Anda di halaman 1dari 9

A.

Pengertian Titik Impas (BEP)

Analisa Titik Impas adalah suatu metode untuk mengetahui kondisi dimana suatu usaha
mampu menyeimbangkan total biaya dan total pendapatan sehingga investor memahami
parameter yang dapat membuat usahanya menjadi beruntung.

Menurut Yamit (1998:62) BEP dapat diartikan suatu keadaan dimana total pendapatan
besarnya sama dengan total biaya (TR=TC). Sedangkan menurut Prawirosentono (2001:111)
analisis Break Even Point Analysis (BEP) merupakan titik produksi, dimana hasil penjualan sama
persis dengan total biaya produksi.

B.Rumus BEP

Rumus yang digunakan untuk analisis Break Even Point ini terbagi menjadi dua macam
yaitut:

1. Dasar Unit

Cara menghitung berapa unit jumlah barang atau jasa yang harus diproduksi untuk
mendapatkan titik impas:

BEP = FC /(P-VC) 

2. Dasar Penjualan

Cara menghitung berapa rupiah nilai penjualan yang harus diterima untuk mendapat titik
impas:

FC/ (1 – (VC/P))*
Penghitungan (1 – (VC/P)) biasa juga disebut dengan istilah Margin Kontribusi Per
Unit.

Keterangan:

BEP     : Break Even Point

FC       : Fixed Cost

VC      : Variabel Cost

P          : Price per unit

S          : Sales Volume 

C.Kurva BEP

Besarnya volume produksi / penjualan dalam unit terlihat pada sumbu horizontal (sumbu
X) dan besarnya biaya dan penghasilan penjualan akan terlihat pada sumbu vertikal (sumbu Y).

Dalam metode grafis, BEP dapat ditentukan yaitu pada titik persilangan antara garis
penghasilan penjualan dengan garis biaya total. Apabila dari titik tersebut ditarik garis lurus
vertikal kebawah sampai sumbu Y akan nampak besarnya “BE” dalam unit. Jika dari titk
tersebut ditarik garis lurus horizontal ke samping sampai sumbu Y, maka akan nampak besarnya
“BE” dalam Rupiah.

Contoh :

Suatu perusahaan bekerja dengan biaya tetap sebesar Rp. 3 juta, biaya variabel per unit Rp.
400.000. Harga jual per unit Rp. 1 juta, kapasitas produksi maksimal 10.000 unit.

Terdapat 2 cara dalam menggambarkan garis biaya tetap dalam break even point :

a. Dengan menggambarkan garis biaya tetap secara horizontal sejajar dengan sumbu X
b. Dengan menggambarkan garis biaya tetap sejajar dengan garis biaya variabel.

Untuk cara ini, besarnya Contribution Margin (Penghasilan penjualan setelah dikurangi biaya
variabel yang merupakan bagian dari penghasilan penjualan yang tersedia untuk menutup biaya
tetap) akan nampak pada gambar break even tersebut.
Menurut Hansen dan Mowen (2009) mengatakan bahwa :

“Grafik biaya-volume-laba (cost volume profit graph) menggambarkan hubungan antara biaya,
volume dan laba.

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih terperinci perlu dibuat grafik dengan dua garis
terpisah, yaitu garis total pendaptan dan garis total biaya”. Tiap-tiap garis itu disajikan dengan
persamaan berikut :

Pendapatan = Harga x Unit

Total biaya = (Biaya variabel per unit x unit) + Biaya tetap

Dalam pendekatan grafik, break even point (titik impas) digambarkan dengan titik perpotongan
antara garis penjualan dengan garis biaya total.

Biaya total = Biaya tetap total + Biaya variabel total

Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam menentukan grafik break even point menurut
M. Fuad (2003) yaitu :

 Langkah 1

Membuat grafik X dan Y , dengan sumbu X menunjukan jumlah unit (output) dan sumbu
Y menunjukan biaya dan permintaan.

 Langkah 2

Membuat titik pada sumbu Y yang menunjukan nilai Biaya tetap total (Total Fixed cost =
TFC), kemudian tariklah garis lurus dari titik tersebut sejajar sumbu X.

 Langkah 3
Membuat titik pertemuan antara jumlah unit terjual dengan jumlah rupiah dari unit
terjual, kemudian menarik garis dari titik 0 melalui titik tersebut. Garis yang terbentuk
disebut garis penerimaan total (Total Revenue = TR)

 Langkah 4

Menarik garis dari titik perpotongan biaya tetap dengan sumbu Y (pada langkah 2 di atas)
yang menunjukan garis biaya total (TC).

Berikut ini merupakan analisis break even point dengan menggunakan pendekatan grafik.
Keterangan

1. Sumbu datar (sumbu x) menyatakan volume penjualan yang dapat dinyatakan dalam
satuan kuantitas atau rupiah pendapatan penjualan.
2. Sumbu tegak (sumbu y) menyatakan pendapatan penjualan dan biaya dalam rupiah.
3. Impas adalah terletak pada perpotongan garis pendapatan penjualan dengan garis biaya.
Bila dari titik perpotongan tersebut ditarik garis tegak ke sumbu x, akan diketahui
pencapaian impas berdasarkan volume penjualan. Jika dari titik impas ditarik garis tegak
lurus ke sumbu y, akan diketahui pencapaian impas berdasarkan pendapatan penjualan.
4. Daerah sebelah kiri titik impas, yaitu bidang diantara garis total biaya dengan garis
pendapatan penjualan merupakan daerah rugi, karena pendapatan penjualan lebih rendah
dari total biaya. Sedangkan daerah di sebelah kanan titik impas yaitu, bidang diantara
garis pendapatan penjualan dengan garis total biaya merupakan daerah laba, karena
pendapatan penjualan lebih tinggi dari total biaya.
D.Komponen BEP

Dalam menghitung berapa besar BEP atau titik impas tentu saja memerlukan komponen-
komponen. Berikut ini merupakan komponen dari BEP, yaitu:

1. Fixed Cost

Komponen ini termasuk dalam biaya tetap atau konstan, jika adanya kegiatan produksi ataupun
tidak sedang berproduksi.

2. Variabel Cost

Komponen ini bersifat dinamis. Variabel cost disebut biaya per unit, yang bergantung
pada tingkat volume produksinya. Jika produksi meningkat, maka variabel cost juga akan
meningkat. Contohnya yaitu biaya bahan baku, biaya listrik, dan sebagainya.

3. Selling Price

Pengertian selling price adalah harga jual per unit barang atau jasa yang telah diproduksi.

E.Contoh Soal Menghitung BEP

Diketahui:

Total Biaya Tetap (FC) bernilai Rp 100 juta

Total Biaya Variabel (VC) per unit bernilai Rp 60 ribu

Harga jual barang per unit bernilai Rp 80 ribu

Penghitungan BEP Unit

BEP = FC/ (P – VC)


BEP = 100.000.000/ (80.000 – 60.000)

BEP = 5000

Penghitungan BEP Penjualan

BEP = FC/ (1 – (VC/P))

BEP = 100.000.000/ (1 – (60.000/80.000))

BEP = Rp 400.000.000

Dari analisis perhitungan diatas, perusahaan dapat mengetahui laba yang akan diperoleh
berdasarkan besarnya penjualan minimum. Berikut merupakan rumus untuk menghitung
target laba sebagai berikut:

BEP – Laba = (FC + Target Laba) / (P – VC)

FC, VC, dan P mengikuti contoh sebelumnya, dengan tambahan perusahaan ini memiliki
target laba sebesar Rp 80 juta per bulan.

BEP – Laba = (FC + Target Laba) / (P – VC)

BEP – Laba = (100.000.000 + 80.000.000) / (80.000 – 60.000)

BEP – Laba = 180.000.000 / 20.000

BEP – Laba = 9.000 unit atau

BEP – Laba = Rp 720 juta (didapat dari: 9000 unit x Rp 80.000) 

Sumber:
https://www.akuntansilengkap.com/ekonomi/pengertian-rumus-dan-cara-menghitung-
break-even-point/

Anda mungkin juga menyukai