Anda di halaman 1dari 3

LI TIE GUAI 李鐵拐

Li Tie Guai (李鐵拐) mempunyai nama asli Li Suan (Li Yuan). Berasal dari San Zhou, hidup di
zaman Dinasti Sui. Hari kebesarannya diperingati setiap tanggal 8 bulan 4 Imlek. Li Tie Guai
disebutkan juga Tie Guai (Li si tongkat Besi) adalah salah satu dari 8 Dewa (Baxian).
Beliau sering ditampilkan sebagai seorang tua dengan wajahnya yang kotor, berjenggot panjang dan
berambut acak2-an dengan pin emas. Beliau dilukiskan dengan membawa tongkat besi & buli-buli
merah (berbentuk botol labu) di tangannya.
Walaupun dikenal pemarah, Li sangat murah hati dan sering menolong terhadap orang yang miskin,
orang sakit dan mereka yang sedang kesusahan dan membutuhkan pertolongan. Ia menolong mereka
dengan botol labu emasnya yang selalu dibawanya.
Li adalah murid dari Thay Shang Lao Jin. Beliau meninggalkan keduniawian & mendedikasikan
hidupnya untuk mempelajari “Tao Ying Suk” selama 40 tahun, seringkali berpuasa & bermeditasi.
Diceritakan sebelum Li menjadi Dewa, Beliau adalah seorang pria yang tampan.
Namun suatu saat, ketika Beliau sedang bermeditasi, rohnya berjalan ke surga, untuk bertemu Dewa-
Dewa lainnya. Beliau berpesan kepada muridnya bernama Li Qing agar menunggu selama 7 hari
untuk roh nya kembali.
Apabila roh Beliau tidak kembali dalam waktu 7 hari, maka Li Qing ditugaskan untuk membakar
raga Beliau; karena itu berarti gurunya telah menjadi Dewa. Namun baru 6 setengah hari, Li Qing
telah membakar badan gurunya karena dia harus pergi menengok Ibunya yang sakit keras, dan ia tak
berani meninggalkan jasad gurunya.
Ketika roh Li kembali, Beliau menemukan bahwa tubuhnya telah di kremasi dan Beliau harus masuk
ke badan orang lain, yang pada saat itu kebetulan terdapat seorang pengemis yang baru meninggal
karena kelaparan.
Oleh karena itu, Li sering ditampilkan sebagai seorang pengemis dengan pakaian compang-camping.
Kemudian Thay Shang Lao Jin menampakkan diri & memberikan buli-buli merah berisi obat yang
dapat menyembuhkan segala macam penyakit & tidak akan pernah kosong. Thay Shang Lao Jin
mengangkat Li Tie Guai menjadi Dewa.
Sejak saat itu Li diberi tugas untuk menyembuhkan orang2 sakit. Li telah berkelana ke segala
penjuru & dapat ditemukan dimana orang terbaring sakit dan orang miskin tertindas.
#dewadewitionghoa
#delapandewa

LAN CAI HE 藍采和


Lan Cai He (藍采和) sering digambarkan sebagai seorang yang berpakaian biru, salah satu kakinya
tidak bersepatu. Ia seringkali digambarkan sebagai seorang anak laki-laki, namun dalam beberapa
naskah maupun cerita, Ia juga sering digambarkan sebagai seorang anak perempuan.
nama asli Lan Caihe adalah Xu Jian, penduduk asli Dinasti Tang. Dikatakan bahwa rumah
leluhurnya adalah Yuewan (Yaowan). Dikatakan bahwa ada orang yang bermarga Xu di Yuewan.
Kemudian, keluarganya pindah ke Shilongmen , Tanghe, Chongqing, dan masih ada Xu Jian di
Shilongmen.
Satu hal yang menjadi ciri khasnya tersendiri adalah keranjang bambu penuh dengan bunga. Beliau
berkelana ke seluruh negeri sambil bernyanyi dan membawa sebuah keranjang buah. Itulah sebabnya
Beliau dipuja sebagai Dewa Pelindung Penjual Bunga.
Dalam pengembaraannya Beliau bertemu dengan Li Tie Guai yang mengajarkan Beliau tentang ilmu
kedewaan. Bersama2 dengan Li Tie Guai akhirnya Beliau menjadi salah satu dari 8 Dewa. Lan Cai
He juga sering digambarkan membawa sepasang kastanet bambu yang akan dikatupkan, dan
membuat irama sambil menghentakkan kaki, mereka akan bernyanyi mengikuti irama tersebut.
Sekelompok penonton akan mengikuti serta menonton pertunjukkan mereka tersebut.
Setelah pertunjukkan2 ini, mereka akan memberikan uang dalam jumlah besar sebagaimana diminta.
Uang logam tersebut kemudian akan diuntai sehingga menjadi untaian panjang. Pada saat mereka
berjalan, koin2 logam ini akan terlepas dari untaian tanpa diperdulikan oleh Lan Cai He, para
pengemis lainnya kemudian akan memunguti uang tersebut.

Ramalan Yang Salah

Apakah sebuah ramalan atau prediksi atau apa pun Namanya, bisa
menjadi salah? Ya, bisa. Mengapa demikian, karena ramalan tidak
sepenuhnya terjadi oleh karena satu penyebab atau faktor. Ada satu
cerita bahwa seorang biksu tua yang memiliki kemampuan meramal
yang sangat jitu. Di satu masa, beliau meramalkan tentang kematian
seorang biksu muda di viharanya. Sehingga biksu tua menyarankan agar
biksu muda pulang ke rumahnya untuk menjumpai orangtuanya
terakhir kali dan meninggal di rumahnya.
Tapi ternyata tidak berhasil, ramalannya meleset, biksu tua bahkan
menghitung ulang dan terus menghitung, tetapi kok bisa gagal? Biksu
tua penasaran dan langsung menanyakan kepada biksu muda apa yang
telah dia perbuat, sampai ramalannya bisa gagal. Biksu muda yang lugu,
menceritakan bahwa dia hanya menolong semut-semut yang
tergenang2 di bekas-bekas air hujan, sewaktu jalan pulang. Lalu biksu
tua menghitung sekali lagi, dan dia baru menyadarinya, bahwa satu
perbuatan kecilnya, bisa menyelamatkan biksu muda, dan biksu muda
hidup sampai usia tua.
Kita mungkin sudah pernah mendengar cerita di atas, agak menarik
bukan?

做人,真的好难 (cuo jen cen tek hen nan)=jadi orang, amatlah susah
善良点,被人利用(shan liang tien, pei ren li yung)= baik sedikit,
dimanfaatkan orang
老实点,别人欺负 (lau she tien, pie jen chi fu)=jujur sedikit,
dipermainkan orang
过得好,遭人嫉妒(kuo tek hau, cao jen ….)=baik-baik, orang jadi iri
过得差,不被尊重(kuo tek cha, puk pei cin cung) =bekekurangan,
tidak dianggap
心眼多,别人说你圆滑=hati baik, orang lain bilang kamu licik
心眼少,又被说成无瑙=polos, dibilang bodoh
做得再好,也有人讨厌=bikin baik apa pun, juga masih ada orang iri
付出再多,也不会人人喜欢=sebesar apa pun pengorbananmu, juga
tidak semua orang suka
做人难,难做人=jadi orang susah, susah jadi orang
所以不如走自己你的路=jadi, jalan sendiri saja
别人爱怎么说,就怎么说吧=orang lain suka bagaimana bilang,
biarkan saja bagaimana dia bilang lah.

Anda mungkin juga menyukai