Anda di halaman 1dari 13

Internal Audit

Kasus Fraud:
PT Kimia Farma
Tbk (2001)
Maria I Melinda I Mery I Mesrah
SEJARAH KIMIA FARMA
• Kimia Farma adalah perusahaan industri farmasi
pertama di Indonesia yang didirikan oleh
Pemerintah Hindia Belanda tahun 1817. Nama
perusahaan ini pada awalnya adalah NV
Chemicalien Handle Rathkamp & Co.
• Berdasarkan kebijaksanaan nasionalisasi atas eks
perusahaan Belanda di masa awal kemerdekaan,
pada tahun 1958, Pemerintah Republik Indonesia
melakukan peleburan sejumlah perusahaan farmasi
menjadi PNF (Perusahaan Negara Farmasi) Bhinneka
Kimia Farma.
• Kemudian pada tanggal 16 Agustus 1971, bentuk
badan hukum PNF diubah menjadi Perseroan
Terbatas, sehingga nama perusahaan berubah
menjadi PT Kimia Farma (Persero).

2
GAMBARAN KASUS
• Kementerian BUMN dan Bapepam
menindikasikan bahwa Laporan Keuangan
PT Kimia Farma TBK tahun buku 2001
mengandung unsur rekayasa dan
penggelembungan. KAP yang mengaudit
diminta untuk melakukan audit ulang dan
menyajikan kembali (restated) LK
tersebut.

3
KRONOLOGIS
• LK per 31 Desember 2001 : Manajemen PT Kimia Farma
Tbk melaporkan laba bersih sebesar Rp132 milyar dan
telah diaudit oleh KAP Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM)

• Kementerian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba


bersih tersebut terlalu besar dan mengandung unsur
rekayasa.

• Audit Ulang : Pada 3 Oktober 2002 laporan keuangan Kimia


Farma 2001 disajikan kembali (restated), dengan
keuntungan hanya sebesar Rp 99,56 miliar

4
KRONOLOGIS
Direktur produksi menerbitkan dua buah daftar harga persediaan pada tanggal 1 dan 3

Februari 2002. Daftar harga per 3 Februari ini telah digelembungkan nilainya dan

dijadikan dasar penilaian persediaan pada unit distribusi Kimia Farma per 31 Desember

2001.

• Overstated penjualan sebesar Rp2,7 miliar pada unit Industri Bahan Baku.

• Overstated persediaan barang sebesar Rp23,9 miliar pada unit Logistik Sentral.

• Overstated persediaan sebesar Rp8,1 miliar pada unit Pedagang Besar Farmasi.

• Overstated penjualan sebesar Rp10,7 miliar.

5
PIHAK YANG TERLIBAT
• AKUNTAN
Pada saat audit 31 Desember 2001 akuntan belum menemukan
kesalahan pencatatan atas LK. Pada audit interim 2002 akuntan
menemukan kesalahan pencatatan alas laporan keuangan, namun
tidak melaporkan kepada pihak berwenang.

Bapepam bekerjasama dengan Direktorat Akuntansi dan Jasa


Penilai Dirjen Lembaga Keuangan mencari bukti-bukti atas
keterlibatan akuntan publik dalam kesalahan pencatatan LK pada
PT Kimia Farma Tbk. untuk tahun buku 2001.

KAP HTM terbukti tidak ikut terlibat secara langsung dalam


skandal manipulasi yang dilakukan oleh manajemen, namun
sebagai auditor independen KAP HTM seharusnya mampu
mendeteksi adanya ketidakwajaran penyajian laporan keuangan
klien.
6
PIHAK YANG TERLIBAT
• MANAJEMEN
Setelah dilakukan audit ulang, laba bersih 2001 seharusnya
hanya sekitar Rp100 miliar, mengoreksi audit sebelumnya
yang mencatat laba sebesar Rp132,3 miliar.

Mantan direksi PT Kimia Farma Tbk. Telah terbukti


melakukan pelanggaran dalam kasus dugaan
penggelembungan (mark up) laba bersih di laporan
keuangan perusahaan milik negara untuk tahun buku 2001.

7
PENYEBAB
• Pihak Direksi lama PT Kimia Farma
memiliki tendensi untuk meningkatkan
laba perusahaan dengan praktik yang
tidak sehat dan melanggar peraturan
(mark up)
• Lalainya pihak auditor dalam mendeteksi
terjadinya kecurangan dan rekayasa dalam
LK PT Kimia Farma

8
AKIBAT
• LK PT Kimia Farma tahun 2001 overstated
• Pemakai laporan keuangan tidak
menerima informasi yang fair
• Citra dan reputasi auditor menurun
• Pemegang saham PT Kimia Farma secara
aklamasi menyetujui tidak memakai lagi
jasa HTM sebagai akuntan publik

9
PENYELESAIAN KASUS
Sesuai Pasal 5 huruf n Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal, maka:

Direksi Lama PT Kimia Farma periode 1998 – 2002 diwajibkan membayar


sejumlah Rp1.000.000.000,- untuk disetor ke Kas Negara, karena
melakukan kegiatan praktek penggelembungan atas LK 2001.

Sdr. Ludovicus Sensi W, Rekan KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa selaku
auditor PT Kimia Farma diwajibkan membayar sejumlah Rp100.000.000,-
untuk disetor ke Kas Negara, karena atas risiko audit yang tidak berhasil
mendeteksi adanya penggelembungan laba tersebut.

10
MITIGASI
1. Mengidentifikasi dan menilai risiko etika

• Melakukan penilaian dan identifikasi para stakeholder HTM

• Mempertimbangkan kemampuan SDM HTM dengan ekspektasi para stakeholder, dan menilai
risiko ketidak sanggupan SDM HTM dalam menjalankan tugas audit

• Mengutamakan reputasi KAP HTM dengan berpegang pada nilai-nilai hypernorm

2. Menerapkan strategi dan taktik dalam membina hubungan strategis dengan stakeholder

• KAP HTM dapat melakukan pengelompokan stakeholder dan meratingnya dari segi
kepentingan, dan kemudian menyusun rencana untuk berkolaborasi dengan stakeholder yang
dapat memberikan dukungan dalam penciptaan strategi, yang dapat memenuhi harapan para
stakeholder HTM.

11
KESIMPULAN
Berdasarkan kasus yang terjadi pada PT Kimia Farma dapat disimpulkan bahwa
telah terjadi adanya pelanggaran kode etik profesi akuntansi yang berpengaruh
terhadap prinsipnya diantaranya sebagai berikut:

• Kepentingan Publik : Akuntan telah mengorbankan kepentingan publik demi


kepentingan mereka semata. Dengan kesalahan penyajian pada LK,
menyebabkan pengambilan keputusan yang salah bagi para investor.

• Integritas : PT Kimia Farma terbukti tidak jujur dalam menyusun laporan


keuangannya. Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan
perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak menerima kecurangan atau
peniadaan prinsip.

• Perilaku Profesional : Pihak yang terlibat dalam penyusunan LK PT Kimia Farma


pada tahun 2002 telah berperilaku tidak professional sehingga menimbulkan
reputasi perusahaan yang buruk. Kinerja profesionalisme dari seorang
auditornyapun dapat merusak reputasi profesinya.

12
Thank You!

13

Anda mungkin juga menyukai