Laporan Pemantauan HPHK 2022 Mamuju
Laporan Pemantauan HPHK 2022 Mamuju
OLEH :
TIM PEMANTAUAN
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 2. Matriks Basis data informasi status dan situasi HPHK Provinsi Sulawesi
Barat Tahun 2021 ..........................................................Error! Bookmark not defined.
iv
PEMANTAUAN DALAM RANGKA MENDUKUNG PROGRAM PEMBEBASAN
BRUCELLOSIS PADA SAPI DI KABUPATEN POLEWALI MANDAR
ABSTRAK
v
dengan metode RBT menunjukkan hasil positif maka dilanjutkan dengan pengujian
Complement Fixation Test (CFT) di Laboratorium Balai Besar Veteriner Maros yang
merupakan gold standart pengujian Brucellosis.
Data Intersepsi Laboratorium SKP Kelas II Mamuju Tahun 2022 dilakukan
43 kali pengujian RBT, jumlah sampel 4.926 sampel, hasil pengujian negatif RBT
sejumlah 4.832 sampel (98,01%) positif RBT sejumlah 94 sampel (1,90%)
Berdasarkan data Laboratorium Pasif dan Hasil Surveilans BBVet Maros
Tahun 2022 di Sulawesi Barat diperoleh hasil pemeriksaan positif HPHK Rabies
pada anjing di Kabupaten Majene.
Kata Kunci : Pemantauan Daerah Sebar HPHK SKP Kelas II Mamuju Tahun 2022.
vi
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Badan Karantina Pertanian melalui Unit Pelaksana Teknis di seluruh
Indonesia berperan aktif dalam upaya mencegah masuk, tersebar dan keluarnya
hama penyakit hewan karantina (HPHK). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2019 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan Pasal 27 ayat 3 bahwa
untuk mengetahui potensi daerah sebaran dilakukan kegiatan pemantauan dan/atau
surveilans. Bahwa untuk memperoleh informasi mengenai status Hama Penyakit
Hewan Karantina (HPHK) disuatu negara, area atau tempat, berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 82 tahun 2000 Tentang Karantina Hewan Pasal 76 ayat (1) dan
Pasal 11 ayat (2) dilakukan kegiatan pengamatan baik secara langsung di tempat
pemasukan, transit, pengeluaran, instalasi karantina dan alat angkut, maupun tidak
langsung di tempat lainnya dengan melibatkan atau memperoleh informasi dari pihak
yang berwenang.
1
MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dilakukannya pemantauan pada tahun 2022 adalah sebagai berikut :
1. Memperoleh informasi status dan situasi HPHK di daerah sebar HPHK;
2. Memperoleh data ada/ tidaknya HPHK;
3. Memperoleh data tingkat kekebalan media pembawa HPHK terhadap
HPHKtertentu;
4. Menyusun basis data dan situasi HPHK di Indonesia pada umumnya dan di
daerahsebar/tujuan pada khususnya; dan
5. Menyusun peta HPHK.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
penting secara ekonomi (CIVAS, 2010). Pada ternak kerugian terbesar dapat
berupa kluron atau keguguran, anak hewan yang dilahirkan lemah kemudian
mati, terjadi gangguan alat-alat reproduksi yang mengakibatkan kemajiran yang
temporer atau permanen, bersifat zoonosis dan dapat menghambat
perdagangan (Alton, 1980; Tranter and Campbell, 1983; Crawford etal., 1990;
Esuruoso,1980; Siregar, 2000; Putra, 2001; dalam Putra, 2005). Kerugian pada
sapi perah berupa turunnya produksi air susu yang menyebabkan kerugian bagi
peternak (CIVAS, 2010).
Dampak kerugian yang disebabkan oleh penyakit brucellosis bagi
lingkungan adalah pengelolaan limbah yang belum memadai menyebabkan
lingkungan tercemar sebagai faktor resiko penyebaran penyakit. Harus disadari
bahwa hewan tertular brucellosis memiliki kemampuan untuk menulari ternak
lainnya dalam periode waktu yang cukup lama, yaitu sejak awal stadium
kebuntingan sampai pasca parturisi. Kemampuan tertinggi penularan dari hewan
tertular brucellosis adalah menjelang/saat terjadinya abortus dan sekitar satu
bulan pasca parturisi. Dalam kaitannya dengan pencemaran kandang dan
lingkungan, kuman B. abortus mampu bertahan hidup di luar tubuh hospes
sekitar 6 bulan (Crawford et al., 1990 dalam Putra, 2005). Pencegahan penyakit
brucellosis meliputi karantina bagi hewan import, pengawasan lalu lintas hewan,
pengawasan atas impor dan ekspor hewan, pengolahan hewan, pemeriksaan
dan pengujian penyakit, tindakan higiene danbiosecurity (Putra, 2005).
Strategi pengendalian diperlukan untuk mencegah dan membebaskan
wilayah dari penyakit Brucellosis, strategi pengendalian Brucellosis sesuai
dengan aturan international seperti OIE, WHO, FAO, SPS-WTO, CITES adalah
depopulasi hewan terinfeksi, test and Slaughter, kontrol karantina dan
persebaran/transportasi ternak (Lee et al. 2009), wilayah daerah terinfeksi
(zooning) dilakukan pada daerah tertentu di wilayah endemis, surveillance, untuk
mengidentifikasi kelompok ternak yang belum diketahui statusnya dan dilakukan
secara berkala, perlakuan terhadap
4
produk hewan dan produk sampingan hewan seperti fetus, membran fetus dan
cairan fetus yang terkontaminasi harus didesinfeksi, desinfeksi pada peralatan
dan kendaraan pengangkut, kontrol satwa liar seperti tikus, rusa atau hewan lain
yang merumput dengan hewan terinfeksi, peningkatan kesadaran masyarakat
secarasistematis untuk mencegah kerugian yang lebih besar di masa mendatang
(Whitedrug, 2011).
Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan flora dan
fauna serta keanekaragaman hayati maupun hewani. Selain kaya akan plasma
nutfah, di Indonesia terdapat penyakit-penyakit asal hewan yang sampai saat ini
masih menjadi ancaman bagi negara Indonesia. Indonesia merupakan daerah
territorial dengan struktur geografis kepulauan yang menyebabkan barrier tak
terlihat yang dapat menyebarkan penyakit, mengingat meningkatnya arus lalu
lintas komoditi di Indonesia.
Pengamatan penyakit menggambarkan status suatu negara, area, atau
kompartement yang diperoleh melalui kegiatan pengamatan. Pengamatan adalah
mengamati situasi hama penyakit hewan karantina pada suatu negara, area,
atau tempat. Kegiatan pengamatan melalui pemetaan penyakit. Pentingnya
pemetaan penyakit tersebut sebagai tindak lanjut pelaksanaan tindakan
karantina hewan di UPTKP. Hasil kegiatan pemantauan dilakukan analisis risiko
untuk menyusun kebijakan karantina hewan dan pembatasan lalu lintas media
pembawa HPHK. Badan Karantina Pertanian melalui Surat Keputusan Kepala
Badan Karantina telah menetapkan petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaaan
untuk komoditi dari daerah bebas ke bebas, tertular ke bebas, bebas ke tertular
dan lainnya, sehingga lalu lintaskomoditi dapat tetap berjalan.
5
BAB III
MATERI DAN METODE
6
dilanjutkan dengan pengujian Complement Fixation Test (CFT) di BBVet Maros
yang merupakan gold standart pengujian Brucellosis. Sampel yang diambil oleh
BBVet Maros dilakukan pengujian laboratorium di Laboratoirum BBVet Maros
dengan metode Rose Bengal Test (RBT), apabila dari hasil uji laboratorium
dengan metode RBT menunjukkan hasil positif maka dilanjutkan dengan
pengujian Complement Fixation Test (CFT).
Tabel 1. Data Populasi Sapi di Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2021 dari
Badan Pusat Statistik (Kabupaten Polewali Mandar dalam Angka 2021)
Jumlah Sapi
No Kecamatan
(ekor)
1. Allu 2555
2. Anreapi 1129
3. Balanipa 852
4. Binuang 692
5. Bulo 903
6. Campalagian 4370
7. Limboro 1197
8. Luyo 3567
9. Mapilli 5659
10. Matakali 1582
11. Matangnga 1147
12. Polewali 1076
13. Tapango 1370
`14. Tinambung 1710
15. Tubbi Taramanu 4484
16. Wonomulyo 3111
Jumlah 35404
METODE DISKUSI
8
BAB IV
PEMBAHASAN
Berau,
Kotabaru,
Polewali 1587 55 Samarind
2. 8 1642
Mandar (96,66%) (3,34%) a,
Balikpapa
n
Samarind
1326 0 a,
3. Mamuju 3 1326
(100%) (0%) Balikpapa
n
4832 94
Jumlah 43 4926
(98,01%) (1,9%)
9
DATA STATUS DAN SITUASI HPHK
Tabel 2. Matriks Basis data informasi status dan situasi HPHK Provinsi Sulawesi
Barat Tahun 2021
Informasi Status dan Situasi HPHK
Keterangan Sumber
Lokasi Data Informasi
Jenis Jenis
No Data Uji Lab Pasif Data Hasil Surveilans
HPHK Hewan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
10
Status dan situasi HPHK di suatu daerah dapat berperan dalam tindakan
pencegahan masuk, tersebar dan keluarnya HPHK. Hal ini dapat digunakan untuk
melakukan analisa resiko terhadap pemasukan hewan maupun produk hewan.
Hasil dari analisa resiko tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu langkah dalam
tindakan karantina terhadap pemasukan dan pengeluaran hewan maupun
produknya
11
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil kegiatan pemantauan pada tahun 2022
dibatalkan pelaksanaannya :
1. Data temuan HPHK hasil pelaksanaan tindakan karantina hewan/data
intersepsi laboratorium brucellosis pada sapi sampai dengan bulan Juni
terdapat pengeluaran sapi dengan frekuensi 43 kali dengan volume sebanyak
4926 ekor. Sampel yang diambil sebanyak 4926 sampel, ditemukan sampel
positif RBT sebanyak 94 sampel;
2. Data Intersepsi Laboratorium SKP Kelas II Mamuju Tahun 2022 dilakukan
43 kali pengujian RBT, jumlah sampel 4926 sampel, hasil pengujian
negatif RBT sejumlah 4832 sampel (97,39%) positif RBT sejumlah 94
sampel (2,61%)
3. Berdasarkan data Laboratorium Pasif dan Hasil Surveilans BBVet Maros
Tahun 2021 di Sulawesi Barat diperoleh hasil pemeriksaan positif HPHK
Brucellosis pada sapi, Avian Influenza pada ayam.
4. Kegiatan pengambilan sampel yang berkaitan dengan Hewan Rentan
PMK untuk pemantauan dibatalkan pelaksanaannya.
SARAN
12
DAFTAR PUSTAKA
Acha, N., Boris, Szyfres. 2003. Zoonoses and Communicable Disease Common
to Man and Animals. 3rd Edition. Vol 1, Bacterioses and Mycoses. USA:
Pan American Health Organization.
babi-ira-khairani/.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Polewali Mandar. 2021. Polewali Mandar dalam
Angka 2021. Polewali Mandar. BPS Kabupaten Polewali mandar.
Centre for Indonesian veterinary Analytical Studies [CIVAS]. 2010.
Bruc
ellosis.http://www.civas.net/content/pendahuluan-penyakit-brucellosis.
Dinas Peternakan Propinsi Jawa Barat [Disnak Jabar]. 2011.
Brucellosis.
http://www.disnak.jabarprov.go.id/index.php?mod=manageMenu&idMenuK
iri=55 4&idMenu=583
Humpry, RW. Cameron, A. Gunn, GJ. 2004. A practical approach to calculate
sample size for herd prevalence surveys. Preventive Veterinary Medicine
65 (2004) 173–188.
Lee, BY., IM Hinggins., OK Moon., TA Clegg., G McGrath., DM Collins., JY Park.,
HC Yoon., SJ Lee., SJ Moore. 2009. Surveillance and Control of Bovine
Brucellosis in The Republic of Korea During 2000-2006. Preventif Medicine
90 (2009) 66-79.of Strain 19 Administrated by the Conjuctival Route III
Serological Response and Immunity in Pregnant Cow. Annu. Res Vet 7:9-
23.
Putra, A. A.G. 2005. Analisa Faktor Risiko Berjangkitnya Brucellosis di Breeding
Farm di Jawa Tengah dan Upaya Pemberantasannya. Denpasar: Balai
Penyidikan dan Pengujian Veteriner, Regional VI, 1-14.
Sinaga, S. 2010. Penyebab Abortion pada Babi.
http://blogs.unpad.ac.id/saulandsinaga/2010/03/25/penyebab-abortion-
pada-
Whitedrug. 2010. Strategi Global dalam Pengendalian Brucellosis.
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/epidemiology-publichealth/
1981795- strategi-global-dalam-pengendalian-brucellosis/.
13