Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kecelakaan bisa disebabkan oleh beberapa permasalahan seperti kecelakaan di

tempat kerja kecalakaan lalu lintas dan lain sebagainya. World Health

Organization (WHO) menyatakan bahwa kecelakaan paling banyak terjadi pada

pengendara sepeda motor 23 % kemudian pejalan kaki 22% dan pesepeda 5%.

selain menyebabkan kematian, kecelakaan juga dapat menyebabkan cacat

permanen, amputasi, cedera kepala atau cedera tulang belakang (Setiarini, 2018).

Menurut data yang dikeluarkan Korlantas POLRI yang dimuat oleh kompas

menyatakan, tren kecelakaan lalu lintas secara nasional setiap tahun nya terus

mengalami peningkatan. Sejak tahun 2014 hingga tahun 2016, jumlahnya semakin

banyak. Sepanjang tahun 2014 tercatat 95.906 kasus, tahun selanjutnya 98.970

kasus, dan terakhir 2016 meningkat menjadi 105.374 kasus. Namun, jika

dibandingkan dengan 2012 mengalami penurunan dari 117.949 kasus menjadi

100.106 kasus pada tahun 2013. Pada tahun 2016, dari total 105.374 kasus, 2

korban meninggal dunia tercatat 25.895 orang, luka berat 22.939 orang, luka

ringan 120.913 orang (Muslikaha, 2017).

Salah satu penyebabab amputasi adalah kecelakaan. Untuk kasus amputasi

anggota gerak tubuh bagian bawah mencapai 85%- 90% dari seluruh amputasi,

dimana amputasi transtibial merupakan jenis amputasi yang paling sering

dilakukan. Transtibial amputasi adalah amputasi tungkai bawah lutut yang

1
2

melewati sepanjang tulang tibia dan fibula. Amputasi ini berakibat terhadap

funcional limitation , hilang kepercayaan diri, dan gangguan mental. Depresi

dianggap sebagai gangguan medis, seperti gangguan fisik lainnya yang

mempengaruhi pikiran manusia, perasaan, prilaku dan kesehatan bahkan fisik

misalnya penurunan berat badan, kehilangan nafsu makan, kurang tidur. Gejala

depresi adalah hasil kontak yang terlalu lama dengan kondisi kehidupan yang

penuh stres. Amputasi tungkai bawah menyebabkan cacat fisik yang serius bahwa

penyesuaian dengan kondisi amputasi impulsif untuk tekanan psikologis. Salah

satu peran ortotis prostetis adalah penanganan rehabilitasi medik bagi penderita

amputasi transtibial (Rachmat, 2016).

Penyandang disabilitas merupakan kelompok masyarakat yang beragam, di

antaranya penyandang disabilitas yang mengalami disabilitas fisik, disabilitas

mental maupun gabungan dari disabilitas fisik dan mental. Istilah penyandang

disabilitas pun sangat beragam. Kementerian Sosial menyebut penyandang

disabilitas sebagai penyandang cacat, Kementerian Pendidikan Nasional

menyebut dengan istilah berkebutuhan khusus, sedangkan Kementerian Kesehatan

menyebut dengan istilah Penderita cacat. (Riyadi, et.al, 2012 )

Perkembangan setiap tahun penderita disabilitas di Indonesia selalu

mengalami peningkatan. Pada tahun 2012 Badan Pusat Statistik telah melakukan

survei mengenai penderita cacat di Indonesia. Menurut pengamatan yang telah

dilaksanakan terdapat 2,45% dari keseluruhan jumlah penduduk Indonesia yang

mengalami cacat, baik itu cacat mental maupun cacat fisik. Berdasarkan sensus

yang dilaksanakan 2 tahun sebelumnya yaitu tahun 2010 diperoleh data bahwa
3

terdapat sekitar 200000 jiwa yang mengalami sedikit gangguan pada kemampuan

berjalan atau naik tangga dan terdapat sekitar 600000 jiwa yang menderita

gangguan pada kemampuan berjalan atau naik tangga yang dikategorikan dalam

kondisiparah (Diono, Prasetyo, & Budijanto, 2014).

Salah satu penyandang disabilitas adalah penyandang tuna daksa. Penyebab

individu mengalami tundaksa karena penyakit dan kecelakaan yang menyebabkan

luka serta ketidakmampuan fisik untuk melaksanakan fungsinya secara normal

karena hilangnya sebagian anggota tubuh/ harus diamputasi karena luka yang

cukup berat (Kosasih, 2012 dalam Winanda, 2016).

Tujuan pemakaian prosthesis antara lain : (1) agar dapat meningkatkan

fungsional pasien dari segi peningkatan mobilitasnya, (2) memudahkan pasien

untuk melakukan aktivitas sehari-hari, (3) dapat mengganti fungsi anatomis

maupun fungsional dari anggota gerak tubuh yang hilang (Ardes, et.al, 2019) .

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik membahas mengenai transtibial

prosthesis dengan desain socket PTB-SC sesuai dengan kondisi pasien amputasi

transtibial karena trauma. Transtibial prosthesis akan dibuat dengan body shank

eksoskeletal.Alasan pemilihan kasus ini karena penulis ingin memperdalam

tentang trauma Penatalaksanaan amputasi tungkai kiri akibat trauma

menggunakan transitibial prothesis eksoskeletal.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah yang ada dalam Karya

Tulis Ilmiah ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut: Bagaimana


4

penatalaksanaa amputasi tungkai kiri akibat trauma menggunaka transtibial

prosthesis eksoskeletal?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, ada tujuan yang hendak dicapai yaitu :

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui proses pembuatan transtibial prosthesis dengan desain PTB-

SC.

2. Tujuan khusus

Untuk mengetahui cara penatalaksanaan amputasi tungkai kiri akibat trauma

menggunakan transtibial prothesis eksoskleletal

D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diambil dari karya tulis ilmiah ini adalah :

1. Bagi Penulis

Manfaat penulisan Karya Tulis Ilmiah ini bagi penulis yaitu untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan yang telah ada.

2. Bagi Institut

Manfaat bagi institusi, Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat sebagai

referensi untuk penulisan Karya Tulis Ilmiah selanjutnya.

3. Bagi masyarakat

Dengan karya tulis ilmiah ini masyarakat dapat mengetahui penanganan

pasca amputasi transtibial dengan transtibial prosthesis.

Anda mungkin juga menyukai