Anda di halaman 1dari 7

JCEBT, 5 (2) September 2021 ISSN 2549-6379 (Print) ISSN 2549-6387 (Online)

JCEBT
(Journal of Civil Engineering, Building and Transportation)
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/jcebt

Perancangan Perletakan Elastomer berdasarkan Pedoman


Perancangan Bantalan Elastomer untuk Perletakan
Jembatan Tahun 2015
Design of Elastomeric Bearings based on Design Guidelines
for Elastomeric Bearings for Bridge laying in 2015
Ahmad Sumantri
Program Studi Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan, Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Medan, Indonesia

*Corresponding Email: sumantri.ahmad@Gmail.com


Abstrak
Sistim perletakan merupakan salah satu bagian terpenting dalam kostruksi jembatan. Jenis perletakan
yang sering dipakai pada konstruksi jembatan adalah perletakan elastomer. Kesalahan dalam
perhitungan perencanaan perletakan menimbulkan resiko keruntuhan pada kostruksi. Perancangan
perletakan elastomer bertujuan untuk memahami perhitungan perancangan perletakan elastomer
berdasarkan Pedoman Perancangan Bantalan Elastomer untuk Perletakan Jembatan Tahun 2015 dan
mengetahui spesifikasi perletakan elastomer pada SNI 3967:2013. Perancangan perletakan elastomer
disimulasikan pada Sungai Sei Tanjung pada proyek pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera bagian
pekerjaan Jalan Tol Ruas Indrapura – Kisaran. Perletakan yang tinjau adalah perletakan bantalan
elastomer (elastomer bearing pads) tipe berlapis dengan dimensi: panjang elastomer (L) = 65 cm, lebar
(W) = 60 cm, tebal (H) = 13,6 cm, tebal lapisan penutup/cover (hrcover) = 1,15 cm, tebal lapisan
dalam/internal (hrinternal) = 1,65 cm, jumlah lapisan baja (Nlayer) = 7 lapis, dan tebal baja pelat, hst = 0,2
cm. Hasil perhitungan kontrol pada pembahasan menunjukan perletakan elastomer yang dipakai
memenuhi persyaratan: tebal lapisan, tegangan tekan, rotasi, defleksi tekan, deformasi geser dan
stabilitas.
Kata Kunci: Elastomer, Perletakan, Jembatan

Abstract
The bearing system is an important part of bridge construction. The type of placement that is often used in
bridge construction is elastomeric placement. Errors in the calculation of the laying plan pose a risk of
collapse in the construction. The design of elastomeric bearings aims to understand the calculation of the
design of elastomeric bearings based on the Design Guidelines for Elastomeric Bearings for Bridge Laying
in 2015 and to know the specifications for elastomeric placement in SNI 3967:2013. The design of the
elastomeric placement is simulated on the Sei Tanjung River in the Trans Sumatra toll road construction
project for the Indrapura – Kisaran toll road section. The placement under consideration is the placement
of layered type elastomeric bearings with dimensions: elastomeric length (L) = 65 cm, width (W) = 60 cm,
thickness (H) = 13,6 cm, cover thickness (hrcover) = 1,15 cm, internal layer thickness (hrinternal) = 1,65 cm,
number of steel layers (Nlayer) = 7 layers, and steel plate thickness, hst = 0,2 cm. The results of the control
calculations in the discussion show that the elastomeric placement used meets the requirements: layer
thickness, compressive stress, rotation, compressive deflection, shear deformation and stability.
Keywords: Elastomer, Bearing Pads, Bridge

How to Cite: Sumantri, A. (2021). Perancangan Perletakan Elastomer berdasarkan Pedoman Perancangan Bantalan
Elastomer untuk Perletakan Jembatan Tahun 2015. JCEBT (Journal of Civil Engineering, Building and
Transportation). 5 (2): 92 - 98
Sumantri A, (2021). Perancangan Perletakan Elastomer berdasarkan Pedoman Perancangan Bantalan Elastomer untuk
Perletakan Jembatan Tahun 2015.

PENDAHULUAN rencana. Perhitungan harus mengkonversi


Jembatan yang menjadi objek beban-beban yang bekerja menjadi
penelitian adalah jembatan Sungai (Sei) tegangan rata-rata pada luas bidang
Tanjung pada proyek pembangunan jalan bantalan yang menerima beban seperti
tol Indrapura-Kisaran Segmen 5. Jembatan persamaan di bawah ini:
tersebut merupakan jembatan Sungai (Sei) 𝐏𝐃𝐋 + 𝐏𝐋𝐋
𝛔𝐒 =
𝐀
Tanjung yang berfungsi menghubungkan
ruas jalan tol yang terputus akibat ada 𝐏𝐋𝐋
𝛔𝐋 =
𝐀
aliran sungai dibawahnya. Jenis jembatan
yang dibangun adalah jembatan prategang dimana σs sama dengan nilai tegangan
yang panjang total 115 meter dan terdiri rata-rata yang disebabkan oleh seluruh
dari tiga segman jembatan yang masing- beban (MPa), σL sama dengan nilai
masing memiliki Panjang bentang 25 tegangan rata-rata yang disebabkan oleh
meter, 45,8 meter dan 45,8 meter. Lebar beban hidup (MPa), PDL sama dengan
jembatan 12,7 meter yang ditopang oleh nilai beban mati rencana (N), PLL sama
balok prategang sebanyak 6 buah dengan dengan nilai beban hidup rencana (N),
jarak spasi 2,1 meter dan disimulasikan dan A sama dengan nilai luas seluru
ditopang oleh perletakan bantalan permukaan (mm2).
elastomer (elastomer bearing pads) tipe Besar faktor bentuk untuk lapisan-
berlapis. lapisan elastomer tidak berlubang harus
Tujuan Simulasi perancangan dihitung dengan persamaan sebagai
perletakan elastomer adalah untuk berikut:
mengetahui spesifikasi perletakan 𝐀
𝐒=
𝐈𝐩 × 𝐡𝐫𝐢
elastomer pada SNI 3967:2013 dan
𝐈𝐏 = 𝟐(𝐋 + 𝐁)
memahami perhitungan perencanaan
𝐀 =𝐋×𝐁
perletakan elastomer berdasarkan
dimana S sama dengan nilai faktor
pedoman perancangan elastomer untuk
bentuk, A sama dengan luas seluruh
perletakan jembatan yang diterbitkan oleh
bidang permukaan (mm2), Ip sama
Kementrian PUPR pada tahun 2015.
dengan nilai keliling elastomer, sudah
Menurut pedoman tersebut beban yang
masuk lubang (mm), hri sama dengan nilai
terima oleh bantalan yang harus dihitung
tebal efektif karet pada lapisan antara
adalah beban hidup ditambah beban mati

93
JCEBT (Journal of Civil Engineering, Building and Transportation), 5 (2) September 2021: 92 - 98

(mm), L sama dengan panjang efektif Gambar 1. Bagan alir proses perancangan
perletakan elastomer
seluruh elastomer (mm), dan B sama Sumber: Pedoman Perancangan Bantalan
Elastomer untuk Perletakan Jembatan
dengan lebar efektif seluruh elastomer Tahun 2015
(mm).
HASIL DAN PEMBAHASAN
METODE PENELITIAN
Hasil
Data primer jembatan diperoleh
Data perencanaan jembatan Sungai
dari pengamatan langsug terhadap shop
Sei Tanjung pada proyek pembangunan
drawing dari denah dan potongan
jalan tol Indrapura–Kisaran Segmen 5,
memanjang A-A underpass Sungai (Sei)
sebagai berikut:
Tanjung pada proyek pembangunan jalan
- Bentang jembatan (L) = 45,8 m
tol Indrapura–Kisaran Segmen 5 dan data
- Lebar lantai beton (B) = 12,7 m
primer dimensi perletakan bantalan
- Tebal pelat beton (ts) = 0,25 m
elastomer diperoleh dari SNI 3967:2013.
- Tebal aspal (ta) = 0,05 m
Alur perancangan perletakan
- Jarak antar gelagar (s) = 0,05 m
elastomer dapat dilihat pada Gambar 1.
- Modulus elastisitas beton Ec =
MULAI
25332,084 MPa
HITUNG BEBAN KERJA, ROTASI - Luas penampang balok prategang (A) =
MAKSIMUM SERTA DEFORMASI GESER
0,752250 m2
HITUNG LUAS PENAMPANG ELASTOMER - Momen inersia balok prategang-

ASUMSIKAN UKURAN-UKURAN PERLETAKAN


komposit (I) = 0,76060 m4
- Luas penampang balok diafragma (A) =
KONTROL
TIDAK 0,355 m2
FAKTOR BENTUK

YA Pembahasan
Tabel 1. Rekapitulasi beban mati
TIDAK KONTROL
TEGANGAN IZIN Beban mati Beban Merata (N/m) Gaya (N)
Pelat lantai 13125 300563
YA
Aspal + overlay 2352 53861
TIDAK KONTROL TEGANGAN AKIBAT Air hujan 1029 23564
KOMBINASI PERPUTARAN,
Barrier 20923 479130
PERPINDAHAN, DAN TEKAN
Gelagar 18800 430250
YA Diafragma 2622 59000
TIDAK Total = 58851 1346367
KONTROL STABILITAS
Sumber: Hasil perhitungan
YA
hITUNG TEBAL PELAT

SELESAI

94
Sumantri A, (2021). Perancangan Perletakan Elastomer berdasarkan Pedoman Perancangan Bantalan Elastomer untuk
Perletakan Jembatan Tahun 2015.

Tabel 2. Rekapitulasi beban hidup Deformasi akibat perbedaan suhu


Beban Hidup Beban Merata (N/m) Gaya (N) ∆L = L × α × ∆T
Beban BTR 15645 358271 ∆L = 45800 . 10. 10-6 . ½ (40-15)
Beban BGT 51450
Total (PLL) = 15645 409721
∆L = 5,73 mm
Sumber: Hasil perhitungan
Total deformasi

a. Deformasi Geser 1
∆total = × (∆cr + ∆sh + ∆L)
2
Deformasi akibat rangkak
1
t 0,6 ∆total = × (17,06 + 2,83 + 5,73)
∆cr= × C𝑢 ×∈e × L 2
10 × t0,6 ∆total = 12,81 mm
Dimana t sama dengan nilai umur
Maka deformasi geser rencana:
rencana pembebanan (1000 tahun =
∆s = 12,81 mm
365000 hari), Cu sama dengan nilai
Deformasi ijin:
koefisian rangkak max, nilai Cu = 2,5
∆ijin = 2 . ∆s = 2 . 12,81 = 25,62 mm
untuk fc’= 29,05 MPa, dan e sama
 Kontrol Deformasi Geser
dengan nilai regangan elastis sesaat
Tebal total lapisan karet elastomer:
akibat tegangan tetap
0,7×√fc′
hrt = 2 hrcover + (Nlayer – 1) hrinternal
∈𝑒 = = 0,000149 = 1,49. 10−4
Ec hrt = 2 . 11,5 + (7 – 1) 16,5 = 122 mm
3650000,6
∆cr = 2,5 ∙ 1,49. 10−4 ∙ 45800 Syarat: hrt ≥ ∆ijin
10 + 3650000,6
Dari hitungan sebelumnya hrt = 122 mm
∆cr = 17,06 mm
dan ∆ijin = 25,62 mm, berarti tebal total
Deformasi akibat susut (shrinkage)
elastomer memenuhi syarat
t
∆sh =
35 + t
×∈csu× L  Rotasi maksimum

Dimana t sama dengan nilai usia beton Rotasi (perputaran sudut) balok girder

yang jaga kelembabannya di lokasi pada bagian ujung (bagian yang diberi
pekerjaan, terhitung sejak 7 hari - 20 hari, perletakan) akibat beban terbagi rata,

csu sama dengan nilai koefisien susut sebagai berikut:

max, nilai csu = 0,00017 untuk fc’ = 29,05 (𝑞𝐷𝐿 +𝑞𝐿𝐿 ) 𝐿3


𝜃=
24𝐸𝐼
MPa.
(58851 + 15645) 22,93 )
20 𝜃1 =
24 . 2,5332084 . 1010 . 0,76060
∆sh = × 0,00017 × 45800
35 + 20 𝜃1 = 0,00193 𝑟𝑎𝑑
∆sh = 2,83 mm

95
JCEBT (Journal of Civil Engineering, Building and Transportation), 5 (2) September 2021: 92 - 98

Rotasi balok girder pada bagian ujung - Batas tegangan delaminasi (σ) = 7 MPa
akibat beban terpusat, sebagai berikut: Syarat yang harus dipenuhi dalam
𝑃𝐿2 menentukan tebal lapisan elastomer,
𝜃2 =
32𝐸𝐼
yaitu:
51450 . 22,92
𝜃2 =
32 . 2,5332084 . 1010 . 0,76060
1. Seluruh tebal lapisan elastomer bagian

𝜃2 = 0,00035 𝑟𝑎𝑑 dalam harus mempunyai nilai tebal


yang sama.
Rotasi balok girder pada bagian ujung,
2. Tebal lapisan penutup tidak boleh
sebagai berikut:
lebih dari 70% tebal lapisan internal.
θt = θ1 + θ2 = 0,00193 + 0,00035 =0,00228 rad
c. Faktor bentuk
b. Luas area elastomer yang diperlukan
Faktor bentuk (S) harus berada dalam
Aperlu > Ptotal / batas tegangan delaminasi
Batasan berikut ini:
Aperlu > ( PDL + PLL ) / σ
1. Untuk bantalan polos 1<S≤4
Aperlu > (1346367 + 409721) / 7
2. Untuk bantalan berlapis 4 < S ≤ 12.
Aperlu > 250869,7 mm2
Tebal lapisan dalam elastomer:
Perletakan yang direncanakan
hrinternal = 16,5 mm, maka:
memakai elastomer laminasi, dengan
syarat: hrcover ≤ 0,7 hrinternal
memakai karet sintesis (Neoprene) yang
11,5 mm ≤ 0,7 (16,5 mm)
memiliki modulus geser minimum
11,5 mm ≤ 11,55 mm (sesuai syarat)
sebesar 0,60 MPa dan kuat tarik
A
minimum sebesar 15,5 Mpa. Scover =
2 × (L + W) × hrcover
Data primer perletakan bantalan
390000
elastomer, sebagai berikut: Scover = = 13,565
2 × (650 + 600) × 7,5
- Mutu baja pelat (fy) = 260 MPa A
Sinternal =
- Jumlah lapisan baja (Nlayer) = 7 lapis 2 × (L + W) × hrinternal

- Panjang elastomer (L) = 65 cm 390000


Sinternal = = 9,455
2 × (650 + 600) × 16,5
- Lebar elastomer (W) = 60 cm
- Luas area elastomer (A) = 3900 cm2 d. Tegangan Tekan
- Tebal lapisan elastomer (hrt) = 12,2 cm Ptotal 1756087,9
σs = = = 4,502 MPa
- Tebal cover (hrcover) = 1,15 cm A 390000
- Tebal lapisan dalam (hrinternal) = 1,65 cm  Kontrol Tegangan Tekan
- Kekerasan nominal = 55 skala shore “A” Tegangan tekan yang terjadi pada
- Batas fatik (FTH) = 31 MPa elastomer harus memenuhi syarat:

96
Sumantri A, (2021). Perancangan Perletakan Elastomer berdasarkan Pedoman Perancangan Bantalan Elastomer untuk
Perletakan Jembatan Tahun 2015.

σs ≤ G. Sinternal = 0,60. 9,455 = 5,200 MPa Kontrol defleksi tiap lapisan elastomer
Dari hitungan sebelumnya σs = 4,502 MPa tidak boleh melebihi 0,07 hrint, maka:
berarti tegangan tekan yang terjadi masih δLapisan = Gint . hrinternal
memenuhi syarat. δLapisan = 0,012 . 16,5 = 0,198 mm
 Kontrol Rotasi syarat: δLapisan < 0,07 . hrint
Syarat: δLapisan < 0,07 . 11 = 0,77 mm
1 L 2 θ Defleksi setiap lapisan memenuhi syarat
σs ≥ × G × Sinternal × ( ) ×
2 hr𝑖𝑛𝑡 Nlayer
1 500 2 0,00228 f. Tebal Pelat Baja
σs ≥ × 0,60 × 12,739 × ( ) ×
2 11 7 Kondisi layan,
σs ≥ 1,434 MPa
Syarat: hs ≥ 3 × hrinternal × σs/fy
Dari perhitungan sebelumnya σs = 4,502
hs ≥ 3 x 16,5 x 4,503/260
MPa, berarti perletakan elastomer yang
hs ≥ 0,929 mm
dipakai memenuhi syarat rotasi
Kondisi fatik,
PLL 409720,5
e. Defleksi Tekan σL = = = 1,37 MPa
A 300000
σs
εint = Syarat: hst ≥ 2 × hrinternal × σ𝐿 /𝐹𝑇𝐻
6 × G × Sinternal2
hst ≥ 2 x 16,5 x 1,37 /31
4,502
εint = = 0,012 hst ≥ 1,1183 mm
6 × 0,60 × 9,4552
Maka defleksi akibat kejut adalah: Maka direncanakan tebal pelat baja, hst =
δint = 2 𝐺𝑖𝑛𝑡. hrcover + (𝑁𝑙𝑎𝑦𝑒𝑟 − 1) 𝐺𝑖𝑛𝑡. hrinter 2 mm.
δint = 2 . 0,012 . 11,5 + (7 − 1) 0,012 .16,5
δint= 1,464 mm g. Kontrol stabilitas

Defleksi akibat susut: Tebal keseluruhan elastomer:

δsusut = Cd. δint H = 2 hrcover + (Nlayer – 1) hrinternal + Nlayer


= 0,25 . 1,464 hst
= 0,366 mm H = 2 x 11,5 + (7-1) x 16,5 + 7 x 2

Defleksi total H = 136 mm

δTotal = δsusut + δint Syarat pertama: H ≤ L/3

= (0,366 + 1,464) mm H ≤ 650/3 = 216,67 mm

= 1,830 mm Syarat kedua: H ≤ W/3

 Kontrol Defleksi Tekan H ≤ 600/3 = 200 mm

97
JCEBT (Journal of Civil Engineering, Building and Transportation), 5 (2) September 2021: 92 - 98

Dari perhitungan sebelumnya H = 136


mm, berarti elastomer yang dipakai
memenuhi syarat stabilitas.

SIMPULAN
Hasil perhitungan kontrol pada
pembahasan menunjukan perletakan
elastomer yang dipakai memenuhi
persyarat: tebal lapisan, tegangan tekan,
rotasi, defleksi tekan, deformasi geser
dan stabilitas.

DAFTAR PUSTAKA
Siregar, H.H. (2021). Perencanaan Struktur
Jembatan Sungai Sei Tanjung Segmen 5 Sta
113+904 Pada Proyek Pembangunan Jalan
Tol Trans Sumatera Bagian Pekerjaan Jalan
Tol Ruas Indrapura – Kisaran. Laporan
Tugas Akhir. Medan. Politeknik Negeri
Medan.
Ansori, M.Y. Gardjito E. & Winarto S. (2021).
Perencanaan Ulang Struktur Jembatan Golo
Desa Tumpakoyot Blitar dengan Sistem
Girder Pelat Baja. Jurmateks. 4(1):89-103.
Sugiyono R.D (2016). Analisa Perencanaan
Struktur Atas Jembatan Rangka Baja Tipe
Camel Back Truss. Rekats. 3(3):88-93.
Setyorini, I. & Astuti, E.S. (2016). Kajian Spesifikasi
Teknis Dan Metode Uji Bantalan Karet
(Elastomer) Untuk Perletakan Jembatan.
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan
Plastik Ke-5, Yogyakarta, 26 Oktober 2016
Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat RI, 2015. Pedoman Perancangan
Bantalan Elastomer untuk Perletakan
Jembatan Tahun 2015.
Badan Standardisasi Nasional. 2013. Spesifikasi
dan metode uji bantalan karet (elastomer)
untuk perletakan jembatan (SNI 3967:2013)
Badan Standardisasi Nasional. 2004. Perencanaan
struktur beton untuk jembatan (RSNI T-12-
2004)

98

Anda mungkin juga menyukai