bunga mawar dari surga dan memang, sejak kematiannya banyak mukjizat yang
terjadi berkat bantuan doanya. Pestanya dirayakan setiap tanggal 1 Oktober.

RAHASIA THERESIA : JALAN KECIL, JALAN KANAK-KANAK ROHANI

Theresia seorang gadis yang sederhana dengan `jalan kecilnya' yang istimewa.  Ia menunjukkan
bahwa kekudusan dapat dicapai oleh siapa saja betapa pun rendah, hina dan biasanya orang itu.
Caranya ialah dengan melaksanakan pekerjaan-pekerjaan kecil dan tugas sehari-hari dengan penuh
cinta kasih murni kepada Tuhan. Kamu pun dapat menjadi kudus dengan cara-cara sederhana
seperti yang dilakukan oleh St. Theresia dengan jalan kecilnya.
CATATAN ST. THERESIA DARI KANAK-KANAK YESUS

"Oh Yesus, aku tahu cinta hanya dapat dibalas dengan cinta, maka aku sudah menemukan alat
untuk memuaskan hatiku dengan memberikan cinta kepada Cinta-Mu." (Otobiografi)

"Kamu ingin supaya aku memberitahukan sarana untuk menjadi sempurna. Aku hanya tahu satu
ini saja: CINTA." (Otobiografi, surat kepada Marie Guerin)

"Perbuatan-perbuatan yang gemilang bukan untukku.... Jadi, bagaimanakah akan kubuktikan


cintaku, karena cinta dibuktikan dalam perbuatan? Dengan perbuatan dan kurbanku yang kecil-
kecil. Ya Yesus, hal-hal kecil yang tak berarti itu akan menyenangkan Engkau!" (Otobiografi)

"Aku merasa diriku dikuasai oleh sekian banyak kelemahan, namun itu tidak pernah membuatku
heran ... alangkah manisnya merasakan diriku lemah dan kecil." (Percakapan Terakhir)

"Kekudusan adalah suatu sikap hati, yang menempatkan kita ke dalam tangan Tuhan, kecil dan
rendah hati, menyadari kelemahan kita dan secara buta mengandalkan kebaikan Ke-Bapaan-Nya."
(Percakapan Terakhir)

"Di suatu hari Minggu kupandang Yesus di salib. Hatiku tersentuh oleh darah yang menetes dari
tangan-Nya yang kudus. Kurasa sungguh sayang, sebab darah itu menetes ke tanah tanpa ada yang
menampungnya. Aku pun memutuskan untuk dalam Roh tinggal di kaki salib supaya dapat
menampung darah Ilahi yang tercurah dari salib itu dan aku mengerti bahwa setelah itu aku harus
menuangkannya atas jiwa-jiwa." (Otobiografi)
Tugas Perutusan Murid Yesus

Mewartakan Injil / Kabar Gembira tentang datangnya Kerajaan Allah: kedamaian, kerukunan,
persaudaraan, keadilan dan cinta kasih Pengakhiran kemiskinan dan penghapusan kemalangan

Mengikutsertakan murid-muridNya: Kabar gembira keselamatan yang dibawaNya dapat diketahui


oleh semua orang. Tugas pewartaan keselamatan adalah tanggung jawab bersama Yesus tidak ingin
melakukannya sendiri Sabda dan tindakan Yesus harus oleh para muridNya

Petunjuk Yesus kepada pra murid dalam melaksanakan tugas perutusan: Tidak memilih-milih
dimana dan kepada siapa mereka mewartakan keselamatan Tidak membebani diri dengan harta /
pundi-pundi Mengucapkan salam dari allah di rumah-rumah orang Menyembuhkan orang-orang
sakit yang dijumpai Memperingatkan orang-orang yang menolak Yesus

Resiko dalam menjalankan perutusan “Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-serigala”
- berat dan penuh tantangan: ditolak, dicerca, tidak percaya,

Komitmen dan kesetiaan yang kuat: siap menerima risiko apapun bentuknya, berpedoman pada
kesetiaan Yesus Kristus
Melaksanakan Tugas Perutusan sebagai Murid Yesus

Seseorang yang terpilih menjadi utusan biasanya akan muncul perasaan bangga, perasaan dihargai
atau dihormati, tetapi ada juga kemungkinan seseorang menolak karena merasa berat, merasa tidak
mampu, merasa tidak percaya diri takut akan gagal dan sebagainya. 

Dari pihak yang mengutus, dalam menetapkan utusan tentu saja sudah memiliki pertimbangan-
pertimbangan tertentu, misalnya: karena sudah mengenal pribadi dan kemampuan orang yang
diutusnya sehingga orang yang mengutusnya menaruh kepercayaan yang besar terhadap orang yang
diutusnya. 

Dari pihak orang yang diutusnya, ia mau menerima tugasnya karena ia memiliki keyakinan bahwa
orang yang mengutusnya akan selalu membantu, mendampingi dan menjamin dirinya ketika dia
melaksanakan tugas tersebut.

Sebagai murid Tuhan Yesus, kita mendapat tugas perutusan mewartakan Kabar Gembira tentang
datangnya Kerajaan Allah. Datangnya Kerajaan Allah berarti datangnya kedamaian, kerukunan,
persaudaraan, keadilan, dan cinta kasih. 

Yesus menghendaki agar kabar gembira keselamatan yang dibawa-Nya dapat diketahui oleh semua
orang. Meskipun Ia dapat melakukan sendiri, Yesus tidak mau bekerja sendirian dalam mewartakan
Kerajaan Allah, karena pewartaan Kerajaan Allah menjadi tanggung jawab bersama, maka Ia
mengutus para murid-Nya, “Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku
mengutus kamu” (Yoh 20:21b). Sabda Yesus ini berarti bahwa sabda dan tindakan Yesus harus
dilanjutkan oleh para murid-Nya, yakni semua orang yang mengikuti Yesus, termasuk kita.

Para rasul, sebagai murid-murid Yesus, melaksanakan dengan tekun tugas perutusan dari Yesus itu.
Di mana-mana mereka mewartakan datangnya Kerajaan Allah. “Mereka pun pergilah
memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan
tanda-tanda yang menyertainya.” (Mrk 16:20). Berkat penyertaan Roh Kudus, pewartaan mereka
diterima dengan hati terbuka oleh mereka yang mendengarkan. Dan Paulus melaksanakan tugas ini
dengan penuh semangat. Keyakinannya diungkapkan dengan sangat tegas, “Celakalah aku, jika aku
tidak memberitakan Injil!” (1Kor 9:16).
Jika dikatakan bahwa datangnya Kerajaan Allah berarti pengakhiran kemiskinan dan penghapusan
kemalangan, hal itu merupakan suatu perjuangan tanpa henti dan di manapun oleh seluruh murid
Yesus. Suatu perjuangan baik dengan kata maupun perbuatan, yang mengupayakan keselamatan
bagi semua orang. Seperti tampak dalam perintah Yesus, “Pergilah, jadikanlah semua bangsa
murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka
melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai
kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Mat 28:19-20). 

Siapa pun yang mengikuti Yesus, dipanggil untuk menghadirkan keselamatan di mana mereka
tinggal, dan di tempat mereka bekerja. Karena masing-masing dibekali dengan karunia-karunia
untuk menjadi saksi dan sarana keselamatan. Seperti dikatakan Paulus,“Kepada kita masing-masing
telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus.” (Ef 4:7).

“Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala.” (Luk
10:3). Begitulah peringatan Yesus kepada kita, para murid-Nya. Tugas perutusan yang kita terima
dari Yesus mengandung resiko besar, akan banyak tantangan dan hambatan baik dari dalam diri kita
sendiri maupun dari luar diri kita. Namun Yesus memberi jaminan bahwa Ia selalu menyertai kita,
artinya Ia akan selalu menjaga dan menolong kita. Yesus juga memperingatkan kita supaya “jangan
takut” (bdk Mat 10:28).

Apa makna tugas perutusan murid Yesus?


Kita menerima tugas perutusan sebagai murid Yesus berarti:

pertama-tama kita dipanggil untuk ambil bagian dalam tugas perutusan Yesus dari Allah, Bapa-
Nya. Yaitu mewartakan Injil tentang datangnya Kerajaan Allah dengan kata dan perbuatan. 

Kedua, Mewartakan Kerajaan Allah berarti mengupayakan terciptanya kedamaian, kerukunan,


persaudaraan, keadilan, cinta kasih di mana pun kita berada. Betapa pun kecilnya peran kita, kita
melaksanakannya sesuai dengan kasih karunia yang kita terima dari Tuhan, yaitu sesuai dengan
talenta yang kita miliki. 

Ketiga, dalam melaksanakan tugas perutusan kita, kita sadar akan tantangan dan hambatan yang
akan kita jumpai, namun karena Tuhan selalu meyertai kita, kita tidak perlu takut. Dan justru di
situlah akan kita ketahui seberapa besar nilai dan kualitas diri kita.
Berkat Sakramen Baptis, kita diangkat sebagai murid-murid Yesus dan diangkat sebagai anak-anak
Allah dan berkat Sakramen Penguatan, kita dikaruniai Roh Kudus, daya kehidupan Ilahi untuk
menjadi saksi-saksi Kristus yaitu mewartakan Injil, kabar baik keselamatan kepada semua orang
dimanapun kita berada. Itulah tugas kita. 

Kemudian, bagaimana kita mewujudkan tugas perutusan itu?


Ada berbagai macam cara yang dapat kita lakukan untuk mewujudkan tugas kita sebagai murid
Kristus dalam hidup sehari-hari, misalnya kita dapat aktif di Lingkungan/Paroki, menjadi misdinar
(putra altar), anggota koor, dirigen, lektor, pemazmur, aktif mengikuti pendalaman Kitab Suci
dalam bulan Kitab Suci Nasional, aktif mengikuti pendalaman iman pada masa Adven dan
Prapaska. Kita juga dapat menjadi pendamping Sekolah Minggu atau Bina Iman di sekolah, terlibat
secara aktif dalam karya pelayanan sosial (mengunjungi panti asuhan atau panti wreda;
mengumpulkan dana/barang untuk membantu orang-orang yang kurang beruntung, mengunjungi
teman yang sakit, membimbing teman yang kurang mampu dalam memahami materi pelajaran dan
lain sebagainya), berani menolak dengan tegas hal-hal yang bisa merusak kehidupan, misalnya
narkoba, pornografi, tawuran, dan sebagainya. Selanjutnya dengan bijaksana dapat mempengaruhi
teman yang suka berbuat tidak baik, yang membahayakan kehidupan, agar mereka itu merubah
dirinya menjadi baik dan mencintai kehidupan ini.

Pada intinya, kehadiran kita di tengah-tengah masyarakat dapat menjadi berkat orang lain, sehingga
kehadiran kita menjadi tanda kehadiran Kristus yang menyelamatkan.

Anda mungkin juga menyukai