Anda di halaman 1dari 23

DOSEN : MERI SANDORA S.E,M.

M LOKAL/SEMESTER: B2

KELOMPOK: 5

MANAJEMEN OPERASIONAL

LAYOUT FASILITAS PRODUKSI

Disusun Oleh :

1. Rana Hanifa Sajiwo(02270225508)


2. Rindi Asmara(02270223347)
3. Riska Rezievi .A(02270220874)

KELAS : II/ B / MP / 2023

JURUSAN MANAJEMEN PERUSAHAAN (D.3)

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU


PEKANBARU
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah Swt atas rahmat dan karunianya serta
shalawat dan salam kami tunjukan ke pada nabi Muhammad SAW yang telah
meninggalkan petunjuk yang benar bagi manusia untuk menempuh jalan yang di
ridhai Allah Swt.Berkat rahmat dan hidayahnya yang telah memberikan ke kuatan
jasmani dan rohani sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Layout fasilitas produksi”.
Dalam kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada
selaku Dosen Pembimbing Meri Sandora S.E,M.M. yang telah meluangkan waktu
untuk membimbing kami untuk menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak ditemui
kekurangan, karena itu kami mengharapkan kritik dan saran, dari pembaca yang
bersifat membangun serta memberikan kontribusi positif demi kesempurnaan
tugas ini. Bersar harapan kami, semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi pembaca
dan kami sebagai penyusun di masa yang akan datang

Pekanbaru,1 April 2023

Kelompok 5

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR………………………………………................………………. i
DAFTA ISI……………….......................……………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN ……... …………………………………………............ 1
A. Latar Belakang Masalah …….............................................................. 1
B. Pokok Pembahasan............................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN dan ANALISA.................................................................. 2
A. Pengertian perencanaan tata letak….................................................. 2
B. Tujuan perencanaan tata letak………………………………………. 8
C. Jenis-jenis tata letak………………………………………………… 11
1. Tata letak berorientasi produk……………………………………. 12
2. Tata letak proses………………………………………………….. 13
3. Tata letak tetap……………………………………………………. 14
4. Tata letak Ritel……………………………………………………. 14
5. Tata letak gudang…………………………………………………. 14
6. Tata letak kantor……………………............................................. 15
D. Tata letak modern………………………………………………........ 15
1. Cellular Layout…………………………………………………… 16
E. Penyelesaiaan kasus tata letak…………………………………........ 16
1. Kasus tata letak proses…………………………………................ 16
2. Tata letak produk…………………………………………………. 17
BAB III PENUTUP ………………………............................................................... 18
A. Kesimpulan ……………………………………………............... 18
DAFTAR 19
PUSTAKA………………………………………………………

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Tata letak fasilitas didefenisikan sebagai kumpulan unsur-unsur fisik
yang diatur mengikuti aturan atau logika tertentu. Unsur-unsur fisik dapat
berupa mesin, peralatan, operator, material, meja, bangunan, dan sebagainya .
Tujuan dari pada layout adalah efisiensi perpindahan yang minimum. Hal ini
dicapai melalui pengaturan mesin-mesin dan peralatan yang sedemikian rupa,
tanpa melanggar kaidah-kaidah ergonomis.
Perancangan tata letak fasilitas manufaktur cukup kompleks, sehingga
membutuhkan pedekatan multidisiplin. Tata letak fasilias manufaktur
memiliki tipe-tipe dasar tata letak yaitu tata letak produk, tata letak proses,
tata letak posisi tetap, dan tata letak seluler. Dalam merancang tata letak,
sangat memerlukan tipe-tipe tata letak sesuai dengan kebutuhan atau tujuan
yang telah ditetapkan
Dalam makalah ini saya akan membahas lebih dalam Layout Fasilitas
Produksi Jadi untuk lebih jelasnya secara keseluruhan akan dibahas dalam
selanjutnya.
B. Pokok Pembahasan
1. Pengertian perencanaan tata letak
2. Tujuan perencaan tata letah
3. Jenis perencanaan tata letak
4. Tata letak modern
5. Penyelesaian kasus tata letak

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENTINGNYA PERENCANAAN TATA LETAK


Tata letak (layout) merupakan salah satu keputusan strategis
operasional yang turut menentukan efisiensi operasi perusahaan dalam jangka
panjang. Tata letak yang tepat menunjukkan ciri-ciri adanya penyesuaian tata
letak fasilitas operasional itu dengan jenis produk atau jasa yang dihasilkan,
dan proses konversinya. Tata letak yang baik akan memberikan kontribusi
terhadap peningkatan produktivitas perusahaan. Hal tersebut disebabkan oleh
adanya kelancaran arus faktor-faktor produksi yang akan diproses, mulai
sejak disiapkan dan diserahkan ke dalam pemrosesan sampai menjadi produk
akhir (final product). Di samping itu, karyawan yang terlibat secara langsung
dalam pemrosesan dapat bergerak lebih leluasa tanpa kekhawatiran akan
kemungkinan tertimpa kecelakaan. Dengan demikian, tata letak yang baik
juga akan menyebabkan karyawan bekerja dengan aman dan jauh dari
tekanan perasaan.
Tata letak memiliki berbagai implikasi strategis yang berlangsung
dalam jangka waktu yang lama. Tata letak menentukan daya saing perusahaan
dalam hal kecukupan kapasitas, kelancaran proses, fleksibilitas operasi, dan
biaya handling bahan, serta untuk kenyamanan kerja. Tata letak yang efektif,
(Render dan Jay, 1997) dapat membantu perusahaan dalam hal mencapai:
1. Pemanfaatan yang lebih efektif atas ruangan, peralatan, dan manusia;
2. Arus informasi, bahan baku, dan manusia yang lebih baik;
3. lebih memudahkan konsumen; dan
4. Peningkatan moral karyawan dan kondisi kerja yang lebih aman.

2
Kebutuhan modifikasi itu disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
sebagai berikut:

1. Terjadinya Perubahan Desain Produk secara Terus-menerus


Perubahan desain dari suatu produk secara terus-menerus untuk
membuat produk baru dalam suatu perusahaan akan mengakibatkan
terdapatnya perencanaan tata letak yang baru pula bagi perusahaan tersebut.
Perubahan desain produk ini seringkali akan mengakibatkan pula terjadinya
perubahan di dalam pelaksanaan proses produksi di perusahaan yang
bersangkutan. Perubahan proses produksi ini kadang-kadang merupakan
perubahan yang tidak fundamental, tetapi juga sering terjadi perubahan proses
produksi yang cukup mendasar. Besar atau kecilnya skala perubahan proses
produksi yang diakibatkan oleh perubahan desain produk ini akan sangat
tergantung kepada banyak dan sedikitnya perubahan atas desain produk yang
bersangkutan. Perubahan pelaksanaan proses produksi ini betapapun kecilnya
akan berakibat kepada kebutuhan untuk menyesuaikan tata letak yang telah
ada di perusahaan tersebut.
Agar tata letak yang dipergunakan di masing-masing pabrik senantiasa
sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan produksi yang dijalankan perusahaan
yang bersangkutan, maka modifikasi perlu diadakan sewaktu-waktu. Dengan
cara itu, tata letak yang tersedia di dalam pabrik atau perusahaan yang
bersangkutan akan selalu aktual serta relevan dengan kebutuhan pengolahan.
Perubahan tata letak tersebut tidak selalu berarti perubahan total atau
mendasar dari tata letak yang ada, melainkan dapat saja merupakan
perubahan-perubahan kecil yang bertujuan untuk menyesuaikan perubahan
yang terjadi dalam desain dan proses produksi yang dilaksanakan oleh
perusahaan tersebut.
2. Adanya Perubahan Volume Permintaan
Terjadinya perubahan volume permintaan terhadap produk yang
dihasilkan perusahaan akan berakibat pula terhadap volume produksi.
Perubahan itu harus dilakukan penyesuaian agar volume produksi selalu sama

3
dengan, atau mampu menjawab volume permintaan yang ada. Perubahan
volume aktivitas tersebut tentu akan berdampak pada tata letak yang ada dan
dipergunakan oleh perusahaan pada waktu sekarang ini. Perubahan atas
volume permintaan dapat berbentuk kenaikan permintaan dan dapat pula
merupakan penurunan permintaan. Perubahan yang terjadi, secara linear
harus selalu disesuaikan dengan tingkat produksi perusahaan yang
bersangkutan. Adanya kenaikan atas volume permintaan terhadap produk
perusahaan akan mengakibatkan perusahaan memiliki kesempatan untuk
menaikkan tingkat produksinya guna memenuhi kenaikan permintaan yang
terjadi.
Sebaliknya, apabila volume permintaan terhadap produk yang
dihasilkan oleh perusahaan mengalami penurunan, maka penurunan volume
itu akan berakibat pula terhadap penurunan tingkat produksi perusahaan yang
bersangkutan. Penurunan volume produksi ini lebih lanjut akan
mengakibatkan terjadinya penurunan tingkat kesibukan di bidang operasi.
Penurun volume kegiatan itu dapat saja sampai berada di bawah kapasitas
normal sehingga akan mengakibatkan terdapatnya tingkat utilitisasi mesin
dan peralatan pabrik menurun. Sekalipun demikian, manajemen dan analis
perusahaan harus mampu memprediksi jangka waktu penurunan dimaksud.
Apabila penurunan permintaan diperkirakan akan berlangsung lama dan sulit
untuk naik kembali dalam waktu singkat, sebagai akibat dari tekanan berbagai
faktor makro ekonomi dan persaingan pasar, maka manajemen harus
memutuskan volume penurunan produksi yang ditolerir. Sebagai jawaban
terhadap penurunan skala produksi ini, maka pada umumnya manajemen
perusahaan yang bersangkutan terpaksa melakukan pengurangan penggunaan
kapasitas produksi perusahaan.
3. Kemungkinan Penggantian Fasilitas agar Selalu Baru ( Up to Date)
Kenyataan menunjukkan bahwa mesin dan peralatan produksi yang
dipergunakan oleh perusahaan, lambat laun akan mengalami keuangan.
Keusangan ini dapat terjadi karena faktor teknis dan juga karena faktor
teknologi. Secara teknis, peralatan dan mesin akan mengalami kemunduran

4
prestasi karena secara alamiah peralatan dan mesin itu akan mengalami
kegugusan akibat penggunaan. Dengan adanya perkembangan teknologi yang
cepat, dan kemunduran kemampuan alat secara teknis akibat peralatan
produksi yang ada sudah harus diganti. Penggantian tersebut ditujukan
penggunaan, maka dalam beberapa periode waktu kemudian, mesin dan untuk
dapat menyamai dan bila perlu, melampaui keandalan mesin dan peralatan
produksi perusahaan saingan. Dengan kondisi teknis yang lebih modern,
maka sama, penggunaan teknologi yang jauh lebih maju akan meningkatkan
daya perusahaan mampu memproduksi produk dengan lebih efisien. Pada saat
yang saing perusahaan.
Perusahaan harus sudah memiliki rancangan untuk melakukan
penggantian mesin dan peralatan produksi lainnya di masa yang akan datang.
Dengan mesin dan peralatan produksi yang teknologinya lebih maju, akan
memampukan manajemen perusahaan untuk memperbaiki daya saing
perusahaan. Sejalan dengan penjelasan itu, maka pengadaan suatu
perencanaan penggantian mesin dan peralatan produksi harus mengakibatkan
perlunya manajemen melakukan pembuatan tata letak baru yang sudah
dilakukan oleh manajemen perusahaan. Penggantian mesin akan sesuai
dengan karakteristik mesin dan peralatan produksi yang baru itu.
4. Adanya Penambahan Produk Baru
Penambahan produk baru serta pengembangan produk yang sudah ada
akan menjadi kegiatan yang selalu ada di dalam sebuah perusahaan
manufaktur. Berdasarkan teori siklus hidup produk, maka setiap kali produk
telah sampai pada tingkat penjualan maksimum (tahap kedewasaan), maka
pada kali berikutnya, penjualan produk perusahaan akan mengalami
penurunan. Dalam keadaan seperti itu, maka manajemen perusahaan pada
umumnya akan berpikir, bagaimana menghadirkan produk baru atau
mengembangkan produk yang ada agar dapat menunjang mempertahankan
keberadaan produk perusahaan di pasar. Penjualan produk perusahaan secara
keseluruhan perlu dicegah penurunannya demi mempertahankan
kelangsungan hidup perusahaan. Apabila proses produksi untuk produk baru

5
hampir sama atau relatif mirip dengan proses produksi atas produk-produk
yang sudah ada, maka perubahan-perubahan dalam pelaksanaan proses
produksi yang sekarang tidak akan mengalami banyak perubahan.
Perubahan mendasar yang terjadi di dalam pelaksanaan proses produksi
itu harus diikuti oleh perubahan-perubahan dari tata letak pabrik. Perubahan
untuk menyesuaikan tata letak dengan proses produksi perlu dilakukan untuk
menjamin arus pengerjaan produk di dalam pabrik benar-benar dapat
dipertahankan pada tingkat yang paling optimal. Apabila perubahan atas
kebutuhan pelaksanaan proses produksi tidak diselaraskan dengan tata letak
pabrik akan berakibat terhadap kurang lancarnya pelaksanaan pengerjaan.
5. Adanya Kondisi Lingkungan Kerja yang Tidak Memuaskan
Di dalam suatu perusahaan, kondisi lingkungan kerja akan sangat
berpengaruh terhadap tingkat produktivitas kerja para karyawan. Di antara
faktor kondisi lingkungan kerja yang memerlukan perhatian adalah:
a. Suara bising yang dapat menimbulkan gangguan ketenangan kerja.
b. Penerangan yang tidak sesuai (kurang terang, atau mungkin menyilaukan).
c. Suhu udara panas atau terlalu dingin.
d. Warna ruang kerja yang dipergunakan mencolok sehingga mengganggu
penglihatan.
e. Peralatan kerja, meja kerja, lantai, dinding, dan plafon ruang kerja tidak
apik dan resik.
f. Ruang gerak yang diperlukan terbatas (sumpek), dan sebagainya.
Faktor-faktor dari kondisi lingkungan kerja ini perlu direncanakan
dengan baik agar segenap karyawan perusahaan dapat bekerja dengan tingkat
produktivitas yang lebih baik. Keluhan- keluhan para karyawan dalam
mengemban tugas yang terkait dengan proses produksi yang dilaksanakan,
sebaiknya ditanggapi secara proporsional dan pro- fesional oleh manajemen
perusahaan. Keluhan itu dapat dipergunakan sebagai bahan masukan
penyusunan perbaikan kondisi lingkungan kerja perusahaan. Untuk
melaksanakan perbaikan kondisi lingkungan kerja ini, manajemen perusahaan
perlu menyusun perencanaan tata letak pabrik yang cocok dengan berbagai

6
hal yang dibutuhkan oleh pelaksanaan pekerjaan yang dibebankan kepada
para karyawan. Dengan cara demikian, segenap karyawan perusahaan dapat
bekerja dengan lebih baik, produktif, efektif, efisien, dan ekonomis.
6. Risiko Kecelakaan Kerja dalam Proses Produksi
Di dalam suatu perusahaan seringkali terdengar tentang terjadinya
dapat saja merupakan kecelakaan-kecelakaan kecil yang dianggap sebagai
kecelakaan kerja pada waktu menjalankan proses produksi. Kecelakaan kerja
kejadian yang biasa, atau akibat dari kecelakaan tersebut tidak begitu serius
sehingga tidak mendapatkan protes keras dari karyawan perusahaan. Namun
demikian, terdapat kemungkinan, kecelakaan yang terjadi dapat menimbulkan
akibat yang cukup fatal kepada karyawan.
Dihubungkan dengan usaha meminimumkan kecelakaan kerja ini, maka
tata letak mesin dan peralatan produksi harus dilakukan sedemikian rupa
sehingga dicapai derajat kesesuaian yang tinggi dengan kebutuhan kerja.
Kesesuaian tata letak dengan kebutuhan pelaksanaan pekerjaan, serta
dilengkapinya mesin dan peralatan produksi dengan alat-alat pencegah
bahaya, akan menurunkan resiko kecelakaan kerja.
7. Kebutuhan akan Penghematan Biaya
Tata letak memiliki hubungan yang erat dengan kelancaran arus
material, sistematisasi arus pekerjaan, dan pola gerak segenap tenaga kerja
pabrik. Arus material (bahan baku, bahan penolong, atau komponen rakitan)
berdampak langsung pada material handling cost (biaya penanganan bahan).
Pekerjaan yang tidak sistematis akan berakibat terjadinya arus komponen atau
bahan yang bolak-balik di tempat pengolahan.
Manajemen dan tenaga perekayasa perusahaan harus mampu
melakukan perencanaan tata letak yang tepat bagi pabrik. Tata letak yang
dipilih diharapkan mampu menjamin produktivitas dan efisiensi yang tinggi
pada perusahaan atau pabrik yang bersangkutan. Dengan demikian, dengan
tata letak yang baik, perusahaan akan intensif daya saing melalui proses
produksi yang menghemat biaya yang harus dikeluarkan dalam pelaksanaan
proses produksi di dalam pabrik.

7
8. Mendukung Pergeseran/Perluasan Lokasi Pasar Produk Perusahaan
Kenyataan menunjukkan bahwa, beberapa perusahaan yang berhasil
dalam melaksanakan bisnisnya, akan mendapatkan pasar yang lebih luas.
pasar kadang-kadang diikuti oleh suatu pertambahan lokasi pemasaran atas
produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Terjadinya pergeseran atau
perluasan lokasi pasar dapat berdampak pada penataan pabrik. Misalnya,
sebuah pabrik semen, karena mendapatkan kepercayaan dari konsumen dan
diposisikan sebagai produk semen yang berkualitas tinggi, maka semen itu
dibutuhkan oleh konsumen yang menyebar di seluruh kawasan nusantara.
Karena volume permintaan tinggi, dan lokasinya menyebar luas, maka pabrik
dapat mempertimbangkan untuk mendirikan Unit Pengantongan di kota
tertentu yang strategis. Pendirian unit pengantongan merupakan modifikasi
atas tata letak perusahaan yang hanya terpusat di sebuah lokasi.

B. TUJUAN PERENCANAAN TATA LETAK


Menurut Russell dan Taylor (2000), Chase et al. (2001), dan
Dervitsiotis (1981), tujuan tata letak adalah meminimumkan material
handling cost, meningkatkan efisiensi utilisasi ruangan, meningkatkan
efisiensi utilisasi tenaga kerja pabrik, mengurangi kendala proses, dan
memudahkan komunikasi dan interaksi antara para pekerja, pekerja dengan
supervisinya, dan atau antara pekerja dengan para pelanggan perusahaan.
Dengan demikian, secara umum, tujuan dari perencanaan tata letak
adalah untuk mendapatkan susunan tata letak yang paling optimal dari
fasilitas-fasilitas produksi yang tersedia di dalam perusahaan. Namun
demikian, secara lebih terperinci tujuan perencanaan tata letak akan
mencakup beberapa hal sebagai berikut:
1. Minimalisasi Material Handling Cost
Salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh manajemen perusahaan
adalah simplikasi dari proses produksi di dalam perusahaan yang
bersangkutan. dan kontribusi terhadap penurunan material handling cost. Di
sisi lain, tata Penyusunan tata letak pabrik yang tepat diharapkan dapat

8
memperoleh insentif letak yang baik itu akan menunjang pelaksanaan proses
produksi secara efisien. Lebih jauh lagi, simplikasi dari proses produksi yang
efisien dapat disebutkan sebagai:
a. Efisiensi penggunaan peralatan produksi yang ditingkatkan
b. Pengurangan waktu tunggu
c. Penumpukan barang dalam proses dapat dikurangi
d. Pemeliharaan fasilitas produksi menjadi lebih mudah
e. Peningkatan produktifitas perusahaan
2. Efektivitas Penggunaan Ruangan Pabrik
Investasi yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk membangun pabrik,
membeli mesin, dan peralatan produksi, umumnya berjumlah besar.
Sehubungan dengan hal itu, perusahaan dituntut untuk mempunyai
perencanaan tata letak yang baik. Ruang bangunan pabrik harus
termanfaatkan dengan baik agar efisiensi tercapai. Dalam program tata letak
harus sudah diperhitungkan luas ruangan yang diperlukan untuk meletakkan
mesin dan peralatan produksi, ruang untuk penempatan peralatan material
handling, ruangan untuk penyimpanan bahan dan komponen rakitan, barang
dalam proses pengerjaan, dan barang selesai, ruang untuk tenaga kerja
manusia, dan ruang lain untuk menunjang proses pabrikan yang lancar.
Penempatan mesin dan peralatan produksi, peralatan material handling,
ruang penyimpanan sementara bahan atau komponen, kebutuhan tenaga kerja
manusia, tanpa melalui perencanaan kebutuhan ruangan yang cermat, akan
menghasilkan tata letak yang tidak efisien.
3. Tingkat Penggunaan Tenaga Kerja Pabrikasi
Pada umumnya, perusahaan dalam melaksanakan proses produksi,
mengharapkan agar waktu kerja efektif tenaga kerjanya tidak terbuang
percuma. Jam kerja efektif para tenaga kerja perusahaan dapat terbuang,
apabila tata letak kurang baik, tenaga kerja harus melakukan gerakan yang
melampaui kebutuhan. Tata letak yang demikian akan berakibat para tenaga
kerja terpaksa harus hilir mudik melewati beberapa ruangan dalam jarak yang

9
cukup panjang. Waktu penyelesaian produk akan melampaui waktu yang
seharusnya dipakai (waktu normal).
Analisis desain proses dan telaah ergonomik, akan memberikan yang
baik terhadap penyelarasan kebutuhan itu dengan tata letak. Dengan cara itu,
tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dapat diselesaikan dalam waktu yang
paling optimal. Apabila yang sedemikian itu dapat dicapai, maka waktu
efektif tenaga kerja dapat termanfaatkan dengan seoptimal- otimalnya, dan
meminimumkan waktu yang terbuang (minimize time waste).
4. Mengurangi Kendala Kelancaran Proses Produksi
Keteraturan dari peletakan mesin dan peralatan produksi di dalam
sebuah perusahaan akan menciptakan lingkungan kerja yang baik. Tenaga
kerja akan merasa nyaman dalam melaksanakan tugasnya. Tekanan perasaan
yang akan berujung pada timbulnya stres akan dikurangi. Akibatnya, pekerja
dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan perasaan gembira dan bebas dari
beban mental yang tidak perlu. Aliran bahan dan pekerjaan menjadi
terhambat, produksi menjadi lambat, meningkatnya biaya produksi. Dengan
demikian, para manajer dan perekayasa dan pada akhirnya, produktivitas akan
menurun. Akibat dari semuanya ialah pabrik harus berusaha menghilangkan
semua hambatan potensial itu dalam rancangan tata letak yang dibuatnya.
5. Memudahkan komunikasi
Dari berbagai hasil penelitian diperoleh simpulan bahwa rancangan tata
letak yang membatasi komunikasi antara sesama pekerja, pekerja dengan
supervisinya, dan antarsupervisi yang ada, akan memiliki produktivitas yang
rendah. Manusia adalah makhluk sosial yang memerlukan komunikasi dan
pergaulan dengan pihak lain. rancangan tata letak yang menyebabkan tenaga
kerja itu menghadap ke dinding dan saling membelakangi satu sama lain,
akan menurunkan moral kerja. Akibatnya, kendala yang ada pada mulanya
hanya merupakan kendala yang kecil, tetapi karena tidak diwadahi
pemecahannya dengan baik, dapat berubah menjadi kendala yang serius.
Kelancaran dan kemudahan berkomunikasi akan menjadi pendorong ke arah
terciptanya kesenangan bekerja, dan mencegah timbulnya frustrasi dan

10
kendala psikologis lainnya yang akan menurunkan produktivitas kerja. Di
samping lima tujuan utama di atas, juga dijumpai beberapa tujuan lain atau
tujuan sekunder dari tata letak yang baik, yaitu sebagai berikut.
a. Mengurangi waktu siklus pengolahan atau waktu pelayanan pelanggan,
karena jarak antara setiap workcenter relatif optimal.
b. Mengurangi, bahkan menghilangkan hamburan atau pergerakan yang
berle- bihan. Semua gerakan sudah dianalisis melalui ergonomic analysis.
c. Memudahkan penempatan dan arus load and unload (pemasukan dan
pengeluaran) material, produk, atau tenaga kerja pengolahan/perakitan.
d. Mempertemukan kepentingan keamanan dan keselamatan kerja dengan
pertimbangan teknis-ekonomis.
e. Mendukung usaha meningkatkan kualitas produk dan jasa.
f. Memudahkan pelaksanaan perawatan mesin dan peralatan produksi.
g. Memudahkan suatu kontrol visual dari kegiatan produksi/pengolahan.
h. Memberikan dukungan fleksibilitas untuk menyesuaikan penataan sistem
dengan kondisi perubahan.

C. JENIS TATA LETAK


Menurut Russel dan Taylor (2000) tata letak dibedakan atas:
1. Tata Letak Berorientasi Produk (product layout)
2. Tata Letak Berorientasi Proses (proses layout)
3. Tata Letak Posisi Tetap (fixed position layout)
4. Tata Letak Gudang (warehouse layout)
5. Tata Letak Kantor (office layout)
6. Tata Letak Ritel (retail layout)
Namun demikian, menurut Chase et al. (2001), Dervitsiotis (1981),
serta Krajewski dan Ritzman (1987) jenis product layout dan process layout
banyak terkait dengan usaha manufaktur, warehouse and retail layout banyak
berhubungan dengan usaha jasa, office layout berhubungan dengan
administrasi dan manajemen perkantoran, sedang fixed position layout
berhubungan erat dengan pelaksanaan proyek.

11
Modernisasi tata letak tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan
fleksibilitas sistem. Peralatan yang ada dapat dipakai untuk menangani
pekerjaan lebih dari satu macam pekerjaan atau produk. Pada model
konvensional, tata letak dirancang terutama untuk memenuhi pertimbangan
efisiensi dan produktivitas yang tinggi. Umumnya, industri modern sudah
menggunakan tata letak hibrida dimaksud.
1. Tata Letak Berorientasi Produk (Product Layout)
Product layout lazim pula disebut flow shop or continuous production
system layout adalah penataan dari mesin, fasilitas, dan peralatan produksi
menurut urutan pengerjaan untuk menyelesaikan pembuatan suatu produk
atau akan diserahkan.Tata letak berorientasi produk ini dipergunakan apabila:
a. produk yang dihasilkan adalah produk terstandardisasi, dan ragamnya
terbatas; atau tidak berbeda;
b. volume produksi tinggi (mass production system) dengan tanpa variabilitas
desain, atau variabilitas desain yang sangat terbatas,
c. urutan proses pengerjaan tetap (fixed sequence of operations), dan
d. proses produksi bersifat kontinu atau berkesinambungan (continuous flow).
Secara umum, tata letak berorientasi produk ini lazim dijumpai pada
usaha fabrikasi dan usaha perakitan. Usaha fabrikasi atau manufaktur
membuat produk melalui proses konversi bahan baku menjadi keluaran
spesifik, seperti pabrik ban mobil, pabrik suku cadang, pabrik kain, pabrik
peleburan besi, dan sebagainya. Sedangkan pada usaha perakitan, produk
diselesaikan melalui perakitan berbagai macam komponen sampai
menghasilkan produk spesifik. Keseimbangan beban (line balancing)
diperlukan untuk mencegah terjadinya disproporsionalitas teknis Work
elements sangat kecil sehingga elemen itu tidak dapat diselesaikan oleh lebih
dari seorang tenaga kerja, atau lebih dari satu buah station kerja (work
station). Sebaliknya, seorang tenaga kerja atau satu work station akan dapat
melaksanakan lebih daripada satu elemen pekerjaan. Dalam menyelesaikan
rancangan tata letak produk, elemen pekerjaan itu harus dikelompokkan
dengan beban kerja yang sama dan kemudian dialokasikan pengerjaannya

12
kepada work station tertentu. Tata letak produk ini dalam perancangannya
harus memperhatikan pertimbangan berikut.
a. Kurangi waktu siklus pengolahan atau waktu pelayanan pelanggan pada
usaha jasa.
b. Eliminasi hamburan atau pergerakan yang berlebihan. Ciptakan urutan
yang sistematis.
c. Memudahkan proses entry, exit, dan penempatan material, produk, atau
orang-orang pada lini pengerjaan itu.
d. Mempertemukan kebutuhan akan keamanan kerja dan keselamatan kerja.
e. Dorong proses untuk menghasilkan produk dan jasa berkualitas.
f. Membangun aktivitas maintenance yang andal.
g. Menyediakan suatu kontrol visual dari operations atau aktivitas produksi.
2. Tata Letak Proses (Process Layout)
Tata letak proses (process layout) lazim pula disebut functional layout
(tata letak fungsional) dan job shop layout or intermitten flow layout. Pada
dasarnya, tata letak proses adalah penataan letak fasilitas dan mesin atau
peralatan produksi yang dikelompokkan menurut kesamaan fungsinya.
Ciri-ciri dari tata letak ini adalah
a. Arus kegiatan pengolahan atau pengerjaan produk berbeda antara batch
yang satu dengan yang lainnya, atau antara pesanan pelanggan yang satu
dengan yang lainnya,
b. Produk yang dibuat tergolong produk yang tidak terstandardisasi,
spesifikasinya disesuaikan dengan permintaan pemesan atau pelanggan,
c. Volume produksi terbatas tetapi ragamnya banyak,
d. Mesin atau peralatan produksi yang dipergunakan adalah mesin atau
peralatan yang multiguna (multipurpose machine)
e. Pelanggan yang menentukan desain atau spesifikasi produk.

13
3. Tata Letak Tetap (Fixed Position Layout)
Tata letak tetap lazim pula disebut tata letak proyek (project layout).
Proyek adalah sistem produksi yang dirancang untuk memproduksi hanya
satu unit produk dalam satuan waktu tertentu, atau sejumlah kecil tugas
dengan volume dan keragaman elemen pekerjaan yang tinggi. Dalam tata
letak posisi tetap, produk yang dikerjakan tetap berada di posisinya di suatu
tempat pengerjaan yang dipilih/ditentukan.
Pada umumnya, tata letak dengan posisi tetap menjadi rumit karena
dipengaruhi oleh faktor, antara lain:
1. ruang geraknya terbatas, proyek harus tetap berada di lokasi pengerjaan
2. pada tahap-tahap proses konstruksi diperlukan bahan baku yang berbeda-
beda, sehingga diperlukan penjadwalan yang cermat;
3. jumlah bahan baku yang dibutuhkan bervariasi. Dengan demikian, Bagian
Logistik harus selalu siaga untuk melayani permintaan terhadap material.
4. Tata Letak Ritel (Retail Layout)
Tata letak ritel adalah tata letak dari usaha eceran besar, seperti
Department Store dan Supermarket. Tata letak harus memperhitungkan selera
dan persepsi pelanggan. Tata letak harus menjamin semua pengunjung atau
pelanggan akan merasa lega berada di dalam bangunan, udara sejuk, cahaya
lampu terang, pajangan barang memiliki daya tarik, mudah dijangkau,
menjamin keleluasaan bagi semua pelanggan untuk bergerak, loket
pembayaran cukup tersedia sehingga tidak perlu antri lama, alunan musik
yang lembut, dan sebagainya.
5. Tata Letak Gudang (Warehouse Layout)
Tata letak gudang sangat penting untuk diperhatikan, karena tata letak
gudang yang baik akan memudahkan penanganan dan pengendalian
persediaan dapat meminimumkan kerusakan barang serta memudahkan
penerimaan dan penyerahan barang. Tata letak gudang disesuaikan sistem
persediaan yang dipergunakan, seperti sistem persediaan barang dengan FIFO
(first in first out), artinya barang yang pertama diterima harus siap untuk

14
dikeluarkan pertama kali, sehingga tata letak harus diatur sedemikan rupa,
agar barang mudah untuk dimasukkan dan dikeluarkan
6. Tata Letak Kantor (office layout)
Tata letak kantor bertujuan untuk menentukan posisi karyawan dan
peralatan agar menjamin kelancaran arus pekerjaan dan komunikasi antara
semua pegawai dan manajer yang ada. Tata letak kantor modern difokuskan
pada keterbukaan dan fleksibilitas yang tinggi.

D. TATA LETAK MODERN


Russel dan Taylor (2000), Chase et al. (2001), Render dan Heizer
(2001), serta Krajewski dan Ritzman (1987) mengemukakan bahwa bentuk
dasar tata letak yang disebutkan terdahulu telah dikembangkan menjadi tata
letak modern yang oleh mereka disebut hybride layout (tata letak hibrida).
Tata letak hibrida ini dibedakan atas:
a. tata letak cellular (cellular layout),
b. flexible manufacturing system, dan
c. mixed-model assembly lines.
1. Cellular Layout
Pada tata letak selular, mesin dan atau peralatan produksi yang dibutuh-
kan untuk mengerjakan suatu produk dikelompokkan dalam suatu machine
cell. Tipe ini merupakan pengembangan dan campuran dari tata letak produk
dan tata letak proses. Unsur tata letak produk tercermin pada peletakan mesin
di machine cells secara berurutan sesuai urutan pengerjaan.
2. Flexible Manufacturing System (FMS)
Tata letak fleksibel ini merupakan penyempurnaan tata letak
sebelumnya yang mengintegrasikan mesin yang dipergunakan dalam
pengolahan dengan alat-alat material handling yang otomat. Tata letak ini
muncul sejak alat-alat berbasis komputer dipakai di unit pabrikasi. Mesin
yang dipakai sudah merupakan Computer Numeric Control (CNC) atau
Direct Numeric Control (DNC). Menurut Russel dan Taylor (2000) unsur
yang harus diintegrasikan meliputi kegiatan: (i) product design, (ii) process

15
planning, (iii) system management, dan (iv) manufacture. Dalam product
design tercakup computer aided design (CAD), computer aided engineering
(CAE), group technology (GT), Initial graphics exchange specification
(IGES), Product data exchange specification.
Pada dasarnya FMS merupakan integrasi dari beberapa peralatan mesin
berbasis komputer dengan sistem penanganan material otomat (automated
mate- rial handling system) yang dikendalikan oleh jaringan komputer yang
lazim. FMS dapat dipakai untuk menghasilkan berbagai jenis keluaran. FMS
ini ber- beda dengan otomatisasi tradisional, mesin yang diotomatisasi itu
hanya dapat mengerjakan satu jenis keluaran dalam jumlah yang besar (fixed
automation, FA). FA ini sangat efisien tetapi tidak fleksibel. Sebaliknya, FMS
sangat fleksibel, namun belum tentu sangat efisien.
c. Mixed-Model Assembly Line
Lini rakitan tradisional dirancang tata letaknya untuk menghasilkan
satu jenis tertentu keluaran. Sekalipun demikian, tata letak tradisional itu
dapat dipakai menghasilkan model atau produk lain, namun tidak efisien.
Sehubungan dengan kendala itu, maka tata letak lini rakitan dewasa ini sudah
diintegrasikan sedemikian rupa sehingga dapat dipakai untuk menghasilkan
berbagai model dan tipe produk. Hal itu dimungkinkan oleh karena peralatan
yang dipergunakan sudah berbasis komputer. Dengan demikian mixed-model
assembly line adalah suatu tata letak lini rakitan yang didesain untuk
membuat lebih dari satu jenis model atau berbagai jenis produk.

E. PENYELESAIAN KASUS TATA LETAK


1. Kasus Tata Letak Proses
Misalkan sebuah Department Store memiliki empat departemen, yaitu
Departemen Pakaian Laki-Laki (anak-anak, remaja, dan dewasa),
Departemen Pakaian Perempuan (anak-anak, remaja, dan dewasa),
Departemen Sepatu dan Sandal (anak-anak, remaja, dan dewasa), dan
Departemen Alat-Alat Rumah Tangga. Hasil survei selama 100 hari

16
menghasilkan pola arus kunjungan rata- rata pelanggan ke masing-masing
departemen per hari.
2. Tata Letak Produk
Pada tata letak produk sebagaimana telah dikemukakan di depan,
bahwa kendala utama yang harus dipecahkan ialah terciptanya keseimbangan
beban antara semua work station atau pekerja yang ada dalam lini.
Keseimbangan beban ini lazim disebut line balancing. Keseimbangan beban
di lini rakitan dibatasi oleh dua faktor, yaitu persyaratan hubungan presidensi
kegiatan, dan pembatasan waktu siklus. Persyaratan presidensi ini merupakan
pembatasan yang bersifat fisik dari urutan pekerjaan perakitan pada lini
perakitan yang ada. Sebagai contoh, di kapsalon sekalipun petugas pasang
sanggul sekarang ini tidak bekerja, namun dia tidak dapat memasang sanggul
itu sebelum pekerja cuci muka dan keramas menye- lesaikan pekerjaannya.
Urutan pekerjaan ini berguna untuk membuat diagram hubungan presidensi,
yang selanjutnya akan menjadi dasar untuk menentukan alokasi beban tugas
setiap pekerja atau work center.
Waktu siklus (cycle time) merupakan tipe pembatas di lini rakitan yang
berkenaan dengan penetapan waktu total pengerjaan yang mungkin untuk
dipergunakan pada setiap work station atau setiap pekerja dalam usaha
mencapai target keluaran yang telah ditetapkan. Waktu siklus yang
diinginkan dihitung melalui operasi pembagian atas waktu operasi kegiatan
yang tersedia dengan target keluaran yang sudah ditentukan.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Keputusan mengenai tata letak sangat penting artinya, karena tata
letak itu memiliki kontribusi yang besar serta berhubungan langsung
dengan efisiensi proses produksi. Tata letak tradisional meliputi tata letak
produk, tata letak proses, tata letak posisi tetap, tata letak ritel, tata letak
gudang, dan tata letak perkantoran. Dalam penerapannya, tata letak
tradisional itu sudah tidak memadai lagi sehingga pengusaha pabrikasi
mengembangkan atau mengadopsi model tata letak modern yang
dikembangkan oleh pihak pemerhati dan peneliti tata letak.
Tata letak modern yang dikembangkan sekarang sudah
diintegrasikan dengan komputerisasi mesin-mesin dan peralatan produksi.
Komputerisasi mesin dan peralatan produksi sudah memungkinkan
peralatan itu distel untuk mengerjakan tugas yang berbeda. Dengan
demikian, desain tata letak tradisional yang sebelumnya sangat kaku,
secara perlahan-lahan ditinggalkan, dan sekarang diubah menjadi fleksibel.
Sehubungan dengan itu lahir tata letak modern yang disebut tata letak
hibrida (hybride layout). Tata letak hibrida terdiri atas tipe tata letak
selular, tata letak FMS (flexible manufactruing system), dan mixed- model
assembly-line.
Tata letak berbasis komputerisasi penuh adalah computer integrated
manufacturing system, (CIM).Pada FMS integrasi hanya dilakukan antara
fungsi manufaktur dengan alat-alat material handling yang otomat, pada
CIM, fungsi pabrikasi sudah dihubungkan dengan semua fungsi yang
terkait, dan yang terkait itu sudah ter- komputerisasi.

18
DAFTAR PUSTAKA

Prof.H.Murdifin Haming,S.E., M.Si., Ph.D. dan Prof.Dr.H.Mahfud


Nurnajamuddin, S.E., M.M. 2011.Manajemen Produksi Modern
Operasi Manufaktur dan Jasa. PT Bumi Aksara. Jakarta.
Dr.Manahan P.Tampubolon,M.M. 2004.Manjemen Operasional. Ghalia
Indonesia. Jakarta.
Murdifin Haming. S.E.,M.Si Dan Dr.Mahfud Nurnajamuddin . S.E.,M.M.
2007. Manajemen Peroduksi Modern Operasi Manufaktur dan
Jasa. PT Bumi Aksara. Jakarta

19
20

Anda mungkin juga menyukai