Anda di halaman 1dari 15

Api Suci

Sutan Takdir Alisyahbana

Selama nafas masih mengalun,


Selama jantung masih memukul,
Wahai api, bakarlah jiwaku,
Biar mengaduh biar mengeluh.
Seperti baja merah membara
Dalam bakaran Nyala Raya,
Biar jiwa habis terlebur,
Dalam kobaran Nyala Raya.

Sesak mendesak rasa di kalbu,


Gelisah liar mata memandang,
Di mana duduk rasa dikejar.
Demikian rahmat tumpahkan selalu,
Nikmat rasa api menghangus,
Nyanyian semata bunyi jeritku.

Tuhan Telah Menegurmu

Tuhan telah menegurmu dengan cukup sopan

lewat perut anak-anak yang kelaparan

Tuhan telah menegurmu dengan cukup sopan

lewat semayup suara adzan

Tuhan telah menegurmu dengan cukup menahan kesabaran

lewat gempa bumi yang berguncang

deru angin yang meraung kencang

hujan dan banjir yang melintang pukang

Adakah kau dengar?

(Apip Mustopa)

AKU

Kalau sampai waktuku


'Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang


Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari


Berlari
Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi

chairil anwar

Kumpulan Puisi Untuk Anak SD I


SAHABAT SEJATIKU
Annisa Sekar Salsabila

Aku sedih, kau menghibur


Aku kecewa, kau membuatku senang
Dan bila aku tak bisa
kau pun mengajari

Sahabat,
Kau bagai malaikat bagiku
Kau bagaikan bidadari untukku
Semua kebajikan ada padamu

Sahabat....
Satu pintaku untukmu
Yaitu janji selalu erat
Tak pernah terpisah,
seumur hidup kita.

Kelas 4 SD N 1 Kebumen
Jalan Pemuda 94 Kebumen

HIDUNG
Aldi Hairul

Aku bisa mencium bunga mawar


Aku bisa mencium kentut
Aku bisa mencium bau kaos kaki
Aku bisa mencium bau kotoran anjing
Aku bisa mencium bau badan
Aku bisa mencium bunga matahari
Semua karena kupunya hidung yang baik
Terima kasih hidung!

KELAS 2C SDN 34 PONSEL

MATA SAYA
Bagus Satrio

Saya mempunyai mata


Saya melihat menggunakan mata
Saya melihat apapun benda menggunakan mata
Karena mata, saya bisa melihat
Saya bisa melihat rumah,pohon dan buku
Karena mata,saya bisa membaca buku
Sehingga saya menjadi juara.

KELAS 2C SDN 34 PONSEL

source

Kumpulan Puisi Untuk Anak SD II


INDONESIAKU
buah karya: Rizal Gandhi

Indonesia negara makmur


Negara kaya budaya
Banyak sekali pulau
Bhinneka Tunggal Ika
Berbeda-beda tetapi tetap satu jua
Inilah negara Indonesia
Rakyatnya berjuta-juta
Indonesia ibu kota Jakarta
Negara yang subur
Itulah negaraku Indonesiaku

KUPU-KUPU AMAT INDAH


buah karya: Muninggar Ferdiana

Warnamu amat indah


Sayapmu penuh dengan warna
Kau terbang mengelilingi awan
Kau yang menghibur diriku
Dengan tubuhmu yang amat indah
Kau hinggap di bunga
Kau selalu ada di pikiranku
Wahai kupu-kupu yang teramat indah
Kala mentari menyengat sayap
Kau tak dapat dihilangkan dari pikiranku

GURUKU
buah karya : Rizal Mustofa

Engkaulah penasehatku
Engkau sangat indah di tatapan mataku
Engkau sangat sabar dalam mengajariku
Engkau mengajariku tiada henti
Kamu adalah yang kusayangi
Jasamu akan kusimpan di dalam hatiku
Namamu akan kuukir di dalam anganku
Engkaulah penyejukku di kalla matahari menyengat
Jasa-jsamu itu sebagai leluhur
Engkau tidak dapat kulupakan
Engkau akan kuingat sepanjang hidupku

PAHLAWAN
buah karya : Singgih Alex Setiawan

Pahlawanku
Kau berjuang demi bangsa dan negara
Kaupun korbankan jiwa dan raga
Pahlawan kau menjadi pelita bangsa
Karena jasamulah bangsa menjadi berjaya
Pahlawan kau kan kuingat selama-lamanya

INDONESIA
buah karya : Akbar Yudha Rahmandani

Indonesia adalah negara yang makmur


Negara yang luas dengan budaya
Indonesia adalah negara yang kaya
Pulau terbentang dari Sabang sampai Merauke
Negara Indonesia mempunyai semboyan
Bhinneka Tunggal Ika
Berbeda-beda tetapi tetap satu jua
Indonesia mempunyai rakyat berjuta-juta
Itulah negaraku Indonesia

KUPU-KUPU
oleh : Rakhman Syeh Mukhlisin

Alangkah elok warnamu


Terbang diantara burung-burung mencari madu
kadang kulihat engkau berayun
diatngai dan daun-daun
atau berkejaran bersama kawanmu
Kupu-kupuku
Alangkah indah semua melihatmu
Dapatkah ku memiliki sayap indah
seperti sayapmu
kau terbang benitu indah
warna kupu-kupu yang indah

PAK GURU
Oleh : Triono

Pak guru engkau mengajari kami


dengan kasih sayang kepada kami
engkau membuatku melihat dunia
karena engkau aku menjadi aku
ilmu yang bermanfaat bagiku
Ilmu bermanfaat untuk kehidupan
Lapar dahaga tak kau hiraukan
Panas matahari menyengat kulit
Sebagai rasa yang selalu ada

KUPU-KUPUKU
Oleh : Ainun

Kupu-kupuku yang indah


Kau amat indah di hatiku
Sepanjang waktu aku melihatmu
Beterbangan di luar
bagiku kau sangat indah
Kau janganlah pergi meninggalkanku
Aku sangat menyayangimu
Kalau engkau pergi aku akan kesepian
Maka kamu jangan pergi meninggalkanku
Aku sangat menyayangimu sepanjang hidupku

AYAH BUNDA TERSAYANG


Oleh : Gita Triana Dewi

Tanpamu aku tiada di sini


Dan tanpamu aku tidak ada di dunia ini
Saat fajar datang
Pernahkahkau melihatnya
Itu seperti ayah dan bundaku
yang selalu bersinar terang dihatiku

source

Kumpulan Puisi Untuk Anak SD III


Nelayan

Nelayan���.
Tiap malam tanpa lelah
Pergi ke tengah laut lepas
Penuh keberanian
Ombak ganas diarungi
Melepaskan jala
Berharap banyak ikan tertangkap
Pulang di esok hari
Hanya demi sesuap nasi

Guruku

Guruku����
Kau pahlawan dalam hidupku
Tanpa lelah dan putus asa
Berjuang mencerdaskan anak bangsa
Guruku����
Jasamu sungguh mulia
Kini��
Aku bisa berhitung menulis dan membaca
Guruku���..
Terima kasih aku ucapkan
Aku tak bisa membalas
Keikhlasan pengorbananmu
Aku hanya bisa menebus
Dengan setulus doa
Semoga pengorbananmu mendidik anak bangsa
Menjadi amal jariyah yang berharga

Petani

Tiap hari tiada henti


Kau menanam padi
Kerja keras tanpa lelah
Berjemur seharian ditengah sawah
Kau cucurkan keringatmu
Hanya demi padi
Makanan pokok sejuta umat
Tak tampak wajah kecewa
Saat musim panen gagal
Kau tetap tegar dan terus bekerja
Merawat padi itu
Agar tetap hijau
Guyuran hujan pun bukan penghalang
Kau tetap berjuang
Terima kasih petaniku
Atas jasa kau
Aku masih makan nasi

Kampung Halaman

Gunung indah menjulang


Air jernih mengalir
Hamparan sawah yang hijau
Alam sejuk mempesona
Itulah kampung halamanku
Dari ufuk timur,di balik bukit itu
Mentari pagi mulai bersinar
Tiupan angin yang sepoi-sepoi
Menemani jalanku disekolah
Suara riang bocah-bocah
Membawa kedamaian kampung halamanku

Sampah

Seiring ku melihatmu
Di pasar, kebun bahkan di pinggir jalan
Kau berserakan dimana-mana
Hingga tak enak mata memandang
Seakan-akan tak ada gunanya
Bila kau tak diolah
Sebenarnya banyak manfaatmu
Bisa jadi pupuk bagi petani
Dan
Barang yang berguna
Beraneka ragam jenismu
Dari kertas, plastik, botol, daun
Dan lain sebagainya

Sahabat

Aku akan selalu membutuhkanmu


Dalam setiap langkahku
Kau selalu ada disampingku
Saat kau sedih maupun senang
Sahabatku�
Tak pernah kau meninggalkanku
Meski aku membuat kau sakit
Oh sahabatku
Kau mendukungku
Kau menyemangatiku
Dalam menjalani hidup ini
Aku tak akan melupakanmu
Walau kini kau telah pergi
Kau akan selalu aku ingat
Dalam lubuk hatiku

Adikku Sayang

Kecil dan imut tubuhmu


Lucu dan menggemaskan aku melihatmu
Ingin selalu aku memelukmu
Ingin selalu
Adik janganlah menangis
Kakak selalu menghiburmu
Adik janganlah takut
Kakak selalu menjagamu
Tidurlah adikku sayang
Kakak ada disampingmu
Menyanyikan lagu-lagu merdu
Mengantarmu dalam mimpi indah

Abang Becak

Dengan sandal jepit dan bertopi caping


Kau kayuh becak tua
Dengan keringat bercucuran
Menembus keramaian kota
Setia dan tulus mengantar penumapang
Demi keluarga
Demi sesuap nasi
Kau pahlawan sejati

Ibu

Kau perempuan yang kuat


Tak pernah mengeluh
Bahkan bersedih hati
Sembilan bulan kau mengandung
Tak pernah sedikitpun kau mengeluh
Walau berat menjalaninnya
Kau tak pernah terbebankan
Penuh kesabaran kau merawatku
Penuh kasih sayang kau menjagaku
Kau merawatku
Dari bayi hingga tumbuh dewasa
Dengan penuh perhatian
Dan cinta yang tulus
Kau mendidik aku
Hingga menjadi seperti ini
Tak sepantasnya aku membantahmu
Apalagi sampai melawan
Oh ibu�..
Aku akan selalu sayang
Selalu hormat dan cinta kepadamu
Aku juga akan bakti kepadamu
Ibu..
Kau tak akan aku lupakan
Kau belahan jiwaku
Kasih sayangmu
Akan aku ingat sepanjang hidupku

BINTANG

Bintang yang indah


Kemerlip di langit biru
Di malam yang hening
Teman setia sang rembulan
Hatiku sedih
Bila langit mendung
Ku tak bisa melihatmu
Aku rindu padamu
Bila kau tak tampak di langit biru

Puisi Ws. Rendra Jangan Takut Ibu


Matahari musti terbit.
Matahari musti terbenam.
Melewati hari-hari yang fana
ada kanker payudara, ada encok,
dan ada uban.
Ada gubernur sarapan bangkai buruh pabrik,
Bupati mengunyah aspal,
Anak-anak sekolah dijadikan bonsai.
Jangan takut, Ibu!
Kita harus bertahan.
Karena ketakutan
meningkatkan penindasan.
Manusia musti lahir.
Manusia musti mati.
Di antara kelahiran dan kematian
bom atom dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki,
serdadu-serdadu Jepang memanggal kepala patriot-patriot Asia,
Ku Klux Klan membakar gereja orang Negro,
Terotis Amerika meledakkan bom di Oklahoma
Memanggang orangtua, ibu-ibu dan bayi-bayi,
di Miami turis Eropa dirampok dan dibunuh,
serdadu Inggris membantai para pemuda di Irlandia,
orang Irlandia meledakkan bom di London yang tidak aman.
Jangan takut, Ibu!
Jangan mau gigertak.
Jangan mau diancam.
Karena ketakutan
meningkatkan penjajahan.
Sungai waktu
menghanyutkan keluh-kesah mimpi yang meranggas.
Keringat bumi yang menyangga peradaban insane
Menjadi uranium dan mercury.
Tetapi jangan takut, ibu!
Bulan bagai alis mata terbit di ulu hati.
Rasi Bima Sakti berzikir di dahi.
Aku cium tanganmu, Ibu!
Rahim dan susumu adalah persemaian harapan.
Kekuatan ajaib insan
Dari zaman ke zaman.
(Hamburg, 30 September 2003)
Puisi Ws. Rendra Orang-orang Miskin
Orang-orang miskin di jalan,
yang tinggal di dalam selokan,
yang kalah di dalam pergulatan,
yang diledek oleh impian,
janganlah mereka ditinggalkan.
Angin membawa bau baju mereka.
Rambut mereka melekat di bulan purnama.
Wanita-wanita bunting berbaris di cakrawala,
mengandung buah jalan raya.
Orang-orang miskin. Orang-orang berdosa.
Bayi gelap dalam batin. Rumput dan lumut jalan raya.
Tak bisa kamu abaikan.
Bila kamu remehkan mereka,
di jalan kamu akan diburu bayangan.
Tidurmu akan penuh igauan,
dan bahasa anak-anakmu sukar kamu terka.
Jangan kamu bilang negara ini kaya
karena orang-orang berkembang di kota dan di desa.
Jangan kamu bilang dirimu kaya
bila tetanggamu memakan bangkai kucingnya.
Lambang negara ini mestinya trompah dan blacu.
Dan perlu diusulkan
agar ketemu presiden tak perlu berdasi seperti Belanda.
Dan tentara di jalan jangan bebas memukul mahasiswa.
Orang-orang miskin di jalan
masuk ke dalam tidur malammu.
Perempuan-perempuan bunga raya
menyuapi putra-putramu.
Tangan-tangan kotor dari jalanan
meraba-raba kaca jendelamu.
Mereka tak bisa kamu biarkan.
Jumlah mereka tak bisa kamu mistik menjadi nol.
Mereka akan menjadi pertanyaan
yang mencegat ideologimu.
Gigi mereka yang kuning
akan meringis di muka agamamu.
Kuman-kuman sipilis dan tbc dari gang-gang gelap
akan hinggap di gorden presidenan
dan buku programma gedung kesenian.
Orang-orang miskin berbaris sepanjang sejarah,
bagai udara panas yang selalu ada,
bagai gerimis yang selalu membayang.
Orang-orang miskin mengangkat pisau-pisau
tertuju ke dada kita,
atau ke dada mereka sendiri.
O, kenangkanlah :
orang-orang miskin
juga berasal dari kemah Ibrahim..
Djogja, 4 Februari 1978
Potret Pembangunan dalam Puisi
Puisi Ws. Rendra Sebatang Lisong
Menghisap sebatang lisong
Melihat Indonesia Raya
Mendengar 130 juta rakyat
Dan di langit
Dua tiga cukong mengangkang
Berak di atas kepala mereka
Matahari terbit
Fajar tiba
Dan aku melihat delapan juta kanak � kanak tanpa pendidikan
Aku bertanya
Tetapi pertanyaan � pertanyaanku
Membentur meja kekuasaan yang macet
Dan papan tulis � papan tulis para pendidik
Yang terlepas dari persoalan kehidupan
Delapan juta kanak � kanak
Menghadapi satu jalan panjang
Tanpa pilihan
Tanpa pepohonan
Tanpa dangau persinggahan
Tanpa ada bayangan ujungnya
Menghisap udara
Yang disemprot deodorant
Aku melihat sarjana � sarjana menganggur
Berpeluh di jalan raya
Aku melihat wanita bunting
Antri uang pensiunan
Dan di langit
Para teknokrat berkata :
Bahwa bangsa kita adalah malas
Bahwa bangsa mesti dibangun
Mesti di up-grade
Disesuaikan dengan teknologi yang diimpor
Gunung � gunung menjulang
Langit pesta warna di dalam senjakala
Dan aku melihat
Protes � protes yang terpendam
Terhimpit di bawah tilam
Aku bertanya
Tetapi pertanyaanku
Membentur jidat penyair � penyair salon
Yang bersajak tentang anggur dan rembulan
Sementara ketidak adilan terjadi disampingnya
Dan delapan juta kanak � kanak tanpa pendidikan
Termangu � mangu di kaki dewi kesenian
Bunga � bunga bangsa tahun depan
Berkunang � kunang pandang matanya
Di bawah iklan berlampu neon
Berjuta � juta harapan ibu dan bapak
Menjadi gemalau suara yang kacau
Menjadi karang di bawah muka samodra
Kita mesti berhenti membeli rumus � rumus asing
Diktat � diktat hanya boleh memberi metode
Tetapi kita sendiri mesti merumuskan keadaan
Kita mesti keluar ke jalan raya
Keluar ke desa � desa
Mencatat sendiri semua gejala
Dan menghayati persoalan yang nyata
Inilah sajakku
Pamplet masa darurat
Apakah artinya kesenian
Bila terpisah dari derita lingkungan
Apakah artinya berpikir
Bila terpisah dari masalah kehidupan
Puisi Ws. Rendra Pesan Pencopet Kepada Pacarnya
Sitti,
kini aku makin ngerti keadaanmu
Tak �kan lagi aku membujukmu
untuk nikah padaku
dan lari dari lelaki yang miaramu
Nasibmu sudah lumayan
Dari babu dari selir kepala jawatan
Apalagi?
Nikah padaku merusak keberuntungan
Masa depanku terang repot
Sebagai copet nasibku untung-untungan
Ini bukan ngesah
Tapi aku memang bukan bapak yang baik
untuk bayi yang lagi kau kandung
Cintamu padaku tak pernah kusangsikan
Tapi cinta cuma nomor dua
Nomor satu carilah keslametan
Hati kita mesti ikhlas
berjuang untuk masa depan anakmu
Janganlah tangguh-tangguh menipu lelakimu
Kuraslah hartanya
Supaya hidupmu nanti sentosa
Sebagai kepala jawatan lelakimu normal
suka disogok dan suka korupsi
Bila ia ganti kau tipu
itu sudah jamaknya
Maling menipu maling itu biasa
Lagi pula
di masyarakat maling kehormatan cuma gincu
Yang utama kelicinan
Nomor dua keberanian
Nomor tiga keuletan
Nomor empat ketegasan, biarpun dalam berdusta
Inilah ilmu hidup masyarakat maling
Jadi janganlah ragu-ragu
Rakyat kecil tak bisa ngalah melulu
Usahakan selalu menanjak kedudukanmu
Usahakan kenal satu menteri
dan usahakan jadi selirnya
Sambil jadi selir menteri
tetaplah jadi selir lelaki yang lama
Kalau ia menolak kau rangkap
sebagaimana ia telah merangkapmu dengan isterinya
itu berarti ia tak tahu diri
Lalu depak saja dia
Jangan kecil hati lantaran kurang pendidikan
asal kau bernafsu dan susumu tetap baik bentuknya
Ini selalu menarik seorang menteri
Ngomongmu ngawur tak jadi apa
asal bersemangat, tegas, dan penuh keyakinan
Kerna begitulah cermin seorang menteri
Akhirnya aku berharap untuk anakmu nanti
Siang malam jagalah ia
Kemungkinan besar dia lelaki
Ajarlah berkelahi
dan jangan boleh ragu-ragu memukul dari belakang
Jangan boleh menilai orang dari wataknya
Sebab hanya ada dua nilai: kawan atau lawan
Kawan bisa baik sementara
Sedang lawan selamanya jahat nilainya
Ia harus diganyang sampai sirna
Inilah hakikat ilmu selamat
Ajarlah anakmu mencapai kedudukan tinggi
Jangan boleh ia nanti jadi propesor atau guru
itu celaka, uangnya tak ada
Kalau bisa ia nanti jadi polisi atau tentara
supaya tak usah beli beras
kerna dapat dari negara
Dan dengan pakaian seragam
dinas atau tak dinas
haknya selalu utama
Bila ia nanti fasih merayu seperti kamu
dan wataknya licik seperti saya�nah!
Ini kombinasi sempurna
Artinya ia berbakat masuk politik
Siapa tahu ia bakal jadi anggota parlemen
Atau bahkan jadi menteri
Paling tidak hidupnya bakal sukses di Jakarta
Rendra
Dari buku Sajak-Sajak Sepatu Tua, Pustaka Jaya, Jakarta, 1972.
Puisi Ws. Rendra Makna Sebuah Titipan
Sering kali aku berkata, ketika orang memuji milikku,
bahwa sesungguhnya ini hanya titipan
Bahwa mobilku hanya titipan Nya, bahwa rumahku hanya titipan Nya,
bahwa hartaku hanya titipan Nya
Tetapi, mengapa aku tidak pernah bertanya, mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku?
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik Nya ini?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yg bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh
Nya?
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah,
kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka,
kusebut dengan panggilan apa saja yang melukiskan bahwa itu adalah derita
Ketika aku berdoa, kuminta titipan yg cocok dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta, lebih banyak mobil, lebih banyak rumah,
lebih banyak popularitas, dan kutolak sakit, kutolak kemiskinan.
Seolah semua �derita� adalah hukuman bagiku
Seolah keadilan dan kasih Nya harus berjalan seperti matematika:
�aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku,
dan nikmat dunia kerap menghampiriku
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan kekasih
Kuminta Dia membalas �perlakuan baikku� dan
menolak keputusan Nya yang tak sesuai keinginanku,
Gusti, padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanyalah untuk
beribadah�
�Ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja�
Puisi Ws. Rendra Kupanggil Namamu
Sambil menyeberangi sepi
kupanggil namamu, wanitaku
Apakah kau tak mendengarku?
Malam yang berkeluh kesah
memeluk jiwaku yang payah
yang resah
kerna memberontak terhadap rumah
memberontak terhadap adat yang latah
dan akhirnya tergoda cakrawala.
Sia-sia kucari pancaran sinar matamu.
Ingin kuingat lagi bau tubuhmu
yang kini sudah kulupa.
Sia-sia
Tak ada yang bisa kujangkau
Sempurnalah kesepianku.
Angin pemberontakan
menyerang langit dan bumi.
Dan dua belas ekor serigala
muncul dari masa silam
merobek-robek hatiku yang celaka.
Berulang kali kupanggil namamu
Di manakah engkau, wanitaku?
Apakah engkau juga menjadi masa silamku?
Kupanggil namamu.
Kupanggil namamu.
Kerna engkau rumah di lembah.
Dan Tuhan ?
Tuhan adalah seniman tak terduga
yang selalu sebagai sediakala
hanya memperdulikan hal yang besar saja.
Seribu jari dari masa silam
menuding kepadaku.
Tidak
Aku tak bisa kembali.
Sambil terus memanggil namamu
amarah pemberontakanku yang suci
bangkit dengan perkasa malam ini
dan menghamburkan diri ke cakrawala
yang sebagai gadis telanjang
membukakan diri padaku
Penuh. Dan Prawan.
Keheningan sesudah itu
sebagai telaga besar yang beku
dan aku pun beku di tepinya.
Wajahku. Lihatlah, wajahku.
Terkaca di keheningan.
Berdarah dan luka-luka
dicakar masa silamku.

PENYAPU
Penyapu yang ku kenali dulu
adalah penyapu yang menggiring sampah
menuju destinasi.....

Penyapu yang ku kenali dulu


dikenderai ahli-ahli sihir
menuju destinasi.....

Penyapu yang kukenali kini


menggiring satu wawasan
pembersihan kawasan
memartabat suatu daulah
pembersihan minda dan akal
menuju satu destinasi....
(DIAN SASTRO)

Aku dan Tuhanku


Posted on September 3, 2009 by sengkoeloen
Tuhan, Kau lahirkan aku tak pernah kuminta

Dan aku tahu, sebelum aku Kau ciptakan

Berjuta tahun, tak berhingga lamanya

Engkau terus menerus mencipta berbagai ragam

Tuhan, pantaskah Engkau memberikan hidup sesingkat ini

Dari berjuta-juta tahun kemahakayaan-Mu

Setetes air dalam samudra tak bertepi

Alangkah kikirnya Engkau, dengan kemahakayaan-Mu

Dan Tuhanku, dalam hatikulah Engkau perkasa bersemayam

Bersyukur sepenuhnya akan kekayaan kemungkinan

Terus menerus limpah ruah Engkau curahkan

Meski kuinsyaf, kekecilan dekat dan kedaifanku

Di bawah kemahakuasaan-Mu, dalam kemahaluasan kerajaan-Mu

Dengan tenaga imajinasi Engkau limpahkan

Aku dapat mengikuti dan meniru permainan-Mu

Girang berkhayal dan mencipta berbagai ragam

Terpesona sendiri menikmati keindahan ciptaanku

Aahh, Tuhan

Dalam kepenuhan terliput kecerahan sinar cahaya-Mu

Menyerah kepada kebesaran dan kemuliaan kasih-mu

Aku, akan memakai kesanggupan dan kemungkinan

Sebanyak dan seluas itu Kau limpahkan kepadaku

Jauh mengatasi mahluk lain Kau cipatakan

Sebagai khalifah yang penuh menerima sinar cahaya-Mu

Dalam kemahaluasan kerajaan-Mu

Tak adalah pilihan, dari bersyukur dan bahagia, bekerja dan mencipta

Dengan kecerahan kesadaran dan kepenuhan jiwa

Tidak tanggung tidak alang kepalang

Ya Allah Ya Rabbi
Sekelumit hidup yang Engkau hadiahkan

dalam kebesaran dan kedalaman kasih-Mu, tiada berwatas

akan kukembangkan, semarak, semekar-mekarnya

sampai saat terakhir nafasku Kau relakan

Ketika Engkau memanggilku kembali kehadirat-Mu

Ke dalam kegaiban rahasia keabadian-Mu

Dimana aku menyerah tulus sepenuh hati

Kepada keagungan kekudusan-Mu,

Cahaya segala cahaya

Sutan Takdir Alisyahbana

Toya Bongkah

24 April 1989

Anda mungkin juga menyukai