Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
2. Etiologi
Menurut (Astikawati & Dewi , 2017) secara etiologi perdarahan post
partum lebih diingat oleh 4T, yaitu :
a. Tone
Diagnosis antonio uteri ditegakkan setelah bayi lahir dan plasenta
8
b. Tissue
Bila plasenta tertinggal dalam uterus setengah jam setelah anak
lahir disebabkan retensio plasenta. Sisa plasenta disebabkan karena
kotiledon atau selaput ketuban tersisa.
c. Trauma
Trauma persalinan menyebabkan laserasi atau hematoma sehingga
dapat menyebabkan perdarahan post partum. Trauma dapat
disebabkan karena episiotomi yang melebar, ruptur uteri, robekan
pada perineum vagina serviks.
d. Thrombin
Thrombin karena gangguan pembekuan darah. Pada pembekuan
darah akan terjadi perdarahan setiap dilakukan penjahitan,
perdarahan merembes atau timbul hematoma pada bekas jahitan.
3. Patofisiologi
Setelah bayi lahir ibu akan mengalami ansietas yang dimana terdapat
anggota baru, pada saat post partum ibu akan involusi uteri yaitu
kembalinya rahim kesemula yang mengakibatkan kontraksi uterus
lambat sehingga terjadi atonia uteri setelah bayi dan plasenta lagir akan
mengalami robekan pada jalan lahir yang dapat menyebabkan
perdarahan dan nyeri yang timbul akan menyebabkan volume cairan
turun sehingga ketidakefektifan perfusi perifer. Volume cairan turun
menyebabkan anemia yang dimana oksigen dan hb menurun yang
dapat timbul hipoksia dimana keadaan kelemahan umum yang dapat
menyebabkan defisit perawatan diri yang berhubungan dengan
9
Gambar 2.1
Pathway perdarahan post partum
Pelepasana jaringan
Kontraksi uterus lambat
endometrium Serviks dan vagina
Invasi bakteri
Perdarahan Nyeri
kontraksi uterus yang melambat dan lembek setelah bayi lahir yang
mengakibatkan perdarahan. Bayi lahir mengakibatkan robekan pada
jalan lahir sehingga dapat mengakibatkan perdarahan segera, plasenta
baik, kadang timbul pucat, lemah, menggigil. Pada retensio plasenta,
plasenta belum lahir 30 menit perdarahan segera, tali pusat putus
akibat tarikan. Tertinggalnya plasenta mengakibatkan perdarahan
segera, uterus berkontraksi dan tinggi fundus tidak berkurang. Inversio
uterus tidak teraba, perdarahan segera, pucat dan nyeri sedikit atau
berat (Nurarif & Kusuma, 2015).
Gambar 2.2
Hierarki Kebutuhan Dasar Manusia Maslow
Pada pasien dengan kasus perdarahan post partum kebutuhan dasar yang
terganggu yaitu kebutuhan cairan dan elektrolit, pada pasien dengan kasus
perdarahan post partum membutuhkan cairan dalam jumlah proporsi yang
tepat di berbagai jaringan tubuh. Gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit dapat mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh. Sebab, cairan tubuh
terdiri atas air yang mengandung partikel-partikel bahan organik dan
anorganik. Kebutuhan cairan sangat diperlukan tubuh dalam mengangkat
zat makanan kedalam sel, sisa metabolisme sebagai pelarut elektrolit dan
non elektrolit, memelihara suhu tubuh dan mempermudah eliminasi dan
membantu pencernaan
.
C. Asuhan Keperawatan Perdarahan Post Partum
Proses keperawatan adalah pendekatan sistematik dan terorganisir melalui
6 langkah dalam mengenali masalah-masalah klien, namun merupakan
suatu metode pemecahan masalah baik secara episodik maupun linier.
Kemudian dapat dirumuskan diagnosa keperawatannya, dan cara
pemecahan masalah. Proses keperawatan merupakan lima tahapan
penyelesaian masalah yang dilaksanakan secara berurutan dan
berkesinambungan: pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
13
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap pengalaman
atau respon individu, keluarga, atau komunitas pada masalah kesehatan,
pada risiko masalah kesehatan atau pada proses kehidupan. (PPNI,
2016).
Tabel 2.1
Diagnosa Keperawatan Pada Kasus perdarahan post partum
Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (2016)
3. Rencana Keperawatan
14
1 2 3
- Berikan cairan intravena, jika perlu
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu
Risiko Syok Tingkat Syok Manajemen Hipovolemia
- Tidak ada penurunan tekanan nadi Observasi
- Tidak ada penurunan tekanan darah sistolik - Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. Frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun,
- Tidak ada penurunan tekanan darah diastolik tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran
- Akral tidak dingin mukosa kering, volume urin menurun, hematokrit
- Akral tidak pucat meningkat, haus lemah)
- Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
- Hitung kebutuhan cairan
- Berikan posisi modified Trendelenburg
- Berikan asupan cairan oral
Edukasi
- Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
1 2 3
1 2 3
Memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan
- Monitor efek samping penggunaan analgetik Teraupetik
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri (mis. TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
1 2 3
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Ansietas Tingkat ansietas Reduksi Ansietas
- Perilaku gelisah berkurang Observasi
- Frekuensi pernafasan normal - Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. Kondisi,
waktu, stresor)
- Frekuensi nadi normal
- Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
- Wajah tidak tegang lagi
1 2 3
- Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
Teraupetik
- Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
kepercayaan
- Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika
memungkinkan
- Pahami situasi yang membuat ansietas
- Dengarkan dengan penuh perhatian
- Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
- Tempatkan barang pribadi yang memberikan
kenyamanan
- Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu
kecemasan
- Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang
akan datang
1 2 3
Edukasi
- Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin
dialami
- Informasikan secara faktual mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
- Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika
perlu
- Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif,
sesuai kebutuhan
- Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
- Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
- Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
1 2 3
Risiko Infeksi Tingkat Infeksi Pencegahan Infeksi
- Tidak ada kemerahan Observasi
- Nyeri berkurang - Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistematik
Teraupetik
- Tidak ada demam
- Batasi jumlah pengunjung
- Tidak ada luka yang berbau busuk
- Berikan perawatan kulit pada area edema
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien
- Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
- Ajarkan etika batuk
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
1 2 3
1 2 3
4. Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan tahap pelaksanaan terhadap rencana tindakan keperawatan
yang telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien. Implementasi dilaksanakan
sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, disamping itu juga dibutuhkan
keterampilan interpersonal, intelektual, teknik yang dilakukan dengan cermat dan
efisien pada situasi yang tepat dengan selalu memperhatikan keamanan fisik dan
psikologis. Setelah selesai implementasi, dilakukan dokumentasi yang meliputi
intervensi yang sudah dilakukan dan bagaimana respon pasien, pada tahap
pelaksanaan penulis tidak menemukan hambatan karena hampir semua pelaksanaan
dilakukan oleh penulis, yang bekerja sama dengan keluarga maupun perawat (Bararah
& Jauhar, 2013).
5.Evaluasi Keperawatan
Evaluasi didefinisikan sebagai keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan antara
dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon perilaku yag
tampil. Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien
secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan. Tahap evaluasi
merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan klien
dengan tujuan yang telah ditetapkan dilakukan berkesinambungan dengan melibatkan
klien dan tenaga kesehatan lainnya (Suarni & Apriyani, 2017).