PROPOSAL SKRIPSI
Oleh:
Luma Sambilopa
NPM: C1B114052
Logistik merupakan suatu ilmu pengetahuan atau seni serta proses mengenai
perencanaan dan penentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan, penyaluran, dan
pemeliharaan serta penghapusan material/alat- alat (Aditama,2003). Logistik berbeda dengan
procurement, dimana procurement mengacu pada semua aktivitas yang melibatkan
mendapatkan barang- barang dari pemasok, hal ini meliputi pembelian dan juga kegiatan
logistik ke dalam seperti transportasi, barang masuk dan penyimpanan digudang sebelum
barang tersebut digunakan ( Kalakota dan Robinson 2004:56). Logistik lebih dari sekedar
pengiriman barang kepada konsumen. Istilah logistik mencakup aspek yang lebih luas seperti
pergudangan, manajemen inventori, penagihan, pengemasan, label, pengiriman, cash on
delivery, dan pembayaran serta masih banyak lagi aspek yang dicakup oleh logistik.
Menurut Zaroni (2017) umumnya kegiatan inti dari logistik e –commerce mencakup:
1. Processing, meliputi aktivitas sortir dan cross- docking kiriman.
2. Transporting, meliputi transportasi kiriman baik transportasi dari dan antar processing
centre sebagai hub, dan dari processing centre ke delivery centre sebagai spoke.
3. Delivery, meliputi aktivitas pengantaran barang ke alamat tujuan penerima.
Untuk dapat meningkatkan kinerja tersebut perusahaan manajemen perlu menerapkan
supply chain management karena inti dari logistik adalah transportasi dan pergudangan untuk
melakukan movement barang atau kiriman dari satu titik asal ke titik tujuan. Layanan
merupakan strategi untuk mendapatkan pangsa pasar dalam menghadapi persaingan. Jika
layanan baik dan berkualitas maka konsumen akan mendapat kepuasan dan dihargai sehingga
akan tetap merasa senang untuk menjadi pelanggan. Demikian juga sebaliknya, jika layanan
buruk dan tidak berkualitas, konsumen akan merasa kecewa dan tidak puas atas layanan yang
didapatnya. Layanan yang dikerjakan secara profesional akan memberikan keuntungan. Jika
layanan diabaikan maka bisa menimbulkan rasa tidak puas di pihak pelanggan dan ini jelas
merugikan suatu organisasi atau perusahaan.
Kualitas layanan adalah sesuatu yang berhubungan dengan terpenuhinya
harapan/kebutuhan pelanggan dimana pelayanan dikatakan berkualitas apabila dapat
menyediakan produk dan jasa (pelayanan) sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan.
Dalam hal ini, kualitas pada dasarnya terkait dengan pelayanan yang baik, yaitu sikap atau
cara karyawan dalam melayani pelanggan atau masyarakat secara memuaskan (Goetsch dan
Davis, 2011:36). Dalam dunia bisnis logistik, kepuasan pelanggan adalah kondisi dimana
pelanggan logistik yaitu penerima barang dapat menerima barang/produk dengan tepat waktu,
tepat jumlah, harga yang memadai, serta mendapatkan kemudahan dalam mengakses
informasi barang yang bertalian. Sebagian besar penelitian menggunakan konsep kualitas
layanan dari Parasuraman, Zeithaml dan Berry (1998:69) yang mengemukakan 10 faktor
utama yang menentuka kualitas layanan seperti: Reability, Responsiveness, competence,
acces, courtesy, communication, credibility, security, understanding/knowing the costumer,
dan tangible . konsep kualitas layanan tersebut masih menggunakan pengukuran kualitas
layanan yang umum yang tidak bisa diaplikasikan pada konteks spesifik seperti jasa
pengiriman barang/produk. Mentzer, Flint dan Kent, 1999; Mentzer, Flint dan Hult, 2001;
Bienstock ,2008 menjelaskan apa yang di inginkan dengan pelanggan dari layanan logistik
disebut dengan istilah 7R, yang terdiri dari:
1. Right quality, mutu yang tepat
2. Right quantity, jumlah yang tepat
3. Right time, waktu yang tepat
4. Right place, tempat yang tepat
5. Right impression, kesan yang tepat
6. Right price, harga yang tepat
7. Right information, informasi yang tepat
Ada banyak layanan jasa pengiriman barang di Indonesia yang bermunculan seperti
JNE, Tiki, J&T, Sicepat, FeDex dan berbagai jasa pengiriman barang lainnya yang telah
menjamur di seluruh kawasan Indonesia, hal ini membuat kita harus lebih selektiv dalam
memilih jasa pengiriman barang dengan kualitas layanan yang baik. Banyaknya permunculan
industri penyedia jasa logistik mengakibatkan pengiriman barang kian marak yang pada
akhirnya berujung kepada peningkatan kebutuhan jasa pengiriman barang. Hal ini
menimbulkan banyak masalah serta kendala yang dialami oleh jasa pengiriman logistik baik
terhap konsumen maupun kendala internal yang dialami oleh jasa pengiriman logistik.
JNE adalah perusahaan kurir dan logistik terbesar yang yang didukung secara online
yang tersebar luas di Indonesia, melayani pengiriman Express serta distribusi di Indonesia.
Layanan reguler mencapai kota dan kabupaten tujuan di seluruh Indonesia. Produk
layanannya sangat bervariasi namun YES (Yakin Esok Sampai) yang disertai laporan
penyampaian secara otomatis melalui layanan SMS adalah merupakan produk andalan JNE
saat ini. Walaupun layanan JNE berpengaruh terhadap faktor lain seperti cuaca dan layanan
penerbangan, namun dengan adanya jaminan uang kembali merupakan komitmen JNE untuk
memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan. Tahun 2010 sesuai target pengembangan
jaringan JNE dimana saat ini telah mencapai 2000 point of services. Artinya JNE telah
memiliki kemampuan yang cukup untuk memasarkan produk trucking yang memiliki konsep
berbeda dari yang selama ini dirasakan masyarakat. Target utama dalam peluncuran layanan
angkutan darat dan laut antar pulau adalah bentuk keinginan yang besar dari JNE untuk dapat
mengangkat daya saing pengusaha lokal dan nasional dalam berkompetisi secara global
dengan memperkenalkan suatu layanan yang sangat terjangkau namun tetap memberikan
peningkatan kualitas layanan baik kecepatan maupun keamanannya.
Pada saat ini, jasa pengiriman barang PT. JNE telah menjadi salah satu jasa yang
terpercaya didalam jasa pengiriman barang di Indonesia. JNE merupakan perusahaan kurir
dan logistik terbesar yang yang didukung secara online yang tersebar luas di Indonesia dan
merupakan salah satu perusahaan 3PL (third party logistic) yang beroperasi di Indonesia.
3PL (third party logistic) merupakan outsourcing layanan logistik kepada perusahaan atau
individu untuk melakukan satu atau lebih sebuah fungsi yang ada di dalam supply chain
management ( manajemen rantai pasokan). Meskipun sudah banyak dilakukan penelitian
tentang kualitas layanan 3PL, hanya sedikit penelitian yang dilakukan untuk menyelidiki
hubungan antara persepsi kualitas layanan, kepuasan pelanggan, dan loyalitas dalam
outsourcing padahal logistik dan layanan outsourcing merupakan bagian penting dari pasar
layanan B2B ( bisnis- ke- bisnis) saat ini.
Woo dan Saghiri (2011) mendefinisikan 3PL sebagai hubungan antarmuka dalam
rantai pasok dan third party logistics provider, dimana jasa logistik ditawarkan, dari yang
standar hingga sesuai dengan keinginan konsumen, dalam hubungan jangka pendek atau
jangka panjang, dengan tujuan mencapai efektivitas dan efisiensi. Kualitas layanan pada 3PL
tediri dari tiga dimensi kualitas utama yaitu: kualitas layanan operasional, kualitas layanan
perseorangan dan kualitas layanan teknis dengan mengikuti struktur umum paradigma dan
kepuasan- loyalitas (Oliver, 1980; Olsen, 2002), selanjutnya mengemukakan bahwa kualitas
layanan dikaitkan secara positif dengan kepuasan pembeli secara keseluruhan dan secara
positif mempengaruhi loyalitas pembeli terhadap penyedia layanan 3PL di hubungan
outsourcing. Rabinovic dan Bailey (2004) menganggap e-PDSQ (physical distribution
service quality) atau kualitas pelayanan distribusi fisik diwakili oleh ketersediaan inventaris,
ketepatan waktu pengiriman dan keandalan dan berpendapat bahwa pengecer multi –channel
menunjukkan kinerja ketersediaan yang lebih baik daripada pesaing mereka.
Beranjak dari latar belakang singkat diatas, maka peneliti sangat tertarik untuk
meneliti tentang “ Pengaruh Kualitas Layanan 3PL (Third Party Logistic) Terhadap
Kepuasan Pelanggan (Studi Kasus Pada Penyedia Jasa Pengiriman Logistik PT. JNE
di Kota Bengkulu)”.
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Kotler (2009), pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang
didalamnya terdapat individu dan kelompok untuk mendapatkan apa yang mereka butuhkan
dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai
dengan pihak lain. Definisi pemasaran ini berdasarkan beberapa hal, yaitu: kebutuhan,
keinginan, dan permintaan terhadap produk (barang, jasa, dan gagasan), nilai, biaya,
kepuasan, hubungan, jaringan, prospek pasar, dan kemampuan pemasaran.
Jasa merupakan suatu fenomena yang sangat rumit (Gonroos 2005:13) Kata jasa
mempunyai banyak arti dan ruang lingkup, dari pengertian yang paling sederhana, yaitu
hanya berupa pelayanan dari seseorang kepada orang lain, bisa juga diartikan sebagai mulai
dari pelayanan yang diberikan oleh manusia, baik yang dapat dilihat (explicit service), yang
bisa dirasakan (implicit service) sampai pada fasilitas- fasilitas pendukung yang harus
tersedia dalam penjualan jasa dan benda- benda lainnya. Rangkuti, (2002: 26) menyebutkan
bahwa jasa merupakan pemberian suatu kinerja atau tindakan tak kasat mata dari suatu pihak
ke pihak lain. Sedangkan menurut Kotler, (2004: 486) mendefinisikan jasa sebagai setiap
kegiatan atau tindakan yang ditawarkan oleh satu pihak ke pihak lain, pada dasarnya bersifat
intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.
Pada dasarnya jasa merupakan semua aktivitas ekonomi yang hasilnya bukan
berbentuk produk fisik atau konstruksi, yang umumnya dihasilkan dan dikonsumsi secara
bersamaan, memberikan nilai tambah (misalnya kenyamanan, hiburan atau kesehatan)
konsumen (Zeithaml, Bitner 2006). Dapat disimpulkan bahwa jasa adalah setiap tindakan
atau aktivitas dan bukan benda, yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain,
yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik), konsumen terlibat secara aktif
dalam proses produksi dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu.
Karakteristik jasa adalah suatu sifat dari jasa yang ditawarkan oleh suatu pihak ke
pihak lain dan berfungsi untuk membedakan dengan produk/barang. Produk jasa memiliki
karakteristik yang berbeda dengan barang. Menurut Kotler (2006) jasa memiliki empat
karakteristik utama yang mempengaruhi program pemasaran yaitu:
Defenisi kualitas (quality), menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) adalah
tingkat baik buruknya sesuatu, kadar, derajat atau taraf dan mutu. Defenisi kualitas menurut
American Society For Quality Control (Kotler, 2008:129) adalah keseluruhan fitur dan
karakteristik produk atau jasa yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan
kebutuhan yang dinyatakan atau yang tersirat.
Menurut Davis (2010) membuat definisi kualitas yang lebih luas cakupannya, yaitu
kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia,
proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Pendekatan ini menegaskan
bahwa kualitas bukan hanya menekankan pada aspek hasil akhir, yaitu produk dan jasa tetapi
juga menyangkut kualitas manusia, kualitas proses dan kualitas lingkungan. Sangatlah
mustahil menghasilkan produk dan jasa yang berkualitas tanpa melalui manusia dan proses
yang berkualitas.
Berdasarkan pengertian tentang dasar kualitas diatas, tampak bahwa kualitas selalu
berfokus pada pelanggan , sehingga produk didesain, diproduksi serta pelayanan diberikan
untuk memenuhi keinginan pelanggan karena kualitas mengacu pada segala sesuatu yang
menentukan kepuasan pelanggan. Suatu produk yang dihasilkan baru dapat dikatakan
berkualitas apabila sesuai dengan keinginan pelanggan dan dapat dimanfaatkan dengan baik,
serta di produksi dengan cara yang baik dan benar.
Menurut Olsen dan Wyckoff (2010) defenisi secara umum dari kualitas jasa
pelayanan adalah perbandingan antara harapan konsumen dengan kinerja kualitas pelayanan.
Collier (2010) memliki pandangan lain pada kualitas jasa pelayanan ini, yaitu lebih
menekankan pada kata pelanggan, pelayan, kualitas dan level atau tingkat. Pelayanan terbaik
pada pelanggan (excellent) dan tingkat kualitas pelayanan merupakan cara terbaik yang
konsisten untuk dapat mempertemukan harapan konsumen (standar pelayanan eksternal dan
biaya) dan sistem kinerja cara pelayanan internal maupun standar pelayanan eksternal.
Beberapa pengertian yang terkait dalam definisi kualitas jasa pelayanan adalah:
Bagi perusahaan yang bergerak dibidang jasa, memuaskan kebutuhan pelanggan berarti
harus memberikan pelayanan berkualitas (service quality) kepada pelanggan, terdapat dua
pendekatan kualitas pelayanan yang populer digunakan oleh kalangan bisnis Amerika dan
kini telah menyebar ke berbagai Negara di dunia. Pendekatan pertama dikemukakan oleh
Albert yang mendasarkan pendekatannya pada dua konsep pelayanan berkualitas, yaitu (a)
service triangle dan (b) total quality service (TQS). Service triangle diterjemahkan sebagai
segitiga layanan dan total quality service diterjemahkan sebagai layanan mutu terpadu (Budi
W, Soetjipto 2010)
Trigono (2011:94), mengemukakan bahwa pelayanan yang terbaik yaitu: melayani setiap
saat, secara tepat dan memuaskan, berlaku sopan, ramah dan menolong serta profesional,
bahwa kualitas merupakan standar yang harus dicapai oleh
seseorang/kelompok/lembaga/organisasi mengenai kualitas sumber daya manusia, kualitas
cara kerja atau produk yang berupa barang dan jasa.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas mengenai pengertian kualitas pelayanan, dapat
disimpulkan bahwa kualitas pelayanan adalah totalitas dari kemampuan pihak penyelenggara
pelayanan dalam memberikan layanan akan produk (barang atau jasa) maupun layanan
administrasi kepada pelanggan/masyarakat, yang dapat memenuhi kebutuhan dan
memberikan kepuasan kepada pelanggan berdasarkan kesesuaian dengan harapan dan
kenyataan yang dapat diterima oleh masyarakat.
Terdapat beberapa faktor penghambat dalam pelayanan yang di identifikasi sebagai
berikut (Yamit, 2010) :
Menurut Tjiptono (200:132) strategi kualitas layanan atau jasa mencakup empat hal yaitu:
1. Atribut layanan pelanggan, adalah penyampaian layanan atau jasa harus tepat waktu,
akurat, dengan perhatian dan keramahan.
2. Pendekatan untuk penyempurnaan kualitas jasa, merupakan aspek penting dalam
rangka menciptakan kepuasan pelanggan. Faktor biaya, waktu menerapkan program,
dan pengaruh layanan pelanggan. Ketiga faktor ini merupakan inti pemahaman dan
penerapan suatu sistem responsive terhadap pelanggan dan organisasi untuk
pencapaian kepuasan optimum.
3. Sistem umpan balik untuk kualitas layanan pelanggan sangat dibutuhkan untuk
evaluasi dan perbaikan berkesinambungan. Informasi umpan balik harus difokuskan
pada hal- hal berikut: memahami persepsi pelanggan terhadap perusahaan, jasa
perusahaan dan para pesaing, mengukur dan memperbaiki kinerja perusahaan,
mengubah bidang- bidang kuat perusahaan menjadi faktor pembeda pasar, mengubah
kelemahan menjadi peluang berkembang sebelum pesaing lain melakukannya,
mengembangkan sarana komunikasi internal agar setiap orang tahu apa yang mereka
lakukan, dan menunjukkan komitmen perusahaan pada kualitas dan para pelanggan.
4. Implementasi, sebagai dari proses implementasi manajemen harus menentukan
cakupan kualitas jasa dan tingkat layanan pelanggan sebagai bagian dari kebijakan
organisasi.
Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (1998:69) mengidentifikasi sepuluh faktor utama yang
menentukan kualitas pelayanan, yakni:
1. Tangibles (bukti fisik), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai dan sarana
komunikasi serta kendaraan operasional. Dengan demikian bukti langsung/wujud
merupakan satu indikator yang paling konkrit. Wujudnya berupa segala fasilitas yang
secara nyata dapat terlihat.
2. Reliability (kepercayaan), merupakan kemampuan memberikan pelayanan yang
dijanjikan dengan segera dan memuaskan. Menurut Lovelock, reliability to perform
the promised service dependably, this means doing it right, over a period of time.
Artinya, keandalan adalah kemampuan perusahaan untuk menampilkan pelayanan
yang dijanjikan secara tepat dan konsisten. Keandalan dapat diartikan mengerjakan
dengan benar sampai kurun waktu tertentu. Pemenuhan janji pelayanan yang tepat dan
memuaskan meliputi ketepatan waktu dan kecakapan dalam menanggapi keluhan
pelanggan serta pemberian pelayanan secara wajar dan akurat.
3. Responsiveness (daya tanggap), sikap tanggap pegawai dalam memberikan pelayanan
yang dibutuhkan dan dapat menyelesaikan dengan cepat. Kecepatan pelayanan yang
diberikan merupakan sikap tanggap dari petugas dalam pemberian pelayanan yang
dibutuhkan. Sikap tanggap ini merupakan suatu akibat akal dan pikiran ygan
ditunjukkan pada pelanggan.
4. Assurence (jaminan), mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan dan sifat dapat
dipercaya yang dimiliki pegawai, bebas dari bahaya, risiko dan keragu- raguan.
Jaminan merupakan upaya perlindungan yang disajikan untuk masyarakat bagi
warganya terhadap resiko yang apabila resiko itu terjadi akan dapat mengakibatkan
gangguan dalam struktur kehidupan yang normal.
5. Emphaty (empati), meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi
yang baik dan memahami kebutuhan pelanggan. Empati merupakan individualized
attention to customer. Empati adalah perhatian yang dilaksanakan secara pribadi atau
individu terhadap pelanggan dengan menempatkan dirinya pada situasi pelanggan.
Kualitas layanan yang dirasakan dalam logistik pihak ketiga (3PL) terdiri dari tiga
dimensi kualitas utama: kualitas layanan operasional, kualitas layanan personal dan kualitas
layanan teknis dengan mengikuti struktur umum pradigma kepuasan- loyalitas (Oliver, 1980:
Olsen, 2002). Dimensi kualitas pelayanan operasional logistik ditemukan oleh Stank et al.
(2003) dan sebagian besar sesuai dengan aspek kualitas fungsional Mentzer et al. (1999).
Dimensi kualitas layanan Personal juga termasuk dalam Mentzer et al. (1999) yang dapat
dibandingkan dengan dimensi relasional Stank et al. (2003) . dimensi kualitas layanan teknis
megacu pada kualitas sumber daya fisik dan dapat dibandingkan dengan komponen layanan
berwujud Rafele (2004) dan Parasuraman et al. (1980)
1. Kualitas layanan personal
Personnel contact quality (kualitas personal) mengacu pada orientasi pelanggan
terhadap kontak person. Secara khusus, pelanggan peduli apakah personil dari
contact person memiliki pengetahuan yanag luas, empati terhadap situasi, dan
dapat membantu dalam menyelesaikan setiap masalah. Dalam layanan yang
paling baik adalah persepsi kualitas yang terbentuk selama pelayanan. Persepsi
kualitas layanan adalah terkait lebih ke proses layanan, yang melibatkan contact
person yang akhirnya mampu menghasilkan kepuasan. Dengan demikian
personnel contact quality merupakan aspek penting sebagai penghubun antara
karyawan dan pelanggan.
2. Kualitas layanan teknis
Technical quality (kualitas teknis) yaitu komponen yang berkaitan dengan output
(keluaran) jasa yang diterima pelanggan atau konsumen.
Menurut Parasuraman et al. (1980) Technical quality dapat diperinci menjadi :
a. Search quality, yaitu kualitas yang dapat di evaluasi pelanggan sebelum
membeli, misalnya harga.
b. Experience quality, yaitu kualitas yang hanya di evaluasi pelanggan
setelah membeli atau menkonsumsi jasa. Contohnya ketepatan waktu,
kecepatan pelayanan, dan kerapian hasil.
c. Credence quality, yaitu kualitas yang sukar di evaluasi pelanggan
meskipun telah mengevaluasi jasa misalnya kualitas operasi jantung.
3. Kualitas layanan operasional
Kualitas layanan operasional (operational quality) yaitu komponen yang berkaitan
dengan speed of performance ( kecepatan kinerja) consistency (konsisten),
flexibility (fleksibilitas) dan malfunction recorvery (kerusakan fungsi). Stank et al.
(1999) mengemukakan unsur- unsur operasional terdiri dari kegiatan yang
dilakukan oleh penyedia layanan yang berkontibusi terhadap produktivitas,
efisiensi, dan konsistensi kualitas.
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Feibe Permatasari Karundeng pada tahun 2013
dengan judul Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Pengaruhnya Terhadap Loyalitas Konsumen
Pada Rumah Makan Mawar Sharron Wanea Manado. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Pelanggan Terhadap Loyalitas
Konsumen Pada Rumah Makan Mawar Sharron Wanea Manado. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kualitas pelayanan berpengaruh terhadap loyalitas konsumen, kepuasan
berpengaruh terhadap loyalitas konsumen, kualitas pelayanan dan kepuasan secara bersama
berpengaruh terhadap loyalitas konsumen.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Najib (2007) yang meneliti tentang
Kualitas Layanan Logistik Sebagai Proses Segmentasi Pasar. Penelitian tersebut meneliti
tentang Kualitas Layanan Logistik Mulai dari aktivitas-aktivitas pemesanan terhadap produk
sampai pemesanan diterima oleh konsumen dan pengaruh terhadap kepuasan konsumen.
Penelitian tersebut menggunakan metode survey dan jenis penelitian yang dilakukan adalah
exploration. Ukuran sampel keseluruhan sebesar 400 responden atau masing- masing segmen
(segmen produk tekstil & segmen produk elektronik) sebesar 200 responden. Hasil penelitia
menunjukkan pengaruh personnel contact quality dalam membentuk kepuasan didorong oleh
order quality, order discrepancy handling selain melalui timeliness. Sedangkan untuk
segmen produk elektronik, pengaruh personnel contact quality dalam membentuk kepuasan
didorong oleh order accuracy dan timeliness. Dari hasil penelitian menunjukkan adanya
hubungan dimensi kualitas layana logistik dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan secara
langsung maupun tidak langsung.
Penelitian selanjutnya oleh Merry M (2004) dengan judul Analisis Pelayanan Jasa
terhadap Kepuasan Pelanggan Pada Bengkel Jhon Motor Bengkulu. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui Kepuasan Pelanggan Pada Bengkel Jhon Motor Bengkulu. Alat analisis
yang digunakan adalah importance performance, analisis gap, diagram cartesius, uji valiiditas
dan reability. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada kesenjangan signifikan antara tingkat
kinerja dan kepentingan pelanggan.
2.9 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara yang harus diuji kebenarannya
dengan penelitian ilmiah (Imam, 2016:106). Pengujian hipotesis merupakan salah satu cara
dalam statistika untuk menguji “parameter” populasi berdasarkan statistika sampelnya untuk
dapat ditolak atau tak ditolak pada signifikasi tertentu (Imam, 2016:107). Menurut Dantens
(2012) hipotesis adaalah praduga atau asumsi yang harus diuji melalu data atau fakta yang
diperoleh melalui penelitian. Hipotesis juga merupakan penuntun bagi peneliti dalam
menggali data yang diinginkan.
Karena layanan jasa melibatkan orang untuk membuat jasa tersebut menjadi terwujud
dan memuaskan maka aspek personal service menjadi penting sebagai ukuran pelayanan.
Menurut Menzer (1999) Personnel Contact quality atau Personal Services mengacu pada
orientasi pelanggan terhadap contact people dari bagian logistik perusahaan. Secara spesifik
pelanggan melihat apakah staf layanan pelanggan berpengetahuan, berempati terhadap situsai
pelanggan, dan membantu pelanggan dalam menyelesaikan masalah mereka.
Technical service mengacu pada kualitas sumberdaya fisik dan dapat dibandingkan
dengan komponen layanan berwujud (Rafele, 2004). Technical service juga berupa kotivasi
terhadap teknologi informasi dan komunikasi yang digunakan oleh perusahaan jasa dalam
pengaturan sistem logistik (Langley dan CapGemini, 2009) dimana konsumen
mengaharapkan kelengkapan sumber daya fisik dalam suatu perusahaan logistik agar
meyakinkan persepsi konsumen terhadap technical service menjadi baik, apabila persepsi
konsumen buruk terhadap technical service perusahaan logistik, maka kepuasan konsumen
juga akan semakin buruk.
2.9.3 Operational Service terhadap Kepuasan Konsumen
Stank et al. (1999) mengemukakan bahwa dua dimensi kinerja layanan, operasional
dan relasional, relevan dalam konteks industri layanan jasa. Mereka menunjukkan bahwa
kinerja opersional memiliki dampak yang signifikan terhadap kepuasan konsumen,
sebaliknya dampak kualitas relasional hanya berdampak sedikit. Chelariu et al. (2014)
menyatakan bahwa kinerja operasional adalah kinerja paling dominan dalam tugas logistik.
Kinerja yang harus sesuai dengan harapan konsumen berarti kecepatan kinerja, konsisten,
fleksibel serta tanggap menangani kerusakan fungsi. Semakin baik operational service
pelayanan jasa logistik terhadap kepuasan konsumen, maka konsumen juga akan semakin
baik menilai kualitas pelayanan logistik dan jika persepsi konsumen buruk terhadap
operational service pelayanan jasa logistik maka kepuasan konsumen juga akan semakin
buruk.
Variabel timeliness (ketepatan waktu) ini merupakan variabel yang paling dinamis.
Harapan konsumen hampir dapat dipastikan berubah seiring dengan ketepatan waktu
pengiriman dari penyedia jasa logistik, apakah pesanan tiba di lokasi pelanggan sesuai
dengan waktu yang dijanjikan oleh penyedia jasa logistik. Menurut Mentzer (1999) ketepatan
waktu juga mengacu pada waktu yang dibutuhkan anatara penempatan pesanan dan
penerimaan oleh pelanggan. Waktu pengiriman dapat dipengaruhi oleh waktu transportasi,
termasuk back-order time ketika produk yang dipesan pelanggan tidak tersedia. Hubungan
antara timeliness dengan kepuasan konsumen adalah timeliness mempunyai pengaruh positif
terhadap kepuasan konsumen. Semakin baik persepsi konsumen terhadap timeliness
perusahaan maka kepuasan konsumen juga akan semakin baik dan jika persepsi konsumen
terhadap timeliness buruk maka kepuasan konsumen juga akan semakin buruk.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara personal
(personal), teknis (technical), operasional (operational), ketepatan waktu (timeliness)
terhadap kepuasan konsumen (buyer satisfaction). Kerangka teoritis dalam penelitian ini
memadukan variabel kepuasan layanan menurut konsep Oliver, 1980: Olsen, 2002, Mentzer
et al. (1999) dan Stank et al. (2003) yaitu: personal, teknis, operasional, ketepatan waktu,
dan kepuasan pelanggan mempengaruhi kualitas pelayanan. Berdasarkan tujuan penelitian,
masalah penelitian dan kajian pustaka yang telah diuraikan diatas maka disusun kerangka
pemikir untuk penelitian ini.
Gambar 2.1
H1 Personal
(personal)
H2 Teknik
(technical)
Kepuasan Pelanggan
(buyer satisfaction)
H3
Operasional
(operational)
H4
Ketepatan Waktu
(timeliness)
Sumber: Oliver, 1980: Olsen, 2002, Mentzer et al. (1999), dan Stank et al. (2003)
Penelitian ini difokuskan pada 5 Variabel kualitas pelayanan logistik yaitu: Personal,
Technical, Operational, Timeliness dan Satisfaction. Oleh karena itu dengan mengetahui
posisi pelayanan terkait dengan keinginan pelanggan/konsumen tersebut, dapat membantu
perusahaan bersaing dengan perusahaan- perusahaan sejenis saat ini juga beroperasi
(Lovelock et al., 2003).
BAB III
METODE PENELITIAN
Tabel 3.1
Variabel dan Indikator Kualitas Pelayanan Logistik
Variabel Indikator
Personal
Teknis
Operasional
Ketepatan waktu
Kepuasan konsumen
Table 3.2
Kriteria pemberian nilai terhadap jawaban kuisioner
Kriteria Jawaban Bobot
Sangat Setuju (SS) 5
Setuju (S) 4
Kurang Setuju (KS) 3
Tidak Setuju (TS) 2
Sangat Tidak Setuju (STS) 1
3.6 Pengujian Instrumen
Dalam suatu penelitian, data mempunyai kedudukan yang sangat penting. Hal ii
dikarenakan data emerupakan penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai alat
pemnuktian hipotesis. Valid atau tidaknya data sangat menentukan kualitas dari data tersebut.
Hal ini tergantung instrument yang digunakan apakah sudah memenuhi asas validitas dan
rehabilitas.
3.6.1 Uji validitas
Uji validitas adalah suatu data dapat dipercaya kebenarannya sesuai dengan kenyataan.
Bahwa valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur. Valid menunjukkan derajat ketepatan antara data yang sesungguhnya
terjadi pada objek dengan data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti. Uji validitas dalam
penelitian ini digunakan analisis item yaitu mengkorelasikan skor tiap butir. Jika ada item
yang tidak memenuhi syarat, maka item tersebut tidak akan diteliti lebih lanjut.
Sugiyono (2010) untuk menguji aoakah instrumen yang digunakan valid atau tidak
dengan korelasi pearson. Cara analisis yang digunakan adalah dengan mengkorelasikan
antara masing- masing nilai pada nomor pertanyaan dengan nilai total dari nomor pertanyaan
tersebut. Selanjutnya koefisien korelasi yang diperoleh r-hitung masih harus diuji
signifikasinya dengan membandingkannya dengan r-tabel. Butir pertanyaan dikatakan valid
jika nilai r-hitung>r-tabel atau nilai p<0,05.
3.6.2 Uji reabilitas
Sugiyono (20100 berpendapat bahwa reabilitas adalah derajat konsistensi atau keajegan
data dalam interval waktu tertentu. Uji reabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana
hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran beberapa kali dengan gejala yang
sama. Tinggi rendahnya reabilitas ditunjukkan oleh suatu angka koefisien reabilitas. Untuk
mengukur tinggi rendahnya reabilitas salah satunya dapat menggunakan teknik pengukuran
koefisien alpha dari Cronbanch. Suatu instrumen dikatakan memiliki reliable yang apabila
nilai koefisien reabilitasnya sebesar 0,900 (Sekaran, 2006). Meskipun demikian suatu
instrumen juga dikatakan reliable apabila memiliki koefisien reabilitas yang berkisar antara
0,600 sampai dengan 0,900 (Sekaran,2006).
3.7 Metode Analisis
Metode analisis data yang digunakan dlam penelitian variable ini adalah:
N
Dimana:
f : Frekuensi jawaban responden
x : Skor jawaban responden
N : Jumlah sampel