0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
11 tayangan5 halaman
Dokumen tersebut membahas pengaruh polusi udara terhadap karakteristik stomata pada dua jenis tanaman, yaitu Dracaena reflexa dan Filicium decipiens. Polusi udara dari gas buang kendaraan bermotor dan pabrik menyebabkan penurunan jumlah dan ukuran stomata, serta kerusakan jaringan daun pada kedua tanaman tersebut. Kapasitas lalu lintas yang tinggi berkontribusi terhadap tingginya tingkat polusi udara.
Dokumen tersebut membahas pengaruh polusi udara terhadap karakteristik stomata pada dua jenis tanaman, yaitu Dracaena reflexa dan Filicium decipiens. Polusi udara dari gas buang kendaraan bermotor dan pabrik menyebabkan penurunan jumlah dan ukuran stomata, serta kerusakan jaringan daun pada kedua tanaman tersebut. Kapasitas lalu lintas yang tinggi berkontribusi terhadap tingginya tingkat polusi udara.
Dokumen tersebut membahas pengaruh polusi udara terhadap karakteristik stomata pada dua jenis tanaman, yaitu Dracaena reflexa dan Filicium decipiens. Polusi udara dari gas buang kendaraan bermotor dan pabrik menyebabkan penurunan jumlah dan ukuran stomata, serta kerusakan jaringan daun pada kedua tanaman tersebut. Kapasitas lalu lintas yang tinggi berkontribusi terhadap tingginya tingkat polusi udara.
2.1 Identifikasi Karakteristik Stomata Pada Tanaman Dracaena reflexa
Sebagai Tanaman Hias Penyerap Polusi Karakteristik stomata pada tanaman Dracaena reflexa memiliki bentuk oval dan didampingi oleh sel penutup yang berbentuk seperti ginjal dengan sel tetangga yang sejajar, tipe stomata diasitik. Pada tipe diasitik setiap stomata dikelilingi oleh dua sel tetangga. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah stomata pada lokasi yang tercemar mengalami penurunan pada tiap titiknya dengan rata-rata jumlah stomata titik satu 49, titik dua 42.5, dan titik tiga 37 sedangkan lokasi yang tidak tercemar dengan rata-rata jumlah stomata pada titik satu 60.5, titik dua 68, dan titik tiga 70,5. Perbedaan jumlah stomata tersebut diduga karena adanya perbedaan kondisi lingkungan dan ketahanan stomata terhadap zat pencemar pada udara. Polutan yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor memberi dampak negatif pada tumbuhan. Molekul pencemar yang di hasilkan antara lain terdiri dari SO2, NO2, CO2, O3, hidrokarbon, dan logam-logam berat seperti timbal (Pb), seng (Zn) dan cadmium (Cd). Zat-zat yang terdapat pada emisi gas buang kendaraan berupa partikel debu baik dengan bentuk padat dan cairan yang dapat mengendap dalam partikel debu. Pada tumbuhan dampak dari gas buang kendaraan terlihat dari rusaknya mesofil daun khususnya pada jaringan palisade dan berkurangnya jumlah stomata. Penurunan jumlah stomata pada daun yang disebabkan oleh gas buang kendaraan bermotor. Kerusakan atau penurunan jumlah stomata terjadi akibat masuknya gas yang bersifat toksik melalui stomata dengan proses difusi, sehingga komposisi cairan yang ada di dalam sel menjadi terganggu dan sel menjadi rusak dan mati. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa jumlah stomata pada lokasi yang tercemar polusi kendaraan lebih sedikit dibandingkan dengan lokasi yang tidak tercemar polusi. erbedaan jumlah stomata tersebut diduga karena adanya perbedaan kondisi lingkungan dan ketahanan stomata terhadap pencemar pada udara. Dampak paparan emisi pencemar pada lingkungan juga akan berpengaruh terhadap tanaman berupa rusaknya morfologi daun, kadar klorofil rendah dan kerapatan stomata serta tingginya persentase menutupnya celah stomata. Keadaan udara di sekitar tumbuhan berpengaruh terhadap stomata. Fungsi dari stomata, yaitu sebagai jalan pertukaran gas dan uap air antara tumbuhan dengan lingkungan sekitar. Sehingga dari analisis karakteristik stomata pada daun tanaman Dracaena reflexadengan menggunakan metode pengolesan kutek (aceton) diduga pencemaran udara di sekitar jalan di kawasan Arjosari Kota Malang mempengaruhi jumlah stomata. Dalam satu unit area permukaan daun kerapatan stomata sangat bevariasi. Hal ini disebabkan oleh perbedaan lingkungan tempat tumbuh dan faktor genetik yang sangat mempengaruhi perkembangan stomata. Ketersediaan air, intensitas cahaya, suhu dan konsentrasi CO2 merupakan factor-faktor yang mempengaruhi kerapatan stomata. 2.2 Bagaimana cara untuk membandingkan karakteristik stomata pada daun Filicium decipiens Jumlah stomata Filicium decipiens di daerah tercemar jumlahnya lebih sedikit yaitu berjumlah 56 dan ukurannya kecil. Sedangkan Filicium decipiens di daerah tidak tercemar jumlah stomata lebih banyak yaitu berjumlah 77 dan ukuran. stomata lebih besar. Sedangkan jumlah luas daun di daerah tercemar lebih kecil dibanding dengan jumlah luas daun di daerah tidak tercemar. Kerusakan atau penurunan jumlah stomata terjadi akibat masuknya gas yang bersifat toksik melalui stomata dengan proses difusi, sehingga komposisi cairan yang ada di dalam sel menjadi terganggu dan sel menjadi rusak dan mati. Perbedaan jumlah stomata tersebut diduga karena adanya perbedaan kondisi lingkungan dan ketahanan stomata terhadap pencemar pada udara. Dampak paparan emisi pencemar pada lingkungan juga akan berpengaruh terhadap tanaman berupa rusaknya morfologi daun, kadar klorofil rendah dan kerapatan stomata serta tingginya persentase menutupnya celah stomata. Pada daun Filicium decipiens yang terdapat didaerah Indarung berjumlah 56. Jumlah stomata berpengaruh terhadap kerapatan stomata, semakin sedikit jumlah stomata semakin rendah kerapatan stomata tersebut. emisi pabrik yang terserap oleh daun melalui stomata secara bertahap akan menyebabkan kerusakan stomata, utamanya pada sel penjaga, peningkatan jumlah stomata yang tertutup dan jumlah stomata berkurang. Diduga pembelahan sel stomata terganggu oleh polutan, sehingga jumlah stomata yang terbentuk sedikit. Pada daun Filicium decipiens yang terdapat didaerah Gadut berjumlah 59. Gadut terletak agak jauh dari PT Semen Padang, akan tetapi banyak kendaraan bermotor desekitar lokasi pengambilan sampel. Hal ini menyebabkan jumlah stomata sedikit dibandingkan daerah yang masih asri. Zat-zat yang terdapat pada emisi gas buang kendaraan berupa partikel debu baik dengan bentuk padat dan cairan yang dapat mengendap dalam partikel debu. Polutan yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor memberi dampak negatif pada tumbuhan. Pada tumbuhan dampak dari gas buang kendaraan terlihat dari rusaknya mesofil daun khususnya pada jaringan palisade dan berkurangnya jumlah stomata. Pada daun Filicium decipiens yang terdapat didaerah Unand berjumlah 77. Berjumlah paling banyak dibandingkan daerah lainnya. Dikarenakan tempat pengambilan sampel masih tergolong asri sehingga daun tersebut sehat dan selnya tidak terganggu. Ketersediaan air, intensitas cahaya, suhu dan konsentrasi CO₂ merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kerapatan stomata. Konsentrasi karbondioksida berpengaruh terhadap kerapatan stomata (pada proses transpirasi), yaitu jika jumlah karbondioksida meningkat, maka jumlah stomata persatuan luas akan lebih sedikit. Selain itu pencemaran udara juga dapat ditandai dengan melihat jumlah stomata yang terbuka, semakin banyak stomata yang terbuka maka semakin tinggi jumlah karbondioksida sebab karbaondioksida tersebut mempengaruhi proses pembukaan stomata. 2.3 Bagaimana pengaruh kapadatan lalu lintas terhadap kharakteristik stomata. Sumber pencemaran udara yang utama adalah berasal dari transportasi terutama kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar mengandung zat pencemar, 60% dari pencemar yang dihasilkan terdiri dari karbon monoksida dan sekitar 15% terdiri dari hidrokarbon. . Pencemaran menyebabkan perubahan pada tingkatan biokimia sel kemudian diikuti oleh perubahan fisiologi pada tingkat individu hingga tingkat komunitas tanaman. Hal ini dapat mempengaruhi, yaitu: 1. Pertumbuhan. Sangat banyak literatur yang menunjukkan bahwa berbagai pencemar udara dan air secara sendiri-sendiri dan dalam bentuk kombinasi mengurangi pertumbuhan kambium, akar dan bagian produktif. 2. Pertumbuhan akar. Baik pencemar gas maupun partikel mengurangi bibit, jumlah pengurangan bervariasi tergantung kepada konsentrasi dan waktu permaparan. Beberapa studi menunjukkan bahwa pertumbuhan tinggi dari pohon tua dapat berkurang. Sebagai contoh, terjadinya penurutnan pertumbuhan tinggi pada beberapa tumbuhan yang disebabkan oleh pencemar SO2 NO2 partikel. 3. Pertumbuhan daun. Luasan daun dari suatu pohon dan tegakkan pohon yang terkespose ke pencemar udara dapat berkurang karena pembentukan dan kecepatan ambisi daun. Sebagai contoh SO2 mengurangi berat dan luas daun. Pencemar atmosfir secara merugikan merusak tumbuhan dalam beberapa cara. Kerusakan akibat pencemaran sering secara umum diklasifikasikan ke dalam akut, kronis atau tersembunyi. Pada kerusakan akut, kerusakan pada pinggir atau antar tulang daun dicirikan mula-mula oleh penampakkan berkurangnya air, kemudian mengering dan memutih sampai berwarna gading pada kebanyakan species, tetapi pada bebearpa species menjadi coklat atau merak kecoklatan. Kerusakan ini disebabkan oleh penyerapan gas pencemar udara cukup untuk membunuh jaringan dalam waktu yang relatif cepat. Penghambatan terhadap fotosintesis seringkali dipertimbangkan serbagai satu pengaruh utama SO2 terhadap tanaman dan kloroplast, karena klofoplast di anggap sebagai tempat utama dari banyak gangguan yang disebabkan oleh SO2 atau produknya dalam bentuk larutan. Stroma kloroplast umumnya mempunyai pH yang lebih besar dari 7 (mendekati 9 pada cahaya terang) dan dalam kondisi ini membentuk ion sulfit dengan mengorbankan bisulfit ketika terjadi ionis sulfur dalam larutan. Sebagai konsekuensinya pengaruh sulfit sering dipertimbangkan sebagai pemikir kegiatan belerang dioksida dalam kloroplas tetapi jika pH rendah senyawa sulfur akan masuk lebih mudah sebagai larutan belerang dioksida. Pengaruh SO2 terhadap pigmen fotosintesis sangat besar. Kerusakan klorofil terjadi pada lichenes setelah diberi pemaparan dosis SO2 5 ppm selama 24 jam. Pada konsentrasi tinggi ini, molekul klorofil terdegradasi menjadi phaeophitin dan Mg2+. Pada proses ini dua atom hydrogen yang berakibat perubahannya karakteristik spektrum cahaya dari molekul klorofil. Oleh karena itu, kandungan klorofil sering dijadikan indikator terhadap pencemaran udara (khususnya SO2) pada lichenes yang sensitif, pemaparan kronis dengan konsentrasi SO2 rendah (0.01 ppm) menyebabkan hilangnya klorofil.