02
ANALISA PERBANDINGAN METODE BOTTOM-UP DAN METODE TOP-DOWN
PEKERJAAN BASEMENT PADA GEDUNG PARKIR APARTEMEN SKYLAND
CITY EDUCATION PARK BANDUNG DARI SEGI BIAYA DAN WAKTU
Di Susun Oleh :
KELOMPOK 8 (GENAP)
Isan Satriya Permana : 41120010001
Rohman Widiyanto Nugroho : 41120010002
Dafa Adhiyasa : 41120010017
Fajar Abdul Malik : 41120010031
Dosen :
Oties T Tsarwan, ST, MT
Pelat Lantai Struktur Basement dan Atas Item pekerjaan yang dihitung pada
metode top-down yaitu :
a) Pekerjaan Bored Pile dan King Post
b) Pekerjaan Galian
c) Pekerjaan Pelat Lantai Dasar Basement
d) Pekerjaan Kolom
3) Alat-alat berat yang digunakan (gambar jenis alat berat) beserta kapasitas dan
produktivitasnya.
Metode Konstruksi Bottom-Up
a) Pekerjaan Diaphragma Wall
Penggalian Pada pekerjaan ini digunakan alat berat clamshell.
Dengan spesifikasi alat :
Type : SCX300
Manufactured : Hitachi Sumitomo
Bucket capacity : 0,8 m3
Boom Lenght : 10-19 m
Travel speed : 1,8 km/h
Swing speed :4 rpm
b) Pekerjaan Galian Tanah
Pada pekerjaan ini digunakan alat berat excavator dan dump truck.
Produktivitas yang paling menentukan adalah excavator.
Spesifikasi excavator
Type : PC-200
Manufactured : Komatsu
Bucket capacity : 0,93 m3
Boom Lenght : 10-12 m
Travel speed : 5,5 km/h
Swing speed :12,4 rpm
Metode Konstruksi Top-Down
c) Pekerjaan Galian Tanah
Pada pekerjaan ini digunakan alat berat excavator, bulldozer dan dump truck.
Produktivitas yang paling menentukan adalah excavator.
Spesifikasi excavator
Type : PC-40
Manufactured : Komatsu
Bucket capacity : 0,16 m3
Travel speed : 4,6 km/h
Swing speed : 9 rpm
4) Material yang digunakan.
Metode bottom-up
Kekurangan metode konstruksi Bottom Up ini diantaranya ialah (Mistra 2012):
Jadwal pelaksanaan pembangunan menjadi panjang karena ada beberapa tahap
awal pekerjaan yang tidak dapat dilakukan sehubungan dengan adanya proses
galian tanah karena harus menunggu sampai seluruh pekerjaan galian tanah
selesai. Proses galian inilah yang akan membuat jadwal pelaksanaan menjadi
bertambah panjang.
Pelaksanaan pekerjaan pelat lantai dan balok basement banyak membutuhkan
perancah (bekisting). Akibatnya, biaya menjadi lebih mahal dan waste
material akan banyak.
Proses dewatering sistem akan mengakibatkan turunnya muka air tanah secara
drastis. Berlarinya air tanah (drain) dapat berakibat turunnya bangunan di
sekitar proyek. Oleh karena itu, tidak tertutup kemungkinan adanya penurunan
bangunan gedung tinggi di sebelahnya (settlement) akibat pengerjaan metode
ini. metode ini juga dapat berdampak keringnya sumur milik warga di sekitar
lokasi proyek.
Sedangkan kelebihan metode konstruksi Top- Down ini diantaranya ialah sebagai
berikut:
Waktu pelaksanaan (time schedule) dapat dipersingkat 10-20% dibanding
sistem bottom-up.
Biaya pelaksanaan pembangunan dapat diperkecil.
Lahan kerja (luas tanah) yang terbatas tidak menjadi halangan terlambatnya
proses pekerjaan.
Pekerjaan awal dapat dimulai secara bersamaan tanpa saling menunggu
sehingga tidak ada pekerjaan tunda. Artinya, saat proses galian berjalan,
pekerjaan struktur juga dapat bergerak bersamaan.
Penurunan gedung (settlement) di sebelahnya dapat diperkecil sehingga
pekerjaan berjalan lebih aman.
Faktor rusaknya rumah penduduk akibat pengurasan air tanah dapat
diminimalkan.