Anda di halaman 1dari 2

Nama : Aris Munnadar

Nim : 211FK01010
RESUME MATERNITAS PT06

1. Pengertian

Perdarahan intrapartum adalah segala macam perdarahan yang terjadi berkaitan dengan
kehamilan, setelah usia lebih dari 20 minggu. Sebagian ahli mendefinisikan perdarahan
intrapartum sebagai perdarahan yang terjadi pada saat proses persalinan, misalnya karena
ruptura uteri / pecah rahim.
Kala IV adalah fase setelah plasenta lahir hingga 2 jam postpartum. Pada kala ini dilakukan
penilaian perdarahan pervaginam, bila ditemukan robekan jalan lahir maka perlu dilakukan
hecting. Setelah itu, tenaga medis harus menilai tanda-tanda vital ibu, memastikan kontraksi
uterus baik, dan memastikan tidak terjadi perdarahan postpartum.

2. Etiologi
penyebab perdarahan postpartum terdiri dari 4T, yaitu Tone (atonia uteri), Tissue (sisa
jaringan plasenta), Trauma (ruptur uteri, serviks, atau vagina), Thrombin (gangguan faktor
koagulopati)
- Atonia uteri : kurang kuatnya otot uterus berkontraksi yg menyebabkan pembuluh darah
dan bekas perlekatan plasenta terbuka sehingga perdarahan terjadi terus menerus.
- retensio plasenta (sisa jaringan plasenta) : tertahannya sisa plasenta melebihi 30 menit
setelah bayi lahir.
- luka jalan lahir : Perlukaan jalan lahir karena persalinan dapat mengenai perineum,
cervix, vulva, vagina dan uterus
- Gangguan pembekuan darah (gangguan faktor koagulopati) : Kelainan pembekuan darah
misalnya afibrinogenemia (gg pembekuan darah bawaan) atau hipofibrinogenemia
(fibrinogen sedikit sehingga tidak cukup u/ proses pembekuan darah).

3. Manifestasi klinis
- Terjadi kehilangan darah dalam jumlah banyak (>500 ml).
- gejala yang dialami yaitu nyeri pada perut bawah,nadi lemah, pucat, darah berwarna
merah segar, haus, pusing, gelisah, letih, dan dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan
darah rendah, ekstremitas dingin, dan mual.
Gejala klinis perdarahan post partum perdarahan pervaginam lainnya:
- konsistensi rahim lunak
- fundus uteri naik (jika pengaliran darah terhalang oleh bekuan darah atau selaput janin)

4. Patofisiologi
Patofisiologi persalinan kala IV adalah waktu setelah plasenta lahir sampai empat jam
pertama setelah melahirkan (Sri Hari Ujiiningtyas, 2009). Menurut Reni Saswita, 2011.
Menurut Reni Saswita, 2011. Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam
setelah proses tersebut. PPH/kala IV dapat disebabkan oleh gangguan pada 4T (tonus, tissue,
trauma, dan thrombin)
5. Klasifikasi
Perdarahan persalinan kala IV adalah salah satu resiko terbesar yang menyebabkan
terjadinya kematian maternal. Perdarahan persalinan kala IV dibagi menjadi dua jenis yaitu

- perdarahan dini atau perdarahan persalinan kala IV primer (early postpartum hemorrhage)
: merupakan perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah kala III
- perdarahan masa nifas atau perdarahan post partum sekunder (late postpartum
hemorrhage), merupakan perdarahan yang terjadi pada masa nifas (puerperium) tidak
termasuk 24 jam pertama setelah kala III (Nugroho, 2012).

6. Komplikasi
Komplikasi potensial dari perdarahan postpartum adalah kehilangan darah berlebihan yang
dapat menyebabkan beberapa komplikasi seperti peningkatan denyut jantung, pernapasan
cepat dan penurunan aliran darah. Gejala-gejala ini dapat membatasi aliran darah ke hati,
otak, jantung atau ginjal dan menyebabkan syok.

7. Pemeriksaan penunjang
- USG : Untuk melihat bagian dalam uterus apakah ada sisa plasenta yang tertinggal
- Pemeriksaan faktor pembekuan : Untuk melihat adanya kelainan pembekuan atau tidak.
- Pemeriksaan lab : diketahui jika adanya perdarahan massif dengan HB kurang dari 8 g/dl
dan apakah klien mengalami anemia atau tidak nya.

8. Penatalaksaan
Penatalaksanaan khusus diberikan sesuai dengan penyebab perdarahan postpartum, yakni
mnemonic 4T (tonus, tissue, trauma, thrombin).
a) Tonus : pemijatan uterus untuk membantu memperbaiki tonus dan menghentikan
perdarahan. Selain itu, dapat diberikan obat oksitosin misoprosol.
b) Trauma : Pada keadaan trauma, laserasi jalan lahir, harus dilakukan penjahitan laserasi
secara kontinu. Pada inversio uteri dapat dilakukan reposisi uterus.
c) Tissue : Pada keadaan retensio plasenta, dilakukan manual plasenta dengan hati-hati.
d) Thrombin : Pada kondisi gangguan faktor pembekuan darah, dapat diberikan transfusi
darah lengkap untuk menggantikan faktor pembekuan darah dan sel darah merah. Selain
itu, dapat juga diberikan asam traneksamat dengan dosis 1 gram. Dosis asam traneksamat
dapat diulang jika perdarahan berlangsung >30 menit.

Anda mungkin juga menyukai