Anda di halaman 1dari 17

Nama : Tara Amelia Putri

NIM : 049433541
Prodi : Ilmu Administrasi Bisnis
Matkul : Pengantar Ilmu Hukum/PTHI

Kasus Baiq Nuril

Putusan Nomor 83 PK/Pid.Sus/2019, Mahkamah Agung (MA) telah memutus perkara Baiq Nuril
Maknun yang putusannya menolak permohonan Peninjauan Kembali (PK) atas permohonan
Baiq Nuril yang mengajukan PK ke MA. Kasus Baiq Nuril berawal pada tahun 2012, di mana ia
menjadi guru honorer pada SMA 7 Mataram, bermula dari percakapan telepon dengan Kepala
Sekolahnya yang bercerita soal pengalaman hubungan seksual yang diduga juga mengarah pada
pelecehan seksual secara verbal kepada Baiq Nuril. Karena merasa risih, Baiq Nuril kemudian
merekam pembicaraan tersebut dan rekaman itu akhirnya diketahui orang lain. Kemudian Kepala
Sekolah dimaksud melaporkan sebagai kasus pelanggaran terhadap UU Informasi dan Transaksi
Elektronik (ITE).

Ditolaknya permohonan PK Baiq Nuril, berdampak bahwa putusan kasasi MA yang menghukum
Baiq Nuril dinyatakan berlaku. Sebagaimana putusan tingkat Kasasi bulan September 2018
memutus Baiq Nurul Maknun bersalah dan diganjar hukuman 6 bulan penjara dan denda Rp. 500
juta, karena dianggap melanggar UU ITE, Pasal 27 ayat (1) dan (3) jo Pasal 45 ayat 1 Undang-
Undang No. 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), walaupun
sebelumnya Pengadilan Negeri Mataram, dalam sidang putusan tertanggal 26 Juli 2017,
menyatakan Baiq Nuril tidak bersalah dan divonis bebas.

Sumber : https://www.kompasiana.com/rat/5d2d95d00d82304da36e6d52/kasus-baiq-nuril-
antara-amnesti-dan-ketiadaan-mekanisme-menemukan-hukum-yang-adil

Soal :

1. Uraikan oleh saudara berdasarkan kasus di atas, Sistem hukum manakah yang dianut
oleh Indonesia dan apakah sistem hukum tersebut masih relevan diberlakukan di
Indonesia?
Jawab:

Berdasarkan kasus yang menimpa Baiq Nuril, sistem hukum yang dianut bangsa
Indonesia adalah sistem Eropa Kontinental yang dinamakan juga sebagai sistem Civil Law,
sistem Rechtaat atau sistem Romawi Jerman. Sistem tersebut masih relevan diberlakukan
di Indonesia. Hanya saja, mengacu pada kasus Baiq Nuril, bangsa ini perlu meningkatkan
kecakapan hakim dan juga menyempurnakan formulasi Undang-undang agar tidak bias dan
melukai prinsip keadilan.

Kasus yang menimpa Baiq Nuril diselesaikan di pengadilan dan diputuskan oleh hakim
berdasarkan pada undang-undang yang berlaku. Dengan demikian, jelas Indonesia menganut
sistem hukum Civil Law atau Eropa Kontinental sebab pada sistem lainnya, yakni Common
Law, persidangannya disebut dengan Jury Trial yang masih dipimpin hakim namun keputusan
ada di tangan para juri. Hakim dalam hal ini hanya bertugas mengarahkan jalannya sidang agar
kondusif sesuai aturan yang ada.

Kasus Baiq Nuril sendiri berkaitan dengan UU ITE yang memang disebut-sebut ahli
hukum kaya akan pasal karet. Maksud pasal karet adalah pasal yang maknanya tidak tegas dan
lentur sehingga cenderung multitafsir. Mengacu pada kasus tersebut maka bangsa Indonesia
harus ketat dalam memformulasikan Undang-undang sebab jika cacat atau bias maka yang
menjadi korban adalah rakyat. Selain itu, kompetensi hakim juga perlu ditingkatkan sebab
meski menganut Civil Law, kepastian hukum tidak selalu sumbernya dari undang-undang
semata. Hakim harus mampu melihat persoalan lebih luas dengan mempraktekkan metode
penemuan hukum menurut Van Apeldorn. Jika UU ITE belum mampu menjangkau substansi
dari kasus secara utuh maka hakim semestinya mempertimbangkan nilai-nilai dan norma yang
berlaku dengan mempertimbangkan tindakan pelecehan seksual yang terjadi pada Baiq Nuril

2. Ada dua sistem hukum yang berlaku di dunia, apakah dimungkinkan kedua sistem
hukum tersebut diberlakukan di Indonesia secara bersamaan? Berikan pendapat saudara
disertai dengan contohnya.

Jawab:
Tidak dimungkinkan bisa kedua
sistem hukum didunia yang ada di
terapkan pada Indonesia berupa
Eropa Kontinental dan Anglo
Saxon dapat dilakukan bersamaan.
Hal ini dikarenakan pada Eropa
Kontinental lebih terfokus pada
sumber hukum yang ada di
Indonesia berupa UUD dan Anglo
Saxon
lebih fokus ke putusan hakim,
contoh pada Indonesia sendiri
memiliki berbagai contoh ada
hukum-
hukum yang masih
memfokuskan ke Eropa
Kontinental adanya putusan
hukum yang kaku
meskipun hanya ada orang yang
tua sudah mencuri beberapa kayu
tetap dihukum namun ada juga
yang fokus Anglo Saxon lebih
kepada keputusan hakim seperti
pembatalan hukum istri yang
dilaporkan suami karena
memarahinya mabuk.
Ada berbagai sistem hukum yang
mana diterapkan di dunia ini.
Berikut beberapa sistem-sistem
hukum yang ada:
a. Sistem hukum Eropa
Kontinental. Sistem ini hampir
digunakan 60% dari setiap negara
yang ada
di dunia ini jadi tidak heran banyak
orang diluar negeri maupun
Indonesia mengetahui hal ini.
Pada sistem ini segala keputusan
dikembalikan ke peraturan sumber
hukum yang utama, bisa
dibilang maupun hukuman kecil
dan seharusnya tidak dibesar-
besarkan seperti seorang kakek
hanya mencuri sebatang kayu
namun tetap dihukum. Meskipun
sang kakek sudah tua dan tidak
berpikir jernih. Maka masih ada
pro serta kontra jika sepenuhnya
hukum tidak di adili dengan
perasaan keputusan hakim yang
ada.
b. Sistem hukum Anglo-Saxon.
Sebuah hukum yang difokuskan
terhadap keputusan hakim,
keputusan hakim tersebut
menjadi keputusan hakim dasar
selanjutnya. Anglo Saxon
keputusan memang terfokuskan
kepada keputusan, pandangan
dan perasaan hakim yang
didasarkan terhadap kasus yang
ditangani serta dasar hukum yang
dipegang. Maka dari hal ini
Anglo-Saxon bisa dianggap
sebagai penengah hukum Eropa
Kontinental yang relatif kaku.
c. Sistem hukum adat. Sistem ini
berupa sistem yang mana
berdasarkan norma serta aturan
yang
mana berlaku di suatu wilayah.
Maka dari hal ini aturan hukum
yang ada terkadang ada aturan-
aturan yang memiliki beberapa
hubungan dengan daerah tersebut
Tidak dimungkinkan bisa kedua
sistem hukum didunia yang ada di
terapkan pada Indonesia berupa
Eropa Kontinental dan Anglo
Saxon dapat dilakukan bersamaan.
Hal ini dikarenakan pada Eropa
Kontinental lebih terfokus pada
sumber hukum yang ada di
Indonesia berupa UUD dan Anglo
Saxon
lebih fokus ke putusan hakim,
contoh pada Indonesia sendiri
memiliki berbagai contoh ada
hukum-
hukum yang masih
memfokuskan ke Eropa
Kontinental adanya putusan
hukum yang kaku
meskipun hanya ada orang yang
tua sudah mencuri beberapa kayu
tetap dihukum namun ada juga
yang fokus Anglo Saxon lebih
kepada keputusan hakim seperti
pembatalan hukum istri yang
dilaporkan suami karena
memarahinya mabuk.
Ada berbagai sistem hukum yang
mana diterapkan di dunia ini.
Berikut beberapa sistem-sistem
hukum yang ada:
a. Sistem hukum Eropa
Kontinental. Sistem ini hampir
digunakan 60% dari setiap negara
yang ada
di dunia ini jadi tidak heran banyak
orang diluar negeri maupun
Indonesia mengetahui hal ini.
Pada sistem ini segala keputusan
dikembalikan ke peraturan sumber
hukum yang utama, bisa
dibilang maupun hukuman kecil
dan seharusnya tidak dibesar-
besarkan seperti seorang kakek
hanya mencuri sebatang kayu
namun tetap dihukum. Meskipun
sang kakek sudah tua dan tidak
berpikir jernih. Maka masih ada
pro serta kontra jika sepenuhnya
hukum tidak di adili dengan
perasaan keputusan hakim yang
ada.
b. Sistem hukum Anglo-Saxon.
Sebuah hukum yang difokuskan
terhadap keputusan hakim,
keputusan hakim tersebut
menjadi keputusan hakim dasar
selanjutnya. Anglo Saxon
keputusan memang terfokuskan
kepada keputusan, pandangan
dan perasaan hakim yang
didasarkan terhadap kasus yang
ditangani serta dasar hukum yang
dipegang. Maka dari hal ini
Anglo-Saxon bisa dianggap
sebagai penengah hukum Eropa
Kontinental yang relatif kaku.
c. Sistem hukum adat. Sistem ini
berupa sistem yang mana
berdasarkan norma serta aturan
yang
mana berlaku di suatu wilayah.
Maka dari hal ini aturan hukum
yang ada terkadang ada aturan-
aturan yang memiliki beberapa
hubungan dengan daerah tersebut
Tidak dimungkinkan bisa kedua sistem hukum didunia yang ada di terapkan pada
Indonesia berupa Eropa Kontinental dan Anglo Saxon dapat dilakukan bersamaan. Hal ini
dikarenakan pada Eropa Kontinental lebih terfokus pada sumber hukum yang ada di Indonesia
berupa UUD dan Anglo Saxon lebih fokus ke putusan hakim, contoh pada Indonesia sendiri
memiliki berbagai contoh ada hukum-hukum yang masih memfokuskan ke Eropa
Kontinental adanya putusan hukum yang kaku meskipun hanya ada orang yang tua sudah
mencuri beberapa kayu tetap dihukum namun ada juga yang fokus Anglo Saxon lebih kepada
keputusan hakim seperti pembatalan hukum istri yang dilaporkan suami karena memarahinya
mabuk.

Ada berbagai sistem hukum yang mana diterapkan di dunia ini. Berikut beberapa sistem-sistem
hukum yang ada:

a. Sistem hukum Eropa Kontinental. Sistem ini hampir digunakan 60% dari setiap negara
yang ada di dunia ini jadi tidak heran banyak orang diluar negeri maupun Indonesia
mengetahui hal ini. Pada sistem ini segala keputusan dikembalikan ke peraturan sumber
hukum yang utama, bisa dibilang maupun hukuman kecil dan seharusnya tidak dibesar-
besarkan seperti seorang kakek hanya mencuri sebatang kayu namun tetap dihukum.
Meskipun sang kakek sudah tua dan tidak berpikir jernih. Maka masih ada pro serta
kontra jika sepenuhnya hukum tidak di adili dengan perasaan keputusan hakim yang ada.
b. Sistem hukum Anglo-Saxon. Sebuah hukum yang difokuskan terhadap keputusan
hakim, keputusan hakim tersebut menjadi keputusan hakim dasar selanjutnya.
Anglo Saxon keputusan memang terfokuskan kepada keputusan, pandangan dan
perasaan hakim yang didasarkan terhadap kasus yang ditangani serta dasar hukum yang
dipegang. Maka dari hal ini Anglo-Saxon bisa dianggap sebagai penengah hukum Eropa
Kontinental yang relatif kaku.
c. Sistem hukum adat. Sistem ini berupa sistem yang mana berdasarkan norma serta aturan
yang mana berlaku di suatu wilayah. Maka dari hal ini aturan hukum yang ada terkadang
ada aturan-aturan yang memiliki beberapa hubungan dengan daerah tersebut

3.Berdasarkan kasus di atas menunjukkan bahwa hukum telematika saat ini mulai terus
berkembang seiring perkembangan zaman. Berikan pendapat saudara mengenai
perkembangan hukum telematika dan implementasi UU ITE apakah kasus Baiq Nuril
memang termasuk pelanggaran UU ITE? Jelaskan!

Jawab :

Kegiatan teknologi melalui media elektronik, disebut ruang siber (cyberspace) yang
meskipun bersifat virtual dapat dikategorikan sebagai tindakan perbuatan hukum yang nyata.
Secara yuridis kegiatan pada ruang siber tidak dapat didekati dengan ukuran dan kualifikasi
hukum konvensional saja, sebab akan terlalu banyak kesulitan dan hal yang lolos dari
pemberlakuan hukum.

Transaksi melalui media elektronik atau internet diatur dalam Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2008, tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan telah diundangkan pada tanggal 21
April 2008, dengan Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 58. Namun ternyata UU tersebut
belum mencapai sasaran yang optimal karena belum adanya Peraturan Pemerintah (PP) yang
mengatur pelaksanaannya. Padahal dalam Bab XIII, pada Ketentuan Penutup, Pasal 54 ayat 2,
berbunyi: “Peraturan Pemerintah harus sudah ditetapkan paling lama 2 (dua) tahun setelah
diundangkan Undang-Undang ini.”

Permasalahan dalam pelaksanaan UU ITE tersebut sering menimbulkan kerancuan,


mengingat jumlah pemakai teknologi informasi dari tahun ketahun terus meningkat dengan
menggunakan sarana dengan teknologi tersebut. Sehingga terjadi salah penafsiran sadar atau
tidak sadar permasalahannya akan menjadi kasus yang akan berhadapan dengan aparat penegak
hukum. UndangUndang No.11 tahun 2008 tersebut belum banyak di sosialisasikan ke
masyarakat dan sampai sekarang belum adan Peraturan Pemerintah (PP) seperti yang telah
diamanatkan dalam Pasal 54 ayat 2 Undang-Undang tersebut.
ndonesia sangat memerlukan
perkembangan hukum telematika.
UU ITE yang sekarang perlu di
revisi karena dirasa mengekang
kebebasan berpendapat.
Banyaknya pasal “karet” di dalam
UU ITE
yang dapat mengkriminalisasi
disinyalir menjadi biang
keladinya. Menurut data
SafeNet,
setidaknya ada sembilan pasal
karet yang membuat banyak orang
harus terjerat pidana oleh UU
ITE. Masih berdasarkan catatan
SAFEnet, terdapat 381 korban
dari UU ITE sejak pertama kali
diundangkan pada tahun 2008
hingga tahun 2018. Selain itu,
Koalisi Masyarakat Sipil juga
melaporkan bahwa kasus-kasus
yang dijerat dengan Pasal 27, 28,
dan 29 UU ITE menunjukkan
penghukuman mencapai 96,8
persen (744 perkara) dengan
tingkat pemenjaraan yang sangat
tinggi, yakni mencapai 88 persen
(676 perkara).
Indonesia sangat memerlukan perkembangan hukum telematika. UU ITE yang sekarang
perlu di revisi karena dirasa mengekang kebebasan berpendapat. Banyaknya pasal “karet” di
dalam UU ITE yang dapat mengkriminalisasi disinyalir menjadi biang keladinya. Menurut
data SafeNet, setidaknya ada sembilan pasal karet yang membuat banyak orang harus terjerat
pidana oleh UU ITE. Masih berdasarkan catatan SAFEnet, terdapat 381 korban dari UU
ITE sejak pertama kali diundangkan pada tahun 2008 hingga tahun 2018. Selain itu,
Koalisi Masyarakat Sipil juga melaporkan bahwa kasus-kasus yang dijerat dengan Pasal 27,
28, dan 29 UU ITE menunjukkan penghukuman mencapai 96,8 persen (744 perkara)
dengan tingkat pemenjaraan yang sangat tinggi, yakni mencapai 88 persen (676 perkara).

Tentang kasus Baiq Nuril itu menurut saya tidak termasuk kedalam UU ITE, karena sejak
kasus itu UU Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) menjadi
direvisi. Lagi pula yg dilakukan oleh Baiq Nuril itu termasuk ke dalam perlindungan dan
pembelaan terhadap diri sendiri dari pelecehan seksual secara verbal yg dialaminya. Walaupun
memang penyebaran konten yg bersifat asusila tidak diperbolehkan, tetapi dalam kasus disini
konten tersebut menjadi bukti bahwa telah terjadi tindak pelecehan seksual. Sejak awal
pembentukannya UU ITE telah banyak mengundang kritik lantaran memuat sejumlah pasal yg
salah kaprah.

Sumber Referensi :

http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?article=250248&val=6690&title=DAMPAK
%20UNDANG-UNDANG%20INFORMASI%20DAN%20TRANSAKSI%20ELEKTRONIK%20UU
%20ITE%20TERHADAP%20PERUBAHAN%20HUKUM%20DAN%20SOSIAL%20DALAM
%20MASYARAKAT

https://mediaindonesia.com/politik-dan-hukum/245521/kasus-baiq-nuril-pintu-masuk-revisi-uu-ite
https://www.hukumonline.com/berita/a/hikmah-kasus-baiq-nuril--momen-tepat-revisi-uu-ite-
lt5d3af0b0580b9/

Anda mungkin juga menyukai