Anda di halaman 1dari 7

ANALISA FIVE FORCES MODEL PADA PT POS INDONESIA

Diajukan untuk Mememnuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Manajemen Strategi

Dosen :
Ferly Ferdyant, S.E, MBA

Di susun Oleh :

Rosa Putri Pamungkas 20B505041152

INSTITUT TRANSPORTASI DAN LOGISTIK TRISAKTI


Jl. IPN Kebon Nanas No.2, RT.9/RW.6, Cipinang Besar Selatan, Kecamatan Jatinegara,
Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13410

Januari 2023
PT POS INDONESIA

Perkembangan dunia dewasa ini ditandai dengan arus globalisasi disegala bidang yang
membawa dampak cukup pesat bagi perkembangan perekonomian Indonesia. Saat ini, bentuk
badan usaha Pos Indonesia merupakan Perseroan Terbatas dan sering disebut dengan PT.
Pos Indonesia. Bentuk usaha Pos Indonesia ini berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 1995. Peraturan Pemerintah tersebut berisi tentang pengalihan
bentuk awal Pos Indonesia yang berupa perusahaan umum (perum) menjadi sebuah
perusahaan persero.
PT Pos Indonesia merupakan sebuah badan usaha milik negara (BUMN) Indonesia yang
bergerak di bidang layanan pos yang berbentuk pengiriman surat, pengiriman uang maupun
pengiriman paket. Kantor pos pertama didirikan di Batavia (sekarang Jakarta) oleh Gubernur
Jenderal G.W.Baron van Imhoff pada tanggal 26 Agustus 1746 dengan tujuan untuk lebih
menjamin keamanan surat-surat penduduk, terutama bagi mereka yang berdagang dari
kantor-kantor di luar Jawa dan bagi mereka yang datang dari dan pergi ke negeri Belanda.
Sejak itulah pelayanan pos telah lahir mengemban peran dan fungsi pelayanan kepada publik.
Setelah Kantor pos Batavia didirikan, maka empat tahun kemudian didirikan Kantor pos
Semarang untuk mengadakan perhubungan pos yang teratur antara kedua tempat itu dan
untuk mempercepat pengirimannya. Rute perjalanan pos waktu itu ialah melalui Karawang,
Cirebon,dan Pekalongan.
Bisnis surat pos pada periode 2000-2008 mengalami penurunan drastis. Munculnya layanan
pesan singkat dan internet mulai menggantikan peran Pos Indonesia. Hal ini menyebabkan
Pos Indonesia mengalami kerugian setiap tahun. Pada tahun 2004-2008, Pos Indonesia
merugi hingga 606,5 miliar. Namun, Pos Indonesia mulai berubah setelah adanya liberalisasi
bisnis pos melalui UU N0. 38 Tahun 2009 tentang pos. Transformasi bisnis pun dilakukan
dengan menjadikan dirinya sebagai perusahaan induk dengan membentuk enam anak
perusahaan, merevitalisasi bisnis inti dan mengembangkan bisnis baru. Pos Indonesia mulai
masuk ke bisnis ritel, properti dan asuransi. Selain itu, sejak 2013 juga melayani jasa
pengelolaan dan penyewaan perkantoran serta ruang MICE (meeting, incentive, convention,
exhibition).

Anak perusahaan Pos Indonesia:

 PT Pos Logistik Indonesia: layanan logistik


 PT Pos Properti: layanan bisnis di bidang properti
 PT Pos Finansial Indonesia: layanan fintech untuk kelas menengah dan Pekerja
Migran Indonesia (PMI)
 Yayasan Pendidikan Bhakti Pos indonesia.

FIVE FORCES MODEL PADA PT POS INDONESIA


1. Ancaman Pendatang Baru (Threat of New Entrants)
Pada era globalisasi seperti ini, banyak perusahaan yang berdiri dengan berbagai produk
atau jasa baru yang ditawarkan. Semakin bertambahnya perusahaan - perusahaan yang
ada, tentunya akan memperketat persaingan dalam pasar. Ketatnya persaingan
menyebabkan perusahaan berusaha untuk memenangkan persaingan dengan cara
menerapkan strategi bersaing yang tepat sehingga dapat melaksanakan serta mewujudkan
tujuan-tujuan perusahaan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Ancaman pesaing dalam industri pos sangat nyata, karena saat ini kondisi industri pos
sudah berada pada pasar persaingan sempurna. Penyelenggara pos menawarkan produk
yang sama yaitu jasa pengiriman, sehingga loyalitas pelanggan sangat menentukan
tumbuh kembang penyelenggara pos. Kekuatan pesaing dapat dilihat dari jangkauan
layanan penyelenggara pos ada tiga karakteristik, yaitu :
1. Pesaing skala internasional yaitu penyelenggara pos yang melayani pengiriman
dan penerimaan barang/dokumen ke dan dari Luar Negeri disamping itu juga
melayani untuk tingkat nasional/domestik.
2. Pesaing yang layanannya berskala nasional, yaitu penyelenggara pos yang
melayani domestik
3. Pesaing yang layanannya antar kota, yaitu penyelenggara pos yang melayani
pengiriman dalam kota/City Courier. Pesaing utama sebenarnya adalah
perusahaan asing, karena mempunyai kelebihan dalam berbagai hal, terutama
teknologi dan sarana transportasi.
Pendatang baru ini jika dilihat adalah penyelenggara pos yang akan memulai beroperasi
dalam industri yang sama, berasal dari domestik maupun dari luar negeri yang dapat
mempengaruhi pangsa pasar masing-masing penyelenggara pos. Ancaman dari luar
negeri dapat batasan dari kebijakan pemerintah, sedang loyalitas pelanggan dan kualitas
layanan merupakan penentu pilihan pelanggan terhadap jasa layanan pos. Maraknya
penyelenggara travel atau transportasi yang juga menerima pengiriman paket dan belum
terdaftar sebagai penyelenggara pos perlu dapat perhatian.(Chaeruddin, n.d.)

2. Ancaman Produk atau Jasa Pengganti (Threat of Substitutes)


Di era sekarang ini apalagi dengan adanya kemajuan pada dunia logistic, ancaman dari
produk maupun jasa tidak dapat dipungkiri lagi. Banyak perusahaan yang bergerak dalam
bidang yang sama seperti Pos Indonesia ini menawarkan produk dan tawaran jasa yang
sama.
Pengguna jasa pada PT Pos Indonesia adalah masyarakat umum dari semua kalangan yang
ingin melakukan pengiriman barang, uang, atau surat-surat dengan menggunakan pos.
Sedangkan untuk mempertahankan konsumen PT Pos Indonesia berusaha untuk lebih
meningkatkan fasilitas dan pelayanan serta kepercayaan para pelanggan.
Jika di perhatikan banyak sekali pendatang baru khususnya untuk layanan yang sama
dengan Pos Indonesia yang dimana bergerak dalam layanan logistic atau yang lainnya.
Pendatang baru ini bukan hanya dari dalam negeri saja tapi banyak juga perusahaan luar
yang berhasil masuk untuk memajukan layanan logistic yang ada di Indonesia. Contoh
paling jelas yang bias akita jumpai ada perusahaan yang layanannya sama dengan Pos
Indonesia ini sendiri adalah seperti DHL, J&T, JNE, Sicepat, FeDex, dan masih banyak
yang lainnya.
Jika dilihat dalam persaingan berdasarkan substitusinya, pesaingan ini merupakan
persaingan dari produk atau jasa alternatif. Dalam hal ini persaingan substitusi PT Pos
Indonesia ini adalah layanan internet yang menyediakan surat elektronik dan jejaring
sosial maya. Strategi yang dilakukan pada PT. Pos Indonesia adalah penciptaan nilai
tambah bagi pelanggan melalui penurunan harga, peningkatan layanan, implementasi yang
lebih cepat dan fleksibel, meyakinkan dan memberikan keamanan informasi produk –
produk PT POS INDONESIA kepada pelanggan.
Teknologi informasi dan komunikasi sangat mempengaruhi inovasi produk dan
pengembangan produk, mampu meningkatkan daya saing perusahaan/penyelenggara pos.
Berbagai bentuk yang dapat dianggap sebagai barang substitusi, misalnya pesaing surat ,
adanya SMS/Pager, Telephon, Fax, E Mail, Media, Interaktive TV, Cellular, Broadcast.
Pesaing Keuangan antara lain Banking, Insurance, ATM dan pesaing Paket / Logistik:
Travel, City Couriers, Cargo, Freight Forwarding.
Perusahaan yang tidak mampu menciptakan inovasi baru dapat dipastikan akan sulit
memenangkan persaingan di dunia global. Selain itu, dibutuhkan pula strategi bersaing
yang handal dan berorientasi ke depan, serta perlu adanya penyusunan strategi yang
matang dan tidak main-main. Perusahaan harus memahami apa yang diinginkan konsumen
saat ini dan untuk masa mendatang.(Rukmana & Sunanto, 2018)
3. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli (Bargaining Power of Buyers)
Kekuatan tawar pembeli identik dengan kekuatan tawar pengguna layanan pos, yang leluasa
memilih penyelenggara pos yang dianggapnya sesuai dengan harapan pengguna.
Permasalahan tarif, keamanan kiriman, kiriman sampai tepat waktu merupakan bagian dari
pertimbangan pengguna dalam memilih penyelenggara pos.(Wahyuningsih, 2015)
Dalam hal ini pengguna masih sering membandingkan layanan yang diberikan oleh Pos
Indonesia dengan layanan pesaing lainnya yang bergerak dalam bidang yang sama. Hal
yang signifkan terlihat disini adalah dalam segi kualitas lamanya pengiriman dan harga,
ketika kita mengirimkan sebuah surat ataupun suatu barang. Selain itu, pelayan teknologi
yang di sediakan oleh perusahaan lain lebih mudah diakses yang dimana ini dapat
mimbulkan bargaining power of buyer. Kekuatan ini yang sangat dibutuhkan oleh Pos
Indonesia yang dimana pada saat ini banyak gempuran teknologi dari pesaing yang
memiliki layanan yang sama terlihat lebih baik.Contoh kecil yaitu pelacakan barang yang
kita pesan atau kita kirim melalui Pos Indonesia masih sulit di akses, ataupun lamanya
pengiriman ini tidak sesuai dengan apa yang seharusnya terdapat pada jadwal
Hal ini lah yang perlu diperhatikan oleh Pos Indonesia untuk dapat meningkatkan kualitas
yang sama dengan pesaing binis lain. Karena pada hal ini biayanya costumer ini lebih jeli
untuk memilih salah satu layanan yang dapat memenuhi keingan dari konsumen tersebut.
Costumer akan selalu mencari dimana layana yang baik untuk mereka pakai nantinya. Dan
disinilah Pos Indonesia menawarkan layanan terbaik untuk menarik minat costumer itu
sendiri.
4. Kekuatan Tawar Menawar Pemasok (Bargaining Power of Suppliers)
Pemasok dalam industri pos adalah pelanggan layanan pos, yang akan mengirimkan
barangnya. Pelanggan akan mempunyai kekuatan tawar, karena jumlah penyelenggara pos
yang relatif banyak dengan kelebihan masing-masing yang ditawarkan ke pelanggan.
Dalam upaya mempercepat pembangunan, dibutuhkan penyediaan dana investasi. Terkait
dengan dana investasi, PT Pos Indonesia menggunakan dana internal maupun eksternal
yaitu melalui kemitraan dan pinjaman bank. Saat ini PT Pos Indonesia sedang
melaksanakan program modernization and empowerment. Program itu tentu mengandung
konsekuensi perubahan strategis. Antara lain pembenahan business model, peningkatan dan
penajaman brand image (corporate identity) PT Pos Indonesia, perubahan divisi regional
sebagai profit centre, infrastruktur bisnis berbasis ICT (information communication
technology). Untuk menghadapi persaingan pemasok, PT Pos Indonesia melakukan
hubungan yang baik dengan para pemasoknya seperti bank.
5. Persaingan dalam Industri Sejenis (Rivalry of Competitors)
Persaingan yang semakin ketat dalam bisnis perposan, harus dipandang sebagai tantangan
dan momentum bagi PT Pos Indonesia untuk menunjukkan kinerjanya. Pemberlakuan
Undang-undang No 38/2009 tentang Pos, mengantarkan persaingan bisnis perposan
semakin mengglobal dan terbuka. Untuk menghadapi persaingan bisnis itu, PT Pos
Indonesia dituntut mampu bersaing dengan para kompetitor domestik maupun internasional.
Dengan strategi improvement layanan kepada para customer, kami optimistis siap
menghadapi era liberalisasi pos tersebut.
Beberapa contoh yang telah dan sedang kami lakukan dalam upaya peningkatan kinerja PT
Pos Indonesia, yaitu modernisasi kantor pos yang diwujudkan pada gedung maupun layanan
pos, di antaranya mail services, financial services, maupun logistik, sehingga mampu
memenuhi kebutuhan pelanggan. Misalnya layanan keuangan akan dibenahi dengan aplikasi
core banking system yang setara dengan perbankan.
Begitu pun dengan mail dan logistics, telah dilengkapi teknologi IT yang andal. Di
antaranya, perbaikan system support untuk seluruh layanan financial services, mail services,
dan logistics services. Perbaikan SDM khususnya di front office harus lebih profesional.
Pegawai front office tentu harus mengedepankan penampilan, sikap, dan product
knowledge-nya.(wordpress, 2010)

SUMBER
Chaeruddin, I. (n.d.). Strategi bisnis pt. pos indonesia. 343–352.
Rukmana, E., & Sunanto, S. (2018). Divisi Pengembangan Bisnis Surat Pt Pos Indonesia
( Persero ) Menggunakan Quantitative Strategic Planning Method Bandung Januari
2018 Bandung Januari 2018.
Wahyuningsih, S. (2015). Analisis SWOT untuk Penentuan Strategi Optimalisasi
Infrastruktur. Buletin Pos Dan Telekomunikasi, 10(4), 289.
https://doi.org/10.17933/bpostel.2012.100405
wordpress. (2010). analisis persaingan model lima kekuatan persaingan menurut m porter
pada PT. POS Indonesia. Tugas.

Anda mungkin juga menyukai