Anda di halaman 1dari 97

PERAN BUDAYA SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SIKAP CINTA

TANAH AIR SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH SWASTA PLUS


AL-ISHLAH MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas Dan Memenuhi Syarat-syarat


Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Dalam Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan

Oleh:
MARWIYAH NST
NIM. 0309182091

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PEGETAHUAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN
2022
PERAN BUDAYA SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SIKAP CINTA
TANAH AIR SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH SWASTA PLUS
AL-ISHLAH MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas Dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk


Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :
MARWIYAH NST
NIM:0309182091

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Hj. Masganti Sit. M. Ag Fatkhur Rohman, M.A


NIP. 196708211930032007 NIP.1985503012015031002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PEGETAHUAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN
2022
ABSTRAK
Penelitian yang telah dilakukan berjudul “ Peran Budaya Sekolah Dalam
Membentuk Sikap Cinta Tanah Air Siswa di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus
Al-Ishlah Medan” Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran budaya sekolah
untuk membentuk sikap cinta tanah air di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-
Ishlah Medan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
observasi, wawancara dan dokumentasi. Data primer di dapatkan dari wawancara
kepada kepala sekolah, siwa dan juga guru di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus
Al-Ishlah Medan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari bagian tata usaha
berupa dokumen-dokumen, data-data, buku-buku serta, referensi yang membahas
penelitian tersebut guna memperoleh data yang akurat. Hasil penelitian ini
adalah : 1) Budaya sekolah yang dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah Swasta
Plus Al-Ishlah Medan adalah berkonsep penanaman nilai keagamaan dan nilai
nasionalisme (cinta tanah air). Budaya sekolah yang dilaksanakan adalah melalui
kegiatan keagamaan dan kegiatan cinta tanah air. Pembiasaan yang dilakukan
melalui kegiatan yang diterapkan di sekolah dapat membangun sikap cinta tanah
air siswa di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah Medan. 2) Karakter
cinta tanah air siswa di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah Medan ini
tidak sama rata baiknya, karena ada anak yang menjunjung tinggi nasionalise
(cinta tanah air) dan ada anak yang memang acuh terhadap kepedulian dan cinta
tanah air. Karena tidak semua anak memiliki kemampuan dan daya nalar yang
sama terhadap apa yang diajarkan oleh gurunya. 3) Peran budaya sekolah dalam
membentuk sikap cinta tanah air siswa di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-
Ishlah Medan adalah melalui penerapan budaya rasa cinta tanah air yang
berkonteks pembiasaan dalam kegiatan disekolah. Hal ini dibuktikan melalui
penanaman rasa cinta tanah air melalui proses belajar mengajar yang diterapkan
guru di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah Medan, kemudian
pembiasan melalui kegiatan seperti upacara, penghafalan Pancasila UUD 1945
dan bagaimana cara siswa bersikap di kelas.

Kata Kunci : Budaya Sekolah, Karakter, Cinta Tanah Air.


ABSTRAK
Research that has baen done entitled “ the role of scool culture in shaping
the attitude of love for the motherland of students in private Madrasah
Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah Medan”. This study aims to look at the role of
school culture in forming an attitude of love for the motherland in Madrasah
Tsanawiyah Private Plus Al-Ishlah Medan. This study uses qualitative methods
with observation, interviews and documentation approaches. Primary data was
obtained from interviews with school principals, students and also teachers at
Madrasah Tsanawiyah Private Plus Al-Ishlah Medan. Meanwhile, secondary data
was obtained from the administration section in the form of documents, data,
books and references discussing the research in order to obtain accurate data. The
results of this study are: 1) The school culture implemented at Madrasah
Tsanawiyah Private Plus Al-Ishlah Medan is the concept of cultivating religious
values and nationalism values (love for the motherland). The school culture that is
carried out is through religious activities and patriotic activities. Habituation
carried out through activities implemented in schools can build an attitude of love
for the homeland of students at Madrasah Tsanawiyah Private Plus Al-Ishlah
Medan. 2) The character of the love for the motherland of the students at
Madrasah Tsanawiyah Private Plus Al-Ishlah Medan is not equally good, because
there are children who uphold nationalism (love for the motherland) and there are
children who are indifferent to caring and love for the motherland. Because not all
children have the same ability and reasoning power to what is taught by their
teacher. 3) The role of school culture in shaping students' love for the motherland
at Madrasah Tsanawiyah Private Plus Al-Ishlah Medan is through the application
of a culture of love for the motherland in the context of habituation in school
activities. This is proven by instilling a sense of love for the motherland through
the teaching and learning process implemented by teachers at Madrasah
Tsanawiyah Private Plus Al-Ishlah Medan, then habituation through activities
such as ceremonies, memorizing Pancasila, the 1945 Constitution and how
students behave in class.
Keywords: School Culture, Character, Love for the Motherland
KATA PENGANTAR

Puji Syukur dipanjatkan kehadiran Allah SWT dan rahmat, taufiq dan
hidayah-Nya, shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada junjungan
Nabi bsar Muhammad SAW. Penyusunan dapat menyelesaikan Tugas Akhir
Skripsi yang berjudul “Peran Budaya Sekolah Dalam Membentuk Sikap Cinta
Tanah Air Siswa di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah Medan”.
Tugas akhir skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
Kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan skripsi ini dengan baik secara material
maupun moril pada saat pra-kegiatan, pelaksanaan sampai pasca-kegiatan. Ucapan
terimakasih penulis ucapkan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Abu Rokhmad, M.Ag selaku Rektor UIN Sumatera
Utara .
2. Bapak Dr. H. Mardianto m.Pd selaku dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Sumatera Utara.
3. Bapak Dr. Sarbaini Saleh S.Sos, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial (P.IPS) yang telah banyak memberikan nasehat,
bimbingan dan motivasinya selama ini.
4. Ibu Dr. Masganti Sit, M. Ag selaku Pembimbing I dan Bapak Fatkhur
Rohman, M.A selaku Pembimbing II, yang telah meluangkan waktu untuk
membantu saya dalam penyusunan skripsi ini dengan kritik, saran dan
motivasinya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi.
5. Ibu Dr. Eka Susanti, M.Pd selaku Pembimbing Akademik dalam
memberikan bantuan, bimbingan dan nasehatnya selama proses
perkuliahan di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di UIN Sumatera
Utara.
6. Bapak/Ibuk Dosen yang telah mendidik saya dalam menjalani pendidikan
di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sumatera Utara dengan
memberika nasehat, bimbingan serta ilmu yang diberikan sehingga dapat
diaplikasikan didalam masyarakat.
7. Bapak Mahmud Alkausari Pulungan, S.Pd selaku Kepala Sekolah di
Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah Medan yang telah
memberikan ijin kepada saya dalam melakukan penelitian untuk
mendapatkan dan yang peneliti butuhkan untuk menyelesaikan skripsi ini.
8. Bapak Heryandy, S. Pd selaku guru IPS di Madrasah Tsanawiyah Swasta
Plus Al-Ishlah Medan yang telah meluangkan waktu dalam membantu
saya melakukan penelitian dalam memperoleh data sehingga penulisan
skripsi ini dapat diselesaikan.
9. Adek-adek Adinda Dwi Putri Nasution, Ahmad Assidiq, Alfina Dwi
Kasih, Fachrul Umam, dan Asyfa Angelita Putri yang telah meluangkan
waktu dalam membantu saya melakukan penelitian sehingga penulisan
skripsi ini dapat diselesaikan,
10. Teruntuk yang paling ku cintai dunia akhirat ayah saya yang bernama Ali
Daud Nst, dan ibu saya yang bernama Nur Diana Hsb yang senantiasa
selalu mendukung dan mendoakan saya di setiap sujudnya. Mereka adalah
support system pertama saya.
11. Kakak tercinta Misriani Nasution S.Pd, dan abang tercinta Muhammad
Tarmizi Nst, Isnan Sukri Nst, Ahmad Fauzi Nasution S.Ak, serta ucapan
terimakasih yang tidak terhingga penulis ucapkan kepada abang ipar
Muhammad Solihin Daulay, dan kaka ipar tercinta Mahyuni Hsb, siti
Alamsari Pulungan
12. Sahabat-sahabat saya yang senantiasa memberikan dukungan Darmina, Ita
Juwita saragih, Windi Adelia Saragih, Rohana, Putri, Muharram Saipul,
Nst, Anggie Arabiansyah.
13. Teman-teman angkatan 2018 khususnya jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial kelas IPS-3.
14. Kaka-kaka dan abang-abang tercinta di angkatan 2017, kaka afrida yanti
S.Pd, Nurul Khusna S.Pd, Silvi Utami Putri S.Pd, Azis Kamil S.Pd
15. Semua pihak yang tidak disebut satu persatu oleh penulis, namun telah
membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan


skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu dengan kerendahan
hati penulis mengharapkan masukan, saran dan kritikan kepada semua
pembaca khususnya yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi
ini. Akhir kata penulis mohon maaf kepada seluruh pembaca apabila
terdapat banyak kesalahan baik dari segi penulisan dan penyusunan.

Mendan, November 2022

Marwiyah Nst
NIM 0309182091
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 keadaan Tenaga Pendidikan dan Kepegawaian di Madrasah Tsanawiyah
Swasta Plus Al-Ishlah Tahun Ajaran 2022/2023
Tabel 4.2 Keadaan Siswa/Peserta Didik MTs Swasta Plus Al-Ishlah Tahun Ajaran
2022/2023
Tabel 4.3 Sarana/Ruang Penunjang di MTs Swasta Plus Al-Ishlah Tahun Ajaran
2022/2023
Tabel 4.4 Prasarana di MTs Swasta Plus Al-Ishlah Tahun Ajaran 2022/2023
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Daftar Pertanyaan yang akan diajukan Kepada kepada
Kepala Sekolah
Lampiran II : Daftar Pertanyaan yang akan diajukan kepada Guru IPS
Lampiran III : Daftar Pertanyaan yang akan diajukan kepada Siswa
Lampiran IV : Hasil Wawancara kepala Sekolah
Lampiran V : Hasil Wawancara Guru IPS
Lampiran VI : Hasil Wawancara Siswa
Lampiran VII : pedoman observasi di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus
Al-Ishlah Medan
Lampiran VIII : Dokumentasi di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-
Ishlah Medan
Lampiran IX : Dokumentasi Penelitian
DAFTAR ISI

ABSTRAK.......................................................................................................
DAFTAR TABEL...........................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR TABEL...........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN.............................................................................
a. Latar Belakang Masalah.......................................................................
b. Batasan Masalah...................................................................................
c. Rumusan Masalah.................................................................................
d. Tujuan Penelitian..................................................................................
e. Manfaat Penelitian................................................................................
BAB II : KAJIAN TEORI.............................................................................
A. Peran Budaya Sekolah.........................................................................
1. Devinisi Peran Budaya Sekolah...........................................................
2. Karakteristik Budaya Sekolah.............................................................
3. Unsur-unsur Budaya Sekolah..............................................................
B. Sikap Cinta Tanah Air.........................................................................
1. Devinisi Sikap Cinta Tanah Air...........................................................
2. Cara Membentuk Sikap Cinta Tanah Air...........................................
3. Manfaat Sikap Cinta Tanah Air...........................................................
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN...................................................
A. Latar Peneitian......................................................................................
B. Data dan Sumber Penelitian..................................................................
C. Metode Penelitian.................................................................................
D. Tekhnik Pengumpulan Data.................................................................
E. Teknik Analisis Data...........................................................................
F. Teknik Pengecekan Keabsahan Data....................................................
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum.....................................................................................
B. Temuan Khusus....................................................................................
C. Pembahasan..........................................................................................
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Saran.....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pendidikan dilaksanakan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta
diperlukan dalam meningkatkan mutu bangsa secara menyeluruh pendidikan pada
dasarnya merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif untuk
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian dan kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Hermanto, 2022: 105).
Pendidikan menjadi salah satu komponen yang sangat penting bagi kehidupan
manusia, hal ini dikarenakan melalui pendidikan seseorang akan dapat
mengembangkan kepribadian sosialnya (Elihami, 2020: 106).
Selain itu pendidikan juga dapat membentuk karakter serta dapat
mengembangkan sebagai potensi yang ada dalam diri menurut (Hendayani,
2019 :106). Pendidikan dilaksanakan bukan hanya untuk kepentingan pengajaran,
melainkan juga dilaksanakan untuk kepentingan kehidupan sekarang dan yang
akan datang, melalui proses pendidikan karakter (Rochmawati, 2018: 106).
Budaya sekolah merupakan jati diri sekolah sehingga kinerja sekolah dapat
dilihat dari sikap dan tindakan yang dilakukan dalam bentuk manifestasi perilaku
anggota sekolah (Oktaviani, 2015: 614). Budaya sekolah menjadikan sekumpulan
nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan seharian, dan simbol-simbol yang
dipraktikkan oleh kepala sekolah, guru, petugas, administrasi, siswa dan
masyarakat sekitar sekolah (Zamroni, 2011: 111). Budaya sekolah memiliki peran
yang sangat penting dikarenakan nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar dalam
pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antar anggota
masyarakat. Posisi budaya yang demikian penting dalam kehidupan
bermasyarakat mengharuskan budaya menjadi sumber nilai dalam pendidikan
budaya dan karakter bangsa (Suraptiningrum dan agustina, 2015: 220-221).
2

Budaya berasal dari bahasa sansakerta yaitu buddhayah, yang merupakan


bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan
dengan budi dan akal manusia, dalam bahasa inggris budaya disebut culture yang
bersal dari kata lain colere yaitu mengolah atau mengerjakan dapat diartikan juga
sebagai mengolah tanah. (Jerald G and Rober, 2008: 12) menyatakan bahwa
budaya terdiri dari mental program bersama yang masyarakat renspons individu
pada lingkungannya. Defenisi tersebut mengandung makna bahwa kita melihat
budaya dalam perilaku sehari-hari tetapi dikontrol oleh mental program yang
ditanamkan sangat dalam. Budaya bukan hanya perilaku di permukan, tetapi
sangat dalam ditanamkan dalam diri kita. Abdullah (2011), kata sekolah berasal
dari bahasa Latin, yaitu skhhloe, scola, scolae atau schola yang berarti waktu
luang atau waktu senggang.
Sekolah adalah kegiatan di waktu luang bagi anak-anak di tengah kegiatan
mereka yang utama. Kegiatan dalam waktu luang ialah mempelajari cara
berhitung, membaca huruf-huruf dan mengenal tentang moral (budi pekerti).
Sunarto dalam buku yang ditulis, pada saat ini kata sekolah telah berubah artinya
menjadi bangunan atau lembaga untuk belajar mengajar serta tempat memberi dan
menerima pelajaran. Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk
pengajaran siswa atau murid di bawah pengawasan pendidik atau guru. Sebagian
besar negara memiliki sistem pendidikan formal yang umumnya wajib dalam
upaya menciptakan anak didik yang mengalami kemajuan setelah mengalami
proses melalui pembelajaran. Dalam publikasi Pusat kurikulum terdapat 18 nilai
karakter yang perlu diutamakan dalam diri siswa, nilai-nilai tersebut bersumber
dari agama, pancasila, budaya dan tujuan pendidikan, adapun 18 nilai karakter
tersebut adalah religius, jujur toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, ,mandiri,
demokrasi, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai
prestasi, persahabatan/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli
lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab. Semua nilai-nilai karakter yang ada
tersebut dapat ikut sertakan dalam mendesain perencanaan pembelajaran oleh
guru (Lestari & ain, 2022). Pendidikan karakter menjadi salah satu sarana yang
ampuh digunakan untuk mengacu kehidupan bersama yang demokrasi sebagai
3

cerminan dari karakter manusia yang tumbuh pada setiap individu dalam konteks
kehidupan kolektif. Hanya saja kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa tidak
semua siswa mampu mengamalkan nilai-nilai karakter dengan baik salah satunya
adalah masalah karakter cinta tanah air.
Cinta tanah air merupakan pengalaman dan wujud dari sila persatuan
indonesia yang dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari di keluarga,
sekolah dan masyarakat. Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam usaha pembelaan negara, syarat-syarat pembelaan negara diatur dalam
undang-undang kesadaran cinta tanah air itu pada hakikatnya berbakti kepada
negara dan dan kesediaan berkorban membela negara. Oleh karena itu, cinta tanah
air perlu ditumbuh kembangkan dalam jiwa setiap individu sejak usia dini yang
menjadi warga dari sebuah negara atau bangsa agar tujuan hidup bersama dapat
tercapai. Cinta tanah air sendiri berasal dari perwujudan dari pancasila sila ke-3
yang berbunyi “Persatuan Indonesia”. Hal tersebut dapat diwujudkan dalam
lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat sekitar, serta bangsa dan negara
(Kusuma, 2017: 7796-7797). Cinta tanah air hendaknya dipahami secara luas dan
dimengerti maksud serta tujuannya. Cinta tanah air juga sering dikenal dengan
istilah nasionalisme. Secara ringkas nasionalisme merupakan paham kebangsaan
yang merupakan kesetiaan tertinggi individu terhadap bangsa dan tanah airnya.
Cinta tanah air pada hakikatnya merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam
diri setiap manusia. Sebagaimana pengertian cinta tanah air di bagian sebelumnya,
cinta tanah air identik dengan sebutan nasionalisme. Nasionalisme menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti suatu paham yang berpendapat bahwa
kesetiaan tertinggi individu yang harus diserahkan kepada negara kebangsaan
(Ikhsan, 2015).
Sehingga budaya sekolah memang sangat erat kaitannya dengan
pembinaan karakter karena konsep budaya sekolah itu masuk pada pendidikan,
yang mana pada dasarnya sebagai upaya untuk memberikan arah tentang efisiensi
lingkungan pembelajaran. Lingkungan dalam hal ini dapat dibedakan dalam dua
hal: (1) lingkungan yang sifatnya alami sesuai dengan budaya siswa dan guru; dan
(2) lingkungan artificial yang diciptakan oleh guru atau hasil interaksi antara guru
4

dengan siswa (Sukadari, 2020). Budaya sekolah adalah sekumpulan nilai yang
melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang di
praktikkan oleh kepala sekolah, guru, petugas administrasi, siswa, dan masyarakat
sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan
citra sekolah tersebut di masyarakat luas. Kultur sekolah sebagai pola nilai-nilai,
norma, sikap, mitos dan kebiasaan-kebiasaan yang terbentuk dalam perjalanan
panjang suatu sekolah, dimana sekolah tersebut dipegang bersama oleh kepala
sekolah, guru, staf, maupun siswa sebagai dasar mereka dalam memahami dan
memecahkan berbagai persoalan yang muncul di sekolah, dengan kata lain, kultur
atau budaya sekolah dapat dikatakan sebagai pikiran, kata-kata, sikap, perbuatan,
perilaku maupun simbol serta slogan khas identitas mereka (Sukadari, 2020).
Peran budaya sekolah sangat penting dalam pembentukan karakter.
Hasil penelitian dan temuan sebelumnya, yang di teliti oleh (Lestari &
Ain, 2022) dengan judul “Peran Budaya Sekolah terhadap Pembentukan Karakter
Siswa Kelas V Sd” penelitian ini dengan yang saya teliti sama-sama
menggunakan penelitian kualitatif, tetapi terdapat perbedaan antara penelitian ini
dengan penelitian yang akan saya teliti yaitu dari segi objek penelitiannya, dimana
penelitian ini dilakukan ditingkat sekolah dasar, sedangkan objek penelitian yang
akan saya teliti di tingkat sekolah menengah pertama (Madrasah Tsanawiyah
Swasta). Menunjukkan bahwa peran budaya sekolah terhadap pembentukan
karakter siswa memiliki peranan tinggi yang harus di perhatikan dalam
pembentukan karakter. Hasil penelitian kedua, siswa memiliki perhatian orang tua
yang kurang aktif dalam membimbing. Hasil ini menunjukkan bahwa, orang tua
memiliki peran penting dalam pembentukan karakter. Oleh karena itu, perlu kerja
sama yang baik antara orang tua dan guru agar dapat mendidik siswa ke arah yang
lebih baik. Karakter yang diberikan guru sudah membentuk kepribadian karakter
siswa. Keterlibatan guru dan orang tua dalam mendidik anak dapat mendorong
anak untuk selalu berfikir positif dan berprilaku yang baik dengan cepat. Implikasi
penelitian ini di harapkan dapat memberikan dampak terhadap peran budaya
sekolah terhadap pembentukan karakter siswa.
5

Berdasarkan hasil penelitian temuan lainnya oleh (Mawardi & Indayani,


2020) dengan judul “Upaya Sekolah membantu Siswa untuk Meningkatkan
Karakter Siswa di Sekolah”. Melalui budaya sekolah dengan pembiasaan di
lingkungan sekolah berupa budaya jujur, budaya saling percaya, budaya kerja
sama, budaya memberi penghargaan dan menegur. Hal ini tentu dapat berhasil
jika di dukung oleh elemen di sekolah dengan menjadi sumber keteladanan bagi
peserta didik, dengan ditanamkannya budaya karakter siswa melalui budaya
sekolah di harapkan memberikan dampak positif terhadap nilai karakter siswa
sehingga dapat mengembalikan nilai-nilai karakter bangsa yang religius, mandiri,
nasionalis, gotong royong, dan intergritas. Kata kunci: Budaya sekolah, Karakter.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa cipta lagu/bernyanyi dalam penerapan
budaya sekolah memiliki peningkatan perubahan karakter kearah yang lebih baik,
hal ini di buktikan pada siklus I adalah 75% sedangkan pada siklus II meningkat
menjadi 95%.
Hasil penelitian berikutnya adalah penelitian (Nurhasanah et al, 2020)
dimana pendidikan tentunya memiliki peran penting dalam mengembangkan
karakter peserta didik. Pengembangan karakter juga dapat dibentuk melalui
budaya sekolah yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila. Budaya sekolah adalah
suasana kehidupan di sekolah dimana sekolah merupakan tempat dimana siswa
saling berinteraksi, baik dengan sesama siswa maupun dengan guru dan pegawai
sekolah lainnya. Artikel ini menggunakan studi pustaka dengan pendekatan
kualitatif dengan membahas persamaan hasil penelitian sesuai topik terkait tetapi
juga menambahkan kendala yang dihadapi untuk membentuk karakter siswa
melalui budaya sekolah. Hasil penelitian menggambarkan bahwa beberapa
sekolah dasar telah menerapkan budaya sekolah untuk mengembangkan karakter
siswa, namun terdapat beberapa kendala yang di hadapi oleh pihak sekolah.
Sehingga perlu di lakukan perbaikan agar karakter siswa dapat terbentuk sesuai
dengan visi dan misi sekolah masing-masing.
Berdasarkan hasil observasi awal di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus
Al-Ishlah Medan, lembaga pendidikan ini adalah salah satu lembaga pendidikan
swasta yang bernuansa islam berlokasi di daerah Jl. Sei Belutu No. 101, Tj. Rejo,
6

Kec. Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara 20154. Berdasarkan


pengamatan yang dilakukan temuan penulis adalah setiap harinya sudah mulai
terbentuknya karakter sikap cinta tanah air, namun sikap cinta tanah air tersebut
tidak digunakan sebaik mungkin seperti melakukan upacara bendera dihari senin.
Sementara 1 tahun belakangan ini tidak pernah ada upacara, dikarenakan pada
masa itu belajar dari rumah adalah poin utama dinegeri ini. Sehingga penanaman
karakter rasa cinta tanah air sulit diterapkan jika tidak bertatap muka langsung
melalui pembelajaran. Bahkan beberapa siswa sudah ada yang lupa beberapa lagu
wajib karena sudah lama tidak mengulang nyayian di upacara. Hal ini merupakan
hal kecil yang terjadi dimana lunturnya rasa cinta tanah air. Bahkan penulis
melakukan wawancara kepada beberapa siswa di kelas VIII Madrasah
Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah Medan bahwa mereka sering mengkonsumsi
tontonan video di media sosial tersebut. Beberapa juga mengatakan bahwa selama
belajar dari rumah, mereka tidak pernah berkomunikasi dengan teman mereka.
Kemudian lebih banyak menghabiskan waktu di rumah saja dengan bermain
gadget, nonton tv atau sekedar mengerjakan tugas dari guru yang diberikan secara
daring. Masalah ini merupakan masalah kecil yang berdampak masalah besar pada
kepedulian sosial siswa, dimana menjadi tertutup dan tidak bergaul, serta acuh
terhadap lingkungan sekitar.
Hasil wawancara dengan guru Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-
Ishlah Medan bahwa memang masalah rasa cinta tanah air pada masa sekarang
menjadi kritis dalam pendidikan, apalagi semenjak masa pandemik. Dimana siswa
tidak bersekolah tatap muka, hal ini menjadi kurangnya peduli siswa terhadap
nilai-nilai nasionalisme seperti hari besar di Indonesia seperti hari kemerdekaan
yang sudah 2 tahun tidak diperingati di sekolah, kemudian upacara-upacara
nasionalisme lainnya, dan beberapa siswa pasti banyak yang lupa lagu wajib
nasional yang biasa mereka ulang di sekolah, hal-hal kecil seperti ini yang
mengikis rasa cinta tanah air. Permasalahan krisis cinta tanah air di atas
diidentifikasi menjadi sangat serius jika tidak diberikan penanaman budaya
sekolah baik. Karena nilai karakter ini tidak tampak dan jarang dijadikan opsi
penilaian oleh guru, guru hanya mengamati apa yang mereka lihat sehingga dalam
7

penelitian ini peneliti memang mengupas masalah karakter cinta tanah air yang
sudah mulai terkikis sehingga mudah menemukan solusi untuk sekolah.
Pembentukan karakter adalah perjuangan sepanjang hidup mengatasi
kontrol hal-hal negatif atas kepribadian seseorang. Hal negatif itu bisa bersumber
dari dalam diri, bisa juga bersumber dari luar diri, dari dalam diri ada
kecenderungan untuk tidak mengenali norma sosial dan bertindak bahwa untuk
kepentingan pribadi, sementara dari luar diri ada kecenderungan untuk
mengontrol individu agar menjadi bagian mekanis dari sistem komunitasnya.
Keduanya menjadi masalah mendasar yang harus diatasi oleh pendidkan karakter
(Kurnia & Qomaruzzaman, 2012).
Berdasarkan uraian masalah di atas maka peneliti melakukan penelitian
yang berjudul “ Peran Budaya Sekolah Dalam Membentuk Sikap Cinta Tanah Air
Siswa Di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah Medan”.

B. BATASAN MASALAH
Dalam penelitian kualitatif batasan masalah sangat penting
dikemukakan, mengingat banyaknya faktor-faktor atau kondisi yang
menimbulkan permasalahan sehingga penelitian ini tidak perlu membicarakan
hal-hal yang berada di luar batasan masalah, agar tidak terjadi kesalah
pahaman antara penulis dan pembaca. Ruang lingkup masalah yang
dikemukakan dalam penelitian ini, yaitu memperjelas pokok bahasa
penelitian, mengenai “ Peran Budaya Sekolah Dalam Membentuk Sikap Cinta
Tanah Air Siswa Di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah Medan”.
Berikut rincian dari batasan masalah penelitian:
1. Nilai karakter yang diteliti dibatasi hanya nilai sikap cinta tanah air
saja
2. Responden penelitian dibatasi dengan setiap warga sekolah yang
terdiri dari kepala sekolah, guru, dan siswa Madrasah Tsanawiyah
Swasta Plus Al-Ishlah Medan.
8

C. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah penelitian ini dapat di ajukan dalam beberapa
pertanyaan, sebagai berikut:
1. Bagaimana Budaya Sekolah di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus
Al-Ishlah Medan?
2. Bagaimana Karakter Sikap Cinta Tanah Air Siswa di Madrasah
Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah Medan?
3. Bagaimana Peran Budaya Sekolah Dalam Membentuk Sikap Cinta
Tanah Air Siswa di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah
Medan?

D. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan pokok dari penelitian ini adalah untuk memperoleh suatu
gambaran yang jelas dan analisa yang mendalam mengenai “ Peran
Budaya Sekolah dalam Membentuk Sikap Cinta Tanah Air Siswa di
Tingkat Madrasah Tsanawiyah Swasta (MTs).
1. Untuk Mengetahui Budaya Sekolah di Madrasah Tsanawiyah Swasta
Plus Al-Ishlah Medan
2. Untuk Mengetahui Karakter Sikap Cinta Tanah Air Siswa di Madrasah
Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah Medan.
3. Untuk Mengetahui Peran Budaya Sekolah Dalam Membentuk Sikap
Cinta Tanah Air Siswa di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah
Medan.

E. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan berguna sebagai bahan kajian lebih lanjut
oleh para peneliti dalam rangka membangun ilmu pengetahuan
khususnya ilmu pengetahuan mengenai “Peran Budaya Sekolah Dalam
9

Membentuk Sikap Cinta Tanah Air Siswa di Madrasah Tsanawiyah


Swasta Plus Al-Ishlah Medan”.
2. Secara Praktis
a. Bagi Lembaga
Sebagai bahan masukan kepada lembaga pendidikan, dalam upaya
mengembangkan budaya sekolah yang positif sehingga berdampak
dalam pembinaan karakter cinta tanah air.
b. Bagi Guru
Sebagai bahan masukan dan evaluasi bagi guru, dalam
menciptakan budaya sekolah yang positif di Madrasah Tsanawiyah
Swasta Plus Al-Ishlah Medan.
c. Bagi Siswa
Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
motivasi siswa dalam pembelajaran, khususnya penerapan nilai-
nilai sikap cinta tanah air yang dibangun melalui proses belajar di
sekolah.
d. Bagi Peneliti
Sebagai bahan bagi peneliti untuk memenuhi syarat-syarat
memperoleh gelar sarjana pendidikan (S.Pd).
e. Bagi Peneliti Berikutnya
Penelitian ini dapat dijadikan pembanding terkait peran Budaya
Sekolah dalam Membentuk Sikap Cinta Tanah Air Siswa dan
literasi yang digunakan dapat dijadikan acuan.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Peran Budaya sekolah
1. Devenisi Peran Budaya Sekolah
Budaya (culture) merupakan pola kebiasaan yang berkembang dalam
suatu kelompok masyarakat. Untuk memahami pengertian budaya secara lebih
mendalam, akan diuraikan beberapa pendapat para ahli mengenal budaya.
Menurut Sathe (1985: 1) budaya dapat diartikan sebagai Berikut. The culture is
the set of important assumption (often unstated) that members of a community
share in common. The shared assumption’s culture can influence stronglyhow
members gather, process, and share information. Budaya sekolah memiliki
peranan yang sangat penting dalam peningkatan karakter anak. Intervensi budaya
dilakukan terhadap budaya sekolah yang selanjutnya akan mengubah budaya
guru. Perubahan budaya guru dapat mengakibatkan terjadinya perubahan belajar
mengajar. Dampak intervensi budaya dapat dilihat pada hasil belajar siswa. Untuk
itu, budaya-budaya yang di miliki setiap sekolah harus dipahami dan harus
dilibatkan dalam melakukan suatu perubahan yang bertujuan meningkatkan mutu
pendidikan. Budaya sekolah akan menjelaskan bagaimana sekolah berfungsi dan
arah mekanisme internal yang terjadi. Budaya sekolah juga dapat menjadi
prediktor perbedaan mutu antar sekolah. Budaya sekolah memberikan panduan
menilai apa yang penting, apa yang baik, apa yang benar, dan cara untuk
mencapainya. Budaya sekolah tercermin dalam hubungan antar warga sekolah
baik pada saat bekerja, kegiatan belajar-mengajar, maupun pada saat
berkomunikasi satu sama lain. Budaya sekolah mencakup unsur artifak yakni
berupa hal-hal yang dapat di amati secara langsung seperti tata ruang, kebiasaan
atau rutinitas, peraturan-peraturan, upacara-upacara, simbol, logo, gamba-gambar,
sopan-santun, cara berpakaian dari warga sekolah. Unsur ini dapat dirasakan
dengan cepat ketika orang mencakup keyakinan, menilai, dan asumsi saling
berkaitan dan saling mendukung.
Menurut Ki Hajar Dewantara, Kebudayaan berarti manusia beradab
keselamatan dan kebahagiaan umat manusia dalam hidup dan perjuangan. Dalam
11

masyarakat, budaya dipengaruhi oleh anggota masyarakat di satu sisi, dipihak sisi
lain bagian dari masyarakat dipengaruhi dan ketergantungan oleh budaya. Contoh
orang barat dengan Iklim yang suhu rendah dan memaksa untuk membuat pakaian
yang tebal. Dimana ada banyak kayu orang-orang diharuskan membangun rumah
dari kayu, dan masih banyak lagi. Peran pendidikan pembangunan karakter warga
negara menegaskan melalui rasional kemajuan budaya dan pendidikan dan
perilaku nasional Kementerian Pendidikan Nasional (2010) dikatakan bahwa
pendidikan itu menjanjikan bisa menumbuhkan bibit-bibit generasi muda tanah air
semua aspek bisa kurangi dan meminimalisir alasan terjadinya berbagi masalah
budaya dan perilaku bangsa, satu pengembangan dan implementasi kartu peran
budaya sekolah. Budaya sekolah Dimana siswa berinteraksi guru satu sama lain
guru, konselor, satu sama lain, antara staf administrasi dan antar anggota
kelompok komunitas sekolah (Menteri Pendidikan, 2010).
Kementerian Pendidikan dan budaya sekolah (Kemendikbud) kembali
menegaskan pentingnya peranan kebudayaan dalam pembangunan karakter
bangsa. Menteri pendidikan dan budaya (Mendikbud) Muhadjir Effendy
menyampaikan bahwa budaya merupakan katalisator dalam proses pendidikan
nasional yang dapat membentuk generasi muda Indonesia menjadi insan yang tak
hanya berilmu, namun memiliki karakter positif dan berbudi pekerti luhur.
Memang budaya sekolah adalah superordinat dari pendidikan. Bukan pararel,
apalagi subordinat. Justru pendidikan kita harus disinari, dipayungi oleh
kebudayaan. Karena itu strategi kebudayaan ini sangat mendesak untuk segera
kita rumuskan untuk pembangunan Indonesia yang lebih baik, disampaikan
Mendikbud dalam arahannya di malam keakraban RNPK di sawangan-Depok.
Budaya sekolah adalah sistem nilai, kepercayaan, dan norma yang diterima
bersama dan dilaksanakan dengan penuh kesadaran sebagai perilaku alami
dibentuk oleh lingkungan dengan menciptakan pemahaman yang sama pada
sekolah civitas sekolah (Ditjen PMPTK, 2007).
Unsur budaya berupa asumsi, nilai, dan keyakinan yang sifatnya abstrak
termanifestasi dalam bentuk aturan-aturan dan disiplin sementara unsur-unsur
budaya astifak dimanifestasikan dalam bentuk lambang-lambang, simbol-simbol.
12

Budaya sekolah yang positif dan negatif sangat tergantung pada dukungan yang
diberikan warga sekolah. Kepala sekolah merupakan figur yang menjadi panutan
warga sekolah. Hubungan kepala sekolah dengan segenap warga sangat
menentukan keberhasilan sekolah dalam membangun budaya sekolah. Hal yang
sama juga berlaku bagi para sekolah lainnya yakni guru, siswa, dan tenaga
administrasi. Masing-masing warga sekolah ini memiliki peranan yang harus
dijalankan dengan sebaik-baiknya. Tidak bisa di pungkiri bahwa warga sekolah
masih sering tidak menjalankan peranannya dengan baik. Kepala sekolah tidak
mampu menjalin hubungan yang baik dengan warga sekolah lainnya. Guru
sebagai pengajar di sekolah sering datang terlambat dan abseng dari tugasnya.
Siswa yang seharusnya belajar dan selalu meningkatkan ilmu pengetahuannya,
tidak serius mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Keberadaan budaya sekolah di dalam sebuah merupakan urat nadi dari
segala aktivitas yang dijalankan warga sekolah mulai dari guru, karyawan, siswa
dan orang tua. Budaya sekolah yang di desain secara terstruktur, sistematis, dan
tepat sesuai dengan kondisi sosial sekolahnya, pada gilirannya bisa memberikan
kontribusi yang positif bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia sekolah
dalam menuju sekolah yang berkualitas. Ada tiga hal yang perlu dikembangkan
dalam menciptakan budaya sekolah yang berkualitas, yaitu :
1) Budaya Keagamaan (religi) :
Menanamkan perilaku atau tatakrama yang teristematis dalam
pengalaman agamanya masing-masing sehingga terbentuk kepribadian dan
sikap yang baik (Akhlaqul Karimah). Bentuk kegiatan : budaya salam, doa
sebelumm/sesudah belajar, doa bersama, sholat berjamaah (bagi yang
beragama Islam), peringatan hari besar keagamaan, dan kegiatan keagamaan
lainnya.
2) Budaya Kerjasama (team work) :
Menamnamkan rasa kebersamaan dan rasa sosial terhadap sesama
melalui kegiatan yang dilakukan bersama. Bentuk kegiatan: MOS, kunjungan
industri, parents day, bakti sosial, teman asuh, sport and art, kunjungan
museum, pentas seni, studi banding, ekskul, pelepasan siswa, seragam
13

sekolah, majalah sekolah, potency mapping, buku tahunan, PHBN,


(Peringatan Hari Besar Nasional), dan PORSENI.
3) Budaya Kepemimpinan (leadership) :
Menankan jiwa kepemimpinan dan keteladanan dari sejak dini kepada
anak-anak bentuk kegiatan : budaya kerja keras, cerdas dan ikhlas, budaya
kreatif, mandiri dan bertanggung jawab, budaya disiplin, ceramah umum,
upacara bendera, olah raga jumat pagi, studi kepemimpinan siswa, LKMS
(latihan keterampilan Manajemen siswa), disiplin siswa, dan OSIS.

2. Karakteristik Budaya Sekolah


Budaya sekolah adalah kualitas sekolah di kehidupan sekolah yang
tumbuh dan berkembang berdasarkan spirit dan lain-lain tertentu yang di anut
sekolah ( Dikmenum Dirjen Dikdas dan Menengah, 2022). Lebih lanjut dikatakan
bahwa budaya sekolah adalah keseluruhan latar fisik, lingkungan, suasana, rasa,
sifat, dan iklim sekolah yang secara produktif mampu memberikan dan
menghasilkan pengalaman yang baik bagi tumbuh kembangnya kecerdasan,
keterampilan dan aktivitas siswa. Budaya sekolah dapat ditampilkan dalam bentuk
hubungan kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan lainnya dalam bekerja,
kedisiplinan, rasa tanggung jawab, berfikir rasional, motivasi belajar, dan
kebiasaan memecahkan masalah secara rasional (Maryamah, 2016: 163). Budaya
sekolah menggambarkan bahwa sekolah sebagai organisasi memiliki budaya yang
sesungguhnya tumbuh karena diciptakan dan dikembangkan oleh individu-
individu yang bekerja dalam suatu organisasi sekolah, dan diterima sebagai nilai-
nilai yang harus dipertahankan dan diturunkan kepada setiap anggota baru. Nilai-
nilai tersebut digunakan sebagai pedoman bagi setiap anggota selama mereka
berada dalam lingkungan organisasi tersebut dan dapat dianggap sebagai ciri yang
membedakan satu sekolah dengan sekolah lainnya. Budaya sekolah dipandang
sebagai eksistensi suatu sekolah yang terbentuk dari hasil saling mempengaruhi
antara tiga faktor yaitu sikap dan kepercayaan orang yang berada disekolah dan
lingkungan luar sekolah, norma-norma budaya sekolah yang membentuk karakter
sekolah (Suhayati, 2013: 164).
14

Budaya sekolah juga tak lepas dari peran kepemimpinan kepala sekolah
dalam mengatur sekolah. Tugas kepala sekolah adalah memimpin para bawahanya
yaitu dengan mengajari, membimbing, memotivasi, memberi peluang, dan
membangkitkan semangat para bawahanya yaitu para guru, karyawan dan siswa
demi memajukan dan menjadikan sekolah yang berbudaya mutu, tidak hanya di
lingkungan sekolah tetapi di lingkungan masyarakat sekitar sekolah atau bahkan
masyarakat luas (Sari, 2018:164). Prinsip terpenting dalam pemeliharaanya
budaya sekolah yang bersifat artifek adalah harus memelihara tradisi, peringatan
hari besar keagamaan, dan lambang yang telah dinyatakan dan menguatkan
budaya sekolah positif, namun yang lebih penting lagi dari artifek adalah budaya
bagi perbaikan kualitas sekolah secara berkelanjutan atau terus- menerus dengan
konsisten. Karakteristik budaya sekolah, diantaranya (Suhardan, 2010: 164):
a. Kolegalitas, merupakan iklim kesejawatan yang menimbulkan rasa saling
hormat-menghormati dan menghargai sesama profesi kependidikan.
b. Eksperimen, sekolah merupakan tempat yang cocok untuk melakukan
percobaan-percobaan kearah menemukan pola kerja (seperti contohnya
model pembelajaran) yang lebih baik dan diharapkan dapat menjadi milik
sekolah.
c. High Expectation. Kelulusan budaya sekolah yang memberi harapan
kepada setiap orang untuk memperoleh prestasi tertingi yang pernah
dicapainya
d. Trust and confidence. Kepercayaan dan keyakinan yang kuat merupakan
bagian terpenting dalam kehidupan suatu profesi. Budaya sekolah yang
kondusif akan memberikan peluang bagi setiap orang supaya percaya dan
memiliki keyakinan terhadap insentif yang akan diterima atas dasar
gagasan-gagasan baru yang diberikannya untuk organisasi.
e. Tangible support. Budaya sekolah mendukung lahirnya perbaikan
pembelajaran serta mendorong terciptanya pengembangan profesi dan
keahlian.
f. Reaching Out to the Knowledge base. Sekolah merupakan tempat
pengembangan ilmu secara luas, objektif, dan proporsional, pengkajian,
15

pengembangan gagasan baru, penelitian, pengembangan konsep baru


semuanya memerlukan pemahaman landasan keilmuanya terlebih dahulu.
g. Appreaciation and Recognition. Budaya sekolah memelihara penghargaan
dan pengakuan atas prestasi guru sehingga menjunjung tinggi harga diri
guru.
h. Caring Celebration and Humor. Memberi perhatian, saling menghormati,
memuji, dan memberi penghargaan atas kebaikan seseorang guru di
sekolah termasuk perbuatan terpuji. Humor dan saling menggembirakan
adalah budaya pergaulan yang sehat.
i. Involvement in Decision Making. Kultur sekolah yang melibatkan staf
turut serta dalam pembentukan keputusan menjadikan masalah menjadi
transparan dan semua staf sekolah dapat mengetahui permasalahan yang
dihadapi dan bersama-bersama memecahkan dan mencari solusinya.
j. Protection of What’s Important. Melindungi dan menjaga keberhasilan
pekerjaan merupakan budaya di sekolah. Budaya sekolah yang baik akan
harus mengetahui mana yang harus dibicarakan dan apa yang harus
dirahasiakan.
k. Tradisi. Memelihara tradisi yang sudah berjalan lama dan dianggap baik
adalah budaya dalam lingkungan sekolah dan biasanya sukar untuk
dihilangkan, seperti tradisi wisuda, upacara bendera, bersalaman dengan
guru ketika memasuki gerbang sekolah, penghargaan atas jasa atau
prestasi, dan sebagainya.
l. Homest, Open Communication. Kejujuran dan keterbukaan di lingkungan
sekolah dan seharusnya terpelihara, karena sekolah merupakan lembaga
pendidikan yang membentuk manusia yang jujur, cerdas, dan terbuka baik
oleh pemikiran baru ataupun oleh perbedaan pendapat.
Kehidupan selalu berubah dalam pertumbuhan dan perkembangan anak
mengalami perubahan. Perubahan-perubahan itu dapat terjadi karena pengaruh
lingkungan dan pendidikan. Pengaruh lingkungan yang kuat adalah di sekolah
karena besar waktunya di sekolah. Sekolah memegang peranan penting dan
strategis dalam mengubah, memodifikasi, dan mentransformasikan ilmu
16

pengetahuan, teknologi, dan keterampilan yang berhubungan dengan anak untuk


hidup di masyarakat sesuai dengan tuntutan jamanya. Studi terhadap sekolah-
sekolah yang berhasil atau efektif dapat diperoleh gambaran bahwa mereka
mempunyai lima karakteristik umum seperti yang diungkapkan oleh Stevan dan
Keyle (1985) sebagai berikut:
a. Sekolah memiliki budaya sekolah yang kondusif.
b. Adanya harapan antara para guru bahwa semua siswa dapat sukses.
c. Menekankan pengajaran pada penguasaan keterampilan .
d. Sistem tujuan pengajaran yang jelas bagi pelaksanaan monitoring dan
penilaian keberhasilan kelas.
e. Prinsip-prinsip sekolah yang kuat sehingga dapat memelihara kedisiplinan
siswa.
Penciptaan budaya sekolah dapat dilakukan melalui :
a. Pemahaman tentang budaya sekolah
b. Pembiasaan pelaksanaan budaya sekolah
c. Reward and Punishment
Budaya sekolah diharapkan memperbaiki mutu, kinerja sekolah, dan mutu
kehidupan yang diharapkan memiliki ciri sehat, dinamika/aktif, positif, dan
profesional. Budaya sekolah yang sehat memberikan peluang dan warga sekolah
berfungsi secara optimal, bekerja secara efisien, penuh vitalitas, memiliki
semangat tinggi, dan akan mampu terus berkembang. (Lickona 1991: 325)
mengutamakan enam elemen budaya sekolah yang baik seperti berikut:
a. Kepala sekolah memiliki kepemimpinan moral dan akademik
b. Disiplin sekolah yang ditegakkan secara menyeluruh
c. Masyarakat sekolah memiliki rasa persaudaraan
d. Organisasi murid menerapkan kepemimpinan demokratis dan
menumbuhkan rasa tanggung jawab murid-murid untuk menjadikan
sekolah yang terbaik.
e. Hubungan semua warga sekolah bersifat saling menghargai, adil, dan
bergotong royong.
17

f. Sekolah meningkatkan perhatian terhadap moralitas dengan menggunakan


waktu tertentu untuk mengatasi masalah-masalah moral.
Lapisan budaya sekolah yang lebih dalam berupa nilai-nilai dan
keyakinan-keyakinan yang ada di sekolah. Hal ini menjadi ciri utama suatu
sekolah. Sebagian berupa norma-norma perilaku yang diinginkan sekolah, seperti
ungkapan rajin pangkal pandai, air beriak tanda tak dalam, dan berbagi
penggambaran nilai dan keyakinan lainnya. lapisan budaya sekolah yang paling
dalam adalah asumsi-asumsi, yaitu simbol-simbol, nilai-nilai, dan keyakinan-
keyakinan yang tidak dapat dikenali, tetapi terus-menerus berdampak terhadap
perilaku warga sekolah. Membangun budaya sekolah baru yang sesuai dengan
perbaikan mutu diperlukan beberapa syarat. Syarat-syarat tersebut harus diketahui
oleh kepala sekolah, seperti berikut; Pertama, mengetahui dan memahami secara
realistik budaya yang ada yang mendukung perbaikan mutu. Kedua, membangun
budaya melalui :
a. Memotong nilai budaya lama lewat menghentikan praktek-prakteknya.
b. Memperkenalkan praktek baru dan mengkaitkannya dengan elemen
budaya lama yang masih relevan.
c. Memperkenalkan praktek baru dan landasan nilai-nilai yang akan
dikembangkan.
d. Mengkaitkan praktek-praktek baru dengan hasil-hasil yang nyata, dan
e. Banyak membicarakan kaitan praktek baru dengan nilai-nilai yang
diinginkan
Kondisi yang mendukung pengembangan budaya sekolah terdiri atas
empat langkah. Pertama, pemilihan urgensi secara berkesinambungan. Kedua,
pengembangan kerja tim dan kepemimpinan terhadap tim. Ketiga, membiasakan
kesederhanaan internal sekolah, jangan bermewah, gengsi, dan boros. Keempat,
kembangkan jenjang sependek mungkin. Ingat birokrasi menghambat
berkembangnya kepemimpinan, beradaptasinya organisasi, dan perilaku
menghadapi perubahan cepat. Birokrasi menghambat keberdayaan dan kreativitas.
18

3. Unsur-unsur Budaya Sekolah


Bentuk budaya sekolah secara intrinsik muncul sebagai suatu fenomena
yang unik dan menarik, karena pandangan sikap, perilaku yang hidup dan
bekembang dalam sekolah pada dasarnya mencerminkan kepercayaan dan
keyakinan yang mendalam dan khas dari warga sekolah. Hedley Beare
mendeskripsikan unsu-unsur budaya sekolah dalam dua kategori :
1. Unsur yang tidak Kasat Mata
Unsur yang tidak kasat mata adalah filsafat atau pandangan dasar sekolah
mengenai kenyataan yang luas, makna hidup atau yang di anggap penting dan
harus di perjuangkan oleh seklah, dan itu harus dinyatakan secara konseptual
dalam rumusan visi, misi, tujuan dan sasaran yang lebih kongkrit yang akan di
capai oleh sekolah.
2. Unsur yang kasat Mata dapat Termenifestasi secara Konseptual meliputi;
a. Visi, misi, tujuan dan sasaran,
b. Kurikulum,
c. Bahasa komunikasi,
d. Narasi sekolah, dan narasi tokoh-tokoh,
e. Struktur organisasi,
f. Ritual, dan upacara,
g. Prosedur belajar mengajar,
h. Peraturan sistem ganjaran/hukuman,
i. Layanan psikologi sosial,
j. Pola interaksi sekolah dengan orang tua, masyarakat dan yang
meteril dapat berupa: fasilitas dan peralatan artifik dan tanda
kenangan serta pakaian seragam.
Ditinjau dari usaha peningkatan kualitas pendidikan sebagai berikut :
a. Kultur Sekolah yang Positif
Kultur sekolah yang positif adalah kegiatan-kegiatan yang mendukung
peningkatan kualitas pendidikan, misalnya kerjasama dalam mencapai
prestasi, penghargaan terhadap prestasi, dan komitmen terhadap belajar.
b. Kultur Sekolah yang Negatif
19

Kultur sekolah yang negatif adalah yang kontrak terhadap peningkatan


mutu pendidikan. Artinya resisten terhadap perubahan, misalnya dapat berupa:
siswa takut salah, siswa takut bertanya, dan siswa jarang melakukan kerja
sama dalam memecahkan masalah.
c. Kultur Sekolah yang Netral
Yaitu kultur yang tidak berfokus pada saat satu sisi namun dapat
memberikan kontribus posisi terhadap perkembangan peningkatan mutu
pendidikan. Hal ini bisa berupa arisan keluarga sekolah, seragam guru,
seragam siswa dan lain-lain.

B. Sikap Cinta Tanah Air


1. Devenisi Sikap Cinta Tanah Air
Sikap berasal dari kata latin “aptus” yang berarti dalam keadaan sehat dan
siap melakukan tindakan. Hal ini ditegaskan oleh Allport dalam (Michael
Andrianto dan savitri, 2009: 81) yang mengemukakan sikap merupakan kesiapan
mental, yaitu proses yang terjadi pada seseorang dengan pengalaman yang
dimiliki orang tersebut serta mengarahkan terhadap penentuan respon dari
berbagai situasi. Dari pengertian tersebut diungkapkan kembali oleh Saifuddin
Azwar (2000: 15) yang menyatakan bahwa sikap dikatakan sebagai suatu respons
evaluatif. Respon hanya akan timbul, jika individu disituasikan pada suatu
keadaan yang dikehendaki adanya reaksi individual. Pada dasarnya cinta tanah air
adalah perasaan memiliki dan bangga menjadi bagian dari tanah air dan bangsa
Indonesia yang pada akhirnya menimbulkan ingin berbuat sesuatu yang baik
untuk membawakan nama tanah air. Nasionalisme dapat diartikan sebagai rasa
kebanggaan, memiliki, menghargai, menghormati dan loyalitas terhadap negara
yang dimiliki oleh setiap individu berdomili yang tercermin dari perilaku
membela dan melindungi tanah airnya, rela berkorban demi kepentingan bangsa
dan negara, mencintai adat atau budaya yang ada dinegaranya dengan
melestarikan alam dan lingkungan.
Pengertian lain dari cinta tanah air adalah cara berfikir, bersikap, dan
berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dang penghargaan yang tinggi
20

terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik bangsa
(kemendiknas, 2010: 211). Cinta tanah air dapat diartikan sebagai perilaku yang
mengetahui posisi strategis dan mencintai wilayah Nasionalnya sehingga selalu
waspada dan siap membela Tanah Air Indonesia terhadap segala bentuk
intervensi, tantangan, hambatan, dan ganguan yang berbahaya bagi kelangsungan
hidup bangsa dan negara oleh siapa pun dan dari manapun dengan menanamkan
dan menumbuhkan kecintaan kepada tanah air (Darmadi, 2010: 148). Sikap cinta
tanah air merupakan suatu kebanggaan dan kesadaran akan berbangsa dan
bernegara yang selalu menunjuk pada keinginan untuk berbuat sesuatu demi
kepentingan bangsa dan negaranya, sikap menurut Bimo Walgito merupakan
organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang
relative ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu dan memberikaan dasar
kepada orang tersebut untuk membuat respons atau berperilaku dalam cara
tertentu yang dipilihnya (Walgito, 2003: 110).
Sikap cinta tanah air dan bangsa adalah adalah adanya perasaan memiliki
dan bangga menjadi bagian dari tanah air dan bangsa Indonesia yang ada pada
akhirnya menimbulkan ingin berbuat sesuatu yang baik untuk membawakan nama
tanah air dan bangsa. Nasionalisme dapat diartikan sebagai rasa kebanggaan,
memiliki, menghargai, menghormati dan loyalitas terhadap negara yang dimiliki
oleh setiap individu berdomisili yang tercermin dari perilaku membela dan
melindungi tanah airnya, rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara,
mencintai adat atau budaya yang ada dinegaranya dengan melestarikan alam dan
lingkungan. Pengertian lain dari cinta tanah air dan bangsa adalah cara berpikir,
bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan
yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan
politik bangsa (Kemendiknas : 2010). Cinta tanah air dapat diartikan sebagai
perilaku yang mengetahui posisi strategis dan mencintai wilayah Nasionalnya
sehingga selalu waspada dan siap membela Tanah Air Indonesia terhadap segala
bentuk intervensi, tantangan, hambatan, dan gangguan yang berbahaya bagi
kelangsungan hidup bangsa dan negara oleh siapapun dan dari manapun dengan
menanamkan dan menumbuhkan kecintaan kepada tanah air (Darmadi,2010: 148).
21

2. Cara Membentuk Sikap Cinta Tanah Air


Membentuk rasa cinta tanah air pada dasarnya dapat dimulai usia dini di
rumah bersama keluarga. Tidak hanya di rumah, di lingkungan sekitar, hingga
sekolah juga sangat berperan. Bila ingin mencoba membentuk sikap cinta tanah
air sedari dini, beberapa tips berikut ini dapat dilakukan:
a. Menjadi Role Model
Pada awal tahun kehidupan anak, segala bentuk sikap dan perilaku
didapatkan dari meniru orang-orang di sekitarnya. Nah, dimana tersebut,
orang tua bisa memulai membentuk sikap cinta pada tanah air dengan
menampilkan pada anak betapa berharganya budaya serta negara yang dipijak.
Bisa mulai dengan menceritakan kisah-kisah perjuangan para pahlawan dalam
memerdekakan Indonesia, tentunya dengan bahasa yang dipahami oleh anak.
b. Mengenalkan Lagu Kebangsaan
Hal berikutnya yang bisa orang tua lakukan adalah mengenalkan lagu
kebangsaan. orang tua bisa menyanyikan bersama di rumah, dengan
menceritakan asal-usul lagu tersebut tercipta.
c. Rekreasi Budaya
Ini merupakan kegiatan seru yang bisa dilakukan oleh orang tua dan
anak. Bawalah anak ke tempat bersejarah yang dapat mengedukasi anak.
Selain itu, orang tua juga bisa menghabiskan quality time bersama yang
menambah manfaat.
Adanya rakyat yang mencintai tanah air, maka diharapkan negara
dapat aman dari berbagai macam gangguan yang datang, baik dari dalam
maupun dari luar negara, dengan adanya cinta pada tanah air dalam diri, setiap
anggota masyarakat dapat bahu-membahu membangun negeri ini agar bisa
sejajar dengan negara-negara maju. Muchlas Samami dan Hariyanto (dalam
Widayani, 2016: 314) menyebutkan cinta tanah air sebagai cara individu
dalam berpikir, berbuat, bersikap yang menunjukkan kesetiaan, peduli dan
penghargaan yang tinggi terhadap lingkungan fisik, bahasa, sosial, dan budaya
bangsa. Membentuk nilai cinta tanah air erat kaitanya untuk membentuk sikap
peserta didik yang berguna bagi masa depan bangsa. Membentuk individu
22

yang cinta tanah air perlu ditata sedini mungkin. Setiap jenjang di lingkungan
sekolah harus membentuk sikap cinta tanah air pada peserta didiknya. Dalam
kehidupan manusia, pendidikan memiliki peran yang strategis untuk
membentengi basic perilaku untuk saling menghormati, memberikan
pencerahan terkait perilaku yang menyimpang dan merugikan bangsa serta
mampu menyiapkan peserta didik sebagai warga negara yang baik (Sartika,
2016: 77). Peserta didik adalah generasi yang akan mewarisi suatu bangsa
dan harus ditanamkan sikap cinta tanah air yang kuat dalam diri mereka agar
mengetahui serta menyadari perjuangan bangsa Indonesia untuk menjadi lebih
baik dari masa-masa sebelumnya. Melalui pendidikan pula suatu bangsa akan
mampu mengaktualkan nilai budaya yang dimiliki bersama. (Desi Ulifah,
2020: 875-883) cara membentuk sikap cinta tanah air dapat dilakukan sebagai
berikut:
a. Membentuk sikap cinta tanah air melalui kegiatan belajar mengajar
b. Membentuk sikap cinta tanah air melalui budaya sekolah
c. Membentuk sikap cinta tanah air melaluii kegiatan Outdoor Learning

3. Manfaat Sikap Cinta Tanah Air


Sikap cinta tanah air adalah suatu perasaan yang harus dipunyai dan dijaga
oleh setiap warga yang ada. Suatu negara dapat bertahan tidak lepas dari peranan
warga negaranya. Manfaat memiliki sikap cinta tanah air adalah suatu hal yang
akan didapatkan jika seseorang mampu mengabdi pada negara. Banyak hal yang
dapat dilakukan sebagai bukti cinta tanah air. Beberapa hal tersebut dapat
dibuktikan dengan cara yang sederhana, seperti menghafal lagu wajib ataupun
hanya sekedar berperilaku baik. Untuk mengetahui apa saja manfaat dari sikap
cinta tanah air, (Reza Pahlevi, 2022) sebagai berikut:
a. Timbul Perilaku Membela Tanah Air

Manfaat pertama yang akan dirasakan jika mempunyai sikap cinta


tanah air adalah memiliki perilaku dan sifat untuk membela tanah airnya.
Perilaku ini akan otomatis ada pada orang yang cinta tanah air. Orang tersebut
cenderung akan membela negaranya dengan mengharumkan nama bangsanya.
23

Contoh lainnya adalah dengan membela kedaulatan negara ketika diserang


negara lain.

b. Menjaga Serta Melindungi Negaranya

Manfaat lainnya adalah tegas untuk menjaga kedaulatan negarannya.


Warga negara dengan sikap cinta tanah air akan menjaga wilayah mereka dari
tangan negara asing yang mencoba mengganggu kedaulatan negara. Orang
tersebut akan berusaha jangan sampai tangan asing mengambil sumber daya
yang ada. Orang dengan sifat ini juga akan berusaha menangkal paham yang
mencoba merusak ideologi negara.

c. Rela Berkorban Demi Kepentingan Bangsa

Manfaat memiliki sikap cinta tanah air yang selanjutnya adalah mampu
berkorban demi negara. Rasa rela berkorban untuk kepentingan dan kebaikan
bangsa dapat dilakukan dengan banyak cara. Menyumbangkan sebagian harta
untuk membantu rakyat miskin adalah salah satu bentuk pengorbanan tersebut.
Memiliki rasa rela berkorban adalah suatu manfaat yang besar bagi warga
negara.

d. Mencintai Budaya Sendiri

Manfaat lainnya dari sikap cinta tanah air adalah memiliki sikap untuk
mencintai dan menjaga budaya negara, dengan adanya sikap ini tentunya akan
dapat membantu melestarikan budaya yang sudah diturunkan turun-temurun.
Selain itu, dengan terjaganya budaya yang ada akan membantu suatu negara
untuk mempertahankan identitasnya.

e. Bangga Terhadap Produk Lokal

Perilaku yang satu ini dapat dipraktekkan dengan cara membeli produk
buatan dalam negeri. Dengan begitu, sebagai masyarakat akan secara tidak
langsung membantu perekonomian negara. Dengan ekonomi yang baik,
negara akan dapat terus tumbuh dan berkembang. Sifat inilah yang wajib
ditanamkan kepada semua warga negara.
24

f. Berani Mengharumkan Nama Bangsa di Dunia Internasional

Manfaat paling penting lainnya adalah berani untuk bersaing dan


melakukan yang terbaik dalam dunia internasional. Dengan sifat ini, akan
membuat Indonesia semakin dikenal dan dipandang tinggi oleh negara lain.
Bangak hal untuk melakukannya. Salah satunya adalah dengan berpartisipasi
dalam perlombaan internasional.

g. Melestarikan Sumber Daya Negara

Hal lain yang tak lepas dari sikap cinta tanah air adalah berusaha
dengan keras untuk melestarikan dan menjaga sumber daya alam yang
dipunyai. Sumber daya alam adalah bagian yang juga penting dalam
membentuk suatu negara.

h. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia

Manfaat memiliki sikap cinta tanah air adalah dapat meningkatkan


kualitas SDM atau sumber daya manusia yang ada. Apabila semua
masyarakatnya memiliki sikap cinta tanah air tentunya akan berusaha untuk
meningkatkan kualitas diri. Dengan kualitas masyarakat yang baik tentu akan
membuat negara mengalami kemajuan yang cepat. Meningkatkan kualitas
SDM juga dapat dilakukan dengan rajin belajar atau berusaha mencari ilmu
baru untuk memajukan negara

i. Mempertahankan Konstitusi Negara

Hal yang sangat wajib dilakukan oleh setiap warga negara, maupun
pemerintahanya adalah mempertahankan konstitusi negara. Mempertahankan
konstitusi negara tersebut, dapat dilakukan dengan menjaga undang-undang
dasar yang ada. Hal lainnya yang dilakukan adalah dengan mematuhi hukum
yang berlaku. Contoh perilaku yang dapat diterapkan adalah seperti mengikuti
pemilu, mematuhi lalu lintas, dan masih banyak hal lainnya yang dapat
diterapkan.
25

j. Menjaga dan Mempelajari Sejarah Indonesia

Manfaat yang tak kalah penting dari yang lain adalah mempunyai
semangat untuk mempelajari sejarah bansa sendiri. Bangsa Indonesia tentunya
didirikan dengan banyak pengorbanan dan usaha keras dari para nenek moyang.
Mempelajari sejarah bangsa akan dapat meningkatkan sikap cinta tanah air bagi
putra putri bangsa, dengan mempelajari sejarah bangsa diharapkan masyarakat
dapat memiliki jiwa berbangsa yang kuat seperti para pahlawan terdahulu. Itulah
manfaat dari memiliki semangat cinta tanah air untuk setiap putra putri Indonesia.
Manfaat memiliki sikap cinta tanah air adalah kondisi yang perlu dimiliki oleh
setiap warga negara.

Manfaat sikap cinta tanah air adalah timbulnya sikap dan perilaku
membela tanah airnya, menjaga dan melindungi tanah airnya, rela berkorban demi
kepentingan bangsa dan negaranya, mencintai adat atau budaya yang ada di
negaranya dengan melestarikannya dan melestarikan alam dan lingkunganya.
Pengertian cinta tanah air merupakan perasaan bangga dan ikut memiliki sebuah
wilayah tertentu. Perasaan ini diwujudkan dalam sikap rela berkorban untuk
melindungi wilayahnya dari berbagai gangguan dan ancaman. Pentingnya sikap
cinta tanah air ini menjadikannya sebuah tabiat alamiah manusia yang dimiki
sejak lahir. Cinta tanah air berarti membela dari segala macam gangguan dan
ancaman yang datang dari manapun. Cinta tanah air merupakan rasa kebanggaan,
rasa memiliki, rasa menghargai, rasa menghormati dan loyalitas yang tinggi yang
dimiliki oleh setiap individu pada negara tempat ia tinggal yang dapat tercermin
dari perilaku membela tanah airnya. Kemudian menjaga dan melindungi tanah
airnya, rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negaranya serta mencintai
adat dan budaya yang dimiliki oleh bangsanya.

Tentunya dengan menerapkan sikap cinta tanah air dapat memberi manfaat
bagi diri kita dan juga negara. sikap cinta terhadap tanah air memiliki beberapa
manfaat, seperti:
a. Menjadi individu yang tidak mudah di adu domba.
b. Menambah rasa kebanggaan terhadap bangsa Indonesia.
26

c. Menimbulkan rasa cinta terhadap negeri, sehingga selalu berupaya untuk


menjaga negeri dari segala ancaman, gangguan dan tantangan yang
dihadapi.
d. Terciptanya keamanan dan kedamaian di lingkungan masyarakat.
e. Meningkatnya perekonomian, hal ini berhubungan dengan salah satu sikap
cinta tanah air yakni bangga menggunakan produk dalam negeri.
f. Lebih menghargai jasa para pahlawan.
g. Menumbuhkan jiwa nasionalisme.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Latar Penelitian
Latar penelitian adalah tempat dimana peneliti melakukan penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan di tempat Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-
Ishlah Medan yang terletak di Jl. Sei Belutu No. 101, Tj. Rejo, Kec. Medan
Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara 20154. Alasan peneliti memilih lokasi
ini sebagai tempat penelitian karena sekolah ini satu-satunya Sekolah Swasta
tingkat MTs di Medan Sunggal dengan sarana prasaran yang telah memadai
dan juga letaknya yang sangat strategis. Penelitian akan dilaksanakan pada
bulan agustus hingga semua yang dibutuhkan dalam penelitian sudah
terpenuhi.
B. Data dan Sumber Data
Data merupakan sesuatu fakta mengenai suatu firasat yang harus
dicatat, lebih akuratnya data, tentu saja merupakan “Rasion d’entre” semua
proses pencatatan (Ahmad Tanzeh, 2011: 79). Yang dimaksud sumber data
dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data diperoleh, sumber data pada
penelitian ini yaitu ada dua jenis, data primer dan data sekunder. Data primer
di dapatkan dari wawancara kepada kepala sekolah, siwa dan juga guru di
Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah Medan. Sedangkan data
sekunder diperoleh dari bagian tata usaha berupa dokumen-dokumen, data-
data, buku-buku serta, referensi yang membahas penelitian tersebut guna
memperoleh data yang akurat.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
observasi, wawancara dan dokumentasi. Hal ini berarti data yang
dikumpulkan berupa data-data yang bersifat deskriptif atau menggambarkan
dengan jenis studi kasus. Studi kasus merupakan penelitian yang mendalam
tentang individu, satu kelompok, satu organisasi, suatu program kegiatan, dan
sebagainya dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk mendapatkan
gambaran yang utuh dan mendalam dari suatu yang berwujud/nyata di tempat
28

penelitian, yaitu sekolah Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah yang


beralamat di Jl. Sei Belutu No. 101, Tj. Rejo, Kec. Medan Sunggal, Kota
Medan, Sumatera Utara 20154.
D. Tekhnik Pengumpulan Data
Tekhnik pengumpulan data merupakan salah satu langkah yang paling
strategis dalam sebuah penelitian karena tujuan dari sebuah penelitian dalam
mendapatkan data (Sugiyono, 2012: 224). Tanpa adanya tekhnik pengumpulan
data, maka penelitian tidak akan mendapatkan sebuah data yang memenuhi
standar data yang telah ditetapkan. Secara garis besar, tekhnik yang digunakan
untuk pengumpulan data dalam studi kasus dapat berupa:

1. Observasi

Observasi adalah suatu metode pengumpulan data yang digunakan


dengan sebuah pengamatan yang disertai dengan pencatatan-pencatatan
terhadap sebuah informasi yang telah di dapatkan dari narasumber. Observasi
ini juga merupakan suatu kegiatan yang diperoleh dengan menggunakan panca
indera, baik itu penglihatan maupun pendengaran serta mempengaruhi
ekspresi pribadi, pengalaman, pengetahuan, perasaan, nilai-nilai, harapan dan
tujuan observasi. Selain itu, observasi ini digunakan untuk memberikan
penilaian terhadap unit analisis. Dimana hasil observasi tersebut berupa
aktivitas, fenomena, objek serta kondisi ataupun situasi tertentu pada daerah
tertentu yang telah ditentukan. Berkaitan dengan observasi dalam penelitian
ini, peneliti datang ke tempat kegiatan untuk mengamati secara langsung
bahkan peneliti juga ikut serta dalam menerapkan sistem budaya sekolah
dalam membentuk sikap cinta tanah air siswa pada proses pembelajaran guna
agar lebih mengetahui terkait penerapan budaya sekolah dalam membentuk
sikap cinta tanah air siswa.

Wina Sanjaya (2013: 270) berpendapat bahwa observasi merupakan


suatu cara pengamatan yang memperoleh data dengan mengamati secara
langsung maupun tidak, data ini dicatat pada alat observasi. Peneliti
melaksanakan observasi untuk melihat fenomena yang ada di lapangan dan
29

mendapatkan data dari informan. Observasi yang dilakukan peneliti yaitu


observasi partisipatif pasif, maksudnya peneliti mendatangi tempat penelitian
akan tetapi tidak ikut terlibat dalam aktivitas yang dilakukan oleh obervant.
Dalam penelitian ini, jumlah guru yang di observasi yaitu kepala sekolah
berjumlah satu orang, guru IPS satu orang, dan jumlah siswa yang diobservasi
yaitu 32 orang (terkhusus siswa kelas VII B). Namun jumlah siswa yang akan
di wawancarai berjumlah 6 orang. Adapun pedoman observasi dalam
penelitian ini yaitu, sebagai berikut:

2. Wawancara

Wawancara merupakan pengumpulan data dengan mengemukakan


sejumlah pertanyaan dengan cara lisan untuk di jawab sehingga dapat dicatat
secara tulisan (Sugiyono, 2018:195). Wawancara yaitu berbicara dengan
tujuan tertentu. Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara
dan narasumber. Wawancara dilaksanakan agar mendapat informasi, yang
tidak diperoleh melalui pengamatan. Peneliti memberikan pertanyaan penting
pada responden supaya mendapatkan tanggapan, gagasan, argumen, perasaan
seseorang berdasarkan gejala, peristiwa, fakta/kenyataan. Adapun yang akan
peneliti wawancarai yaitu, kepala sekolah (satu orang), guru IPS (satu orang ),
dan siswa (6 orang).

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif


dengan melihat atau menganalisis sebuah dokumen-dokumen yang berbentuk
surat, cendramata, laporan, artefak, foto dan sebagainya. Dokumentasi ini
sangat penting dalam sebuah penelitian guna untuk memperkuat data yang
diperoleh juga dapat menjamin adanya integritas dan keaslian dalam sebuah
informasi yang terkandung terhadap dokumen tersebut. Sehingga dapat
mendukung dan menambah kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian.
30

E. Teknik Analisis Data


Tahap ini merupakan tahap dimana peneliti melakukan analisis data
yang diperoleh baik dari informan maupun dokumen-dokumen pada tahap
sebelumnya. Dalam penelitian kualitatif, proses analisis data lebih difokuskan
selama proses dilapangan secara bersamaan dengan pengumpulan data.
Adapun beberapa unsur utama dalam proses analisis data pada penelitian
kualitatif ialah (Sugiyono, 2015: 245):
1. Reduksi Data
disini penulis akan melakukan proses menentukan/memilah-milah,
mencatat kejadian yang ada di lapangan, aktivitas ini penulis lakukan secara
berkesinambungan sampai data betul-betul terkumpul sebagaimana yang
tampak pada kerangka konseptual penelitian. Reduksi data ini dilakukan
dengan cara meringkas data, mengkode, menelusur tema, membuat ringkasan
dan kemudian menjadikannya yang lebih luas lagi. (Rijaldi, 2018: 91).
2. Penyajian Data
Setelah melaksanakan reduksi data, selanjutnya penulis melaksanakan
penyajian data yang berupa serangkaian informasi yang teratur, sistematis
dan mudah dipahami bisa dikatakan dalam bentuk naratif, penyajian data
sehingga data yang didapatkan bisa menjawab semua persoalan yang ada
dalam penelitian.
3. Pengambilan Kesimpulan
Setelah melaksankan reduksi data dan penyajian data, maka selanjutnya
penulis mengambil kesimpulan dari hasil penelitian. Data yang diperoleh
di bandingkan antara yang satu dengan yang lainnya guna untuk menjawab
berbagai persoalan yang ada.

F. Teknik Pengecekan Keabsahan Data


Keabsahan data merupakan teknik yang digunakan agar penelitian
kualitatif dapat bertanggung jawab secara ilmiah. Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan tekhnik triangulasi. Maksud dari triangulasi adalah tekhnik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar
31

data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data
itu. Tekhnik triangulasi terdiri dari triangulasi sumber, triangulasi metode dan
triangulasi data/analisis, namun penulis pemilih triangulasi metode.
Berdasarkan hal ini penulis melakukan beberapa metode untuk mendapatkan
data. Triangulasi metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
wawancara. Observasi dan dokumentasi, kemudian hasil penulis bandingkan
untuk mendapatkan data atau hasil yang sama.
Jika hasil yang didapatkan berbeda, maka penulis akan menambahi
tekhnik penjaminan keabsahan data, yaitu tekhnik triangulasi data atau
analisis. Disini penulis melakukan umpan balik kepada kepala sekolah, guru
IPS dan siswa kelas VII B di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah
Medan. Yang bertujuan untuk memperbaiki hasil penelitian yang diperoleh.
Jadi, penulis mengecek kembali hasil data yang didapatkan, misal penulis
menanyakan kembali alasan jawaban informan untuk memastikan jawaban
yang sebenarnya, sehingga dengan ini bisa memperoleh data yang benar.
Dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini penulis menggunakan
triangulasi untuk menguji keabsahan data. Tekhnik triangulasi yang dilakukan
yaitu metode, yang terdiri dari wawancara, observasi dan dokumentasi yang
mampu memperoleh hasil yang benar. Karena mendapatkan hasil yang terbaik
adalah dengan cara sudut pandang yang berbeda-beda yaitu wawancara,
observasi dan dokumentasi. Namun, jika terjadi perbedaan atau hasil yang
tidak sama maka penulis akan menambahi tekhnik triangulasi data/analisis.
Sehingga dengan ini dapat memberikan informasi yang memastikan hasil
penelitian yang sebenarnya.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum
1. Profil Sekolah
NPSN : 69941439
NSS : 121212719069
Nama : MTS. PLUS AL-ISHLAH
Akreditasi : Akreditasi B
Alamat : 20122
Nomor Telepon : 081370708918
Nomor Faks :-
Email : mtsplusalishlah@gmail.com
Jenjang : SMP
Status : Swasta
Situs :-
Lintang : 3.575984345652191
Bujur : 98. 64513784646988
Ketinggian : 26
Waktu Belajar : Sekolah Pagi
Kota : Medan
Provinsi : Sumatera Utara
Kecamatan : Medan Sunggal
Kelurahan : Tanjung Rejo
Kodepos : 20122
Nama Kepala Sekolah : Mahmud Alkausari Pulungan, S.Pd.I

2. Sejarah Singkat Sekolah


Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah Medan yang berlokasi di
Jalan Sei Belutu No. 101, Kelurahan Tanjung Rejo, Kecamatan Medan Sunggal.
Lokasi penelitian sangat strategis dikarenakan berada di daerah kota. Sebelah
barat sekitar 100 meter akan menjumpai kampus UMA, arah timur sekitar 500
33

meter akan menjumpai kantor Kemenag Kota Medan, arah Utara sekitar 600
meter akan menjumpai kolam renang selayang, arah selatan sekitar 300 meter
akan menjumpai kampus LP3I.
Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah berdiri pada Tahun pelajaran
2015/2016 dan mendapatkan izin Kemenag No, 258 pada tanggal 19 Februari
2016. Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah berada dibawah naungan
Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Al-Ishlah sebagai lembaga pendidikan yang
bernuansa relegius. Pendirian Madrasah ini dilatar belakangi oleh rasa keprihatian
Yayasan pendidikan Islam (YPI) Al-Ishlah dengan tidak adanya sarana
pendidikan Formal, khususnya pada sekolah lanjutan tingkat pertama SLTP yang
berbasis pendidikan agama Islam “ Madrasah Tsanawiyah” dilingkungan sekitar .
jumlah siswa pada tahun pertama Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah
Medan didirikan 33 orang dengan menempati gedung MDTA Al-Ishlah yang
terlebih dahulu didirikan tahun 2012. Alamat Madrasah berada di jalan Sei belutu
No. 101 Medan Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal. Madrasah
Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah sudah memiliki sarana dan prasarana yang
representative dengan gedung berlantai 3 sebanyak 7 ruang kelas belajar yang
mampu menampng siswa kurang lebih 280 siswa, dengan waktu belajar pagi
dilengkapi fasilitas yang cukup seperti sarana olahraga, masjid, perpustakaan,
UKS, Ruang Sanggar, Aula dan Kelas Full AC.
3. Visi dan Misi
a. Visi Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah Medan
Adapun visi Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah Medan yaitu . “
Melahirkan Insan Berakhlakul Karimah Terampil dan Berprestasi”.
b. Misi Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah Medan
Untuk mencapai visi, Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah Medan
Mengembangkan misi sebagai berikut :
1. Tertib dan Istiqomah dalam melaksanakan sholat wajib dan kegiatan
lainnya.
2. Menumbuhkan semangat keunggulan siswa mengenali potensi agar
berkembang secara positif dan berakhlakul karimah.
34

3. Terbentuknya siswa yang berkualitas dalam bidang IPTEK dan IMTAQ


dan mampu mengamalkan ilmunya serta sanggub bermasyarakat dengan
baik.
4. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif dalam bidang
keterampilan/skil untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
5. Berdisiplin masuk sekolah serta mengikuti pelajaran dan ekstrakurikuler
6. Meningkatkan lingkungan Madrasah yang sehat, aman dan kondusif
untuk berprestasi belajar.
4. Keadaan Tenaga Pendidikan dan Kependidikan
Keseluruhan jumlah tenaga pendidik yang bertugas di yayasan pendidikan
Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah yaitu berjumlah 15 orang, adapun
informasi terkait dengan keadaan, keseluruhan jumlah serta perannya di yayasan
pendidikan Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah Medan tahun ajaran
2022/2023 yang dikemukakan dalam bentuk tabel yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.1
Keadaan Tenaga Pendidik dan Kepegawaian di Madrasah Tsanawiyah
Swasta Plus Al-Ishlah Medan Tahun Ajaran 2022/2023
No Nama Mata Pelajaran
1. Mahmud Alkausari Pulungan, SKI
S.Pd.I
2. Heryandy, S.Pd IPS
3. Khairul Anwar Dalimunthe, IPA
ST
4. Siswa Ardhika, S.Pd Bahasa Indonesia
5. Nurhamidah, S.Pd SBK. Prakarya
6. Drs. Rahmad S. Pohan Al-Quran Hadits, Aqidah Akhlak
7. Hartini, S,Pd Bahasa Arab
8. Danjar Lubis, S.Pd TBQ
9. Halimatusyakdiah, S.Pd Praktek Ibadah, Fiqih
35

10 Adi Syahputra Ritonga, SE Matematika


.
11 Eka Ruliandani, S.I.Kom Bahasa Inggris
.
12 Kusmalina, S.Pd PKN
.
13 Muhammad Indra bayu, M.Pd PJOK
.
14 Khairul Lisani Tamjid, S.Kom TIK
.
15 M Ichsan Pramuka
.
Sumber Data diatas diperoleh dari Staf TU MTs Swasta Plus Al-Ishlah.
5. Keadaan Siswa/Peserta Didik
Tabel 4.2
Keadaan Siswa/Peserta Didik di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-
Ishlah Tahun Ajaran 2022/2023
No Kelas L P Jumlah Agama Islam
1. VII 16 22 38 38

2. VIII 14 18 32 32
3. IX 15 24 39 39
4. Jumlah 45 64 109 109
Sumber Data diatas diperoleh dari Staf TU MTs Swasta Plus Al-Ishlah.
6. Komponen-komponen Sekolah
Kurikulum merupakan komponen terpenting dalam proses berlangsungnya
kegiatan pembelajaran, didalam dunia pendidikan komponen kurikulum adalah
sesuatu yang sangat penting, yang menjadi acuan dalam proses pelaksanaan
pembelajaran, yayasan pendidikan Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah
mulai dari kelas VII sampi IX menggunakan kurikulum 2013 (K-13), adapun
36

bidang studi, pelajaran yang di ajarkan di sekolah Madrasah Tsanawiyah Swasta


Plus Al-Ishlah Medan yaitu:
Mata Pelajaran
1) SKI
2) IPA
3) IPS
4) Bahasa Indonesia
5) SBK, Prakarya
6) Al-Quran Hadits, Aqidah Akhlak
7) Bahasa Arab
8) TBQ
9) Praktek Ibadah, Fikih
10) Matematika
11) Bahasa Inggris
12) Pkn
13) PJOK
14) TIK
15) Pramuka
7. Keadaan Sarana dan Prasarana Sekolah
Sekolah Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah memiliki sarana dan
prasarana yang mendukung proses pelaksanaan pendidikan, berikut ini akan
dikemukakan sarana dan prasarana yang ada disekolah yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.3
Sarana/Ruang Penunjang di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-
Ishlah Tahun Ajaran 2022/2023
No Nama Sarana dan Prasarana Jumlah
1. Ruang Kepala Sekolah 1
2. Ruang TU 1
3. Ruang Guru 1
4. Ruang BP -
5. Ruang UKS 1
37

6. Ruang Keterampilan 1
7. Ruang Lab IPA -
8. Ruang Lab Bahasa -
9. Ruang Komputer -
10. Ruang Osis 1
11. Ruang Komite -
12. Aula/Serbaguna 1
13. Ruang Kelas 6
14 Masjid/Mushalla 1
15. Kamar Mandi Guru 2
16. Kamar Mandi Siswa 2
Sumber Data diatas diperoleh dari Staf TU MTs Swasta Plus Al-Ishlah
Tahun Ajaran 2022/2023.
8. Tujuan Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al Ishlah Medan
a) Meningkatkan kualitas iman, ilmu dan amal sholeh pada seluruh warga
Madrasah.
b) Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana/prasarana serta
pemberdayaannya, yang mendukung peningkatan prestasi amaliah keagamaan
Islam, prestasi akademik dan non akademik.
c) Meningkatkan nilai kriteria ketuntasan minimal dan UN secara berkelanjutan.
d) Membantu siswa yang kurang mampu agar memperoleh jenjang pendidikan
yang lebih tinggi.
e) Membentuk kegiatan yang dapat membangun kreatifitas individu siswa.
f) Meningkatkan kemampuan pendidik dalam bidang komputer dan internet.
g) Menambah kuantitas dan kualitas sarana dan pra sarana laboratorium IPA.
h) Meraih kejuaraan dalam bidang ilmu pengetahuan, kesenian, olahraga, dan
ekstrakurikuler.
i) Membentuk lingkungan islami yang kondusif bagi anak.
j) Meningkatkan kegiatan ibadah sholat berjama’ah, sholat Dhuha, tadarus Al
Qur’an pagi dan sosial keagamaan bagi semua warga Madrasah.
38
39

B. Temuan Khusus
1. Budaya Sekolah di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah
Medan
Menurut Deal dan Peterson dalam Supardi (2015; 221) menyatakan
bahwa: Budaya sekolah adalah sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, tradisi,
kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang di praktekkan oleh kepala sekolah,
guru, petugas administrasi, siswa dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah
merupakan ciri khas, karakter atau watak,dan citra sekolah tersebut di masyarakat
luas. Sekolah sebagai sistem memiliki tiga aspek pokok yang sangat berkaitan erat
dengan mutu sekolah, yakni: proses belajar mengajar, kepemimpinan dan
manajemen sekolah, serta budaya sekolah. Budaya merupakan pandangan hidup
yang diakui bersama oleh suatu kelompok masyarakat, yang mencakup cara
berfikir, perilaku, sikap, nilai yang tercermin baik dalam wujud fisik maupun
abstrak. Budaya dapat dilihat sebagai perilaku, nilai-nilai, sikap hidup dan cara
hidup untuk melakukan penyesuaian dengan lingkungan, dan sekaligus untuk
memandang persoalan dan memecahkannya. Oleh karena itu suatu budaya secara
alami akan diwariskan oleh satu generasi kegenerasi berikutnya.
Berikut hasil wawancara kepala Madrasah Mahmud Alkausari Pulungan,
S.Pd.I terkait budaya sekolah di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah
Medan yang mengatakan bahwa :
“Budaya Sekolah/Madrasah termasuk nilai-nilai, norma, sikap dan
kebiasaan, yang digunakan sebagai landasan yang dilakukan terhadap
masyarakat sekolah/ madrasah. Nilai yang terkandung dalam budaya
lingkungan sekolah/ madrasah terdiri atas ketaatan, bersaing dan motivasi.
Perihal budaya sekolah yang diterapkan itu adalah budaya yang baik dari
segi keagamaan, kepemimpinan dan sebagainya”.
Hasil wawancara Kepala Madrasah di atas mengatakan bahwa budaya
yang diterapkan di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah Medan, dimana
bahwa budaya yang dilaksanakan adalah mematuhi nilai-nilai yang berlaku dan
norma yang berlaku dan hal ini harus dengan kerja sama semua pihak sekolah.
40

Kepala Madrasah Mahmud Alkausari Pulungan, S.Pd.I terkait budaya


sekolah di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah Medan yang mengatakan
bahwa :
“Yang diterapkan di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah Medan
banyak ya, terutama harus mematuhi norma agama yang berlaku serta
aturan sekolah yang sudah ditetapkan sehingga siapa saja yang melanggar
akan mendapatkan sanksi”.
Terkait budaya sekolah yang diterapkan menurut Kepala Madrasah adalah
membiasakan budaya untuk mematuhi aturan yang berlaku di sekolah. Terutama
norma agama dan aturan sekolah yang meningkatkan nasionalisme. Jadi budaya
ini banyak macamnya yang diterapkan tapi tetap satu tujuan.
Kepala Madrasah Mahmud Alkausari Pulungan, S.Pd.I terkait budaya
sekolah di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah Medan yang mengatakan
bahwa :
“Iya budaya keagamaan memang yang menjadi tujuan utama di Madrasah
Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah Medan dimana ada pelaksanaan shalat
dhuha dipagi hari yang memang kita biasakan pada anak-anak, untuk siang
hari juga kita adakan shalat berjamaah. Banyak kegiatan agama lainnya
yang diikuti siswa, ada pengajian mingguan juga. Intinya budaya agama
yang dilaksanakan agar siswa terbiasa dengan pedoman agama. Semua
saling kerja sama baik itu adalam proses belajar mengajar, Budaya sekolah
yang di desain secara terstruktur, sistematis, dan tepat sesuai dengan
kondisi sosial sekolahnya, pada gilirannya bisa memberikan kontribusi
yang positif bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia sekolah
dalam menuju sekolah yang berkualitas”.
Berdasarkan hasil wawancara di atas maka dapat disimpulkan bahwa
budaya yang diterapkan di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah Medan
adalah budaya keagamaan yang memang bersamaan dengan penanaman rasa cinta
tanah air dari kebiasaan yang dikerjakan siswa. Kepala sekolah/madrasah dengan
berbagai wewenang yang dimilikinya tentu memiliki kesempatan untuk
menyumbangkan lebih banyak pikiran individunya dalam pikiran organisasi
41

dibandingkan dengan individu lainnya, sehingga ia berkesempatan untuk


menanamkan nilai-nilai baik dalam jumlah yang lebih banyak ke dalam budaya
sekolah/madrasah.
Berikut hasil ini didukung oleh pendapat Guru IPS Bernama Heryandi,
S.Pd pada 10 November 2022 yang mengatakan :
“Budaya sekolah di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah Medan
beragam. Tapi memang budaya yang dibangun itu keagamaan dan
nasionalisme misal banyak kegiatan yang melibatkan nasionalisme seperti
rutinitas upacara bendera kemudian kajian pendidikan Islam dalam masa
penjajahan”.
Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa budaya sekolah yang
diterapkan Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah ini beragam. Tetapi budaya yang
paling kuat dibangun adalah terkait keagamaan dan nasionalisme. Dari kegiatan
yang dilakukan dan pembiasaan yang dilakukan di Madrasah mengarah kesana.
Berikut hasil ini didukung oleh pendapat Guru IPS Bernama Heryandi,
S.Pd pada 10 November 2022 yang mengatakan :
“Yang diterapkan itu adalah mematuhi peraturan sekolah yang berlaku di
sekolah, menjalankan norma agama yang berlaku, siapa yang melanggar
akan mendapatkan sanksi. Budaya keagamaan di jalankan di Madrasah
Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah Medan, karena Madrasah Tsanawiyah
Swasta Plus Al-Ishlah Medan memang agama dulu yang diutamakan tapi
berjalanlah dengan sikap nasionalisme siswa yang dibangun”.
Hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa yang diterapkan
budaya sekolah yang berlaku adalah dengan cara menjalankan norma agama dan
juga membangun sikap nasionalisme (cinta tanah air), hal ini dilakukan melalui
kegiatan yang sifatnya membangun karakter tersebut.
Berikut hasil ini didukung oleh pendapat Guru IPS Bernama Heryandi,
S.Pd pada Juli 2022 yang mengatakan :
“Iya, kita semua disini harus kooperatif dan satu visi. Karena tanpa kerja
sama yang baik akan sulit menjalankan budaya sekolah yang di desain
sebaik mungkin..”
42

Hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam membangun


budaya sekolah dibutuhkan kerja sama dan semua elemen sekolah harus
kooperatif dalam menjalankan tugas, sehingga apa yang dicapai juga terlihat baik.
Budaya sekolah/madrasah merupakan sesuatu yang dibangun dari hasil pertemuan
(Muhaimin, 2011:48) antara nilai-nilai (values) yang dianut oleh guru-guru dan
para karyawan yang ada dalam sekolah/madrasah tersebut. Nilai-nilai tersebut
dibangun oleh pikiran-pikiran manusia yang ada dalam sekolah/madrasah.
Pertemuan pikiran-pikiran manusia tersebut. Dari pikiran organisasi itulah
kemudian muncul dalam bentuk nilai-nilai tersebut akan menjadi bahan utama
pembentuk budaya sekolah/madrasah. Dari budaya tersebut kemudian muncul
dalam berbagai simbol dan tindakan yang kasat indra yang dapat diamati dan
dirasakan dalam kehidupan sekolah/madrasah sehari-hari.
Berikut hasil wawancara dari Adinda Dwi Putri Kelas VII B yang
mengatakan bahwa budaya sekolah di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-
Ishlah Medan mengatakan bahwa konteks budaya sekolah dilakoni adalah budaya
agama dan nasionalisme. Berikut isi wawancaranya :
“Aturan yang berlaku banyak sih kak seperti tidak boleh terlambat,
mematuhi aturan, tidak boleh membawa handphone dan bermain
handphone kemudian baju juga harus menutup aurat. saya mematuhi
aturan yang berlaku dan saya juga tidak berani melanggar”.
Budaya sekolah/madrasah, selalu dibangun oleh pikiran-pikiran individu
yang ada didalamnya. Pikiran individu yang paling besar porsi pengaruhnya
adalah pikiran pemimpin (Muhaimin; 2011:52). (kepala sekolah). Kepala
sekolah/madrasah dengan berbagai wewenang yang dimilikinya tentu memiliki
kesempatan untuk menyumbangkan lebih banyak pikiran individunya dalam
pikiran organisasi dibandingkan dengan individu lainnya, sehingga ia
berkesempatan untuk menanamkan nilai-nilai baik dalam jumlah yang lebih
banyak ke dalam budaya sekolah/madrasah.
Berikut wawancara oleh Ahmad Siddiq Kelas VIII B yang mengatakan
bahwa :
43

“Aturannya tidak boleh terlambat, jika terlambat dipulangkan.kemudian


patuh terhadap norma agama yang diterapkan seperti pakaian yang sopan,
shalat wajib dan sebagainya. Dan Iyah kadang saya juga melanggar seperti
datang kesekolah tidak tepat waktu. Dan juga tidak siap PR”.
Hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa budaya yang diterapkan
sekolah ini adalah meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana/prasarana serta
pemberdayaannya, yang mendukung peningkatan prestasi amaliah keagamaan
Islam, prestasi akademik dan non akademik. Berikut hasil wawancara Alfina Dwi
kasih Kelas VII B yang mengatakan bahwa “
“Banyak sekali aturan yang berlaku di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus
Al-Ishlah Medan ini kak kami harus shalat disini loh kak, kemudian kami
yang pakai hijab tidak boleh hijabnya pendek diatas perut. Saya mematuhi
aturannya kadang saya juga melanggar misal terlambat kesekolah kadang”.
Hasil penelitian di atas dapat disimlupkan budaya Madrasah Tsanawiyah
Swasta Plus Al-Ishlah Medan ini adalah berkonteks nuansa islami kemudian
dikatikan pada mata pelajaran lainnya. Berikut hasil wawancara dengan Fachrul
Umam kelas VII B. dimana dapat disimpulkan bahwa :
“Aturannya banyak kak, tidak boleh bawa hp kemudian tidak boleh
meninggalkan shalat, kemudian tidak boleh terlambah ke sekolah dan
harus menunjukan sikap nasionalisme. Iya kadang saya juga mau terlambat
kak, malas ikut upacara kadang kak capek kan.. jadi saya pun telat
kesekolah”.
Dari penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa responden Fachrul Umam
dimana bahwa budaya yang terlaksana di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al
Ishlah dimana siswa memang diajarkan pembiasaan konteks agama nilai karakter
lainnya salah satunya ada nasionalisme (cinta tanah air). Berikut hasil penelitian
Asyfa Angelita Putri siswa kelas VII B dimana beliau mengatakan :
“Aturan banyak sih kak, pakaian harus menutup aurat dan mencerminkan
perilaku anak Indonesia yang sopan, kemudian tutur kata juga harus sopan,
sebagai siswa yang Pancasila dan mampu bersikap nasionalisme. Dan saya
selalu menjalankan aturan yang ada”.
44

Hasil penelitian di atas menyimpulkan bahwa budaya sekolah yang


dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah Medan ini sudah
menerapkan konteks budaya agama dan nasionalisme. Hal ini terlihat dari
responden di atas yang megatakan bahwa pada masa sekarang agar menjadi siswa
yang Pancasila.
Berikut hasil penelitian Asyfa Angelita Putri siswa kelas VII B dimana
beliau mengatakan :
“Aturan banyak sih kak, pakaian harus menutup aurat dan mencerminkan
perilaku anak Indonesia yang sopan, kemudian tutur kata juga harus sopan,
sebagai siswa yang Pancasila dan mampu bersikap nasionalisme, dan saya
selalu menjalankan aturan yang ada”.
Dari paparan wawancara siswa di atas maka dapat disimpulkan bahwa
budaya yang diterapkan di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah Medan
adalah membudayakan kecintaan anak-anak pada Pancasila kemudian sopan
santun (attitude) dan nilai keagamaan yang harus dijunjung tinggi.
Berdasarkan temuan peneliti maka disimpulkan bahwa budaya sekolah
yang dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah Medan adalah
berkonsep penanaman nilai keagamaan dan nilai nasionalisme (cinta tanah air).
Budaya sekolah yang dilaksanakan adalah melalui kegiatan keagamaan dan
kegiatan cinta tanah air. Pembiasaan yang dilakukan melalui kegiatan yang
diterapkan di sekolah dapat membangun sikap cinta tanah air siswa di Madrasah
Tsanawiyah Swasta Plus Al Ishlah Medan.

2. Karakter Sikap Cinta Tanah Air Siswa di Madrasah Tsanawiyah


Swasta Plus Al-Ishlah Medan
Runtuhnya nilai moral di kehidupan masyarakat saat ini juga berdampak
buruk pada nilai dan sikap anak pada saat ini. Hal ini disebabkan dari beberapa
faktor yang mempengaruhi juga, salah satu faktor yang paling kuat adalah
penggunaan gadget pada anak usia sekolah dasar. Dimana mereka mudah sekali
terpengaruh dalam perkembangan tren dan sosialisasi yang ada di media sosial.
Sehingga pihak orang tua harus ekstra dalam mendidik anak di rumah.
45

Turunnya etika dan moral ini juga membuat sekolah harus bekerja sangat
keras dalam mendidik dan menyampaikan ilmu pengetahuan kepada para peserta
didiknya. Salah satu cara memperbaiki kemerosotan moral ini adalah dengan
menggunakan pendidikan karakter yang tak hanya di rumah, namun juga secara
terstruktur di sekolah. Permasalahan ini memicu pemerintah Indonesia harus
memperbaiki hal tersebut,yang dimulai dari penanaman nilai-nilai/norma-norma
bangsa Indonesia terutama didalam lembaga pendidikan. Menurut undang-undang
dasar sistem pendidikan nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 1 menjelaskan bahwa :
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spritual keagamaan mengendalikan diri dan kepribadian
akhlak”. Cinta tanah air memiliki arti masing-masing, pertama kata Cinta dalam
kamus pintar bahasa Indonesia EYD yang di sempurnakan, Cinta artinya: suka
sekali, sayang benar, terpikat, ingin sekali, berharap sekali, rindu, kuatir. Berikut
hasil wawancara Kepala Madrasah Mahmud Alkausari Pulungan, S.Pd.I terkait
karakter sikap cinta tanah air Siswa di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-
Ishlah Medan yang mengatakan bahwa :
“Kalau saya menilai anak-anak nasionalismenya agak kurang ya, pernah
saya tanya siapa presiden Indonesia kedua yah tidak tahu. Artinya memang
dimasa sekarang ini sangat terkikis zaman sikap nasionalisme generasi
muda ini. tetapi tidaklah semua, hanya Sebagian yang kita random”.
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa karakter cinta tanah air
anak Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah Medan termasuk kurang
menurut Kepala Madrasah, apalagi sebelumnya itu pandemik belajar dari rumah
dan hampir 2 tahun meninggalkan kegiatan upacara bendera. Hal ini saja sudah
dapat disimpulkan bahwa pengikisan sikap cinta tanah air dikarenakan keadaan.
Banyak siswa yang lupa dengan lagu wajib nasional. Hal ini yang harus dipupuk.
Berikut Kepala Madrasah Mahmud Alkausari Pulungan, S.Pd.I terkait karakter
sikap cinta tanah air Siswa di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah
Medan yang mengatakan bahwa:
46

“Tidak ada, anak-anak ini patuh kok. Jika kita perintahkan untuk tertib
upacara bendera alhamdulillah pada ikut semua, tertib, dan menghafal
lagu-lagu nasional sebagai bentuk kecintaan terhadap tanah air”.
Dari hasil penelitian di atas maka dapat disimpulkan bahwa cinta tanah
air ini mungkin secara rasional kurang, tapi untuk hal-hal negative tidak pernah
ditunjukan siswa. siswa hanya melupakan hal-hal yang bersifat nasionalisme.
Sehingga memang perlu penanaman nilai-nilai cinta tanah air dari budaya sekolah.
Berikut hasil wawancara oleh Guru IPS Heryandi, S.Pd yang mengatakan
bahwa :
“Menurut saya sikap nasionalisme siswa ini tidak sama rata ya yang peduli
dan cinta tanah airnya, bahkan banyak yang cuek juga. Zaman sekarang
ini anak-anak sedikit yang mau belajar sejarah Indonesia, bahkan hal kecil
saja tidak mampu dijawab siswa seperti dimana proklamasi kemerdekaan
dilakukan, hal ini saja siswa banyak yang tidak tahu” .
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa menurut Guru IPS
cinta tanah air siswa di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah Medan ini
tidak sama rata baiknya, karena ada anak yang menjunjung tinggi nasionalisme
(cinta tanah air) dan ada anak yang memang acuh terhadap kepedulian dan cinta
tanah air.
Berikut hasil wawancara oleh Guru IPS Heryandi, S.Pd yang mengatakan
bahwa :
“Tidak ada, tidak ada siswa yang sampai menghina negaranya sendiri atau
selisih paham. Paling siswa tidak tahu hal-hal yang merupakan menjadi
jati diri seorang yang cinta tanah air. Sehingga disinilah peran
pembelajaran IPS perlu ditingkatkan dalam membangun karakter cinta
tanah air..”
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa menurut Guru IPS
tidak pernah ada siswa di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah Medan ini
yang menghina negaranya sendiri, hanya saja nilainya kurang pada pengetahuan-
pengetahuan yang dinilai harus diketahui siswa di sekolah. Berikut hasil
wawancara siswa kelas VII B atas nama Adinda Dwi Putri mengatakan bahwa:
47

“Buktinya saya selalu ikut upacara, hafal lagu wajib nasional dan saya juga
hapal kisah-kisah kemerdekaan Indonesia”
Hasil wawancara di atas menunjukan bahwa rasa cinta tanah air siswa
ditunjukan melalui pembiasaan ikut upacara, siswa juga menghafal lagu wajib
nasional dan memahami kisah-kisah kemerdekaan. Dari hasil ini dapat dinilai
bahwa siswa memiliki rasa cinta tanah air yang baik.
Berikut hasil wawancara siswa kelas VII B atas nama Ahmad Assiddiq
mengatakan bahwa:
“Saya suka peristiwa kemerdekaan 17 agustus, hal ini selalu tunggu-
tunggu dan saya juga menyukai kisah-kisah menuju kemerdekaan seperti
penjajahan belanda 350 tahun dan masa penjajah jepang yang menerapkan
kerja rodi. ”
Hasil wawancara di atas menunjukan bahwa rasa cinta tanah air siswa
ditunjukan oleh siswa merupakan karakter rasa cinta tanah air yang baik karena
dia selalu menanti momentum 17 agustus ditambah lagi dia juga memahami
kisah-kisah kemerdekaan Indonesia.
Rasa cinta tanah air adalah rasa kebangggaan, rasa memiliki, rasa
menghargai, rasa menghormati dan loyalitas yang dimiliki oleh setiap individu
pada negara tempat ia tinggal yang tercermin dari perilaku membela tanah airnya,
menjaga dan melindungi, rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negaranya,
mencintai adat atau budaya yang ada di negaranya dengan melestarikan dan
melestarikan alam dan lingkungannya.
Berikut hasil wawancara siswa kelas VII B atas nama Alfina Dwi Kasih
mengatakan bahwa:
“Buktinya apa ya kak,, hehe.. buktinya menurut saya sih saya ini
memahami banyak sejarah kemerdekaan Indonesia kak minimal tidak
bengong jika ditanya kak hehhe…”
Hasil wawancara di atas menunjukan bahwa siswa di atas tidak
menunjukan sikap cinta tanah air yang baik karena sepertinya cinta tanah air
dianggap sebagai hal yang biasa saja dan dianggap tidak perlu memperdalam
pengetahuannya.
48

Berikut hasil wawancara siswa kelas VII B atas nama Fachrul Umam
mengatakan bahwa:
“Buktinya saya hapal Pancasila kak, saya hafal lagu wajib kak, dan saya
juga tau sedikit cerita sejarah kemerdekaan Indonesia, saya juga tau tokoh
politik penting di Indonesia.”
Hasil wawancara di atas menunjukan bahwa siswa di atas menunjukan
sikap cinta airnya yang baik. Dimana ia sedikit optimis dengan bekal sikap
nasionalisme yang ia miliki dimana ia mengetahui sejarah kemerdekaan dan tokoh
politik di negeri ini.
Berikut hasil wawancara siswa kelas VII B atas nama Asyifa Angelita
Putri mengatakan bahwa:
“Saya sampai sekarang bercita-cita menjadi guru agar nanti kelak bisa
mencerdaskan generasi muda dan bisa menjadikan tokoh-tokoh hebat
untuk bangsa ini.
Hasil wawancara di atas menunjukan bahwa siswa di atas menunjukan
sikap cinta airnya yang baik. Dimana ia bercita-cita untuk melahirkan generasi
bangsa yang akan menjadi tokoh bangsa dengan optimis semangat belajar dan
keyakinan diri.

Gambar 4.1.Siswa Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah Medan


Mengikuti Upacara Bendera
Berdasarkan hasil penelitian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
karakter cinta tanah air siswa di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah
Medan ini tidak sama rata baiknya, karena ada anak yang menjunjung tinggi
nasionalise (cinta tanah air) dan ada anak yang memang acuh terhadap kepedulian
49

dan cinta tanah air. Karena tidak semua anak memiliki kemampuan dan daya nalar
yang sama terhadap apa yang diajarkan oleh gurunya.

3. Peran Budaya Sekolah dalam Membentuk Sikap Cinta Tanah Air


Siswa di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah Medan
Generasi muda yang lebih membanggakan budaya luar negeri dan jika
mereka tidak memiliki tekad untuk melestarikan budaya bangsa, maka tidak
menutup kemungkinan kesenian dan budaya lokal akan punah dan bangsa
Indonesia akan kehilangan jati dirinya. Supriatna (dalam Syarif dkk, 2017:2)
mengemukakan bahwa budaya global berjalan secara perlahan namun pasti untuk
memaksa budaya lokal menyerah. Dalam situasi seperti ini yang kemudian
mengakibatkan budaya lokal mengalami kekosongan identitas serta nilai moral
sehingga budaya atau kearifan lokal cenderung ditinggalkan.
Menurut Kurniawan (2013:46) sekolah sebagai lingkup pendidikan formal
menentukan dalam pembinaan karakter peserta didik. Sekolah dikatakan sebagai
lingkungan pendidikan kedua setelah keluarga yang berperan dalam pembinaan
perilaku pada peserta didik Ini berarti bahwa sekolah memiliki peran penting
untuk menumbuhkan dan mengembangkan karakter atau perilaku peserta didik
sesuai dengan tujuan Sistem Pendidikan Nasional yaitu tidak hanya membentuk
individu yang cerdas, tetapi juga berkepribadian, salah satunya adalah sikap rasa
cinta tanah air. Berikut hasil wawancara dengan Kepala Madrasah atas nama
Mahmud Alkausari Pulungan, S.Pd.I. mengatakan :
“Menurut saya peran budaya sekolah dalam mewujud karakter cinta tanah
air itu erat sekali ya. karena budaya yang diberlakukan di Madrasah
Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah Medan tidak hanya berfokus pada
agama, tapi cinta tanah air. Karena dasar negara itu Pancasila, tetaplah kita
mengikuti itu dalam proses mendidik anak-anak di sini. Dari hal-hal kecil
dulu ya, tiap kelas wajib diberikan foto presiden serta wakilnya dan foto
pahlawan nasional dan hal ini wajib. Kemudian untuk anak-anak yang
tidak hafal lagu wajib itu diperintahkan walikelasnya untuk
memperhatikan, kan kita malu kalau anak-anak tidak hafal hal yang seperti
50

ini. kemudian pendidikan IPS yang kita serahkan pada guru bidang studi
untuk selalu membangun nasionalisme siswa melalui pembelajaran IPS.
Menurut Kepala Madrasah, peran budaya sekolah dalam meningkatkan
rasa cinta tanah air siswa itu memang sangat erat sekali. Karena apa yang
dibiasakan di sekolah dianggap sebagai budaya. Jadi jika pembiasaan dari hal-hal
terkecil saja sudah mulai dibiasakan untuk mencintai tanah air, maka anak-anak
hingga dewasa pun akan terbawa habbit yang dilakukan sedari kecil.
Berikut hasil wawancara dengan Kepala Madrasah atas nama Mahmud
Alkausari Pulungan, S.Pd.I. mengatakan :
“Pasti ada menurut saya, tidak semua anak itu penurut dan dapat
memahami apa yang disampaikan guru. Kadang itu lah tantangan menjadi
guru ini. Saran saya, guru IPS maupun guru bidang studi lainnya agar
mampu membangun karakter nasionalisme siswa melalui materi
pembelajaran yang diampu. Berikan tugas-tugas praktek yang mampu
membangun rasa nasionalisme (cinta tanah air) siswa.”
Menurut Kepala Madrasah, guru IPS maupun guru mata pelajaran lainnya
dapat bekerja sama sehingga mampu membangun karakter rasa cinta tanah air
melalui materi pembelajaran serta kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di
Madrasah. Berikut hasil wawancara Guru IPS atas nama Heryandi, S,Pd yang
mengatakan bahwa :
“Kalau budaya sekolah yang diterapkan ini sejalan semua memang.
Karena pembiasaan yang dilakukan memang bertujuan selain untuk agama
juga untuk sikap cinta tanah air. Seperti, upacara bendera di hari penting
nasional, upacara rutinitas dihari senin kemudian membiasakan dengan
cinta pada pahlawan nasional yang di pajang di kelas. Pembiasaan sih
sebenarnya, misal harus hapal Pancasila, UUD 1945, kemudian wajib
mengikuti upacara, kemudian di kelas diwajibkan memasang foto
pahlawan dan presiden serta wakilnya, jadi memang harus pembiasaan sih,
karena karakter ini tidak bisa dibangun dalam 1 kali saja”.
Hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa peran budaya sekolah
ini memang penting dalam menumbuhkan rasa cinta tanah air. Perihal
51

pelaksanaan budaya sekolah yang dilakukan adalah dengan pembiasaan untuk


agama dan tanah air. Contohnya upacara, rutinitas dan penanaman pengetahuan
pada pahlawan nasional dan lainnya. Berikut hasil wawancara Guru IPS atas nama
Heryandi, S,Pd yang mengatakan bahwa :
“Kesulitannya itu, tidak semua patuh terhadap aturan yang kita berlakukan
di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah Medan. Masukan saya sih
kepada kepala sekolah, medukung guru-guru ini dalam membangun
karakter cinta tanah air, kemudian memberikan masukan dan kegiatan
yang membangun cinta tanah air siswa seperti aktivitas luar kelas
menjelang 17 agustus dan masih banyak lagi.”
Hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa peran budaya sekolah
ini memang penting sekali kerja samanya antara atasan dan bawahan maka kepala
madrasah juga harus mendukung fasilitas pelaksanaan kegiatan yang
menumbuhkan rasa cinta tanah air.
Berikut hasil wawancara siswa kelas VII B atas nama Adinda Dwi Putri
mengatakan bahwa:
“Iyah menurut saya begitu kak. Karena banyak aturan yang mewajibkan
kami harus menghafal lagu nasional, ikut upacara nasional dan dikelas
juga harus ada foto pahlawan nasional”
Hasil wawancara di atas menunjukan bahwa rasa cinta tanah air siswa
yang dibangun di madrasah adalah melalui penerapan aturan yang harus dipatuhi
juga pembiasaan hal-hal kecil tentang kegiatan nasionalisme. Berikut hasil
wawancara siswa kelas VII B atas nama Ahmad Assiddiq mengatakan bahwa:
“Iya yang diterapkan disekolah ini melekat pada agama dan nasionalisme
seperti harus disiplin belajar karena pahlawan dulu sudah lelah berjuang
untuk memerdekakan bangsa ini.”
Hasil wawancara di atas menunjukan bahwa rasa cinta tanah air dibangun
melalui kegiatan keagamaan yang sejalan yang diterapkan guru di Madrasah.
Intinya siswa memahami apa yang harus mereka lakukan. Berikut hasil
wawancara siswa kelas VII B atas nama Alfina Dwi Kasih mengatakan bahwa:
52

“Iya kak, disini itu wajib kami hafal lagu nasional, hafal Pancasila, hafal
UUD 1945.
Hasil wawancara di atas menunjukan bahwa siswa memang harus dipaksa
dan dibiasakan memahami hal-hal yang berkaitan rasa cinta tanah air. Berikut
hasil wawancara siswa kelas VII B atas nama Fachrul Umam mengatakan bahwa:
“Iya kak, karena banyak aturan disini kak. Kadang saya pun merasa kayak
dipaksa dalam melakukan sesuatu.
Hasil wawancara di atas menunjukan bahwa siswa di atas memang harus
dipaksa dengan pembiasaan dimulai menghafal lagu nasional, UUD 1945 dan
Pancasila. Hal kecil ini sangat erat kaitannya dengan penerapan belajar IPS di
sekolah sehingga dapat memupuk rasa nasionalisme. Berikut hasil wawancara
siswa kelas VII B atas nama Asyifa Angelita Putri mengatakan bahwa:
“Iya, pendidikan yang diterapkan guru juga banyak hal yang harus kami
patuhi. Seperti sangsi jika melanggar..”
Hasil wawancara di atas menunjukan bahwa siswa di atas menunjukan
sikap cinta airnya yang baik. Hal ini dikarenakan mematuhi aturan yang berlaku
disekolah, pembiasaan dengan adanya sangsi membuat siswa lebih kooperatif dan
menunjukan sikap cinta tanah airnya.
Peran budaya sekolah dalam membentuk sikap cinta tanah air siswa di
Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah Medan adalah melalui penerapan
budaya rasa cinta tanah air yang berkonteks pembiasaan dalam kegiatan
disekolah. Hal ini dibuktikan melalui penanaman rasa cinta tanah air melalui
proses belajar mengajar yang diterapkan guru di Madrasah Tsanawiyah Swasta
Plus Al-Ishlah Medan, kemudian pembiasan melalui kegiatan seperti upacara,
penghafalan Pancasila, UUD 1945 dan bagaimana cara siswa bersikap di kelas.

C. PEMBAHASAN
1. Budaya Sekolah di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah
Medan
Menurut Deal dan Peterson dalam Supardi (2015; 221) menyatakan
bahwa: Budaya sekolah adalah sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, tradisi,
53

kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang di praktekkan oleh kepala sekolah,


guru, petugas administrasi, siswa dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah
merupakan ciri khas, karakter atau watak,dan citra sekolah tersebut di masyarakat
luas. Sekolah sebagai sistem memiliki tiga aspek pokok yang sangat berkaitan erat
dengan mutu sekolah, yakni: proses belajar mengajar, kepemimpinan dan
manajemen sekolah, serta budaya sekolah. Budaya merupakan pandangan hidup
yang diakui bersama oleh suatu kelompok masyarakat, yang mencakup cara
berfikir, perilaku, sikap, nilai yang tercermin baik dalam wujud fisik maupun
abstrak. Budaya dapat dilihat sebagai perilaku, nilai-nilai, sikap hidup dan cara
hidup untuk melakukan penyesuaian dengan lingkungan, dan sekaligus untuk
memandang persoalan dan memecahkannya. Oleh karena itu suatu budaya secara
alami akan diwariskan oleh satu generasi kegenerasi berikutnya.
Hasil wawancara Kepala Madrasah mengatakan bahwa budaya yang
diterapkan di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah Medan, dimana bahwa
budaya yang dilaksanakan adalah mematuhi nilai-nilai yang berlaku dan norma
yang berlaku dan hal ini harus dengan kerja sama semua pihak sekolah. Terkait
budaya sekolah yang diterapkan menurut Kepala Madrasah adalah membiasakan
budaya untuk mematuhi aturan yang berlaku di sekolah. Terutama norma agama
dan aturan sekolah yang meningkatkan nasionalisme. Jadi budaya ini banyak
macamnya yang diterapkan tapi tetap satu tujuan.
Berdasarkan hasil wawancara maka dapat disimpulkan bahwa budaya yang
diterapkan di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah Medan adalah budaya
keagamaan yang memang bersamaan dengan penanaman rasa cinta tanah air dari
kebiasaan yang dikerjakan siswa. Kepala sekolah/madrasah dengan berbagai
wewenang yang dimilikinya tentu memiliki kesempatan untuk menyumbangkan
lebih banyak pikiran individunya dalam pikiran organisasi dibandingkan dengan
individu lainnya, sehingga ia berkesempatan untuk menanamkan nilai-nilai baik
dalam jumlah yang lebih banyak ke dalam budaya sekolah/madrasah..
Hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam membangun
budaya sekolah dibutuhkan kerja sama dan semua elemen sekolah harus
kooperatif dalam menjalankan tugas, sehingga apa yang dicapai juga terlihat baik.
54

Budaya sekolah/Madrasah merupakan sesuatu yang dibangun dari hasil pertemuan


(Muhaimin; 2011:48) antara nilai-nilai (values) yang dianut oleh guru-guru dan
para karyawan yang ada dalam sekolah /madrasah tersebut. Nilai-nilai tersebut
dibangun oleh pikiran-pikiran manusia yang ada dalam sekolah/madrasah.
Pertemuan pikiran-pikiran manusia tersebut. Dari pikiran organisasi itulah
kemudian muncul dalam bentuk nilai-nilai tersebut akan menjadi bahan utama
pembentuk budaya sekolah/madrasah. Dari budaya tersebut kemudian muncul
dalam berbagai simbol dan tindakan yang kasat indra yang dapat diamati dan
dirasakan dalam kehidupan sekolah/madrasah sehari-hari.
Budaya sekolah/madrasah, selalu dibangun oleh pikiran-pikiran individu
yang ada didalamnya. Pikiran individu yang paling besar porsi pengaruhnya
adalah pikiran pemimpin (Muhaimin; 2011:52). (kepala sekolah). Kepala
sekolah/madrasah dengan berbagai wewenang yang dimilikinya tentu memiliki
kesempatan untuk menyumbangkan lebih banyak pikiran individunya dalam
pikiran organisasi dibandingkan dengan individu lainnya, sehingga ia
berkesempatan untuk menanamkan nilai-nilai baik dalam jumlah yang lebih
banyak ke dalam budaya sekolah/madrasah.
Dari paparan wawancara siswa maka dapat disimpulkan bahwa budaya
yang diterapkan di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al Ishlah Medan adalah
membudayakan kecintaan anak-anak pada Pancasila kemudian sopan santun
(attitude) dan nilai keagamaan yang harus dijunjung tinggi.
Berdasarkan temuan peneliti maka disimpulkan bahwa budaya sekolah
yang dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah Medan adalah
berkonsep penanaman nilai keagamaan dan nilai nasionalisme (cinta tanah air).
Budaya sekolah yang dilaksanakan adalah melalui kegiatan keagamaan dan
kegiatan cinta tanah air. Pembiasaan yang dilakukan melalui kegiatan yang
diterapkan di sekolah dapat membangun sikap cinta tanah air siswa di Madrasah
Tsanawiyah Swasta Plus Al Ishlah Medan.
55

2. Karakter Sikap Cinta Tanah Air Siswa di Madrasah Tsanawiyah


Swasta Plus Al-Ishlah Medan
Runtuhnya nilai moral di kehidupan masyarakat saat ini juga berdampak
buruk pada nilai dan sikap anak pada saat ini. Hal ini disebabkan dari beberapa
faktor yang mempengaruhi juga, salah satu faktor yang paling kuat adalah
penggunaan gadget pada anak usia sekolah dasar. Dimana mereka mudah sekali
terpengaruh dalam perkembangan tren dan sosialisasi yang ada di media sosial.
Sehingga pihak orang tua harus ekstra dalam mendidik anak di rumah.
Turunnya etika dan moral ini juga membuat sekolah harus bekerja
sangat keras dalam mendidik dan menyampaikan ilmu pengetahuan kepada para
peserta didiknya. Salah satu cara memperbaiki kemerosotan moral ini adalah
dengan menggunakan pendidikan karakter yang tak hanya di rumah, namun juga
secara terstruktur di sekolah. Permasalahan ini memicu pemerintah Indonesia
harus memperbaiki hal tersebut, yang dimulai dari penanaman nilai-nilai/ norma-
norma bangsa Indonesia terutama didalam lembaga pendidikan. Menurut undang-
undang dasar sistem pendidikan nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 1 menjelaskan
bahwa : “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan mengendalikan diri dan
kepribadian akhlak”. Cinta tanah air memiliki arti masing-masing. Pertama kata
Cinta dalam kamus pintar bahasa Indonesia EYD yang di sempurnakan, Cinta
artinya: suka sekali, sayang benar, terpikat, ingin sekali, berharap sekali, rindu,
kuatir.
Dari wawancara dapat disimpulkan bahwa karakter cinta tanah air anak
Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah Medan termasuk kurang menurut
Kepala Madrasah, apalagi sebelumnya itu pandemik belajar dari rumah dan hampi
2 tahun meninggalkan kegiatan upacara bendera. Hal ini saja sudah dapat
disimpulkan bahwa pengikisan sikap cinta tanah air dikarenakan keadaan. Banyak
siswa yang lupa dengan lagu wajib nasional. Dari hasil penelitian maka dapat
disimpulkan bahwa cinta tanah air ini mungkin secara rasional kurang, tapi untuk
hal-hal negative tidak pernah ditunjukan siswa. siswa hanya melupakan hal-hal
56

yang bersifat nasionalisme. Sehingga memang perlu penanaman nilai-nilai cinta


tanah air dari budaya sekolah.
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa menurut Guru
IPS tidak pernah ada siswa di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah
Medan ini yang menghina negaranya sendiri, hanya saja nilainya kurang pada
pengetahuan-pengetahuan yang dinilai harus diketahui siswa di sekolah.
Hasil wawancara menunjukan bahwa rasa cinta tanah air siswa
ditunjukan melalui pembiasaan ikut upacara, siswa juga menghafal lagu wajib
nasional dan memahami kisah-kisah kemerdekaan. Dari hasil ini dapat dinilai
bahwa siswa memiliki rasa cinta tanah air yang baik.
Hasil wawancara menunjukan bahwa rasa cinta tanah air siswa
ditunjukan oleh siswa merupakan karakter rasa cinta tanah air yang baik karena
dia selalu menanti momentum 17 agustus ditambah lagi dia juga memahami kisa-
kisah kemerdekaan Indonesia.
Rasa cinta tanah air adalah rasa kebangggaan, rasa memiliki, rasa
menghargai, rasa menghormati dan loyalitas yang dimiliki oleh setiap individu
pada negara tempat ia tinggal yang tercermin dari perilaku membela tanah airnya,
menjaga danmelindungi, rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negaranya,
mencintai adat atau budaya yang ada di negaranya dengan melestarikan dan
melestarikan alam dan lingkungannya. (Syamsul; 2013;151).
Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa karakter
cinta tanah air siswa di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah Medan ini
tidak sama rata baiknya, karena ada anak yang menjunjung tinggi nasionalisme
(cinta tanah air) dan ada anak yang memang acuh terhadap kepedulian dan cinta
tanah air. Karena tidak semua anak memiliki kemampuan dan daya nalar yang
sama terhadap apa yang diajarkan oleh gurunya.

3. Peran Budaya Sekolah dalam Membentuk Sikap Cinta Tanah Air


Siswa di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah Medan
Generasi muda yang lebih membanggakan budaya luar negeri dan jika
mereka tidak memiliki tekad untuk melestarikan budaya bangsa, maka tidak
57

menutup kemungkinan kesenian dan budaya lokal akan punah dan bangsa
Indonesia akan kehilangan jati dirinya. Supriatna (dalam Syarif dkk, 2017:2)
mengemukakan bahwa budaya global berjalan secara perlahan namun pasti untuk
memaksa budaya lokal menyerah. Dalam situasi seperti ini yang kemudian
mengakibatkan budaya lokal mengalami kekosongan identitas serta nilai moral
sehingga budaya atau kearifan lokal cenderung ditinggalkan.
Menurut Kurniawan (2013:46) sekolah sebagai lingkup pendidikan formal
menentukan dalam pembinaan karakter peserta didik. Sekolah dikatakan sebagai
lingkungan pendidikan kedua setelah keluarga yang berperan dalam pembinaan
perilaku pada peserta didik ini berarti bahwa sekolah memiliki peran penting
untuk menumbuhkan dan mengembangkan karakter atau perilaku peserta didik
sesuai dengan tujuan Sistem Pendidikan Nasional yaitu tidak hanya membentuk
individu yang cerdas, tetapi juga berkepribadian, salah satunya adalah sikap rasa
cinta tanah air.
Menurut Kepala Madrasah, peran budaya sekolah dalam meningkatkan
rasa cinta tanah air siswa itu memang sangat erat sekali. Karena apa yang
dibiasakan di sekolah dianggap sebagai budaya. Jadi jika pembiasaan dari hal-hal
terkecil saja sudah mulai dibiasakan untuk mencintai tanah air, maka anak-anak
hingga dewasa pun akan terbawa habbit yang dilakukan sedari kecil. Guru IPS
maupun guru mata pelajaran lainnya dapat bekerja sama sehingga mampu
membangun karakter rasa cinta tanah air melalui materi pembelajaran serta
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di madrasah. Berikut hasil wawancara Guru
IPS atas nama Heryandi, S,Pd yang
Hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa peran budaya sekolah ini
memang penting dalam menumbuhkan rasa cinta tanah air. Perihal pelaksanaan
budaya sekolah yang dilakukan adalah dengan pembiasaan untuk agama dan tanah
air. Contohnya upacara, rutinitas dan penanaman pengetahuan pada pahlawan
nasional dan lainnya. Peran budaya sekolah ini memang penting sekali kerja
samanya antara atasan dan bawahan maka kepala madrasah juga harus
mendukung fasilitas pelaksanaan kegiatan yang menumbuhkan rasa cinta tanah
air.
58

Hasil wawancara siswa menunjukan bahwa rasa cinta tanah air siswa yang
dibangun di madrasah adalah melalui penerapan aturan yang harus dipatuhi juga
pembiasaan hal-hal kecil tentang kegiatan nasionalisme. Rasa cinta tanah air
dibangun melalui kegiatan keagamaan yang sejalan yang diterapkan guru di
madrasah. Intinya siswa memahami apa yang harus mereka lakukan

Peran budaya sekolah dalam membentuk sikap cinta tanah air siswa di
Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah Medan adalah melalui penerapan
budaya rasa cinta tanah air yang berkonteks pembiasaan dalam kegiatan
disekolah. Hal ini dibuktikan melalui penanaman rasa cinta tanah air melalui
proses belajar mengajar yang diterapkan guru di Madrasah Tsanawiyah Swasta
Plus Al-Ishlah Medan, kemudian pembiasan melalui kegiatan seperti upacara,
penghafalan Pancasila, UUD 1945 dan bagaimana cara siswa bersikap di kelas.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan
bahwa :
1. Budaya sekolah yang dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus
Al-Ishlah Medan adalah berkonsep penanaman nilai keagamaan dan nilai
nasionalisme (cinta tanah air). Budaya sekolah yang dilaksanakan adalah
melalui kegiatan keagamaan dan kegiatan cinta tanah air. Pembiasaan yang
dilakukan melalui kegiatan yang diterapkan di sekolah dapat membangun
sikap cinta tanah air siswa di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al Ishlah
Medan.
2. Karakter cinta tanah air siswa di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-
Ishlah Medan ini tidak sama rata baiknya, karena ada anak yang menjunjung
tinggi nasionalise (cinta tanah air) dan ada anak yang memang acuh
terhadap kepedulian dan cinta tanah air. Karena tidak semua anak memiliki
kemampuan dan daya nalar yang sama terhadap apa yang diajarkan oleh
gurunya.
3. Peran budaya sekolah dalam membentuk sikap cinta tanah air siswa di
Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah Medan adalah melalui
penerapan budaya rasa cinta tanah air yang berkonteks pembiasaan dalam
kegiatan disekolah. Hal ini dibuktikan melalui penanaman rasa cinta tanah
air melalui proses belajar mengajar yang diterapkan guru di Madrasah
Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah Medan, kemudian pembiasan melalui
kegiatan seperti upacara, penghafalan Pancasila, UUD 1945 dan bagaimana
cara siswa bersikap di kelas.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan maka peneliti
memberikan saran agar :

59
60

a. Kepala Madrasah perlu meningkatkan peran budaya sekolah agar


tercapainya nilai-nilai rasa cinta tanah air siswa.
b. Kepada guru, harus mampu menerapkan nilai-nilai cinta tanah melalui
proses belajar mengajar mengingat banyaknya nilai cinta tanah air yang
mulai terkikis.
c. Kepada siswa, agar lebih meningkatkan minat belajarnya terhadap tanah
air dan memupuk rasa nasionalisme.
d. Kepada orang tua, agar ikut peran dalam membentuk sikap cinta tanah air
anak melalui pendidikan dirumah.
e. Kepada peneliti, penelitian ini dapat dijadikan sumber literasi dan
pembanding terkait peran budaya sekolah dalam mengembangkan nilai
karakter cinta tanah air.
DAFTAR PUSTAKA

Erwanti, N. (2011).Mengembangkan Rasa Cinta Kepada Tanah Air dan Bangsa.


November 2011.
Muhaimin. Dkk. 2011. Manajemen Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media
Group
Ikhsan, M. A. (2015). Nilai Cinta Tanah Air Perspektif Al Quran. Mufaizin.
“Nasionalisme Dalam Perspektif Alquran Dan Hadits.” Al-Insyiroh: Jurnal
5).
Oktaviani, C. (2015). peran budaya sekolah dalam peningkatan Kinerja Guru.
Jurnal Manajer pendidikan. 9, (4).613-617.
Zamroni. (2011). Dinamika peningkatan mutu. Yokyakarta: Gavin Kalam Utama.
Supraptiningrum dan Agustina. (2015)Membangun karakter Siswa Melalui
Budaya Sekolah di SD Negeri 01 Nglebak Tahun Pelajaran 2018-2019.
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Kurnia, A., & Qomaruzzaman, B. (2012). Membangun Budaya sekolah. In
Pendidikan Karakter Dan Budaya Sekolah.
Lestari, D., & Ain, S. Q. (2022). Peran Budaya Sekolah terhadap Pembentukan
Karakter Siswa Kelas V SD. Mibar PGSD Undiksha, 10(1), 105–112.
Mawardi, & Indayani, S. (2020). Pengaruh Budaya Sekolah Terhadap Karakter
Siswa Kelas 5 SD Negeri 6 Subulussalam Kota Subulussalam. Jihafas, 3(2),
14–29.
Nurhasanah, N., Suastra, I. W., & Arnyana, I. B. P. (2022). Literatur Review:
Membangun Karakter Siswa Melalui Budaya Sekolah. Edukatif : Jurnal Ilmu
Pendidikan, 4(2), 2971–2977.
Lickona. T Erik Schamps, Catherine Liwis. (2007). Elevan Principle of effecry
Character Education Partner Ship (CEP'S)
Darmadi, Hamid. 2010. Kemampuan Dasar Mengajar. Bandung : Alfabeta
Widayani, Novinta Eka. 2016. Penanaman Nilai Cinta Tanah Air di SD Negeri
sedayu 1 Muntilan Magelang Tahun Ajaran 2014-2015. jurnal pendidikan
guru sekolah dasar Edisi 4 tahun ke-5 Hlm 313-323).

61
62

Sartika Tyas. 2016. penanaman rasa nasionalisme melalui pembelajaran Sejarah


pada Siswa Kelas XI IPS di SMA Negeri Jatilawang. Jurnal Ilmiah
Kependidikan. Vol. 9 (2). Hlm 1-11
Sugiyono, (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
PT Alfabeta.
Sevilla, C.G.dkk. (1993). Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia
Ahmad Tanzeh, 2011. Metodologi Penelitian Praktis. Yogyakarta: Teras, h. 79
63

LAMPIRAN 1
Pertanyaan Wawancara untuk Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah
Swasta Plus Al-Ishlah Medan
1. Bagaimanakah budaya sekolah yang diterapkan di Madrasah Tsanawiyah
Swasta Plus Al-Ishlah Medan?
2. Apa saja hal-hal yang diterapkan di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus
Al-Ishlah Medan?
3. Apakah budaya keagamaan di jalankan di Madrasah Tsanawiyah Swasta
Plus Al-Ishlah Medan ?
4. Apakah dalam menjalankan budaya sekolah hubungan antar warga sekolah
baik pada saat bekerja, kegiatan belajar-mengajar, maupun pada saat
berkomunikasi satu sama lain? Jelaskan!
5. Bagaimanakah karakter sikap cinta tanah air siswa di Madrasah
Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah Medan ?
6. Apakah ada juga siswa yang menunjukan hal negative dalam sikap cinta
tanah air siswa di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah Medan ?
7. Bagaimanakah peran budaya sekolah dalam mewujudkan karakter sikap
cinta tanah air siswa di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah
Medan?
8. Apa saja yang dilakukan agar terwujudnya karakter sikap cinta tanah air
siswa di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah Medan?
9. Apakah ada kesulitan dalam menerapkan budaya sekolah untuk
mewujudkan karakter sikap cinta tanah air siswa di Madrasah Tsanawiyah
Swasta Plus Al-Ishlah Medan?
10. Apa saran anda terhadap guru agar budaya sekolah ini dapat mewujudkan
karakter sikap cinta tanah air siswa di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus
Al-Ishlah Medan?
64

LAMPIRAN 2

Pertanyaan Wawancara untuk Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah


Swasta Plus Al-Ishlah Medan
1. Bagaimanakah budaya sekolah yang diterapkan di Madrasah Tsanawiyah
Swasta Plus Al-Ishlah Medan?
2. Apa saja hal-hal yang diterapkan di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus
Al-Ishlah Medan?
3. Apakah budaya keagamaan di jalankan di Madrasah Tsanawiyah Swasta
Plus Al-Ishlah Medan ?
4. Apakah dalam menjalankan budaya sekolah hubungan antar warga sekolah
baik pada saat bekerja, kegiatan belajar-mengajar, maupun pada saat
berkomunikasi satu sama lain? Jelaskan!
5. Bagaimanakah karakter sikap cinta tanah air siswa di Madrasah
Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah Medan ?
6. Apakah ada juga siswa yang menunjukan hal negative dalam sikap cinta
tanah air siswa di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah Medan ?
7. Bagaimanakah peran budaya sekolah dalam mewujudkan karakter sikap
cinta tanah air siswa di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah
Medan?
8. Apa saja yang dilakukan agar terwujudnya karakter sikap cinta tanah air
siswa di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah Medan?
9. Apakah ada kesulitan dalam menerapkan budaya sekolah untuk
mewujudkan karakter sikap cinta tanah air siswa di Madrasah Tsanawiyah
Swasta Plus Al-Ishlah Medan?
10. Apa masukan anda terhadap kepala sekolah agar budaya sekolah ini dapat
mewujudkan karakter sikap cinta tanah air siswa di Madrasah Tsanawiyah
Swasta Plus Al-Ishlah Medan?
65

LAMPIRAN 3
Pertanyaan Wawancara untuk Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah
Swasta Plus Al-Ishlah Medan
1. Apa saja aturan yang ada di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah
Medan?
2. Apakah kamu menjalankan aturan yang berlaku di Madrasah Tsanawiyah
Swasta Plus Al-Ishlah Medan?
3. Bagaimanakah sikap yang kamu tunjukan terhadap cinta tanah air?
4. Apakah kamu menyadari bahwa budaya yang diterapkan di sekolah ini
membuat rasa cinta tanah air semakin meningkat?
5. Apa sikap kamu ketika ada teman yang melanggar aturan dan norma yang
berlaku di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah Medan?
6. Apa buktinya bahwa kamu merupakan seorang siswa yang memiliki
karakter cinta tanah air?
66

LAMPIRAN 4

Hasil Wawancara untuk Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus


Al-Ishlah Medan
Nama : Mahmud Alkausari Pulungan, S.Pd.I.

Jabatan : Kepala Sekolah

No Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimanakah budaya sekolah Budaya Sekolah/Madrasah termasuk nilai-


yang diterapkan di Madrasah nilai, norma, sikap dan kebiasaan, yang
Tsanawiyah Swasta Plus Al- digunakan sebagai landasan yang
Ishlah Medan? dilakukan terhadap masyarakat sekolah/
Madrasah. Nilai yang terkandung dalam
budaya lingkungan sekolah/Madrasah
terdiri atas ketaatan, bersaing dan
motivasi. Perihal budaya sekolah yang
diterapkan itu adalah budaya yang baik
dari segi keagamaan, kepemimpinan dan
sebagainya.

2. Apa saja hal-hal yang Yang diterapkan di Madrasah Tsanawiyah


diterapkan di Madrasah Swasta Plus Al-Ishlah Medan banyak ya,
Tsanawiyah Swasta Plus Al- terutama harus mematuhi norma agama
Ishlah Medan? yang berlaku serta aturan sekolah yang
sudah ditetapkan sehingga siapa saja yang
melanggar akan mendapatkan sanksi.

3. Apakah budaya keagamaan di Iya budaya keagamaan memang yang


jalankan di Madrasah menjadi tujuan utama di Madrasah
Tsanawiyah Swasta Plus Al- Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah Medan
Ishlah Medan ? dimana ada pelaksanaan shalat dhuha
dipagi hari yang memang kita biasakan
pada anak-anak, untuk siang hari juga kita
67

adakan shalat berjamaah. Banyak kegiatan


agama lainnya yang diikuti siswa, ada
pengajian mingguan juga. Intinya budaya
agama yang dilaksanakan agar siswa
terbiasa dengan pedoman agama.

4. Apakah dalam menjalankan Iya, semua saling kerja sama baik itu
budaya sekolah hubungan antar dalam proses belajar mengajar, Budaya
warga sekolah baik pada saat sekolah yang di desain secara terstruktur,
bekerja, kegiatan belajar- sistematis, dan tempat sesuai dengan
mengajar, maupun pada saat kondisi sosial sekolahnya, pada gilirannya
berkomunikasi satu sama lain? bisa memberikan kontribusi yang positif
Jelaskan! bagi peningkatan kualitas sumber daya
manusia sekolah dalam menuju sekolah
yang berkualitas

5. Bagaimanakah karakter sikap Kalau saya menilai anak-anak


cinta tanah air siswa di nasionalismenya agak kurang ya, pernah
Madrasah Tsanawiyah Swasta saya tanya siapa presiden Indonesia kedua
Plus Al-Ishlah Medan ? yah tidak tahu. Artinya memang dimasa
sekarang ini sangat terkikis zaman sikap
nasionalisme generasi muda ini. tetapi
tidaklah semua, hanya Sebagian yang kita
random.

6. Apakah ada juga siswa yang Tidak ada, anak-anak ini patuh kok. Jika
menunjukan hal negative kita perintahkan untuk tertib upacara
dalam sikap cinta tanah air bendera alhamdulillah pada ikut semua,
siswa di Madrasah Tsanawiyah tertib, dan menghafal lagu-lagu nasional
Swasta Plus Al-Ishlah Medan ? sebagai bentuk kecintaan terhadap tanah
air.

7. Bagaimanakah peran budaya Menurut saya peran budaya sekolah dalam


68

sekolah dalam mewujudkan mewujud karakter cinta tanah air itu erat
karakter sikap cinta tanah air sekali ya. karena budaya yang
siswa di Madrasah Tsanawiyah diberlakukan di Madrasah Tsanawiyah
Swasta Plus Al-Ishlah Medan? Swasta Plus Al-Ishlah Medan tidak hanya
berfokus pada agama, tapi cinta tanah air.
Karena dasar negara itu Pancasila, tetaplah
kita mengikuti itu dalam proses mendidik
anak-anak di sini.

8. Apa saja yang dilakukan agar Dari hal-hal kecil dulu ya, tiap kelas wajib
terwujudnya karakter sikap diberikan foto presiden serta wakilnya dan
cinta tanah air siswa di foto pahlawan nasional dan hal ini wajib.
Madrasah Tsanawiyah Swasta Kemudian untuk anak-anak yang tidak
Plus Al-Ishlah Medan? hafal lagu wajib itu diperintahkan
walikelasnya untuk memperhatikan, kan
kita malu kalau anak-anak tidak hafal hal
yang seperti ini. kemudian pendidikan IPS
yang kita serahkan pada guru bidang studi
untuk selalu membangun nasionalisme
siswa melalui pembelajaran IPS.

9. Apakah ada kesulitan dalam Pasti ada menurut saya, tidak semua anak
menerapkan budaya sekolah itu penurut dan dapat memahami apa yang
untuk mewujudkan karakter disampaikan guru. Kadang itu lah
sikap cinta tanah air siswa di tantangan menjadi guru ini.
Madrasah Tsanawiyah Swasta
Plus Al-Ishlah Medan?

10. Apa saran anda terhadap guru Saran saya, guru IPS maupun guru bidang
agar budaya sekolah ini dapat studi lainnya agar mampu membangun
mewujudkan karakter sikap karakter nasionalisme siswa melalui
69

cinta tanah air siswa di materi pembelajaran yang diampu.


Madrasah Tsanawiyah Swasta Berikan tugas-tugas praktek yang mampu
Plus Al-Ishlah Medan? membangun rasa nasionalisme (cinta tanah
air) siswa.
70

LAMPIRAN 5
Wawancara untuk Guru IPS Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah
Medan
Nama : Heryandi, S.Pd

Jabatan : Guru IPS

No Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimanakah budaya sekolah Budaya sekolah di Madrasah


yang diterapkan di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah
Tsanawiyah Swasta Plus Al- Medan beragam. Tapi memang budaya
Ishlah Medan? yang dibangun itu keagamaan dan
nasionalisme misal banyak kegiatan
yang melibatkan nasionalisme seperti
rutinitas upacara bendera kemudian
kajian pendidikan Islam dalam masa
penjajahan.

2. Apa saja hal-hal yang diterapkan Yang diterapkan itu adalah mematuhi
di Madrasah Tsanawiyah Swasta peraturan sekolah yang berlaku di
Plus Al-Ishlah Medan? sekolah, menjalankan norma agama
yang berlaku, siapa yang melanggar
akan mendapatkan sanksi.

3. Apakah budaya keagamaan di Pasti, karena Madrasah Tsanawiyah


jalankan di Madrasah Swasta Plus Al-Ishlah Medan memang
Tsanawiyah Swasta Plus Al- agama dulu yang diutamakan tapi
Ishlah Medan ? berjalanlah dengan sikap nasionalisme
siswa yang dibangun.

4. Apakah dalam menjalankan Iya, kita semua disini harus kooperatif


budaya sekolah hubungan antar dan satu visi, karena tanpa kerja sama
warga sekolah baik pada saat yang baik akan sulit menjalankan
71

bekerja, kegiatan belajar- budaya sekolah yang di desain sebaik


mengajar, maupun pada saat mungkin.
berkomunikasi satu sama lain?
Jelaskan!

5. Bagaimanakah karakter sikap Menurut saya sikap nasionalisme siswa


cinta tanah air siswa di ini tidak sama rata ya yang peduli dan
Madrasah Tsanawiyah Swasta cinta tanah airnya, bahkan banyak yang
Plus Al-Ishlah Medan ? cuek juga. Zaman sekarang ini anak-
anak sedikit yang mau belajar sejarah
Indonesia, bahkan hal kecil saja tidak
mampu dijawab siswa seperti dimana
proklamasi kemerdekaan dilakukan, hal
ini saja siswa banyak yang tidak tahu.

6. Apakah ada juga siswa yang Tidak ada, tidak ada siswa yang sampai
menunjukan hal negative dalam menghina negaranya sendiri atau selisih
sikap cinta tanah air siswa di paham. Paling siswa tidak tahu hal-hal
Madrasah Tsanawiyah Swasta yang merupakan menjadi jati diri
Plus Al-Ishlah Medan ? seorang yang cinta tanah air. Sehingga
disinilah peran pembelajaran IPS perlu
ditingkatkan dalam membangun
karakter cinta tanah air.

7. Bagaimanakah peran budaya Kalau budaya sekolah yang diterapkan


sekolah dalam mewujudkan ini sejalan semua memang. Karena
karakter sikap cinta tanah air pembiasaan yang dilakukan memang
siswa di Madrasah Tsanawiyah bertujuan selain untuk agama juga
Swasta Plus Al-Ishlah Medan? untuk sikap cinta tanah air. Seperti,
upacara bendera di hari penting
nasional, upacara rutinitas dihari senin
72

kemudian membiasakan dengan cinta


pada pahlawan nasional yang di pajang
di kelas.

8. Apa saja yang dilakukan agar Pembiasaan sih sebenarnya, misal harus
terwujudnya karakter sikap cinta hapal Pancasila, UUD 1945, kemudian
tanah air siswa di Madrasah wajib mengikuti upacara, kemudian di
Tsanawiyah Swasta Plus Al- kelas diwajibkan memasang foto
Ishlah Medan? pahlawan dan presiden serta wakilnya,
jadi memang harus pembiasaan sih,
karena karakter ini tidak bisa dibangun
dalam 1 kali saja.

9. Apakah ada kesulitan dalam Kesulitannya itu, tidak semua patuh


menerapkan budaya sekolah terhadap aturan yang kita berlakukan di
untuk mewujudkan karakter Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-
sikap cinta tanah air siswa di Ishlah Medan.
Madrasah Tsanawiyah Swasta
Plus Al-Ishlah Medan?

10. Apa masukan anda terhadap Masukan saya sih kepada kepala
kepala sekolah agar budaya sekolah, medukung guru-guru ini dalam
sekolah ini dapat mewujudkan membangun karakter cinta tanah air,
karakter sikap cinta tanah air kemudian memberikan masukan dan
siswa di Madrasah Tsanawiyah kegiatan yang membangun cinta tanah
Swasta Plus Al-Ishlah Medan? air siswa seperti aktivitas luar kelas
menjelang 17 agustus dan masih
banyak lagi.
73

LAMPIRAN 6
Wawancara untuk Siswa-SiswMadrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah
Medan
Nama : Adinda Dwi Putri Naasution
Kelas : Kelas VII B
No Pertanyaan Jawaban
1. Apa saja aturan yang ada di Aturan yang berlaku banyak sih kak
Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus seperti tidak boleh terlambat,
Al-Ishlah Medan? mematuhi aturan, tidak boleh
membawa handphone dan bermain
handphone kemudian baju juga
harus menutup aurat.

2. Apakah kamu menjalankan aturan Iya saya mematuhi aturan yang


yang berlaku di Madrasah berlaku dan saya juga tidak berani
Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah melanggar.
Medan?

3. Bagaimanakah sikap yang kamu Sikap saya adalah mencintai negara


tunjukan terhadap cinta tanah air? ini, tidak menjelek-jelekan negara
ini, dan saya juga menunjukan sikap
nasionalisme saya yaitu jadi siswa
yang patuh.

4. Apakah kamu menyadari bahwa Iyah, menurut saya begitu kak.


budaya yang diterapkan di sekolah Karena banyak aturan yang
ini membuat rasa cinta tanah air mewajibkan kami harus menghafal
semakin meningkat? lagu nasional, ikut upacara nasional
dan dikelas jg harus ada foto
pahlawan nasional

5. Apa sikap kamu ketika ada teman Saya acuh saja, malas mencampuri
74

yang melanggar aturan dan norma urusan orang. Yang penting saya
yang berlaku di Madrasah memperbaiki diri saya agar patuh
Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah pada aturan sekolah.
Medan?

6. Apa buktinya bahwa kamu Buktinya saya selalu ikut upacara,


merupakan seorang siswa yang hafal lagu wajib nasional dan saya
memiliki karakter cinta tanah air? juga hapal kisah-kisah kemerdekaan
Indonesia.
75

Nama : Ahmad Assidiq


Kelas : Kelas VII B
No Pertanyaan Hasil Wawancara
1. Apa saja aturan yang ada di Aturannya tidak boleh terlambat,
Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus jika terlambat
Al-Ishlah Medan? dipulangkan.kemudian patuh
terhadap norma agama yang
diterapkan seperti pakaian yang
sopan, shalat wajib dan sebagainya.

2. Apakah kamu menjalankan aturan Dan Iyah kadang saya juga


yang berlaku di Madrasah melanggar seperti datang kesekolah
Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah tidak tepat waktu. Dan juga tidak
Medan? siap PR.

3. Bagaimanakah sikap yang kamu Sikap saya adalah patuh pada aturan
tunjukan terhadap cinta tanah air? sekolah, saya juga harus mengetahui
silsilah sejarah kemerdekaan
Indonesia. Dan saya juga harus hafal
lagu nasional.

4. Apakah kamu menyadari bahwa Iya yang diterapkan disekolah ini


budaya yang diterapkan di sekolah melekat pada agama dan
ini membuat rasa cinta tanah air nasionalisme seperti harus disiplin
semakin meningkat? belajar karena pahlawan dulu sudah
lelah berjuang untuk memerdekakan
bangs aini.

5. Apa sikap kamu ketika ada teman Saya tidak peduli, karena yang
yang melanggar aturan dan norma penting saya tidak melanggar aturan
yang berlaku di Madrasah
76

Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah yang berlaku.


Medan?

6. Apa buktinya bahwa kamu Saya suka peristiwa kemerdekaan 17


merupakan seorang siswa yang agustus, hal ini selalu tunggu-tunggu
memiliki karakter cinta tanah air? dan saya juga menyukai kisah-kisah
menuju kemerdekaan seperti
penjajahan belanda 350 tahun dan
masa penjajah jepang yang
menerapkan kerja rodi.

Nama : Alfina Dwi Kasih


Kelas : Kelas VII B
No Pertanyaan Jawaban
1. Apa saja aturan yang ada di Banyak sekali aturan yang berlaku di
Madrasah Tsanawiyah Swasta Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus
Plus Al-Ishlah Medan? Al-Ishlah Medan ini kak kami harus
shalat disini loh kak, kemudian kami
yang pakai hijab tidak boleh hijabnya
pendek diatas perut.

2. Apakah kamu menjalankan aturan Iya saya mematuhi aturannya kadang


yang berlaku di Madrasah saya juga melanggar misal terlambat
Tsanawiyah Swasta Plus Al- kesekolah kadang.
Ishlah Medan?

3. Bagaimanakah sikap yang kamu Sikap saya seharusnya itu


tunjukan terhadap cinta tanah air? menghormati jasa para pahlawan dan
77

menjadi anak baik yang belajar agar


bisa bermanfaat untuk negara.

4. Apakah kamu menyadari bahwa Iya kak, disini itu wajib kami hafal
budaya yang diterapkan di lagu nasional, hafal Pancasila, hafal
sekolah ini membuat rasa cinta UUD 1945.
tanah air semakin meningkat?

5. Apa sikap kamu ketika ada teman Saya diamkan saja kak. Karena saya
yang melanggar aturan dan norma juga tidak sesempurna itu untuk tidak
yang berlaku di Madrasah melanggar aturan sekolah.
Tsanawiyah Swasta Plus Al-
Ishlah Medan?

6. Apa buktinya bahwa kamu Buktinya apa ya kak,, hehe.. buktinya


merupakan seorang siswa yang menurut saya sih saya ini memahami
memiliki karakter cinta tanah air? banyak sejarah kemerdekaan
Indonesia kak minimal tidak bengong
jika ditanya kak hehhe…

Nama : Fachrul Umam


78

Kelas : Kelas VII B


No Pertanyaan Jawaban
1. Apa saja aturan yang ada di Aturannya banyak kak, tidak boleh
Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus bawa hp kemudian tidak boleh
Al-Ishlah Medan? meninggalkan shalat, kemudian
tidak boleh terlambat ke sekolah dan
harus menunjukan sikap
nasionalisme.

2. Apakah kamu menjalankan aturan Iya kadang saya juga mau terlambat
yang berlaku di Madrasah kak, malas ikut upacara kadang kak
Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah capek kan.. jadi saya pun telat
Medan? kesekolah.

3. Bagaimanakah sikap yang kamu Sikap say aitu harusnya


tunjukan terhadap cinta tanah air? menghormati aturan yang berlaku
dan cinta sama Indonesia ini hal
kecilpun mau saya ikuti.

4. Apakah kamu menyadari bahwa Iya kak, karena banyak aturan disini
budaya yang diterapkan di sekolah kak, kadang saya pun merasa kayak
ini membuat rasa cinta tanah air dipaksa dalam melakukan sesuatu.
semakin meningkat?

5. Apa sikap kamu ketika ada teman Saya adukan saja kak. Biar dia sadar
yang melanggar aturan dan norma dan tidak melanggar aturan yang
yang berlaku di Madrasah berlaku.
Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah
Medan?
79

6. Apa buktinya bahwa kamu Buktinya saya hapal Pancasila kak,


merupakan seorang siswa yang saya hafal lagu wajib kak, dan saya
memiliki karakter cinta tanah air? juga tau sedikit cerita sejarah
kemerdekaan Indonesia, saya juga
tau tokoh politik penting di
Indonesia.

Nama : Asyfa Angelita Putri


Kelas : VII B
No Pertanyaan Jawaban
1. Apa saja aturan yang ada di Banyak
Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus
Aturan banyak sih kak, pakaian
Al-Ishlah Medan? harus menutup aurat dan
mencerminkan perilaku anak
Indonesia yang sopan, kemudian
tutur kata juga harus sopan, sebagai
siswa yang Pancasila dan mampu
bersikap nasionalisme.
2. Apakah kamu menjalankan aturan Iya saya selalu menjalankan aturan
yang berlaku di Madrasah yang ada ka.
Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah
Medan?

3. Bagaimanakah sikap yang kamu Saya harus berprestasi untuk


tunjukan terhadap cinta tanah air? bangsa dan tidak menjadi anak
yang malas belajar ka.

4. Apakah kamu menyadari bahwa Iya, pendidikan yang diterapkan


budaya yang diterapkan di sekolah guru juga banyak hal yang harus
ini membuat rasa cinta tanah air kami patuhi. Seperti sangsi jika
80

semakin meningkat? melanggar.

5. Apa sikap kamu ketika ada teman Saya cuek saja kak. Karena nanti
dibilang saya tukang ngadu. Tapi
yang melanggar aturan dan norma
saya miris jika melanggar tidak
yang berlaku di Madrasah ketahuan jadi dia tidak jera.
Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah
Medan?

6. Apa buktinya bahwa kamu Saya sampai sekarang bercita-cita


merupakan seorang siswa yang menjadi guru agar nanti kelak bisa
memiliki karakter cinta tanah air? mencerdaskan generasi muda dan
bisa menjadikan tokoh-tokoh hebat
untuk bangsa ini.

Nama : Alvien Agustiano


Kelas : VII B

No Pertanyaan Jawaban
1. Apa saja aturan yang ada
di Aturan yang ada banyak sih kak,
pakaian harus rapi, rambut tidak
Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus
boleh panjang, mencerminkan
Al-Ishlah Medan? perilaku anak Indonesia yang
sopan, kemudian tutur kata juga
harus sopan, sebagai siswa yang
Pancasila dan mampu bersikap
nasionalisme.
2. Apakah kamu menjalankan aturan Iya kaka.
yang berlaku di Madrasah
Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah
81

Medan?

3. Bagaimanakah sikap yang kamu Saya harus berprestasi untuk


tunjukan terhadap cinta tanah air? bangsa dan tidak menjadi anak
yang malas belajar.

4. Apakah kamu menyadari bahwa Iya, pendidikan yang diterapkan


budaya yang diterapkan di sekolah guru juga banyak hal yang harus
ini membuat rasa cinta tanah air kami patuhi. Seperti sangsi jika
semakin meningkat? melanggar.

5. Apa sikap kamu ketika ada teman Saya cuek saja kak karna saya juga
mau buat kesalahan yang tidak
yang melanggar aturan dan norma
disengaja ka.
yang berlaku di Madrasah
Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah
Medan?

6. Apa buktinya bahwa kamu buktinya Saya seorang siswa yang


merupakan seorang siswa yang memiliki karakter cinta tanah air
memiliki karakter cinta tanah air? sampai sekarang bercita-cita
menjadi guru agar nanti kelak bisa
mencerdaskan generasi muda dan
bisa menjadikan tokoh-tokoh hebat
untuk bangsa ini.
82

LAMPIRAN 7
Pedoman Observasi di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah Medan
No Situasi yang diamati Ada Tidak ada Komentar
1. Menerapkan wajib masker Ada
2. Menyediakan tempat Ada
pencuci tangan
3. Menyediakan alat Ada
pengecek suhu badan
4. Menyediakan hand Ada
sanitizer
5. Mengatur tempat duduk Ada
siswa dikelas dengan jarak
minimal 1,5 meter
6. Sekolah menyediakan Ada
dukungan unit kesehatan
(UKS)
83

LAMPIRAN 8
Dokumentasi di Madrasah Tsanawiyah Swasta Plus Al-Ishlah Medan
No Dokumen Checklist ()
1. Buku Profil Sekolah 
2. Data Guru 
3. Data Siswa 
4. Data Sarana dan Prasarana 
5. Struktur Organisasi Sekolah 
6. Struktur Komite Sekolah 
7. Visi Misi Sekolah 
84

LAMPIRAN 9
DOKUMENTASI
85
86

Anda mungkin juga menyukai