Anda di halaman 1dari 12

KARYA ILMIAH TENTANG ELEMEN PRACETAK (SLAB)

“HALF SLAB FRECAST”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 13

1. Junnah Mujaddid (201910340311104)

2. Indah Melinda (201910340311106)

3. Gilang Wahyu Perkasa (201910340311110)

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2022
1. PENGERTIAN
Menurut Ervianto (2006) pracetak adalah teknologi konstruksi struktur beton
dengan komponen-komponen penyusun yang dicetak terlebih dahulu pada suatu
tempat khusus (off site fabrication). komponen-komponen tersebut disusun dan
disatukan terlebih dahulu (pre-assembly), dan selanjutnya dipasang di lokasi
(installation).
Menurut Romi (2016), Metode half slab adalah metode pekerjaan pelat lantai
yang separuh struktur pelat lantainya dikerjakan dengan sistem precast dan
separuhnya lagi dengan cara pengecoran ditempat. Bagian precast bisa dibuat di
pabrik atau tempat fabrikasi yang telah disediakan di area proyek lalu dikirim ke
lokasi pemasangan untuk dipasang, selanjutnya dilakukan pemasangan besi tulangan
bagian atas lalu dilakukan pengecoran separuh pelat ditempat. Kelebihan dari metode
ini yaitu dapat mengurangi waktu pengerjaan dan biaya pengeluaran khususnya
penekanan pada biaya kebutuhan bekisting. Half Slab yaitu plat precast yang masih
membutuhkan pengecoran lagi (overtopping). Misalnya direncanakan plat lantai
dengan ketebalan 12 cm, maka digunakan plat precast dengan ketebalan 7 cm dan
pengecoran overtopping setebal 5 cm. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan
dalam pemakaian metode precast half slab ini yaitu kondisi proyek akan terlihat lebih
bersih karena ada pengurangan material kayu untuk begisting karena precast concrete
half slab juga berfungsi sebagai working platform pada pekerjaan pelat lantai.

Sebagai elemen struktur yang langsung mendukung beban penghuni sebuah


bangunan gedung, plat lantai harus sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang
berlaku. Adapun tahap perhitungan half slab menurut adalah sebagai berikut :

1.1 Penulangan Pelat


Perhitungan penulangan akan direncanakan dalam dua tahap yaitu tahap
pertama penulangan sebelum komposit dan kedua penulangan setelah
komposit. Untuk kemudian dipilih tulangan yang layak untuk digunakan, yang
memperhitungkan tulangan yang paling kritis diantara kedua kondisi di atas.
Tahapan yang akan digunakan untuk menentukan penulangan lentur pelat
antara lain :
 Menentukan data data d, Fys, F’c dan Mu
 Menentukan batasan rasio tulangan dan menghitunga rasio tulangan
yang disayaratkan sebagai berikut :
Tabel 1.1 Rasio Penulangan Pelat

(Sumber : SNI 2847-2013)


1.2 Tahap Produksi atau Pabrikasi
Pada tahap produksi atau pabrikasi ini dilakukan di area lapangan, yang jadwal
pembuatannya berjalan sendiri, jadi tidak mengganggu jadwal inti. Area
pembuatan/pabrikasi ini nantinya bersebelahan dengan area penumpukan. Hal
penting dalam faktor produksi adalah penentuan prioritas komponen yang
akan lebih dahulu dipabrikasi harus disesuaikan dengan rencana kerja dan
metode kerja yang akan direncanakan. Untuk mencapai kesesuaian pemilihan
komponen, maka dibutuhkan koordinasi antara pabrikator dengan instalator.
Area produksi harus tertata dengan baik, mulai dari tempat penumpukan
material dasar, proses pengecoran, proses rawatan beton serta penyimpanan
beton pracetak
1.3 Tahap Pengiriman
Pada tahap pengiriman material pracetak ini sangat diperlukan koordinasi
antara pihak kontraktor dan suplier pracetak. Pihak suplier menigirm material
setelah ada instruksi dari kontraktor, karena hal tersebut sangat berkaitan
dengan metode pelaksanaan di lapangan. Jumlah elemen pracetak mengenai
bentuk dan ukuran sesuai dengan konfirmasi pihak kontraktor. Pengiriman
material pracetak ke lokasi menggunakan truk trailer. Sebelum pengiriman
pihak suplier mengadakan survey untuk melihat akses jalan yang akan dilalui.
Dalam pengangkatan perlu diperhatikan penempatan posisi material pracetak
di atas angkutan untuk menghindari hal hal yang membahayakan, contohnya :
tergelincir, berubah dudukan, material retak, dsb.
1.4 Tahap Penumpukan
Beberapa alasan sebagai penyebab dilakukan penumpukan material precast :
1.4.1 Jumlah beton prcast yang akan dipasang sangat banyak, sehingga
tidak memungkinkan untuk pemasangan pelat secara langsung dari
trailer ke titik pelat rencana.
1.4.2 Lokasi proyek cukup luas, sehingga tersedia tempat penumpukan
pelat dimana tempat ini diusahakan tidak mengganggu aktivitas
proyek.

Untuk perhitungan kontrol penumpukan balok dan pelat precast, acuan yang
digunakan antara lain:

1. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (PBBI 1971)


2. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung
(SNI 03-2847-2013).
1.5 Tahap Pemasangan dan Pengangkatan Pada tahap pemasangan beton precast
harus direncanakan sematang mungkin, baik dari segi peralatan, pekerja, dan
siklus pemasangannya. Alat berat yang digunakan untuk mengangkat pelat
precast adalah mobile crane, kondisi dari mobile crane sendiri berpengaruh
selama proses pemasangan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Hal-hal
yang perlu diperhatikan sebelum pemasangan balok dan pelat precast, antara lain:
1.5.1 Untuk peralatan crane seperti mobile crane harus sudah siap terlebih
dahulu dilokasi proyek sebelum beton precast disiapkan.
1.5.2 Perencanaan posisi mobile crane dilapangan dimana panjang
jangkauannya harus dapat mencapai setiap bagian dari struktur pada
beton precast yang akan dipasang.
1.5.3 Dilakukan pengecekan terhadap kondisi dan tulangan beton precast
sebelum dipasang.
1.5.4 Dalam menjalankan tugasnya operator dibantu tenaga kerja untuk
penempatan beton precast pada posisi akhir.
1.5.5 Memberikan ruang kerja bagi aktivtas crane selama pemasangan
beton precast agar tidak terganggu aktivitas proyek lain.
2. METODE KERJA/TAHAPAN DI LAPANGAN

2.1 Langkah-langkah yang diambil dalam pelaksanaan metode half slab adalah
sebagai berikut:

2.1.1 Pengumpulan Data Mengumpulkan data-data yang menggacu dalam


pelaksanaan pembangunan semisal pada proyek tower

- Panjang Half Slab : 3,080 m


- Lebar Half Slab : 2,100 m
- Tebal Half Slab : 7 cm
- Tebal Pelat Total : 12 cm

Gambar 2.1. Modul Half Slab


2.1.2. Perencanaan Desain Plat Precast Half Slab
Melakukan perhitungan pembebanan setiap step step metode pelaksanaan
half slab, kemudian melakukan perhitungan tulangan dengan mengacu
pembebanan yang paling besar.
2.1.2.1 Menghitung pembebanan dengan kondisi beban yang dipakai
sebagai berikut:
Tabel 2.1. Kombinasi beban yang dipakai

Tabel 2.2 Kombinasi beban yang dipakai


2.1.2.2 Menghitung rasio Penulangan sampai ketemu As’ perlu kemudian
pilih diameter tulangan

a. Identifikasi step by step pelaksanaan metode half slab


b. Langkah selanjutnya yaitu melakukan perbandingan metode half slab dan
konvensianal dari segi waktu pelaksanaan dan man power.

Secara umum produktivitas adalah perbandingan antara hasil kegiatan


(output) dan masukan (input). Dalam konstruksi, pengertian produktivitas tersebut
biasanya dihubungkan dengan produktivitas pekerja dan dapat dijabarkan sebagai
perbandingan antara hasil kerja dan jam kerja. Dalam proyek konstruksi ratio
produktivitas adalah nilai yang diukur selama proses konstruksi, dapat dipisahkan
menjadi biaya tenaga kerja, material, dan alat.

Berdasarkan langkah – langkah perhitungan diatas, semisal didapatkan pembesian


precast half slab dan pembesian Topping insitu menggunakan D10-200 dengan
mempertimbang beban paling besar pada saat masa operasional.

a. Tahapan Pelaksanaan Metode Half Slab pada proyek Caspian Tower


adalah sebagai berikut:
1) Pembuatan cetakan/Molding Plat precast half slab sesuai ukuran
shop drawing
2) Permukaan bekisting diolesi minyak bekisting untuk menghindari
lekatan beton dengan multiplek
3) Pasang tulangan half slab sesuai hasil perhitungan D10-200. Tidak
lupa juga memasang tulangan hook angkat.
4) Dilakukan pengecoran precast half slab dengan mutu beton K-300.
Permukaan beton dibuat beralur
5) Angkat Panel Precast dengan spider setelah 24 jam dari
pengecoran. Tidak lupa melakukan pembersihan bekisting setelah
panel diangkat. Precast diletakkan di stockyard dengan maksimal 5
tumpukan atau langsung diinstal di lokasi install.
6) Pada saat proses install precast diangkat dengan Tower Crane
dengan alat bantu bernama spider.
7) Setelah proses install selesai perlu diperhatikan sambungan
tulangan.
8) Dilanjutkan dengan penulangan topping insitu dengan tulangan
D10-200. No Kondisi Kombinasi Beban dipakai (Kg/m2) Tulangan
Arah Y Tulangan Arah X 1 Saat Erection (Pengangkatan) 235
D10-400 D10-400 2 Saat Pengecoran Topping Insitu 578 D10-300
D10-300 3 Saat Penyelesaian Finishing 701 D10-300 D10-300 4
Saat Masa Layan (Operasional) 821 D10-200 D10-200 D1.5
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Industri, Lingkung.
9) Dilakukan pengecoran topping insitu bersamaan dengan
pengecoran balok struktur. Mutu beton sama dengan precast yaitu
K-300. Pada saat pelaksanaan step step metode precast half slab
perlu dilakukan checklist mutu yang antara lain penulangan precst
dan topping insitu harus sesuai gambar kerja, Beton precast tidak
retak struktur dan tidak gumpil, perimeter precast harus lurus.
3. SISTEM SAMBUNGAN PRACETAK

Menurut Ervianto (2006) cara penyambungan yang dapat dilakukan dibedakan


menjadi dua yaitu sambungan basah dan sambungan kering. Masing-masing
sambungan mempunyai keuntungan dan kerugian sehingga penentuan jenis
sambungan tergantung dari berbagai faktor, yang diantaranya adalah faktor biaya.

3.1 Sambungan basah


a.1. In-Situ Concrete Joints (cor setempat) Sambungan Jenis ini dapat
diaplikasikan pada komponenkomponen beton pracetak:

3.1.1 Kolom dengan kolom


3.1.2 Kolom dengan balok
3.1.3 Plat dengan balok

Metode pelaksanaannya adalah dengan melakukan pegecoran pada pertemuan


dari komponen-komponen tersebut. Diharapkan hasil pertemuan dari tiap komponen
tersebut dapat menyatu. Sedangkan untuk cara penyambungan tulangan dapat
digunakan coupler ataupun secara overlapping. Sambungan ini menggunakan
tulangan biasa sebagai penyambung / penghubung antar elemen beton baik antar
pracetak maupun pracetak dengan cor setempat. Elemen pracetak yang sudah berada
ditempatnya akan dicor bagian ujungnya untuk menyambungkan elemen satu dengan
yang lainnya agar menjadi satu kesatuan yang monolit. Sambungan jenis ini biasa
disebut dengan sambungan basah seperti terlihat pada gambar,

Gambar 3.1. Sambungan Overlap Sambungan

(sumber : www.ilmutekniksipil.com)

4. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN DIBANDINGKAN SISTEM SLAB


KONVENSIONAL

4.1 Sistem Beton Frecast


4.1.1 Keunggulan pemakaian beton precast
 Kualitas beton yang lebih baik. Beton precast
mempunyai mutu yang lebih baik karena proses
produksinya dilaksanakan dengan mesin dan
pengawasan yang lebih cermat.
 Pelaksanaan konstruksi relative tidak terpengaruh
cuaca. Beton precast diproduksi dalam lingkungan
pabrik yang terlindung dari pengaruh panas matahari
maupun hujan sehingga dalam cuaca yang
bagaimanapun, proses produksi tetap berlangsung.
 Menghemat pemakaian bekisting
4.1.2 Kelemahan pemakaian beton precast :
 Transportasi Proses pemindahan hasil produksi beton
precast dari pabrik ke lokasi proyek. Proses transportasi
precast dari pabrik ke lokasi, yang harus
dipertimbangkan adalah dimensi dan berat precast.
Karena sangat berpengaruh terhadap kemampuan alat
angkutnya dan transportasinya.
 Tahap Pengangkatan Proses penyatuan komponen
bangunan yang berupa beton precast untuk menjadi
bagian dari bangunan tersebut. Karena tahap ini
dibutuhkan alat bantu seperti crane.
 Tahap Penyambungan Diperlukan perencanaan yang
detail pada bagian sambungan.
4.2 Sistem Beton Frecast
4.2.1 Kelebihan sistem konvensional :
 Biaya pelaksanaan lebih murah
 Penggunaan alat berat relatif sedikit
4.2.2 Kekurangan sistem konvensional
 Membutuhkan tenaga kerja yang banyak
 Waktu pelaksanaan lebih lama
 Membutuhkan material lebih banyak
 Mutu pekerjaan tidak sebaik pracetak
Tabel 4.1 Perbandingan antara sistem konvensional dan pracetak

Item Konvensional Pracetak


Desain Sederhana Membutuhkan wawasan
yang luas terutama yang ada
kaitannya dengan fabrikasi
sistem, transportasi serta
pelaksanaan atau
pemasangan komponen,
sistem sambungan dan
sebagainya.
Bentuk dan ukurannya Efisien untuk bentuk yang Efisien untuk bentuk yang
tidak teratur dan teratur/relati f besar dengan
bentangbentang yang tidak jumlah bentuk-bentuk yang
mengulang. berulang
Waktu pelaksanaan Lebih lama Lebih cepat, karena dapat
dilaksanakan secara pararel
sehingga hemat waktu 20-
25%
Teknologi Pelaksanaan Konvensional Butuh tenaga yang
mempunyai keahlian
Koordinasi Pelaksanaan Kompleks Lebih sederhana, karena
semua pengecoran elemen
struktur pracetak telah
dilakukan di pabrik
Kontrol Kerja Bersifat kompleks, serta Sifatnya lebih mudah karena
dilakukan dengan cara terus telah dilakukan pengawasan
menerus oleh kualitas kontrol di
pabrik.
Kondisi lahan Butuh area yang relati f luas untuk penyimpanan material
karena butuh adanya Tidak selama proses pengerjaan
memerlukan lahan yang luas konst ruksi berlangsung,
11 penimbunan material dan sehingga lebih bersih
ruang gerak terhadap lingkungan
Kondisi cuaca Banyak dipengaruhi oleh Tidak dipengaruhi cuaca
keadaan cuaca. karena dibuat di pabrik
Kecepatan/akurasi ukuran S angat tergantung keahlian Karena dilaksanakan di
pelaksana pabrik, maka ketepatan
ukuran lebih terjamin
Kualitas Sangat tergantung banyak Lebih terjamin kualitasnya
faktor, terutama keahlian karena di kerjakan di pabrik
pekerja dan pengawasan dengan menggunakan sistem
pengawasan pabrik.
(Sumber: www.Ilmusipil.com)

Berdasarkan dua metode di atas dapat disimpulkan yaitu berikut :

1. Berdasarkan penjelasan kesimpulan metode yang terbaik adalah dengan menggunakan


half slab, setelah didapat hasil analisis waktu dan biaya yang lebih efisien maka
memilih untuk menggunakan metode half slab pracetak adalah pilihan yang tepat.
2. Demi efektifitas dan efisiensi dari metode precast half slab, jumlah elemen seragam
yang dibuat perlu diperhatikan.
3. Pelaksanaan metode precast half slab sangat dimungkinkan untuk dilaksanakan,
namun membutuhkan ketelitian dan keahlian dalam proses pembuatan hingga
pemasangannya.
DAFTAR PUSTAKA

Ervianto, I.W. (2006). Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi. Penerbit: Andi.
Yogyakarta

Romi, M. (2016). Perbandingan Sistem Struktur dan Biaya Pelat Lantai Metode Precast
Half Slab dan Metode Konvensional. Riau: Jurnal Teknik Online Universitas Riau. Vol.
3,No.2:1-6

Departemen Pekerjaan Umum, (1971). Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBBI). Badan
Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum. Bandung

Departemen Pekerjaan Umum, (2013). Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk
Bangunan Gedung (SNI 03-2847- 2013). Jakarta

www.Ilmusipil.com

www.ilmutekniksipil.com

Anda mungkin juga menyukai