Anda di halaman 1dari 24

“TUGAS INDIVIDU SISTEM INFORMASI MANAJEMEN “

PT. AMAN SINAMBUNG KARYA (ASKA)

Dosen Pengampu : Huntomo Rusdianto,SE.,MBA.,QWM.,CBV

Disusun Oleh : Muhammad Lukman Saputra

NIM :201911488

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS MANAJEMEN

UNIVERSITAS MURIA KUDUS

2021
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah Semakin berkembangnya jaman seperti saat sekarang ini khususnya di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk yang
padat, dan di iringi dengan semakin kompleksnya kebutuhan dan berbagai aktifitas manusia dalam melakukan mobilitas baik
melakukan pekerjaan, sekolah, pariwisata, penelitian hingga traveling.

Fenomena ini berpengaruh/ berdampak pada kebutuhan masyarakat akan sektor jasa transportasi baik darat, laut maupun udara.
Keadaan seperti ini yang pada akhirnya menyebabkan semakin ketatnya persaingan antar moda transportasi baik darat, laut, dan
udara di dalam eksistensi perusahaan bersaing memberikan layanan yang terbaik untuk memperoleh penumpang dan berlomba-
lomba menarik perhatian konsumen, bersaing mendapatkan pangsa pasar, sehingga hal ini memicu perusahaan untuk berusaha
terus maju dalam memperbaiki bisnisnya salah satunya dengan memberikan pelayanan terbaik untuk menciptakan kepuasan dan
loyalitas konsumen.

Semakin ketatnya persaingan moda transportasi di Indonesia perusahaan moda transportasi berlomba lomba memperbaiki
bisnisnya semenarik mungkin, perusahaan perusahaan yang bisa bertahan adalah perusahaan perusahaan yang tumbuh dan
berkembang. Agar perusahaan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, perusahaan tersebut harus dapat mengantisipasi
perkembangan ekonomi yang semakin kompetitif dengan melakukan strategi yang tepat agar tidak tersisih dalam persaingan.
Selain itu perusahaan juga harus dapat mengantisipasi kecenderungan ekonomi di masa yang akan datang dan harus dapat
bersaing dengan perusahaan lain yang bergerak di bidang yang sama.

Hal tersebut untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan kemajuan perusahaan agar tidak tersisih dalam persaingan.
Di Indonesia terdapat berbagai jenis alat transportasi seperti transportasi darat, laut dan udara. Transportasi darat merupakan
salah satu yang diberi perhatian khusus oleh pemerintah dan para pengguna jasa transportasi, karena disamping murah sampai
dengan saat ini transportasi darat masih merupakan primadona bagi sebagian besar masyarakat Indonesia karena
keterjangkauannya.

Berdasarkan kebutuhan masyarakat akan sarana transportasi, maka perusahaanperusahaan menawarkan berbagai alternatif
penggunaan sarana transportasi darat seperti bus, travel, mobil angkutan umum, taksi ataupun kereta api. Bus adalah salah satu
sarana transportasi yang masih banyak dipergunakan oleh masyarakat Indonesia, yang menawarkan banyak alternatif jurusan
dan tujuan yang berbeda-beda. Alasan pemilihan bus karena harga tiket yang masih terjangkau jika dibandingkan dengan alat
transportasi darat lainnya. Semakin meningkatnya jumlah masyarakat yang menggunakan bus, semakin memperbanyak jumlah
perusahaan bus antar kota antar propinsi di berbagai kota.

Wilayah yang sampai saat ini sebagian besar masyarakatnya masih menggunakan transportasi bus yakni di Provinsi Jawa Barat.
Peran dan eksistensi perusahaan ottobus di Jawa Barat yang merupakan transportasi darat pilihan dan banyak peminatnya. Salah
satu faktor yang menjadi penyebab terjadinya hal tersebut yakni adanya persaingan yang ketat dan banyaknya alternatif pilihan
transportasi sehingga konsumen semakin selektif.

Menurut Kartajaya (2006:165) mengatakan bahwa untuk memenangkan persaingan, mau tak mau produk atau layanan yang
ditawarkan haruslah menghasilkan sensasi yang tidak terlupakan (Memorandum Experience) kepada para pelanggan.
Mengantisipasi keadaan tersebut adalah bagaimana menciptakan nilai dan kualitas layanan yang dapat menciptakan kepuasan
penumpang. Fasilitas yang disediakan oleh perusahaan otobus tersebut berbeda-beda tergantung dengan kelas armada dan harga
tiket atau tarif yang ditawarkan oleh perusahan ottobus. Fasilitas penunjang yang disediakan antara lain seperti LCD,
audio/video, AC (air conditioner), toilet atau reclining eat, snack atau soft drink, smooking room. Dengan berbagai fasilitas
tersebut.
diharapkan penumpang akan merasa nyaman selama dalam perjalanan dan mendapatkan pelayanan yang baik dan mendapatkan
suatu kepuasan yang di harapkan. Karena kepuasan konsumen adalah hal yang utama untuk mempertahankan konsumen agar
melakukan pembelian ulang atau menjadi konsumen yang loyal. Kualitas layanan adalah suatu daya tanggap dan realitas dari
jasa yang diberikan perusahaan terhadap kosumennya. Kualitas layanan suatu perusahaan haruslah terusdipertahankan dan
ditingkatkan karena pelanggan mengharapkan mendapat suatu pelayanan yang baik bahkan melebihi yang mereka harapkan
sehingga pelanggan akan puas terhadap perusahaan jasa tersebut.

Menurut Kotler dalam Wisnalmawati (2005: 156) berpendapat bahwa Kualitas pelayanan harus dimulai dari kebutuhan
pelanggan dan berakhir pada persepsi pelanggan. Hal ini berarti bahwa kualitas yang baik bukanlah berdasarkan persepsi
penyediaan jasa, melainkan berdasarkan persepsi pelanggan. Sedangkan Roesanto (2000) dalam Nanang Tasunar (2006: 44)
berpendapat bahwa: Kualitas layanan mengacu pada penilaian-penilaian pelanggan tentang inti pelayanan, yaitu si pemberi
pelayanan itu sendiri atau keseluruhan organisasi pelayanan, sebagian besar masyarakat sekarang mulai menampakkan tuntutan
terhadap pelayanan prima, mereka bukan lagi sekedar membutuhkan produk yang bermutu tetapi mereka lebih senang
menikmati kenyamanan pelayanan. Kualitas adalah sebuah kata yang bagi penyedia jasa merupakan sesuatu yang harus
dikerjakan dengan baik (Supranta, 2001).

Dalam menentukan kualitas jasa, terdapat lima dimensi kualitas jasa sebagaimana telah dikemukakan oleh Kotler (2012:284)
yaitu dimensi tangibles, reliability, responsiveness, assurance dan emphaty. Kualitas layanan yang maksimal diharapkan akan
tercipta suatu kepuasan pada diri konsumen.

Sedangkan menurut Kotler (2002) kepuasan sendiri adalah perasaan seseorang mengenai kesenangan atau kepuasan atau hasil
yang mengecewakan dari membandingkan penampilan produk yang telah disediakan (atau hasil) yang berhubungan dengan
harapan pelanggan. Seorang pelanggan yang puas adalah pelanggan yang merasa mendapatkan value dari produsen atau
penyediaan jasa.
Value ini bisa berasal dari produk, pelayanan, sistem atau sesuatu yang bersifat emosional. Value bagi pelanggan ini dapat
diciptakan melalui atribut-atribut pemasaran perusahaan yang dapat menjadi unsur-unsur stimulasi bagi perusahaan untuk
mempengaruhi konsumen dalam pembelian. Jika pembelian yang dilakukan mampu memenuhi kebutuhan dan keinginannya
atau mampu memberikan kepuasan, terjadi pembelian ulang pada masa depan (Paliliati, 2007). Loyalitas meliputi kemungkinan
pembelian lebih lanjut atau perubahan perjanjian pelayanan atau sebaliknya seberapa besar kemungkinan pelanggan akan
beralih kepada merk atau penyedia layanan lain.

Berbagai fasilitas-fasilitas dan layanan PO Efisiensi untuk menjamin kenyamanan penumpang sudah disediakan namun masih
terdapat keluhan dari para pengguna jasa di setiap tahunnya yang dapat diketahui dari data keluhan penumpang dimana pada
tahun tahun 2010 terdapat 154 jumlah keluhan masuk baik langsung, maupun via SMS. Tahun 2011 terdapat sejumlah 127
keluhan. Pada tahun 2012 jumlah komplain penumpang naik menjadi 202 dan tahun 2013 terjadi peningkatan tajam dengan
jumlah keluhan 231. Data keluhan penumpang tersebut menunjukkan bahwa PO Efisiensi mengalami masalah yakni adanya
penurunan penjualan dan peningkatan jumlah keluhan penumpang dari tahun ke tahun. Dimana definisi dari keluhan adalah satu
pernyataan atau ungkapan rasa kurang puas terhadap satu produk atau layanan, baik secara lisan maupun tertulis, dari pelanggan
internal maupun eksternal (Darma, 2010).

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana Penerapan Decision Support Sytem dalam pengambilan keputusan manajemen pada kegiatan pemasaran

PT. AMAN SINAMBUNG KARYA (ASKA


BAB 2

2.1 Pengertian Decision Support System

Decision Support System (DSS) merupakan salah satu produk perangkat lunak yang dikembangkan secara khusus
untuk membantu manajemen dalam proses pengambil keputusan. Sesuai namanya, tujuan digunakannya system ini adalah
sebagai “second opinion” atau “information source” yang dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan sebelum seorang
manajermemutuskan kebijakan tertentu.

Pendekatan yang paling sering digunakan dalam proses perancangan sebuah DSS adalah dengan menggunakan teknik
simulasi yang interaktif, sehingga selain dapat menarik minat manajer untuk menggunakannya , diharapkan system ini dapat
merepresentasikan keadaan dunia nyata atau bisnis yang sebenasrnya. Hal yang perlu ditekankah adalah bahwa keberadaan DSS
bukan untuk menggantikan tugas-tugas, tetapi untuk menjadi sarana penunjang (tools) bagi mereka.

DSS sebenarnya merupakan implementasi teori-teori pengambilan keputusan yang telah diperkenalkan oleh ilmu-ilmu seperti
operation research dan management science. Hanya bedanya adalah bahwa jika dahulu untuk mencari penyelesaian masalah
yang dihadapi harus dilakukan perhitungan iterasi secara manual (biasanya untuk mencari nilai minimum, maksimum, atau
optimum), saat ini komputer PC telah menawarkan kemampuannya untuk menyelesaikan persoalan yang sama dalam waktu
relatif singkat. Dalam kedua bidang ilmu di atas, dikenal istilah decision modeling, decision theory, dan decision analysis – yang
pada hakekatnya adalah merepresentasikan permasalah dan manaje-men yang dihadapi setiap hari ke dalam bentuk kuantitatif
(misalnya dalam bentuk model matematika).

Contoh-contoh klasik dari persoalan dalam bidang ini adalah linear programming, game’s theory, transportation problem,
inventory system, decision tree, dan lain sebagainya. Dari sekian banyak problem klasik yang kerap dijumpai dalam aktivitas
bisnis perusahaan sehari-hari, sebagian dapat dengan mudah disimulasikan dan diselesaikan dengan menggunakan formula atau
rumus-rumus sederhana. Tetapi banyak pula masalahan yang ada sangat rumit sehingga membutuhkan kecanggihan komputer.
Sprague dan Carlson mendefinisikan DSS dengan cukup baik, sebagai sistem yang memiliki lima karakteristik utama (Sprague
et.al., 1993):

1. Sistem yang berbasis komputer.

2. Dipergunakan untuk membantu para pengambil keputusan

3. Untuk memecahkan masalah-masalah rumit yang “mustahil” dilakukan dengan kalkulasi manual.

4. Melalui cara simulasi yang interaktif.

5. Dimana data dan model analisis sebagai komponen utama.

Adapun Prinsip Dasar DSS adalah sebagai berikut :

1) Struktur Masalah Sulit utk menemukan masalah yg sepenuhnya terstruktur atau tak terstruktur - area kelabu Simon. Ini berarti
DSS diarahkan pada area tempat sebagai besar masalah berada.

2) Dukungan Keputusan DSS tidak dimaksudkan untuk menggantikan manajer. Komputer dapat diterapkan pada bagian
masalah yg terstruktur, tetapi manajer bertanggung jawab atas bagian yang tidak terstruktur.

3) Efektivitas Keputusan waktu manajer berharga dan tidak boleh terbuang, tetapi manfaat utama menggunakan DSS adalah
keputusan yg baik.
2.2 Jenis – Jenis Decision Support System

Aplikasi DSS yang ditawarkan di pasar sangat beraneka ragam, dari yang paling sederhana (quick-hit DSS) sampai dengan yang
sangat kompleks (institutional DSS). “Quick-Hit DSS” biasanya ditujukan untuk para manajer yang baru belajar menggunakan
DSS (sebagai pengembangan setelah jenis pelaporan yang disediakan oleh MIS = Management Information System, satu level
sistem di bawah DSS).

Biasanya masalah yang dihadapi cukup sederhana (simple) dan dibutuhkan dengan segera penyelesaiannya. Misalnya untuk
kebutuhan pelaporan (report) atau pencarian informasi (query). Sistem yang sama biasa pula dipergunakan untuk melakukan
analisa sederhana. Contohnya adalah melihat dampak yang terjadi pada sebuah formulasi, apabila variabel-variabel atau
parameter-parameternya diubah.

Di dalam perusahaan, DSS jenis ini biasanya diimplementasikan dalam sebuah fungsi organisasi yang dapat berdiri sendiri
(berdasarkan data yang dimiliki fungsi organisasi tersebut). Misalnya adalah DSS untuk menyusun anggaran tahunan, DSS
untuk melakukan kenaikan gaji karyawan, DSS untuk menentukan besanya jam lembur karyawan, dan lain sebagainya.

Usaha berikutnya dalam mendefinisikan konsep DSS dilakukan oleh Steven L. Alter. Alter melakukan study terhadap 56 sistem
penunjang keputusan yang digunakan pada waktu itu, study tersebut memberikan pengetahuan dalam mengidentifikasi enam
jenis DSS, yaitu :

• Retrive information element (memanggil elemen informasi)


• Analyze entries fles (menganalisa semua file)

• Prepare reports form multiple files (laporan standart dari beberapa files)

• Estimate decisions qonsquences (meramalkan akibat dari keputusan)

• Propose decision (menawarkan keputusan )

• Make decisions (membuat keputusan)

Jenis-jenis DSS menurut tingkat kerumitan dan tingkat dukungan pemecahan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Mengambil elemen-elemen informasi.

2. Menganalisis seluruh file.

3. Memperkirakan akibat keputusan

4. Menyiapkan laporan dari berbagai file.

5. Mengusulkan keputusan.

6. Membuat Keputusan.

Adapun fokus utama konsep DSS adalah komputer harus digunakan untuk mendukung manajer tertentu membuat keputusan
tertentu untuk memecahkan masalah tertentu. Model DSS terdiri dari:

1. Model matematika.

2. Database
3. Perangkat Lunak

Yang melukiskan beberapa komponen yang mendukung DSS, seperti: Hardware, Software, Data, Model, dan Interaktif para
pemakainya.Menurut Herbert A. Simon keputusan berada pada suatu rangkaian kesatuan, dengan keputusan terprogram pada
satu ujungnya dan keputusan tak terprogram pada ujung lainnya.

1) Keputusan Terprogram, bersifat berulang dan rutin sedemikian sehingga suatu prosedur pasti telah dibuat untuk
menanganinya sehingga keputusan tersebut tidak perlu diperlakukan de novo (sebagai sesuatu yg baru) tiap kali terjadi.

2) Keputusan Tidak Terprogram, bersifat baru, tidak terstruktur, dan jarang konsekuen. Tidak ada metode yg pasti utk
menangani masalah ini belum pernah ada sebelumnya, atau karena sifat dan struktur persisnya tak terlihat atau rumit, atau
karena begitu pentingnya sehingga memerlukan perlakuan yang sangat khusus.

2.3 Tujuan dan Manfaat Decision Support System

Perintis DSS yang lain Peter G. W. Keen, bekerjasama dengan Scott Morton mendefinisikan tiga tujuan yang harus dicapai
DSS. Tujuan-tujuan ini berhubungandengan tiga prinsip dasar dari konsep DSS – struktur masalah, dukungan keputusan, dan
efektivitas keputusan. Mereka percaya bahwa DSS harus:

1. Membantu manajer membuat keputusan untuk memecahkan masalah semi terstruktur.


2. Mendukung keputusan manajer, dan bukannya mengubah atau mengganti keputusan tersebut

3. Meningkatkan efektivitas menajer dalam pembuatan keputusan, dan bukannya peningkatan efisiensi.

Decision Support System tidak dimaksudkan untuk menggantikan manajer. Komputer dapat diterapkan pada bagian masalah
yang terstruktur, tetapi manajer bertanggung jawab atas bagian yang tak terstruktur – menerapkan penilaian atau intuisi, dan
melakukan analisis.

Manajer dan komputer bekerjasama sebagai tim pemecahan masalah dalam memecahkan masalah yang berbeda di area semi
terstruktur yang luas.

Tujuan dari DSS bukanlah untuk membuat proses pengambilan keputusan seefisien mungkin. Waktu manajer berharga dan tidak
boleh terbuang, tetapi manfaat utama menggunakan DSS adalah keputusan yang lebih baik. Ketika membuat keputusan, manajer
tidak selalu mencoba yang terbaik. Sejumlah model matematika akan melakukannya untuk manajer. Namun, dalam banyak
kasus manajerlah yang harus memutuskan alternatif mana yang terbaik. Manajer mungkin saja menghabiskan waktu ekstra
untuk memperluas solusi sehingga mencapai optimum, tetapi ketelitian yang meningkat senilai dengan waktu dan usaha yang
telah dikeluarkan. Manajer menggunakan pertimbangan dalam menentukan kapan suatu keputusan akan berkontribusi pada
suatu solusi masalah.
BAB 3

3.1 Proses Pendukung Decisios Support System

Dalam membantu proses pengambilan keputusan, terdapat beberapa tahap atau fase yang dilakukan oleh decision support
system. Beberapa tahapan decision support system tersebut adalah sebagai berikut.

1. Fase Intelegensi

Kegiatan yang dicakup umumnya akan menekan pada identifikasi situasi dan juga peluang serta masalah yang ada. Intelegensi
pada pengambilan keputusan ini terdiri dari pemberdayaan lingkungan baik itu secara terus-menerus ataupun secara intermiten.

Beberapa kegiatan yang tergolong dalam tahapan intelegensi ini adalah mengidentifikasi masalah atau peluang, klasifikasi
masalah, dan juga kepemilikan suatu masalah.

2. Fase Desain

Fase desain adalah proses penemuan atau pengembangan serta menganalisis tindakan yang memang harus dilakukan. Dalam
fase ini terdapat pemahaman pada masalah dan juga menguji solusi yang memang menjanjikan.

Beberapa contoh dari kegiatan fase desain ini adalah memilih suatu prinsip pilihan, menghasilkan ataupun mengembangkan
pilihan, dan juga menghitung seluruh hasil akhirnya.
3.Fase Pilihan

Fase pilihan adalah suatu kegiatan dalam mengambil keputusan secara lebih kritis. Dalam tahapan ini, perusahaan ataupun
organisasi akan membuat suatu keputusan yang nyata dan juga mengambil komitmen guna mengikuti tindakan tertentu.

Fase pilihan ini mencakup evaluasi, pencarian, dan juga rekomendasi pada solusi yang lebih sesuai untuk model. Solusi untuk
model ini adalah berbagai kumpulan yang spesifik bagi sejumlah variabel keputusan pada suatu alternatif yang memang sudah
terpilih.

4. Fase Implementasi

Fase implementasi adalah inisiasi pada pengendalian pada perubahan perusahaan. Fase implementasi ini akan terasa sedikit sulit
untuk didefinisikan karena memiliki rangkaian proses yang panjang dan juga melibatkan berbagai batasan yang sangat tidak
jelas.

Yang pasti, pada fase implementasi ini dilakukan agar bisa memastikan solusi yang sudah dipilih dan direkomendasikan bisa
bekerja dengan baik tanpa memerlukan implementasi dari suatu sistem komputer.

Batasan yang terdapat pada fase pilihan dan juga fase desain kerap kali tidak terlihat karena kegiatan Tertentu bisa dilakukan
secara bersamaan di dalam kedua fase ini dan juga pengambilan keputusan seringkali beralih kembali kepada desain saat sudah
berada di pasar pilihan.

Contohnya adalah ketika saat alternatif baru bisa dibuat saat seseorang sudah melakukan evaluasi alternatif lain yang
sebelumnya memang sudah tersedia.
3.2 Faktor Pendukung Decision Support System

1.DSS sistem yang fleksibel dengan informasi yang interaktif.

2.Mudah digunakan (user friendly),kemampuan grafikal yang kuat dan interaksi yang aktif dari tampilan yang menghubungkan
manusia dan mesin dapat meningkatkan keefektifan DSS.

3.Memungkinkan pembuatan simulasi, proses try-and-error, memperhitungkan akibat dari suatu keputusan.

4.Memberikan dukungan untuk berbagai level managerial, dari tingkat eksekutiv sampai tingkat lini.

5.Memberikan dukungan ke tiap individu dan juga untuk kelompok.

6.DSS mendukung berbagai keputusan yang interdependen dan sekuensual.

7.DSS mendukung seluruh fase dari pembuatan keputusan: Intelligence, design, choice,dan implements.

8.DSS mendukung berbagai proses dan gaya pembuatan keputusan.

9.Dalam DSS para pembuat keputusan harus bersifat reaktif, mampu untuk memkonfrontasikan perubahan kondisi yang cepat
dan mengadaptasika DSS untuk mengatasi perubahan. DSS sangat fleksibel jadi pengguna dapat menambah, menghapus
mengkombinasikan, merubah atau mengatur kembali elemen-elemen dasar.

10.Para pembuat keputusan memiliki wewenang atas pengendalian seutuhnyadari langkah-langkah proses pengambilan
keputusan dalam memecahkan masalah.

11.DSS bisa memberikan akses untuk berbagai macam sumber data, format dan tipe, mulai dari geographic information system
(GIS) sampai dengan yang berorientasi ke objek
BAB 4

4.1 Penerapan Aplikasi Decision Support System (DSS) di perusahaan

1. Sistem pengambilan keputusan pada kegiatan pemasaran di PT ASKA mencakup

penentuan prospek pelanggan, staf yang berpengalaman dalam proyek tertentu, dan penyebaran katalog. Ketiga keputusan yang
dilakukan manajer pemasaran dan penjualan tersebut didasarkan pada informasi yang ada atas seluruh invoicepada bulan terkait
dimana invoice dikumpulkan terlebih dahulu dan pada akhirbulan seluruh invoice tersebut baru diolah oleh manajer pemasaran
dan penjualan melalui Microsoft Excel untuk mengetahui kondisi penjualan perusahaan pada bulan terkait. Dari hasil
pengolahan yang dilakukan oleh manajer pemasaran dan penjualan melalui Microsoft Excel, manajer pemasaran dan penjualan
akan memutuskan tindakan apa yang akan dilakukan terkait kegiatan pemasaran

2. Penerapan decision support systems dalam pengambilan keputusan manajemen pada kegiatan pemasaran di PT ASKA dilakukan
melalui penggunaan Microsoft Excel. Aplikasi tersebut merupakan DSS sederhana yang berjenis SpreadsheetOriented Decision
Support Systems. Dalam penggunaanya, manajer pemasaran harus menginput seluruh data yang ada pada invoice ke dalam
Microsoft Excel untuk diolah menjadi informasi.

Aplikasi ini didesain oleh manajer pemasaran dan penjualan dengan mengelompokkan data berdasarkan nama setiap staf
pemasaran dan penjualan. Pengelompokan tersebut dilakukan dengan cara memisahkan data penjualan setiap staf melalui sheet
yang berbeda. Di dalam sheet tersebut terdapat data terkait penjualan yang dibatasi tiap bulannya dengan memberi pembatas
berupa warna yang berbeda. Dalam menjumlahkan nilaipenjualan, penggunaanrumus SUM pada Microsoft Excel hanya untuk
total nilai penjualan setiap staf pemasaran dan penjualan.Total nilai penjualan tersebut akan menjadi acuan bagi manajer
pemasaran dan penjualan dalam menentukan staf mana yang akan dipilih untuk menangani proyek tertentu dan menentukan
prospek pelanggan. Selain itu, ada beberapa proses yang masih harus dilakukan secara manual oleh manajer pemasaran dan
penjualan yaitu melakukan penghitungan manual terhadap total penjualan keseluruhan untuk mengetahui total penjualan bulan
terkait dan daftar pelanggan.

3. Penerapan decision support systems yang memadai dalam rangka membantu pengambilan keputusan manajemen untuk
mendukung efektivitas kegiatan pemasaran adalah jika decision support systems yang diterapkan telah menggunakan:

a. Analytical Models

Dengan menerapkan analytical models pada DSS berupa sebuah model matematika yang dapat mengubah data menjadi
informasi. Penerapan tersebut dapat berupa persamaan matematika yang melihat kombinasi dari sekumpulan variable (angka
atau karakter) yang menyebabkan hubungan sebab akibat.

b. Specialized Database

Dengan menerapkan specialized database pada DSS berupa penggunaan search engine yang berfungsi untuk mencari data atau
informasi yang dibutuhkan oleh pengguna. Hal ini diterapkan dengan menyesuaikan kondisi perusahaan yang pada umumnya
memiliki data atau informasi dalam jumlah banyak.

c. Wawasan dari pengambil keputusan

Penerapan dari penggunaan DSS harus disesuaikan dengan penggunanya. DSS harus dapat digunakan dengan mudah oleh
penggunanya maka dari itu penerapannya dapat berupa DSS yang dapat menavigasi penggunanya lewat bahasa yang mudah,
penggunaan tombol untuk mengolah data (hanya tingal menekan tombol tidak perlu melakukan hal lain), dan penggunaan
tampilan informasi berupa grafik yang mudah dipahami oleh pengguna
d. Model pemrosesan berbasis komputer yang interaktif

Penerapan pemrosesan berbasis komputer yang interaktif dapat diterapkan melalui penggunaan fasilitas feedback pada DSS.
Feedback tersebut berupa pemberitahuan atas tindakan yang dilakukan pengguna dalam menggunakan DSS apakah sudah benar
atau tidak.
BAB 5

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, penulis dapat mengambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Sistem pengambilan keputusan pada kegiatan pemasaran di PT ASKA mencakup

penentuan prospek pelanggan, staf yang berpengalaman dalam proyek tertentu, dan penyebaran katalog. Ketiga keputusan yang
dilakukan manajer pemasaran dan penjualan tersebut didasarkan pada informasi yang ada atas seluruh invoicepada bulan terkait
dimana invoice dikumpulkan terlebih dahulu dan pada akhirbulan seluruh invoice tersebut baru diolah oleh manajer pemasaran
dan penjualan melalui Microsoft Excel untuk mengetahui kondisi penjualan perusahaan pada bulan terkait.

2. Penerapan decision support systems dalam pengambilan keputusan manajemen pada kegiatan pemasaran di PT ASKA dilakukan
melalui penggunaan Microsoft Excel. Aplikasi tersebut merupakan DSS sederhana yang berjenis SpreadsheetOriented Decision
Support Systems. Dalam penggunaanya, manajer pemasaran harus menginput seluruh data yang ada pada invoice ke dalam
Microsoft Excel untuk diolah menjadi informasi.

3. Penerapan decision support systems yang memadai dalam rangka membantu pengambilan keputusan manajemen untuk
mendukung efektivitas kegiatan pemasaran adalah jika decision support systems yang diterapkan telah menggunakan:

a. Analytical Models

b. Specialized Database
c. Wawasan dari pengambil keputusan

d. Model pemrosesan berbasis komputer yang interaktif


5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan beberapa saran yang dapat mendukung peranan dari decision
support systems dalam rangka membantu pengambilan keputusan manajemen untuk mendukung efektivitas kegiatan pemasaran
berdasarkan empat tujuan dari penggunaan decision support systems yaitu:

a. Menggabungkan sistem penginputan, penyimpanan dan pengolahan data dalam satu aplikasi yang dapat digunakan oleh
beberapa orang dalam waktu bersamaan.

Hal ini dilakukan dikarenakan untuk mempermudah manajer pemasaran dan penjualan mengakses informasi penjualan dan
membantu manajer dalam hal mengelola informasi yang akan dijadikan dasar pengambilan keputusan melalui aspek segmentasi
pasar dengan pengelompokan informasi yang telah dilakukan. Selain itu, membantu manajer dalam menggunakan data sehingga
fokus dari manajer hanya pada analisa dari informasi yang telah disediakan oleh DSS dan mengaitkan antara informasi yang
satu dengan yang lain untuk pengambilan keputusan kegiatan pemasaran yang paling efektif.

b. Memberikan hak akses untuk membedakan pengguna dalam menggunakan DSS untuk mengakses data atau informasi sesuai
dengan kebutuhan pengguna. Hak akses akan dibagi kedalam dua bagian yaitu hak akses untuk staf pemasaran dan penjualan
dimana staf terfokus pada sistem penginputan data sedangkan manajer pemasaran dan penjualan terfokus pada akses terhadap
berbagai informasi yang telah dikelompokkan untuk membantu manajer pemasaran dan penjualan menentukan kegiatan
pemasaran mana yang paling tepat.
c. Memberikan kemudahan dalam pengolahan data dengan membuat sebuah aplikasi DSS yang dapat menavigasi penggunanya
dalam mendapatkan informasi yangdiinginkan dengan hanya menekan tombol saja. Dalam hal ini, DSS dapat digunakan dengan
mudah oleh manajer pemasaran dan penjualan sehingga dengan memberikan kemudahan tersebut mengacu pada kemudahan
memberikan informasi penjualan dan manajer pemasaran dan penjualan dapat dengan mudah mengerti informasi tersebut.

d. Memberikan aspek pengelompokan data dan penyajian informasi dengan rentang waktu yang lebih luas untuk menciptakan
posisi, sudut pandang, dan pola yang dapat berguna bagi pengguna dalam pengambilan keputusan. Manajer pemasaran dan
penjualan dapat terbantu dari pola yang muncul yang diakibatkan dari kesamaan situasi tersebut manajer dapat mengambil
tindakan yang sama atau mempelajari dan memperbaiki tindakan yang diambil dari pola tersebut untuk mengambil tindakan
pemasaran yang paling efektif.
DAFTAR PUSTAKA

Bernus, P., Blazewicz, J., Schmidt, G., & Shaw, M. (2008). Handbook on Decision

Support Systems 1. Berlin: Springer.

Considine, B., Parkes, A., Olesen, K., Blount, Y., Speer, D., & Lee, M. (2012).

Accounting Information Systems: Understanding Business Processes.

Manhattan: John Wiley & Sons.

Donovan, R., & Henley, N. (2010). Principles and Practice of Social Marketing. New

York: Cambridge University Press.

Romney, M. B., & Steinbart, P. J. (2012). Accounting Information Systems. Harlow:

Pearson Education Limited.

Sauter, V. L. (2010). Decision Support Systems for Business Intelligence. John Wiley

& Sons, Inc.

Sekaran, U., & Bougie, R. (2013). Research Methods for Business. Chichester: John
Wiley & Sons Ltd.

Turban, E., Aronson, J. E., & Liang, T.-P. (2005). Decision Support Systems and

Inteligence Systems. New Jersey: Pearson Prantice Hall

Anda mungkin juga menyukai