Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KOASISTENSI

LABORATORIUM EPIDEMIOLOGI
BALAI VETERINER SUBANG
(Manajemen Pengelolaan Sampel)
Disusun untuk memenuhi tugas stase Kesehatan Maysarakat Veteriner dan
Epidemiologi Veteriner

Dosen Pengampu : Okta Wismandanu, drh., M.Epid


Pembimbing : drh. Yulianti, M.Sc

Dahlia Yulianti S.KH


130212200013

PROGRAM PROFESI DOKTER HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................2
1.3 Manfaat......................................................................................................2
BAB II MATERI....................................................................................................3
BAB III PEMBAHASAN.....................................................................................5
3.1 Fungsi Laboratorium Epidemiologi..........................................................5
3.2 Alur Pengujian Sampel..............................................................................7
3.3 Prosedur Pelayanan Penanganan Barang yang Diuji..............................10
3.4 Ketentuan Sampel...................................................................................11
3.5 Standar Penerimaan Sampel....................................................................13
3.6 Pemusnahan Sampel dan Arsip Contoh Uji............................................20
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN............................................................21
4.1 Kesimpulan..............................................................................................21
4.2 Saran........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

 Epidemiologi veteriner memiliki arti yaitu ilmu yang mempelajadi


mengenai distribusi dari penyebaran penyakit pada hewan, frekuensi dari suatu
kejadian masalah kesehatan hewan, dan factor-faktor penyebab atau yang
mempengaruhi masalah kesehatan hewan di sebuah kelompok (Hidayani, 2020).
Tujuan dari epidemiologi yaitu sebagai penyidikan terhadap kejadian penyakit
pada suatu kelompok dan factor yang mempengaruhinya. Epidemiologi memiliki
kaitan dengan pengumpulan, pengaturan, analisis data yang memuat mengenai
pencegahan, pengendalian dan pemberantasan dari suatu penyakit (Sumiarto dan
Budiharta, 2021).
Tujuan epidemiologi dapat dicapai dengan melakukan surveilans
epidemiologi dan penelitian epidemiologi. Surveilans epidemiologi meliputi
pengumpulan data secara sistematis dan kontinu; pengolahan, analisis dan
interpretasi data sehingga menghasilkan informasi; penyebarluasan informasi
tersebut kepada instansi yang berkepentingan; penggunaan informasi tersebut
untuk pemantauan, penilaian dan perencanaan program kesehatan (Harlan, 2008).
Balai Veteriner Subang melaksanakan tujuan epidemiologi dalam
menghadapi ancaman-ancaman dari penyakit hewan menular strategis (PHMS)
khususnya penyakit Rabies, Anthraks, Brucellosis, Avian Influenza dan Hog
Cholera (RABAH). Setiap tahunnya terjadi peningkatan dan perkembangan
terhadap epidemiologi dan kesehatan masyarakat veteriner (Kesmavet),
pengetahuan mengenai penyakit hewan, kesejahteraan hewan dan keamanan
pangan sehingga diperlukan adanya penentuan mengenai pencegahan,
pengendalian dan pemberantasan mengenai penyakit hewan menular strategis
(PHMS) tersebut.

1
1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui dan mempelajari mengenai alur manajemen penerimaan


sampel sampai diagnosa di Balai Veteriner Subang.
2. Untuk mengetahui dan mempelajari tugas dan fungsi laboratorium
epidemiologi di Balai Veteriner Subang

1.3 Manfaat

1. Dapat mengetahui dan mempelajari alur manajemen penerimaan sampel


sampai diagnosa di Balai Veteriner Subang.
2. Dapat mengetahui dan mempelajari tugas dan fungsi laboratorium
epidemiologi di Balai Veteriner Subang

2
BAB II
MATERI

Berikut adalah fasilitas yang dimiliki oleh laboratorium epidemiologi di


Balai Veteriner Subang :
1. Pendingin yang digunakan untuk penyimpanan sampel dan pendingin untuk
penyimpanan sampel sementara.

Gambar 2.1 Pendingin tempat penyimpanan sampel


(Laboratorium Epidemiologi Balai Veteriner Subang, 2021)

2. Biological Safety Cabinet untuk memeriksa sampel sementara (berada di ruang


pemeriksaan sampel sebelum diterima).

Gambar 2.2 Biological Safety Cabinet


(Laboratorium Epidemiologi Balai Veteriner Subang, 2021)

3. Ruang tunggu dan toilet tamu


4. Rak Folder

3
5. Buku Catatan
6. Aplikasi QGIS 3.163 Hannover
7. Aplikasi Sistem Informasi Veteriner Laboratorium
8. Folder/Map
9. Printer
10. Komputer
11. Alat tulis
12. Dan sebagainya.
13.

4
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Fungsi Laboratorium Epidemiologi

Balai Veteriner Subang merupakan salah satu unit pelaksana teknis (UPT
di lingkup Kementrian Pertanian yang bertanggung jawab kepada Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dalam rangka meningkatkan
pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan menular strategis dan zoonosis.
Wilayah kerja Balai Veteriner Subang meliputi Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat
dan Banten dalam melaksanakan tugas pengamatan dan pengidentifikasian
diagnose serta pengujian veteriner dan produk hewan. Sampel uji dapat berupa
sampel pasif yang berasal dari pengguna jasa dan sampel aktif dapat berupa
sampel yang didapatkan secara langsung oleh petugas dari Balai Veteriner
Subang.
Sistem aplikasi laboratorium yang digunakan oleh Balai Veteriner Subang
adalah information veterinary laboratorium (IVL) berbasis local area networking
(LAN) dan menggunakan Integrasi Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional
(iSIKHNAS). Setiap data dari sampel yang akan diuji di laboratorium dan hasil
uji dari laboratorium akan diinput ke dalam sistem tersebut untuk mempermudah
arsip dan pelaporan dari suatu kasus. Adapun fungsi laboratorium epidemiologi
yang dilaksanakan di Balai Veteriner Subang yaitu :
1. Menerima, mendistribusikan, mengarsipkan, dan memusnahkan sampel
2. Membuat sertifikat hasil uji
3. Mengolah data dan analisis epidemiologi
4. Membuat desain surveillance

5
5. Memelihara website

Gambar 3.1 Tampilan website resmi Balai Veteriner Subang


https://bvetsubang.ditjennak.pertanian.go.id
(Laboratorium Epidemiologi Balai Veteriner Subang, 2021)

6. Membuat peta regional 25 PHMS utamanya rabies, antraks, brucellosis, AI,


dan hog cholera (RABAH)

Gambar 3.2 Peta kejadian koksidiosis tahun 2020


(Laboratorium Epidemiologi Balai Veteriner Subang, 2021)

6
7. Membuat bulletin dan leaflet

Gambar 3.3 Buletin yang dibuat oleh Balai Veteriner Subang


(Laboratorium Epidemiologi Balai Veteriner Subang, 2021)

8. Menganalisis data faktor penyebab penyakit


9. Melakukan analisis ekonomi veteriner

3.2 Alur Pengujian Sampel

Keterangan :
PJPPS : Penanggungjawab Penerima dan Pendistribusian Sampel
→ : Surat masuk/ Sampel
→ : Hasil Uji Lab
→ : Sertifikat

Gambar 3.4 Alur Pengujian Sampel di Balai Veteriner Subang


(Laboratorium Epidemiologi, Balai Veteriner Subang, 2021)

7
Sistem manajemen mutu yang diterapkan oleh Balai Veteriner Subang
adalah ISO 17025 tahun 2017 yang terintegrasi dengan SNI ISO 9001 tahun 2015
yang sudah tersertifikasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN). Pelanggan
yang datang membawa sampel serta surat pengantar dari pihak yang bersangkutan
akan menemui PJPPS. Apabila sampel telah memenuhi standar, sampel yang
masuk kemudian didata dalam buku penerimaan sampel, lalu dibuat formulir 1
kemudian bagian epidemiologi akan berkoordinasi dengan manajer administrasi
untuk mendapatkan nomor epidemiologi setelah dilakukan pembayaran melalui
transfer bank.

Gambar 3.5 Formulir 1


(Laboratorium Epidemiologi Balai Veteriner Subang, 2021)

Selanjutnya formulir 2 dan formulir 3 dicetak untuk dilanjutkan ke


manajer teknis. Kemudian sampel diberi label dan diproses. Terlebih dahulu
sampel didata pada buku distribusi sampel lalu didistribusikan ke setiap
laboratorium sesuai dengan permintaan uji yang diinginkan.

8
Gambar 3.6 Formulir 2
(Laboratorium Epidemiologi Balai Veteriner Subang, 2021)

Gambar 3.7 Formulir 3


(Laboratorium Epidemiologi Balai Veteriner Subang, 2021)

Penerima sampel di laboratorim menandatangani buku distribusi sampel dan


formulir 3. Setelah pengujian di laboratorium selesai dilakukan, maka selanjutnya
hasil uji dapat dikirim ke bagian diagnosa. Petugas medis yang melakukan
diagnosa akan menuliskan hasil diagnosa berdasarkan hasil uji yang dikeluarkan
oleh laboratorium disertai saran bagi pelanggan. Selanjutnya dokumen diteruskan
kembali ke manajer teknis dan manajer puncak. Manajer administrasi kemudian

9
akan mengeluarkan sertifikat untuk disahkan oleh manajer puncak dan sertifikat
tersebut dikirimkan kepada pelanggan. Sertifikat dapat diambil secara langsung di
Balai Veteriner Subang atau dikirimkan ke alamat pelanggan melalui jasa
pengiriman. Dapat pula melalui faksimili dan naskah asli akan tetap dikirimkan
melalui jasa pengiriman atau cara lainnya atas kesepakatan kedua belah pihak.

Gambar 3.8 Formulir Diagnosa


(Laboratorium Epidemiologi Balai Veteriner Subang, 2021)

3.3 Prosedur Pelayanan Penanganan Barang yang Diuji

- Penerima contoh uji menerima fisik material beserta surat pengantar yang
dibawa aplikan kemudian dicatat dalam buku penerimaan sampel mengenai
data tanggal sampel masuk, pemberian nomor sampel/nomor epidemiologi,
data pengirim, jenis sampel, dan jenis pemeriksaan yang diinginkan.
- Penerima contoh uji mengecek fisik material apakah sesuai dengan pengawet
yang tertulis pada surat pengantar/botol spesimen dan apakah spesimen layak
atau sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh laboratorium.
- Penerima contoh uji menghitung jumlah spesimmen sesuai dengan jumlah
yang tertera pada surat pengantar
- Jika contoh uji tidak sesuai kriteria atau tidak memenuhi standar, maka petugas
penerima contoh uji mengonfirmasikan kepada manajer administrasi untuk

10
kemudia manajer administrasi dapat berkonsultasi dengan manajer teknis untuk
menerima atau menolak contoh uji tersebut. Apabila contoh uji ditolak, maka
manajer administrasi akan memberikan penjelasan langsung/tidak langsung
mengenai alasan penolakan kepada pengirim spesimen.
- Penerima contoh uji menerima setiap contoh uji yang tertulis dalam formulir 2.
- Penerima contoh uji membagi contoh uji untuk pengujian dan untuk arsip
contoh.
- Formulir 2 yang sudah ditandatangani penerima contoh dan manajer
administrasi, blangko formulir 3, dan material contoh uji diserahkan ke KMPT.
- Formulir 3 yang telah ditandatangani KMPT dan contoh uji kemudian
didistribusikan ke teknis laboratorium terkait.
- Deputi manajer teknis menyerahkan formulir 3 yang telah diisi kepada penguji.
- Selanjutnya dilakukan proses pengujian terhadap contoh uji yang diserahkan.
- Semua contoh uji yang diterima dibagi dua, sebagian contoh uji digunakan
untuk pengujian dan sebagian lagi disimpan sebagai arsip contoh.
- Setiap arsip contoh yang masuk dicatat meliputi kode contoh, tanggal diterima
serta informasi mengenai contoh berupa pengirim serta alamat pengirim, jenis
contoh, pemeriksaan/pengujian yang diminta pada buku arsip contoh dan
memberi paraf oleh petugas arsip contoh.
- Petugas arsip contoh menyimpan arsip contoh pada tempat yang sesuai dengan
contoh uji.

3.4 Ketentuan Sampel

A. Peralatan
- Untuk pemeriksaan mikrobiologis, semua alat yang digunakan untuk
pengambilan dan penanganan setiap contoh harus steril dan bersih.
- Untuk pemeriksaan residu semua alat harus kering dan bersih.
- Untuk pemeriksaan organoleptik, semua alat tidak boleh memiliki rasa bau
yang dapat mempengaruhi contoh.

11
B. Tempat untuk contoh
- Contoh bentuk padat/ setengah padat, wadah/ tempat harus dapat
disterilkan. Besar alat tergantung jumlah contoh, wadah harus dapat
ditutup rapat dan disegel.
- Contoh bentuk cair, wadah harus bersih dan kering, terbuat dari bahan
tahan air dan dapat disterilkan. Wadah harus dapat ditutup rapat dan
disegel.

C. Tata Cara Pengambilan Contoh


- Contoh daging / karkas segar beku dapat berupa contoh permukaan (swab /
ulas, eksisi / tusuk, teknik bilas) dan jaringan (diiris pada jaringan yang
diperlukan dengan kedalaman 0,5 - 1 cm dari permukaan jaringan atau
mengambil seluruh jaringan). Contoh permukaan digunakan untuk
pengujian mikrobiologis, sedangkan contoh jaringan digunakan pengujian
residu dan mikrobiologis.
- Setiap lot contoh yang diberlakukan untuk kesesuaian harus diambil secara
terpisah.
- Jika memungkinkan contoh diambil dari kemasan yang belum terbuka dan
diambil secara utuh.
- Jika contoh dalam kemasan yang besar dalam unit contoh harus diambil
dengan alat steril secara aseptik, dengan cara: Mencuci / mengusap
permukaan luar kemasan yang akan dibuka dengan alkohol 70%.
Kemasan dibuka dengan gunting / pisaulalat pembuka steril. Contoh
dalam kemasan besar, unit contoh diambil dari beberapa tempat. Contoh
berbentuk cair harus dikocok terlebih dahulu.

D. Pemberian Label
- Pengkodean dilakukan pada saat pengambilan sampel dengan spidol
permanen dan dibungkus 2 lapis plastic. Jenis plastic 5 kg tahan panas
yang telah di autoclave.

12
E. Syarat Pengambilan Sampel
- Kondisi sampel diusahakan tetap sesuai dengan keadaan saat diambil. Jika
beku diusahakan tetap dalam keadaan beku (< 0oC), keadaan dingin
diusahakan tetap dalam keadaan dingin (2-8 0oC). Kondisi tersebut
dipertahankan selama pengambilan sampai tiba di lab penguji.

Tabel 3.1 Ketentuan jumlah sampel untuk diuji (Laboratorium Epidemiologi,


Balai Veteriner Subang, 2021)

Jenis Sampel Jumlah


Telur 10 butir/Sampel
Telur Asin 10 butir/Sampel
Telur Puyuh 10 butir/Sampel
Telur Ayam Komersil 10 butir/Sampel
Daging Sapi Lokal/ex import 500g/Sampel
Daging sapi 500g/Sampel
Daging dada ayam 500g/Sampel
Daging Ayam 500g/Sampel
Kulit leher s/d Kepala ayam utuh 500g/Sampel
Susu sapi segar 500ml/Sampel
Susu 500gml/Sampel
Baso, sosis, Nugget Dendeng, Abon 500g/Sampel
Susu pasteurisasi 500ml/Sampel
Hati sapi ex import 500g/Sampel
Daging Paha Ayam 500g/Sampel
Produk Olahan 500g/Sampel
Serum Darah (Hewan besar, Kecil, ≥ 1 cc/ekor
Unggas)
Organ Hewan Minimal 40g
Swab Sesuai kebutuhan, dalam VTM

3.5 Standar Penerimaan Sampel

A. Pengujian pada Bagian Virologi

13
Pengujian pada laboratorium virologi mencakup Fluorescent Antibody
Technique (FAT), Seller’s, dan uji biologis untuk rabies pada hewan anjing.
Pengujian haemaglutinasi (HA), haemaglutinasi inhibisi (HI), dan isolasi virus
untuk avian influenza dan new castle disease pada hewan ungas. Enzyme-linked
immunosorbent assay (ELISA) untuk rabies pada anjing, serta hog cholera,
Porcine Reproductive and Respiratory Syndrome (PRRS), dan H1N1 pada hewan
babi. ELISA untuk infectious bovine rhinotracheitis (IBR), bovine viral diarrhea
virus (BVDV), enzootic bovine leucosis (EBL), dan penyakit mulut dan kuku
(PMK) pada hewan sapi, serta infectious bronchitis (IB) dan infectious bursal
diseasei (IBD) pada hewan unggas.

a. Pemeriksaan FAT, Seller’s, dan uji biologis


- Sampel otak dikirim dalam keadaan dingin maksimal pada suhu 4ºC.
- Sampel uji yang digunakan untuk didiagnosa adalah otak dengan volume
sampel 40 g.
- Pengemasan otak dimasukkan ke dalam kotak tertutup yang berisi glyserin
10% dan dimasukkan dalam kotak tertutup rapat dan diberi identitas risiko
tinggi (bahaya biologis).

b. Pemeriksaan HA-HI dan ELISA


- Serum darah yang dikirim harus dalam kondisi dingin yang ditempatkan
dalam kotak tertutup dan disarankan menggunakan cooler box dengan suhu
maksimal 4ºC.
- Jumlah serum sesuai dengan ukuran hewan yaitu ≥1 cc/ekor.

c. Pemeriksaan isolasi virus


- Sampel swab dimasukkan dalam tabung viral transport media (VTM).
- Sampel organ beratnya minimal 40 g.
- Sampel dikirim dalam kondisi dingin menggunakan cooler box dengan suhu
4 ºC.

14
d. Kondisi sampel saat diterima
- Untuk serum darah berwarna kuning sampai kuning kemerahan, tidak lisis,
dan kondisi segar.
- Untuk swab sesuai warna di dalam VTM.
- Untuk organ dan otak dalam kondisi segar dan tidak mengalami
pembusukan.

B. Pengujian pada Bagian Serologi


Pengujian di laboratorium serologi meliputi rose bengal test (RBT),
complement fixation test (CFT), aglutinai pullorum dan mycoplasma, serta ELISA
untuk paratubercullosis, antraks, septicaemia epizootica (SE), dan tubercullosis.
Serum darah dikirim dalam kondisi dingin yang ditempatkan dalam kotak tertutup
menggunakan cooler box dengan suhu 4-8ºC. Volume serum yang dibutuhkan
adalah ≥1 ml.

C. Pengujian pada Bagian Bakteriologi


Pengujian di laboratorium bakteriologi meliputi pengujian isolasi bakteri
(Salmonella sp., Mycoplasma sp., Campylobacter sp., Brucella sp., antraks, dan
P. multocida) dan pengujian pewarnaan.

a. Pengujian isolasi bakteri


1. Pengujian Salmonella
Jenis sampel feses disimpan dalam pot/botol/plastik. Setiap sampel
diberikan kode sampel, 1 sampel untuk 1 hewan. Volume sampel dengan berat
minimal 5 g/sampel. Pada saat pengiriman disimpan/dikemas dalam suhu
dingin
2. Pengujian Mycoplasma
Sampel berupa organ pernapasan yang ditempatkan pada plastik/wadah
steril dengan volume 100 g. Pada saat pengiriman dalam suhu beku. Swab
hidung dimasukkan dalam bacterial transport media dan pengiriman dengan

15
suhu 4-8ºC. Swab hidung dimasukkan dalam broth media (tryptic soy broth,
heart infusion broth, MEM)/PBS/NaCl fisiologis/cotton bud steril kering.
3. Pengujian Campylobacter
Preputium wash dimasukkan dalam PBS dan pada saat pengiriman pada
suhu beku atau dalam NaCl fisiologis.

4. Pengujian Brucella
Swab vagina dimasukkan dalam bacterial transport media dan pada
saat pengiriman dalam suhu beku. Swab vagina dimasukkan dalam broth media
(tryptic soy broth, heart infusion broth, MEM)/PBS/NaCl fisiologis/cotton bud
steril kering. Plasenta atau uterus ditempatkan pada plastik atau wadah steril
dengan volume yang dibutuhkan adalah 100 g dan pada saat pengiriman dalam
kondisi beku.
5. Pengujian antraks
Tanah ditempatkan pada plastik atau wadah steril dengan volume 100
gram dan dikirim pada suhu ruangan atau dingin. Organ ditempatkan pada
plastik atau wadah steril dengan volume 100 gram dan dikirim dalam kondisi
beku. Darah dapat menggunakan antikoagulan heparin atau tanpa antikoagulan
dan dimasukkan dalam tabung dan dikirim dalam suhu 2-8ºC
6. Pengujian P. multocida
Organ pernapasan (trakea dan paru-paru) ditempatkan pada plastik atau
wadah steril dengan volume 100 gram dan dikirim dalam kondisi beku. Swab
hidung dimasukkan dalam bacterial transport media dan pada saat pengiriman
dalam suhu beku. Swab hidung dimasukkan dalam broth media (tryptic soy
broth, heart infusion broth, MEM)/PBS/NaCl fisiologis/cotton bud steril
kering.

b. Kondisi sampel saat diterima


Untuk serum darah berwarna kuning sampai dengan kuning kemerahan,
tidak lisis, dan kondisi segar. Untuk swab sesuai warna seperti saat dimasukkan ke

16
wadah. Untuk organ dalam kondisi segar tidak mengalami pembusukan. Untuk
feses dalam keadaan segar dan dingin. Sedangkan untuk tanah dalam kondisi pada
suhu ruangan atau dingin

D. Pengujian pada Bagian Parasitologi


Pengujian parasitologi meliputi parasit darah dengan metode pewarnaan
giemsa, pengujian parasit cacing dengan metode natif, apung, sedimentasi, dan
whitlock, pengujian Toxoplasma dengan ELISA, pengujian Neospora dengan
ELISA, pengujian ektoparasit, pengujian hematokrit, dan pengujian Trichomonas.

a. Metode pewarnaan giemsa


Jenis sampel uji adalah ulas darah tipis atau darah dengan ethylene
diamine tetra-acetic acid (EDTA). Jumlah sampel untuk ulas darah, 1 sampel
untuk 1 hewan. Setiap sampel diberi kode dengan pensil. Pada saaat pengiriman
dimasukkan dalam kotak slide ulas darah dalam bentuk kering. Sampel darah
yang dibutuhkan 4 ml dalam EDTA dan dengan label 1 sampel untuk 1 hewan.
Pengiriman dalam suhu kamar atau tanpa pendingin dan sampai di laboratorium
tidak lebih dari 24 jam setelah pengambilan darah.

b. Pengujian parasit cacing


Jenis sampel feses disimpan dalam pot/botol/plastik. Setiap sampel diberi
kode sampel, 1 sampel untuk 1 hewan. Volume sampel dengan berat minimal 50
g/sampel. Pada saat pengiriman disimpan dalam suhu dingin.

c. Pengujian Toxoplasma dan Neospora


Jenis sampel adalah serum darah dengan volume yang diperlukan ≥1 cc/
ekor. Sampel diberi identitas 1 sampel untuk 1 hewan dan dikirimkan dalam
kondisi dingin.

d. Pengujian ektoparasit

17
Jenis sampel adalah caplak, lalat, dan siput. Sampel ditempatkan dalam
botol/pot/plastik dan diberi identitas sampel serta dikirimkan dalam kondisi kering
pada suhu ruangan.

e. Pengujian Trichomonas
Jenis sampel adalah preputium wash atau vaginal wash. Sampel
dimasukkan dalam botol kecil tertutup dan disimpan dalam suhu hangat 37ºC.
Pada saat diterima laboratorium tidak lebih dari 4 jam setelah pengambilan. Pada
saat pengambilan sampel perlu hati-hati karena risiko tinggi bersifat menular
secara kontak langsung. Maka dari itu harus menggunakan sarung tangan, dengan
menggunakan media NaCl fisiologis 1% untuk pembilasan pada bagian preputium
dan vagina ditampung dalam botol kecil dan ditutup rapat. Botol tersebut
dimasukkan dan disimpan di air hangat dengan suhu 37ºC.

f. Kondisi sampel saat diterima


Untuk serum darah berwarna kuning sampai dengan kuning kemerahan,
tidak lisis, dan kondisi segar. Untuk ulas darah, slide dalam keadaan kering,
tersimpan dalam kotak slide, dan sudah beridentitas. Untuk feses, dalam keadaan
segar dan dingin. Untuk ektoparasit dalam keadaan baik

E. Pengujian pada Bagian Patologi


Pengujian pada patologi mencakup pengujian patologi anatomi,
histopatologi (pewarnaan hematoksilin dan eosin (H&E), imunohistokimia (IHK),
dan khusus), hematologi (mineral darah, fungsi hati, energi, protein), serta
toksikologi.

a. Pengujian patologi anatomi


Jenis sampel adalah hewan hidup dalam keadaan utuh, dikirim dalam
kandang atau box. Jika kadaver, sampel harus dalam keadaan utuh tanpa pengawet
dan dibungkus serta pada saat diterima tidak lebih dari 4 jam setelah terjadi
kematian.

18
b. Pengujian histopatologi
Jenis sampel adalah organ yang dimasukkan dalam formalin dan dalam
keadaan terbungkus.

c. Pengujian hematologi
Jenis sampel adalah darah dengan antikoagulan dalam tabung. Volume
yang diperlukan 2-3 ml dalam kondisi dingin dan tersimpan dalam cool box.

d. Pengujian toksikologi
Jenis sampel adalah cairan dan isi rumen. Volume sampel adalah 5-10 cm 3
dalam keadaan terbungkus dan dingin.

F. Pengujian pada Bagian Bioteknologi


Sampel uji berupa swab kloaka atau trakea dimasukkan ke dalam tabung
VTM dan tertutup rapat. Darah dimasukkan dalam tabung EDTA dan tertutup
rapat. Organ dimasukkan dalam botol/plastik steril. Feses dimasukkan dalam
plastik yang tertutup rapat. Semen masih tersimpan dalam straw. Dikirim dalam
kondisi dingin, sedangkan untuk pengiriman straw dalam kondisi beku.
Kondisi sampel saat diterima adalah swab sesuai warna di dalam VTM,
darah dalam keadaan segar dan dingin, organ dalam kondisi segar dan tidak
mengalami pembusukan, dan feses dalam keadaan segar dan dingin.

G. Pengujian pada Bagian Kesmavet


Pengujian pada bagian kesmavet meliputi pengujian Salmonella sp., E.coli,
Staphylococcus sp, residu hormon TBA, residu antibiotika, residu pestisida
organochlor, aflatoksin M1, dan pemalsuan daging (uji spesies). Berikut adalah
tata cara pengambilan sampel:
- Setiap contoh harus berisi keterangan yaitu tempat pengambilan, tanggal dan
waktu pengambilan, nama dan alamat pemilik contoh, tujuan pemeriksaan,
metode pengambilan, alat yang digunakan, jenis dan jumlah contoh,

19
umur/masa kadaluarsa contoh serta pengiriman yang ditandatangani oleh
petugas.
- Setiap contoh harus tertutup dan dilengkapi dengan label yang berisi
nama/nomor pengambil contoh, nama dan alamat pemilik contoh, keterangan
batch atau lot, suhu saat pengambilan dan jenis uji yang akan dilakukan.
- Setiap contoh minimum diambil ganda (double/duplo), untuk kerusakan pada
contoh serta untuk analisa yang membutuhkan pengulangan.

3.6 Pemusnahan Sampel dan Arsip Contoh Uji

Semua contoh uji diterima setiap satu kali setahun akan dilakukan
pemusnahan arsip contoh. Berikut adalah prosedur pemusnahan arsip contoh uji :
- Sebelum dilakukan pemusnahan Petugas Arsip Contoh akan membuat daftar
arsip contoh yang ada selama satu tahun dan dilaporkan kepada Manajer
Administrasi.
- Manajer Administrasi akan melaporkan kepada Kepala Balai dan meminta
persetujuan arsip contoh yang akan dimusnahkan dan yang akan disimpan
sebagai Arsip Balai (Dibuatkan Berita Acara Penyerahan dan Pemusnahan
Arsip Contoh).
- Pemusnah Arsip Contoh yang tidak dibutuhkan lagi oleh Balai maka akan
dilakukan pemusnahan.
- Pemusnahan arsip contoh dilakukan dengan pembakaran dengan menggunakan
suhu dan tekanan yang tinggi di ruang pembakaran (incenerator).
- Penanganan Barang yang diuji  Setelah sampel diuji, sisa contoh uji
diserahkan kepada Manajer Teknis untuk kemudian dimusnahkan, sedangkan
arsip contoh diserahkan kepada Manajer Administrasi untuk disimpan.
- Penyimpanan Barang yang diuji  Setelah diterima oleh penanggungjawab
Penanganan Contoh Uji dalam hal ini Manajer Administrasi, maka arsip contoh
tersebut disimpan ditempat yang aman, baik dan sesuai dengan sifat dari
contoh.

20
- Pemusnahan Barang yang diuji  Jangka Waktu Pemusnahan arsip contoh uji
tergantung dari jenis contoh, Pemusnahan arsip contoh dilakukan setelah dibuat
Berita Acara Pemusnahan.

21
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa Laboratorium epidemiologi Balai Veteriner


Subang memiliki dan melaksanakan penerimaan sampel, analisis hasil pengujian
hingga mengeluarkan sertifikat diagnose. Hasil dari surveilans aktif dan pasif oleh
Laboratorium epidemiologi Balai Veteriner Subang setiap tahunnya dibuat dalam
data dan peta penyebaran penyakit dengan cakupan daerah regional Provinsi DKI
Jakarta, Jawa Barat dan Banten.

4.2 Saran
Disarankan untuk tetap aktif dalam melaksanakan fungsi epidemiologi di
Balai Veteriner subang, melakukan surveilans terhadap penyakit hewan terutama
PHMS dan mengoptimalkan penggunaan website Balai Veteriner Subang.

22
DAFTAR PUSTAKA

Balai Veteriner Subang. Standar Pelayanan Publik Balai Veteriner Subang

Harlan, Johan. 2008. Epidemiologi Kebidanan. Penerbit Gunadarma : Jakarta.

Hidayani, W.R., 2020. Epidemiologi. Deepublish: Yogyakarta.

Sumiarto B, Budiharta S. 2021. Epidemiologi Veteriner Analitik. UGM PRESS.

23

Anda mungkin juga menyukai