Anda di halaman 1dari 3

NAMA : FARAH AZZAHRAH

KELAS : X IPS

Biografi Singkat Cut Nyak Dien

1. Cut Nyak Dien adalah wanita yang lahir pada 1848 di Kabupaten Aceh Besar. Ia
dinobatkan sebagai pahlawan nasional perempuan yang berasal dari Aceh. Pada usia
12 tahun, ia menikah dengan Ibrahim Lamnga. Ia dan suaminya berjuang mengusir
Belanda ketika wilayah VI Mukim diserang. Suaminya gugur di medan perang pada
29 Juni 1878. Karena kematian suaminya itu, Cut Nyak Dien bertekad untuk
mengalahkan Belanda. Ia memimpin pasukan kecil yang melancarkan perlawanan
terhadap Belanda di daerah pedalaman Meulaboh. Pasukan Cut Nyak Dien terus
bertempur hingga dipukul mundur pada 1901. Cut Nyak Dien ditangkap dan
diasingkan di Sumedang sampai nafas terakhirnya.

2. fakta yang menarik dari Cut Nyak Dien ;

1. Cut Nyak Dien berani memimpin perang di garis depan, melawan Belanda yang
mempunyai persenjataan lebih lengkap dibandingkan dengan pasukan Aceh.
2. Setelah Teuku Ibrahim Lamnga wafat, Cut Nyak Dien dinikahi oleh Teuku Umar,
yang kemudian secara bersama-sama berjuang melawan Belanda.
3. Dari pernikahannya dengan Teuku Umar, Cut Nyak Diendikaruniai anak laki-laki
yang diberi nama Cut Gambang, yang kelak melanjutkan perjuangan ayah dan ibunya
melawan Belanda.
4. Teuku Umar pernah melakukan gerakan mendekati Belanda untuk kemudian pura-
pura bergabung dengan pasukan Belanda.
5. Setelah respon taktis Belanda, Teuku Umar, Cut Nyak Dien, dan semua pasukan
Aceh, escapement, dengan membawa amunisi Belanda, yang kemudian disebut
dengan Het verraad van Teukoe Oemar (pengkhianatan Teuku Umar).

hal-hal yang bisa ditauladani dari perjuangan Cut Nyak Dien adalah ;

• pantang menyerah.
• berani mati.
• ikhlas berjuang demi kemerdekaan.
• menentang penjajahan.
• sholehah dan taat agama.
• jiwa kepemimpinan.
• cerdas dan penuh strategi.
• tegas dan tangkas.

3. Orientasi

Cut Nyak Dien lahir tahun 1848 di Kerajaan Aceh. Ia lahir dari garis keturunan yang
menomor satukan agama dan garis keluarga bangsawan.
Ayahnya bernama Teuku Nanta Setia, ibunya bernama Putri Uleebalang Lampagar.
Suaminya bernama Ibrahim Lamnaga telah meninggal dunia dan dari pernikahannya
ia memiliki seorang anak laki-laki, kemudian ia menika dengan Teuku Umar dan
memiliki seorang anak bernama Cut Gambang.

Peristiwa dan masalah

Cut Nyak Dien memperoleh pendidikan agama dan keahlian hidup dengan baik oleh orang
tua dan gurunya. Dan dia mendapat pengajaran yang mumpuni dari guru ngajinya.

Pada tanggal 26 Maret 1873 Belanda pertama kali melancarkan serangan ke Aceh. Belanda
langsung membakar Masjid Baiturrahman. Cut Nyak Dien melihatnya dan tidak tinggal diam.

Ia langsung membangkitkan rasa perjuangan rakyat Aceh. Pada saat itu, Kesultanan Aceh
mampu memukul mundur penjajah Belanda. Namun berikutnya, Belanda melancarkan
serangan kembali pada tahun 1874-1880. Penjajah Belanda berhasil menguasai Keraton
Kesultanan Aceh tahun 1874.

Karena hal itu membuat rakyat Aceh tidak memiliki tempat yang aman untuk ditinggali.
Akhirnya mereka memilih mengungsikan ibu-ibu dan anak-anak, Cut Nyak Dien termasuk
rombongan pengungsi. Sedangkan suaminya dan para lelaki lain berjuang bertempur
melawan Belanda guna merebut wilayah VI mukim Kesultanan Aceh.

Dalam pertempuran ini Ibrahim suami Cut Nyak Dien tewas pada tanggal 29 Juni 1975. Inilah
titik dimana Cut Nyak Dien mengambil ikrar untuk tidak berhenti memperjuangkan Aceh dan
menghancurkan Belanda.

Ia menikah untuk kedua kali dengan Teuku Umar, mereka menikah tahun 1880. Pernikahan
ini disambut baik oleh rakyat Aceh. Dari pernikahan tersebut, dikarunia seorang anak diberi
nama Cut Gambang.

Perjuangan berlanjut dengan taktik Gerilya. Langkah awal diambil Teuku Umar dengan
mendekati Belanda dan membangun hubungan kuat antara keduanya, demi mendapat
kepercayaan Belanda.

Dan semuanya mencapai puncak ketika Teuku umar bersama 250 pasukannya
"menyerahkan diri" kepada Belanda dan mengaku ingin bergabung dengan Belanda.
Peristiwa ini dilakukan pada tanggal 30 September 1893.

Belanda sangat setuju, dan Teuku Umar diberi gelar Teuku Umar Johan Pahlawan. Dan
memberikan kekuasaan penuh kepada Teuku Umar unuk menjadi komandan pasukan
Belanda.

Strategi yang diambil Teuku Umar dan Cut Nyak Dien bukan tanpa pertentangan. Banyak
rakyat Aceh mengira mereka telah mengkhianati Aceh. Namun sambil terus mempelajari
taktik Belanda, Teuku Umar merencanakan untuk menggempur Aceh.

Ketika rencanannya telah disetujui Belanda, Teuku Umar dan Cut Nyak Dien bersama dengan
pasukan serta senjata lengkap dengan amunisinya pergi berangkat ke Aceh.

Namun ternyata tidak pernah kembali ke Belanda. Pengkhianatan ini dikenal dengan Het
Verraad van Teukoe Oemar atau pengkhianatan Teuku Umar.

Belanda sangat marah, dan mereka melancarkan operasi besar-besaran untuk menangkap
Teuku Umar dan Cut Nyak Dien. Sementara itu Belanda dipimpin oleh Jenderal Jakobus
Ludovicius. Tetapi, Teuku Umar berhasil menghancurkan pasukan Belanda. Dan Jenderal
Jakobus berhasil dibunuh.

Belanda tetap mencari siasat untuk melumpuhkan kekuatan Aceh. Belanda membayar orang
untuk memata-matai Teuku Umar. Maka diketahui bahwa Teuku Umar akan menyerang
Belanda pada tanggal 11 Februari 1899.

Karena rencananya sudah diketahui, Teuku Umar gugur dalam perang tersebut. Meskipun
begitu, Cut Nyak Dien tetap tegar dan terus melancarkan serangan kepada Belanda.

Dengan usianya tidak lagi muda, Ia tetap melancarkan serangan ke Belanda. Namun
bagaimanapun pihak Belanda didukung dengan kekuatan yang lengkap. Dan pada akhirnya
Cut Nyak Dien berhasil tertangkap oleh pihak belanda dengan menyerbu tempatnya di
Beutong Le Sageu.

Reorientasi

Atas jasanya melawan Belanda, pemerintah Soekarno menganugerahinya Pahlawan


Nasional Indonesia melalui SK Presiden RI No. 106 Tahun 1964 tepatnya tanggal 2 Mei 1964.
Gelar pahlawan ini atas pengajuan Gubernur Aceh Ali Hasan.

Belanda mengirim Cut Nyak Dien dan diasingkan ke Sumedang - Jawa Barat. Karena faktor
usia, Cut Nyak Dien meninggal di Sumedang tanggal 6 November 1908. Namun pada tahun
1959 makamnya baru ditemukan.

Di dalam tahanan Cut Nyak Dien dijuluki dengan nama "Ibu Perbu", karena diangap sebagai
perempuan yang memiliki pemahaman agama yang mumpuni.

4. Kaidah kebahasaan teks biografinya :

a. Banyak menggunakan pronomina atau kata ganti orang ketiga tunggal. Kata ganti
ini digunakan secara bervarisi dengan penyebutan nama tokoh atau panggilan
tokoh.
b. Menggunakan kata kerja tindakan untuk menjelaskan berbagai peristiwa atau
perbuatan yang telah dilakukan oleh tokoh yang diulas.
c. Sering menggunakan kata adjektiva atau kata sifat untuk memberikan informasi
secara rinci mengenai sifat-sifat tokoh.
d. Banyak menggunakan kata kerja pasif untuk menjelaskan peristiwa yang dialami
tokoh sebagai subjek yang diceritakan.
e. Menggunakan kata kerja yang berhubungan dengan aktivitas mental dalam rangka
penggambaran peran tokoh.
f. Menggunakan kata sambung, kata depan, ataupun nomina yang berkenaan dengan
urutan waktu.

Anda mungkin juga menyukai