Anda di halaman 1dari 6

UTS Operasi dan Proses Remediasi Lingkungan

RE 185201

Nama : Ervando Tommy Al-Hanif


NRP : 03211850010008
Dosen : Dr. Ir. Irwan Bagyo Santoso, MT

PROGRAM STUDI PASCASARJANA TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOVEMBER
Soal Pertanyaan
1. Uraikan ringkas dan sistematis mekanisme remediasi polutan udara (Partikulat/TSP,
CO2, SOx, NOx, CO, Ozon) oleh tanaman (RTH)!
2. Buatlah ringkasan dari satu jurnal tentang remediasi polutan udara oleh tanaman!

Jawab:
1. Mekanisme remediasi polutan udara oleh tanaman (RTH)
Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau
komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara
ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat
memenuhi fungsinya. Seperti yang diketahui ada beberapa parameter baku mutu dalam
pengendalian pencemaran udara, diantaranya: TSP (partikulat baik PM2,5 dan PM10),
SOx, NOx, CO, O3 dan hidrokarbon (HC).
Menurut UU No.26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Mentri PU
N0;05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka
hijau di Kawasan Perkotaan, dikatakan bahwa pengertian RTH (Ruang Terbuka Hijau)
adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih
bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah
maupun yang sengaja ditanam. RTH merupakan bagian penting dari struktur
pembentuk kota yang memiliki fungsi utama sebagai fungsi ekologis, terutama sebagai
penghasil oksigen dan sebagai kawasan resapan air. Dalam UU No. 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang ditetapkan luas RTH minimal yang harus disediakan oleh suatu
kota adalah sebesar 30% dari luas wilayah. Salah satu fungsi dari RTH sebagai paru-
paru kota, pengatur iklim mikro, sebagai peneduh, produsen oksigen, penyerap air
hujan, penyedia habitas satwa, penyerap polutan dalam udara, air dan tanah, serta
penahan angin. Selain itu RTH memiliki manfaat memberikan keindahan serta
pembersih udara yang sangat efektif dari polutan pencemaran udara, pemeliharaan akan
kelangsungan persediaan air tanah, dan pelestarian fungsi lingkungan beserta segala isi
flora dan fauna yang ada (konservasi hayati dan keanekaragaman hayati).
Dalam mekanisme remediasi polutan udara oleh tanaman terdapat 2 proses yaitu
difusi udara pencemar ke dalam daun tanaman dan proses transpirasi. Difusi merupakan
proses perpindahan molekul gas dari konsentraasi tinggi ke konsentrasi rendah. Dalam
hal ini gas pencemar akan didifusi ke daun melalui stomata yang terdapat pada daun
pada saat proses fotosintesis kemudian akan diikat oleh membran-membran sel,
mitokondria dan kloroplas atau akan terdeposisi air hujan kemudian akan turun dan
terbawa masuk kedalam tanah dan didifusi oleh akar tanaman. Pada daun tanaman
ukuran pori dari stomata mempengaruhi difusi gas pencemar ke daun, karena gas
pencemar akan masuk melalui pori pada stomata yang berada pada bagian atas daun.
Stomata merupakan pori-pori pada daun tempat dimana masuk dan keluarnya udara,
stomata akan terbuka jika terdapat perubahan tekanan internal, meskipun terdapat kutin
pada jaringan epidermis atas daun. Bagian epidermis atas daun merupakan tempat
polutan masuk melalui stomata dan bereaksi dalam lubang ini melaui rongga-
rongganya, polutan terlarut dalam air permukaan sel-sel daun dan menjadi pH sel.
Kemudian akan bereaksi dengan sel mesofil. Pada dasranya tanaman memiliki
karakterisitik yang berbeda satu dengan lainya dalam menyerap polutan udara tertentu,
pemilihan tanaman yang tepat dengan kemapuan absorbsi polutan udara yang baik
dapat menjadi tanaman penyangga terhadapt pencemaran udara.
Proses transpirasi adalah proses penguapan air dari jaringan tumbuhan melalui
stomata. Pada proses ini udara tercemar yang telah tertangkap dan masuk kedalam daun
akan ikut menguap sehingga menjadi uap air, sehingga konsentrasi pencemar akan
berkurang pada proses ini. Terdapat 2 tahapan dalam proses transpirasi, yang pertama
adalah evaporasi air dari dinding sel ke rongga antar sel dalam daun, yang kedua adalah
difusi air dari rongga antar sel ke atmosfer melauli stomata, kutikula ataupun lentisel.
Pada tahap pertama akan terus berlangsung hingga rongga antar sel jenuh dengan uap
air. Sel-sel yang menguap akan kekurangan air sehingga potensial air menurun. Pada
tahap ini air yang diserap oleh akar tanaman akan dibawa naik melalui jaringan xylem
sampai ke bagian daun. Sedangkan pada tahap kedua ketika pori stomata tidak terbuka
makan uap air akan tetap terkumpul pada rongga antar sel. Agara proses transpirasi
dapat berlangsung maka stomata harus terbuka, sehingga ada penghubung antara
rongga antar sel dengan atmosfer.

Proses Difusi Proses Transpirasi


2. Ringkasan Jurnal Remediasi Polutan Udara
journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/al-kimia/article/download/1669/1618

Pendahuluan
Meningkatnya jumlah kendaraan bermotor tanpa didukung oleh pertumbuhan jalan
raya yang memadahi menyebabkan kemacetan terutama di perkotaan. Akibatnya kualitas udara
akan menurun dengan meningkatnya emisi kendaran gas buangan. Proses pembakaran pada
kendaraan bermotor merupakan penyebab polusi udara. Bahan bakar kendaraan yang dijual
sebagian dicampur dengan zat aditif. Zat aditif tersebut merupakan senya tetraetil-Pb atau
terametil-Pb atau perpaduan senyawa tersebut. Selain senyawa tersebut juga ditambah senyawa
1,2 dibromo etana (C2H4Br2) dan etilen klorida (C2H2Cl2), sehingga pada proses pembakaran
terbentuk hasil samping berupa timah hitam (Pb) dengan bromida (Br) dan Khlor (Cl).
Senyawa PbBrCl dan senyawa PbBrCl.PbO yang terbentuk merupakan senyawa yang paling
banya dihasilkan dan dibuang bersama dengan asap kendaraan bermotor.
Upaya menanggulangi pencemaran logam berat dapat dilakukan dengan memanfaatkan
kemampuan tumbuhan sebagai penyerap logam. Biosorpsi dan akumulasi zat polutan oleh
tumbuhan dapat terjadi melalui tiga proses yaitu biosorpsi logam oleh akar, translokasi zat
pencemar dari akar ke bagian tumbuhan lain dan lokalisasi zat tersebut pada bagian sel tertentu.
Kemampuan menyerap (absorbsi) partikel timbal (Pb) di udara dipengaruhi oleh adanya
kerapatan dan ukuran stomata. Selain itu, kemampuan tumbuhan dalam menjerap timbal (Pb)
sangat dipengaruhi keadaan permukaan daun tumbuhan. Daun yang mempunyai bulu
(pubescent) atau daun yang permukaannya kesat (berkerut) mempunyai kemampuan yang lebih
tinggi menjerap timbal (Pb), dari pada daun yang mempunyai permukaan lebih licin dan rata.
Hasil penelitian Pangesti dan Sukartiningrum (2008) terhadap indeks toleransi polusi
udara / Air Polution Tolerance Index (APTI) menggunakan tanaman hias di kota Surabaya
memperoleh hasil bahwa dari 8 tanaman yang diteliti, Bogenvil merupakan tanaman yang
memiliki adaptasi yang lebih tinggi tinggi terhadap polusi udara. Dimana nilai APTI
penyerapan Bogenvil mencapai 28,2 yang artinya cukup toleran dan termasuk tanaman yang
mampu bertahan hidup pada kondisi relatif terpolusi.
Metode Penelitian
Alat dan Bahan dalam penelitian ini Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) oven,
penangas listrik, alat-alat gelas yang umum digunakan dalam Laboratorium Kimia dan neraca
analitik. Bahan yang digunakan daun Bogenvil, larutan induk timbal nitrat (Pb(NO3))2 1000
ppm erck kGaA, asam nitrat (HNO3) pekat, asam peklorat (HClO4) pekat, aqua bidestilat
steril (H2O), aquades (H2O) dan kertas saring Whatman no. 42.
Tahapan kerja dalam metode ini:
 Proses akumulasi oleh tanaman Bogenvil
Enam tanaman Bogenvile diisolasi selama ± 2 bulan sebelum dilakukan
pengasapan. Penentuan konsentrasi awal timbal (Pb) pada daun sebagai pengontrol
dengan metode spektrofotometer serapan atom (SSA). Kemudian dilakukan pengasapan
selama 1 jam setiap hari menggunakan kendaraan bermotor pada pukul 07.00, selanjutnya
sampel diambil pada hari ke-3, 6, 9 dan setiap pukul 06.40.
 Pengambilan sampel
Daun Bogenvil dipetik sebanyak 5-10 lembar pada setiap tanaman
menggunakan pinset dan gunting. Kemudian diteliti pada laboratorium.
 Preparasi sampel
Daun Bogenvile diambil dan dipotong kecil-kecil, ditempatkan dalam
aluminium foil kemudian ditimbang dan dikeringkan dalam oven suhu 105oC selama 2
jam. Sampel daun ± 5 gram yang telah kering didestruksi basah dengan menambahkan
20 mL aqua bidestilat steril dan 20 mL asam nitrat (HNO3) pekat. Asam nitrat berlebih
diuapkan hingga menghasilkan NO2. Penambahan 3 mL asam perklorat (HClO4) pekat
hingga volume berkurang menjadi setengah volume awal dan menghasilkan asap putih
Sampel kemudian disaring dengan kertas saring Whatman no. 42. Sampel diukur kadar
timbal menggunakan SSA.
Hasil dan Pembahasan
Kemampuan tanaman dalam beradaptasi pada lingkungan tercemar logam berat dan
kemampuan dalam mengakumulasi logam berat tidak dimiliki oleh semua tumbuhan. Beberapa
tumbuhan yang mengakumulasi logam berat.
memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Seperti halnya kandungan logam timbal pada
daun Bogenvil sangat dipengaruhi oleh jumlah partikel yang terjerat pada daun dan struktur
daun yang memiliki bulu-bulu halus. Logam timbal akan terikat pada partikel sehingga
semakin banyak partikel yang terjerat maka semakin banyak pula logam yang ikut tertangkap.
Konsentrasi timbal yang semakin meningkat dapat mengurangi kemampuan
detoksifikasi sehingga tanaman mengalami gangguan pertumbuhan. Frekuensi pengguguran
daunnya adalah setiap 3 minggu sebanyak 2-3 helai. Pengguguran daun yang lebih cepat
setelah pengasapan disebabkan oleh timbal yang telah masuk ke dalam daun Bogenvil disertai
panas yang dihasilkan oleh kendaraan.
Setelah diukur kadar timbal sebelum pemaparan dengan menggunakan SSA daun
Bogenvil masih terdapat kandungan timbal sebesar 12,47 mg/Kg. Setelah pengasapan terjadi
kenaikan konsentrasi timbal yakni pada hari ke-3 sebesar 24,334 mg/Kg dan hari ke 6 sebesar
28,444 mg/Kg. Kemampuan tanaman menyerap timbal di udara ini dipengaruhi oleh bentuk
kimiawi timbal. Senyawa timbal dapat diserap melalui proses adsorpsi maupun absorbsi.
Penyerapan timbal oleh daun Bogenvil kemudian mengalami penurunan pada hari ke 9 yaitu
26,39 mg/Kg. Hal ini terjadi karena laju pertumbuhan daun Bogenvil terlalu rendah atau tidak
stabil sehingga proses fisiologis berjalan kurang baik. Penyerapan akumulasi timbal tertinggi
pada daun Bogenvil terjadi pada hari ke 12 yaitu sebesar 29,060 mg/Kg (1,4530 ppm).
Kemampuan tanaman dalam menjerap timbal ini sangat dipengaruhi oleh keadaan
permukaan daun tanaman. Daun yang mempunyai bulu atau permukaan berkerut memiliki
kemampuan yang lebih tinggi dalam menjerap timbal, daripada daun yang memiliki
perumukaan lebih licin dan rata. Selain itu salah satu faktor yang mempengaruhi proses
penyerapan adalah waktu kontak. Waktu kontak optimum menunjukkan waktu yang digunakan
oleh daun Bogenvil untuk mengakumulasi dalam jumlah maksimum logam timbal yang
dianalisis.
Kesimpulan
Tanaman Bogenvil dapat digunakan sebagai tanaman yang dapat mengakumulasi
polutan timbal akibat pemaparan emisi kendaraan bermotor. Tanaman Bogenvil termasuk
dalam tanaman akumulator karena hanya mampu mengakumulasi timbal sebesar 29,060
mg/Kg. Akan tetapi kemampuan akumulasi timbal oleh tanaman Bogenvil belum termasuk
dalam tanaman hiperkumulator yaitu tanaman yang mampu mengakumulasi polutan dalam
konsentrasi tinggi pada tajuknya dan dapat digunakan sebagai fitoekstraksi. Tanaman termasuk
dalam kategori hiperakumular terhadap logam timbal jika mampu mengakumulasi timbal
dengan konsentrasi minimum 100 mg/Kg.

Anda mungkin juga menyukai