Anda di halaman 1dari 3

Nama : Sya’baeni Azzahroh

NPM : 4320600149

Kelas : Akuntansi (6A)

Mata Kuliah : Etika Profesi

Kasus Penggelembungan di PT Kimia Farma

 Pengertian PT Kimia Farma


Kimia Farma adalah perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia yang didirikan
oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1817. Nama perusahaan ini pada awalnya adalah NV
Chemicalien Handle Rathkamp & Co. Pada tahun 1958, Pemerintah Republik Indonesia
melakukan peleburan sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF (Perusahaan Negara Farmasi)
Bhinneka Kimia Farma. Kemudian pada tanggal 16 Agustus 1971, bentuk badan hukum PNF
diubah menjadi Perseroan Terbatas, sehingga nama perusahaan berubah menjadi PT Kimia
Farma (Persero).
 Permasalahan
Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma melaporkan adanya
laba bersih sebesar Rp 132 mil!ar, dan laporan tersebut di audit oleh Hans Tuanakotta dan
Mustofa(HTM). Akan tetapi, Kementerian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih
tersebut terlalu besar dan mengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3
Oktober 2002 laporan keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali (restated), karena telah
ditemukan kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan
yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56 milyar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 milyar, atau
24,7% dari laba awal yang dilaporkan. Kesalahan itu timbul pada unit Industri Bahan baku yaitu
kesalahan berupa overstated penjualan sebesar Rp 2,7 milyar, pada unit logistik sentral berupa
overstated persediaan barang sebesar Rp 23,9 milyar, pada unit Pedagang Besar Farmasi berupa
overstated persediaan sebesar Rp 8,1 milyar dan overstated penjualan sebesar Rp 10,7 milyar.
 Akuntan yang Terlibat
Pemeriksaan dilakukan Bapepam pada manajemen lama direksi Kimia Farma dan juga
pada akuntan public yang mengaudit Laporan Keuangan Kimia Farma tahun buku 31 Desember
2001 dan dengan yang interim 30 Juni tahun 2002. Akuntan public tersebut yaitu Hans
Tuanakotta dan Mustofa, mereka diminta bertanggung jawab atas kekeliruan yang terjadi. Pada
saat audit 31 Desember 2001 akuntan public tersebut belum menemukan kesalahan pencatatan
atas laporan keuangan. Setelah audit interim 2002 akuntan public Hans Tuanakotta dan Mustofa
menemukan kesalahan pencatatan atas laporan keuangan.
Dalam hal ini akuntan public bertindak secara independent karena mereka adalah pihak
yang bertugas memeriksa dan melaporkan adanya ketidakwajaran dalam pencatatan laporan
keuangan. Apabila temuannya tersebut tidak dilaporkan maka auditor tersebut dapat dikenai
pidana, karena ada ketentuan yang mengatur bahwa setiap profesi akuntan itu wajib
melaporkan temuan kalau ada emiten yang melakukan pelanggaran peraturan pasar modal.
Sehingga perlu dilakukan penyajian kembali laporan keuangan PT.Kimia Farma Tbk, dikarenakan
adanya kesalahan pencatatan yang mendasar. Akuntan publik Hans Tuanakotta dan Mustofa
ikut bersalah dalam manipulasi laporan keuangan, karena sebagai auditor independen akuntan
publik Hans Tuanakotta dan Mustofa seharusnya mengetahui laporan-laporan yang diauditnya
itua pakah berdasarkan laporan fiktif atau tidak.
 Hal Negatif yang Berkaitan dengan Kimia Farma
 Mantan direksi Kimia Farma telah terbukti melakukan pelanggaran dalam kasus
penggelembungan laba bersih di laporan keuangan perusahaan milik negara untuk
tahun buku 2001.
 Kesalahan penyajian berkaitan dengan persediaan timbul karena nilai yang ada dalam
daftar harga persediaan digelembungkan. PT Kimia Farma melalui direktur produksinya,
menerbitkan dua buah daftar harga persediaan pada tanggal 1 dan 3 Februari 2002.
Daftar harga per 3 Februari ini telah digelembungkan nilainya dan dijadikan
dasar penilaian persediaan pada unit distribusi Kimia Farma per 31 Desember 2001.
 kesalahan penyajian berkaitan dengan penjualan adalah dengan dilakukannya
pencatatan ganda atas penjualan. Pencatatan ganda tersebut dilakukan pada unit-unit
yang tidak disampling oleh akuntan, sehingga tidak berhasil dideteksi.
 Keputusan yang Dikeluarkan OJK dan Bapepam
Sehubungan dengan temuan tersebut, maka sesuai dengan Pasal 102 undang-undang
nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar modal jo Pasal 61 Peraturan Pemerintah nomor 45 tahun
1995 jo Pasal 64 Peraturan Pemerintah nomor 45 tahun 1995 tentang Penyelenggaraan
Kegiatan diBidang Pasar modal maka Kimia Farma dikenakan sanksi administrati berupa denda
yaitu sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
Sesuai Pasal 5 huruf n undang-undang no.8 Tahun 1995 tentang Pasar modal, maka
Direksi lama Kimia Farma periode 1998 - Juni 2002 diwajibkan membayar sejumlah Rp
1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) untuk disetor ke Kas negara, karena melakukan kegiatan
praktek penggelembungan atas laporan keuangan per 31 Desember 2001. Sdr. Ludovicus Sensi
W, Rekan KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa selaku auditor Kimia Farma diwajibkan membayar
sejumlah Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) untuk disetor ke Kas negara, karena atas risiko
audit yang tidak berhasil mendeteksi adanya penggelembungan laba yang dilakukan oleh Kimia
Farma tersebut, meskipun telah melakukan prosedur audit sesuai dengan standar Profesional
akuntan Publik (SPAP) dan tidak diketemukan adanya unsur kesengajaan. Tetapi, KAP Hans
Tuanakotta dan Mustofa tetap diwajibkan membayar denda karena dianggap telah gagal
menerapkan Persyaratan Profesional yang disyaratkan di SPAP SA Seksi 110.
 Divestasi untuk Kimia Farma yang Ditunda
Berdasarkan penyelidikan Bapepam, disebutkan bahwa KAP yang mengaudit laporan
keuangan PT Kimia Farma telah mengikuti standar audit yang berlaku, namun gagal mendeteksi
kecurangan tersebut. Diikuti dengan pemberitaan di harian Kontan yang menyatakan bahwa
Kementerian BUMN memutuskan penghentian proses divestasi saham milik Pemerintah di PT
KAEF setelah melihat adanya indikasi penggelembungan keuntungan (overstated) dalam laporan
keuangan pada semester I tahun 2002. Dimana tindakan ini terbukti melanggar Peraturan
Bapepam No.VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan poin 2 - Khusus huruf m –
Perubahan Akuntansi dan Kesalahan mendasar poin 3.

Anda mungkin juga menyukai