Anda di halaman 1dari 17

METODE PEKERJAAN

STRUKTUR BETON PIER HEAD

PROYEK PEMBANGUNAN KONSTRUKSI JALAN TOL KATARAJA


SEKSI 1, STA 0+000 sd 6+700

Kode Dokumen

011/MTD/WK/TOL-KATARAJA-T1/2022

Diajukan oleh, Disetujui oleh, Diketahui Oleh


Penyedia Jasa Konsultan Pengawas Pengguna Jasa

PT. Mega Trustlink PT. Duta Graha Karya


PT. Waskita Karya (Persero)

Khairul Umam
Site Engineering Manager ………………………. ……………………….
Tanggal : Tanggal : Tanggal :
DAFTAR ISI

A. PENDAHULUAN

1. Gambaran Umum Pekerjaan

2. Spesifikasi Teknis

B. METODE

1. Alat yang Digunakan

2. Material

3. Flowchart

4. Tahap Pekerjaan

C. QHSE

1. Inspeksi dan Test Plan

2. Quality Target

3. Implementasi HSE

D. LANGKAH STRATEGIS

E. ASPEK RISIKO

paraf
A. PENDAHULUAN
1. Gambaran Umum Pekerjaan

Pier Head adalah struktur beton bertulang yang berfungsi sebagai penyangga

Prestressed Concrete-I Girder atau gelagar jembatan. Pekejaan struktur Pier Head

meliputi pekerjaan pemasangan shoring system, pemasangan bekisting,

pemasangan besi tulangan, dan pengecoran. Pekerjaan ini dibuat sesuai dengan

spesifikasi dan ukuran yang tertera pada Gambar, dan sesuai dengan arahan dari

Konsultan Pengawas

2. Spesifikasi Teknis

Spesifikasi teknis pekerjaan beton struktur yang digunakan untuk pekerjaan

struktur jembatan adalah Spesifikasi BPJT 2017 Divisi 10 – Struktur Beton.

paraf
B. METODE

Pekerjaan Pier Head ini dilaksanakan setelah pekerjaan kolom pier telah selesai

dikerjakan dan disetujui oleh konsultan pengawas.

a. Alat

1) Bekisting 6) Concrete Pump & Pipe

2) Pipa / Kayu Support 7) Concrete Vibrator

3) Alat Bantu Tukang 8) Crane

4) Alat Ukur 9) Mixer Truck

5) Perancah/ Shoring System

b. Material

1) Beton Struktur Kelas B-1

2) Tahu Beton

3) Kawat Bendrat

4) Baja Tulangan Ulir BJTD-

40

5) Compound

6) Geotex woven

paraf
c. Flowchart

Mulai

Pekerjaan Pier Head

Pemasangan Perancah/ Shoring


System dan Bekisting Dasar
Tidak

Ya
Joint Survey Level Pier Berita Acara Joint
Head Survey

Ya

Pembesian Pier Head

Pemasangan Bekisting Samping

Tidak

Joint Survey Pier


Head

Ya

Pengecoran Pier Head

Curing/ Perawatan Beton

Berita Acara
Opname/ Pengakuan Pekerjaan Pemeriksaan
Lapangan

Selesai

d. Tahap Pekerjaan

Tahap pekerjaan Pier Head Pier sebagai berikut:

1) Menyiapkan tenaga kerja, peralatan, gambar kerja, dan kuantitas pekerjaan,

dan Aspek HSE seperti pemasangan rambu, pemakaian APD;

paraf
2) Mengajukan ijin kerja, gambar kerja dan perhitungan kuantitas pekerjaan

kepada konsultan pengawas untuk mendapat persetujuan;

3) Pekerjaan persiapan seperti pengukuran, marking atau pemasangan acuan,

dan persiapan dan perkuatan tanah dasar sebagai tumpuan perancah/

shoring system;

4) Pemasangan perancah/ shoring system yang berfungsi sebgai penopang

atau penyangga bekisting dasar Pier Head. Pemasangan perancah/ shoring

system diajukan dan dilaksanakan sesuai dengan persetujuan konsultan

supervisi dan pengguna jasa;

5) Setelah perancah/ shoring system sudah terpasang dilanjutkan dengan

pemasangan bekisting dasar Pier Head. Joint survey pemeriksaan elevasi

bekisting dasar dilakukan oleh tim Surveyor agar dimensi dan elevasi sesuai

dengan desain rencana;

6) Setelah elevasi bekisting sudah sesuai dilanjutkan dengan pemasangan baja

tulangan pier head sebagaimana tertuang dalam gambar kerja atau arahan

konsultan pengawas;

7) Pemasangan dan perkuatan bekisting sisi samping pier head. Bekisting

dipasang dengan cara mengkaitkan tierod dari bekisting ke tulangan pokok

dan menambahkan support dari pipa besi;

8) Bekisting harus dipasang dengan teliti agar kuat dan tidak ada satupun celah

yang mengakibatkan kebocoran pada saat pengecoran;

9) Pembersihan lokasi pengecoran dari segala material yang tidak di inginkan;

paraf
10)Checklist dan pemeriksaan keseuaian dan perkuatan pemasangan

pembesian, bekisting, perancah/ shoring system dan bersama konsultan

supervise dan pengguna jasa;

a) Pengecoran beton struktur Kelas B-1, hal yang perlu dipersiapkan

sebelum pekerjaan pengecoran yaitu: Pastikan produksi batching plant

untuk kesediaan bahan dan material beton;

b) Pastikan jumlah dan kondisi truk mixer atau dump truck yang akan

digunakan untuk transport material dari batching plant ke lokasi

pengecoran;

c) Manajemen lalulintas untuk pengaturan sirkulasi mixer atau dump truck;

11)Lakukan manajemen lalu-lintas untuk kelancaran datangnya beton readymix;

12)Uji Slump pada beton ready mix, pastikan nilai slump sesuai dengan rencana

dan disetujui oleh konsultan pengawas;

13)Buat benda uji dari beton ready mix yang akan digunakan dengan jumlah

yang telah disepakati;

14)Beton harus dicor secara vertikal dan sedekat mungkin pada posisi akhirnya.

Jika perlu penghampar beton, hal ini harus dilakukan dengan sekop dan

bukan dengan membuat beton mengalir;

15)Beton tidak diperbolehkan dituang ke dalam acuan dari ketinggian berlebih

karena dapat menimbulkan kerusakan dan pemisahan. Ketinggian jatuh

harus kurang dari 1m dan bila melebihi 1m, mungkin perlu suatu

talang/saluran jatuh;

16)Pengecoran beton harus dimulai dari sudut acuan dan dari titik terendah bila

permukaannya miring;
paraf
17)Setiap tuangan beton harus dicor mengarah ke deposit sebelumnya, bukan

menjauhinya;

18)Beton harus dituang menurut lapisan horizontal dan tiap lapisan dipadatkan

sebelum penuangan lapisan berikutnya. Setiap lapis harus dicor dalam suatu

pekerjaan yang menerus dan sebelum pengerasan lapisan terdahulu;

19)Ketebalan tiap lapisan tergantung pada ukuran dan bentuk dari bagian beton

itu, jarak antara penulangan, kekentalan (konsistensi) beton dan cara

paraf
pemadatan;

20)Pada pekerjaan beton bertulang, lapisan-lapisan pada umumnya mempunyai

ketebalan 300 mm, dan untuk beton masif tebal 500 mm;

paraf
21)Jika lapisan beton tidak dapat dicor sebelum pengerasan lapisan sebelumnya,

seperti pada pagi hari setelah semalam beristirahat, harus dibuat suatu

konstruksi sambungan;

22)Beton tidak boleh dicor pada saat hujan lebat tanpa pelindung di atasnya, jika

tidak, permukaan semen akan tercuci oleh hujan;

23)Pada pengecoran dinding menerus di mana lapisan mendatar dapat membuat

sambungan mengeras, beton harus dicor dengan ketebalan penuh dengan

permukaan miring;

24)Padatkan beton ready mix yang telah di tuang ke lokasi pengecoran

menggunakan concrete vibrator;

paraf
paraf
25)Setelah pengecoran selesai, selanjutnya lakukan curing beton. Curing dapat

dilakukan dengan menyemprotkan cairan compound pada permukaan beton,

menutupi permukaan dengan karung goni atau geotextile yang dibasahi

dengan air. Beton tetap dijaga basah selama minimal 7 hari secara terus

menerus, hal ini bertujuan untuk menghindarkan terjadi keretakan (cracked);

26)Lepaskan bekisting setelah beton cukup umur untuk dilepas bekistingnya.

a) Untuk pengecoran bertahap, gunakan sika perekat beton pada lokasi

sambungan cor

b) Pembongkaran bekisting

paraf
C. QHSE

1. ASPEK PENGENDALIAN MUTU

Labrotatorium Uji:

a. Uji Slump

b. Uji Kuat Tekan

2. ASPEK PENGENDALIAN K3

a. Safety Induction :

 Induksi Keselamatan oleh Personil QHSE

 Menyerahkan Salinan KTP

 Pembagian ID Card Proyek

b. Ijin Kerja :

 Pengajuan Ijin Kerja oleh Superintendent dan diperiksa bersama TIM HSE

c. Tool Box Meeting :

 Dipimpin oleh Superintendent bersama HSE

 Penyampaian metode kerja dan bahaya yang ada

 Memastikan setiap pekerja telah menggunakan APD lengkap (helmi, rompi

sepatu, dan full body harness) dan ID Card

 Tindakan pertolongan pertama apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan

 Doa bersama sebelum memulai pekerjaan

d. Rambu-rambu

paraf
 Rambu pemberitahuan penggunaan APD

 Pemasangan police line pada area pekerjaan

3. ASPEK PENGENDALIAN COVID 19

a. Pemeriksaan suhu tubuh saat toolbox meeting

b. Disiplin Prokes

paraf
D. LANGKAH STRATEGIS
1. Faktor Cuaca

Faktor cuaca perlu dipertimbangkan karena pekerjaan pengecoran tidak dapat

dilaksanakan dalam kondisi hujan tanpa adanya perlindungan dari air hujan.

2. Pembagian Wilayah Kerja

Untuk pekerjaan dengan volume yang besar, pekerjaan sebaiknya dibagi menjadi

beberapa lokasi pekerjaan sehingga dapat melakukan pekerjaan secara paralel dan

waktu pekerjaan menjadi lebih efisien

3. Membuat Squence atau Arah Pergerakan Pekerjaan

Membuat sequence pekerjaan bertujuan untuk mengetahui target dan pergerakan

alat, agar tidak terjadi idle alat dan keterlambatan pekerjaan

4. Monitoring

Pekerjaan harus selalu dilaporkan produksinya setiap harinya sehingga pekerjaan

dapat termonitor yang kemudian hasil monitoring dapat dijadikan dasar melakukan

evaluasi dan rencana pekerjaan selanjutnya.

paraf
E. ASPEK RESIKO
No. JENIS POTENSI UPAYA PENGENDALIAN

PEKERJAAN BAHAYA

1. Pengecoran - Tertabrak - Memastikan adanya IK spesifik proyek pekerjaan

Truk Mixer pengecoran

- Mata terkena - Ijin pelaksanaan pekerjaan

percikan - Memastikan adaya rencana kerja mingguan

beton - Inspeksi harian dan mingguan

- INTP 1 sampai 4

- Area pengecoran diberi barikade

- Lakukan briefing kepada pekerja

- Melakukan traffic management

- Pemasangan rambu peringatan dan penunjuk

jalan

- APD (Helm, Sepatu, Rompi Reflektor, Kacamata,

Sarungtangan, Baju lengan panjang dan Celana

panjang)

- Mengatur arus penuangan beton

2. Bending Besi Terjepit mesin Bar - Sosialisasi cara penggunaan mesin bar bender

Bender kepada pekerja

- Rambu K3

- Site Facilities area bar bender

- Metode pemotongan besi

- Panjang dan data pemotongan besi

- APD (Helm, Sepatu, Rompi Kerja, Sarung tangan

kain)

paraf
3. Cutter Besi Terjepit mesin - Sosialisasi cara penggunaan mesin bar cutter

Cutter kepada pekerja

- Rambu K3

- Site Facilities area bar cutter

- Metode pemotongan besi

- Panjang dan data pemotongan besi

- APD (Helm, Sepatu, Rompi Kerja, Sarung tangan

kain)

paraf

Anda mungkin juga menyukai