Anda di halaman 1dari 4

Di Tanimbar, Kapal Bantuan KOMPAK Dimanfaatkan Untuk Mengantar Orang Sakit

Berita PRL, Tanimbar - Kapal bantuan yang diberikan pemerintah kepada Kelompok Masyarakat
(Pokmas) Matakus, kec. Tanimbar Selatan, Kab. Kepulauan Tanimbar, Provinsi Maluku. rupanya tak
hanya bermanfaat untuk kegiatan patroli pengawasan perikanan illegal dan merusak.
 
Berdasarkan hasil monitoring yang dilakukan KKP dalam hal ini Loka Pengelolaan Sumberdaya
Pesisir dan Laut (LPSPL) Sorong pada tanggal 27 Juni 2019, kapal bantuan juga dimanfaatkan
untuk mengangkut hasil rumput laut anggota kelompok dari laut ke darat. Kapal yang
operasionalnya menggunakan dana desa terkadang juga dimanfaatkan membantu mengantar
warga yang sakit menyeberang ke Saumlaki.
 
Tahun 2018, KKP melalui progam KOMPAK (Kelompok  Masyarakat Penggerak Aksi Konservasi)
telah memberikan bantuan sarana pengawasan (Body Longboat, Mesin Tempel 15 PK, Life Jacket,
Masker, Snorkel) kepada Pokmas Matakus. Pemberian bantuan ini dimaksudkan untuk menunjang
program konservasi dari Pokmas di kawasan konservasi sesuai dengan kebutuhan.
 
Berdasarkan keterangan dari Onisimus, Ketua Pokmas desa Matakus sendiri bentuk konservasi
yang dilakukan adalah perlindungan kawasan perairan desa dari pengambilan sumber daya ikan
secara illegal. Selain itu juga untuk menjaga kelestarian ekosistem pesisir dan laut dengan secara
berkala melakukan pembersihan lingkungan

48 Jam di Saumlaki
7 March 2019

Share on Facebook
 
Tweet on Twitter
  

Tidak apa-apa belum pernah mendengar nama Saumlaki, ibu kota Kabupaten
Maluku Tenggara Barat. Namun setidaknya setelah membaca artikel ini, Anda
akan mengetahui betapa pantai-pantai yang mengelilingi tempat ini memiliki
pasir sehalus terigu, pulau-pulau indah tak berpenghuni, dan kehidupan
masyarakatnya yang gempita dalam cara mereka sendiri. Saumlaki terletak di
Pulau Yamdena yang termasuk ke dalam gugusan Kepulauan Tanimbar yang
sarat sejarah dan wisata bahari. Secara jarak, Saumlaki lebih dekat dengan
Papua ketimbang Maluku.

24 Jam Pertama

Walau turis domestik belum banyak ke sini, kota ini berambisi untuk
memperbaiki infrastrukturnya demi menyambut wisatawan Australia dari
Darwin, berhubung letaknya hanya 30 menit naik pesawat dari ibu kota
Northern Territory tersebut. Hal ini dibuktikan dengan dibukanya Bandara
Mathilda Batlayeri yang telah beroperasi mulai 2014.
Dari bandara, salah satu pilihan hotel terbaik di kota ini adalah Hotel Harapan
Indah (Jalan Bhineka, T. 082199908166). Meski terlihat seperti penginapan
kelas melati yang sederhana karena belum ada hotel berbintang atau
berjaringan internasional di sini, namun Hotel Harapan Indah menawarkan
keistimewaan, yaitu kamar di belakang bangunannya
berupa bungalow terapung. Di sinilah pula restoran hotel yang berupa saung
berada.

Makan di sebuah restoran terapung yang dipagari tanaman asri sambil


menikmati pemandangan pantai adalah salah satu cara terbaik mengapresiasi
pesona Saumlaki. Tak heran, di sinilah pula menjelang matahari terbenam para
tamu berkumpul untuk mengagumi langit yang berganti warna. Sedangkan di
pagi hari, karena dekat pelabuhan, kesibukan warga setempat membongkar
hasil tangkapan laut pun dapat disaksikan dari bungalow terapung di Hotel
Harapan Indah. Bila ingin menjelajahi pulau-pulau di sekitar Saumlaki
pun speedboat dapat disewa dari sini dan langsung berangkat dari dermaga
kecil di belakang hotel.

 Island Hopping: Nustabun & Matakus

Dengan speedboat, Pulau Nustabun yang tanpa penghuni bisa dicapai dalam 45


menit dari dermaga Hotel Harapan Indah. Pulau seluas sekitar 100 hektar ini
menyambut siapa pun yang merapat di pantainya dengan hamparan pasir
lembut, walau di sisi baratnya diseraki karang tajam dan batu-batu besar. Di
pantai ini terdapat sebuah batu yang bagian atasnya membentuk kanopi
sehingga dapat digunakan untuk berteduh dari sinar matahari yang terik.

Karena landai dan berair tenang, Pulau Nustabun pun sering dijadikan
persinggahan nelayan yang terjebak cuaca buruk. Tak ada dermaga di sini dan
kapal nelayan biasanya membuang sauh agak jauh dari bibir pantai agar
kapalnya tak kandas. Menghampiri Pulau Nustabun tentu saja harus membawa
bekal sendiri karena tak ada warung.

Tak jauh dari Pulau Nustabun terdapat Pulau Matakus yang hanya butuh
perjalanan 15 menit naik speedboat. Berbeda dengan Pulau Nustabun, Pulau
Matakus memiliki sebuah desa berpopulasi sekitar 100 orang.

Merapat di Pulau Matakus harus rela berbasah-basahan karena tak ada


dermaga di pulau ini. Speedboat harus berhenti di perairan dangkal sekitar
pantai. Jika beruntung, warga setempat kerap menawarkan ikan yang baru saja
ditangkap dengan harga murah. Bagi pengunjung yang datang, warga biasanya
langsung sigap menawarkan jasa menangkapkan ikan untuk makan siang.
Meski tak ada restoran, warga juga berinisiatif untuk sekaligus membakarkan
ikan agar dapat disantap di tepi pantai sembari menikmati angin sepoi-sepoi.
 Menikmati Sunset

Selain dari belakang Hotel Harapan Indah, tempat favorit warga setempat untuk
menikmati matahari terbenam adalah di pelabuhan. Saumlaki memiliki dua
pelabuhan, yaitu Pelabuhan Besar yang dijuluki “Pelfer” (Pelabuhan Feri) dan
pelabuhan khusus kapal-kapal nelayan yang cenderung lebih sepi sehingga
sering dijadikan ajang bermain sepak bola di sore hari. Menyajikan
pemandangan pantai dan kapal Pelni yang sedang berlabuh, bagi penggemar
fotografi dapat memilih pelabuhan nelayan untuk mengabadikan pemandangan
langit dengan latar perahu-perahu nelayan yang hilir-mudik.

 Kehidupan Malam

Saat matahari mulai merayap turun, keriuhan tawar-menawar di pasar ikan


akan berganti dengan dentuman musik dangdut remix di lapak-lapak berdinding
terpal yang digunakan warga setempat untuk menikmati permainan yang
disebut boling. Singkatan dari bola buling, permainan ini semacam Russian
roulette, di mana pemain mempertaruhkan keberuntungan pada sebuah bola
ping-pong yang digulirkan menuju lubang-lubang yang sudah diberi angka.

Bola akan menggelinding tak tentu arah karena ditaruh pada meja miring yang
dihalangi botol-botol plastik untuk mengacak arah bola. Sebelum bola
digulirkan, pemain terlebih dahulu membeli kartu dan menaruhnya di atas meja
yang sudah dipenuhi deretan angka. Jika bola masuk ke dalam lubang dengan
angka yang sesuai dengan angka tempat pemain menaruh kartu, sebungkus
rokok akan menjadi hadiahnya. Mengamati masyarakat setempat melakukan
ini, keriuhannya tak kalah dengan meja-meja kasino di Las Vegas.

24 Jam Kedua

 Pasar Ikan

Saumlaki menggantungkan roda perekonomiannya pada perikanan. Menjelang


matahari terbit, kapal-kapal nelayan kembali merapat ke pelabuhan dengan
hasil tangkapan yang kadang melimpah dan kadang seadanya, sesuai belas
kasihan alam di malam itu. Pasar ikan di dekat pelabuhan adalah pusat kegiatan
masyarakat setempat yang di hari itu memenuhi kebutuhan pangan mereka
dengan melakukan transaksi dengan para penjaja ikan. Sudah pasti objek foto
Human Interest banyak terdapat di sini. Masyarakat setempat menjagokan ikan
kulit pasir sebagai ikan kesukaan mereka. Sesuai namanya, kulit ikan ini tebal
sehingga terasa bagai ada pasir menempel di lapisan kulitnya. Dagingnya
sendiri padat namun lembut, sehingga walau agak sulit untuk memasaknya,
tapi ini termasuk jenis ikan yang mewah bagi masyarakat Saumlaki.
 Antara Pantai dan Kristus

Hanya berjarak dua kilometer dari pusat kota, mampirlah sejenak di Pantai
Weluan yang memiliki bentangan pasir sehalus tepung sepanjang dua
kilometer. Di akhir pekan, pantai ini dipadati warga yang ingin bersantai
bersama keluarga dengan bermain air. Lokasinya tak sulit untuk dicapai, selain
didukung dengan akses jalan mulus. Pantai ini juga bisa ditempuh dengan
naik speedboat dari pelabuhan dengan rute menyusuri bagian timur Pulau
Yamdena. Karena tak memiliki dermaga, merapat di sini tentu saja harus
menceburkan diri ke air untuk mencapai pantai. Saat tengah hari, angin akan
bertiup cukup kencang dengan deburan ombak yang agak tinggi. Bersiaplah
untuk terlelap karena pantai ini banyak ditumbuhi pohon kelapa.

Saumlaki juga memiliki patung Kristus di atas sebuah kapel yang terletak di
sebuah bukit. Walau tak semegah Cristo Redentor di Rio de Janeiro, karena
memang patungnya sendiri hanya setinggi sekitar 10 meter, namun patung
Kristus yang berada di Desa Olilit ini merupakan landmark kota. Dapat
ditempuh dalam 20 menit berkendara dari pusat kota Saumlaki, kawasan di
sekitar kapel yang dinaungi patung Kristus ini memang sepi dan jauh dari
pemukiman. Kapelnya yang berarsitektur unik dan bercat kuning itu juga lebih
sering dalam keadaan terkunci karena hanya digunakan oleh masyarakat untuk
merayakan hari-hari besar umat Nasrani. Karena merupakan tempat ibadah,
masuk ke sini tak ada pungutan biaya.
Masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan Saumlaki agar lebih siap
menjadi daerah tujuan wisata dengan Ambon sebagai gerbangnya. Selain
menunggu wisatawan – mancanegara maupun domestik – kembali memadati
Ambon, Saumlaki dapat memperbaiki berbagai infrastruktur di kotanya yang
memiliki paduan pantai dan bukit dengan hasil laut yang melimpah. Setidaknya
kapal-kapal Australia dari Darwin yang kini telah mulai banyak berlabuh di
pelabuhannya dapat dengan nyaman tinggal lebih lama.

Akses: Dari Ambon yang dapat ditempuh dari berbagai kota besar di Indonesia,
Saumlaki bisa dicapai dengan pesawat Wings Air dan Garuda Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai