SURVEILANS
CONGENITAL RUBELLA SYNDROME
(CRS)
Pembina
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Pengarah
dr. Prima Yosephine, MKM, Plt. Direktur Pengelolaan Imunisasi
Kontributor:
dr. Endang Budi Hastuti; Tim Kerja Imunisasi WUS, Surveilans
PD3I dan KIPI
dr. Fristika Mildya, MKKK; Tim Kerja Imunisasi WUS, Surveilans
PD3I dan KIPI
dr. Solihah Widyastuti, M.Epid; Tim Kerja Imunisasi WUS,
Surveilans PD3I dan KIPI
Prof. Dr. dr. Elisabeth Siti Herini, Sp.A(K); Komite Ahli Nasional
Surveilans Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
Prof. Dr.dr. Hindra Irawan Satari, Sp.A(K),M.Trop,Paed.; Komite
Ahli Nasional Surveilans Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan
Imunisasi (PD3I)
Prof. Dr. dr. Ismoedijanto, Sp.A(K); Komite Ahli Nasional
Surveilans Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
Prof. Dr. dr. Rita S. Sitorus, Sp.M; Komite Ahli Nasional Surveilans
Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
Dr. dr. Hariadi Wibisono, MPH; Komite Ahli Nasional Surveilans
Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
Dr. dr. Nyilo Purnami, Sp.T.H.T.B.K.L(K); Komite Ahli Nasional
Surveilans Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
Dr. dr. Tri Yunis Miko, M.Sc; Komite Ahli Nasional Surveilans
Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
Dr. dr. Syarif Rohimi, Sp.A(K); Komite Ahli Nasional Surveilans
Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
Dr. dr. Mulya Rahma Karyanti, Sp.A(K); Komite Ahli Nasional
Surveilans Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
dr. Sholah Imari, M.Sc; Komite Ahli Nasional Surveilans Penyakit
Editor:
Prof. Dr. dr. Elisabeth Siti Herini, Sp.A(K); Komite Ahli Nasional
Surveilans Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
dr. Cornelia Kelyombar; Tim Kerja Imunisasi WUS, Surveilans
PD3I dan KIPI
Indonesia telah
berkomitmen untuk
mencapai eliminasi
campak-rubela/Congenital
Rubella Syndrome (CSR).
Hal ini sejalan dengan
target global maupun
regional yang didahului
dengan pemutusan
transmisi virus campak-rubela indigenous pada tahun 2023.
Surveilans CRS diperlukan untuk mengetahui epidemiologi dan
beban CRS di masyarakat. Data surveilans CRS juga dapat
digunakan sebagai alat advokasi untuk mendapatkan dukungan
yang kuat dari pemerintah dalam program pengendalian rubela
di Indonesia. Untuk membangun sistem surveilans CRS, Indonesia
telah mengembangkan surveilans CRS secara sentinel yang telah
berlangsung sejak tahun 2014.
Pelaksanaan surveilans CRS di rumah sakit (RS) sentinel
melibatkan beberapa RS baik milik Pemerintah maupun daerah
yang memenuhi kriteria yang ditentukan. Secara bertahap lokasi
sentinel akan diperluas sehingga akan diperoleh data yang lebih
representatif dan komprehensif.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan terbaru
serta perluasaan RS pelaksana surveilans sentinel CRS, maka
dilakukan revisi dari buku pedoman sebelumnya untuk memberikan
petunjuk dan menjadi referensi dalam pelaksanaan surveilans
CRS agar dapat berjalan secara lebih terpadu di semua unit
pendukungnya.
Daftar Tabel
Tabel 1. Manifestasi Klinis CRS ..................................... 12
Tabel 2. Jenis pemeriksaan untuk penetapan diagnosis
suspek CRS...................................................... 12
Tabel 3. Clinical Pathway untuk Penegakan Diagnosis
Kasus CRS ....................................................... 18
Tabel 4. Indikator Pelaksanaan Surveilans CRS............ 44
Tabel 5. Laboratorium Nasional dan Wilayah Pelayanan
Pemeriksaan Spesimen CRS ........................... 52
Tabel 6. Kebutuhan Logistik Pemeriksaan Laboratorium
Spesimen CRS ................................................. 56
Daftar Gambar
Gambar 1. Ekskresi virus rubela pada bayi dan anak
dengan CRS ..................................................... 2
Gambar 2. Tren kasus Campak dan Rubela dari tahun
2011-2021......................................................... 5
Gambar 3. Respon imun infeksi rubela terhadap ibu dan
bayi (Chantler et al. 1982) ................................ 16
Gambar 4. Diagram Alur Penentuan Kasus CRS pada Bayi
Usia < 6 Bulan .................................................. 16
Gambar 5. Diagram Alur Penentuan Kasus CRS pada Bayi
Usia 6 - <12 bulan ............................................ 17
Gambar 6. Diagram Alur Pelaksanaan Surveilans CRS di
RS..................................................................... 22
Gambar 7. Diagram Alur Pelaporan Surveilans CRS ......... 24
Gambar 8. Alur Pengambilan Spesimen Suspek CRS < 6
bulan ................................................................. 28
Gambar 9. Alur Pengambilan Spesimen Suspek CRS 6 -
<12 bulan .......................................................... 29
Gambar 10. Pengepakan tabung serum dimana satu tabung
serum dimasukkan ke dalam satu plastik ziplock
yang sudah berisi absorban. ............................ 49
Gambar 1. Ekskresi virus rubela pada bayi dan anak dengan CRS
1.3. Sasaran
Sasaran pengguna pedoman ini adalah para pengambil
kebijakan, pengelola program dan petugas kesehatan
lainnya di RS sentinel, dinas kesehatan provinsi/kabupaten/
kota dan puskesmas.
Catatan:
*Penyakit jantung bawaan yang termasuk ke dalam kriteria suspek
CRS adalah minimal salah satu dari:
1. Patent Ductus Arteriosus (PDA),
Khusus PDA pada bayi prematur jika PDA tidak menutup
spontan sampai bayi berusia 2 bulan, maka dikategorikan
suspek CRS.
2. Pulmonary Stenosis (PS)
3. Atrial Septal Defect (ASD)
4. Ventricular Septal Defect (VSD)
CRS-PP-KK-RS-TT-NNN
Contoh:
1. Kasus CRS pertama ditemukan pada tahun 2023 di RS
Adam Malik Medan. Maka nomor EPID-nya adalah:
CRS127565523001
2. Kasus CRS ke dua ditemukan pada tahun 2023 di RSUP
Dr. Hasan Sadikin Bandung. Maka nomor EPID-nya
adalah: CRS327301523002
4.1. Pemantauan
Pemantauan terhadap pelaksanaan surveilans CRS harus
dilakukan untuk menjaga kualitas pelaksanaan surveilans
CRS. Tujuan utama pemantauan surveilans CRS adalah
untuk melihat apakah sistem yang ada berjalan sesuai
dengan yang diharapkan. Pemantauan ini harus diikuti
dengan upaya mengidentifikasikan dan memecahkan
masalah yang dihadapi bila pelaksanaan surveilans CRS
tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Kapan dan bagaimana pemantauan harus dilakukan?
Pemantauan harus dilakukan secara rutin sehingga dapat
mengidentifikasi masalah yang menghambat pelaksanaan
surveilans CRS sedini mungkin. Pemantauan dilakukan
terhadap:
- Jejaring tim surveilans CRS RS dan dinas kesehatan
provinsi
- Penemuan kasus di semua RS sentinel.
- Pencatatan dan pelaporan kasus sampai dengan
klasifikasi final.
- Adekuasi spesimen dan penyebab spesimen tidak
adekuat.
Berdasarkan identifikasi masalah dilakukan upaya perbaikan
agar kinerja surveilans CRS dapat ditingkatkan.
4.2. Evaluasi
Evaluasi terhadap surveilans CRS dilakukan secara berkala
untuk melihat keberhasilan surveilans CRS dalam mencapai
tujuannya. Indikator yang digunakan adalah indikator kinerja
surveilans dan sejauh mana surveilans CRS dapat mencapai
tujuan yang telah ditentukan.
Evaluasi di rumah sakit sentinel dapat dilakukan dengan:
Plastik
Label
Tissue / Kertas
XXX123
(Absorban)
Sample
Specimen
Carrier Ice Packs
Contoh: B/20/001/CRS/1
IDENTITAS PELAPOR
Nama Rumah Sakit : ................................................................................................
Alamat Rumah Sakit : ................................................................................................
: Kab/Kota .................................................. Provinsi...................
Tanggal Laporan Diterima : ......................................................................
Tanggal Investigasi : ......................................................................
IDENTITAS KASUS
Nomor EPID : ......................................................................
(isikan setelah berhasil input di web based PD3I)
Tanggal: ____/____/____
Mengetahui,
Investigator Ketua Tim CRS
__________________________________ ________________________________
Nama : ........................................................... Nama :
Nomor HP : .......................................................... Nomor HP :
Lampiran 2. Formulir Pemantauan dan Evaluasi
Surveilans Congenital Rubella Syndrome
(Form. CRS2)
Provinsi: ..................................................................................................................................
RS: ..............................................................................................................................................
Nama Supervisor: ................................................................................................................
Waktu Supervisi: ..................................................................................................................
D. Sarana Penunjang:
1. Formulir Investigasi Surveilans CRS.................................(Ada/Tdk Ada)
2. Formulir Retrospektif Surveilans.......................................(Ada/Tdk Ada)
3. Clinical Pathway pasien CRS................................................(Ada/Tdk Ada)
o ..............................................................................................................................
o ..............................................................................................................................
o ..............................................................................................................................
o ..............................................................................................................................
o ...................................................................................................................... II.2