Proyek yang akan dijadikan obyek pada penelitian ini adalah pembangunan
Konsultan
Arsitektur : PT QUADRATURA
47
4.2 Analisis dan Pembahasan
Pada gambar 4.1 dapat dilihat bahwa pada Kurva S proyek pembangunan
mengalami dua kali addendum atau penambahan waktu kerja pada kontrak.
48
Pada Kurva S terbaru yang sudah diaddendum dua kali dapat diketahui
pekerjaan yang terjadi pada minngu itu mengakibatkan deviasi sebesar 13,5%.
Pada tahap kedua analisa penelitian ini membuat diagram sebab akibat
proyek maka diagram fishbone dapat digambarkan. Berikut ini bentuk diagram
C1 B1 A1
A3
C3 B3
A2
C2 B2 A4
Keterlambatan
D1 E1
D3 E3
D2 E2
Manusia Keuangan
49
1. Metode
2. Lingkungan / alam
4. Manusia
5. Keuangan
50
manajemen konstruksi dan kontraktor di proyek pembangunan Apartemen
Dalam metode AHP kriteria disusun dalam bentuk hirarki, kriteria dalam
tiga level yaitu level 0 (Goal) adalah tujuan akhir dalam memilih faktor-faktor
AHP analisis yang pertama dilakukan dalam penelitian ini adalah perhitungan
bobot kriteria menggunakan AHP, dalam metode ini terdapat tiga tahapan
fishbone selanjutnya disusun menjadi hirarki. Berikut ini gambar hirarki faktor
51
Gambar 4.3 Hirarki Faktor Keterlambatan Proyek Konstruksi
mesin dan peralatan, metode, keuangan dan lingkungan / alam. Data untuk
kemudian langkah untuk mencari nilai bobot kriteria utama dan nilai bobot sub-
52
perbandingan berpasangan dari perhitungan AHP untuk mencari bobot kriteria
selanjutnya adalah tahapan normalisasi dengan cara membagi nilai setiap cell
diperoleh dengan cara menjumlah setiap baris lalu dibagi dengan nilai total
seluruh jumlah.
53
Tabel 4.2 Matriks Normalisasi Kriteria
Metode 0,174 3
Manusia 0,066 4
Keuangan 0,507 1
Dari tabel 4.3 dapat diketahui yang menjadi faktor paling dominan
oleh keuangan pada peringkat pertama, lingkungan dan alam pada peringkat
54
4.2.3.3 Menghitung Bobot Prioritas Variabel Level 2 (Sub-Kriteria)
Pada level 2 (Sub-Kriteria) yang dihitung adalah nilai bobot faktor indikator
keterlambatan proyek dari setiap variabel kriteria, yang nantinya nilai bobotnya
penyebab keterlambatan proyek itu. Berikut ini nilai bobot masing-masing sub-
1. Kriteria Metode
55
Tabel 4.5 Matriks Normalisasi Sub-Kriteria Metode
56
perubahan metode kerja dan review desain dengan nilai bobot 0,568 dan yang
lingkungan dan alam diperoleh bobot yang ditampilkan dalam tabel berikut:
57
Sub-Kriteria Bobot Ranking
Cuaca yang berubah-ubah 0.237 2
Bencana alam (Pandemi Covid-
0.573 1
19)
Konstruksi tanah tidak beraturan 0.190 3
Tabel 4.9 Ranking Faktor Keterlambatan Sub-Kriteria Lingkungan Alam
bencana alam (pandemic covid-19) dengan nilai bobot 0,573 dan yang kedua
58
Tabel 4.11 Matriks Normalisasi Sub-Kriteria Mesin / Peralatan
mesin dan peralatan diperoleh bobot yang ditampilkan dalam tabel berikut:
59
perawatan mesin dengan nilai bobot 0,424 dan yang kedua ketidak sesuaian
4. Kriteria Manusia
60
Sumber: Olah Data Microsoft Excel Peneliti
surat izin kerja dengan nilai bobot 0,417 dan yang kedua pekerja yang tidak
5. Kriteria Keuangan
61
Tabel 4.17 Matriks Normalisasi Sub-Kriteria Keuangan
perusahaan menurun dengan nilai bobot 0,770 dan yang alokasi dana tidak
62
4.2.4 Analisis Ranking Faktor Keterlambatan Proyek
cara mengkalikan bobot relatif dari bobot kriteria utama dengan prioritas level
bobot sub-kriteria supaya terlihat semua nilai bobot dari tiap indikator sub-
kriteria terhadap kriteria, hasil prioritas global dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut.
63
karena beberapa-beberapa faktor yaitu pertama faktor keuangan karena
lingkungan dan alam karena bencana alam (pandemi covid-19) dengan nilai
bobot keseluruhan 0,114, ketiga faktor metode karena adanya perubahan desain
dan review desain dengan nilai bobot keseluruhan 0,099, keempat faktor
keuangan karena alokasi dana yang tidak mencukupi dengan nilai bobot
keseluruhan 0,074, kelima faktor lingkungan dan alam karena cuaca yang
Untuk menguji kebenaran data yang diperoleh dan data yang sudah
dianalisis diperlukan adanya uji konsistensi. Oleh karena itu dilakukan uji rasio
Sebuah matriks dianggap konsisten jika nilai CR < 0,1 atau rumus inkonsistensi
yang diperbolehkan hanya sebesar 10% saja. Nilai CR dapat dihitunng dengan
rumus:
𝐶𝐼
CR =
𝑅𝐼
CI = Indeks konsistensi
64
Tabel 4.20 Nilai Indeks Random
𝜆 max − 𝑁
CI =
𝑁−1
Dimana,
λ max : Rata-rata nilai eigen dari matriks berordo N didapat dengan cara
menjumlah hasil perkalian dari jumlah kolom setiap kriteria dengan dengan nilai
λmax = 5,435
5,435−5
CI = = 0,108
5−1
0,108
CR = = 0,097
1,12
65
Consistency Ratio (CR) Sub-Kriteria Metode
λmax = 4,26
4,26−4
CI = = 0,087
4−1
0,087
CR = = 0,097
0,90
λmax = 3,00064
3,00064−3
CI = = 0,00032
3−1
0,00032
CR = = 0.00055
0,58
Consistency Ratio (CR) Sub-Kriteria Mesin dan peralatan
λmax = 3,0497
3,0497−3
CI = = 0,0248
3−1
0,0248
CR = = 0,0428
0,58
λmax = 3,309
3,02−3
CI = = 0,0102
3−1
66
0,0102
CR = = 0,017
0,58
λmax = 3,079
3,079−3
CI = = 0,039
3−1
0,039
CR = = 0,068
0,58
67
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menggunakan metode
karena faktor lingkungan dan alam karena terjadinya pandemi covid-19 dan
ketiga karena faktor metode karena adanya perubahan desain dan review desain.
properti yang sudah mencapai progres 70% keatas agar bisa langsung di
yang progresnya dibawah 70%. Sehingga banyak project properti dari pihak
pihak kontraktor meminta perhitungan ulang nilai kontrak yang membuat pihak
68
2. Melakukan review desain dan perhitungan volume kembali untuk
bobot keseluruhan 0,114 dan perubahan metode kerja dan review desain dengan
Grand Shamaya Surabaya ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu dengan
daya keuangan dan metode kerja. Dan juga dalam penelitian “Evaluasi Faktor-
bencana alam dengan nilai bobot 0,1144 dan kesalahan dalam memilih metode
69