Anda di halaman 1dari 1

I Gusti Ayu Komang Wiliani

Balada Pohon Peneduh

Cover majalah menangkap wajahmu


Berseragam dinas, dengan seringai manis
Gula-gula batu
Kau tumpuk batu-batu itu, di pundak-pundak sajak
Yang coba kau tenggelamkan
Tapi ia merangsek keluar, digerakkan oleh kata
Berkelonjatan di pamflet dan spanduk para demonstran
Mereka memprotes, kata-kata gila perabas hutan

Terburai huruf berhambur


Jadi suara telikung lengking gergaji
Memotong tangan-tangan pohon
Sembari berteriak, “Tumbangkan perlawanan para pembangkang”.
Tubuh pohon pun rebah

Burung hutan bernyanyi di rintih semak


Hatinya patah seperti gemeretak ranting diinjak
Sementara asap api menguar
Terbakar bersama gagasan yang mati terlontar

Tapi tubuh pohon itu tak lekas mati


Orang-orang kecil melecut api
Dengan cabang ranting menggelepar
Dengan keinginan untuk terus hidup
Seperti sulur, mencungkil matahari
Menggamit tangan hujan untuk merajut pukat bagi musim hati
Yang mati

Ia lah satu-satunya penolong


Memboyong batang daun
Menjadi bandang
Lalu menumbuhkan biji yang tertelan di perut
Di cerita kanakmu
Tumbuh, teruslah tumbuh
Menjulang seperti nyiur
Agar menetak kapak di tumpek pengatag

Dengan takjub, kusembah pohon dalam tubuh


Teduhlah, teduhlah

Anda mungkin juga menyukai