Berseragam dinas, dengan seringai manis Gula-gula batu Kau tumpuk batu-batu itu, di pundak-pundak sajak Yang coba kau tenggelamkan Tapi ia merangsek keluar, digerakkan oleh kata Berkelonjatan di pamflet dan spanduk para demonstran Mereka memprotes, kata-kata gila perabas hutan
Terburai huruf berhambur
Jadi suara telikung lengking gergaji Memotong tangan-tangan pohon Sembari berteriak, “Tumbangkan perlawanan para pembangkang”. Tubuh pohon pun rebah
Burung hutan bernyanyi di rintih semak
Hatinya patah seperti gemeretak ranting diinjak Sementara asap api menguar Terbakar bersama gagasan yang mati terlontar
Tapi tubuh pohon itu tak lekas mati
Orang-orang kecil melecut api Dengan cabang ranting menggelepar Dengan keinginan untuk terus hidup Seperti sulur, mencungkil matahari Menggamit tangan hujan untuk merajut pukat bagi musim hati Yang mati
Ia lah satu-satunya penolong
Memboyong batang daun Menjadi bandang Lalu menumbuhkan biji yang tertelan di perut Di cerita kanakmu Tumbuh, teruslah tumbuh Menjulang seperti nyiur Agar menetak kapak di tumpek pengatag