OLEH:
NIZARIAH
NPM. 2009300050007
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Promotor
Ko-Promotor Ko-Promotor
Mengetahui
Koordinator Program Studi Doktor Pendidikan IPS
HALAMAN JUDUL...........................................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................................
KATA PENGANTAR........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................
1.1 Latar Belakang................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian........................................................................................
1.4 Manfaat dan kegunaan Penelitian....................................................................................
PENDAHULUAN
mulai dari masyarakat hingga dunia pendidikan dan terlihat jelas masih banyak
sikap acuh tak acuh dan tidak hormat kepada guru. langkah-langkah konkrit yang
berdampak langsung pada peserta. Bagi siswa salah satu program negara tersebut
berbagai jenjang dan jenis pendidikan. Karakter siswa dibentuk melalui pelatihan
dan aklimatisasi.
karakter siswa dan merubah perilaku dari perilaku buruk menjadi perilaku baik.
karakter anak. Oleh karena itu penguatan pembentukan karakter penting untuk
proses sekolah. Oleh karena itu, sangat penting menanamkan nilai-nilai karakter
1
Tujuan belajar mandiri adalah untuk menciptakan pendidikan yang
menyenangkan bagi siswa dan guru, karena hingga saat ini sistem pendidikan
mandiri adalah penguatan proyek profil siswa pancasila. Dalam kegiatan proyek
ini terdapat koordinator proyek dan fasilitator yang diajar oleh guru pada tahap
ini. Koordinator ini mengarahkan pelaksanaan proyek dengan topik yang dipilih
manusia (SDM) Indonesia yang unggul (Ismail et al., 2021). Peserta didik
arah sulit untuk dipecahkan (Mohamad Judi et al., 2012). Selain topik di atas,
(Juliani & Bastian, 2021). Penelitian terkait model penguatan karakter religius
siswa melalui kurikulum mandiri belum banyak diteliti. Kajian ini berfokus pada
penguatan karakter religius melalui kurikulum yang jelas. Oleh karena itu,
permasalahan utama yang ingin dijawab dalam artikel ini adalah bagaimana
mandiri.
2
Merdeka belajar merupakan gagasan yang dicetuskan oleh menteri
menciptakan pendidikan yang menyenangkan bagi siswa dan guru, karena selama
2020). Nilai kebangsaan saat ini bisa ditemukan di lingkungan yang dekat dengan
peserta didik. Demikian merupakan salah satu hal yang bisa memicu kesadaran
belajar. Pembelajaran yang dilakukan melalui projek ini dapat merubah wajah
terkesan lebih inovatif. Dalam kegiatan yang berbentuk projek ini para siswa
projek yang diampu oleh guru di fase tersebut. Koordinator ini akan
kegiatan projek (Wijayanti dkk., 2022). Terdapat tujuh tema projek profil pelajar
3
1. Gaya Hidup Berkelanjutan (SD-SMA/SMK)
2. Kearifan lokal (SD-SMA/SMK)
3. Bhinneka Tunggal Ika (SD-SMA/SMK)
4. Bangunlah Jiwa dan Raganya (SMP-SMA/SMK)
5. Suara Demokrasi (SMP-SMA/SMK)
6. Berekayasa dan Berteknologi untuk Membanguan NKRI (SD-
SMA/SMK)
7. Kewirausahaan (SD-SMA/SMK).
Development Goals, dan dokumen lain yang relevan. Kegiatan projek yang
bertujuan secara global untuk menguatkan karakter dan profil pelajar pancasila
hal yang saling berkaitan yaitu kompetensi untuk menjadi seorang warga Negara
tantangan dari berbagai penjuru (Mohamad Judi et al., 2012). Selain tema yang
telah ditentukan di atas, kegiatan projek projek profil pelajar pancasila memuat
didik memiliki pengetahuan dan kesadaran bahwa setiap individu memiliki peran
program yang dibentuk secara khusus untuk melatih dan membiasakan peserta
didik berperilaku baik terhadap lingkungan sekitarnya. Salah satu cara untuk
melakukan penguatan nilai karakter religi pada sekolah penggerak di Kota Banda
Sekolah penggerak di Kota Banda Aceh terdiri dari 2 Sekolah yaitu SMAN
karakter profil pelajar Pancasila. Penelitian terkait nilai karakter profil pelajar
pendidikan karakter religi pada sekolah penggerak di Kota Banda Aceh. Beberapa
(Mariana, 2021; Marliyani dan Iskandar, 2022; Musa dkk., 2022; Patilima, 2022;
Rachmawati dkk., 2022; Rahayu dkk., 2022; Rahayuningsih dan Rijanto, 2022;
religi pada sekolah penggerak di Kota Banda Aceh. Karena itu, masalah utama
yang akan dijawab dalam tulisan ini adalah bagaimana membentuk model
Aceh. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti
lebih lanjut berkaitan dengan isu implementasi program bereh yang dituangkan
sebagai berikut :
6
Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, tujuan penelitian untuk
mengetahui:
Banda Aceh.
7
lanjut berkaitan dengan model penguatan pendidikan karakter religi pada
8
BAB II
model, pendekatan, metode, sampai strategi, dan evaluasi, baik selama proses
Keterampilan (Angga, 2022), Berbasis Asrama Bagi Mahasiswa Calon Guru (Jela
9
dkk., 2022), Model Pendidikan Karakter dalam Membentuk Akhlak Rasulullah
Karakter yang religius masuk ke dalam satu karakter yang patut diukir pada
diri anak semenjak usia dini, hal ini supaya siswa bisa berperilaku sesuai dengan
tuntunan agama. Pembiasaan, merupakan satu faktor sangat penting yang bisa
diri siswa (Ahsanulkhaq, 2019; Andayani dan Dahlan, 2022). Beberapa penelitian
pembelajaran (Eka, 2022), nilai sosial religi tradisi manopeng pada masyarakat
(Fitri dan Susanto 2022), nilai karakter pada masyarakat adat (Sadeli dkk., 2022),
Profil Pelajar Pancasila sesuai Visi dan Misi Kementerian Pendidikan dan
enam ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia,
Pada website Pusat Penguatan Karakter tertera infografis Profil Pelajar Pancasila
yang lebih lengkap yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan
berakhlak mulia, pada indikator Profil Pelajar Pancasila versi lain, sehingga
baru yang positif dan tidak bertentangan dengan budaya luhur bangsa.
kebhinekaan. Indikator ketiga terkait dengan Profil Pelajar Pancasila yaitu Gotong
Royong.
Dalam hal ini dijelaskan bahwa gotong royong yang dimaksud ialah
melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan suka rela agar kegiatan yang
11
dikerjakan dapat berjalan lancar, mudah dan ringan. Elemen kunci dalam Profil
atau kerjasama antar pelajar, kerjasama dalam bidang-bidang yang positif dalam
yang merupakan sebuah sikap penting yang perlu dimiliki untuk dapat
menggerakkan perilaku gotong royong, dan yang terakhir ialah berbagi, sikap
dimana perlu adanya latihan karena berbagi merupakan sikap mulia yang dapat
mewujudkan indikator gotong royong dalam Profil Pelajar Pancasila ini. Indikator
keempat yaitu mandiri, yang dimaksud mandiri dalam Profil pelajar Pancasila ini
ialah Pelajar Indonesia yang bertanggung jawab atas sebuah proses dan juga hasil
belajarnya.
Adapun elemen kunci profil mandiri ini ialah adanya kesadaran akan diri
dan situasi yang dihadapi, dan regulasi diri. Indikator yang kelima dari Profil
Pelajar Pancasila ini ialah bernalar kritis. Bernal kritis yang dimaksud dalam hal
ini ialah pelajar yang mampu secara objektif memproses informasi baik kualitatif
berpikir, serta mengambil keputusan. Yang terakhir, indikator keenam dari Profil
12
Pelajar Pancasila ialah kreatif. Kreatif yang dimaksud dalam Profil Pelajar
Pancasila ini ialah pelajar yang mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu
yaitu menghasilkan gagasan yang orisinal dan menhasilkan karya dan tindakan
duplikasi atau menirukan orang lain tanpa disertai sikap bertanggung jawab dalam
bahkan merugikan, misalnya mengakui karya orang lain sebagai karyanya sendiri.
Keenam indikator Profil Pelajar Pancasila ini sangat ideal bagi bangsa Indonesia.
Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) telah merangkum proses dari usaha untuk
mewujudkan Indikator Profil Pelajar Pancasila ini dalam sebuah buku dengan
dilakukan dalam rangka mewujudkan Profil Pelajar Pancasila. Hal ini dirangkum
dan “Anti Kekerasan Berbasis Gender”. Penjelasan capaian satu tahun kolaborasi
dengan tokoh penggerak untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila ini diawali
13
dengan penngantar dari Kepala Pusat Penguatan Karakter Bapak Hendrarman
bahwa: “Dalam melaksanakan tugas, Pusat Penguatan Karakter atau yang biasa
disebut Puspeka mendapat apresiasi baik langsung atau tidak langsung dari
capaian tersebut merupakan buah dari arahan pimpinan, kolaborasi, dan sinergitas
kepada siswa untuk memilih mata kuliah yang akan mereka tempuh berdasarkan
keinginan sendiri.
yunani “curere” dan memiliki arti jarak tempuh lari, yakni jarak yang harus
14
ditempuh untuk kegiatan berlari mulai dari start hingga finish yang kemudian
komponen utama dalam pendidikan sehingga sistematika yang nantinya dapat dan
telah diterapkan dapat berjalan dengan baik dan menghasilkan lulusan yang sesuai
dengan tujuan yang dapat dicapai. Kurikulum berada untuk posisi yang strategis
dimana memiliki peran sebagai pedoman yang berisi isi materi, ruang lingkup,
bersifat monoton atau satu arah menjadi salah satu alasan mengapa kurikulum
merdeka belajar ini turut hadir. Karena pembelajaran yang bersifat monoton dapat
kompetensinya. Hal ini juga dipicu dengan adanya batasan pada konsep
kurikulum yang diterapkan baik oleh guru maupun siswa. Siswa dituntut untuk
15
siswa pastinya memiliki keahlian pada bidangnya masing-masing. Kemunculan
belajar dapat mengubah metode belajar yang tadinya dilaksanakan di ruang kelas
memberikan suatu peluang bagi siswa untuk dapat berdiskusi secara luwes
bersama dengan guru. Dengan hal tersebut, siswa dapat membentuk karakternya
keterampilan yang dimiliki. Dengan demikian, guru dan siswa dapat berkolaborasi
Hal yang sama dijelaskan oleh Siswoyo, (2021 : 25) bahwa, “Kurikulum
mendidik dan menyenangkan. Kompetensi pedagogik saat ini juga menuntut guru
16
efektif, dan menyenangkan bagi siswa. Konsep belajar yang aktif, inovatif dan
terutama di era sekarang ini. Guru juga harus menjadi fasilitator untuk
membentuk karakter siswa yang berfikir kritis, kreatif dan berinovasi, terampil
melalui e-book, guru perlu mempersiapkan beberapa metode belajar yang tepat
terutama pada kurikulum merdeka belajar. Konsep merdeka belajar dapat dengan
mudah untuk dipahami dan diucapkan namun nyatanya sangat sulit untuk di
mencapai tujuan pembelajaran, hanya saja hal ini juga sulit untuk diterapkan.
Kurikulum merdeka belajar tidak memaksa target pencapaian dan inovasi belajar
dari sebelumnya, dimana hal baru tersebut didapat dari peran seorang guru.
hanya pembelajaran diruang kelas tetapi siswa juga memiliki kesempatan untuk
telah dibuatnya.
memilih model pembelajaran yang tepat. Tidak hanya itu, guru dan siswa juga
17
dituntut untuk mampu memanfaatkan teknologi dengan tujuan untuk mencari
dapat menunjukkan siswa yang dapat berdiskusi bersama teman dan guru, belajar
di luar kelas, membentuk karakter diri yang mandiri serta beradab dan yang lebih
utama adalah siswa yang mampu memiliki kompetensi untuk bersaing di era saat
literasi baru, yakni literasi data, literasi teknologi, dan literasi manusia yang
Selain dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa guru juga diberikan
dan karakter peserta didik yang berkembang, tetapi juga kepedulian dan kepekaan
dilaksanakan bersifat lintas mata pelajaran. Oleh karena itu, guru harus mampu
yang dapat membentuk peserta didik dengan profil pelajar Pancasila. Perubahan
18
Asemen formatif dilakukan dengan tujuan untuk memandu proses belajar
danmeningkatkan hasil belajar peserta didik yang dilakukan melalui 2 cara yaitu:
pembalajaran dan 2) Assement for Learning (AfL) yang lebih berfokus pada
pembelajaran itu sendiri. Dengan kata lain, asesmen formatif adalah proses yang
untuk kebutuhan individu anak-anak serta informasi lain yang berasal dari
sesuai dengan individu anak-anak untuk mendukung mereka terus belajar dan
strategi kunci yaitu: 1) melalui diskusi antara guru dan peserta didik untuk
berdiskusi, berbagi dan mencoba mengerti maksud dari belajar dan kriteria
kesuksesan pembelajaran, contoh dari strategi ini adalah guru yang mendiskusikan
rubrik dengan peserta didik untuk membangun kriteria penilaian bersama, dan
mengatur diskusi kelas yang efektif, kegiatan dan tugas belajar yang menimbulkan
diskusi kelas untuk mengaktivasi pengetahuan yang telah didapatkan peserta didik
sebelumnya; 3) umpan balik dari guru berupa respon guru terhadap pengetahuan
yang telah didapatkan oleh peserta didik baik secara kolektif maupun individual;
4) penilaian teman sebaya antara sesama peserta didik; dan 5) penilaian diri
19
sendiri oleh peserta didik dimana kedua penilaian tersebut merupakan kebutuhan
peserta didik untuk proses pembelajaran yang produktif. Proses asesmen formatif
terus berlangsung. Dimana hal ini sangat berbeda dengan asesmen sumatif yang
sering dilakukan saat akhir pembelajaran dan lebih berfokus pada nilai yang
sumatif.
tersendiri bagi guru karena selama ini kebanyakan guru terbiasa hanya
menggunakan asesmen sumatif dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru
20
pelatihan mandiri yang dapat diakses kapanpun dan dimanapun kepada guru dan
Dengan mengikuti pelatihan secara mandiri ini, diharapkan kesiapan guru dalam
Fokus program sekolah penggerak yaitu pada pengembangan hasil belajar siswa
secara holistik yang mencakup kompetensi (literasi dan numerasi) dan karakter,
diawali dengan SDM yang unggul (kepala sekolah dan guru). Program sekolah
seluruh sekolah untuk bergulir beberapa jenjang lebih tinggi. Kegiatan ini dapat
Penggerak terdiri dari lima intervensi yang saling terkait dan tidak bisa dipisahkan
yaitu :
21
a. Pendampingan konsultatif dan asimetris program kemitraan antara
membentuk karakter dan berakhlak mulia. Disamping itu kepala sekolah dan guru
dapat melakukan pengimbasan kepada sekolah lain dengan cara berbagi ilmu dan
pengalaman.
Selain itu profil pelajar Pancasila terdiri dari enam dimensi, yang
diantaranya; 1) Beriman, Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak
Kritis dan 6) Kreatif. Keenam dimensi tersebut dipandang sebagai satu kesatuan
guru dan siswa dalam kreatifitas secara mandiri dan berinovasi untuk
23
Dalam konteks merdeka belajar, pendidikan melalui sekolah penggerak
karakter religi pada sekolah penggerak di Kota Banda Aceh telah diteliti dalam
pendidikan.
24
5. Musa dkk., (2022) dengan judul Upaya dan tantangan kepala sekolah
Pelajar Pancasila.
12. Sari dkk., (2022) dengan judul Wayang Sukuraga: Media Pengembangan
25
2.3 Teori-teori yang digunakan
etika atau moral. Ia seorang moralis dalam arti sesungguhnya. Masalah moral
inilah ia bicarakan dalam tiga bukunya: Tartib as Sa’ada, Tahzib al Akhlaq dan
langkanya filosof Islam yang membahas bidang ini. Secara praktik, etika sudah
berkembang di dunia Islam, terutama karena Islam sendiri sarat berisi ajaran
Manusia tidak mampu untuk meraih suatu ilmu kecuali telah mengetahui
ilmu jiwa sebelumnya. Kapan seseorang memahami ilmu jiwa maka hal itu
menjadi bantuan baginya untuk memperoleh ilmu yang lain. Mengetahui tentang
lain seperti teologi, etika, logika. Karena mengetahui jiwa, maka seseorang
memiliki senjata untuk melihat yang benar dan batil dalam masalah keyakinan dan
antara kebaikan dan keburukan. (Amin: 1969; 177). Oleh karena itu, pemikiran
26
yaitu: pertama, kekuatan berpikir (Al Quwwah an Natiqah), yaitu kekuatan untuk
manusia karena memiliki jiwa yang terbaik atau al nathiqah. Sehingga kemuliaan
seseorang dinilai dari besar kekuatan berpikirnya. Apabila kekuatan ini dikuasai
oleh kekuatan yang lain maka derajatnya pun menjadi rendah. Ibnu Miskawaih
tempat-tempat yang telah disediakan oleh Allah bagi makhluknya. Semua ini
diberikan padamu dan kembali kepada pilihanmu, jika kamu ingin, ambillah
tempat binatang, kamu akan bersamanya. Dan jika kamu ini, ambilah tempat
assuba’. Jika kamu ingin, ambilah tempat para malaikat dan jadilah bagian dari
mereka”.
perbuatan tanpa pikiran dan perenungan. Sikap mental tersebut terbagi dua, yaitu
yang berasal dari watak dan yang berasal dari kebiasaan-kebiasaan dan latihan-
27
latihan. (al Zugby: 1995; 301).Akhlak yang berasal dari watak jarang
latihan dan pembiasaan lebih dapat menghasilkan akhlak yang terpuji. Ibnu
merupakan mata rantai antara jiwa hewan dan jiwa manusia. Etika dalam
pandangan Ibnu Miskawaih dapat dikembalikan dalam dua bagian, yaitu pertama
kepada tabiat atau fitrah dan kedua dengan jalan usaha (iktisab) kemudian berubah
menjadi kebiasaan. Namun Ibnu Miskawaih lebih cenderung kepada yang kedua,
bahwa manusia memiliki potensi untuk beretika apa saja, apakah prosesnya
perubahan akhlak. Dari segi inilah diperlukan adanya aturan syariat, nasihat-
Menurut teori ini seorang pemimpin besar terlahir sebagai pemimpin yang
membuat berbagai keputusan yang memberi dampak besar bagi sejarah manusia.
dan persuasi yang luar biasa. Menurut Carlyle, pemimpin besar akan lahir saat
dibutuhkan oleh situasi sehingga para pemimpin ini tidak bisa dibuat.
28
3. Teori Transformasi
sumber daya manusia yang lain dalam organisasi untuk mencapai sesuatu
bergerak menuju visi yang dimiliki oleh pemimpin. Para pemimpin transformasi
kepemimpinannya.
pembiasaan ini tidak sekedar untuk pada level knowing sebagai pengetahuan saja
namun yang lebih penting adalah sejauhmana implementasi pembiasaan itu dalam
latihan. Metode pendidikan karakter dibagi menjadi dua yaitu mujahadah dan
29
berbuat (uswah hasanah), dan penguatan pada pemberian hukuman dan reward
Sekolah Penggerak
Karakter
Religius
Kepala sekolah
Proses dan Guru Pengembangan Diri
Pembelajaran (Ekstrakurikuler)
30
2.5 Hipotesis
BAB III
yang pertama kali diperhatikan adalah Objek penelitian yang akan diteliti. Dimana
penelitian untuk dicari pemecahannya. Dari pengertian dapat ini dijelaskan bahwa
dikaji. Objek dalam penelitian ini adalah Sekolah Penggerak di Kota Banda Aceh
31
yang telah menerapkan nilai karakter Profil Pelajar Pancasila yang terdiri dari
dilakukan oleh seorang peneliti dalam sebuah penelitian. Penentuan dan pemilihan
metode yang tepat berdampak positif dalam mencapai tujuan penelitian. Untuk
Penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data
dari permasalahan yang dirumuskan. Peneliti juga fokus pada makna dibalik
pengaruh Pengaruh nilai karakter Profil Pelajar Pancasila terhadap motivasi dan
prestasi belajar siswa pada sekolah penggerak di kota Banda Aceh. Ada banyak
sudut pandang analisa yang digunakan sesuai dengan teori discourse bukan hanya
Data yang digunakan mencakup data primer dan juga sekunder. Data primer
adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti sendiri. Dalam penelitian ini, data
sekunder diperoleh dari jurnal dan buku. Sedangkan data sekunder adalah data
mengumpulkan data, siapa sumbernya, dan apa alat yang digunakan. Teknik peng
umpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena
tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Jika data tak tersedia, maka
penelitian tak mungkin bisa terjadi dan dilaksanakan. Kunci dari penelitian adalah
33
ada, tidak ikut campur dengan fenomena tersebut.
sekolah bapak/ibu?
penggerak ?
penggerak ?
Bapak/Ibu ?
34
8. Bagaimanakah model penguatan pendidikan karakter religi pada
sekolah Bapak/Ibu ?
penggerak ?
fakta dan data yang valid serta berhubungan dengan penelitian yang
dibahas.
Teknik pengolahan data yang peneliti lakukan dalam penelitian ini yaitu
secara detail dan terstruktur. Pengolahan data kualitatif tidak serta merta akan
kurikulum dan 1 kepala sekolah, 1 pengawas sekolah, 5 orang guru, dan 5 orang
pengaruh nilai karakter Profil Pelajar Pancasila terhadap motivasi dan prestasi
belajar siswa pada sekolah penggerak di kota Banda Aceh. Teknik pengambilan
Alasan peneliti menggunakan metode sensus karena jumlah populasi yang relatif
populasi.
sosial tiga elemen yaitu: tempat/place, pelaku/actors, dan aktivitas yang berinteraksi
secara sinergis‟. Artinya, pada penelitian kualitatif tidak dikenal istilah populasi
tetapi yang ada adalah situasi sosial dimana terdapat interaksi sinergis antara
tempat, pelaku dan aktivitas. Situasi pada penelitian ini terkait nilai karakter Profil
Pelajar Pancasila terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa pada sekolah
36
3.2.7 Tahap-tahap Penelitia
ditunjukkan kepada yang lebih ahli dalam hal ini yaitu pembimbing penelitian
wawancara.
37
Tahap perencanaa selanjutnya adalah peneliti membuat pedoman observasi
dalam penelitian. Begitupula hal-hal lain yang sekiranya diperlukan, misal: alat
tulis, perekam suara, kamera, dan sebagainya yang akan digunakan untuk
mempermudah penelitian
38
dan tempat untuk elakukan wawancara berdasarkan pedoman yang dibuat. Setelah
analisis data dan interpretasi data sesuai dengan langkah-langkah yang dijabarkan
pada bagian metode analisis data diakhir bab ini. Setelah itu peneliti membuat
memperkaya data. Menurut Nasution, selain itu triangulasi juga dapat berguna
untuk menyelidiki validitas tafsiran peneliti terhadap data, karena itu triangulasi
bersifat reflektif. Dalam riset kualitatif triangulasi merupakan proses yang harus
dilalui oleh seorang peneliti disamping proses lainnya, dimana proses ini
sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan
benar-benar ditemukan teori yang tepat. Penyajian data dalam kualitatif sekarang
ini juga dapat dilakukan dalam berbagai jenis matriks, grafik, jaringan, dan bagan.
39
Semuanya dirancang untuk menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu
bentuk yang padu padan dan mudah diraih. Jadi, penyajian data merupakan bagian
dari analisis.
adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari
dipahami dengan mudah, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.
memilih mana yang penting untuk dipelajari, dan membuat kesimpulan Dalam
bersifat induktif atau kombinasi dari keduanya. Induktif adalah proses penarikan
kesimpulan dari investigasi kasus yang kecil secara detail untuk mendapatkan
gambaran besarnya. Dengan kata lain data yang berupa serpihan dirangkai untuk
sebagai berikut:
dibutuhkan dari sumber data yakni pengaruh nilai karakter Profil Pelajar
yakni akan difokuskan pada tiga hal yakni pertama, kosakata yang
dan hal lainnya dari hasil analisa yang dilakukan oleh peneliti.
dirumuskan sebelumnya.
41
3.2.9.1 Lokasi Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
42
Fatmawati, E. (2020). Dukungan Perpustakaan Dalam Implementasi "Kampus
Merdeka Dan Merdeka Belajar." Jurnal Pustaka Ilmiah, 6(2), 1076-1087.
Fitri, M., & Susanto, H. (2022). Nilai Sosial Religi Tradisi Manopeng Pada
Masyarakat Banyiur. Kalpataru: Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah,
7(2), 161-169.
Ismail, S., Suhana, S., & Zakiah, Q. Y. (2021). Analisis Kebijakan Penguatan
Pendidikan Karakter dalam Mewujudkan Pelajar Pancasila di Sekolah."
Jurnal Manajemen Pendidikan, 2(1), 76-84.
Juliani, A. J., & Bastian, A. (2021). Pendidikan Karakter sebagai Upaya
Wujudkan Pelajar Pancasila. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
Program Pascasarjana Universitas Pgri Palembang, 257-265.
Mariana, D. (2021). Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap efektivitas
Sekolah Penggerak dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Jurnal
Pendidikan Tambusai, 5(3), 10228-10233.
Marliyani, T., & Iskandar, S. (2022). Program Sekolah Penggerak (PSP) Terhadap
Kinerja dan Manajemen Kepala Sekolah. Jurnal Basicedu, 6(4), 6679-
6685.
Moleong Lexy J. (2010). Metodologi penelitian kualitatif. Remaja Rosdakarya.
Nizar, N. (2018). Pemikiran Etika Ibnu Miskawaih. Aqlam: Journal of Islam and
Plurality, 1(1), 49-59.
Musa, S., Nurhayati, S., Jabar, R., Sulaimawan, D., & Fauziddin, M. (2022).
Upaya dan tantangan kepala sekolah PAUD dalam mengembangkan
lembaga dan memotivasi guru untuk mengikuti program sekolah
penggerak. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6(5), 4239-
4254.
Patilima, S. (2022, January). Sekolah Penggerak sebagai upaya peningkatan
kualitas pendidikan. In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dasar.
Purwandari, E., Hadiwinarto, H., Zuhri, Z., Amzana, N., & Sriyanti, S. (2022).
Analysis of School Culture Implementation in Forming Students'
Religious Character. Jurnal basicedu, 6(1), 506-514.
Rachmawati, N., Marini, A., Nafiah, M., & Nurasiah, I. (2022). Projek Penguatan
Profil Pelajar Pancasila dalam Impelementasi Kurikulum Prototipe di
Sekolah Penggerak Jenjang Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 6(3), 3613-
3625.
Rahayu, R., Rosita, R., Rahayuningsih, Y. S., Hernawan, A. H., & Prihantini, P.
(2022). Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar di Sekolah
Penggerak. Jurnal Basicedu, 6(4), 6313-6319.
43
Rahayuningsih, S., & Rijanto, A. (2022). Upaya Peningkatan Kompetensi Kepala
Sekolah sebagai Pemimpin Pembelajaran pada Program Sekolah
Penggerak di Nganjuk. JAMU: Jurnal Abdi Masyarakat UMUS, 2(02),
120-126.
Ristek. (2020). Profil Pelajar Pancasila. Kementerian Pendidikan Dan
Kebudayaan.
Rusnaini, R, Suryaningsih, A., & Noventari, W. (2021). Intensifikasi Profil
Pelajar Pancasila dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Pribadi Siswa.
Jurnal Ketahanan Nasional, 27(2), 230-249.
Sadeli, E. H., Kartikawati, R., & Muslim, A. (2022). Implementasi Nilai-Nilai
Karakter Masyarakat Adat (Studi Kasus Masyarakat adat Desa Pekuncen).
Khazanah Pendidikan, 15(2), 145-150.
Samsudin, U., & Darmiyanti, A. (2022). Model Pendidikan Karakter dalam
Membentuk Akhlak Rasulullah pada Siswa Sekolah Dasar. Edukatif:
Jurnal Ilmu Pendidikan, 4(1), 898-908.
Silva, T. A. De. (2011). Mixed methods: A reflection of its adoption in
environmental reporting. Qualitative Research in Accounting and
Management, 8(1), 91-104.
Sinta, L., Malaikosa, Y. M. L., & Supriyanto, D. H. (2022). Implementasi
Penguatan Pendidikan Karakter pada Siswa Kelas Rendah di Sekolah
Dasar. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6(4), 3193-3202.
Sumarsih, I., Marliyani, T., Hadiyansah, Y., Hernawan, A. H., & Prihantini, P.
(2022). Analisis implementasi kurikulum merdeka di sekolah penggerak
sekolah dasar. Jurnal Basicedu, 6(5), 8248-8258.
Tohir, M. (2020). Buku Panduan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka.
Wijayanti, P. S., Jamilah, F., Herawati, T. R., & Kusumaningrum, R. N. (2022).
Penguatan Penyusunan Modul Projek Profil Pelajar Pancasila Pada
Sekolah Penggerak Jenjang SMA. Abdimas Nusantara: Jurnal Pengabdian
Kepada Masyarakat, 3(2), 43-49.
44
Lampiran Jadwal Kegiatan Penelitian
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5
1 Penyusunan Proposal
2 Seminar Proposal
3 Pengumpulan Data
4 Analisis Data
5 Pelaporan
6 Seminar Hasil
8 Finalisasi Laporan
45
TRANSKRIP WAWANCARA
NAMA :
PEKERJAAN :
ASAL INSTANSI :
DAFTAR PERTANYAAN
46