A. LATAR BELAKANG
B. POKOK PERMASALAHAN
Dari waktu ke waktu keberadaan institusi Rumah Sakit semakin dituntut untuk
memberikan pelayanan prima dalam bidang kesehatan kepada masyarakat. Tingkat
keberhasilan Rumah Sakit tergantung antara lain :
Efisiensi,efektivitas,pelayanan,kemudahan,kecepatan,kemutakhiran,peralatan,kenya
man dan kemanan pasien.
Berdasarkan alasan diatas Rumah Sakit dr.Achmad Diponegoro
mengusulkan diadakan pelatihan “ Bantuan Hidup Dasar” untuk seluruh tenaga klinisi
dan nonklinisi di Rumah sakit dr. Achmad Diponegoro yang belum mengikuti
pelatihan Bantuan Hidup Dasar.
C. DASAR HUKUM
1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1438/ MENKES / PER / IX / 2010 tentang
Standar Pelayanan Kedokteran
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2017 tentang
akreditasi rumah sakit
E. SASARAN
Seluruh staff Rumah Sakit dr. Achmad Diponegoro Putussibau baik klinisi maupun
Non klinisi diutamakan yang belum pernah mengikuti pelatihan BHD ( Bantuan Hidup
Dasar ) dan sertifikat yang masa berlakunya sudah habis.
Gelombang II :
a. Unit Fisioterapi : 2 orang
b. Unit Radiologi : 2 orang
c. Unit Laboratorium : 2 orang
d. Unit UTDRS : 2 orang
e. Unit Rekam medis : 2 orang
f. Unit Gizi : 2 orang
g. Unit CSSD : 2 orang
h. Unit Laundry : 2 orang
i. Instalasi farmasi : 2 orang
j. Gudang farmasi : 2 orang
k. Rekam medis : 2 orang
l. Petugas cleaning service dan bagian taman : 30 orang
m. Satpam : 7 orang
n. Staf bidang penunjang : 2 orang
o. Staf bidang pelayanan : 2 orang
p. Staf subbag umum : 2 orang
q. Staf personil dan humas : 2 orang
r. Kasir : 2 orang
s. Staf BPJS : 2 orang
t. Supir Ambulance : 5 orang
u. Staf IPSRS : 10 orang
v. Komite K3RS : 2 orang
F. RUANG LINGKUP
Perubahan pola piker dari melakukan resusitasi dengan cepat menjadi
mengedepankan pengawasan dan penilaian dini terhadap kemungkinan resiko
pasien dengan kejadian henti jantung adalah hal yang sangat penting. Tidak ada
pasien yang henti jantung tiba-tiba,semuanya diawali dengan gejala dan perubahan
fisiologisnya.
System respon cepat dibentuk untuk memastikan bahwa semua kondisi darurat
medis kritis tertangani dengan resusitasi dan stabilisasi sesegera mungkin. Sistem
respon terbagi dalam 2 tahap :
1. Respon awal ( responder pertama ) berasal dari petugas rumah sakit yang
berada disekitarnya, dimana terdapat layanan bantuan hidup dasar.
2. Respon kedua ( responder kedua ) merupakan tin khusus terlatih yang berasal
dari departemen yang ditunjuk rumah sakit.
Sistem respon dilakukan dengan waktu respon tertentu berdasarkan standar
kualitas pelayanan yang telah ditentukan oleh rumah sakit. Untuk menunjang hal
tersebut yang dilakukan adalah :
1. Semua personil di rumah sakit harus dilatih dengan ktrampilan bantuan hidup
dasar dilokasi kejadian .
2. Peralatan Bantuan Hidup dasar harus ditempatkan dilokasi yang strategis
dalam kawasan rumah sakit, misalnya lobi rumah sakit, ruang
tunggu,poliklinik,ruang rawat inap, dimana peralatan dapat dipindah atau
dibawa untuk memberikan respon cepat.
H. NARASUMBER
a. Narasumber Bantuan Hidup Dasar adalah dokter umum dan perawat ICU yang
bersertifikasi ,yaitu:
1. dr. Andi Wijaya
2. Ns. Atika Dewi.S.Kep
Honor
2 orang x8 jam =
1. Narasumber/Instruktur 2 Rp. 200.000,- Rp. 3.200.000,-
16 Jam
orang @ 8 Jam
TOTAL Rp.2.370.000
SUSUNAN ACARA IN HOUSE TRAINING
BHD GELOMBANG II