Anda di halaman 1dari 3

Abstrak

"PERTUKARAN SOSIAL DALAM PROGRAM CSV SAMBUNG LISTRIK GRATIS di Desa Kedungleper OLEH PT
PLN (PERSERO) UIK TJB". Dalam skripsi tersebut saya ingin mengidentifikasi bentuk pertukaran sosial
menurut Blau, dengan metode kualitatif deskriptif dan sumber data dari wawancara mendalam,
observasi, dan dokumentasi. Penelitian bersifat induktif. Metode yang digunakan adalah Etnografi
dengan rumusan masalah “bagaimana bentuk, faktor, dan dampak pertukaran sosial menurut perspektif
blau?”. Bentuk merupakan sifat benda yang ditukarkan, faktor merupakan motif antar aktor, dampak
akan didapatkan dari analisis SROI yang sudah dilakukan melalui kuesioner bersifat terbuka.

Dampak pertukaran sosial menurut teori Blau dapat terlihat dalam ketergantungan sosial yang
terbentuk antara aktor-aktor yang terlibat dalam pertukaran tersebut. Dampak positif dari pertukaran
sosial yang saling menguntungkan adalah meningkatnya ketergantungan sosial dan kepercayaan antar
aktor, sehingga dapat memperkuat hubungan sosial di dalam suatu kelompok atau masyarakat. Namun,
jika pertukaran tersebut tidak saling menguntungkan atau adanya ketidakadilan dalam pertukaran,
maka dapat menimbulkan dampak negatif seperti ketidakpuasan dan konflik antar aktor yang terlibat
dalam pertukaran sosial tersebut. Oleh karena itu, dalam penelitian tersebut, dampak pertukaran sosial
akan dieksplorasi lebih lanjut berdasarkan perspektif teori Blau.

Teori Pertukaran (Peter L Blau)

Rumusan masalah: bagaimana bentuk, faktor, dan dampak pertukaran sosial menurut perspektif blau?

Konsep utama teori dari blau adalah tentang kekuatan sosial dan ketergantungan sosial

- Berdasarkan sifat bendanya


o Ekstrinsik
o Instrinsik
- Berdasarkan motif pelakunya
o Normatif
o Kalkulatif
- Berdasarkan ukuran
o Mikro
o Makro
- Berdasarkan tahapan
o Transaksi pertukaran pribadi antar orang
o Deferensiasi status dan kekuasaaan
o Legimitasi dan organisasi
o Oposisi dan perubahan
- Berdasarkan keseimbangan
o Pertukaran tidak seimbang
o Pertukaran seimbang

Benda yang ditukarkan adalah pelayanan sambung listrik gratis. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa
benda yang ditukarkan bersifat ekstrinsik, karena benda tersebut merupakan sesuatu yang berada di
luar individu atau kelompok sosial yang terlibat dalam pertukaran, dan dapat diukur atau dinilai dengan
harga atau nilai tukar tertentu.
Berdasarkan judul skripsi yang Anda berikan, "Pertukaran Sosial dalam Program CSR Sambung Listrik
Gratis di Desa Kedungleper Oleh PT PLN (Persero) UIK TJB", skripsi tersebut lebih masuk ke dalam kajian
teori pertukaran sosial mikro. Hal ini dikarenakan skripsi tersebut lebih fokus membahas bentuk
pertukaran sosial dalam skala kecil, yaitu di Desa Kedungleper, serta melihat bagaimana program CSR
sambung listrik gratis tersebut mempengaruhi interaksi sosial antara individu-individu dalam desa
tersebut. Teori pertukaran sosial mikro sendiri lebih menekankan pada interaksi sosial antara individu-
individu dalam suatu kelompok kecil atau masyarakat kecil, sementara teori pertukaran sosial makro
lebih menekankan pada interaksi sosial dalam skala yang lebih besar seperti dalam organisasi atau
masyarakat yang lebih besar.

Program CSR seperti CSV dapat memiliki motif kalkulatif dan/atau normatif tergantung pada tujuan dan
konteks program tersebut. Sebagai contoh, dalam kasus program CSV sambungan listrik gratis yang
Anda sebutkan sebelumnya, dapat dilihat bahwa program tersebut dapat memiliki dua motif, yaitu
kalkulatif dan normatif. Motif kalkulatif dapat tercermin dalam tujuan program untuk meningkatkan
kepuasan pelanggan dan memperluas pasar. Dalam hal ini, PT PLN (Persero) dapat melihat bahwa
dengan menyediakan sambungan listrik gratis, pelanggan akan lebih puas dan mungkin akan
menggunakan layanan PLN lebih banyak di masa depan. Sebagai akibatnya, bisnis PLN dapat tumbuh
dan berkembang. Sementara itu, motif normatif dapat tercermin dalam tujuan program untuk
membantu masyarakat desa yang belum teraliri listrik dan memperbaiki kualitas hidup mereka. Dalam
hal ini, program CSV dapat dilihat sebagai suatu bentuk tanggung jawab sosial dari PLN terhadap
masyarakat yang membutuhkan.

Tidak dapat diidentifikasi siapa yang memiliki kekuatan sosial dan siapa yang memiliki ketergantungan
sosial secara jelas. Namun, dapat diasumsikan bahwa dalam pertukaran sosial yang terjadi dalam
program CSR sambung listrik gratis ini, PT PLN sebagai penyedia listrik memegang kekuatan sosial
dalam memberikan akses listrik gratis kepada masyarakat Desa Kedungleper, sedangkan masyarakat
Desa Kedungleper yang belum memiliki akses listrik memerlukan ketergantungan sosial terhadap PT PLN
sebagai penyedia listrik. Namun, hal ini masih memerlukan analisis lebih lanjut dari hasil penelitian yang
dilakukan.

Apakah permintaan dari kepala desa untuk dilakukan program penyambungan listrik dapat dikatakan
sebagai kekuatan sosial juga?

Ya, permintaan dari kepala desa dapat dikatakan sebagai kekuatan sosial. Kepala desa
merupakan salah satu aktor dalam masyarakat desa dan memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap warganya. Dalam konteks ini, permintaan kepala desa untuk dilakukan program
penyambungan listrik dapat menjadi faktor pendorong bagi PLN untuk melakukan program
tersebut. Kepala desa dapat menggunakan pengaruhnya sebagai pemimpin lokal untuk
memobilisasi dukungan masyarakat dalam mendorong PLN untuk melaksanakan program
tersebut. Dengan demikian, permintaan dari kepala desa dapat dianggap sebagai bentuk
kekuatan sosial dalam konteks ini.

Apakah dokumen sustainability report pln yang mengatakan keuntungan dari program csv yang besar
dari pemasangan kwh baru konsumsi listrik dapat dijadikan landasan yang kuat bahwa program ini
bersifat kalkulatif?
Dokumen sustainability report PLN yang mengatakan keuntungan dari program CSV yang besar
dari pemasangan KWh baru konsumsi listrik dapat dijadikan sebagai landasan yang kuat bahwa
program ini memiliki sifat kalkulatif. Hal tersebut dikarenakan program CSV dirancang untuk
meningkatkan keuntungan PLN melalui peningkatan jumlah pelanggan dan konsumsi listrik.
Dengan meningkatkan jumlah pelanggan dan konsumsi listrik, PLN dapat meningkatkan
pendapatannya dan keuntungan finansial. Oleh karena itu, dokumen sustainability report
tersebut dapat dijadikan sebagai bukti yang kuat bahwa program CSV memiliki sifat kalkulatif.
Namun demikian, perlu diingat bahwa bukti yang cukup untuk mengkonfirmasi sifat kalkulatif
suatu program juga harus mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti motivasi dan tujuan
program tersebut.

Masuk pada paradigma positivis, post-positivis, kritis, atau konstruktivis?

Pemilihan paradigma untuk sebuah penelitian kualitatif sangat dipengaruhi oleh topik
penelitian, pertanyaan penelitian, serta perspektif teoritis yang ingin digunakan dalam analisis
data. Konstruktivisme adalah paradigma dalam penelitian kualitatif yang menekankan pada
konstruksi makna dan interpretasi subjektif dalam interaksi sosial. Pertukaran sosial menurut
perspektif Blau memandang bahwa tindakan individu dipengaruhi oleh keuntungan dan biaya
yang didapat dalam suatu pertukaran sosial. Konsep ini dapat dikaitkan dengan konstruktivisme
karena mendasarkan pada interpretasi subjektif individu dalam menilai keuntungan dan biaya
dalam pertukaran sosial.

Paradigma perilaku sosial, di sisi lain, cenderung lebih berkaitan dengan pemahaman mengenai
bagaimana individu dan kelompok sosial berperilaku dalam interaksi sosial. Meskipun terdapat
beberapa persamaan dengan konsep pertukaran sosial, namun paradigma perilaku sosial lebih
menekankan pada pengamatan terhadap perilaku yang dapat diamati secara objektif. Dalam
konteks penelitian pertukaran sosial dalam program CSV Sambung Listrik Gratis, penggunaan
paradigma konstruktivisme cocok untuk mengeksplorasi dan menganalisis makna subjektif
dari pertukaran sosial antara berbagai aktor dalam program tersebut.

Anda mungkin juga menyukai