Anda di halaman 1dari 71

1

KEGIATAN BELAJAR 1
MANAJEMEN BANDWIDTH

A. Pendahuluan

1. Deskripsi Singkat

Hampir dipastikan bahwa semua komputer akan terhubung dengan jaringan.


Komputer yang terhubung ke jaringan akan mentransfer data dan menerima
data dari komputer lainnya. Kecepatan perpindahan data dari satu titik ke titik
lainnya dalam jangka waktu tertentu disebut transfer rate. Transfer rate sangat
erat kaitannya dengan bandwidth. Bandwidth merupakan satuan tertentu untuk
mengukur kapasitas maksimum dari suatu jalur komunikasi yang dipakai
untuk mentransfer data dalam satuan waktu tertentu. Salah satu yang menjadi
materi pokok dalam jaringan komputer adalah analisis kebutuhan bandwidth
jaringan. Kegiatan Belajar 1 tentang manajemen bandwidth ini bertujuan
untuk memberi pemahaman bagi pembaca tentang manajemen bandwith
sebuah jaringan komputer. Kegiatan belajar ini dikemas dalam 9 materi pokok
yaitu: (1) Analisis Kebutuhan Bandwidth dalam Jaringan; (2) Konsep dan
Permasalahan pada Manajemen Bandwidth; (3) Konsep Quality of Service
pada Manajemen Bandwidth; (4) Teknik Manajemen Bandwidth; (5)
Implementasi Teknik Manajemen Bandwidth pada RouterOS Mikrotik; (6)
Konfigurasi Manajemen Bandwidth pada RouterOS Mikrotik; (7) Konsep dan
Permasalahan pada Load Balancing; (8) Metode Load Balancing pada
RouterOS Mikrotik; (9) Konfigurasi Load Balancing pada RouterOS
Mikrotik.

2. Relevansi

Relevansi dari Kegiatan Belajar 1 ini adalah agar peserta PPG memiliki
kompetensi dalam pengaturan bandwidth secara sederhana dalam sebuah
jaringan, memiliki kemampuan analisis pembagian bandwidth jaringan.

1
3. Panduan Belajar

Pada Kegiatan Belajar 1 ini, urutan yang harus dilakukan oleh peserta dalam
mempelajari modul ini adalah:

a. Membaca tujuan pembelajaran sehingga memahami target atau goal dari


kegiatan belajar tersebut.

b. Membaca indikator pencapaian kompetensi sehingga memahami kriteria


pengukuran untuk mencapai tujuan pembelajaran.

c. Membaca uraian materi pembelajaran sehingga memiliki pengetahuan,


keterampilan dan sikap kompetensi yang akan dicapai.

d. Melakukan aktifitas pembelajaran dengan urutan atau kasus permasalahan


sesuai dengan contoh.

e. Mengerjakan Tes Formatif.

B. Inti

1. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan

Setelah mengikuti seluruh kegiatan belajar ini, peserta diharapkan memahami


manajemen bandwidth dalam sebuah jaringan komputer.

2. Pokok-pokok Materi

a. Analisis kebutuhan bandwidth dalam jaringan.

b. Konsep dan permasalahan pada manajemen bandwidth.

c. Konsep Quality of Service pada manajemen bandwidth.

d. Teknik manajemen bandwidth.

e. Implementasikan teknik manajemen bandwidth pada RouterOS Mikrotik.

2
f. Konfigurasi manajemen bandwidth pada RouterOS Mikrotik.

g. Konsep dan permasalahan pada load balancing.

h. Metode load balancing pada RouterOS Mikrotik.

i. Konfigurasi load balancing pada RouterOS Mikrotik.

3. Uraian Materi

a. Analisis Kebutuhan Bandwidth dalam Jaringan

1). Pengertian Bandwidth dan Throughput

Pada materi sebelumnya dalam Modul 3, dipelajari tentang konsep dasar


sistem jaringan komputer. Pada materi modul 4 ini dipelajari tentang
manajemen bandwidth.

Bandwidth adalah suatu ukuran dari banyaknya informasi yang dapat mengalir
dari suatu tempat ke tempat lain (dari source ke destination) dalam waktu
tertentu biasanya dalam hitungan detik (Futri, 2017). Dengan kata lain
bandwidth adalah kapasitas maksimum dari suatu jalur komunikasi yang dapat
dipakai untuk mentransfer data dalam hitungan detik. Bandwidth dapat dipakai
untuk mengukur, baik aliran data analog maupun aliran data digital.

Secara umum untuk pengguna internet, informasi yang mengalir pada jalur
komunikasi adalah jenis data digital. Satuan yang digunakan untuk bandwidth
digital adalah bps (bit per second). Ini berarti jumlah bit yang dapat mengalir
tiap detik melalui suatu media transmisi (kabel maupun nirkabel).

Bandwidth secara mudah dapat dianalogikan seperti jalan raya yang dilewati
oleh berbagai kendaraan. Jika jalan raya tersebut lebar maka akan banyak
kendaraan yang bisa melewatinya. Namun, jika jalan raya tersebut sempit
maka sedikit pula kendaraan yang bisa melewatinya. Dapat dikatakan,
semakin lebar jalan raya, maka semakin banyak kendaraan yang bisa lewat
atasnya. Begitu juga dengan bandwidth, semakin besar bandwidth, semakin
besar volume data yang bisa lewat di jalur komunikasi tersebut.

3
Gambar 1.1: Ilustrasi bandwidth
Throughput adalah bandwidth yang sebenarnya (aktual) yang diukur
dengan satuan waktu tertentu dan pada kondisi jaringan tertentu yang
digunakan untuk melakukan transfer file dengan ukuran tertentu. Bandwidth
adalah batas maksimal, sedangkan throughput adalah data sebenarnya yang
mengalir pada media transmisi (Kemendikbud, 2014).

Sebagai contoh, misalnya bandwidth internet di sebuah rumah diketahui


adalah 4 Mbps, kemudian kita ingin mendownload file di internet berukuran
12 Mb, seharusnya file tersebut sudah sampai ke komputer kita hanya dengan
waktu 3 detik (12/4). Akan tetapi yang terjadi secara aktual, file yang kita
download tiba dalam waktu 6 detik. Jadi, bandwidth yang sebenarnya atau
yang disebut throughtput adalah 12 Mb/6 detik = 2 Mbps.

2). Jenis-jenis Bandwidth

Kita telah memahami tentang apa itu bandwidth, selanjutnya akan kita bahas
mengenai jenis-jenis dari bandwidth. Menurut Witantri (2016), terdapat dua
jenis bandwidth, yaitu bandwidth digital dan bandwidth analog.

a) Bandwidth analog, yaitu perbedaan antara frekuensi terendah dengan


frekuensi tertinggi dalam sebuah rentang frekuensi yang diukur dalam
satuan Hertz (Hz) atau siklus per detik, yang menentukan berapa
banyak informasi yang bisa ditransimisikan dalam satu saat.

4
b) Bandwidth digital, yaitu jumlah atau volume data yang dapat
dikirimkan melalui sebuah saluran komunikasi dalam satuan bits per
second tanpa distorsi.

3). Fungsi Bandwidth dalam Jaringan

Fungsi utama bandwidth, yaitu digunakan sebagai jalur pengiriman data dari
suatu perangkat ke perangkat lain. Selain itu bandwidth juga digunakan
sebagai pembatas kecepatan maupun jumlah data (Dewaweb Team, 2019).

a) Sebagai jalur pengiriman data

Bandwidth sebagai jalur pengiriman data memungkinkan data antara


perangkat satu dengan lainnya pada suatu jaringan untuk saling berpindah
atau ditransfer. Sebagai contoh, misalnya adanya kabel fisik jaringan
komputer LAN yang merupakan media sebagai penghubung antara
koneksi LAN dan perangkat komputer yang digunakan. Jalur atau jaringan
yang memungkinkan adanya pertukaran data atau transfer antara
perangkat yang digunakan oleh pengguna di satu lokasi dengan media
lainnya ini tepatnya berada di dalam kabel LAN fisik tersebut.

Gambar 1.2: Ilustrasi bandwidth sebagai jalur pengiriman data

b) Pembatas kecepatan transfer dan pengiriman data

5
Bandwidth digunakan sebagai pembatas kecepatan transfer atau
pengiriman data, berarti kecepatan maksimal data dibatasi. Misalnya
kecepatan data dibatasi hanya 100 kbps, sehingga kita tidak bisa mengirim
data lebih cepat dari 100 kbps. Akan tetapi jumlah data yang ditransfer
tidak dibatasi atau unlimited.

Gambar 1.3: Ilustrasi bandwidth sebagai pembatas kecepatan transfer


Biasanya fungsi ini dimanfaatkan oleh administrator untuk mengelola
jaringan agar bisa menghindari tindak pencurian. Misalnya ketika
perangkat digunakan untuk mengunduh atau memutar video dengan
resolusi High Display (HD). Tindakan tersebut dapat menyedot banyak
bandwidth yang berakibat dapat mengganggu pengguna lain.

c) Pembatas jumlah data yang bisa dikirim

Bandwidth digunakan sebagai pembatas jumlah data yang bisa dikirim,


berarti jumlah maksimal data yang dibatasi. Hal tersebut akan membuat
kita tidak bisa mengirim data jika melebihi batasan. Misalnya batas jumlah
data 10 GB, berarti kita tidak bisa mengirim data lebih dari 10 GB. Namun
kita dapat mengirim data dengan kecepatan maksimal atau tidak dibatasi.
Biasanya fungsi ini digunakan oleh administrator hosting maupun
administrator jaringan.

6
Gambar 1.4: Ilustrasi bandwidth sebagai pembatas jumlah data

4). Analisis Kebutuhan Bandwidth

Kebutuhan bandwidth dari satu jaringan ke jaringan lainnya bisa bervariasi.


Untuk itu, sangat penting menentukan berapa banyak bit per detik yang
melintasi jaringan dan jumlah bandwidth yang digunakan tiap aplikasi agar
jaringan bisa bekerja cepat dan fungsional.

Bisa dibuktikan oleh banyak administrator jaringan, bandwidth jaringan


menjadi salah satu faktor penting dalam merancang dan memelihara Local
Area Network (LAN) atau Wide Area Network (WAN) yang baik. Bandwidth
merupakan salah satu bagian dari elemen desain jaringan yang biasanya
menjadi prioritas untuk dioptimalkan dengan mengkonfigurasi jaringan secara
benar.

Bandwidth mengacu pada data rate yang didukung oleh koneksi jaringan yang
terhubung ke jaringan. Ia biasanya diekspresikan dalam istilah bit per second
(bps), atau kadang kala Byte per sekon (Bps). Bandwidth jaringan mewakili
kapasitas koneksi jaringan, walaupun penting untuk memahami beda antara
throughput secara teoritis dan hasil nyatanya. Misalnya, jaringan Ethernet
Gigabit 1000BASE-T (yang menggunakan kabel UTP – unshielded twisted-
pair) secara teoritis mendukung 1,000 megabit per sekon (Mbit/s), tapi level
ini tidak pernah bisa dicapai dalam prakteknya karena perangkat keras dan
sistem perangkat lunak yang digunakannya. Inilah yang menjadi tantangan
dalam menghitung bandwidth.

7
Untuk lebih memahami tentang analisis kebutuhan bandwidth, berikut ini akan
diberikan contoh analisis kebutuhan bandwidth dalam sebuah jaringan.
Misalnya, akan dibangun sebuah warung internet (warnet) yang menyediakan
layanan web atau browsing. Layanan web ini membutuhkan bandwidth
minimal 512 kbps. Jika pada warnet tersebut kita sediakan 30 komputer, maka
kebutuhan bandwidth adalah 512 kbps x 30 komputer = 15360 kbps atau
sekitar 15 Mbps.

b. Konsep dan Permasalahan pada Manajemen Bandwidth

1). Pengertian Manajemen Bandwidth

Perlu diketahui bahwa sebuah bandwidth perlu untuk dimanajemen sehingga


bisa terpakai sebagaimana mestinya. Untuk itu, selanjutnya akan dibahas
mengenai apa itu manajemen bandwidth dan bagaimana cara membagi
bandwidth.

Manajemen bandwidth (bandwidth management) merupakan sebuah metode


yang diterapkan untuk mengatur besarnya bandwidth yang akan digunakan
oleh masing-masing pengguna di sebuah jaringan sehingga penggunaan
bandwidth akan terdistribusi secara merata (Togohodoh, 2018). Manajemen
bandwidth adalah pengalokasian yang tepat dari suatu bandwidth untuk
mendukung kebutuhan atau keperluan aplikasi atau suatu layanan jaringan.
Pengalokasian bandwidth yang tepat dapat menjadi salah satu metode dalam
memberikan jaminan kualitas suatu layanan jaringan Quality of Service (QoS).

Gambar 1.5: Ilustrasi manajemen bandwidth.

8
Kemudian, bagaimana cara membagi bandwidth? Banyak cara yang dapat
dilakukan untuk melakukan pembagian bandwidth, diantaranya adalah dengan
limit, grouping, burst dan priority.

a) Limit, yaitu membatasi bandwidth sesuai dengan kebutuhan dan


jumlah pengguna. Sebagai contoh seorang admin warnet yang
memiliki bandwidth 1 Mbps akan dibagi dengan 4 komputer. Jadi
admin tersebut menggunakan limiter agar bandwidth yang didapat oleh
pengguna bisa sama rata.

Gambar 1.6: Pembagian bandwidth - limit

b) Grouping, yaitu pembagian bandwidth berdasarkan suatu grup atau


kelompok. Di dalam grup tersebut terdapat beberapa pengguna yang
akan menggunakan bandwidth. Jika ada salah satu pengguna dalam
grup tersebut tidak memakai bandwidth maka dapat digunakan oleh
pengguna lain. Sebagai contoh pada gambar di bawah ini, setiap PC
telah dibatasi bandwidth-nya sebesar 512 kbps dari total bandwidth
1024 kbps. Namun jika salah satu PC tidak sedang menggunakan
bandwidth, misalnya PC-2, maka PC-1 bisa menggunakan bandwidth
PC-2. Sehingga PC-1 bisa mencapai max-limit 1024 kbps.

9
Gambar 1.7: Pembagian bandwidth - grouping

c) Burst, yaitu pembagian bandwidth dimana jika pengguna tidak terus


menerus menggunakan bandwidth maka penggunaan bandwidth dapat
ditingkatkan dari limit yang telah ditentukan. Sebagai contoh, misalnya
pengguna PC-1 kita berikan limit 512 kbps, selama pengguna PC-1
tidak menggunakan bandwidth terus menerus bandwidthnya bisa naik
diatas limitnya misalnya 1024 kbps.

Gambar 1.8: Pembagian bandwidth – burst

d) Priority, yaitu pembagian bandwidth berdasarkan prioritas pengguna.


Sebagai contoh, ada banyak pengguna bandwidth dan dari sekian
banyak pengguna ada beberapa pengguna yang memiliki prioritas
lebih penting. Jika masih ada bandwidth yang tersedia (tidak terpakai
semua), pengguna yang lebih penting bisa menggunakan bandwidth
tersebut terlebih dulu dari pada pengguna yang lain.

10
Gambar 1.9: Pembagian bandwidth – priority

2). Permasalahan pada Manajemen Bandwidth.

Perkembangan teknologi dan informasi yang sangat pesat sekarang ini


menyebabkan banyak pihak semakin mudah dalam berkomunikasi tanpa
mengenal waktu dan jarak. Apalagi saat ini media internet tidak lagi terbatas
pada data teks, namun data berbentuk suara dan video juga sangat membebani
trafik internet. Sering kali, permasalahan dalam sebuah jaringan komputer
adalah proses pengiriman data lambat, rusak dan tidak sampai ke tujuan.
Permasalahan muncul akibat tidak ada manajemen penggunaan bandwidth.

Solusi yang sering dilakukan adalah melakukan perbaikan,


mengkonfigurasikan ulang jaringan dari awal serta membuat manajemen
bandwidth yang lebih teratur. Namun, pada jaringan yang sudah kompleks,
konfigurasi ulang dari awal bukan hal mudah dan memakan waktu lama serta
menghabiskan banyak biaya. Oleh karena itu, sebuah jaringan memerlukan
manajemen pemakaian bandwidth yang baik, sehingga dapat mengatur trafik
data tepat sasaran dalam waktu cepat dan efisien, tanpa melakukan konfigurasi
ulang jaringan dari awal.

Semakin banyak perangkat yang melakukan akses internet semakin besar pula
bandwidth yang dibutuhkan. Akan tetapi yang terjadi di lapangan ternyata
berapapun bandwidth yang dimiliki dapat habis hanya digunakan oleh
beberapa perangkat saja. Hal ini dikarenakan tidak ada pembatasan atau
pengaturan bandwidth untuk setiap pengguna. Bisa jadi satu perangkat

11
menghabiskan bandwidth yang cukup besar hanya untuk upload atau
download file berukuran besar.

Kecepatan upload maupun download menjadi hal yang sangat penting bagi
jaringan yang terhubung dengan internet untuk memperlancar transmisi data.
Banyak hal yang bisa mempengaruhi dua proses tersebut dalam hal kecepatan,
diantaranya besarnya bandwidth yang digunakan jaringan tersebut dan
seberapa efektifnya bandwidth tersebut bisa dimanfaatkan.

Masalah yang sering terjadi pada jaringan komputer yaitu adanya dominasi
bandwidth oleh aktifitas-aktifitas dari salah satu atau beberapa pengguna.
Aktivitas tersebut diantaranya download atau upload file-file berukuran besar
dan streaming HD video. Masalah berikutnya. seperti sulitnya mengetahui
jumlah pengguna jaringan komputer yang menggunakan teknologi nirkabel
kita (wireless) menjadi salah satu penyebab kebocoran bandwidth dan kuota
pada jaringan.

Masalah yang lain, yaitu kebebasan mengakses internet membuat seseorang


tidak dapat menngontrol diri dan lupa akan apa yang harusnya dikerjakan.
Apabila pemberian bandwidth lebih rendah dari kebutuhan sebenarnya maka
pengaksesan jaringan internet menjadi lambat. Hai ini akan berdampak pada
kegiatan operasional, karena penggunaan internet secara bersama dapat
memengaruhi performasi jaringan seiring dengan jumlah pengguna. Salah satu
solusi agar bandwidth dapat dimanfaatkan lebih optimal adalah dengan
memanajemen bandwidth tersebut dengan mekanisme Quality of Service
(QoS) termasuk membatasi pengguna yang di izinkan.

c. Konsep Quality of Service pada Manajemen Bandwidth

Quality of Service (QoS) merupakan mekanisme jaringan yang


memungkinkan aplikasi-aplikasi atau layanan dapat beroperasi sesuai dengan
yang diharapkan (Bunafit, 2005). Kinerja jaringan komputer dapat bervariasi
akibat beberapa masalah, seperti halnya masalah bandwidth, latency dan jitter
yang dapat membuat efek yang cukup besar bagi banyak aplikasi. Sebagai
contoh, komunikasi suara (seperti VoIP atau IP Telephony) serta video
streaming dapat membuat pengguna frustrasi ketika paket data aplikasi

12
tersebut dialirkan di atas jaringan dengan bandwidth yang tidak cukup, dengan
latency yang tidak dapat diprediksi, atau jitter yang berlebih.

QoS dibutuhkan untuk memperhitungkan kualitas atau jaminan terhadap


layanan yang akan diberikan sehingga didapat kualitas layanan yang baik
untuk pengguna. Fitur QoS ini dapat menjadikan bandwidth, latency dan jitter
dapat diprediksi dan dicocokkan dengan kebutuhan aplikasi yang digunakan di
dalam jaringan tersebut.

Menurut Sofana (2011), terdapat beberapa parameter QoS, yaitu sebagai


berikut:

1). Bandwidth

Bandwidth adalah luas atau lebar cakupan frekuensi yang digunakan oleh
sinyal dalam medium transmisi. Bandwidth sering digunakan sebagai suatu
sinonim untuk kecepatan transfer data (transfer rate) yaitu jumlah data yang
dapat dibawa dari sebuah titik ke titik lain dalam jangka waktu tertentu (pada
umumnya dalam detik).

2). Throughput

Throughput adalah kemampuan sebenarnya suatu jaringan dalam melakukan


pengiriman data. Biasanya throughput selalu dikaitkan dengan bandwidth
dalam kondisi yang sebenarnya. Bandwidth lebih bersifat tetap sementara
throughput sifatnya adalah dinamis tergantung trafik yang sedang terjadi.

Beberapa faktor yang mempengaruhi bandwidth dan throughput yaitu antara


lain piranti jaringan, tipe data yang ditransfer, banyaknya pengguna jaringan,
topologi jaringan, spesifikasi komputer client/user, spesifikasi server
komputer, induksi listrik, cuaca dan lain sebagainya.

Throughput adalah kecepatan (rate) transfer data efektif yang diukur dalam
bps. Throughput merupakan jumlah total kedatangan paket yang sukses yang
diamati pada destination (tujuan) selama interval waktu tertentu dibagi oleh
durasi interval waktu tersebut.

3). Jitter

13
Jitter adalah variasi waktu kedatangan paket data. Data yang dikirim dalam
bentuk paket-paket, memungkinkan pengirimannya akan dilakukan secara
bersamaan. Akan tetapi paket-paket tersebut belum tentu sampai secara
bersamaan karena melalui jalur yang berbeda. Perbedaan waktu sampai inilah
yang dinamakan Jitter. Adanya jitter ini dapat mengakibatkan hilangnya data,
terutama pada pengiriman data dengan kecepatan tinggi. Banyak hal yang
dapat menyebabkan jitter, antara lain:

a) Panjangnya antrian dalam waktu pengolahan data.

b) Peningkatan trafik secara tiba-tiba sehingga menyebabkan


penyempitan bandwidth dan menimbulkan antrian.

c) Kecepatan terima dan kirim paket dari setiap node juga dapat
menyebabkan jitter.

4). Packet Loss

Packet loss adalah parameter yang menggambarkan suatu kondisi yang


menunjukkan jumlah total paket yang hilang. Paket yang hilang ini dapat
terjadi karena adanya collision dan congestion (tabrakan data) pada jaringan.
Packet Loss merupakan kegagalan transmisi pada paket data untuk mencapai
tujuannya. Hal ini disebabkan oleh beberapa kemungkinan-kemungkinan,
antara lain yaitu:

a) Terjadinya overload trafik di dalam jaringan.

b) Tabrakan (congestion) dalam jaringan.

c) Error yang terjadi pada media fisik.

d) Kegagalan yang terjadi pada sisi penerima antara lain bisa disebabkan
karena overflow (beban berlebih) yang terjadi pada buffer
(penyimpanan data).

Packet loss dapat terjadi karena kesalahan yang diperkenalkan oleh medium
transmisi fisik. Hal-hal yang mempengaruhi terjadinya packet loss juga bisa

14
karena kondisi geografis seperti kabut, hujan, gangguan radio frequensi, sel
handoff selama roaming, dan interferensi seperti pohon-pohon, bangunan, dan
pegunungan.

5). Latency

Latency adalah total waktu tunda suatu paket yang diakibatkan oleh proses
transmisi dari satu titik ke titik lain yang menjadi tujuannya. Delay (waktu
tunda) di dalam jaringan terdiri dari delay processing, delay packetization,
delay serialization, delay jitter buffer dan delay network.

d. Teknik Manajemen Bandwidth

Mengatur bandwidth untuk setiap pengguna komputer menjadi sangat penting


bagi banyak operator/administrator terutama untuk menjaga agar penggunaan
bandwidth dapat maksimal untuk keperluan yang baik dengan keterbatasan
yang ada. Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang sering terjadi
dalam mengatur atau memanajemen bandwidth, kita perlu tahu, teknik apa
yang bisa digunakan. Berikut ini akan dijelaskan mengenai hal tersebut.

Terdapat dua teknik manajemen bandwidth yang banyak digunakan di


lapangan, yaitu, Hierarchical Token Bucket (HTB) dan Class-Based Queueing
(CBQ). CBQ merupakan teknik yang paling lama, HTB merupakan teknik
yang lebih baru.

1). Hierarchical Token Bucket (HTB)

Hierarchical Token Bucket (HTB) adalah metode yang berfungsi untuk


mengatur pembagian bandwidth. Pembagian dilakukan secara hirarki yang
dibagi-bagi ke dalam kelas sehingga mempermudah pengaturan bandwidth.
HTB diklaim menawarkan kemudahan pemakaian dengan teknik peminjaman
dan implementasi pembagian trafik yang lebih akurat. Teknik antrian HTB
memberikan fasilitas pembatasan trafik pada setiap level maupun klasifikasi.
Bandwidth yang tidak terpakai bisa digunakan oleh klasifikasi yang lebih
rendah.

15
Gambar 1.10: Tipe kelas HTB
Ada tiga tipe kelas dalam HTB, yaitu: root, inner, dan leaf. Pertama, root
class berada paling atas dan semua trafik harus melewati kelas ini. Jika
dianalogikan pada sebuah struktur birokrasi universitas, root class ini setara
dengan rektor yang berada pada posisi paling atas. Kedua, inner class
memiliki parent class dan child classes. Inner class dapat kita analogikan
sebagai dekan dan wakil dekan yang berada di bawah rektor dan berada di atas
ketua jurusan/pogram studi. Ketiga, leaf class adalah terminal class yang
mempunyai parent class tetapi tidak mempunyai child class. Dapat
dianalogikan sebagai ketua program studi sebuah universitas.

Pada antrian HTB terdapat beberapa parameter yang menyusunnya dalam


antrian, yaitu:

a) Rate

Parameter rate menentukan bandwidth maksimum yang bisa digunakan


oleh setiap class, jika bandwidth melebihi nilai “rate”, maka paket data
akan dipotong atau dijatuhkan (drop).

b) Ceil

16
Parameter ceil diatur untuk menentukan peminjaman bandwidth antar
class (kelas), peminjaman bandwidth dilakukan kelas paling bawah ke
kelas di atasnya, teknik ini disebut link sharing.

c) Random Early Detection (RED)

Random Early Detection (RED) atau bisa disebut Random Early Drop
biasanya digunakan untuk gateway/router backbone dengan tingkat trafik
yang sangat tinggi. RED mengendalikan trafik jaringan sehingga terhindar
dari kemacetan pada saat trafik tinggi berdasarkan pemantauan perubahan
nilai antrian minimum dan maksimum. Jika isi antrian di bawah nilai
minimum, maka mode drop tidak berlaku, saat antrian mulai terisi hingga
melebihi nilai maksimum, maka RED akan membuang (drop) paket data
secara acak sehingga kemacetan pada jaringan dapat dihindari. RED juga
mempunyai parameter yang menyusunnya, yaitu : Max, Min, Probability,
Limit, Burst, Avpkt, Bandwith, ECN (Explicit Congestion Notification).

2). Class-based Queueing (CBQ)

Class-based Queueing (CBQ) merupakan teknik klasifikasi paket data yang


memungkinkan sharing bandwidth antar kelas (class) dan memiliki fasilitas
user interface. CBQ mengatur pemakaian bandwidth jaringan yang
dialokasikan untuk tiap pengguna, pemakaian bandwidth yang melebihi nilai
set akan dipotong (shaping), CBQ juga dapat diatur untuk sharing dan
meminjam bandwidth antar kelas. CBQ adalah algoritma pengaturan lalu
lintas jaringan yang dikembangkan oleh Network Research Group at
Lawrence Berkeley National Laboratory sebagai salah satu alternatif teknologi
router0based yang masih tradisional.

Konsep kerja CBQ dimulai saat classifier menentukan paket yang datang dan
menempatkan ke kelas yang tepat. Kemudian general scheduler menentukan
bandwidth yang diperuntukkan untuk suatu kelas, estimator memeriksa
apakah kelas-kelas mendapatkan bandwidth sesuai dengan yang dialokasikan.
Jika suatu kelas kekurangan maka dengan bantuan link-sharing scheduler

17
kelas yang memiliki bandwidth yang tidak terpakai bisa dipinjamkan ke kelas
yang membutuhkan tambahan bandwidth.

Gambar 1.11: Konsep kerja CBQ

CBQ membagi pengguna traffic ke dalam hirarki class berdasarkan IP


Address, protokol dan tipe aplikasi. Sebagai contoh hirarki class berdasarkan
tipe aplikasi, pada perusahaan departemen keuangan tentunya tidak
membutuhkan akses internet seperti pada departemen teknisi. Karena setiap
perusahaan mempunyai peraturan, kebutuhan bisnis dan kebutuhan vital lain
yang berbeda. Hal itulah yang akan mendasari pengelompokan hirarki class
pada CBQ.

e. Implementasi Teknik Manajemen Bandwidth pada RouterOS Mikrotik

Semakin maju kehidupan manusia seakan-akan kebutuhan internet semakin


menjelma menjadi kebutuhan pokok. Fasilitas online pun semakin menjamur
di masyarakat, banyak orang ingin diperhatikan di dunia maya. Fasilitas untuk
memajang foto diri hingga live streaming aktivitas keseharian menjadi trend.
Begitu juga untuk akses informasi, dari media tulisan, media foto sampai
dengan media yang sedang digemari saat ini yaitu media video. Seolah-olah
seberapapun besar bandwidth yang dimiliki seperti tidak bisa membuat kita
puas.

Apabila bandwidth yang kita miliki tidak diatur bisa jadi antar pengguna
saling berebut dan kadang ada yang sampai tidak kebagian jatah bandwidth.
Jika itu terjadi di kantor pada jam operasional, pekerjaan yang sifatnya
membutuhkan koneksi internet akan terganggu dan akan memberikan efek
yang buruk untuk kinerja karyawan. Atau contoh lain jika itu terjadi di sebuah

18
warnet, wifi-area atau RT/RW Net Anda, pasti akan timbul banyak komplain
dari beberapa pelanggan yang sedang menikmati layanan internet kita.

Perlu adanya manajemen penggunaan bandwidth di tempat kita supaya tidak


terjadi hal yang tidak di inginkan seperti yang sudah disebutkan diatas.
Solusinya bisa menggunakan RouterOS Mikrotik yang sudah sangat populer
untuk melakukan tugas sebagai pengatur bandwidth. Banyak Fungsi yang bisa
digunakan di RouterOS Mikrotik Seperti HTB, queue type, burst dan
sebagainya.

Manajemen bandwidth merupakan implementasi dari proses mengantrikan


data, sehingga fungsi manajemen bandwidth pada RouterOS Mikrotik disebut
dengan istilah queue. Secara garis besar, ada dua metode queue pada
RouterOS Mikrotik yaitu Simple Queue dan Queue Tree (Citraweb Solusi
Teknologi).

1). Simple Queue

Simple Queue merupakan metode manajemen bandwidth termudah yang ada


di RouterOS Mikrotik untuk membatasi bandwidth berdasarkan alamat IP
tertentu. Menu dan konfigurasi yang dilakukan untuk menerapkan Simple
Queue cukup sederhana dan mudah dipahami. Walaupun namanya Simple
Queue sebenarnya parameter yang ada pada Simple Queue sangat banyak, bisa
disesuaikan dengan kebutuhan yang ingin diterapkan pada jaringan.

Parameter dasar dari Simple Queue adalah Target dan Max-limit. Target dapat
berupa IP Address, network address, dan bisa juga interface yang akan diatur
bandwidth-nya. Max-limit Upload/Download digunakan untuk memberikan
batas maksimal bandwidth untuk si Target.

2). Queue Tree

Queue Tree digunakan untuk melakukan pembagian bandwidth


berdasarkan protokol, port, kelompok alamat IP, dan lain-lain. Queue Tree
merupakan fitur manajemen bandwidth di RouterOS Mikrotik yang sangat
fleksibel dan cukup kompleks. Pendefinisian target yang akan dilimit pada
Queue Tree tidak dilakukan langsung saat penambahan rule queue namun

19
dilakukan dengan melakukan marking paket data menggunakan Firewall
Mangle. Jadi, sebelum melakukan teknik Queue Tree ini harus melakukan
konfigurasi Firewall Mangle terlebih dahulu.

f. Konfigurasi Manajemen Bandwidth pada RouterOS Mikrotik

Sebelumnya, telah dibahas tentang konsep Quality of Service (QoS) pada


manajemen bandwidth dan juga teknik manajemen bandwidth sebagai bagian
dari QoS. Selanjutnya akan dibahas mengenai implementasi dari QoS
menggunakan RouterOS Mikrotik.

Implementasi QoS di RouterOS Mikrotik banyak bergantung pada sistem


HTB. HTB memungkinkan kita membuat Queue menjadi lebih terstruktur,
dengan melakukan pengelompokan-pengelompokan bertingkat. Oleh karena
itu, konfigurasi manajemen bandwidth pada kegiatan belajar ini akan
mengimplementasikan sistem HTB baik Simple Queue maupun Queue Tree
(Riyadi, Mikrotik Indonesia).

Perlu disadari, jika kita tidak mengimplementasikan HTB pada Queue (baik
Simple Queue maupun Queue Tree), ternyata ada beberapa parameter yang
tidak bekerja seperti yang kita inginkan. Beberapa parameter yang tidak
bekerja adalah Priority, dan Dual Limitation (CIR/MIR). Committed
Information Rate (CIR), berfungsi dimana dalam kondisi terburuk, pengguna
akan mendapat bandwidth sebesar limit-at (dengan asumsi bandwidth
tersedia). Sedangkan Maximal Information Rate (MIR) berfungsi dimana jika
masih ada bandwidth yang tersisa, pengguna bisa mendapatkan bandwidth
hingga max-limit.

1). Kebutuhan Konfigurasi Manajemen Bandwidth

Konfigurasi manajemen bandwidth pada kegiatan belajar ini akan


menggunakan aplikasi Virtual Machine (VM) VirtualBox yang diinstalasi
pada laptop. VirtualBox memungkinkan kita untuk menginstalasi sistem
operasi (kita sebut sebagai OS Guest) termasuk RouterOS Mikrotik, di atas
sistem operasi asli (kita sebut OS Host) laptop kita (misalnya Windows 10).

20
Selain VirtualBox, juga menggunakan aplikasi winbox untuk me-remote
RouterOS Mikrotik sehingga bisa dikonfigurasi dengan mudah.

Sebelum melakukan konfigurasi manajemen bandwidth pada RouterOS


Mikrotik menggunakan VirtualBox, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dan harus dikonfgurasi, yaitu sebagai berikut.

a) Pastikan OS Host (laptop kita) terkoneksi dengan internet secara kabel


atau Wifi dan ketahui Gateway IP Public (internet) pada Network
Connection Control Panel

Gambar 1.12: Icon Wifi aktif pada Windows 10 (OS Host)

Gambar 1.13: Network Connection Details pada OS Host

b) Pastikan telah menginstalasi RouterOS Mikrotik dan juga beberapa


client (Windows 7) pada VirtualBox. Disini kita menggunakan 3
client.

Gambar 1.14: Daftar OS Guest pada VirtualBox

21
c) Pastikan pengaturan adapter pada RouterOS Mikrotik ada dua, yaitu
Adapter 1: Bridged Adapter untuk koneksi ke internet (IP Public) dan
Adapter 2: Host-only Adapter untuk koneksi ke client (IP Private).
Berikut langkah-langkahnya.

(1). Klik kanan pada RouterOS Mikrotik lalu pilih Settings.

Gambar 1.15: Settings pada VirtualBox

(2). Klik tab Network lalu pada Adapter 1, pilih Attached to: Bridged
Adapter, Name: Realtek RTL8723BE 802.11 bgn Wi-Fi Adapter
(sesuai adapter laptop koneksi internet) kemudian Promiscuous Mode:
Allow All.

Gambar 1.16: Pengaturan Network Adapter 1 RouterOS Mikrotik

(3). Pada Adapter 2, pilih Attached to: Host-only Adapter, Name:


VirtualBox Host-Only Ethernet Adapter kemudian Promiscuous
Mode: Allow All. Setelah itu klik OK.

22
Gambar 1.17: Pengaturan Network Adapter 2 RouterOS Mikrotik

d) Pastikan pengaturan Adapter 1 pada masing-masing client (Windows


7) Host-only Adapter.

Gambar 1.18: Pengaturan Network Adapter 1 Client 1

Gambar 1.19: Pengaturan Network Adapter 1 Client 2

23
Gambar 1.20: Pengaturan Network Adapter 1 Client 3

e) Pastikan RouterOS Mikrotik bisa di remote menggunakan aplikasi


winbox. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.

(1). Jalankan RouterOS Mikrotik dengan mengklik dua kali pada


RouterOS Mikrotik sampai muncul tampilan untuk Login

Gambar 1.21: RouterOS Mikrotik pada VirtualBox

Gambar 1.22: Tampilan login RouterOS Mikrotik

24
(2). Buka aplikasi winbox pada OS Host (laptop). Aplikasi ini bisa
didownload pada web resmi Mikrotik.

Gambar 1.23: Aplikasi winbox pada Desktop

(3). Klik salah satu MAC Address lalu klik Connect.

Gambar 1.24: Tampilan login aplikasi winbox

(4). Jika berhasil akan muncul tampilan berikut, klik saja OK.

Gambar 1.25: Tampilan awal winbox setelah login

25
f) Pastikan RouterOS Mikrotik memiliki koneksi internet dari sumber
OS Host (laptop), Gateway IP Public (internet): 192.168.43.1.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.

(1). Pada menu winbox, klik IP  DHCP Client maka akan muncul kotak
dialog DHCP Client

Gambar 1.26: Menu winbox, IP  DHCP Client

Gambar 1.27: Kotak dialog DHCP Client

(2).Klik tanda (+) maka akan muncul kotak dialog baru. Pada Interface
pastikan interface yang koneksi ke laptop (ether1) lalu klik OK.

26
Gambar 1.28: Konfigurasi DHCP Client

(3). Jika berhasil, RouterOS Mikrotik akan mendapatkan IP Public (dari


internet) secara otomatis.

Gambar 1.29: Hasil konfigurasi DHCP Client

(4). Lakukan pengujian koneksi ke Gateway IP Public (internet) dengan


mengklik New Terminal lalu ketikkan ping 192.168.43.1 dan jika
berhasil tampak seperti gambar di bawah ini.

Gambar 1.30: Pengujian koneksi dengan terminal pada winbox

(5). Mengatur agar RouterOS Mikrotik bertindak sebagai Server DNS dan
melayani permintaan DNS dari client baik menggunakan protokol TCP
maupun UDP port 53. Klik IP  DNS  centang pada Allow Remote
Requests  OK

27
Gambar 1.31: Menu pada winbox, IP  DNS

Gambar 1.32: Kotak dialog DNS Settings

(6). Melakukan pengujian koneksi ke server Google. Klik New Terminal


lalu ketikkan ping google.com.

Gambar 1.33: ping google.com via Terminal

g) Pastikan client (OS Guest) terhubung dengan RouterOS Mikrotik


melalui ether2 dan bisa mengakses internet. Langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut.

(1). Berikan IP Address pada ether2 RouterOS Mikrotik. Klik IP 


Addresses dan akan muncul kotak dialog IP Addresses.

28
Gambar 1.34: Menu pada winbox, IP  Addresses

(2). Klik tanda (+) lalu isi pada Address: 200.100.100.1/24 dan Interface:
ether2 lalu klik OK.

Gambar 1.35: Konfigurasi IP Address Interface ether2

29
Gambar 1.36: Hasil konfigurasi IP Address ether2

(3). Jalankan semua client pada VirtualBox lalu berikan IP Address secara
manual masing-masing client. Pertama berikan IP Address pada client
1, dengan cara:

Klik kanan pada icon Network lalu Open Network and Sharing Center

Gambar 1.37: Open Network and Sharing Center Client 1


Klik Change adapter settings

Gambar 1.38: Change adapter settings


Klik kanan pada Local Area Connection lalu pilih Properties

30
Gambar 1.39: Local Area Connection Properties
Klik pada Internet Protocol Version 4 (TCP/IPv4)

Gambar 1.40: Internet Protocol Version 4

Isikan IP Address, Gateway dan DNS Server lalu klik OK.

31
Gambar 1.41: Internet Protocol Version 4 Properties

(4). Lakukan hal yang sama pada langkah c) untuk client 2 dan client 3
menjadi seperti gambar di bawah ini.

Gambar 1.42: Internet Protocol Version 4 Properties Client 2

Gambar 1.43: Internet Protocol Version 4 Properties Client 3

(5). Atur pada RouterOS Mikrotik agar bisa sharing internet sehingga
client bisa akses internet. Pada winbox, klik IP  Firewall akan
muncul kotak dialog Firewall

32
Gambar 1.44: Menu pada winbox, IP  Firewall

(6). Klik pada tab NAT lalu klik tanda (+) kemudian pada tab General,
Chain: scrnat

Gambar 1.45: Konfigurasi NAT Rule – scrnat

(7). Klik tab Action lalu pada Action pilih masquerade lalu klik OK.

Gambar 1.46: Konfigurasi NAT Rule - masquerade

Gambar 1.47: Hasil konfigurasi NAT Rule

33
(8). Uji pada client apakah sudah bisa akses internet. Buka browser
Internet Explorer lalu ketik google.com maka halaman Google akan
muncul yang menandakan client sudah terkoneksi dengan internet.

Gambar 1.48: Halaman Google diakses pada sisi Client


Setelah melakukan konfigurasi di atas, baru akan melakukan manajemen
bandwidth.

2). Konfigurasi Simple Queue dengan Prinsip HTB.

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa cara paling mudah untuk melakukan


queue pada RouterOS adalah dengan menggunakan Simple Queue. Berikut ini
adalah konfigurasi manajemen bandwidth pada RouterOS Mikrotik
menggunakan Simple Queue prinsip Hierarchical Token Bucket (HTB).

Sebagai contoh kasus, kita akan melakukan pengaturan bandwidth sebesar 512
kbps untuk digunakan 3 client dengan konsep sebagai berikut:

a) Dalam keadaan semua client melakukan akses, maka masing-masing


client akan mendapat bandwidth minimal 128kbps.

b) Jika hanya ada satu client yang melakukan akses, maka client tersebut
bisa mendapatkan bandwidth hingga 512 kbps.

c) Jika terdapat beberapa client (tidak semua client) melakukan akses,


maka bandwidth yang tersedia akan dibagi rata ke sejumlah client yang
aktif.

34
d) Jika setiap client diberikan prioritas yang berbeda maka bandwidth
yang tersedia akan dibagi terlebih dahulu ke client yang memiliki
prioritas paling tinggi.

Setelah memahami contoh kasus di atas, ikuti langkah-langkah di bawah ini


untuk melakukan konfigurasi.

a) Router kita tidak tahu berapa total bandwidth real yang kita miliki,
maka kita harus definisikan. Pada winbox, klik Queues lalu pada
Simple Queue klik tanda (+). Akan muncul kotak dialog New Simple
Queue, isi Name: Total-Bandwidth, Target: 200.100.100.0/24, max-
limit upload maupun download: 512k

Gambar 1.49: Konfigurasi Simple Queue untuk Total-Bandwidth

b) Tentukan limitasi per client dengan melakukan setting child-queue.


Untuk Client 1, lakukan konfigurasi dengan cara:

(1). Pada Simple Queue klik tanda (+) lalu isi Name : Client 1, Target
Address: 200.100.100.2 (IP Address Client 1), dan Max-limit: 512k

35
Gambar 1.50: Konfigurasi Max-limit untuk Client 1

(2). Klik tab Advanced, tentukan Limit-at sebesar 128k, lalu Parent:
Total-Bandwidth lalu klik OK.

Gambar 1.51: Konfigurasi Limit-at dan Parent Client 1

c) Untuk limitasi Client 2 dan Client 3 lalukan hal yang sama pada
langkah 2). Sesuaikan Name dan Target Address-nya, Limit-at 128k
dan Parent: Total-Bandwidth.

36
Gambar 1.52: Konfigurasi Max-limit Client 2

Gambar 1.53: Konfigurasi Limit-at Client 2

Gambar 1.54: Konfigurasi Max-limit Client 3

Gambar 1.55: Konfigurasi Limit-at Client 3

d) Akan tampak seperti gambar di bawah ini jika telah melakukan


konfigurasi.

37
Gambar 1.56: Hasil konfigurasi Simple Queue

e) Lakukan pengetesan dengan melakukan download pada sisi client.

Gambar 1.57: Pengetesan penggunaan bandwidth pada sisi client

f) Pada sisi RouterOS Mikrotik, lihat kondisi hasil limitasi yang


dilakukan terhadap client.

(1). Kondisi 1 di bawah ini menunjukkan ketika hanya satu client yang
menggunakan bandwidth, maka client tersebut bisa mendapat hingga
Max-limit.

Cara perhitungan: pertama RouterOS Mikrotik akan memenuhi Limit-


at client yaitu 128kbps. Bandwitdh yang tersedia masih sisa 512kbps-
128kbps=384kbps. Karena client yang lain tidak aktif maka 384kbps
yang tersisa akan diberikan lagi ke Client 1 sehingga mendapat
128kbps+384kbps =512kbps atau sama dengan max-limit.

Gambar 1.58: Kondisi 1 – satu client gunakan bandwidth

38
(2). Kondisi 2 di bawah ini menunjukkan ketika hanya dua client yang
menggunakan bandwidth. Sisa bandwidth akan dibagi dua oleh client
tersebut.

Cara perhitungan: pertama RouterOS Mikrotik akan memberikan


limit-at semua client terlebih dahulu. Akumulasi Limit-at untuk 2
client = 128kbps x 2 =256kbps. Total-Bandwidth masih tersisa
256kbps. Sisanya akan dibagi rata ke kedua client sehingga tiap client
mendapat Limit-at + (sisa bandwidth / 2) = 128kbps+128kbps
=256kbps

Gambar 1.59: Kondisi 2 – dua client gunakan bandwidth

(3). Kondisi 3 di bawah ini menunjukkan ketika ketiga client


menggunakan bandwidth secara bersamaan.

Cara perhitungan: pertama RouterOS Mikrotik akan memenuhi Limit-


at tiap client lebih dulu, sehingga bandwidth yang digunakan 128kbps
x 3 = 384kbps. Total-Bandwidth masih tersisa 128kbps. Sisa
bandwidth akan dibagikan ke ketiga client secara merata sehingga tiap
client mendapat 128kbps + (128kbps/3) = 170kbps.

Gambar 1.60: Kondisi 3 – tiga client gunakan bandwidth

g) Pada limitasi dengan prinsip hirarki (HTB) juga bisa diterapkan


Priority (lebih penting) untuk client. Nilai priority queue adalah 1-8
dimana terendah 8 dan tertinggi 1.

(1). Berikan Priority 1 pada Client 1 lalu klik Apply.

39
Gambar 1.61: Konfigurasi Priority Client 1

(2). Kondisi yang terjadi adalah ketika limit-at semua client terpenuhi,
maka sisa bandwidth akan terlebih dahulu diberikan kepada client
yang memiliki prioritas yang lebih tinggi.

Cara perhitungan: Client 1 mempunyai prioritas tertinggi maka


RouterOS Mikrotik akan mencoba memberikan bandwidth sampai
batas Max-Limit yaitu 512kbps. Sedangkan bandwidth yang tersisa
hanya 128kbps, maka Client 1 mendapat bandwidth sebesar Limit-at
+ sisa bandwidth = 128kbps + 128kbps = 256kbps.

Gambar 1.62: Kondisi 4 – tiap client berbeda priority

3). Konfigurasi Queue Tree dengan Prinsip HTB

Kita telah belajar melakukan konfigurasi menggunakan Simple Queue,


selanjutnya melakukan konfigurasi dengan Queue Tree. Berikut ini adalah
konfigurasi manajemen bandwidth pada RouterOS Mikrotik menggunakan
Queue Tree prinsip HTB.

Sebagai contoh kasus, kita akan melakukan pengaturan bandwidth sebesar 1


Mbps untuk digunakan 3 client dengan konsep yang sama pada Simple Queue
sebagai berikut:

a) Dalam keadaan semua client melakukan akses, maka masing-masing


client akan mendapat bandwidth minimal 128kbps.

40
b) Jika hanya ada satu client yang melakukan akses, maka client tersebut
bisa mendapatkan bandwidth hingga 1 Mbps.

c) Jika terdapat beberapa client (tidak semua client) melakukan akses,


maka bandwidth yang tersedia akan dibagi rata ke sejumlah client yang
aktif.

d) Jika setiap client diberikan prioritas yang berbeda maka bandwidth


yang tersedia akan dibagi terlebih dahulu ke client yang memiliki
prioritas paling tinggi.

Setelah memahami contoh kasus di atas, ikuti langkah-langkah di bawah ini


untuk melakukan konfigurasi.

a) Buat terlebih dahulu connection (mark-connection dan mark-packet)


setiap client menggunakan Firewall Mangle. Pada winbox, klik IP 
Firewall

Gambar 1.63: Menu pada winbox, IP  Firewall

b) Untuk mark-connection Client 1, klik pada tab Mangle, lalu klik tanda
(+). Konfigurasikan Chain: prerouting, Src Address: 200.100.100.2
(IP Address Client 1); kemudian di tab Action, pilih Action: mark-
connection, New Connection Mark: conn-client1 jangan lupa centang
pada Passthrough. Setelah itu klik OK.

41
Gambar 1.64: Kotak dialog New Mangle Rule

Gambar 1.65: Konfigurasi mark-connection Client 1

c) Untuk mark-packet Client 1, klik tanda (+) pada IP  Firewall 


Mangle. Konfigurasikan, Chain: prerouting, Connection Mark:
conn-client1; kemudian pada tab Action, pilih Action: mark-packet,
New Packet Mark: packet-client1, untuk Passthrough tidak
dicentang. Setelah itu klik OK.

Gambar 1.66: Konfigurasi mark-packet Client 1

d) Untuk mark-connection dan mark-packet Client 2 dan Client 3,


lakukan konfigurasi yang sama dengan langkah 2) dan langkah 3).
Sesuaikan Src Address dengan IP Address client dan juga
penamaannya.

(1). Konfigurasi mark-connection Client 2

42
Gambar 1.67: Konfigurasi mark-connection Client 2

(2). Konfigurasi mark-packet Client 2

Gambar 1.68: Konfigurasi mark-packet Client 2

(3). Konfigurasi mark-connection Client 3.

43
Gambar 1.69: Konfigurasi mark-connection Client 3

(4). Konfigurasi mark-packet Client 3

Gambar 1.70: Konfigurasi mark-packet Client 3

e) Akan tampak seperti gambar di bawah ini jika sudah mengkonfigurasi


connection tiap client.

44
Gambar 1.71: Hasil konfigurasi Firewall Mangle

f) Membuat parent Queue Tree klik Queues  tab Queue Tree  klik
tanda tambah (+) isi Name, Parent, Max-limit seperti gambar di
bawah ini lalu OK.

Gambar 1.72: Konfigurasi Queue Tree untuk Parent-User

g) Membuat child-parent (tiap client ada di dalam Parent-User) untuk


mengkonfigurasi tiap client. Pada Queue Tree klik tanda (+) lalu isi
Name, Parent: Parent-User, Packet-Mark: sesuai mark-packet tiap
client, Limit-at: 128k dan Max-limit: 1M.

Gambar 1.73: Konfigurasi Queue Tree untuk Client 1

45
Gambar 1.74: Konfigurasi Queue Tree untuk Client 2

Gambar 1.75: Konfigurasi Queue Tree untuk Client 3

h) Akan tampak seperti gambar di bawah ini jika selesai mengkonfigurasi


Queue Tree metode hirarki (HTB)

Gambar 1.76: Hasil konfigurasi Queue Tree

i) Lakukan pengujian dengan mengakses Youtube pada sisi client.

Gambar 1.77: Akses Youtube pada sisi client

46
j) Pada sisi RouterOS Mikrotik Queue Tree akan tampak penggunaan
bandwidth masing-masing client.

(1). Kondisi 1: Ketika hanya satu client yang menonton Youtube.

Gambar 1.78: Kondisi 1 – satu client gunakan bandwidth

(2). Kondisi 2: Ketika dua client menonton Youtube.

Gambar 1.79: Kondisi 2 – dua client gunakan bandwidth

(3). Kondisi 3: ketika ketiga client mengakses youtube secara bersamaan.

Gambar 1.80: Kondisi 3 – tiga client gunakan bandwidth

k) Jika diperhatikan sebelumnya client memiliki prioritas yang sama


yaitu 8. Ubah prioritas setiap client sehingga berbeda-beda prioritas
(Client 1: 1, Client 2: 2 dan Client 3: 3). Klik pada client lalu ubah
Priority-nya.

Gambar 1.81: Konfigurasi Priority Client 1

47
Gambar 1.82: Konfigurasi Priority Client 2

Gambar 1.83: Konfigurasi Priority Client 3

l) Lakukan pengujian pada sisi client dimana semua client mengakses


Youtube maka akan tampak pada RouterOS Mikrotik Queue Tree
seperti gambar di bawah ini. Client 1 akan lebih banyak mengambil
bandwidth karena memiliki prioritas paling tinggi.

Gambar 1.84: Hasil dari konfigurasi Priority tiap client

g. Konsep dan Permasalahan pada Load Balancing

1). Pengertian Load Balancing

Setelah kita mendalami tentang manajemen bandwidth, selanjutnya akan kita


pelajari tentang load balancing. Load balancing adalah teknik untuk
mendistribusikan beban trafik pada dua atau lebih jalur koneksi secara
seimbang, agar trafik dapat berjalan optimal, dan menghindari overload pada
salah satu jalur koneksi (Sumarno & Hasmoro, 2013).

48
Load balancing digunakan pada saat sebuah server telah memiliki jumlah
pengguna yang telah melebihi maksimal kapasitasnya. Load balancing juga
mendistribusikan beban kerja secara merata di dua atau lebih komputer, link
jaringan, CPU, hard drive, atau sumber daya lainnya, untuk mendapatkan
pemanfaatan sumber daya yang optimal.

2). Cara Kerja Load Balancing

Perlu diketahui bahwa dengan menggunakan load balancing dua jalur


koneksi, maka besar bandwidth yang akan didapat menjadi dua kali lipat dari
bandwidth sebelum menggunakan load balancing. Hal ini perlu diperjelas,
bahwa load balancing tidak akan menambah besar bandwidth yang diperoleh,
tetapi hanya bertugas untuk membagi trafik dari kedua bandwidth tersebut
agar dapat terpakai secara seimbang.

Gambar 1.85: Cara kerja load balancing


Saat keempat client melakukan pengambilan data di internet maka Load
Balancer (RouterOS Mikrotik) akan membagi beban tersebut menjadi
sebagian, Client 1 dan Client 2 akan dilayani oleh ISP Pertama sementara
Client 3 dan Client 4 akan dilayani oleh ISP Kedua.

Load balancing dapat dilakukan dengan cara memaksimalkan beberapa


parameter yaitu delay, packet loss, jitter, availability dan throughput pada
RouterOS Mikrotik menggunakan software winbox.

49
3). Permasalahan pada Load Balancing

Masalah yang sering muncul ketika seseorang mengakses sebuah halaman di


internet adalah kecepatan koneksi atau kecepatan akses tidak seperti yang
diharapkan. Masalah seperti ini sering muncul baik di kantor-kantor ataupun
di sebuah warnet sekalipun.

Ada sebuah kasus menurut Jurnal yang ditulis Sumarno dan Hasmoro (2013)
yang terjadi di SMP Negeri 2 Karanganyar. Pada tahun 2005 pihak sekolah
berlangganan internet paket office dari Telkom yang besaran bandwidth-nya
512 Mbps. Dengan paket office tersebut diharapkan dapat mencukupi
kebutuhan koneksi internet untuk 25 komputer di laboratorium komputer, 5
(lima) komputer di kantor tata usaha dan beberapa guru yang ingin terkoneksi
lewat wifi/hotspot.

Seiring berjalannya waktu, semakin banyak guru yang membutuhkan koneksi


internet semakin terasa bahwa kecepatan akses internet tidak memadai lagi.
Maka pada tahun 2010 pihak sekolah memutuskan untuk menaikkan
kecepatan koneksi dengan menambah bandwidth menjadi 1 Mbps. Meskipun
bandwidth sudah dinaikkan menjadi 1 Mbps, ternyata kecepatan akses internet
masih belum seperti yang diharapkan. Karena jumlah pengguna yang
menggunakan akses internet pun bertambah besar. Disamping guru yang
menggunakan laptop untuk mengakses internet semakin banyak, pada saat itu
pula dibuka laboratorium komputer baru yang jumlah komputernya ada 13
unit.

Maka pada tahun 2011 pihak sekolah memutuskan untuk menambah


bandwidth menjadi 3 Mbps. Akan tetapi saat itu kantor Telkom Karanganyar
belum melayani bandwidth dengan besaran 3 Mbps, maka pihak sekolah
memutuskan menambah satu jalur speedy lagi dengan besaran bandwidth 2
Mbps guna mencukupi kebutuhan koneksi internet di sekolah.

Dengan dua jalur speedy, pihak sekolah berharap dapat memenuhi kebutuhan
koneksi internet untuk siswa maupun untuk guru. Pada saat itu model yang
digunakan untuk pembagian jalur koneksi adalah satu line speedy yang
besaran bandwidth-nya 1 Mbps dialokasikan untuk guru, sedangkan satu jalur

50
lagi yang besaran bandwidth-nya 2 Mbps dialokasikan untuk lab komputer 1
dan lab komputer 2.

Seiring berjalannya waktu, pihak sekolah merasa rugi dengan model


pembagian jalur seperti di atas. Kerugiannya yakni ketika lab komputer tidak
dipakai untuk proses pembelajaran maka bandwidth yang menuju ke lab
komputer tidak terpakai. Begitu juga sebaliknya apabila tidak ada guru yang
mengakses internet maka bandwidth yang menuju ke kantor guru akan
terbuang percuma. Dengan mempertimbangkan masalah tersebut maka pada
awal tahun 2012 pihak sekolah menerapkan model load balancing guna
memaksimalkan penggunaan bandwidth supaya tidak terbuang percuma.

Dengan model load balancing maka pembagian trafik dari kedua bandwidth
tersebut dapat terpakai secara seimbang. Di samping itu kita dapat mengatur
bandwidth pada setiap pengguna yang terkoneksi ke internet. Maka dengan
begitu tidak ada istilah pengguna yang tidak kebagian bandwidth.

h. Metode Load Balancing pada RouterOS Mikrotik

Ada berbagai metode load balancing, antara lain yaitu: Static Route dengan
Address List, Equal Cost Multi Path (ECMP), Nth dan Per Connection
Classifier (PCC). Setiap metode load balancing tersebut memiliki kekurangan
maupun kelebihan tersendiri, namun lebih dari hal itu yang paling terpenting
dalam menentukan metode load balancing apa yang akan digunakan adalah
harus terlebih dahulu mengerti karakteristik dari jaringan yang akan
diimplementasikan. Berikut ini adalah pengertian dari masing-masing metode
load balancing dan disertakan pula kekurangan maupun kelebihannya.

1). Static Route dengan Address List

Static route dengan Address list adalah metode load balancing yang
mengelompokkan suatu range IP Address untuk dapat di atur untuk melewati
salah satu gateway dengan menggunakan static routing (Gene, 2018: 9).
Metode ini sering di gunakan pada warnet yang membedakan PC untuk
browsing dengan PC untuk Game Online. Mikrotik akan menentukan jalur
gateway yang di pakai dengan membedakan src-address pada paket data.

51
Kelebihan dari metode ini, yaitu dapat membagi jaringan dengan topologi
yang sederhana, tidak sulit, dan tidak ada disconnection pada client yang
disebabkan perpindahan gateway karena load balancing. Sedangkan
kekurangannya adalah mudah terjadi overload jika yang aktif hanya client-
client pada salah satu address list saja.

2). Equal Cost Multi Path (ECMP)

Equal Cost Multi Path adalah pemilihan jalur keluar secara bergantian pada
gateway. Contohnya jika ada dua gateway, dia akan melewati kedua gateway
tersebut dengan beban yang sama (equal cost) pada masing-masing gateway
(Gene, 2018: 10). Kelebihan dari metode ini, yaitu dapat membagi beban
jaringan berdasarkan perbandingan kecepatan di antara 2 ISP. Namun,
kekurangannya adalah sering terjadi disconnection yang disebabkan oleh
routing table yang restart secara otomatis setiap 10 menit.

3). Nth

Nth bukanlah sebuah singkatan. Melainkan sebuah bilangan integer (bilangan


ke-N). Nth menggunakan algoritma round robin yang menentukan pembagian
pemecahan connection yang akan di-mangle ke rute yang dibuat untuk load
balancing (Gene, 2018: 10).

Pada dasarnya, koneksi yang masuk ke proses router akan menjadi satu arus
yang sama. Walaupun mereka datang dari interface yang berbeda. Maka pada
saat menerapkan metode Nth, tentunya akan ada batasan ke router untuk hanya
memproses koneksi dari sumber tertentu saja. Ketika router telah membuat
semacam antrian baru untuk batasan yang kita berikan di atas, baru proses Nth
di mulai.

Kelebihan dari metode ini, yaitu membagi penyebaran paket data yang merata
pada masing-masing gateway. Namun kekurangannya adalah kemungkinan
terjadi terputusnya koneksi yang disebabkan perpindahan gateway karena
load balancing.

52
4). Per Connection Classifier (PCC)

Per Connection Classifier (PCC) merupakan metode yang menspesifikasikan


suatu paket menuju gateway suatu koneksi tertentu. PCC mengelompokkan
trafik koneksi yang keluar masuk router menjadi beberapa kelompok (Gene,
2018: 12). Pengelompokan ini bisa dibedakan berdasarkan src-address, dst-
address, src-port dan dst-port. RouterOS Mikrotik akan mengingat-ingat jalur
gateway yang telah dilewati di awal trafik koneksi. Sehingga pada paket-paket
data selanjutnya yang masih berkaitan akan dilewatkan pada jalur gateway
yang sama dengan paket data sebelumnya yang sudah dikirim. Kelebihan dari
metode ini, mampu menspesifikasikan gateway untuk tiap paket data yang
masih berhubungan dengan data yang sebelumnya sudah dilewatkan pada
salah satu gateway. Kekurangannya adalah beresiko terjadi overload pada
salah satu gateway yang disebabkan oleh pengaksesan situs yang sama.

i. Konfigurasi Load Balancing pada RouterOS Mikrotik

Setelah kita memahami konsep tentang load balancing dan juga jenis-jenis
metode load balancing, selanjutnya adalah implementasi dari metode tersebut
untuk mengatur bandwidth menggunakan RouterOS Mikrotik.

1). Konfigurasi Load Balancing Metode ECMP

Gambar 1.86: Topologi jaringan untuk load balancing – ECMP

53
Topologi pada Gambar 1.86 akan kita gunakan sebagai acuan dalam
mengkonfigurasi load balancing metode ECMP. Kondisi dari topologi
tersebut, yaitu Router yang digunakan tipe RB951Ui-2HnD, interface ether1
terhubung ke ISP-1, interface ether2 terhubung ke ISP-2 dan interface ether3
terhubung ke Switch sebagai gateway untuk jaringan lokal. Untuk melakukan
konfigurasinya, dilakukan dengan langkah-langkah di bawah ini.

a) Buka New Terminal pada aplikasi winbox, dan langkah pertama


tambahkan IP Address pada masing-masing interface router dengan
perintah seperti pada gambar di bawah.

Gambar 1.87: Script konfigurasi IP Address

b) Konfigurasi DNS Resolver dengan perintah di bawah ini agar router


dapat menjangkau semua alamat domain yang ada di internet.

Gambar 1.88: Script konfigurasi DNS Resolver

c) Konfigurasi Rule NAT Masquerade dengan perintah di bawah ini agar


semua perangkat yang berada di bawah router dapat terhubung ke
internet.

Gambar 1.89: Script konfigurasi Rule NAT Masquerade

d) Konfigurasi load balancing ECMP dengan menambahkan Entri


Routing menggunakan perintah berikut.

Gambar 1.90: Script konfigurasi Entri Routing

54
e) Lihat hasil penambahan entri routing pada routing table dengan
perintah /ip route print.

Gambar 1.91: Hasil penambahan entri routing


Perhatikan tabel routing di atas, bisa dilihat bahwa dst-address
0.0.0.0/0 dapat dijangkau melalui 2 gateway sekaligus, yaitu gateway
192.168.90.1 dan 192.168.91.1 yang memiliki distance yang sama.
Dengan begitu, maka trafik yang keluar menuju internet akan
dilewatkan melalui kedua gateway tersebut oleh router secara
bersamaan dan acak.

f) Konfigurasi Firewall Mangle untuk mengatur trafik bandwidth dengan


perintah di bawah ini.

Gambar 1.92: Script konfigurasi Firewall Mangle

2). Konfigurasi Load Balancing Metode Nth

Setelah kita mengkonfigurasi load balancing menggunakan metode ECMP,


kita akan mencoba mengkonfigurasi load balancing menggunakan metode
Nth. Seperti pada topologi di bawah ini, kita memiliki dua gateway untuk
koneksi ke internet.

55
Gambar 1.93: Topologi jaringan untuk load balancing – Nth
Berdasarkan mekanisme Nth, untuk topologi di atas setiap trafik/paket data
yang lewat akan dibagi menjadi 1 atau 2. Kemudian untuk link ISP-1 akan
digunakan untuk jalur paket 1 dan link ISP-2 akan digunakan untuk jalur paket
2. Untuk melakukan konfigurasi load balancing menggunakan metode Nth,
ikuti langkah-langkah di bawah ini.

a) Berikan IP Address pada masing-masing interface router.

Gambar 1.94: Script konfigurasi IP Address interface router

b) Konfigurasi DNS Resolver dengan perintah di bawah ini agar router


dapat menjangkau semua alamat domain yang ada di internet.

Gambar 1.95: Script konfigurasi DNS Resolver

c) Konfigurasi Rule NAT Masquerade dengan perintah di bawah ini agar


semua perangkat yang berada di bawah router dapat terhubung ke
internet.

Gambar 1.96: Script konfigurasi Rule NAT Masquerade

56
d) Buat rule mangle untuk membuat routing-mark berdasarkan parameter
Nth.

Gambar 1.97: Script konfigurasi Firewall Mangle

e) Atur policy routing untuk menentukan jalur trafik ke masing-masing


gateway.

Gambar 1.98: Script konfigurasi policy routing

Pada routing diatas terdapat 3 default gateway. Untuk gateway baris 1


dan 2 merupakan gateway untuk trafik dari LAN di ether5, sedangkan
baris ke 3 merupakan gateway untuk trafik selain dari LAN (misal,
trafik local process).

3). Konfigurasi Load Balancing Metode PCC

Kita telah mencoba mengkonfigurasi load balancing menggunakan metode


ECMP dan Nth. Supaya lebih lengkap, kita akan mencoba lagi satu metode
load balancing yaitu Per Connection Classifier (PCC). Berikut adalah
topologi yang akan kita gunakan. Kita menggunakan 2 link ISP dan
bandwidth yang digunakan masing-masing sebesar 5 Mbps.

Gambar 1.99: Topologi jaringan load balancing – PCC

57
Kondisi dari topologi tersebut, yaitu Router yang digunakan tipe RB951Ui-
2HnD, interface ether1 terhubung ke ISP-1, interface ether2 terhubung ke
ISP-2 dan interface ether3 terhubung ke Switch sebagai gateway untuk
jaringan lokal. Untuk melakukan konfigurasinya, dilakukan dengan langkah-
langkah di bawah ini.

a) Buka New Terminal pada aplikasi winbox, dan langkah pertama


tambahkan IP Address pada masing-masing interface router dengan
perintah seperti pada gambar di bawah.

Gambar 1.100: Script konfigurasi IP Address

b) Konfigurasi DNS Resolver dengan perintah di bawah ini agar router


dapat menjangkau semua alamat domain yang ada di internet.

Gambar 1.101: Script konfigurasi DNS Resolver

c) Konfigurasi Mangle PCC untuk menandai setiap koneksi yang masuk


ke dalam router melalui interface ether1 dan ether2.

Gambar 1.102: Script konfigurasi connection-mark.

Rule Mangle di atas akan menandai koneksi yang masuk dari ether1
sebagai connection-mark = ISP-1 dan koneksi yang masuk melalui
ether2 akan ditandai sebagai connection-mark =ISP-2, dari situ kita
bisa memetakan koneksi yang keluar dari router melalui masing-
masing interface dengan action mark-routing.

58
Gambar 1.103: Script konfigurasi routing-mark

Selanjutnya kita mengklasifikasikan koneksi yang berasal dari


interface local (ether3) berdasarkan address dan port.

Gambar 1.104: Script konfigurasi connection-mark address dan port

Selanjutnya memetakan koneksi yang berasal dari interface local


(ether3) yang akan keluar meninggalkan router melalui masing-masing
interface WAN yaitu ether1 dan ether2.

Gambar 1.105: Script konfigurasi new routing-mark

d) Tambahkan Rule NAT untuk client agar client yang berada di bawah
router dapat terhubung ke jaringan internet.

Gambar 1.106: Script konfigurasi Rule NAT

e) Tambahkan entri routing. Entri routing yang harus kita input ke dalam
table routing terbagi menjadi 2 jenis entri routing.

59
Pertama, yaitu untuk menentukan apakah sebuah koneksi harus
melalui jalur ISP-1 atau melalui jalur ISP-2.

Gambar 1.107: Script konfigurasi entri routing pertama.

Kedua, yaitu berfungsi sebagai skema failover apabila salah satu link
mengalami gangguan (down), maka semua trafik akan dialihkan ke
link yang masih aktif.

Gambar 1.108: Script konfigurasi entri routing kedua

4. Forum Diskusi

Diskusikan secara berkelompok maksimal 3 orang, topik di bawah ini:

a. Apa saja permasalahan yang sering terjadi pada manajemen bandwidth dan
bagaimana cara mengatasinya?

b. Apa saja permasalahan yang sering terjadi pada load balancing dan
bagaimana cara mengatasinya?

C. Penutup

1. Rangkuman

Bandwidth adalah suatu ukuran dari banyaknya informasi yang dapat mengalir
dari suatu tempat ke tempat lain (dari source ke destination) dalam waktu
tertentu (biasanya dalam hitungan detik). Dengan kata lain bandwidth adalah
kapasitas maksimum dari suatu jalur komunikasi yang dapat dipakai untuk
mentransfer data dalam hitungan detik.

Terdapat dua jenis bandwidth, yaitu bandwidth digital dan bandwidth analog.
Bandwidth digital, yaitu jumlah atau volume data yang dapat dikirimkan
melalui sebuah saluran komunikasi dalam satuan bits per second tanpa

60
distorsi. Sedangkan bandwidth analog, yaitu perbedaan antara frekuensi
terendah dengan frekuensi tertinggi dalam sebuah rentang frekuensi yang
diukur dalam satuan Hertz (Hz) atau siklus per detik, yang menentukan berapa
banyak informasi yang bisa ditransimisikan dalam satu saat.

Fungsi utama bandwidth, yaitu digunakan sebagai jalur pengiriman data dari
suatu perangkat ke perangkat lain. Selain itu bandwidth juga digunakan
sebagai pembatas kecepatan maupun jumlah data. Bandwidth sebagai jalur
pengiriman data memungkinkan data antara perangkat satu dengan lainnya
yang ada di suatu jaringan untuk saling berpindah atau ditransfer. Bandwidth
digunakan sebagai pembatas kecepatan transfer atau pengiriman data, berarti
kecepatan maksimal data dibatasi. Bandwidth digunakan sebagai pembatas
jumlah data yang bisa dikirim, berarti jumlah maksimal data yang dibatasi.

Manajemen bandwidth adalah pengalokasian yang tepat dari suatu bandwidth


untuk mendukung kebutuhan atau keperluan aplikasi atau suatu layanan
jaringan. Pengalokasian bandwidth yang tepat dapat menjadi salah satu
metode dalam memberikan jaminan kualitas suatu layanan jaringan Quality Of
Service (QoS).

Quality of Service (QoS) merupakan mekanisme jaringan yang


memungkinkan aplikasi-aplikasi atau layanan dapat beroperasi sesuai dengan
yang diharapkan. Beberapa parameter QoS, yaitu bandwidth, throughput,
jitter, packet loss dan latency.

Terdapat dua teknik manajemen bandwidth yang banyak digunakan di


lapangan, yaitu, Hierarchical Token Bucket (HTB) dan Class-Based Queueing
(CBQ). CBQ merupakan teknik yang paling lama, HTB lebih baru dari CBQ.

Hierarchical Token Bucket (HTB) adalah metode yang berfungsi untuk


mengatur pembagian bandwidth, pembagian dilakukan secara hirarki yang
dibagi-bagi kedalam kelas sehingga mempermudah pengaturan bandwidth.
Ada tiga tipe kelas dalam HTB, yaitu: root, inner, dan leaf. Root class berada
paling atas, dan semua trafik harus melewati kelas ini. Inner class memiliki
parent class dan child classes. Sedangkan leaf class adalah terminal class
yang mempunyai parent class tetapi tidak mempunyai child class.

61
Pada antrian HTB mempunyai parameter yang menyusunnya dalam antrian,
yaitu rate, ceil dan Random Early Detection (RED). Parameter rate
menentukan bandwidth maksimum yang bisa digunakan oleh setiap class, jika
bandwidth melebihi nilai “rate”, maka paket data akan dipotong atau
dijatuhkan (drop). Parameter ceil diatur untuk menentukan peminjaman
bandwidth antar class (kelas), peminjaman bandwidth dilakukan kelas paling
bawah ke kelas di atasnya, teknik ini disebut link sharing. Random Early
Detection atau bisa disebut Random Early Drop biasanya digunakan untuk
gateway/router backbone dengan tingkat trafik yang sangat tinggi.

Class-based Queueing (CBQ) merupakan teknik klasifikasi paket data yang


memungkinkan sharing bandwidth antar kelas (class) dan memiliki fasilitas
pengguna interface. Konsep kerja CBQ dimulai saat classifier menentukan
paket yang datang dan menempatkan ke kelas yang tepat. Kemudian general
scheduler menentukan bandwidth yang diperuntukkan untuk suatu kelas,
estimator memeriksa apakah kelas-kelas mendapatkan bandwidth sesuai
dengan yang dialokasikan. Jika suatu kelas kekurangan maka dengan bantuan
link-sharing scheduler kelas yang memiliki bandwidth yang tidak terpakai
bisa dipinjamkan ke kelas yang membutuhkan tambahan bandwidth.

Management Bandwidth merupakan implementasi dari proses mengantrikan


data, sehingga fungsi management bandwidth di RouterOS Mikrotik disebut
dengan istilah Queue. Secara garis besar, ada dua metode Queue pada
RouterOS Mikrotik yaitu Simple Queue dan Queue Tree.

Simple Queue merupakan metode bandwidth management termudah yang ada


di RouterOS Mikrotik untuk membatasi bandwidth berdasarkan alamat IP
tertentu. Menu dan konfigurasi yang dilakukan untuk menerapkan Simple
Queue cukup sederhana dan mudah dipahami.

Queue Tree digunakan untuk melakukan pembagian bandwidth


berdasarkan protokol, port, kelompok alamat IP, dan lain-lain. Queue Tree
merupakan fitur bandwidth management di RouterOS Mikrotik yang sangat
fleksibel dan cukup kompleks.

62
Load balancing adalah teknik untuk mendistribusikan beban trafik pada dua
atau lebih jalur koneksi secara seimbang, agar trafik dapat berjalan optimal,
dan menghindari overload pada salah satu jalur koneksi. Ada berbagai metode
load balancing, antara lain yaitu: Static Route dengan Address List, Equal
Cost Multi Path (ECMP), Nth dan Per Connection Classifier (PCC).

Static route dengan Address list adalah metode load balancing yang
mengelompokkan suatu range IP Address untuk dapat di atur untuk melewati
salah satu gateway dengan menggunakan static routing.

Equal Cost Multi Path adalah pemilihan jalur keluar secara bergantian pada
gateway. Contohnya jika ada dua gateway, dia akan melewati kedua gateway
tersebut dengan beban yang sama (equal cost) pada masing-masing gateway.

Nth menggunakan algoritma round robin yang menentukan pembagian


pemecahan connection yang akan di-mangle ke rute yang dibuat untuk load
balancing.

Per Connection Classifier (PCC) merupakan metode yang menspesifikasikan


suatu paket menuju gateway suatu koneksi tertentu. PCC mengelompokkan
trafik koneksi yang keluar masuk router menjadi beberapa kelompok.

2. Tes Formatif

63
1). Suatu ukuran dari banyaknya informasi yang dapat mengalir dari suatu tempat
ke tempat lain (dari source ke destination) dalam waktu tertentu (biasanya
dalam hitunga detik) disebut…

a. Throughput
b. Bandwidth
c. Jitter
d. Latency
e. Manajemen bandwidth

2). Bandwidth yang sebenarnya (aktual) yang diukur dengan satuan waktu
tertentu dan pada kondisi jaringan tertentu yang digunakan untuk melakukan
transfer file dengan ukuran tertentu, disebut…

a. Throughput
b. Bandwidth
c. Jitter
d. Latency
e. Manajemen bandwidth

3). Bandwidth internet di sebuah rumah diketahui adalah 2 Mbps, kemudian kita
ingin mendownload file dari internet berukuran 6 Mb. Seharusnya file tersebut
sudah sampai ke komputer kita hanya dengan waktu 3 detik. Akan tetapi yang
terjadi secara aktual, file yang kita download tiba dalam waktu 6 detik.
Bandwidth yang sebenarnya dari aktivitas ini sebesar…

a. 1 Mbps
b. 2 Mbps
c. 3 Mbps
d. 4 Mbps
e. 5 Mbps

4). Jumlah atau volume data yang dapat dikirimkan melalui sebuah jaringan
saluran komunikasi dalam satuan bits per second tanpa distorsi disebut…

64
a. Bandwidth Digital
b. Bandwidth Analog
c. Bandwidth Digital Analog
d. Bandwidth Analog Digital
e. Manajemen Bandwidth

5). Berikut ini merupakan fungsi utama bandwidth, kecuali…

a. Sebagai jalur pengiriman data


b. Sebagai pembatas kecepatan pengiriman data
c. Sebagai pelindung atau keamanan jaringan
d. Sebagai pembatas jumlah data yang bisa dikirim
e. Sebagai pembatas kecepatan transfer data

6). Pada sebuah jaringan internet kecepatan data dibatasi hanya 128 kbps akan
tetapi tidak dibatasi berapa jumlah data yang bisa diupload atau didownload.
Kasus ini adalah contoh penerapan fungsi bandwidth sebagai…

a. Jalur pengiriman data


b. Pelindung atau keamanan jaringan
c. Pembatas kecepatan transfer data
d. Pembatas jumlah pengguna
e. Pembatas jumlah data yang bisa dikirim

7). Sebuah metode yang diterapkan untuk mengatur besarnya bandwidth yang
akan digunakan oleh masing-masing pengguna di sebuah jaringan sehingga
penggunaan bandwidth akan terdistribusi secara merata, disebut…

a. Bandwidth
b. Bandwidth Management System
c. Throughput
d. Jitter
e. Latency

8). Pembagian bandwidth berdasarkan suatu grup atau kelompok dimana di dalam
grup tersebut terdapat beberapa pengguna yang akan menggunakan bandwidth
dan jika ada salah satu pengguna yang tidak sedang menggunakan bandwidth

65
maka dapat digunakan oleh pengguna lain. Hal tersebut merupakan pembagian
bandwidth secara…

a. Limit
b. Grouping
c. Burst
d. Priority
e. Unlimited

9). Jika ada bandwidth yang tersedia atau tidak terpakai semua, pengguna yang
memiliki prioritas tertinggi bisa menggunakan bandwidth sisa tersebut lebih
dulu daripada pengguna lain. Hal tersebut merupakan pembagian bandwidth
secara…

a. Limit
b. Grouping
c. Burst
d. Priority
e. Unlimited

10). Jika pengguna tidak terus menerus menggunakan bandwidth maka


penggunaan bandwidth dapat ditingkatkan dari limit yang telah ditentukan.
Hal tersebut merupakan pembagian bandwidth secara…

a. Limit
b. Grouping
c. Burst
d. Priority
e. Unlimited

11). Terdapat beberapa parameter dari Quality of Service, yaitu sebagai berikut,
kecuali…

a. Bandwidth

66
b. Throughput
c. Jitter
d. Limit
e. Packet Loss

12). Parameter Quality of Service yang menggambarkan suatu kondisi dan


menunjukkan jumlah total paket yang hilang, disebut…

a. Bandwidth
b. Throughput
c. Jitter
d. Limit
e. Packet Loss

13). Terdapat banyak teknik manajemen bandwidth yang digunakan untuk


mengatur bandwidth. Teknik yang berfungsi untuk mengatur pembagian
bandwidth secara hirarki yang dibagi-bagi ke dalam kelas sehingga
mempermudah pengaturan bandwidth, disebut teknik…

a. Class-based Queueing (CBQ)


b. Hierarchical Token Bucket (HTB)
c. Simple Queue
d. Queue Tree
e. Queue Dynamic

14). Pada teknik atau metode Hierarchical Token Bucket (HTB) terdapat tiga
parameter penyusunnya, yaitu rate, ceil dan Random Early Detection (RED).
Parameter untuk menentukan bandwidth maksimal yang bisa digunakan oleh
setiap class, yaitu parameter …

a. Rate
b. Ceil
c. Random Early Detection
d. Latency
e. Delay

67
15). Metode manajemen bandwidth termudah yang ada pada RouterOS
Mikrotik untuk membatasi bandwidth berdasarkan IP tertentu, adalah
metode…

a. Simple Queue
b. Queue Tree
c. Dynamic Queue
d. HTB
e. CBQ

16). Metode manajemen bandwidth pada RouterOS Mikrotik yang sangat


fleksibel dan cukup kompleks dimana melakukan pembagian bandwidth
berdasarkan protocol, port, kelompok alamat IP dan lain-lain, adalah
metode…

a. Simple Queue
b. Queue Tree
c. Dynamic Queue
d. HTB
e. CBQ

17). Sebelum mengimplementasikan metode manajemen bandwidth Queue


Tree ada satu hal yang perlu dilakukan konfigurasi, yaitu konfigurasi…

a. Simple Queue
b. Firewall NAT Rule
c. Firewall Mangle
d. Queue Tree
e. DHCP Client

18). Melakukan konfigurasi pada RouterOS Mikrotik dapat dengan mudah


dilakukan dengan menggunakan aplikasi …

a. Windows
b. winbox
c. SSH Server
d. Telnet

68
e. DNS

19). Teknik untuk mendistribusikan beban trafik pada dua atau lebih jalur
koneksi secara seimbang, agar trafik dapat berjalan optimal dan menghindari
overload pada salah satu jalur koneksi, disebut…

a. Load balancing
b. Bandwidth Management System
c. Bandwidth
d. Throughput
e. Latency

20). Berikut ini yang tidak termasuk dalam jenis metode load balancing, yaitu

a. Static Route dengan Address List


b. Equal Cost Multi Path (ECMP)
c. Per Connection Queueing (PCQ)
d. Per Connection Classifier (PCC)
e. Nth

69
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Yunus. 2012. Implementasi Quality of Service dengan Metode HTB


(Hierarchical Token Bucket) pada PT. Komunika Lima Duabelas.
Jurnal Elektronik Ilmu Komputer. Vol 1. Universitas Udayana: Bali.

Citra Web Solusi Teknologi, PT. "Artikel Simple Queue & Queue Tree".
http://mikrotik.co.id. Diakses 3 Oktober 2019.

Dewaweb Team. 2019. “Pengertian dan Kegunaan Bandwidth”. https:


dewaweb.com. Diakses 2 Oktober 2019.

Gene, Eudes Raymond. 2018. Implementasi Load Balancing dengan Dua ISP
Menggunakan Metode Nth (Koneksi ke-n) dan Per Connection
Classifier (PCC) pada Mikrotik. Jurnal. Fakultas Sains dan Teknologi.
Universitas Santa Dharma: Yogyakarta.

Handrianto, Yopi dan Hendra Supendar. 2017. Simple Queue dalam


Menyelesaikan Masalah Manajemen Bandwidth pada Mikrotik Brigde.
Bina Insani ICT Journal. Vol. 4, No. 1. P2M STMIK Bina Insani.

Kemendikbud RI. 2014. Komunikasi Data Paket Keahlian Teknik Komputer


dan Jaringan SMK/MAK Kelas XI Semester 1. Universitas Negeri
Manado: Manado.

Sofana, Iwan. 2011. Teori dan Modul Praktikum Jaringan Komputer.


Bandung: Modula.

Sumarno, Eko dan Hasmoro, Hanugrah Probo. 2013. Implementasi Metode


Load Balancing dengan Dua Jalur. Indonesian Jurnal on Networking
and Security. Vol. 20 No. 1.

Togohodoh, Virgilius Belarmino. 2018. Manajemen Bandwidth Dengan


Metode Per Connection Queue (PCQ) Menggunakan Queue Tree.
Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Sanata Dharma:
Yogyakarta.

Utami, Futri. 2017. Optimalisasi Load Balancing Dua ISP untuk Manajemen
Bandwidth Berbasis Mikrotik. Skripsi. Politeknik Negeri Sriwijaya:
Palembang.

Witranti, Ayu. 2016. “Pengertian Bandwidth dan Fungsinya”.


http://blog.unnes.ac.id. Diakses 2 Oktober 2019.

70

Anda mungkin juga menyukai