Anda di halaman 1dari 23

HERMENEUTIK PERJANJIAN BARU

“Mujizat Air menjadi Anggur: Analisis Naratif Injil Yohanes 2:1-11”


Dosen Pengampu: Pdt. Anika C. Takene, M.Th

OLEH
Kelompok 3
1. Apriyanto Lapenangga (21210022)
2. Arthur B.I. Gilbert (21210104)
3. Bulan Mesah (21210118)
4. Delila Lima (21210088)
5. Fridani Banja Oru (21210021)
6. Gresmelan Anin (21210096)
7. Hilda Musus (21210057)
8. Inge Tefu (21210016)

FAKULTAS TEOLOGI AGAMA KRISTEN


UNIVERSITAS ARTHA WACANA
KUPANG
2022
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mujizat menurut KBBI adalah kejadian (peristiwa) ajaib yang sukar dijangkau oleh
kemampuan akal manusia.1 Yesus dalam pelayananNya banyak membuat kejadian-
kejadian ajaib. Kejadian ajaib pertama yang dilakukan oleh Yesus yaitu air berubah
menjadi anggur. Hal tersebut dilakukanNya ketika Ia sedang berada dalam pesta
perkawinan di Kana. Peristiwa tersebut disaksikan dalam Alkitab terkhususnya dalam
Injil Yohanes 2:1-11 yakni narasi perkawinan di Kana. Dalam narasi tersebut dikisahkan
bagaimana Yesus menolong tuan pesta yang kehabisan anggur dengan mengubah air
menjadi anggur. Air dan anggur dari segi unsur merupakan dua hal yang berbeda. Oleh
karena itu, air berubah menjadi anggur adalah suatu peristiwa ajaib yang sukar dijangkau
oleh akal sehat manusia.
Dalam menjalani kehidupan tentu kita seringkali menghadapi berbagai macam
masalah hidup. Terkadang kita diperhadapkan dengan masalah yang terlihat mustahil
untuk diselesaikan dari kaca mata manusia. Sebagai orang yang percaya akan Allah, kita
seharusnya tetap mengharapkan pertolongan dari Allah (beriman) walaupun bagi
manusia masalah tersebut dipandang tidak ada solusinya lagi. Namun fakta yang sering
terjadi adalah kita cenderung mempertanyakan kehendak Allah dan bahkan
mempersalahkan Allah atas apa yang terjadi, bukan mengimani akan pertolongan Allah.
Melalui analisis naratif Injil Yohanes 2:1-11, kami ingin menyelidiki sikap-sikap para
tokoh yang disebutkan dalam narasi serta menemukan pesan yang ingin disampaikan
oleh penulis kepada pembacanya melalui narasi tersebut, terkhususnya mengenai sikap
apa yang seharusnya dilakukan oleh orang Kristen ketika diperhadapkan dalam suatu
kondisi kesulitan yang cenderung mustahil untuk diselesaikan.
1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimana kisah mujizat air berubah menjadi anggur dalam narasi Injil
Yohanes 2:1-11?
2) Apa maksud/makna yang dapat ditarik dari narasi Injil Yohanes 2:1-11?

1
Kemdikbud, “KBBI Daring,” last modified 2016, https://kbbi.kemdikbud.go.id/Beranda.

2
3) Bagaimana implikasinya bagi kehidupan orang Kristen?
1.3 Tujuan
1) Mendeskripsikan kisah mujizat air berubah menjadi anggur dalam narasi Injil
Yohanes 2:1-11.
2) Menemukan dan menarik keluar makna (kerygma) dari kisah mujizat air berubah
menjadi anggur dalam narasi Injil Yohanes 2:1-11.
3) Mengimplikasikan makna kisah perkawinan di Kana bagi kehidupan orang Kristen.
1.4 Metode
Metode yang digunakan dalam mencari makna dari teks Yohanes 2:1-11 ialah
metode kritik naratif. Metode ini mengarahkan pembaca untuk memperlakukan kitab
secara keseluruhan dan memperhatikan unsur-unsur sastranya. Pesan atau makna yang
dicari bukanlah pada situasi di belakang teks, melainkan pada teks itu sendiri. Kritik
naratif memiliki tiga fokus penelitian. Pertama, penelitian yang berorientasi pada isi,
yaitu hal yang dikatakan teks. Kedua, penelitian yang berorientasi pada bentuk teks, yaitu
cara teks tersebut mengungkapkan maksudnya. Ketiga, penelitian yang berorientasi pada
jenis sastra (genre) teks tersebut. 2

2
Deky Hidnas Yan Nggadas, Pengantar Praktis Studi Kitab-Kitab Injil (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2011), hal. 175

3
BAB 2
HAL-HAL PEMBIMBING KE DALAM INJIL YOHANES

2.1 Penulis

Mengenai penulis injil Yohanes ini tidak dapat di pastikan, akan tetapi terdapat
beberapa pendapat dari para ahli yang mengatakan bahwa yang menulis ialah murid
Yesus yakni, Yohanes bin Zabedeus. Hal ini dilihat dari Yoh. 21:20 yang menyebutkan
seorang murid yang dikasihi Yesus. Dan Yohanes bin Zabedeus inilah yang dianggap
sebagai murid yang dikasihi Yesus. Akan tetapi kemudian muncul beberapa keraguan
terhadap hal ini. Keraguan tersebut ada karena beberapa alasan yakni: 3

➢ Tidak mungkin seorang nelayan dari Galilea, seperti Yohanes murid Yesus dapat
menggunakan bahasa Yunani dengan baik.
➢ Bagaimana mungkin seorang saksi mata dapat dengan bebas menafsirkan apa yang
dahulu didengar dan dilihatnya.
➢ Jika benar Yohanes adalah saksi mata lalu mengapa dia begitu bergantung pada
tradisi dan menyerap begitu banyak gagasan dan pikiran yang tidak begitu saja
berasal dari Yesus?
➢ Jika benar dia adalah Yohanes bin Zabedeus yang sejak awal telah mengikuti Yesus
lalu mengapa dia baru muncul dalam bab 13?

Dari alasan diatas memberi pegangan yang kuat untuk menentang Yohanes sebagai
penulis injil ini. Lalu jika demikian siapa penulis injil ini. Menurut Groenen jika dilihat
dari Yoh. 21:24 dengan tegas menyarankan bahwa orang tersebut memeang benar murid
yang dikasihi Yesus akan tetapi kesaksian itu bukan dari sang penulis langsung,
melainkan dari tangan orang lain (Yoh. 19:35). Sedangkan dari Yoh.21:24 juga
mengatakan bahwa murid tersebut memberi kesaksian dan menuliskannya dan dia tidak
mengatakan bahwa dia ikut berperan sebagai saksi mata terhadap apa yang tertulis dalam
injil ini. Dari sini jelas bahwa yang menulis injil ini tidaklah jelas dan yang pastinya

3
Dr. C Groenen, Pengantar Ke Dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta: Kanisius, 1992), hal. 150

4
bahwa injil ini berkaitan dengan seorang yang bagi sidang pembaca berwibawa dan
diberi gelar “murid yang dikasihi Yesus”.4

Menurut Duyverman, Yohanes anak Zabedeus yang menulis injil ini, walau tidak
disebutkan dengan tegas dalam injil. Mengapa ia tidak menyebutkan namanya secara
jelas hal ini mungkin karena dia adalah seorang yang rendah hati. Selain itu juga dia
adalah orang yang sejak semula mengikuti Yesus serta dia juga yang berdiri didekat salib
dan menerima Maria ibu Yesus di dalam rumahnya. Dia juga merupakan seorang yang
berasal dari tanah Yahudi.5

Menurut Hakh, dalam tradisi penulis injil ini disamakan dengan murid yang
dikasihi Yesus dan mulai muncul dalam Yoh. 13:23-25; 19:26-27; 20:2-8; 21:18-25.
Menurut injil sinoptik, murid-murid yang paling akrab dengan Yesus ialah Petrus,
Yohanes bin Zabedeus dan Yakobus (Mat. 17:1,dst.; Mrk. 5:37; 14:33). Ini menunjukkan
bahwa terdapat tiga murid yang akrab dengan Yesus. Akan tetapi jelas bahwa murid
tersebut bukan Petrus sebab dipertentangkan dengan Yohanes, demikian pula bukan
Yakobus sebab dia mati dibunuh sekitar tahun 41 M. Sedangkan menurut Yohanes 21:22-
23 murid ini hidup cukup lama hal ini jelas bahwa murid tersebut ialah Yohanes bin
Zabedeus. Akan tetapi kembali lagi pada pendapat Groenen tadi yang bertolak bahwa
meski pun dalam Yoh. 21:24 merujuk Yohanes bin Zabedeus sebagai penulis. Akan
tetapi karena penulis tidak menjadi saksi mata secara langsung. Maka tetap sulit dalam
menentukan dengan pasti nama penulis injil ini. akan tetapi tentunya penulis ialah
seorang yang sangat berwibawa dalam komunitas ini.6

Dari pendapat-pendapat di atas kami sepakat dengan pendapat Sam Hakh bahwa
penulis injil ini ialah seorang yang berwibawa dalam komunitas ini. alasan kami setuju
dengan Sam Hakh sebab ia dalam menulis bukunya ia telah menggunakan banyak
sumber dalam mencari tahu penulis injil ini.

2.2 Waktu dan Tempat Penulisan

4
Ibid., hal. 151
5
M.E. Duyverman, Pembimbing Ke Dalam Perjanjian Baru (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996)., hal. 76
6
Samuel Benyamin Hakh, Perjanjian Baru (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2019)., hal. 302-303

5
Ada beberapa pendapat mengenai waktu penulisan injil Yohanes. Menurut Drane,
Jika kita bicara mengenai waktu penulisan injil Yohanes maka hal ini sangat luas sebab
tidak ada keterangan lain untuk dijadikan bahan pembanding. Dan injil ini ditulis pada
akhir hidup sang penulis pada antara tahun 70 dan 100 M. Ada pun Robinson yang
mengatakan bahwa injil Yohanes ditulis pada tahun 40-60 M.7 Sedangkan Sam Hakh
mengemukakan pendapatnya bahwa injil Yohanes ditulis pada tahun 100 M. Hal ini
didasarkan pada kegelisahan umat beriman karena dalam Yohanes 21:20-24 dikatakan
bahwa murid yang dikasihi Yesus itu tidak akan mati sampai kedatangan Yesus kembali.
Akan tetapi yang terjadi ialah murid yang dikasihi Yesus itu yang ditampilkan sebagai
saksi mata itu sudah mati dan sidang pembacanya ialah generasi Kristen kedua dan
ketiga. Hal ini juga didukung oleh Yohanes 20:29 ketika Yesus menyapa “bahagia” bagi
mereka yang tidak melihat namun percaya atas kesaksian orang lain.8

Dari pendapat-pendapat diatas kami lebih setuju dengan pendapat Sam Hakh sebab
melihat dari alasan yang telah diberikan oleh Sam Hak adapun bahwa sang penulis yang
berwibawa ini tidak menyebutkan dengan pasti tanggal dia menulis injil ini.

Untuk tempat penulisan sendiri tidak ada kejelasan yang pasti. Akan tetapi terdapat
beberapa ahli yang menggemukakan pendapat mereka mengenai tempat penulisan injil
ini. menurut Drane kemungkinan injil ini mula-mula ditulis di Palestina untuk
memperlihatkan bahwa Yesuslah Mesias (Yoh. 20:31). Akan tetapi pada Yoh.21
memberi kesan bahwa bentuk akhir injil ini kemungkinan ditujukkan kepada sebuah
jemaat Kristen Yahudi di salah satu tempat di dunia Helenis mungkin di Efesus. 9
Menurut Duyverman tempat penulisan injil ini di Efesus, hal ini didasari pada
penerimaan bahwa Yohanes bin Zabedeuslah yang telah menulis injil ini. Selain itu ada
pula tradisi sejak Ireneus bahwa Yohanes meninggal di Efesus. 10

Maka dengan ini kami sepakat bahwa injil ini ditulis di Efesus, alasannya karena
melihat Yoh. 21 menunjukkan kesan bahwa injil ini ditulis untuk jemaat di Helenis,
Efesus. Selain itu ada pun pertikaian yang terjadi antara orang Yahudi sehingga orang

8
Hakh, Perjanjian Baru., hal. 303-304
9
Op.cit, hal 226-227
10
Duyverman, hal 77

6
Kristen kemudian dikucilkan dari Sinagoge bahkan ada yang dibunuh (Yoh. 9:22; 12:42;
16:2).

2.3 Maksud dan Tujuan Penulisan

Menurut Dr. R.M. Drie S. Brotosudarmo, Injil Yohanes ingin meyakinkan kepada
para pembaca, bahwa Tuhan Yesus adalah Anak Allah. Dalam Dia, kita akan beroleh
hidup sesuai dengan apa yang telah dikatakan oleh Tuhan Yesus sendiri: "Akulah jalan
kebenaran dan hidup"(Yoh. 14:6). Injil ini disusun dengan memilih tanda ajaib dengan
rapi yang puncaknya adalah kebangkitan Tuhan Yesus sendiri. Tanda ajaib antara lain:

1. Air menjadi anggur. Mukjizat ini melambangkan bahwa Tuhan Yesus telah
merubah yang lama, yakni Taurat menjadi hal yang baru yakni: Injil atau Kabar
Baik. Ketika melakukan mujizat air berubah menjadi anggur di Kana, penulis
injil Yohanes mengatakan bahwa Yesus melakukan mijizat itu untuk
menyatakan kemuliaanNya.

2. Kesembuhan, Mukjizat ini menunjukkan bahwa Tuhan Yesus membawa hidup


dan keampunan dosa.

3. Memberi makan 5.000 orang. Mukjizat ini melambangkan bahwa Tuhan Yesus
adalah Manna atau Roti Hidup yang sesungguhnya.

4. Kesembuhan orang buta, Mukjizat ini melambangkan bahwa Tuhan Yesus


adalah Terang dunia.

5. Kebangkitan Lazarus, Mukjizat ini melambangkan bahwa Tuhan Yesus telah


menang atas kematian. Peristiwa ini juga menyiapkan peristiwa yang akan
terjadi. Pembangkitan Lazarus dari orang mati juga dihubungkan dengan
kemuliaan Allah. Ketika Lazarus masih sakit. Ia diberi tahu supaya segera datang
untuk menyembuhkan Lazarus, tetapi la sengaja tinggal di tempat beberapa hari
lagi. Menurut Yohanes, oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan. Namun,
kemuliaan itu tidak akan diyakini oleh setiap orang. Hanya orang yang percaya
kepada-Nya saja yang percaya. Oleh karena itu, Yesus berkata "Jikalau engkau
percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah" (11:40).

7
Semua tanda ajaib dan mukjizat seperti tersebut di atas menunjukkan, bahwa Tuhan
Yesus adalah betul-betul Juruselamat manusia. Tuhan Yesus yang adalah Anak Allah
memegang kuasa di langit dan di bumi, Penguasa dunia yang tak kelihatan dan yang
kelihatan, mengatasi segala makhluk.

Maksud yang kedua dari injil Yohanes adalah untuk mengadakan apologia atau
pembelaan. Oleh karena itu, Injil Yohanes ini ditulis untuk menghadapi orang-orang
filsafat. Yohanes menerangkan. bahwa hal hal yang penting antara lain: Siapakah Yesus
Kristus itu? Siapakah Allah Bapa? Bagaimana pekerjaan-Nya dan bagaimana kekuasaan
Nya? Apa maksud kedatangan Tuhan Yesus dan sebagainya. Semua keterangan tersebut
diterangkan secara teologis filosofis oleh Yohanes.11

2.4 Ciri Khas

Ciri khas Yohanes ialah kiasan-kiasan yang diambilnya dari peristiwa sehari-hari
untuk menunjukan kebenaran rohani misalnya: roti, air, terang, gembala dan dombanya
pohon anggur dan buahnya.12 Ciri khas lainnya dalam Yohanes ialah penggambaran
hubungan Yesus dengan Yohanes pembaptis. Menurut Injil Yohanes Yesus dan Yohanes
bekerja pada waktu yang bersamaan tetapi dalam Injil sinoptik menekankan pada setelah
Yohanes di penjara barulah Yesus itu mulai tampil di muka umum.13

2.5 Lingkungan Penerima


a) Situasi Politik

Politik Perjanjian Baru dilatar belakangi oleh Kekaisaran Romawi. Negara Romawi
berdiri tahun 753 SM, dari yang sebelumnya hanya terdiri dari kelompok masyarakat
dibeberapa desa akhirnya menjadi sebuah kerajaan pada tahun 265 SM. Pemerintahan
dalam Perjanjian Baru diawali dari masa pemerintahan Herodes (37 SM-4M). Sebutan
provinsi diberikan untuk daerah-daerah baru yang ditaklukkan oleh Romawi. Herodes
dikenal sebagai pemimpin berdarah dingin dan dibenci oleh orang-orang Yahudi.
Namun, untuk menarik perhatian mereka Herodes merenovasi Bait Allah di Yerusalem

11
R.M. Drie Brotosudarmo, Pengantar Perjanjian Baru (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2017)., hal. 188-189
12
Lukas Adi S., Smart Book of Christianity Perjanjian Baru (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2002), hal. 9
13
Willi Marxen, Pengantar Perjanjian Baru (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2018), hal. 310

8
secara besar-besaran. Selain itu, ia juga membangun kota pelabuhan Kaisarea di tepi
pantai, dan Benteng Masada.14 Pajak diberikan kepada pemerintah setempat tetapi
dibawah pengawasan Roma.

Situasi politik yang tergambar dalam injil Yohanes yakni pertikaian dengan orang
Yahudi. Pokok permasalahannya ialah apakah Yesus itu Mesias atau bukan,15 ada yang
percaya kepada Yesus dan menjadi pengikut-Nya, tapi ada juga yang menentang Dia dan
tidak mau menjadi pengikut-Nya. Orang Yahudi yang bertikai dengan Yesus dan orang-
orang Kristen bukanlah semua orang Yahudi, melaikan para pemimpin kaum Farisi yang
menjadi wakil dan pembela ortodoksi yang ketat. Akibat pertikaian ini, sekitar tahun 90
M hasil dari sidang pemimpin Yahudi (kaum Farisi) mengambil keputusan untuk orang-
orang yang menerima Yesus dikucilkan dari dari ibadat di Sinagoge.16

b) Situasi Budaya

Di Efesus terdapat dua kebudayaan yang hidup di masyarakat yaitu kebudayaan


Yahudi dan Yunani. Kebudayaan yang mendominasi serta berkembang di Efesus adalah
kebudayaan Yunani. Bentuk kebudayaan Yunani yang hidup di Efesus sangat
berkembang dan merambat di segala bidang bangsa Yunani-Romawi maupun Yahudi
diaspora. Bentuk kebudayaan itu adalah bahasa Yunani, agama Helenisme dengan
membangun kuil-kuil berciri khas Yunani seperti kuil Artemis, arsitektur bergaya
Yunani.

Dari situasi budaya Yunani yang berkembang pesat di Efesus membawa dampak
negatif yanki tanpa menguasai bahasa Yunani orang-orang tidak dapat berdagang,
menjadi pegawai atau memperoleh kedudukan dalam pemerintahan dan bersekolah.
Bahasa Yunani sangat mendominasi dan digunakan sebagai bahasa yang umum sehingga
dalam bukunya, Gronen menyatakan bahwa injil Yohanes yang merupakan terjemahan
dari bahasa Yahudi tidak dimengerti oleh pembaca sehingga penulis perlu
menerjemahkan beberapa kata sederhana seperti Mesias (Yoh 1:41 ), Rabbi (Yoh 1:38),

14
Nggadas, Op.Cit., hal. 42-43
15
Hakh, Perjanjian Baru., hal. 304
16
Groenen, Pengantar Ke Dalam Perjanjian Baru., hal. 146-147

9
Rabuni (Yoh 20:16), Gabbata (Yoh 19:13), Golgota (Yoh 19:17), ke dalam bahasa
Yunani.17

Mengingat pendekatan politik, maka sangat mungkin bila dominasi budaya Yunani
di Efesus merupakan hasil propaganda pemerintah imperialis untuk memusnahkan
semua budaya di luar budaya Yunani dalam rangka melanggengkan kekuasaan kaisar
dan pemerintah imperialis Romawi atas wilayah jajahannya. Dampak sosial dari
pemaksaan budaya tersebut dintaranya adalah ketidakadilan,dan konflik kelas sosial.

c) Situasi Ekonomi
Dalam Injil Yohanes sendiri tidak terdapat suatu penjelasan pun yang berkaitan
dengan hal ini. Namun, jika kita melihatnya dari konteks Perjanjian Baru secara umum,
dijelaskan bahwa pada saat kekuasaan Yunani-Romawi, tanah-tanah pertanian yang
berada di desa-desa itu dikuasai oleh para pejabat-pejabat pemerintahan yang berada di
kota. Dan juga pada saat para rakyat dibebankan dengan pajak yang tinggi yang
diakibatkan oleh kebutuhan keuangan para penguasa yang tinggi pula. Dan dikatakan
bahwa para rakyat itu sangat miskin sehingga untuk mempertahankan hidupnya, mereka
menjual tanah-tanah mereka kepada para pemodal atau para pejabat tersebut. Dapat
dikatakan bahwa orang-orang yang memiliki hidup enak dan menikmati kehidupannya
adalah para kaum kelas atas.18 Dan jika kita melihatnya dari sudut pandang tempat
penulisannya yang berada di Efesus, disitu kita dapat menemukan suatu informasi
mengenai perekonomian orang-orang yang ada di wilayah itu. Pada saat itu Efesus
menjadi wilayah jajahan Romawi, dan untuk orang-orang yang berada di wilayah seperti
itu, Groenen membagi tingkatan-tingkatan untuk orang-orang tersebut dalam hal
tingkatan sosial mereka. Tingkatan pertama terdiri dari orang-orang yang memiliki
kekuasaan, seperti pejabat dan lain-lainnya yang memiliki kekayaan. Tingkatan kedua
terdiri dari para warga kota. Dan tingkatan yang ketiga terdiri dari para budak yang
bekerja untuk orang-orang dan untuk pemerintah.19
d) Situasi Agama

17
Ibid., hal. 146
18
Hakh, Op.Cit., hal. 21
19
Groenen, Op.Cit., hal. 36

10
Jika dilihat dari situasi keagamaan dalam Injil Ini, pastinya kita juga akan dibawa
untuk melihat dari sisi Injil lainnya, karena Injil ini memiliki keterkaitan dengan ketiga
Injil tersebut, bahkan adanya asumsi yang mengatakan bahwa penulis Injil Yohanes
mengenal Injil-Injil Sinoptik.20 Namun dalam bukunya Samuel Hakh, disitu tertulis
bahwa orang-orang yang dianggap sebagai pembaca adalah suatu kelompok yang
hidupnya menyendiri dan mereka merupakan suatu persekutuan umat purba yang
menganut tradisi yang berpangkal pada Yesus dan para murid-Nya.21

20
John Drane, Memahami Perjanjian Baru (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005), hal. 221
21
Hakh, Perjanjian Baru., hal. 303

11
BAB 3

TAFSIRAN NARATIF YOHANES 2:1-11

3.1 Narator
Narator bertanggung jawab untuk mengatur suatu narasi dan pesan-pesan yang
terkandung dalam narasi tersebut dari pengarang kepada pembaca. Dalam narasi ini,
penulis menangkap sosok narator sebagai dalang layaknya dalam pertunjukan wayang
karena ia dengan gamblang menjelaskan keterangan awal situasi dan setting bagaimana
kisah ini terjadi dan berjalan. Narator adalah pengendali untuk mengisahkan dan
memegang kendali dalam sebuah narasi. Para pembaca memahami dan ikut larut dalam
sebuah narasi bergantung pada cara narator menarasikan sebuah kisah. Dalam teks injil
Yohanes 2:1-11, narator berada pada posisi sebagai orang ketiga yang tidak terlibat
langsung dalam teks tersebut, namun memegang fungsi untu menjelaskan narasi.
Ada dua sifat narator yang dapat ditemukan dari narasi “Perkawinan Di Kana”
dalam injil Yohanes 2:1-11 sebagai berikut.

A. Omniscience, artinya narator mengetahui segala hal dari kisah atau narasi yang
diceritakan. Narator mengetahui tempat dan waktu kejadian, suasana batin, keadaan
sekitar, serta berbagai hal yang tersembunyi, misalnya percakapan diantara tokoh-
tokoh yang terbatas jumlahnya. Dalam narasi Perkawinan Di Kana, sifat
omniscience dapat ditemukan pada pernyataan narator “Yesus dan murid-murid-
Nya diundang juga ke perkawinan itu” (ayat.2). Dalam ayat ini, diceritakan seolah-
olah narator mengetahui dengan jelas bahwa Yesus dan murid-murid-Nya juga turut
diundang ke pernikahan itu, padahal bisa saja hanya Maria yang diundang dan
Yesus serta murid-murid-Nya ikut hadir atau sebaliknya hanya Yesus yang
diundang dan yang laiinnya hanya ikut menghadiri. Pernyataan lain dalam narasi
Perkawinan Di Kana yang menunjukkan sifat omniscience dari narator yakni “…
dan ia tidak tahu dari mana datangnya” (ayat. 9), dan “Hal itu dibuat Yesus di Kana
yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tanda-Nya dan dengan itu Ia telah
menyatakan kemuliaan-Nya, dan murid-murid-Nya percaya kepada-Nya.” (ayat.
11).

12
B. Omnipresence, artinya narator dapat hadir di berbagai tempat. Kehadiran narator di
berbagai tempat ditunukkan dalam narasi perkawinan di Kana pada ayatnya yang
pertama, dimana ia seakan-akan hadir ditengah-tengah Yesus dan ibu-Nya sehingga
mengetahui isi percakapan mereka saat itu, dan kemudian di ayatnya yang ke
delapan, saat mereka pergi ke pemimpin pesta untuk memberi anggur itu, narator
pun seperti turut hadir disana dan menyaksikan tanggapa pemimpin pesta tentang
anggur itu dan percakapan antara pemimpin pesta dan mempelai laki-laki.
3.2 Karakter (Penokohan)
Karakter merupakan gambaran kepribadian seseorang yang ditampilkan. Dalam
narasi ada beberapa tokoh yang tampil, dan yang memainkan peran sesuai pengusaha
narator. Karakter hanya diketahui oleh para pembaca dari uraian narator. Berbagai
karakter (sifat, watak) tokoh dan cara penokohan yang ditampilkan narator menunjukan
peran dan penting dalam narasi. Dalam Injil Yohanes 2:1-11 terdapat beberapa karakter
yang disebutkan yakni Ibu Yesus, Yesus, Murid-murid Yesus, pelayan-pelayan,
pemimpin pesta dan mempelai laki-laki. Sifat dari masing-masing karakter tidak
dijelaskan secara langsung oleh narrator, tetapi melalui penggambaran sikap/tindakan
mereka. Misalnya pada ayat 7, karakter para pelayan dijelaskan melalui tindakan mereka
yang menaati perintah Yesus.
Perwatakan Para Tokoh dalam Narasi
• Ibu Yesus
Ibu Yesus adalah tokoh yang disebutkan paling pertama dalam narasi (ay. 1). Penyebutan
Ibu Yesus sebagai pembuka ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa Yesus masih belum
dikenal dan tidak diundang ke pernikahan sebagai orang terkenal, tetapi hanya sebagai
salah satu kenalan. Sebab seperti mereka mengundang ibu, demikian juga puteranya
diundang. Karakter Ibu Yesus tidak dijelaskan secara langsung, tetapi dapat dilihat dari
tindakan yang ditampilkan oleh narator dalam narasi ini, dapat disimpulkan bahwa Ibu
Yesus memiliki karakter yang berbelas kasih, berinisiatif dan beriman. Ketika Ia
mengetahui bahwa mereka kekurangan anggur, Ia langsung berinisiatf meminta
pertolongan kepada Yesus (anaknya) sebab Ia tahu bahwa Yesus dapat menolong mereka
(ay. 3). Walaupun Yesus menanggapi permintaannya dengan teguran yang cukup keras,
tetapi ia tetap beriman bahwa Yesus akan membantu mereka. Oleh sebab itu ia tetap

13
menyuruh para pelayan untuk melakukan apa yang Yesus katakan kepada mereka (ay.
5).
• Yesus
Karakter berikut yang disebutkan adalah Yesus. Watak Yesus yang terlihat dari
tindakanNya dalam narasi yaitu taat, berintegritas dan berbelas kasih. Watak yang taat
dan berintegritas terlihat dari percakapan Yesus dengan ibuNya pada ayat 4: Kata Yesus
kepadanya: “Mau apakah engkau daripadaku, ibu? Saat-Ku belum tiba.” Menurut
Bavinck, maksud dari perkataan Yesus tersebut ialah untuk menegur ibuNya untuk tidak
mencoba menguasaiNya lagi sebab Ia telah dibaptiskan dan sejak saat itu Ia hanya akan
berbakti kepada BapaNya.22 Sedangkan watak yang berbelas kasih terlihat jelas dari
tindakan Yesus yang tetap memberi pertolongan kepada mereka yang kehabisan anggur
walaupun sebelumnya Ia telah menegur ibuNya.
• Murid-murid Yesus
Murid-murid Yesus disebutkan diundang ke perkawinan itu juga, bersama-sama dengan
Yesus (ay. 2). Namun setelah ayat 2, tidak dijelaskan lagi mengenai peran dari murid-
murid Yesus dalam narasi. Jadi menurut kami, murid-murid Yesus hanya menjadi
pemeran figuran saja dalam narasi ini.
• Pelayan pesta
Karakter pelayan-pelayan muncul pada beberapa ayat yakni sebagai berikut:
- ayat 5: Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: “Apa yang dikatakan
kepadamu, buatlah itu!”
- ayat 7: Yesus berkata kepada pelayan-pelayan itu: “Isilah tempayan-tempayan itu
penuh dengan air.” Dan mereka mengisinya sampai penuh.
- Ayat 8: Lalu kata Yesus kepada mereka: "Sekarang cedoklah dan bawalah kepada
pemimpin pesta." Lalu merekapun membawanya.

Dalam narasi ini, pelayan-pelayan tidak digambarkan melalui percakapan mereka.


Narator hanya menggambarkan watak para pelayan melalui respon mereka terhadap
perkataan tokoh lain, yakni respon sikap yang taat/patuh terhadap perintah yang

22
Prof. Dr. J.H. Bavinck, Op.Cit.,Hal. 143

14
ditujukan kepada mereka. Menurut kami, watak para pelayan yang taat seperti itu juga
dapat menggambarkan iman mereka yang berserah kepada kehendak dan kuasa Tuhan.

• Pemimpin Pesta

Watak dari karakter pemimpin pesta yang kami temui ada 2 yaitu tidak mudah curiga
dan teliti. Watak yang tidak mudah curiga tergambar dari ayat 9, dimana pada saat
pelayan-pelayan membawakan anggur baru untuknya, ia langsung mencoba anggur itu
walaupun ia tidak mengetahui darimana asal anggur tersebut. Sedangkan watak yang
teliti terlihat pada ayat 10 ketika ia berkata kepada mempelai laki-laki: “setiap orang
menghidangkan anggur yang baik lebih dahulu dan sesudah orang puas minum, baru
yang kurang baik; Akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang.”
Perkataannya tersebut menunjukkan bahwa pemimpin pest aini benar-benar
memperhatikan pesta tersebut dari awal.

• Mempelai Laki-Laki
Mempelai laki-laki adalah tokoh utama dalam pesta perkawinan, tetapi dalam narasi ini
perannya tidak begitu nampak, bahkan dapat dikatakan tidak ada sama sekali. Ia hanya
disebutkan sekali pada ayat 9, tetapi narrator tidak menjelaskan lebih lanjut tentang
tindakan mempelai laki-laki itu.
3.3 Alur dan Struktur Cerita (plot)
Plot atau alur cerita merupakan keseluruhan dari bagian-bagian sebuah narasi.
Dengan menggunakan plot, narator membangkitkan ketertarikan para pembaca,
sekaligus memberikan makna yang mendalam dari berbagai kejadian yang terjadi. Untuk
mengetahui plot narasi dari Yohanes 2:1-11, telaah berikut dibagi ke dalam lima adegan.
Pembagian ini dilakukan berdasarkan waktu, tempat dan tokoh yang ada dalam kisah
perkawinan di Kana.

Adegan Waktu Tempat Tokoh


Ayat 1-2 Tiga hari setelah Yesus Perkawinan di Kana Maria, Yesus, Murid-
di Galilea murid,
Ayat 3-5 Kekurangan anggur Dapur Maria, Yesu, dan para
pelayan

15
Ayat 6-7 Pada saat menaruh air Dapur Yesus dan para
pada setiap tempayan pelayan
yang ada
Ayat 8-9 Setelah semua Tempat pemimpin pesta Pemimpin pesta dan
tempayang itu terisi air berada para pelayan
dan di bawah ke
pemimpin pesta
Ayat 10-11 Setelah pemimpin pesta Tempat pemimpin pesta Pemimpin pesta,
mengecap air yang telah berada mempelai laki-laki,
berubah menjadi anggur dan para pelayan

Berikut adalah pembagian plot kisah Yohanes 2:1-11:

- Orientasi (pengenalan Tokoh)

Tahap ini terdapat dalam Yoh. 2:1-2. Pada tahap ini dimulai dengan penjelasan
narator terkait perkawinan di kana pada hari ketiga ketika Yesus tiba di Galilea, disana
Yesus bersama murid-muridnya diundang untuk menghadiri acara pernikahan tersebut.
selain itu ada pula ibu Yesus yakni Maria yang turut hadir terlebih dahulu dalam
pernikahan tersebut. kehadiran Maria terdahulu sebernanya untuk menunjukkan bahwa
sebelumnya Yesus masih belum dikenal dan tidak diundang ke pernikahan itu sebagai
orang terkenal tetapi hanya sebagai salah satu kenalan. Mereka mengundang ibu namun
sebagai Putra Maria maka Yesus pun turut diundang. Ada pun kemungkinan Maria
diundang terlebih dahulu karena mereka berfikir mungkin jika mereka mengundang
Yesus maka Yesus tidak akan hadir sebab mereka tidak pernah melihat Yesus dalam
pertemuan-pertemuan sosial lainnya.

- Permulaan Konflik

Tahap ini terdapat dalam Yoh. 2:3-5. Saat acara sedang berlangsung, mereka
kekurangan anggur. Mendengar hal itu Maria pun berkata kepada Yesus, dan memohon
kepada Yesus agar Yesus dapat menolong mereka. Tentu saja sebagai ibu, Maria tahu
bahwa Yesus memiliki kuas sehingga Ia dapat menolong orang-orang itu selain itu Maria
juga mengira bahwa Yesus telah memulai pekerjanaan-Nya sebagai Mesis sebab pada
saat itu Yesus telah bersama enam murid-Nya. Yesus pun mengerti maksud ibu-Nya,
akan tetapi pada saat itu bukanlah waktu untuk Yesus melakukan mujizat. Sehingga Ia
menolak permohonan Ibu-Nya. Bukan maksud Ia untuk menolak permohonan Maria.

16
Akan tetapi Yesus hanya ingin memberi isyarat bahwa Ia melakukan sesuatu apabila itu
merupakan perintah dan sesuai dengan kehendak Bapa-Nya di Sorga.

- Klimaks/puncak konflik

Tahap ini terdapat pada Yoh. 2:6-7. Walau belum waktunya, Yesus tetap melakukan
apa yang telah Maria minta. Maria menyuruh para pelayan untuk mengikuti setiap
perkataan Yesus. Kemudian Yesus menyuruh para pelayan itu untuk mengisi tempayan-
tempayan yang ada. Para pelayan pun mengikuti perkataan Yesus, mereka mengisi
tampayan-tempayan itu hingga penuh. Disitu terdapat enam tempayan yang disediakan
untuk pembasuhan dan dalam tradisi Yahudi setiap tempayan dapat diisi dua tiga buyung.

- Anti klimaks/ konflik mereda

Tahap ini terdapat pada Yoh. 2:8-9. Setelah tempayang-tempayang itu terisi penuh
Yesus menyuruh para pelayan itu mencedok air itu dan membawanya kepada pemimpin
acara. Dan pemimpin acara menyecap air yang telah menjadi anggur itu. walau pemimpin
itu tidak tahu dari mana datangnya anggur itu. namun, pelayan itu mengetahuinya.

- Penyelesaian

Tahap ini terdapat dalam Yoh. 2:10-11. Setelah menyecap anggur itu, pemimpin
acara itu memanggil mempelai laki-laki dan berkata bahwa setiap orang menyediakan
yang terbaik dahulu dan yang buruk kemudian. Akan tetapi, hari ini yang terjadi pada
saat itu justru terbaik yang ia berikan. Semua orang dapat menikmati anggur yang terbaik
yang dimiliki. Dan semuanya Yesus buat sebagai tanda pertama dari tanda-tanda lain-
Nya sekaligus menyatakan kemuliaan-Nya, dan murid-murid-Nya pun menjadi percaya
kepada-Nya.

3.4 Latar Kisah (Setting)


Latar waktu dalam kisah adalah perkawinan yang berlangsung pada hari ketiga.
Latar tempat dalam kisah ini adalah terjadi perkawinan di Kana. Kana merupakan kota
kecil yang ada di Galilea. Pada saat itu ada sebuah perkawinan yang terjadi disana. Latar
suasana dalam kisah ini adalah tuan pesta sedang mengalami kesulitan ketika dalam pesta
perkawinan tersebut persediaan anggur sangat kurang, sehingga pada pertengahan acara

17
mulailah rumah itu kehabisan anggur dan para tamu memberitahukan hal ini kepada
mempelai laki-laki dan ia pun merasa sangat malu karena ia diejek oleh para tamu. Maria,
ibu Yesus ikut membantu juga dalam pesta itu. Karena mendengar tuan pesta itu ada
kesulitan, ia sangat bersusah hati, kemudian Maria pergi kepada Yesus anaknya dan
membisikkannya bahwa anggur tuan rumah telah habis. Kemudian Yesus mengubah air
itu menjadi anggur. Hal ini juga merupakan suatu keajaiban yang dilakukan oleh Yesus
pada saat itu. Pada saat air telah berubah menjadi anggur.
Pemimpin pesta sendiri tidak tahu tentang tanda ajaib itu. Mempelai laki-laki pun
tidak tahu. Yang mengetahuinya hanyalah pelayan-pelayan itu. Sehingga pada akhirnya
Perjamuan itupun dapat berlangsung kembali dengan meriah. Mereka tidak kekurangan
anggur lagi. Mempelai laki-laki tidak usah malu lagi dengan para tamu. Segala sesuatu
berjalan baik; akhir pesta itu malahan lebih ramai dari permulaannya, anggur
penghabisan itu lebih lezat rasanya dari anggur yang lebih dahulu. Suasana menjadi lebih
meriah. Maria, yang menyaksikan itu semua, heran melihat pekerjaan Yesus. Tindakan
Yesus itu sungguh melebihi harapannya semula.23
3.5 Gaya Penceritaan (Style)
Gaya Penceritaan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam proses bercerita.
Hal itu penting dikarenakan dari gaya penceritaan itulah yang akan membuat para
pembaca menjadi memahami maksud dari narasi tersebut. Juga dari gaya penceritaan itu,
para pembaca akan dibawa untuk masuk ke dalam narasi tersebut dan dapat merasakan
narasi itu sendiri.
Dalam Narasi ini, gaya penceritaan atau style yang digunakan oleh narator adalah
style yang bersifat sederhana, tidak berbelit-belit, dan tidak menggunakan metafora yang
dapat membingungkan pembaca. Namun dalam narasi tersebut, narator tidak
menjelaskan secara terperinci mengenai penokohannya, seperti watak, ataupun apa yang
dirasakan para tokoh pada saat itu, sehingga untuk dapat menemukan watak dari para
tokoh, para pembaca dituntut untuk mencari dan mengeksplornya sendiri. Tetapi beda
halnya untuk seorang awam yang hanya ingin membaca narasi tersebut, mereka akan
mudah untuk mengerti dengan narasi dan maksud penceritaannya dikarenakan bahasa
dan cara penceritaan yang digunakan narator itu sudah sangat baik dan mudah dipahami.

23
Ibid., hal. 141-144

18
Gaya tersebut dipilih atau digunakan oleh narator agar orang-orang atau para pembaca
dapat dengan mudah mengerti dan menerima cerita itu di dalam kehidupan mereka.
3.6 Sudut Pandang
Pembahasan mengenai Sudut Pandang sendiri terbagi menjadi dua hal atau dua
penjelasan dalam sudut pandang itu, yakni Sudut Pandang Manusia dan Sudut Pandang
Allah. Kami akan menjelaskan kedua sudut pandang tersebut satu persatu.
- Sudut Pandang Manusia
Dalam sudut pandang ini, kelompok kami merumuskan suatu pemikiran yang
mendasari pandangan tersebut. Dalam Injil Yohanes terkhususnya pada suatu cerita yang
berada di dalam Injil tersebut tentang Perkawinan di Kana, kita akan menemukan suatu
pemahaman mengenai Sudut Pandang Manusia dari cerita tersebut yang seolah-olah
membantu orang-orang yang ada di tempat tersebut. Sudut Pandang ini di temukan atau
terdapat dalam cerita ini pada saat orang-orang yang menyelenggarakan pesta itu
kehabisan anggur dan Yesus pun turut membantu menyediakan hal tersebut, nah jika kita
melihat dari sisi manusia, pasti kita berpikir bahwa bagaimana bisa Dia mau membantu
orang-orang tersebut padahal Dia tidak mengenali mereka.
Selain itu, terdapat juga suatu perspektif mengenai Sudut Pandang ini pada saat Yesus
meminta pelayanan-pelayanan itu untuk mengisi penuh tempayan-tempayan yang ada
disitu. Dari sudut pandang manusia, mereka akan berpikir bahwa apa yang ingin Yesus
lakukan, apakah Dia benar-benar akan melakukannya, walaupun hal itu terjadi tetapi
mereka tetap mematuhi perintah tersebut dan menyanggupi hal itu.
Juga, dalam sudut pandang Manusia, kita akan melihat bahwa Yesus telah merubah
tradisi yang terjadi dan terpelihara di tempat tersebut, di mana pada saat melakukan pesta
perkawinan, tuan pesta tersebut akan mengeluarkan anggur yang baik terlebih dahulu,
dan pada saat orang-orang telah mabuk, mereka akan mengeluarkan anggur yang kurang
baik. Namun disini, Yesus melanggar atau merubah hal tersebut dengan melakukan suatu
perbedaan yang mengakibatkan dari awal pesta hingga akhir pesta, anggur yang
dikeluarkan itu adalah anggur yang baik dan tidak ada anggur yang tidak baik. Dari Sudut
Pandang Manusia ini, kita diberitahukan untuk selalu menjadi seseorang yang
menyanggupi semua hal, tidak memandang rendah orang lain, dan selalu membantu
orang lain jika orang tersebut mengalami kesusahan.

19
- Sudut Pandang Allah
Jika kita melihat teks tersebut dari sudut pandang Allah atau Tuhan, kita akan
menemukan suatu hal yang menyatakan bahwa manusia tidak dapat melawan kehendak
Tuhan. Kita dapat melihatnya pada saat Yesus akan merubah air itu menjadi anggur,
disitu pastinya orang-orang itu memiliki keraguan akan hal tersebut. Namun di mata
Yesus, semua itu tidak ada yang mustahil, dan seorangpun tidak dapat merubah
keputusan yang telah dibuat Yesus. Dan juga pada saat dia diminta untuk membantu
orang-orang itu, walaupun Dia tidak mengenal mereka, tetapi Dia tetap ingin membantu
mereka, itulah Yesus yang memiliki kemurahan hati yang teramat dalam kepada seluruh
manusia.
3.7 Kerygma
Terdapat 2 kerygma yang akan kami kembangkan yakni :
1. Dari cerita perkawinan di Kana kita dapat belajar bahwa Yesus adalah Kasih. Dia
sendiri mencoba untuk menyampaikan bahwa Dia datang karena cinta/kasih (Yohanes 3:
16) dan membawa sukacita bagi semua orang yang percaya (Lukas 2: 10). Yesus juga
memilih pernikahan di Kana sebagai tempat melakukan mujizat pertamaNya karena
pernikahan adalah hal yang umum dilakukan di setiap budaya. Dia mau supaya semua
pasangan suami istri percaya bahwa bersama dengan Yesus perjalanan pernikahan akan
selalu diberkati, bahkan dalam situasi paling buruk sekalipun seperti kekurangan anggur,
kondisi ekonomi yang mengkhawatirkan dan sebagainya. Dalam kehidupan sehari-hari
kita sering mengalami hal-hal seperti itu, bukan saja mengenai perkawinan namun dalam
hal apa saja yang dapat membuat kita merasa sudah tidak ada jalan keluar, atau kita
merasa bahwa kita orang yang berkekurangan, kita harus ingat bahwa ada Yesus. Dia
adalah Kasih, Yesus tidak akan pernah membiarkan setiap anak-anak-Nya merasa
kekurangan, Ia akan ada dan terus memberkati serta menolong asalkan kita percaya
kepada-Nya.
2. Ketaatan dan Iman yang teguh mendatangkan mujizat. Ketaatan dan Iman yang teguh
juga dapat menolong kita untuk dapat merasakan mujizat-mujizat yang di buat Yesus.
Jika kita mau merasakan mujizat-mujizat yang dibuat oleh Yesus kita harus taat dan
beriman yang teguh kepada Yesus.

20
BAB 4

PENUTUP

4.1 IMPLIKASI
Berdasarkan salah satu kerygma yang kami ambil yaitu ketaatan dan iman yang
teguh mendatangkan mujizat. Maka dapat dikatakan bahwa ketaatan sangat erat
kaitannya dengan iman. Ketaatan merupakan kunci utama yang harus dimiliki oleh setiap
orang percaya karena Kristus telah lebih dahulu memberikan teladan dengan
menempatkan diri-Nya untuk selalu taat kepada kehendak Bapa-Nya. Ketaatan
merupakan salah satu wujud iman kepada Tuhan.
Dalam narasi perkawinan di Kana dapat dilihat bahwa melalui ketaatan pelayan-
pelayan maka mujizat air menjadi anggur itu terjadi dan mereka tidak lagi kekurangan.
Ketaatan sebagai wujud dari iman jika ditarik dalam kehidupan orang Kristen atau
kehidupan bergereja masa kini, ketaatan itu masih sangat kurang. Orang-orang Kristen
atau bergereja dalam kondisi tertentu bisa saja tidak taat kepada perintah Allah dan malah
berlaku sesuai kehendak mereka sendiri.
Salah satu contoh yang sangat nyata dalam kehidupan kita berhubungan dengan
ketaatan itu sendiri adalab saat kita baru saja lulus dari bangku SMA kemudian mengikuti
rangkaian tes dengan berbagai persiapan untuk dapat masuk ke Perguruan Tinggi yang
kita inginkan. Namun, dalam beberapa situasi kita di uji dan gagal untuk mendapatkan
keinginan kita itu. Dalam posisi seperti ini kita hang awalnya taat menjadi tidak taat dan
malah mempertanyakan apa maksud Tuhan dari setiap kejadian yang kita alami.
Contoh lainnya ketika kita sudah diterima pada perguruan tinggi yang kita ingini
dan pada saat kita menjalani prosesnya akan ada saat dimana kita mengalami persoalan-
persoalan yang tidak dapat kita tanggung kemudian kita menjadi tidak lagi taat. Kedua
contoh diatas berbeda sekali dengan kedua teladan yang diberikan oleh Maria dan
pelayan-pelayan dalam narasi perkawinan di Kana, yang dimana ketika mereka
menghadapi masalah (kekurangan anggur) ketaatan mereka tetap ada, Maria yang ditegur
oleh Yesus tetap memiliki prefpektif yang baik dan tetap percaya kepada Yesus, bahkan
ia juga memerintah pelayan-pelayan untuk melakukan perintah Yesus. Pelayan-pelayan
yang diperintahkan oleh Maria pun mengikuti setiap perintah tanpa protes, sehingga

21
melalui ketaatan mereka itu mujizat pun terjadi diantara mereka. Andai saja dari kedua
contoh yang telah disebutkan diatas kita juga tetap melakukan hal yang sama seperti
Maria dan Pelayan-pelayan yang tetap taat, tetap memiliki prefpektif yang baik dan
menjalani semua tanpa protes maka mujizat pun akan terjadi atas kita sehingga kita dapat
keluar dari posisi-posisi yang tidak menyenangkan yang kita hadapi.

22
DAFTAR PUSTAKA

Adi S., Lukas. Smart Book of Christianity Perjanjian Baru. Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2002.

Bavinck, Prof. Dr. J.H. Sejarah Kerajaan Allah 2. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1990.

Brotosudarmo, R.M. Drie. Pengantar Perjanjian Baru. Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2017.

Drane, John. Memahami Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005.

Duyverman, M.E. Pembimbing Ke Dalam Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996.

Groenen, Dr. C. Pengantar Ke Dalam Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius, 1992.

Hakh, Samuel Benyamin. Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2019.

Kemdikbud. “KBBI Daring.” Last modified 2016. https://kbbi.kemdikbud.go.id/Beranda.

Marxen, Willi. Pengantar Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2018.

Nggadas, Deky Hidnas Yan. Pengantar Praktis Studi Kitab-Kitab Injil. Yogyakarta: Penerbit
ANDI, 2011.

23

Anda mungkin juga menyukai