Anda di halaman 1dari 11

TANAH ABAH

Pada suatu hari, di sebuah perdesaan terdapat sawah besar milik seorang
Kakek yang biasa dikenal dengan sebutan Abah.

Di kemudian hari, Abah dan satu buruh tani yang bernama Asep sedang
berada di sawah untuk menjalankan aktivitas seperti apa yang dilakukan
seorang petani, lalu Abah berkata kepada Asep,
Abah: “Sep, kesini Abah mau bicara”
Lalu Asep datang menghampiri Abah,
Asep: “Iya Bah, mau bicara apa?”
Abah: “Abah sekarang sudah tua, anak-anak Abah sudah punya keluarga
masing-masing, terus kalau Abah sudah tiada, bagaimana nasib sawah ini.”
Asep: “Kalau kata saya mah Bah, sawah ini biar Asep yang meneruskan, Abah
tenang aja.”
Abah: “Terimakasih sebelumnya Sep, Abah sangat menghargai pendapat
kamu.”
Asep: “Baik bah, saya lanjut kerja lagi.”
Di kemudian hari lagi, ada dua orang berpakaian hitam dan berbadan besar
sedang melihat sebuah sawah, yang dimana sawah itu milik Abah,
Anton: “Dho, ini sawah cocok untuk dibangun perumahan, tempatnya juga
strategis.”
Ridho: “Betul Ton, kita balik lagi aja buat laporan ke bos.”
Anton dan Ridho pulang ke tempat Bos nya untuk melapor bahwa ada sawah
besar untuk dijadikan perumahan,
Anton: “Bos, tadi saya sama Ridho menemukan sawah yang cocok buat
dijadikan perumahan, saya yakin bos suka, betul gak Dho?
Ridho: “Betul Bos, saya juga setuju sama Anton pasti Bos suka sawah itu.”
Bos Rizal: “Bagus, kalian kembali lagi ke sana untuk menanyakan kepilikan
dari sawah itu.”
Anton dan Ridho: “Siap Bos!”
Anton dan Ridho kembali ke sawah untuk menanyakan siapa yang punya
sawah itu, lalu ada Asep disitu. Anton dan Ridho menanyakan kepada Asep,
Ridho: “Selamat siang, apakah kamu tahu siapa pemilik sawah ini?
Asep: “Siang, oh kebetulan saya yang kerja di sini, jadi saya tau siapa
pemiliknya.”
Anton: “Oke kalo gitu, bawa kami ke rumah pemilik sawah ini.”
Asep: “Sebentar, saya bereskan dulu pekerjaan saya, ngomong ngomong
akang-akang ini dari mana dan ada keperluan apa?”
Ridho: “Bukan urusan kamu” (dengan nada tinggi, lalu ditahan oleh Anton)
Anton: “Antarkan saja kami berdua”
Asep: “Baik atuh sebentar.”
Asep mengajak Anton dan Ridho untuk menemui Abah,
Asep: “Assalamualaikum Bah (sambil mengetuk pintu)”
Abah: “Waalaikumussalam, masuk Sep”
Asep: “Sebentar akang-akang saya masuk dulu, akang-akang tunggu diluar.”
Asep masuk kerumah Abah...
Asep: “Punten Bah, ini ada yang mencari Abah.”
Abah: “Ya sudah suruh masuk Sep”
Asep menyuruh masuk Anton dan Ridho untuk masuk ke rumah Abah...
Asep: “Akang-akang, silahkan masuk”
Anton dan Ridho pun masuk ke rumah Abah...
Ridho: “Permisi Bah, perkenalkan saya Ridho dan teman saya
Anton.”(Dengan muka serius)
Anton: “Salam kenal, Bah”
Abah: “Oh iya, ada keperluan apa Akang-akang kemari.”
Ridho: “Jadi begini bah, saya diutus Bos saya untuk menanyakan kepemilikan
sawah besar yang ada di sana, apa sawah itu milik Abah?.”
Abah: “Iya betul itu sawah punya Abah.”
Anton: “Kami disuruh sama Bos untuk membeli sawah tersebut, dan
rencananya sawah itu akan dijadikan perumahan.”
Abah: “Oh tidak, sawah itu tidak akan pernah Abah jual.”
Ridho: “Tapi Bah, dengan kami membeli sawah tersebut Abah dapat
keuntungan yang berlipat ganda dan juga setelah proyek tersebut selesai kami
akan mengundang Abah di acara pembukaan dan Abah juga dapat bagian
yaitu 1 unit rumah.”
Abah: “Mohon maaf akang-akang, sekali lagi saya tidak akan pernah menjual
sawah itu, dan jika akang-akang masih memaksa, silahkan untuk
meninggalkan rumah ini.”
Asep: “Betul akang-akang, jika sawah itu dijual Saya tidak punya pekerjaan,
karena itu mata pencaharian Saya satu-satunya.”
Anton: “Kalau begitu kami akan kembali lagi nanti dengan bos kami”
Abah: “Silahkan.”
Anton & Ridho: “Wassalamualaikum”
Anton dan Ridho kembali menemui Bos Rizal untuk memberi tahu bahwa
Abah tidak akan menjual sawah nya.
Anton: “Bos...” (sambil mengetuk pintu)
Bos Rizal: “Masuk”
Ridho: “Maaf Bos, Kami gagal untuk membujuk pemilik sawah untuk menjual
sawah nya.”
Bos Rizal: “Kenapa bisa gagal?”
Anton: “Karena pemilik sawah bilang kalau dia tidak akan pernah menjual
sawah nya, kami sudah memaksa dan kami juga mengiming-imingi jika sawah
nya dijual, dia memiliki bagian 1 unit rumah.”
Bos Rizal: “Hmm... Besok bawa saya ke rumah pemilik sawah itu, Saya akan
membujuk nya lagi, kalian boleh keluar.”
Anton & Ridho: “Baik Bos!”
Keeseokan harinya pun, Bos Rizal dengan anak buah nya kembali ke rumah
Abah, untuk membujuk Abah agar menjual sawah nya,
Asep: “Eh akang-akang lagi, ada keperluan apa apalagi kemari?”
Anton: “Bos kami ingin bertemu dengan Abah”
Asep: “Ya sudah, mari”
Setelah sampai di rumah Abah, Asep kembali mengetuk pintu rumah Abah,
Asep: “Assalamualaikum Bah”
Abah: “Waalaikumsalam, ada apa Sep?
Asep: “Ini Bah, orang-orang yang kemarin, kesini lagi, tapi sekarang mereka
bertiga, sepertinya yang satu Bos nya.”
Abah: “Ngapain mereka datang lagi?”
Asep: “Kurang tau Bah, mungkin mereka ingin bicara dengan Abah”
Abah: “Ya sudah biarkan mereka masuk.”
Asep: “Siap Bah!”
Asep: “Akang-akang, silahkan masuk”

Anton, Ridho dan Bos Rizal masuk ke rumah Abah,


Anton, Ridho & Bos Rizal: “Assalamualaikum”
Asep & Abah: “Waalaikumussalam”
Bos Rizal dan Abah bersalaman,
Abah: “Silahkan duduk”
Bos Rizal: “Terimakasih”
Abah: “Akang siapa? Dan ada keperluan apa datang kemari?”
Bos Rizal: “Sebelum nya, perkenalkan Bah, Saya Rizal, pemilik perusahaan
PT FIBRI RESIDENCE”
Bos Rizal: “Kedatangan saya kesini, bermaksud untuk membeli sawah milik
Abah”
Abah: “Apa anak buah Kamu tidak memberi tahu kalau Saya tidak akan
pernah menjual sawah Saya?”
Bos Rizal menyodorkan sebuah koper yang isinya adalah uang yang sangat
banyak,
Bos Rizal: “Bagaimana Bah?”
Abah: “Mohon maaf, tapi Saya tetap dengan pendirian Saya, jika Kamu masih
memaksa, silahkan keluar dari rumah ini.”
Bos Rizal: “Baik jika kemauan Abah seperti itu”
Bos Rizal dan anak buahnya pun pergi dari rumah Abah,
Anton: “Bos, gimana kalau kita pakai cara kotor Bos?”
Bos Rizal: “Sama seperti yang saya pikirkan”
Anton: “Bagaimana kalau kiita nyogok Bos, kita nyogok ke ketua RT disini,
agar Abah mau menjual sawahnya.”
Bos Rizal: “Ide cemerlang!” (dengan ekspresi wajah senyum jahat)
Bos Rizal dan anak buahnya pun pergi mencari keberadaan ketua RT tersebut,
dipertengahan jalan, Bos Rizal bertemu dengan bapak bapak yang sedang
bermain catur.
Ridhol: “Permisi Pak, tumpang tanya apa kalian tahu dengan ketua RT
disini?.”
Pak RT: “Kebetulan saya RT disini, ada keperluan apa ya?”
Ridho: “Bos kami ingin bertemu dengan bapak”
Pak RT: “oh silahkan”
Ridho: “Ton gw udah nemu RT sini”
Anton: “Ok”

Bos Rizal: “Selamat siang”


Pak RT & Dadang: “S-siang pak”
Bos Rizal: “Saya Rizal, Saya pemilik PT FIBRI RESIDENCE.”
Pak RT: “Ada keperluan apa ya pak?”
Bos Rizal: “Tidak etis berbicara disini, izinkan saya mengobrol dirumah
Bapak”
Pak RT: “Oh mari.”
Bos Rizal, Anton, Ridho pun pergi ke rumah Pak RT untuk mengobrol,
Pak RT: “Silahkan duduk”
Bos Rizal: “Terimakasih”
Pak RT: “Jadi ada keperluan apa Bapak ingin bertemu dengan Saya?”
Bos Rizal: “Begini Pa, sebenarnya Saya ingin membuat perumahan di daerah
ini, Saya sudah mengecek di daerah sini dan anak buah Saya menemukan
sebuah sawah yang wilayahnya cukup strategis”
Pak RT: “Oh itu sawah punya Abah”
Bos Rizal: “Iya betul, Saya sebelum kesini pun sudah ke rumah Abah untuk
membujuk agar beliau menjual sawah nya, tetapi beliau tetap tidak ingin
menjual sawah nya”
Pak RT: “Jadi?”
Bos Rizal: “Saya ingin Bapak membantu Saya untuk mendapatkan tanah milik
Abah. Tentu saja bayaran yang setimpal”
Bos Rizal: “Dho!”
Pak RT: “Hmmm...”
Dadang berbisik pada Pak RT,
Dadang: “Ambil Pak ambil! Lumayan pak, nanti kita bagi 2”
Pak RT: “Jadi Anda ingin saya seperti apa?”

SKIP!
Pak RT: “Oh seperti itu, baik”
Bos Rizal dan Pak RT pun bersalaman...
Bos Rizal, Anton, Ridho, Pak RT dan Dadang kembali lagi ke rumah Abah,
Asep: “Eh ada Pak RT”
Pak RT: “Sep, Abah ada?
Asep: “Ada pak, ada keperluan apa ya?”
Pak RT: “Kami mau bicara dengan Abah”
Asep: “oh, tunggu sebentar Pak”
Asep: “Bah orang orang yang kemarin datang lagi, tapi sekarang dengan Pak
RT
Abah: “(Istighfar) mau apa lagi mereka kemari, yasudah biarkan mereka
masuk”
Asep: “Baik Bah”
Asep: “Pak silahkan masuk”
Pak RT, Dadang, Bos Rizal dan anak buahnya pun masuk kedalam rumah
Abah
Pak RT dan yang lainnya: “Assalamualaikum”
Abah & Asep: “Waalaikumsalam”
Abah: “Mau apa lagi kalian sekarang, Terus kenapa ada Pak RT dan Dadang
bersama kalian?”
Pak RT: “Saya mendengarkan penjelasan dari pak Rizal dan saya berfikir ini
peluang bagus untuk desa kita bah jadi saya ingin Abah menjual sawah
tersebut.”
Dadang: “Betul tuh Bah, sekarang sudah zaman modern sudah waktunya
daerah kita dijadikan perumahan.”
Abah: “Tidak!!, Sampai kapanpun saya tidak akan menjual sawah tersebut!!”
Abah: “Kalau Pak RT tetap ingin saya menjual sawah Saya untuk dijadikan
perumahan, Saya akan melapor ke pihak yang berwajib atas kasus
Pemaksaan.”
Asep: “Betul, lagipula kalau dijadikan perumahan tidak baik untuk kesehatan
karena banyak polusi, lebih baik seperti ini saja, sejuk.”
Bos Rizal: “Bah, jika Abah tetap tidak ingin menjual sawah Abah, baiklah
tidak apa-apa, Saya akan mencari daerah lain untuk dijadikan perumahan.”
Abah: “Baik kalau begitu, Silahkan bapak bapak sekalian keluar dari rumah
Saya.”
Bos Rizal, Anton, Ridho, Pak RT, dan Dadang keluar dari rumah Abah, dan
akhirnya Sawah Abah tidak jadi terjual.

TAMAT

Anda mungkin juga menyukai