Anda di halaman 1dari 5

Inilah Klenteng Tertua di Jakarta

Di antara lebih dari seratus kelenteng yang ada di Jakarta,


terdapat beberapa kelenteng tua yang terkenal. Salah
satunya adalah Kelenteng Jin De Yuan.

Kelenteng Jin De Yuan, Jakarta. (Gunawan Kartapranata/Wikimedia Commons)


Ketika memasuki area kelenteng, warna merah dan emas mendominasi penglihatan, yang
merupakan simbol kemakmuran bagi etnis Tionghoa. Aroma yong tswa atau biasa dikenal
dengan hio juga mengharumkan setiap sudut area tersebut.
Di antara lebih dari seratus kelenteng yang ada di Jakarta, terdapat beberapa kelenteng tua yang
terkenal. Salah satunya adalah Kelenteng Jin De Yuan yang berada di kawasan Pecinan Lama,
Glodok, Jakarta Barat.
Kelenteng Jin De Yuan yang terletak di Jalan Kemenangan III merupakan salah satu kelenteng
tertua di Jakarta Kota. Didirikan pada tahun 1650 oleh Letnan Kwee Hoen dan diberi nama
Koan-Im Teng.

Awal mulanya kelenteng ini disebut Guan Yin Ting (Kwan Im Teng) atau disebut dengan
Paviliun Guan Yin. Tahun 1740 kelenteng ini turut dirusak dalam peristiwa pembantaian terbesar
etnis Tionghoa dalam sejarah kolonialisme Belanda di Indonesia.
Peristiwa tersebut terjadi pada 9-12 Oktober 1740 dan menelan korban 10.000 jiwa. Kejadian ini
dikenal dengan Tragedi Pembantaian Angke. "Ada meja tua yang memang sudah ada dari awal
mulai pembangunan kelenteng ini. Meja tersebut merupakan saksi bisu dari perusakan pada
tahun 1740," Kata pengurus Kelenteng Jin De Yuan, Yu Ie (35).
Kelenteng ini dipersembahkan kepada Dewi Koan-Im (Dewi Welas Asih). Kelenteng ini
merupakan salah satu dari empat kelenteng besar yang berada di bawah pengelolaan Kong Koan
atau Dewan Tionghoa.
Keempat kelenteng tersebut adalah Kelenteng Goenoeng Sari, Kelenteng Toa Peh Kong (Ancol),
Kelenteng Jin De Yuan, dan Kelenteng Hian Thian Shang Tee Bio (Palmerah). Konon katanya
asal-muasal istilah kelenteng berasal dari Wihara Jin De Yuan ini. Yu ie mengungkapkan bahwa
memang ada hubungannya istilah kelenteng dengan Wihara Jin De Yuan.
"Asal-muasal kenapa bisa menjadi kelenteng itu karena banyaknya etnis Tionghoa yang berasal
dari suku Hokkian. Suatu saat mereka bertanya lokasi wihara ini dengan bertanya kepada orang
asli Betawi kota. Ketika orang Betawi bertanya "Cim, mau ke mana?" Lantas etnis Tionghoa
tersebut menjawab "Ke Kuan Im teng". Mereka mendengarkan seperti kata "ke len teng".
Mulai dari sinilah akhirnya masyarakat sekitar mengenalnya sebagai kelenteng. Di ruang tengah
kelenteng terdapat banyak patung Buddhis yang berasal dari sebelum tahun 1740. Dalam gedung
samping kiri terdapat kamar-kamar para rahib. Nama mereka tertulis pada lempeng batu. Di
dalam kamar pertama terpasang altar paling tua dari seluruh isi kelenteng. Kelenteng Jin De
Yuan ini juga terdapat sebuah lonceng buatan tahun 1825 di pojok kanan halaman belakang yang
merupakan lonceng tertua di Jakarta.
(Jodhi Yudono/Kompas.com)

Sejarah dibalik salah satu Klenteng tertua di


Indonesia
Posted on May 31, 2016 by adminx

Bagian depan di sisi kiri Klenteng Welahan yang masih belum mengalami perluasan
Kelenteng Hian Thian Siang Tee merupakan salah satu klenteng tertua di Indonesia. Pada Tahun
1600 klenteng ini dibangun sebagai wujud syukur kakak beradik kepada Tuhan karena dapat
menyembuhkan penyakit yang diderita masyarakat Japara.
Tan Siang Boe dan Tan Siang Djie merupakan saudara kandung yang terpisah. Tan Siang Boe
adalah ahli pengobatan totok dari Tiongkok. Kepergiannya menuju Asia Tenggara adalah untuk
mencari saudara tuanya bernama Tan Siang Djie di Indonesia.

Ketika berangkat dari Tiongkok, Tan Siang Boe seperahu dengan seseorang bernama Tasugagu
yang baru selesai bersemedi dari Pho Ta San di wilayah dataran Tiongkok. Yaitu sebuah tempat
pertapaan dari paduka mentri atau kaisar Hian Thian Siang Tee. Di tengah perjalanan, Tasu
jatuh sakit, sehingga Tan Siang Boe merawatnya dengan memberikan obat-obatan yang
dibawanya dari Tiongkok. Sebagai ungkapan terima kasih telah merawatnya, Tasu memberikan
sebuah kantong berisi barang-barang pusaka kuno Tiongkok seperti sehelai kain sien tjiang
(kertas halus bergambar Paduka Hian Thian Siang Tee), sebilah po kiam (pedang Tiongkok), satu
hio lauw (tempat abu), dan satu jilid tjioe hwat (buku pengobatan/ramalan).
Tan Siang Boe akhirnya tiba di Semarang, ia mandapati kabar bahwa kakaknya tinggal di daerah
Welahan Japara. Setelah sampai di Welahan, ia berjumpa dengan sang kakak yang
tinggal serumah dengan keluarga Liem Tjoe Tien. Rumah tersebut terletak di Gang Pinggir
Welahan dan sampai saat ini rumah itu disakralkan karena menyimpan pusaka kuno klenteng
sebagai tempat pemujaan terhormat bagi setiap warga Tionghoa yang percaya. Dan pada
akhirnya Tan Siang Boe menetap bersama kakaknya di Welahan. Lalu suatu hari pergilah ia
bekerja di daerah lain dan barang yang berisi pusaka kuno pemberian Tasu tadi telah dititipkan
kepada kakaknya, Thian Siang Djie.
Mengingat keselamatan akan barang-barang titipan tersebut maka oleh kakaknya dititipkan lagi
kepada pemilik rumah Liem Tjoe Tien yang kemudian menyimpannya di atas loteng rumah.
Pada saat itu keluarga Liem tidak tahu menahu tentang isi barang yang dititipkan oleh Thian
Siang Djie.
Selama barang tersebut masih berada di atas loteng, setiap tanggal tiga yaitu tepat hari lahir Sha
Gwe yakni hari imlek Seng Tam Djiet dari Hian Thian Siang Tee, keluarlah daya gaib yang
bersumber dari atas. Diyakini ada banyak orang yang melihat barang pusaka tersebut
mengeluarkan cahaya api seperti sebuah benda yang terbakar, ular naga dan kura-kura juga
nampak terlihat dan membuat takjub seisi rumah.
Dari kejadian itu pemilik rumah memanggil Thian Siang Boe untuk kembali ke Welahan guna
membuka pusaka yang ada di dalam kantong. Setelah membuka dan menjelaskan mengenai asal
mula barang pusaka tersebut, pemilik rumah dapat memilikinya. Mengetahui asal usul barang
pusaka kuno memiliki sesuatu hal ghaib, pemilik rumah mempunyai kepercayaan bahwa pusaka
kuno tersebut merupakan wasiat peninggalan dari paduka Hian Thian Siang Tee yang dipuja
menurut adat leluhur.
Suatu hari kekuatan dari pusaka pemberian Tasu kembali terbukti. Lie Tjoe Tien
yang mengalami sakit keras, bisa disembuhkan dengan kekuatan ghaib dari pusaka kuno
tersebut. Dari peristiwa itu, kabar tentang kehebatan pusaka kuno tersebar ke masyarakat
dari mulut ke mulut yang membuatnya dihormati dan dipuja-puja oleh orang yang percaya.
Dari kejadian tersebut, ada keterangan bahwa pusaka Tiongkok yang pertama kali dibawa oleh
Tan Siang Boe ke Indonesia adalah yang tersimpan di Welahan. Dan hingga memunculkan
anggapan bahwa keberadaan kelenteng Welahan merupakan salah satu klenteng yang tertua di
Indonesia

http://www.rumahkartini.com/sejarah-dibalik-kelenteng-tertua-di-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai