Anda di halaman 1dari 2

PERAN G-20 dan PENGENTASAN KEMISKINAN GLOBAL

Pemaparan pandangan mengenai kasus :


Yang pertama Berbicara mengenai UMKM yaitu Usaha mikro kecil menengah yang disebut
sebut merupakan pendorong aktivitas ekonomi seperti menjadi sumber pendapatan dan
lapangan pekerjaan. Saya setuju mengenai didorongnya topik bahasan mengenai UMKM di G-
20 karena ini menjadi solusi yang baik bagi negara. Karena di Indonesia sendiri, menurut data
dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, angka pertumbuhan pelaku
UMKM selalu naik dari tahun ke tahun. Contohnya saja di tahun 2018 itu, UMKM mampu
menyerap tenaga kerja hingga 120 juta. Ini merupakan suatu step atau great sinyal agar
pengangguran tidak semakin banyak. Namun ketika Berbicara mengenai Covid-19 yang 2
tahun lalu melanda, sekiranya menurut data yang sayan dapatkan dari Badan Pusat Statistik
Indonesia hanya 13 persen yang beralih ke digital, 87% masih layanan offline , namun saya
rasa para pelaku UMKM bisa belajar mengenai hal ini dan dapat meningkatkan layanan tanpa
bertatap muka. Yang menjadi masalah bagi negara negara berkembang termasuk Indonesia,
menurut pakar ekonimo Hendri Saparini dari Ekonom Core Indonesia itu mengatakan bahwa
UMKM kit aini kurang produktif dan kurang berdaya saing. Sektor UMKM Indonesia
ibaratnya jalan sendiri dan tidak terhubung dengan perusahaan besar yang seharusnya menjadi
pasarnya. Kalau dilihat di negara Maju seperti Jepang para pelaku UMKM banyak yang
memproduksi bahan baku industry, berbanding terbalik dengan Indonesia yang bahan baku
industrinya diimpor langsung dri luar negeri.

Yang kedua ekonomi Hijau, mengenai pengembangan B-30, b30 itu memiliki bahanbaku salah
satunya dari Minyak Sawit. Tentunya selaras dengan tujuan ekonomi hijau saya rasa ini tidak
efektif karena tentunya membutuhkan sawit atau minyak sawit yang lebih banyak lagi. D100
juga seperti itu.

Pertanyaan pertanyaan :

1. Menurut saya apakah G20 tepat untuk mencari solusi kemiskinan global? Menurut saya
belum terlalu tepat. Saya memberikan skala sekitar 60% ketepatannya. Indonesia
menyambut para delegasi negara saja terlihat mewah sekali dan terkesan hanya
membuang-buang anggaran.
2. Faktor yang menyebabkan masih tingginya tingkat kemiskinan di negara berkembang
adalah kurangnya lapangan pekerjaan yang disediakan dan akses pendidikan yang
masih kurang. Kurangnya lapangan kerja membuat pengangguran semakin bertambah
pada negara berkembang. Dan pendidikan yang masih rendah atau kualitasnya
membuat masyarakat di negara berkembang ini tidak memiliki wawasan serta
pengetahuan yang memadai, dunia kerja dan dunia usaha pun membutuhkan peran
pendidikan sebagai modal.
Saya memiliki contoh kasus dimana saya melihat suatu artikel di kompas.id dengan
judul Balada Keluarga dengan Sebelas Anak. Di Cibarusan Jawa Barat. Dimana sang
istri yang Bernama Nurlaela tidak tamat SMP dan menikah dengan seorang patriarki
yang melarangnya untuk KB alhasil mereka memiliki keturunan sebanyak 11 anak. Dan
ada satu anaknya yang stunting dan 10 anak lainnya tidak pernah di posyandu dengan
alasan anak anak tidak boleh disuntik apapun. Uang pun tidak boleh dipegang oleh istri.
Dan mereka hanya hidup dengan makan nasi sama mie.Dan disini perempuan saya
melihat dia tidak berdaya dan tak bisa mengambil keputusan. Menurut saya selain
tingkat patriarki yang tinggi di masyarakat negara berkembang, pendidikan pun juga
mempengaruhi. Kalo dilihat dari data BKKBN yang tertinggi skarang angka
stuntingnya itu NTT dan SulBar.

Anda mungkin juga menyukai