Anda di halaman 1dari 5

PILIHAN 2

VIONY TRIANA PUTRI BP 2100512001

MENJAWAB SOAL MODUL 9

IBADAH MUAMALAH

1. Konsep Pembentukan Madani, Syarat-syarat dan ciri-cirinya


Masyarakat madani merupakan konsep yang berwayuh wajah. Memiliki banyak arti atau sering diartikan
dengan makna yang berbeda – beda. Bila merujuk pada pengertian dalam bahasa Inggris, ia berasal dari kata
civil society atau masyarakat sipil, sebuah kontraposisi dari masyarakat militer.
Istilah masyarakat madani selain mengacu pada konsep civil society, juga berdasarkan pada konsep
negara-kota Madinah yang dibangun Nabi Muhammad SAW pada tahun 622 M. Masyarakat madani juga
mengacu pada konsep tamadhun (masyarakat yang beradaban) yang diperkenalkan oleh Ibn Khaldun, dan
konsep Al Madinah al Fadhilah (Madinah sebagai Negara Utama) yang diungkapkan oleh filsuf Al-Farabi pada
abad pertengahan.
Menurut Dr. Ahmad Hatta, peneliti pada Lembaga Pengembangan Pesantren dan Studi Islam, Al
Haramain, Piagam Madinah adalah dokumen penting yang membuktikan betapa sangat majunya masyarakat
yang dibangun kala itu, di samping juga memberikan penegasan mengenai kejelasan hukum dan konstitusi
sebuah masyarakat. Bahkan, dengan menyetir pendapat Hamidullah (First Written Constitutions in the World,
Lahore, 1958), Piagam Madinah ini adalah konstitusi tertulis pertama dalam sejarah manusia. Konstitusi ini
secara mencengangkan telah mengatur apa yang sekarang orang ributkan tentang hak-hak sipil (civil rights),
atau lebih dikenal dengan hak asasi manusia (HAM), jauh sebelum Deklarasi Kemerdekaan Amerika (American
Declaration of Independence, 1997), Revolusi Prancis (1789), dan Deklarasi Universal PBB tentang HAM (1948)
dikumandangkan.
Sementara itu konsep masyarakat madani atau dalam khazanah Barat dikenal sebagai civil society
(masyarakat sipil), muncul pada masa pencerahan (Renaissance) di Eropa melalui pemikiran John
Locke dan Emmanuel Kant. Sebagai sebuah konsep, civil society berasal dari proses sejarah panjang
masyarakat Barat yang biasanya dipersandingkan dengan konsepsi tentang state (negara). Dalam
tradisi Eropa abad ke-18, pengertian masyarakat sipil ini dianggap sama dengan negara (the state), yakni suatu
kelompok atau kesatuan yang ingin mendominasi kelompok lain.

Ciri-ciri masyarakat madani:


 Terintegrasinya individu-individu dan kelompok-kelompok eksklusif ke dalam masyarakat melalui
kontrak sosial dan aliansi sosial.
 Menyebarnya kekuasaan sehingga kepentingan-kepentingan yang mendominasi dalam masyarakat dapat
dikurangi oleh kekuatan-kekuatan alternatif.
 Terjembataninya kepentingan-kepentingan individu dan negara karena keanggotaan organisasi-organisasi
volunter mampu memberikan masukan-masukan terhadap keputusan-keputusan pemerintah.
 Meluasnya kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust) sehingga individu-individu mengakui
keterkaitannya dengan orang lain dan tidak mementingkan diri sendiri (individualis).
 Adanya pembebasan masyarakat melalui kegiatan lembaga-lembaga sosial dengan berbagai perspektif.
2. Eksistensi Pernikahan dalam Pembentukan Masyarakat Madani
Dalam Islam di antara aturan pembatasan yang termasuk hal yang sangat mendasar dan penting ialah
perkawinan (pernikahan), karena lembaga ini adalah merupakan asas pokok bagi peradaban manusia, sebagai
lembaga terkecil yang diakui keberadaannya dari strusktur masyarakat, baik secara hukum, maupun secara
sosial ekonomi. Di dalam istilah hukum Islam perkawinan dikenal dengan istilah pernikahan yang diambilkan
dari kata nikah. Nikah (Bahasa Arab) artinya ’aqad, dalam bahasa Indonesia berarti ikatan. Jadi nikah ialah
ikatan atau perjanjian suci antara pria dan wanita di depan wali dan saksi yang menghalalkan hidup bersama
(suami/isteri) lahir dan batin untuk membentuk suatukeluarga sakinah, mawaddah dan rahmah, yairu keluarga
yang bahagia, yang berkasih sayang dan yang sejahtera.
Eksistensi keluarga Islami dalam rumah tangga yang islami sebagai sebagai unit terkecil dari
terbentuknya masyarakat madani, berfungsi untuk mewujudkan masyarakat yang yang saling membahagiakan,
saling mengashi, dan saling menyejahterakan. Maka nikah merupakan syarat mutlak untuk mendirikan sebuah
keluarga sebagai lembaga rumah tangga.
Keluarga/rumah tangga diikat oleh pernikahan/perkawinan berdasarkan keimanan kepada Allah
SWT., maka status hubungan dalam keluarga sangat erat, yang tidak mudah untuk dipisahkan, karena
hubungan itu bukan hanya karena tali nikah saja, akan tetapi juga karena adanya anak-anak yang shaleh dan
shalehah dan harta yang diperoleh bersama sebagai prestasi/prestise dan kebanggan suami/istri secara halal dan
baik semenjak dilakukan nikah tersebut sampai keduanya menemui ajal masing-masing kembali kehadirat
Allah SWT.
3. Konsep Pembentukan Rumah tangga Yang Sakinah, Mawaddah dan Rahmah.
Kata Sakinah berasal dari Bahasa Arab yang berarti “Ketenangan hati”. Sedangkan dalam Kamus
Umum Bahasa Indonesia, Sakinah berarti : “Damai, tempat yang aman dan damai”. Sedangkan Mawaddah
juga berasal dari Bahasa Arab dari kata wadda- yawaddumawaddatan yang berarti “Kasih Sayang” dan
Rahmah juga berasal dari Bahasa Arab dari kata rahima-yarhamurahmah yang berarti “Mengasihi atau
menaruh kasihan” “Belas kasihan atau mengasihi” Keluarga sakinah adalah keluarga yang hidup dalam
keadaan tenang, tentram, seia sekata, seayun selangkah, ada sama dimakan dan kalau tidak ada sama dicari.
Kata sakinah ditemukan dalam AlQur'an sebanyak enam kali disamping bentuk lain yang seakar
dengannya dan secara keseluruhannya berjumlah 69. Kata sakinah yang berasal dari kata sakanayaskunu pada
mulanya berarti sesuatu yang tenang atau tetap setelah bergerak (Subutusy-Syai' ba'dat Taharruk). Kata ini
merupakan antonim dari idtiraab (kegoncangan) dan tidak digunakan kecuali untuk menggambarkan
ketenangan dan ketentraman setelah sebelumnya terjadi gejolak apapun latar belakangnya., rumah dikatakan
maskan karena ia merupakan tempat untuk istirahat setelah berkativitas. Sebagaimana dijelaskan dalam surat
saba' surat ke-34 ayat 15 dan surat at taubah surat ke-9 ayat 2.
Keluarga mawaddah itu adalah keluarga yang hidup dalam suasana kasih mengasihi, saling
membutuhkan, hormat menghormati antara satu dengan yang lain. Kata mawaddah ditemukan sebanyak 8 kali
dalam Al-Qur'an . secara keseluruhan dengan kata-kata yang seakar dengannya, semua berjumlah 25.
Kata mawaddah berasal dari wadda-yawadda yang berarti mencintai Henderi Kusmidi Konsep
Sakinah, Mawaddah dan Rahmah dalam Pernikahan 71 sesuatu dan berharap untuk bisa terwujud
(mahabbatusy-syai'n watamanni kaunihi).
Kata rahmah baik sendiri maupun dirangkai dengan kata ganti (dhamir) seperti rahmati dan
rahmatuka, ditemukan di dalam Al-Qur'an sebanyak 114 kali. Secara keseluruhan dengan katakata lain yang
seakar dengannya semuanya 339.28 Kata rahmah berasal dari rahimayarhamu yang berarti kasih sayang
(riqqah) yakni sifat yang mendorong untuk berbuat kebajikan kepada siapa yang dikasihi. Menurut Al-
Asfahaani, kata rahmah mengandung dua arti kasih sayang (riqqah) dan budi baik/murah hati (ihsan).29 Kata
rahmah yang berarti kaih sayang adalah dianugerahkan oleh Allah SWT kepada setiap manusia. Artinya
dengan rahmat Allah tersebut manusia akan mudah tersentuh hatinya jika melihat pihak lain yang lemah atau
merasa iba atas penderitaan orang lain. Bahkan sebagai wujud kasih sayangnya seseorang berani berkorban dan
bersabar untuk menanggung rasa sakit. Hal ini dapat dilihat pada kasus seorang ibu yang baru saja melahirkan,
dimana secara demonstratif ia akan mencium bayinya pada hal sebelumnya ia berada dalam kondisi yang
penuh kepayahan dan sakit yang teramat sangat.
4. Problema Rumah Tangga dan Solusinya
1. Masalah thalaq (percerai), boleh karena dharurat, namun dimurkai oleh Allah SWT.
2. Masalah poligami, pada prinsipnya boleh dengan syarat suami dapat berlaku ‘adil
3. Masalah poliandri, haram (tidak boleh), demi menjaga kesucian rahim wanita, keturunan, hubungan waris
(nasab)
4. Masalah keluarga berencana (KB), boleh dengan tujuan (niat) memelihara kesehatan ibu/anak,
kesejahteraan rumah tangga dan pendidikan anak
5. Masalah bayi tabung, boleh, dengan syarat sperma dan sel telur berasal dari suami/istri ang sah.
6. Masalah iddah dan ruju’, sebagaimana dijelaskan Allah SWT. dalam Q.S. 2:230 dan Q.S. 234- 235.
7. Masalah waris bila terjadi perpisahan yang disebabkan karena meninggal dunia salah satu suami/istri, maka
setiap individu yang ada hubungan nasab (tali darah) dalam keluarga tersebut punya hak untuk mendapat
bagian dari harta peninggalan si mayat, yang disebut dengan ahli waris.

5. Tuntunan Islam dalam Kegiatan Produksi, Distribusi dan Konsumsi Untuk menciptakan
Ekonomi Masyaraat Madani
 Cara produksi dapat diperoleh melalui jalan usaha (iktisab), dengan jalan mewarisi (waratsa)
dan dengan jalan pemberian (hibah)
 Dilarang memperoleh harta kekayaan dengan cara yang tidak sah (haram)
 Harta milik dipergunakan dengan motivasi untuk mensyukuri nikmat Allah SWT., maka
pemanfaatannya harus sesuai dengan hukum Allah SWT.
 Harta milik wajib dipelihara dan dimanfaatkan untuk memperoleh keredhaan Allah SWT.
 Utamakan kejujuran dalam urusan perjanjian dan transaksi perdagangan
 Modal utama dalam segala bentuk perdagangan adalah iman kepada Allah swt. dan rasul-Nya
serta berjihad di jalan kebenaran
Konsumsi dalam islam:
Konsmmsi dalam Islam diatur dalam pola makan dan minuman yang megacu kepada
prinsip Halâlan Thayibân, yaitu yang halal lagi baik (bergizi):
 Mengkonsumsi makanan yang halal dan bergizi adalah kebutuhan setiap manusia yang
ingin selalu sehat
 Ikan dan segala binatang air tidak perlu disembelih, dan semuanya halal dimakan, baik
yang ditangkap oleh orang Yahudi, Nasrani, Majusi atau oleh siapa saja (H.R. Bukhari).
Demikian pula semua ikan yang terdampar di tepi laut atau sungai atau yang tertinggal di
daratan setelah air surut
 Menurut al-Qur’an, makanan yang terang-terangan diharamkan Allah SWT. ada empat
macam, sebagaimana dalam Q.S. 2:173 artinya: 173. Sesungguhnya Allah hanya
mengharamkan bagimu: bangkai, darah, daging babi dan binatang yang (ketika
disembelih) disebut (nama) selain Allah SWT, ditambah:
o yang tercekik, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya
o yang terpukul, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya
o yang jatuh, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya
o yang ditanduk, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya
o yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya
o yang disembelih untuk berhala
Tiga jenis makanan yang disebutkan lebih dahulu, yaitu bangkai, darah, dan daging babi, ini menurut al-
Qur’an disebut barang najis, sedangkan jenis makanan yang nomor empat dan seterusnya, yaitu binatang yang
disembelih dengan disebut selain nama Allah, disebut fisqun artinya, durhaka terhadap perintah Allah. Yang
menyebabkan Perbedaan itu ialah bahwa tiga jenis makanan yang disebutkan lebih dahulu, mengandung kekotoran
yang mempunyai pengaruh jahat terhadap pikiran, jasmani, dan akhlak manusia sedang jenis makanan yang nomor
empat mempunyai pengaruh jahat terhadap rohani manusia, karena menyebut selain nama Allah, atau sesaji
kepada berhala, ini menyekutukan Tuhan dengan berhala.
Menurut syari’at Islam, semua binatang yang hendak dijadikan makanan, harus disembelih lebih dahulu
sampai darahnya mengalir semua. Menyembelih itu bahasa Arabnya zabaha, makna aslinya memotong atau
membelah menurut panjangnya. Menurut istilah fiqh, kata zabaha berarti menyembelih binatang secara hukum
syara’, yaitu dengan memotong kedua belah urat leher sebelah luar, atau dengan memotong kerongkongan di
bagian bawah yang berdekatan dengan kepala.
Menurut fiqh, binatang yang disembelih, harus dipotong empat macam urat, yaitu hulqum
atau batang tenggorokan, mari’ atau kerongkongan, dan wadajan atau kedua belah urat leher sebelah luar.
Kewajiban menyebut nama Allan pada waktu menyembelih binatang berdasarkan kepada Q.S. 2:173 dan QS.5:3
(Baca artinya dalam al-Qur’an dan Terjemahannya) dan berdasarkan kepada Hadis Rasulullah SAW.: Pada waktu
menyembelih binatang seseorang wajib mengucapkan; Bismillah Allahu Akbar (dengan nama Allah, Allah yang
maha Agung) (H.R. Bukhari).
Sedangkan binatang buruan berdasarkan Q.S. 5:4 (Baca artinya dalam al-Qur’an dan Terjemahannya).
Dalam hadis riwayat Bukhari, halal dagingnya dimakan dengan syarat pada waktu akan melepaskan binatang
pemburu disebut nama Allah SWT.
Minuman yang diharamkan menurut al-Qur’an disebut dengan istilah khamr. Kata khamrberasal dari kata
khamara yang berarti menyelubungi, menutupi atau menyembunyikan sesuatu. Minuman keras disebut khamar
karena dapat menyelubungi pikiran (menghilangkan ingatan). Maka khamar adalah minuman yang memabukkan,
bahwa semua yang memabukan yang dapat menghilangkan pikiran atau ingatan pada prinsipnya hukumnya adalah
haram.

Anda mungkin juga menyukai