Anda di halaman 1dari 181

PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN SIKAP SOSIAL

SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS 2B


MIN 2 KOTA TANGERANG SELATAN

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

Wardatul Hidayati
NIM 11140183000064

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
ABSTRAK

Wardatul Hidayati (11140183000064). Peran Guru dalam Mengembangkan


Sikap Sosial Siswa pada Pembelajaran Tematik di Kelas 2B MIN 2 Kota
Tangerang Selatan. Skripsi Program Studi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini untuk mengetahui peran guru di kelas 2B MIN 2 Kota


Tangerang Selatan dalam mengembangkan sikap sosial pada pembelajaran
tematik. Penelitian ini dilaksanakan di MIN 2 Kota Tangerang Selatan pada kelas
2B tahun ajaran 2017/2018. Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif deskriptif, dengan metode studi kasus, yang ditunjang dengan penelitian
lapangan dan referensi berkaitan dengan tema yang dibahas. Teknik pengumpulan
data menggunakan observasi, wawancara, catatan lapangan dan studi
dokumentasi. Untuk menguji keabsahan data menggunakan uji kredibilitas dengan
triangulasi sumber, teknik dan waktu, uji transferability, uji dependability, dan uji
konfirmability.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa guru menjalankan
perannya pada pembelajaran tematik sebagai demonstrator, pengelola kelas,
mediator, fasilitator, komunikator, motivator, inspirator, pendidik dan evaluator.
Sebagai demonstrator, menunjukkan cara berpakaian rapi, sopan dan islami,
berbicara dengan baik, menjawab salam, membimbing siswa untuk berdo‟a, serta
menunjukkan cara agar setiap materi yang diajarkan dapat dipahami siswa.
Sebagai pengelola kelas, guru tematik mengatur tempat duduk siswa, mengatur
jadwal siswa dalam memimpin do‟a, melibatkan siswa dalam kegiatan kebersihan
atau piket kelas. Sebagai mediator, guru tematik menyediakan dan melibatkan
siswa dalam menggunakan media pembelajaran. Sebagai fasilitator, guru tematik
memfasilitasi kebutuhan siswa dan tidak bertindak sewenang-wenang. Sebagai
komunikator, guru tematik memberikan informasi yang memunculkan rasa
keingintahuan siswa. Sebagai motivator, guru tematik memberi pujian dan
mendorong siswa untuk berani tampil di depan kelas, memotivasi siswa untuk
membantu teman yang kesulitan sehingga mengembangkan sikap peduli siswa.
Sebagai inspirator, guru tematik memberikan kisah inspiratif. Sebagai pendidik,
guru tematik menasihati siswa. Sebagai evaluator, guru tematik melakukan
penilaian tes dan non tes sehingga. Adapun sikap sosial yang dikembangkan di
MIN 2 Kota Tangerang Selatan yaitu: jujur, disiplin, percaya diri, tanggung
jawab, santun, dan peduli.

Kata kunci: Peran Guru, Sikap Sosial, dan Pembelajaran Tematik.

i
ABSTRACT

Wardatul Hidayati (11140183000064). The Role of Teachers in Developing


Students' Social Attitudes on Thematic Learning in Class 2B MIN 2 Tangerang
Selatan City. Thesis Education Studies Program Teachers Madrasah
Ibtidaiyah, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, Syarif Hidayatullah
State Islamic University Jakarta.
This research is to know the role of teacher in class 2B MIN 2 City of South
Tangerang in developing social attitude on thematic learning. This research was
conducted in MIN 2 Tangerang Selatan City in class 2B academic year
2017/2018. The approach in this research is descriptive qualitative approach,
with case study method, supported by field research and references related to the
theme discussed. Data collection techniques used observation, interviews, field
notes and documentation studies. To test the validity of data using credibility test
with source triangulation, technique and time, transferability test, dependability
test, and confirmability test.

Based on the result of the research, it can be concluded that the teacher
runs its role in thematic learning as demonstrator, class manager, mediator,
facilitator, communicator, motivator, inspirator, educator and evaluator. As a
demonstrator, showing me a well-dressed, polite and Islamic manner, speaks well,
answers greetings, guides students to pray, and shows how each material taught
can be understood by students. As a classroom manager, thematic teachers
organize student seats, organize student schedules in leading prayers, engage
students in hygiene activities or class pickets. As mediators, thematic teachers
provide and involve students in using instructional media. As facilitators, thematic
teachers facilitate students' needs and do not act arbitrarily. As communicators,
thematic teachers provide information that elicits a sense of student curiosity. As
a motivator, thematic teachers give praise and encourage students to dare to
appear in front of the class, motivating students to help difficulty friends so as to
develop students' caring attitude. As inspirators, thematic teachers provide
inspiring stories. As educators, thematic teachers counsel students. As evaluators,
the thematic teachers perform the test and non test assessments so. The social
attitude developed in MIN 2 Tangerang Selatan City are: honest, disciplined,
confident, responsible, polite, and caring.

Keywords: Teacher Roles, Social Attitudes, and Thematic Learning.

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat, rahmat, dan karunianya sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga senantiasa
tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, para sahabatnya,
hingga kepada umatnya sampai akhir zaman, aamiin.

Dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai
pihak yang telah membantu, membimbing dan memberikan semangat, untuk itu
dengan senang hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA.
2. Ketua Jurusan Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Bapak Dr. Khalimi, MA.
3. Sekretaris Jurusan Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
sekaligus dosen pembimbing yang banyak meluangkan waktu dan
membimbing penulis dengan penuh kesabaran, Bapak Asep Ediana
Latip, M.Pd.
4. Dosen penasehat akademik yang selalu memberikan arahan dan nasihat,
serta mempermudah peneliti secara administrasi akademik, sehingga
skripsi ini dapat diajukan dan diujikan, Bapak Drs. H. Abdul Shomad,
MA.
5. Dosen yang banyak memberikan waktu untuk mendengar curhatan
penulis, memberi arahan, motivasi, dan bimbingan serta membantu
penulis dalam menyusun skripsi, Ibu Dr. Fidrayani, M.Pd.
6. Seluruh dosen dan staf FITK yang telah memberikan banyak pengalaman
dan ilmu yang bermanfaat.

iii
7. Kepala Sekolah MIN 2 Kota Tangerang Selatan yang telah memberikan
izin penelitian dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan
penelitian, Ibu Dra. Hj. Jetty Maynur, M. Pd.
8. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan MIN 2 Kota Tangerang
Selatan yang telah bersedia untuk menjadi informan wawancara, Ibu Siti
Fakhroh, MA.
9. Guru kelas 2B MIN 2Kota Tangerang Selatan yang telah banyak
membantu dan bersedia menjadi informan selama proses penelitian
berlangsung, Ibu Annisah, S.Pd.
10. Seluruh guru, karyawan, staf Tata Usaha (TU), dan siswa-siswi MIN 2
Kota Tangerang yang telah memberikan kontribusi, motivasi, dan
inspirasi bagi penulis.
11. Orang tua tercinta yang telah mendidik, memberikan ridho, dukungan
serta do‟a hingga kasih sayang yang tulus dan ikhlas kepada penulis,
Bapak Nurdin dan Ibu Asmanih.
12. Kakak, adik, dan sepupu-sepupu yang selalu dirindu, serta keluarga besar
Bapak Anwar (alm) dan Bapak H.Ahmad Nian yang selalu mendo‟akan,
memberikan dorongan untuk keberhasilan penulis dalam proses
penyelesaian skripsi ini.
13. Sahabat-sahabatku „LIMA‟: Hafsah, Umi, Elena dan Kiki. Sahabat
debat yang sulit menyatu dalam pikiran namun kita selalu disatukan
dalam do‟a, yang tiada hentinya memberikan dorongan kepada penulis.
14. Sahabat kecilku hingga sampai saat ini „My Gurlz‟: Hani, Jihan dan Ismi
yang selalu mewarnai hari-hari penulis penuh dengan kebahagiaan.
15. Keluarga „GROFENCE‟: 32 in 1, yang telah berjuang bersama pada
masanya, memberikan banyak kenangan yang tak terlupakan.
16. Sahabatku Nurul Fadhilah, yang mengaku „sahabat‟ kalau ada maunya,
teman saman bareng, tempat curhat dikala bingung.
17. Teman-teman seperjuangan PGMI 2014 yang telah memberikan
motivasi, pengalaman, serta bantuan selama menjadi mahasiswa UIN
Jakarta.

iv
18. Keluarga besar Pojok Seni Tarbiyah (POSTAR) yang telah memberikan
banyak pelajaran, pengalaman yang luar bisa, dan menyemangati penulis
dalam menyelesaikan skripsi.
19. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada semua pihak yang namanya
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT memberikan
balasan kebaikan, ridho dan kasih sayang yang berlipat ganda kepada semuanya.
Aamiin. Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis serahkan segala sesuatunya.
Mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi penulis.

Jakarta, Mei 2018

Penulis

v
DAFTAR ISI

Halaman
COVER
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
ABSTRAK ........................................................................................................... i
ABSTRACT .......................................................................................................... ii
Kata Pengantar ................................................................................................... iii
Daftar Isi ............................................................................................................. vi
Daftar Tabel......................................................................................................... ix
Daftar Gambar .................................................................................................... x
Daftar Lampiran ................................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1


A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................ 6
C. Pembatasan Masalah ............................................................................... 6
D. Rumusan Masalah ................................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian .................................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian .................................................................................. 8

BAB II KAJIAN TEORI ................................................................................... 9


A. Sikap Sosial Siswa .................................................................................. 9
1. Definisi Sikap Sosial .......................................................................... 9
2. Karakteristik Perkembangan Sikap Sosial Siswa Sekolah Dasar....... 10
3. Sikap Sosial Siswa ............................................................................. 10
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Sosial Siswa .................... 14
B. Peran Guru .............................................................................................. 18
1. Definisi Peran ..................................................................................... 18

vi
2. Definisi Guru ...................................................................................... 18
3. Peran Guru dalam Proses Pembelajaran............................................. 19
C. Upaya Guru dalam Mengembangkan Sikap Sosial Siswa ...................... 26
D. Pembelajaran Tematik ............................................................................ 28
1. Definisi Pembelajaran Tematik .......................................................... 28
2. Karakteristik Pembelajaran Tematik .................................................. 28
3. Langkah-Langkah Pembelajaran Tematik ......................................... 29
E. Hasil Penelitian Yang Relevan ............................................................... 30
F. Kerangka Berpikir ................................................................................... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 34


A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 34
1. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 34
2. Latar penelitian ................................................................................... 35
B. Metode Penelitian ................................................................................... 37
C. Populasi dan Sampel ............................................................................... 38
1. Populasi .............................................................................................. 38
2. Sampel ................................................................................................ 38
D. Prosedur Pengumpulan Dan Pengolahan Data ....................................... 39
1. Data dan Sumber Data........................................................................ 39
2. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ......................................... 40
a. Observasi ......................................................................................... 40
b.Wawancara....................................................................................... 43
c. Catatan Lapangan ............................................................................ 45
d.Dokumentasi .................................................................................... 46
E. Pemeriksaan Keabsahan Data ................................................................. 46
1. Uji Kredibilitas ................................................................................... 46
2. Pengujian Transferability ................................................................... 47
3. Pengujian Dependability .................................................................... 47
4. Pengujian Konfirmability ................................................................... 48
F. Analisis Data ........................................................................................... 48

vii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................................. 50
A. Deskripsi Data ......................................................................................... 50
1. Sikap sosial yang dikembangkan di kelas 2B MIN 2 Kota Tangerang
Selatan ................................................................................................ 50
2. Peran guru dalam mengembangkan sikap sosial siswa pada
pembelajaran tematik ......................................................................... 60
B. Pembahasan............................................................................................. 70
1. Sikap sosial yang dikembangkan di kelas 2B MIN 2 Kota Tangerang
Selatan ................................................................................................ 70
2. Peran guru dalam mengembangkan sikap sosial siswa pada
pembelajaran tematik ......................................................................... 72

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN .................................... 78


A. Kesimpulan ............................................................................................. 78
B. Implikasi ................................................................................................. 79
C. Saran ....................................................................................................... 79

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 80

LAMPIRAN ......................................................................................................... 86

viii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Alokasi waktu penelitian ....................................................................... 34


Tabel 3.2. Peserta didik MIN 2 ............................................................................. 36
Tabel 3.3. Kisi-Kisi Observasi Siswa ................................................................... 40
Tabel 3.4. Kisi-Kisi Observasi Guru ..................................................................... 41
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Wawancara ............................................................................ 44
Tabel 3.6 Dokumen yang Diperlukan ................................................................... 46

ix
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ............................................................................. 33


Gambar 4.1 Siswa Mengerjakan Soal Penilaian Tengah Semester (PTS) ............ 51
Gambar 4.2 Raihan Mengembalikan Rautan Kepada Sabqi ................................. 52
Gambar 4.3 Siswa Sedang Mengembalikan Peralatan Belajar pada Loker .......... 53
Gambar 4.4 Siswa Sedang Merapikan Meja dan Kursi ....................................... 55
Gambar 4.5 Siswa Meminjamkan Alat Kepada Teman ........................................ 57
Gambar 4.6 Siswa Sedang Membantu Teman ...................................................... 58
Gambar 4.7 Siswa Tampil di Depan Kelas Menjelaskan Kepada Teman-
Temannya ...................................................................................... 59
Gambar 4.8 Siswa Mengacungkan Tangan Sebelum Mengemukakan Pendapat . 59
Gambar 4.9 Jadwal Pembelajaran Tertera di Depan Kelas ................................... 62
Gambar 4.10 Guru dan Siswa Sedang Membersihkan Kelas ............................... 63
Gambar 4.11 Terdapat Rak Buku yang Tersusun Dengan Rapi ........................... 63
Gambar 4.12 Media Pembelajaran Untuk Membuat Prakarya ............................. 64
Gambar 4.13 RPP Kelas Diarsipkan dalam 1 Bundel ........................................... 65
Gambar 4.14 Guru Menginformasikan Kepada Siswa Cara Pembuatan Prakarya
Dapat Menggunakan Barang Bekas. ............................................. 66
Gambar 4.15 Guru Melakukan Penilaian Lembar PTS Siswa .............................. 69

x
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Bimbingan Skripsi .................................................................... 87


Lampiran 2 Surat Izin Penelitian........................................................................... 88
Lampiran 3 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ................................. 89
Lampiran 4 Lembar Uji Referensi ........................................................................ 90
Lampiran 5 Lembar Observasi Siswa ................................................................... 96
Lampiran 6 Lembar Observasi Guru..................................................................... 99
Lampiran 7 Catatan Lapangan ............................................................................103
Lampiran 8 Pedoman Wawancara Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan..130
Lampiran 9 Pedoman Wawancara Guru Kelas ...................................................131
Lampiran 10 Pedoman Wawancara Siswa ..........................................................132
Lampiran 11 Tanskrip Wawancara Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan 133
Lampiran 12 Tanskrip Wawancara Guru Kelas ..................................................140
Lampiran 13 Tanskrip WawancaraSiswa............................................................145
Lampiran 14 Jadwal Mata Pelajaran Kelas 2B ...................................................162
Lampiran 15 Foto-Foto Dokumentasi .................................................................163
Lampiran 16 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ...................................165

xi
BAB I

PENDAHULAN

A. Latar Belakang Masalah


Setiap orang berhak untuk mendapatkan pendidikan. Sebab, pendidikan
merupakan benteng utama dalam menyiapkan sumber daya manusia yang
berkualitas. Pendidikan dapat diselenggarakan pada jalur formal, non-formal,
dan informal. Pendidikan formal diselenggarakan di sekolah dan berjenjang,
mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, hingga pendidikan tinggi.
Pendidikan non-formal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang
memerlukan layanan pendidikan sebagai pelengkap pendidikan formal.
Sedangkan pendidikan informal merupakan kegiatan belajar mandiri yang
diselenggarakan di lingkungan dan keluarga.
Pada jalur pendidikan formal terdapat kurikulum yang digunakan
sebagai pedoman pendidikan. Indonesia telah mengalami perubahan
kurikulum, mulai dari kurilukum 1947, 1964, 1968, 1973, 1975, 1984, 1994,
1997, 2004, 2006, hingga 2013.
Sejak Tahun 2013 pemerintah telah mengeluarkan kebijakan tentang
penerapan kurikulum baru kemudian dikenal dengan kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 lahir dengan semangat untuk merekonstruksi pendidikan
Indonesia agar mampu menjadi wadah bagi anak-anak Indonesia untuk
mengembangkan segala potensi mereka.1
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 Pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa:
kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

1
Wahyu Widodo, dkk., Implementasi Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2016), Cet. 1, h. 2.

1
2

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan


tertentu.2
Untuk mencapai tujuan pendidikan perlu dilakukan penilaian agar
diketahui seberapa jauh proses pembelajaran tersebut telah mencapai hasil
sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
Herlianti mengemukakan bahwa penilaian pada pembelajaran tidak
hanya menilai hasil belajar siswa melainkan juga menilai proses.
Penilaian proses adalah upaya memberikan nilai terhadap kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa, sedangkan penilaian
hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil belajar yang
dicapai dengan menggunakan kriteria tertentu. Hasil belajar
mengandung kompetensi pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-
nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.3
Salah satu penilaian hasil belajar siswa yaitu penilaian sikap. Hal ini
sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan yang
menyebutkan bahwa penilaian sikap merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
pendidik untuk memperoleh informasi deskriptif mengenai perilaku peserta
didik.4
Penilaian sikap yang dapat dikembangkan di sekolah salah satunya
adalah penilaian sikap sosial. Sebagaimana dalam pembelajaran kurikulum
2013 perencanaan penilaian sikap sosial dilakukan berdasarkan Kompetensi
Inti 2 (KI-2).
Sikap sosial perlu dikembangkan pada usia anak sekolah dasar (6-12
tahun). Pada usia tersebut merupakan tahap penting dalam pembentukan
karakter anak yang sedang mengalami perkembangan fisik dan motorik,
sosial, kognitif, bahasa, kepribadian, watak, emosional, serta moral.

2
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, (kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp-content/uploads/2016/08/UU_no_20_th_2003.pdf),
diunduh pada hari Jum‟at, 26 Januari 2018 pukul 06.45 WIB.
3
Yanti Herlianti, Pembelajaran Tematik, (Jakarta: UIN Press, 2015), Cet. 1, h. 122.
4
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan, (http://bsnp-indonesia.org/wp-
content/uploads/2009/09/Permendikbud_Tahun2016_Nomor023.pdf), diunduh pada hari Jum‟at,
26 Januari 2018 pukul 07.43 WIB.
3

Berbagai masalah terjadi akibat kurang berkembangnnya sikap sosial


yang baik di kehidupan terutama di sekolah. Seperti kasus beredarnya video
kekerasan sejumlah siswa yang terjadi di sekolah dasar swasta di kota
Bukittinggi Sumatera Barat tahun 2014. Tampak seorang siswi berpakaian
seragam SD dan berjilbab berdiri di pojok ruangan. Sementara beberapa
siswa termasuk siswi lainnya secara bergantian melakukan pemukulan dan
tendangan.5
Menurut KPAI, saat ini kasus bullying menduduki peringkat teratas
pengaduan masyarakat. Dari 2011 hingga agustus 2014, KPAI mencatat 369
pengaduan terkait masalah tersebut. Jumlah itu sekitar 25% dari total
pengaduan di bidang pendidikan sebanyak 1.480 kasus. Bullying yang disebut
KPAI sebagai bentuk kekerasan di sekolah, mengalahkan tawuran pelajar,
diskriminasi pendidikan, ataupun aduan pungutan liar.6
Kasus bullying tersebut menggambarkan sikap tanggung jawab siswa
yang tidak baik. Sebagai seorang siswa di sekolah seharusnya dapat
menjalankan tanggung jawab sebagaimana mestinya. Tanggung jawab siswa
di sekolah yaitu melaksanakan tugas dan kewajiban yang diberikan guru
dengan baik bukan membully temannya.
Dalam detiknews yang terbit pada 13 Desember 2017 diberitakan
bahwa terdapat viral video bully siswa sekolah dasar di Sumatera Selatan.
Menurut Kasubbag media dan komunikasi Pemkab OKI, Adiyanti, Kejadian
tersebut terjadi pada 27 November 2017, awalnya hanya main-main. Siswa
kelas V menyuruh siswa kelas I untuk berantem kemudian direkam melalui
handphone. Video diambil di lingkungan sekolah saat jam istirahat.7
Selain itu, ada kasus tawuran pada anak sekolah dasar di Magelang
yang diterbitkan dalam tribunnews pada 18 Februari 2018. Diberitakan bahwa

5
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), David Setyawan (penayang), 2014,
(http://www.kpai.go.id/berita/kpai-kasus-bullying-dan-pendidikan-karakter/), diunduh pada hari
Senin, 19 Februari 2018 pukul 07.45 WIB.
6
Ibid.
7
Raja Adil Siregar, “Viral Video Bully Siswa SD di Sumsel, Ini Penjelasan Disdik”,
detiknews, (https://news.detik.com/berita/d-3768657/viral-video-bully-siswa-sd-di-sumsel-ini-
penjelasan-disdik), diunduh pada hari Senin, 19 Februari 2018 pukul 07.45 WIB.
4

siswa dari dua sekolah saling berhadapan dan melakukan perkelahian


berbekal senjata tajam. Saat diamankan, polisi menemukan kayu, gear, dan
senjata lainnya.8
Kasus tersebut menggambarkan sikap ketidakdisiplinan siswa terhadap
aturan sekolah. Padahal secara umum sekolah menghimbau agar siswa
sekolah dasar tidak diperkenankan membawa handphone dan senjata tajam.
Hal tersebut menjadi teguran para guru agar dapat mengembangkan
sikap yang baik bagi peserta didiknya. Guru sebagai sosok yang menjadi
teladan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dalam
mengembangkan sikap sosial siswa. Sebab, guru adalah orang yang setiap
harinya melakukan interaksi langsung dengan siswa di sekolah dan
memahami bagaimana karakter, perkembangan sikap serta kognitif peserta
didiknya.
Keberadaan guru diyakini mampu memberikan wahana penyegaran
terhadap anak didik yang membutuhkan peningkatan dalam aplikasi
keilmuannya. Begitu vitalnya peran guru dalam dunia pendidikan, sehingga ia
menempati posisi yang amat strategis dalam lingkungan sekolah dan
masyarakat.9
Sesuai dengan pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.10

8
Pravitri Retno W, “Bocah SD di Magelang Tawuran Bawa Senjata Tajam, Polisi Kaget
Saat Menggeledah Isi Tas Mereka”, tribunnews, (http://jambi.tribunnews.com/2018/02/18/bocah-
sd-di-magelang-tawuran-bawa-senjata-tajam-polisi-kaget-saat-menggeledah-isi-tas-
mereka?page=3), diunduh pada hari Selasa, 20 Februari 2018 pukul 16.26 WIB.
9
Muhammad Takdir Ilahi, Revitalisasi Pendidikan Berbasis Moral, (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2016), Cet. 3, h. 115-116.
10
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen,
(luk.staff.ugm.ac.id/atur/UU14-2005GuruDosen.pdf), diunduh pada hari Jum‟at, 22 Januari 2018
pukul 21.26 WIB.
5

Dari permasalahan di atas perlu dilakukan penelitian untuk


membuktikan peran guru yang bagaimanakah yang dapat mengembangkan
sikap sosial siswa di kelas 2B MIN 2 Kota Tangerang Selatan.
Sehubungan dengan hal tersebut MIN 2 Kota Tangerang Selatan
merupakan salah satu madrasah unggulan se-Banten. MIN 2 Kota Tangerang
Selatan dikenal sebagai madrasah dengan segudang prestasi, baik prestasi
akademik maupun non akademik. Hal yang menarik dari MIN 2 Tangsel,
yaitu bahwa madrasah berani memberikan garansi atau jaminan terhadap
lulusannya. Ada sejumlah kualifikasi yang dijamin akan dimiliki siswa-siswa
lulusan MIN 2 Tangsel, yaitu: (1) Memiliki akidah yang kuat. (2) Istiqomah
dalam beribadah. (3) Tartil membaca al-Quran. (4) Hafal Juz amma, beberapa
Al-quran dan Hadits. (5) Berbakti Kepada orang tua dan hormat pada guru.
(6) Sayang dengan teman dan sesama. (7) Disiplin, (8) Peduli, (9)Percaya
diri, (10) Senang membaca, (11) Memiliki life skill.11
Berdasarkan hasil observasi pada bulan Agustus-November 2017
ditemukan bahwa guru-guru di MIN 2 Kota Tangerang Selatan dapat
mencontohkan dengan baik bagaimana seharusnya sikap sosial yang dimiliki
siswanya, dan siswanya pun dapat mengaplikasikan sikap sosial dengan baik.
Beberapa fakta yang ditemukan berdasarkan hasil observasi yaitu: pertama,
MIN 2 Kota Tangerang Selatan memiliki program hidden curriculum yang
dilaksanakan setiap hari Senin-Jum‟at pukul 07.00-07.30 WIB. Kedua, ketika
kegiatan hidden curriculum akan dimulai pukul 07.00 WIB pintu gerbang
sekolah ditutup dan terlihat seorang siswa yang diantar orang tuanya
terlambat datang. Pihak sekolah tidak memperkenankan siswa tersebut untuk
mengikuti kegiatan pembelajaran di sekolah. Ketiga, saat ujian tengah
semester berlangsung penulis mendapat kesempatan untuk mengawasi siswa
di salah satu kelas yaitu kelas 2B, penulis mengamati bahwa tidak ada siswa
yang bekerjasama dengan siswa yang lain. Keempat, MIN 2 Kota Tangerang
Selatan menerapkan kegiatan jum‟at bersih, dan amal setiap hari jumat serta
11
Kementrian Agama, (https://banten2.kemenag.go.id/berita/461483/min-2-kota-tangsel-
madrasah-dengan-segudang-prestasi), diunduh pada hari Jum‟at, 26 Januari 2018 pukul 13.45
WIB.
6

menerapkan kegiatan sholat berjamaah setiap hari mulai dari kelas 1 hingga
kelas 6. Kelima, dilakukan Aksi Cepat Tanggap (ACT) berupa bantuan dana
untuk para korban bencana seperti kejadian yang menimpa warga Rohingya
dan kejadian banjir di Sukabumi. Keenam, ketika pembelajaran di dalam
kelas berlangsung siswa-siswi MIN 2 Kota Tangerang Selatan khususnya di
kelas 2B belajar dengan tertib, mendengarkan apa yang disampaikan oleh
guru dan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.
Dalam hal ini penelitian difokuskan pada cara yang dilakukan guru
dalam mengembangkan sikap sosial siswa. Berdasarkan permasalahan
tersebut maka menjadi latar belakang untuk dilakukan penelitian dengan
judul: Peran guru dalam Mengembangkan Sikap Sosial Siswa pada
Pembelajaran Tematik di Kelas 2B MIN 2 Kota Tangerang Selatan.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka masalah dapat diidentifikasi
sebagai berikut:
1. Kasus bullying menggambarkan sikap tanggung jawab siswa yang tidak
baik. Tanggung jawab siswa di sekolah yaitu melaksanakan tugas dan
kewajiban yang diberikan guru dengan baik bukan membully temannya.
2. Ketidakdisiplinan siswa terhadap peraturan sekolah disebabkan karena
kurangnya pengawasan guru dan pihak sekolah yang mengakibatkan sikap
sosial siswa kurang baik.
3. Interaksi secara langsung antara guru dengan siswa dapat mempengaruhi
perkembangan sikap sosial siswa.

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, untuk memperoleh fokus penelitian
ini maka dibatasi pada masalah: kurangnya pengawasan guru dan pihak
sekolah yang mengakibatkan sikap sosial siswa yang kurang baik serta
interaksi secara langsung antara guru dengan siswa dapat mempengaruhi
perkembangan sikap sosial siswa.
7

Dalam penelitian dibatasi penelitian pada:


1. Peran guru yang diterapkan dalam pembelajaran tematik di MIN 2 Kota
Tangerang Selatan.
2. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel di kelas 2B
3. Sikap sosial siswa yang diteliti yaitu jujur, disiplin, peduli, santun, percaya
diri dan bertanggung jawab.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan penelitian tersebut,
maka dirumuskan masalah utama dalam penelitian ini adalah bagaimana
peran guru dalam mengembangkan sikap sosial siswa pada pembelajaran
tematik di MIN 2 kota Tangerang Selatan?
Adapun untuk memudahkan dalam proses pengumpulan data, rumusan
masalah di atas akan dirinci dalam beberapa pertanyaan dasar sebagai berikut:
1. Sikap sosial apa saja yang dikembangkan di MIN 2 Kota Tangerang
Selatan?
2. Bagaimana peran guru di kelas 2B MIN 2 Kota Tangerang Selatan dalam
mengembangkan sikap sosial pada pembelajaran tematik?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui peran guru dalam mengembangkan sikap sosial
siswa pada pembelajaran tematik di MIN 2 Kota Tangerang Selatan.
Adapun tujuan penelitian yang dirinci dalam beberapa pertanyaan dasar
adalah untuk :
1. Mengetahui sikap sosial yang dikembangkan di MIN 2 Kota Tangerang
Selatan.
2. Mengetahui peran guru di MIN 2 Kota Tangerang Selatan dalam
mengembangkan sikap sosial pada pembelajaran tematik.
8

F. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoretis
Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, membuktikan dan menguji teori
peran guru khususnya pada bidang keguruan sehingga dapat memberikan
sumbangan yang berharga pada perkembangan ilmu keguruan di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Manfaat Praktis
1. Bagi akademisi, dapat menjadi tambahan referensi guna mempermudah
akademisi atau pihak lain yang akan melakukan penelitian, serta
mengembangkan wacana pendidikan dalam kehidupan nyata.
2. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan memberikan informasi bahwa
menjadi seorang guru dan pendidik diperlukan banyak cara agar dapat
mengembangkan sikap sosial yang baik.
3. Bagi peneliti, sebagai pengalaman yang bermanfaat untuk mengetahui
peran guru dalam mengembangkan sikap sosial ketika terjun ke
lapangan serta sebagai wadah untuk mengembangkan pengetahuan.
4. Bagi pembaca, dapat digunakan sebagai informasi dan pengetahuan
tentang peran guru dalam mengembangkan sikap sosial siswa yang
baik. Lainnya
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Sikap Sosial Siswa


1. Definisi Sikap Sosial
Menurut Hog dan Vaughan, “Attitude is one of the important and
fundamental concept in the social psychology”1 artinya bahwa Sikap
adalah salah satu konsep penting dan fundamental dalam psikologi sosial.
Wicker mengatakan: “... attitude is equated with the probability of
recurrece of behavior forms of a given type or direction”. Sikap adalah
probabilitas perulangan bentuk perilaku menuju arah tertentu, jadi sikap
merupakan arah bentuk perilaku tertentu. 2
Gagne merumuskan sikap dengan mengatakan: “we define attitude
as an internal state that influences (moderates) the choices of
personal action made by the individual. Attitudes are generally
considered to have affective (emotional) components, cognitive
aspects, and behavioral consequences.” Dalam pandangan Gagne
sikap dimengerti sebagai keadaan batiniah seseorang, yang dapat
mempengaruhi seseorang dalam melakukan pilihan-pilihan
tindakan personalnya. Sikap sendiri secara umum terkait dengan
ranah kognitif dan ranah afektif serta membawa konsekuensi pada
tingkah laku seseorang.3

Sejalan dengan definisi tersebut, dalam buku Psycological


Problems sikap menurut Narramore dinyatakan sebagai berikut:
“Attitudes: A mental set to respond in a certain manner to an object or
experience”. Dalam definisi ini sikap juga dipandang sebagai penentu
respons terhadap obyek atau pengalaman tertentu.4

1
Azam Farah Bidjari, “Attitude and Social Representation”, Procedia Social and
Behavioral Sciences, h. 1593 , (https://www.sciencedirect.com/science/.../S18770428110213...)
diunduh pada hari Kamis, 25 Januari 2018 pukul 00.36 WIB.
2
Pupuh Fathurrohman dan Aa Suryana, Guru Profesional, (Bandung: PT Refika Aditama,
2012), Cet. 1, h. 102.
3
Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai Karakter: Konstruktivisme dan VCT sebagai
Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 67.
4
Pupuh Fathurrohman dan Aa Suryana, Loc. Cit.

9
10

Sedangkan menurut Gerung dalam Mappiare, sikap secara umun


diartikan sebagai kesediaan bereaksi individu terhadap sesuatu hal. Sikap
merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan
tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek tersebut.5
Dapat disimpulkan bahwa sikap adalah konsep atau bentuk perilaku
yang mempengaruhi seseorang dalam menentukan pilihan tindakan
sebagai respons terhadap suatu hal atau objek.

2. Karakteristik Perkembangan Sosial Siswa Sekolah Dasar


Usia rata-rata anak Indonesia sekolah dasar adalah 6-12 tahun.
Anak usia sekolah dasar berada dalam dua masa perkembangan, yaitu
masa kanak-kanak tengah (6-9 tahun), dan masa kanak-kanak akhir (10-
12 tahun). Anak-anak usia sekolah memiliki karakteristik yang berbeda
dengan anak-anak yang usianya lebih muda. Ia senang bermain, senang
bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau
melakukan sesuatu secara langsung.6
Siswa kelas 2 merupakan siswa sekolah dasar tingkat rendah,
memiliki kecenderungan untuk menirukan dan memanipulasi dari objek
yang diamati terutama guru kelas yang menjadi salah satu orang yang
dianggap penting. Bahkan, siswa sekolah dasar tingkat rendah lebih
mendengarkan apa yang dikatakan gurunya dibandingkan orangtuanya.
Pada siswa kelas 2 merupakan masa dimana mereka sudah bisa
menyesuaikan diri dengan teman, guru dan lingkungan sekolah, sikapnya
sudah dibentuk sejak pra sekolah, Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD)/Taman Kanak-Kanak (TK), hingga duduk di bangku kelas 1.

3. Sikap Sosial Siswa


Maio dan Haddock mendefinisikan sikap sebagai “evaluasi
menyeluruh terhadap suatu objek berdasarkan informasi kognitif, afektif,

5
Sunarto dan Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008),
h. 170.
6
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2010), Cet. 2, h. 35.
11

dan behavioral.”7 Sedangkan menurut Soekanto bersosialisasi adalah


sikap atau perilaku seorang individu dengan individu atau kelompok
yang lain dalam kehidupan sehari-hari.8
Dapat disimpulkan bahwa sikap sosial adalah konsep atau bentuk
perilaku yang mempengaruhi seseorang dalam menentukan pilihan
tindakan sebagai respons terhadap suatu hal atau objek sosial antara
individu terhadap individu atau kelompok dalam kehidupan sehari-hari.
Tiap sikap memiliki 3 kompenen yaitu komponen kognitif, komponen
afektif, dan komponen behavioral.
3 komponen sikap berdasarkan model tripartit sikap:
a. Komponen kognitif
Keyakinan-keyakinan seseorang tentang suatu objek
berdasarkan persepsi-persepsi terhadap fakta. misalnya seorang anak
meyakini bahwa cokelat memiliki nilai gizi yang tinggi.
b. Komponen Afektif
Perasaan-perasaan seseorang terhadap suatu objek bergantung
pada nilai-nilai. Misalnya seorang anak mengaitkan cokelat dengan
perasaan menyenangkan.
c. Komponen behavioral
Perilaku seseorang sebelumnya terhadap suatu objek berakar
dari pengamatan terhadap perilaku dirinya. Misalnya seorang anak
makan cokelat setiap hari selama satu tahun terakhir.9
Penilaian sikap sosial dapat dilakukan pada saat kegiatan
pembelajaran misalnya, saat berdiskusi dalam kelompok dapat dinilai
sikap santun, sikap tanggungjawab, saat presentasi dapat dinilai sikap
percaya diri. Penilaian sikap dapat juga dilakukan di luar kegiatan
pembelajaran, misalnya sikap disiplin dengan mengamati kehadiran

7
Jenny Mercer & Debbie Clayton, Psikologi Sosial, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2012), h.
3.
8
Nuraida dan Rihlah Nur Aulia, Pendidikan Karakter untuk Guru, (Jakarta: Aulia
Publishing House, 2010), Cet. 3, h. 91.
9
Jenny Mercer & Debbie Clayton, Op. Cit., h.5.
12

peserta didik, sikap jujur, santun dan peduli, dapat diamati pada saat
peserta didik bermain bersama teman.10
Jadi, sikap sosial seseorang dapat diperhatikan oleh kelompok
dengan objek sosial tertentu. Aspek yang termasuk dalam aspek sikap
sosial yaitu: jujur, disiplin, bertanggung jawab, santun, percaya diri, dan
peduli.
a. Jujur
Jujur merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan
dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain.
b. Disiplin
Disiplin merupkan suatu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib
dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
c. Bertanggung Jawab
Bertanggung Jawab merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya
dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam,
sosial dan budaya), negara dan Tuhan YME.
d. Santun
Santun merupakan sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata
bahasa maupun tata perilakunya ke semua orang.
e. Percaya Diri
Percaya diri merupakan sikap yakin akan kemampuan diri sendiri
terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya.11
f. Peduli
Peduli yaitu memperlakukan orang lain dengan sopan, bertindak
santun, toleran terhadap perbedaan, tidak suka menyakiti orang lain,
mau mendengar orang lain, mau berbagi, tidak merendahkan orang

10
Kementrian Pendidikan dan kebudayaan, Panduan Penilaian untuk Sekolah Dasar (SD),
2015, h.21.
11
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasi, (Bandung: Penerbit
Alfabeta, 2012), Cet. 2, h. 33-34.
13

lain, tidak mengambil keuntungan dari orang lain, mampu bekerja


sama, mau terlibat dalam kegiatan masyarakat, menyayangi manusia
dan makhluk lain, setia, cinta damai dalam menghadapi persoalan.12
Menurut Wafiqni dan Latip perkembangan sosial pada anak-anak
sekolah dasar ditandai dengan adanya perluasan hubungan, disamping
dengan keluarga, anak juga mulai membentuk ikatan baru dengan teman
sebayanya atau dengan teman sekelasnya, sehingga ruang gerak
hubungan sosialnya telah bertambah luas.13
Pada anak usia MI/SD (6-12 tahun) sedang mengalami
perkembangan sosial dimana sikap sosial yang telah terbentuk
merupakan hasil dari pengalaman sosial awal. Apabila sikap sosial yang
terbentuk sudah baik atau buruk, maka memudahkan atau menyulitkan
perkembangan sosial anak selanjutnya. Sikap-sikap sosial tersebut dapat
dikembangkan siswa di sekolah melalui aktivitas pembelajaran dengan
teman-teman sekelas atau sebayanya.
Adapun Indikator sikap sosial yang dapat dikembangkan terdapat
dalam buku penduan penilaian guru yaitu:
a. Jujur
1) Mengerjakan soal penilaian tanpa mencontek
2) Mengembalikan barang yang dipinjam
b. Disiplin
1) Memakai pakaian seragam lengkap dan rapi
2) Mengambil dan mengembalikan peralatan belajar pada tempatnya
c. Bertanggung Jawab
1) Menyelesaikan tugas yang diberikan
2) Mengakui kesalahan
3) Melaksanakan piket kebersihan

12
Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. 1, h. 51
13
Nafia Wafiqni dan Asep Ediana Latip, Psikologi Perkembangan Anak Usia MI/SD,
(Jakarta: UIN Press, 2015), Cet. 1, h. 142.
14

d. Santun
1) Menghormati orang lain
2) Berbicara atau bertutur kata halus tidak kasar
e. Peduli
1) Meminjamkan alat kepada teman yang tidak membawa/memiliki
2) Menolong teman yang mengalami kesulitan
f. Percaya Diri
1) Berani tampil di depan kelas
2) Berani mengemukakan pendapat14
Indikator-indikator tersebut merupakan beberapa indikator
ketercapaian sikap sosial. Sikap ini tidak serta merta merupakan bawaan
dari dalam diri siswa, akan tetapi merupakan sesuatu yang dapat
dilatihkan, perlu bimbingan guru untuk mengembangkan sikap sosial
siswa.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sikap Sosial


Siswa
Menurut Yusuf dan Sugandhi ada 2 faktor yang mempengaruhi
perkembangan peserta didik, yaitu:
a. Faktor Genetika (Hereditas)
Hereditas merupakan “totalitas karakteristik individu yang
diwariskan orang tua kepada anak, atau segala potensi (baik fisik
maupun psikis) yang dimiliki individu sejak masa konsepsi sebagai
pewarisan dari pihak orang tua melalui gen-gen”.
Lebih lanjut dapat dikemukakan bahwa fungsi hereditas dalam
kaitannya dengan perkembangan kepribadian adalah sebagai sumber
bahan mentah kepribadian seperti fisik, inteligensi dan tempramen;
membatasi perkembangan kepribadian; dan memengaruhi keunikan
kepribadian.

14
Kementrian Pendidikan dan kebudayaan, Op.Cit., h. 23-24.
15

b. Faktor Lingkungan
1) Lingkungan Keluarga
Alasan tentang pentingnya peranan keluarga bagi
perkembangan anak adalah keluarga merupakan kelompok sosial
pertama yang menjadi pusat identifikasi anak; keluarga merupakan
lingkungan pertama yang mengenalkan nilai-nilai kehidupan
kepada anak; orang tua dan anggota keluarga merupakan
“significant people” bagi perkembangan kepribadian anak;
keluarga sebagai institusi yang memfasilitasi kebutuhan dasar
insani (manusiawi), baik yang bersifat fisik-biologis, maupun
sosiopsikologis, dan anak banyak menghabiskan waktunya di
lingkungan keluarga.
2) Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara
sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan/atau
pelatihan dalam rangka membantu para siswa agar mampu
mengembangkan potensinya secara optimal, baik yang menyangkut
aspek moral-spiritual, intelektual, emosional, sosial, maupun fisik-
motoriknya. Hurlock mengemukakan bahwa sekolah merupakan
faktor penentu bagi perkembangan kepribadian anak, baik dalam
cara berpikir, bersikap, maupun berperilaku.
3) Kelompok Teman Sebaya
Melalui kelompok teman sebaya, anak dapat memenuhi
kebutuhannya untuk belajar berinteraksi sosial, belajar menyatakan
pendapat dan perasaan, belajar merespons atau menerima pendapat
dan perasaan orang lain, belajar tentang norma-norma kelompok,
dan memperoleh pengakuan dan penerimaan sosial.
4) Media Massa
Salah satu media massa yang dewasa ini sangat menarik
perhatian warga masyarakat, khususnya anak-anak adalah televisi.
Televisi memiliki pengaruh yang positif dan negatif. Pengaruh
16

yang negatif ditunjukkan dari hasil penelitian, bahwa anak-anak


yang menonton tayangan kekerasan dalam televisi perilakunya
cenderung agresif. Sementara itu apabila tayangan yang ditonton
anak adalah program yang baik, maka anak cenderung berperilaku
prososial.15
Dalam interaksi sosial, individu bereaksi membentuk pola sikap
tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Diantara
berbagai faktor yang mempengaruhinya yaitu:
a. Pengalaman Pribadi
Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan
mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Untuk dapat
menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah
meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah
terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi
yang melibatkan faktor emosional.
b. Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang
konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting
yang dimotivasi oleh keinginan untuk menghindari konflik dengan
orang yang dianggap penting tersebut. Pada masa anak-anak dan
remaja, orang tua biasanya menjadi figur yang paling berarti bagi
anak.
c. Pengaruh Kebudayaan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai
pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Kebudayaan telah
mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaan pula lah
yang memberi corak pengalaman individu-individu yang menjadi
anggota kelompok masyarakat asuhannya. Hanya kepribadian

15
Syamsu Yusuf dan Nani M. Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2011), Cet. 1, h. 21-44.
17

individu yang telah mapan dan kuatlah yang dapat memudarkan


dominasi kebudayaan dalam pembentukan sikap individual.
d. Media Massa
Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media
massa membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat
mengarahkan opini seseorang. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh
informasi tersebut, apabila cukup kuat akan memberi dasar afektif
dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
e. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem
mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan
keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri
individu. Pemahaan akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu
yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan diperoleh dari pendidikan
dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.
f. Pengaruh Faktor Emosional
Kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang
didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran
frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap
demikian merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu
frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang
lebih persisten dan bertahan lama.16
Dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi perkembangan sikap sosial peserta didik diantara yaitu
faktor dari dalam dan faktor dari luar. Faktor dari dalam yaitu hereditas
yang merupakan warisan orang tua dan faktor emosional, sedangkan
faktor dari luar yaitu faktor lingkungan baik lingkungan keluarga,
sekolah maupun kelompok teman sebaya, selain itu pengaruh orang yang

16
Saifuddin Azwar, Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1995), Ed. 2, Cet. 1, h. 30-37.
18

dianggap penting, media massa, kebudayaan, serta lembaga pendidikan


dan lembaga agama juga dapat mempengaruhinya.

B. Peran Guru
1. Definisi Peran
Arti peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang
berkedudukan dalam masyarakat.17 Menurut Katz dan Khan Peran
adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang
berdasarkan karakter dan kedudukannya.18 Sementara itu, Alvin L.
Bertrand, seperti dikutip oleh Soleman B. Taneko menyebutkan bahwa:
"Yang dimaksud dengan peran adalah pola tingkah laku yang
diharapkan dari seseorang yang memangku status atau kedudukan
tertentu".19
Adapun dapat disimpulkan definisi dari kata peran yaitu tindakan
yang dilakukan seseorang dalam menduduki suatu karakteristik (posisi)
atau kedudukan tertentu dalam masyarakat.

2. Definisi Guru
Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang
memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik.20 Menurut Sudarma
guru adalah aktor utama dan terdepan dalam proses belajar mengajar.
Guru adalah orang yang berperan langsung dalam proses belajar
mengajar.21

17
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online (KBBI), (https://www.kbbi.web.id/peran),
diunduh pada hari Selasa, 20 Februari 2018 pukul 15.49 WIB.
18
Indonesiastudent, (http://www.indonesiastudents.com/pengertian-peran-menurut-para-
ahli-dan-jenisnya/), diunduh pada hari Rabu, 21 Februari 2018 pukul 15.36 WIB.
19
Ade Sanjaya, Pengertian Peranan Definisi Menurut Para Ahli,
(http://www.landasanteori.com/2015/10/pengertian-peranan-definisi-menurut.html), diunduh pada
hari Selasa, 20 Februari 2018 pukul 15.40 WIB.
20
Sholeh Hidayat, Pengembangan Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2017), h. 2.
21
Momon Sudarma, Profesi Guru: Dipuji, Dicaci, Dan Dikritis, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2013), h. 130.
19

Sedangkan menurut Purwanto istilah “guru” sekarang sudah


mendapat arti yang luas lagi dalam masyarakat. Semua orang yang
pernah memberikan suatu ilmu atau kepandaian tertentu kepada
seseorang atau kelompok orang dapat disebut “guru”, misalnya guru silat,
guru mengetik, guru menjahit, dll.22
Dapat disimpulkan bahwa guru adalah orang yang berperan dalam
proses pembelajaran untuk memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta
didik. Guru yang dimaksud adalah guru di sekolah.

3. Peran Guru dalam Proses Pembelajaran


Guru dalam proses pembelajaran mempunyai peran yang sangat
penting. Bagaimanapun hebatnya perkembangan teknologi saat ini, peran
guru tetap diperlukan.23
Hamdayama mengemukakan peran guru dalam proses belajar
mengajar yang dianggap paling dominan dan klasifikasi guru sebagai:
demonstrator, manajer/pengelola kelas, mediator, fasilitator, dan
evaluator.24
a. Guru sebagai Demonstrator
Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer, atau
pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi
pelajaran yang akan diajarkannya, serta senantiasa
mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam
hal ilmu yang dimilikinya karena akan sangat menentukan hasil
belajar yang dicapai oleh siswa.25
Ada dua konteks guru sebagai demonstrator menurut Dr. Wina
Sanjaya, M. Pd.:

22
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014), h. 138.
23
Najib Sulhan, Karakter Guru Masa Depan Sukses & Bermartbat, (Surabaya: Jaring pena,
2011), h. 123.
24
Jumanta Hamdayana, Metodologi pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2016) Cet 1, h. 9.
25
Ibid., h. 10.
20

1) Guru harus menunjukkan sikap-sikap yang terpuji dalam setiap


aspek kehidupan. Apa yang menjadi tingkah laku guru akan
menjadi acuan bagi anak.
2) Guru harus dapat menunjukkan bagaimana caranya agar setiap
materi pelajaran bisa lebih dipahami dan dihayati oleh setiap
anak.26
b. Guru sebagai Manajer/pengelola kelas
Mengajar dengan sukses berarti harus ada keterlibatan siswa
secara aktif untuk belajar. Keduanya berjalan seiring,
keberhasilan/kesuksesan guru mengajar ditentukan oleh aktivitas
siswa dalam belajar, demikian juga keberhasilan siswa dalam belajar
ditentukan pula oleh peran guru dalam mengajar. Jadi, mengajar
dengan sukses itu tidak hanya semata-mata memberikan pengetahuan
yang bersifat kognitif saja, tetapi didalamnya harus ada perubahan
berpikir, sikap dan kemauan supaya siswa mau terus belajar.27
Sebagai manager guru bertanggung jawab memelihara
lingkungan fisik kelasnya agar senantiasa menyenangkan untuk
belajar dan mengarahkan atau membimbing proses-proses intelektual
dan sosial di dalam kelasnya. Dengan demikian guru tidak hanya
memungkinkan siswa belajar, tetapi juga mengembangkan kebiasaan
bekerja dan belajar secara efektif di kalangan siswa.28
Peranan guru dalam pengelolaan kelas adalah:
1) Memelihara lingkungan fisik kelas
2) Mengarahkan/membimbing proses intelektual dan sosial siswa
di dalam kelas

26
Sulhan, Op. Cit., h.126.
27
Jumanta Hamdayana, Op. Cit., h. 10.
28
Mally Mealiah, “Peran Guru dalam Menyiapkan Kompetensi Kerja Siswa Sesuai
Tuntutan Dunia Kerja di Industri Busana”, Seminar Internasional, h. 174,
(https://media.neliti.com/media/publications/224713-peran-guru-dalam-menyiapkan-kompetensi-
k-55692556.pdf), diunduh pada hari Selasa, 29 Mei 2018 pukul 07.37 WIB.
21

3) Mampu memimpin kegiatan pembelajaran yang efisien dan


efektif.29
c. Guru sebagai Mediator
Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media
berfungsi sebagai alat komunikasi guna mengefektifkan proses
interaksi edukatif. Sebagai mediator, guru dapat diartikan sebagai
penengah dalam proses belajar anak didik. Dalam diskusi, guru dapat
berperan sebagai penengah, sebagai pengatur lalu lintas jalannya
diskusi. Guru tidak hanya memiliki pengetahuan tentang media
pendidikan, tetapi juga harus memiliki keterampilan memilih dan
menggunakan serta mengusahakan media itu dengan baik. Untuk itu
guru perlu mengalami latihan-latihan praktik secara kontinu dan
sistematis, baik melalui pre-servise maupun melalui inservice training.
Memilih dan menggunakan media pendidikan harus sesuai dengan
tujuan, materi, metode, evaluasi, dan kemampuan guru serta minat dan
kemampuan siswa.30 Guru sebagai mediator juga diartikan sebagai
penyedia media pembelajaran.31
d. Guru sebagai Fasilitator
Sebagai fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas
yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik.32 guru
hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang kiranya
berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar
mengajar, baik yang berupa narasumber, buku teks, majalah ataupun
surat kabar.33

29
Ashliy Dien Bakir, Peran Guru dalam Pengelolaan Kelas, h. 1,
(https://id.scribd.com/doc/93466360/Peran-Guru-Dalam-Pengelolaan-Kelas), diunduh pada hari
Sabtu, 3 Maret 2018 pukul 09.26 WIB.
30
Mally Mealiah, Loc. Cit.
31
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), Ed. Revisi, h. 37-38.
32
Ibid., h. 36.
33
Rusman, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), Ed. 2, Cet. 5, h. 64.
22

Menurut Wina Sanjaya, indikator peran guru sebagai fasilitator


yaitu:
1) Guru menyediakan seluruh perangkat pembelajaran sebelum
pembelajaran dimulai (seperti silabus, kurikulum, RPP, bahan
evaluasi, dan penilaian)
2) Guru menyediakan fasilitas pembelajaran berupa metode, media
serta peralatan belajar
3) Guru bertindak sebagai mitra, bukan atasan
4) Guru melaksanakan tugas dan fungsinya yang telah ditentukan
dalam Undang-Undang
5) Guru tidak bertindak sewenang-wenang kepada peserta didik.34
e. Guru sebagai Evaluator
Dalam dunia pendidikan, kita ketahui bahwa setiap jenis
pendidikan atau bentuk pendidikan pada waktu-waktu tertentu selama
satu periode pendidikan selalu diadakan evaluasi artinya penilaian
yang telah dicapai, baik oleh pihak terdidik maupun pendidik.35
Dengan penilaian, guru dapat mengetahui keberhasilan
pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta
ketepatan atau keefektifan metode mengajar. Tujuan lain dari
penilaian di antaranya ialah untuk mengetahui kedudukan siswa di
dalam kelas atau kelompoknya. Dengan penilaian guru dapat
mengklasifikasikan apakah seorang siswa termasuk kelompok siswa
yang pandai, sedang, kurang atau cukup baik di kelasnya jika
dibandingkan dengan teman-temannya.36
Sehubungan hal tersebut, Hidayat berpendapat peran guru sebagai
demonstrator, komunikator, oganisator, motivator, inspirator, evaluator dan

34
Ria Agustina, Peran Guru sebagai Fasilitator dalam Proses Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di SMP Negeri I Wonosobo Kabupaten Tenggmus, skripsi, Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Raden Intan Lampung, 2017, h. 25-26. diunduh pada hari Sabtu, 3 Maret 2018
pukul 13.57 WIB.
35
Rusman, Op.Cit., h.64.
36
Mally Mealiah, Op. Cit., h. 175.
23

pendidik. Perbedaannya terletak pada peran guru sebagai komunikator,


motivator, inspirator, dan pendidik.
a. Guru sebagai Komunikator
Seorang guru harus siap memberi informasi yang berupa aspek
kognitif, afektif maupun keterampilan. Dalam memberikan informasi,
guru berarti mengomunikasikan ide, gagasan, nasihat, materi
pelajaran, dan sebagainya. Guru juga sebagai narasumber, artinya
guru sebagai tempat bertanya bagi siswa.
b. Guru sebagai Motivator
Motivasi adalah serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi
tertentu sehingga seseorang mau dan ingin melakukan suatu perbuatan
untuk mencapai tujuan. Di dalam kelas dapat saja terjadi tidak semua
siswa termotivasi untuk belajar, sebagian cenderung berbuat gaduh,
bermain-main atau mengganggu temannya, mengerjakan tugas dan
bermalas-malasan dan sebagainya.dalam kondisi yang demikian itu,
guru diharapkan dapat membangkitkan gairah belajar siswa sehingga
situasi yang tidak kondusif tersebut tidak berlarut-larut yang akan
merugikan siswa itu sendiri. Cara guru untuk memotivasi siswa dapat
dilakukan hal sebagai berikut:
1) Memberikan pujian dan hadiah
2) Menciptakan persaingan sehat
3) Menjelaskan manfaat pelajaran
4) Menimbulkan rasa ingin tahu
5) Menggunakan ide-ide yang bertentangan dan
6) Memberikan kuis secara mendadak
c. Guru sebagai Inspirator
Sebagai inspirator guru harus dapat memberikan ilham bagi
kemajuan belajar peserta didik. Guru harus dapat memberikan
petunjuk bagaimana cara belajar yang baik. Petunjuk itu tidak mesti
bertolak dari sejumlah teori-teori belajar dan pembelajaran, berangkat
24

dari pengalaman pun bisa menjadi petunjuk bagaimana cara belajar


yang baik.
d. Guru sebagai Pendidik
Sebagai pendidik ia harus memberi dan menjadi contoh atau teladan,
panutan dan tokoh identifikasi bagi para siswa dan lingkungannya.37
Breen dan Candline mengklasifikasikan peran guru ke dalam
kategori berikut:
a. Guru sebagai manajer dan organisator
Guru harus mengambil tanggung jawab untuk mengorganisir
berbagai jenis kegiatan dan permainan yang sesuai, efektif dan relevan
dengan pengajaran di kelas dan yang paling sesuai dengan kebutuhan
dan harapan siswa. Tujuan utamanya adalah untuk menanggapi
kepentingan dan kemampuan siswa sehingga mereka akan sangat
termotivasi untuk tampil di setiap tahap aktivitas kelas.
b. Guru sebagai fasilitator
1) Fasilitator masa depan
Menurut Voller, seorang fasilitator memberikan dukungan
psiko-sosial dan dukungan teknis. Dukungan psiko-sosial mengacu
pada kemampuan memotivasi peserta didik, serta kemampuan
membesarkan kesadaran peserta didik. Dukungan teknis mengacu
pada membantu pelajar untuk merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran mereka.
2) Guru sebagai fasilitator: seorang pemandu untuk memotivasi dalam
pembelajaran
Sebagai fasilitator, para guru perlu melakukan semua upaya
untuk membantu membuat pembelajaran lebih mudah dan
memotivasi peserta didik untuk bermain sebaik mungkin, termasuk:
membantu peserta didik untuk merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran bahasa mandiri mereka; membantu peserta didik

37
Sholeh Hidayat, Op. Cit., h. 9-12
25

untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan serta memotivasi


peserta didik untuk belajar secara aktif dan mandiri.
3) Guru sebagai fasilitator: seorang pemandu untuk mencari sumber
Selama berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran di kelas,
guru diharapkan menjadi sumber bahasanya. Jelas bahwa guru
bertanggung jawab untuk memastikan masukan bahasa yang
diperlukan dan untuk menawarkan bantuan kapanpun dibutuhkan.
Selama proses ini, peran pertama guru adalah memotivasi peserta
didik untuk menghasilkan bahasa mereka sendiri dan memberikan
jawaban yang benar kepada siswa sehingga membantu siswa
mengembangkan strategi dan teknik belajar mereka sendiri.
Sebagai panduan untuk sumber daya, guru juga dapat mengenalkan
beberapa materi pembelajaran seperti: majalah dan surat kabar
Inggris, beberapa situs web yang berguna untuk pelajar. Untuk
memotivasi peserta didik, guru harus bisa memilih bahan yang bisa
digunakan untuk membangkitkan minat peserta didik dan
memenuhi tingkat belajar mereka sehingga hal ini memastikan
kepuasan dan kepercayaan diri peserta didik. Ketiga, ketika siswa
mengalami kesulitan dalam belajar, guru harus siap memberikan
informasi.
4) Guru sebagai fasilitator: seorang penilai untuk hasil penelitian
Pada umumnya diyakini bahwa ini adalah bagian utama dari
pekerjaan seorang guru untuk menilai karya siswa. Guru harus
fokus pada kesuksesan atau kemajuan siswa sehingga suasana
belajar yang berorientasi pada kesuksesan dapat diciptakan. Pada
saat bersamaan para siswa akan lebih percaya diri dalam belajar
mandiri.
c. Guru sebagai konselor
Richards dan Rodgers mengemukakan: "Guru sebagai konselor
diharapkan memberi contoh seorang komunikator yang efektif yang
berusaha memaksimalkan interaksi antara niat pembicara dan
26

interpretasi pendengar, melalui penggunaan parafrase, konfirmasi,


dan umpan balik."38
Dari uraian tersebut, banyak peran guru yang harus dilaksanakan, agar
peran tersebut dapat dilaksanakan dengan baik maka guru perlu dibekali ilmu
khusus tentang keguruan dan guru dituntut untuk memahami karakter, sikap
dan latar belakang anak didiknya.

C. Upaya Guru dalam Mengembangkan Sikap Sosial Siswa


Istilah perkembangan diberi makna dan digunakan untuk menyatakan
terjadinya perubahan-perubahan aspek psikologis dan aspek sosial.39 Menurut
Schneirla, perkembangan merupakan pengertian di mana terdapat struktur
yang terorganisasikan dan mempunyai fungsi-fungsi tertentu, oleh karena itu
bilamana terjadi perubahan struktur baik dalam organisasi maupun dalam
bentuk, akan mengakibatkan perubahan fungsi.40
Dikatakan bahwa pengembangan sikap adalah masalah kesadaran.
Mengembangkan sikap seseorang berarti membangkitkan kesadaran orang
tersebut. Menurut Renes usaha memunculkan suatu kesadaran tidaklah
semudah mengajarkan atau melatih sesuatu, melainkan membutuhkan suatu
penampilan kehati.41
Konsep perkembangan sikap sosial mengacu pada perilaku anak dalam
hubungannya dengan lingkungan sosial untuk mandiri dan dapat berinteraksi
atau untuk menjadi manusia sosial. Interaksi adalah komunikasi dengan
manusia lain, suatu hubungan yang menimbulkan perasaan sosial yang
mengikatkan individu dengan sesama manusia, perasaan hidup bermasyarakat
seperti tolong menolong, saling memberi dan menerima, simpati dan empati,
rasa setia kawan dan sebagainya. Melalui proses interaksi sosial tersebutlah

38
Shanghais Yan, “Teacher‟s Roles In Autonomous Learning”, Journal of Sociological
Researc, 2012, Vol. 3, No. 2, h. 560-561, (http://dx.doi.org/10.5296/jsr.v3i2.2860), diunduh pada
hari Senin, 12 Maret 2018 pukul 08.25 WIB.
39
Sunarto dan Hartono, Op.Cit., h. 18.
40
Ibid., h. 38.
41
Pupuh Fathurrohman dan Aa Suryana, Op.Cit., h. 139-140.
27

seorang anak akan memperoleh pengetahuan, nilai-nilai, sikap dan perilaku-


perilaku penting yang diperlukan dalam partisipasinya di masyarakat kelak.42
Menurut Barlow sebagian besar upaya belajar manusia terjadi melalui
peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (Modeling). Dalam hal ini
siswa dapat mengembangkan sikap sosialnya melalui penyaksian cara orang
atau sekelompok orang mereaksi atau merespon sebuah stimulus tertentu.
Siswa dapat mempelajari respons-respons dengan cara mengamati perilaku
contoh dari orang lain, misalnya guru dan orang tua.43
1. Conditioning
Menurut prinsip kondisioning, prosedur belajar dalam
mengembangkan perilaku sosial dan moral pada dasarnya sama dengan
prosedur belajar dalam mengembangkan perilaku lainnya, yakni dengan
reward (ganjaran/memberi hadiah) dan punishment (hukuman/memberi
hukuman).44
2. Imitation
Prosedur lain yang juga penting dan menjadi bagian yang integral
dengan prosedur-prosedur belajar menurut teori social learning, ialah
proses imitasi atau peniruan. Dalam hal ini orang tua dan guru seyogianya
memainkan peran penting sebagai seorang model atau tokoh yang
dijadikan sebagai model atau tokoh yang dijadikan contoh berperilaku
sosial dan moral bagi siswa.45
Sehubungan dengan hal tersebut, untuk mengembangkan sikap sosial
dapat dilakukan pembiasaan dengan cara reward dan punishment serta
dapat dilakukan melalui peniruan dengan cara mencontohkan sikap guru.
Dalam hal ini guru dituntut untuk mencontohkan sikap yang baik agar
siswanya dapat menirukan sikap melalui pengamatan model gurunya

42
Nasehudin, “Pembentukan Sikap Sosial Melalui Komunikasi dalam Keluarga”, Jurnal
Edueksos, Vol. IV, No. 1, Juni 2015, Jurusan Tadris IPS IAIN Syekh Nurjati Cirebon, h. 7,
(syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/edueksos/article/view/647), diunduh pada hari Senin, 29
Januari 2018 pukul 07.36 WIB.
43
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010), Cet. 15, h. 79.
44
Ibid.
45
Ibid.
28

sendiri. Umpamanya guru datang tepat waktu ke sekolah, tidak pernah


terlambat. Lalu perbuatan tersebut diserap oleh memori siswa kemudian
cepat atau lambat siswa meniru sikap yang dicontohkan oleh modelnya itu.
Selain itu sikap sosial siswa dapat dikembangkan dengan cara guru
memfasilitasi siswa untuk diskusi kelompok dalam pembelajaran.

D. Pembelajaran Tematik
1. Definisi Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang didasarkan pada
sebuah tema sentral sebagai pengkait beberapa mata pelajaran yang
diajarkan atau dengan kata lain pembelajaran tematik mengkaitkan
beberapa mata pelajaran dalam satu payung tema.46
Pembelajaran tematik adalah program pembelajaran yang
berangkat dari satu tema/topik tertentu dan kemudian dikolaborasikan
dari berbagai perspektif mata pelajaran yang biasa diajarkan di sekolah.47
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran tematik adalah model pembelajaran yang mengaitkan
beberapa mata pelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi ke
dalam berbagai tema.

2. Karakteristik Pembelajaran Tematik


Menurut Karli dan Yuliaritiningsih pembelajaran tematik
mempunyai ciri:
a. Holistik, suatu peristiwa yang menjadi pusat tema dikaji dari beberapa
sudut mata pelajaran sekaligus untuk memahami fenomena dari segala
sisi.
b. Bermakna, keterkaitan antara konsep membuat siswa mampu
menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-
masalah nyata di dalam kehidupannya.

46
Yanti Herlianti, Pembelajaran Tematik, (Jakarta: UIN Press, 2005), h. 6.
47
Abd Kadir dan Hanun Asrohah, Pembelajaran Tematik, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2015), h. 1.
29

c. Aktif, siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran melalui aktifitas


inkuiri dan discoveri.48
Secara singkat pembelajaran tematik memiliki ciri khas yaitu
holistik, bermakna dan aktif.

3. Langkah-Langkah Pembelajaran Tematik


Untuk dapat menerapkan pembelajaran tematik di jenjang sekolah
dasar, beberapa hal yang perlu diterapkan oleh guru adalah sebagai
berikut:
a. Memilih tema yang dapat disesuaikan
Tema yang akan dipilih terdapat dalam dokumen kurikulum
2013 bagi sekolah yang masih menerapkan kurikulum 2013 ini. Guru
dapat melakukan pemilihan tema yang akan dibelajarkan terlebih
dahulu. Sejatinya penetapan tema haruslah disesuaikan dengan kondisi
daerah, sekolah, peserta didik, dan guru di wilayahnya.
b. Melakukan analisis SKL, KI, KD, membuat indikator
Membaca semua SKL, KI dan KD dari semua mata pelajaran,
karena meskipun semua indikator sudah tersedia, guru dapat
menambahkan indikator yang sesuai dengan tema yang sudah
dipilihnya dengan mengikuti kriteria pembuatan indikator.
c. Melakukan pemetaan KD, indikator dengan tema
Setelah indikator selesai dibuat, kemudian guru melakukan
pemetaan terhadap kompetensi dasar dan indikator yang berkaitan
dengan tema yang sudah dipilih dan memasukkannya ke dalam format
agar lebih memudahkan dalam penyajian pembelajaran dan pada saat
proses pembelajaran berlangsung.
d. Membuat jaringan KD
Setelah dilakukan pemetaan KD, Indikator dengan tema dalam
satu tahun, maka dilanjutkan dengan membuat jaringan KD dan

48
Yanti, Herlianti, Op.Cit., h. 7-8.
30

Indikator dengan cara menurunkan hasil cek dari pemetaan ke dalam


format jaringan KD dan Indikator.
e. Menyusun silabus tematik terpadu
Langkah guru selanjutnya adalah menyusun silabus tematik
untuk memudahkan guru melihat seluruh desain pembelajaran untuk
setiap tema sampai tuntas tersajikan di dalam proses pembelajaran.49
Guru harus paham dalam menerapkan langkah-langkah yang
dilakukan dalam pembelajaran tematik agar kegiatan belajar mengajar di
sekolah dapat terlaksana dan berjalan dengan baik.

E. Hasil Penelitian yang Relevan


Penelitian yang relevan ini disebut juga sebagai tinjauan pustaka.
Tinjauan pustaka berfungsi untuk memberikan paparan tentang penelitian
sebelumnya yang telah dilakukan. Dengan tinjauan pustaka ini penelitian
seseorang dapat diketahui keasliannya dengan cara mempertegas perbedaan
dan persamaan di antara masing-masing judul dan masalah yang akan dibahas
oleh penulis.
Sepanjang penelitian yang penulis lakukan, ada beberapa tulisan yang
berkaitan dengan skripsi yang penulis tulis adalah milik Habel mahasiswa
Universitas Mulawarman dengan variabel X: peran guru kelas, dan variabel
Y: membangun perilaku sosial siswa.50 Penelitian yang dilakukan oleh Habel
berusaha mengetahui cara guru mendidik dan membangun suasana kondusif
serta mengetahui faktor-faktor penghambat guru dalam membangun perilaku
sosial siswa kelas V. Dalam penelitian ini, memiliki kesamaan pada metode
penelitian deskriptif kualitatif dengan tujuan mengetahui cara guru mendidik
dan membangun suasana kondusif serta mengetahui faktor-faktor penghambat

49
Firdaus Muqarrobin, “Langkah-langkah yang Perlu Dilakukan Guru dalam Pembelajaran
Tematik Integratif”, (https://www.eurekapendidikan.com/2015/04/Langkah-langkah-yang-Perlu-
Dilakukan-Guru-dalam-Pembelajaran-Tematik-Integratif.html), diunduh pada hari Rabu, 31
Januari 2018 pukul 03.49 WIB.
50
Habel, “Peran Guru Kelas Membangun Perilaku Sosial Siswa Kelas V Sekolah Dasar
005 Di Desa Setarap Kecamatan Malinau Selatan Hilir Kabupten Malinau”, eJournal Sosiatri-
Sosiologi, 2015, (ejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/.../JURNAL%20HABEL%20(02-26-15-05-36-
44).pdf), diunduh pada hari Rabu, 24 Januari 2018 pukul 23.49 WIB.
31

guru dalam membangun perilaku sosial siswa. Perbedaannya terletak pada


fokus penelitian Habel pada peran guru kelas dan perilaku sosial sedangkan
penelitian ini berfokus pada peran guru dan sikap sosial. Hasil penelitian
dapat diketahui bahwa Peran Guru Dalam Membangun Perilaku sosial siswa
Kelas V Sekolah Dasar Negeri 005 di Desa Setarap telah dilaksanakan
dengan baik Serta memberikan manfaat bagi para siswa khususnya kelas V.
Adapun penghambat dalam Peran guru adalah Keterbatasan tenaga pengajar,
kurangnya kerja sama orang tua dan guru dan kurangnya Sarana dan
prasarana yang masih kurang.
Penelitian sejenis yang kedua adalah milik Fika Aprilia, mahasiswi
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang dengan variabel X:
strategi guru, dan variabel Y: membentuk sikap sosial siswa.51 Persamaan
penelitian Fika Aprilia dengan penelitian ini terletak pada metode penelitian
deskriptif kualitatif dan memiliki kesamaan pada variabel Y yaitu sikap sosial
siswa, pendeskripsian peran guru dalam membentuk sikap sosial siswa dan
faktor pendukung dan penghambat dalam pembentukan sikap sosial dengan
latar belakang sekolah yang memiliki sikap sosial siswa yang baik serta
merupakan sekolah unggulan. Perbedaannya terletak pada fokus penelitian
Fika mengenai strategi guru dalam membentuk sikap sosial siswa sedangkan
penelitian ini berfokus pada peran guru dalam mengembangkan sikap sosial
siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi guru dalam membentuk
sikap sosial siswa kelas I di MIN Malang I adalah dengan kerja kelompok,
keteladanan, pembiasaan, dan pemberian ganjaran. Faktor penghambat
pelaksanaan strategi guru dalam membentuk sikap sosial siswa adalah
lingkungan masyarakat dan teknologi, sedangkan faktor pendukungnya
adalah peran guru yang sangat dominan dalam membentuk sikap sosial.
Penelitian sejenis yang ketiga adalah Siska Difki Rufaida, mahasiswi
Universitas Negeri Yogyakarta dengan variabel X: pendekatan PAKEM pada

51
Fika Aprilia, “Strategi Guru dalam Membentuk Sikap Sosial Siswa Kelas I di MIN
Malang I”, Skripsi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, 2015, (etheses.uin-
malang.ac.id/5374/1/11140009.pdf), diunduh pada hari Rabu, 24 Januari 2018 pukul 23.50 WIB.
32

pembelajaran IPS, dan variabel Y: pengembangan sikap sosial siswa.52


Persamaan penelitian Siska Difki Rufaida dengan penelitian ini terletak pada
variabel Y, yaitu mengembangkan sikap sosial siswa. Perbedaannya terletak
pada metode penelitian. Siska menggunakan metode PTK , menggunakan
pendekatan PAKEM pada pembelajaran IPS untuk mengembangkan sikap
sosial siswa sedangkan penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif deskriptif dan hanya ingin mengetahui peran guru dalam
mengembangkan sikap sosial siswa pada pembelajaran tematik. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sikap sosial siswa dapat mengembang setelah
diberi tindakan menggunakan pendekatan PAKEM.

F. Kerangka Berpikir
Pendidikan dapat diselenggarakan melalui jalur formal, non-formal dan
informal. Pada jalur pendidikan formal terdapat kurikulum yang digunakan
sebagai pedoman pendidikan. Indonesia telah mengalami perubahan
kurikulum, mulai dari kurilukum 1947 hingga kurikulum 2013.
Sejak Tahun 2013 pemerintah telah menerapkan kurikulum 2013.
Penerapan kurikulum 2013 di sekolah dasar yaitu dilaksanakannya
pembelajaran tematik. Penilaian pada pembelajaran tematik tidak hanya
dilihat dari hasil belajar yang mengandung kompetensi pengetahuan saja
tetapi penilaian mengandung kompetensi keterampilan dan sikap. Pada
penilaian sikap yaitu sikap spiritual dan sikap sosial.
Guru merupakan salah satu faktor dalam mengembangkan sikap sosial
siswa di sekolah karena dalam kegiatan pembelajaran di kelas gurulah yang
lebih memiliki banyak waktu untuk berinteraksi dengan para peserta didiknya
dan guru yang mengetahui sejauh mana perkembangan sikap para peserta

52
Siska Difki Rufaida, “Pengembangan Sikap Sosial Siswa menggunakan Pendekatan
PAKEM pada Pembelajaran IPS Kelas V B SD Negeri Mangiran, Kecamatan Srandakan,
Kabupaten Bantul”, Skripsi, FITK Universitas Negeri Yogyakarta, 2013,
(eprints.uny.ac.id/.../SISKA%20DIFKI%20RUFAIDA%2C%20NIM%2009108244052), diunduh
pada hari Rabu, 24 Januari 2018 pukul 23.57 WIB.
33

didiknya. Sikap sosial yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran tematik


yaitu: Jujur, Disiplin, Percaya Diri, Bertanggung Jawab, Santun, dan Peduli.

Pendidikan
Formal

Kurikulum 2013

Peran Guru

Penilaian Sikap
Siswa

Sikap Spiritual Sikap Sosial

Jujur Disiplin

Percaya Diri
Bertanggung Jawab

Santun Peduli

Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian yang berjudul “Peran Guru dalam Mengembangkan Sikap
Sosial Siswa pada Pembelajaran Tematik di Kelas 2B MIN 2 Kota
Tangerang Selatan” dilaksanakan di MIN 2 Kota Tangerang Selatan.
Adapun waktu pelaksanaan penelitian ini terhitung mulai dari bulan Maret
2018 sampai dengan Mei 2018.

Agar penelitian ini sesuai dengan target yang ditetapkan, maka peneliti
membuat jadwal sebagai berikut:
Tabel 3.1
Alokasi Waktu Penelitian
Bulan
No Kegiatan Jan Feb Mar Apr Mei
2018 2018 2018 2018 2018
Penyusunan proposal
1. dan instrumen 
penelitian
2. Diskusi proposal 
3. Revisi proposal 
4. Memasuki lapangan 
Pengumpulan data
5. 
penelitian
Pengolahan data
6. 
penelitian
Analisis dan
7. 
pembahasan data

34
35

Penyusunan bab IV dan


8. 
V
Kelengkapan lampiran-
9. 
lampiran

2. Latar penelitian
Madrasah btidaiyah Negeri (MIN) 2 Kota Tanggerang Selatan
dahulu dikenal dengan MIN Cempaka Putih berdiri pada tahun 1974 dan
dinegerikan pada tahun 1993 beralamat di Jalan W.R. Supratman gang
Mahoni no. 58 RT 01 RW 04 Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan
Ciputat Tangerang Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten 15412.
Berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 371 Tahun 2015 tanggal
18 November 2015, nama MIN Cempaka Putih berubah menjadi MIN 2
Kota Tangerang Selatan.
MIN 2 Kota Tangerang Selatan memiliki luas bangunan seluruhnya
seluas 1.042 m2. Sekolah ini memliki fasilitas fisik antara lain 12 ruang
kelas, ruang guru, ruang kepala sekolah, ruang TU, perpustakaan,
musholla, ruang komputer, ruang musik, gudang, UKS, dapur, kantin,
lahan parkir, halaman sekolah, kamar mandi siswa dan guru, serta pos
satpam.
a. Nama Pendidik dan Tenaga Kependidikan MIN 2 Kota Tangerang
Selatan:
1) Dra.H.Jetty Maynur,M.Pd
2) Ahmad Saihu, S.Pd.I
3) Sri Sunarsih, S.Pd.I
4) Drs. Muhamad Hasim
5) R. Feti Fathiyati, S.Ag
6) Rumini S.Pd.I
7) Suherti, S.Pd
8) Dra. Anis Suryati
9) Jamilah S.Pd.I
36

10) Annisah, S.Pd


11) Rika Kusuma, S.Pd.I
12) Budiyarsih, S.Pd
13) Siti Fakhroh, MA
14) Laelatus Sa‟adah, S.Pd
15) Siti Abidah, S.Pd.I
16) Dra. Titin Nasuha
17) Maulana, S.Pd.I
18) Rahmawati, S.Pd.I
19) Sanih Yulianti, S.Pd
20) Muhamad Prastiyo Kurniawan
21) Siti Khodijah
22) Nur Chaerifah, A.Ma
b. Peserta Didik
Tabel 3.2
Peserta Didik MIN 2
Jenis Kelamin
No Kelas Jumlah
L P
1. IA 14 18 32
2. IB 15 17 32
5. II A 20 17 37
6. II B 18 20 38
9. III A 17 17 34
10. III B 15 19 34
13. IV A 9 21 30
14. IV B 18 21 39
17. VA 13 20 33
18. VB 18 23 41
21. VI A 12 19 31
22. VI B 16 22 38
Jumlah Keseluruhan 365 439 804
37

B. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan metode
studi kasus. Pendekatan kualitatif yang dimaksud mengacu pada prosedur
penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif atau penggambaran.
Menurut Sugiyono metode penelitian kualitatif adalah metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk
meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah instrumen
kunci dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada
generalisasi.1
Menurut Sanjaya penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang
bertujuan untuk menggambarkan secara utuh dan mendalam tentang realitas
sosial dan berbagai fenomena yang terjadi di masyarakat yang menjadi subjek
penelitian sehingga tergambarkan ciri, karakter, sifat, dan model dari
fenomena tersebut.2
Bogdan dan Biklen mengatakan bahwa dalam penelitian kualitatif
kehadiran peneliti sangat penting. Oleh karena penelitian kualitatif adalah
studi kasus, maka segala sesuatu akan sangat tergantung pada kedudukan
peneliti.3
Metode penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus merupakan
penelitian yang mendalam tentang individu, satu kelompok, satu organisasi,
suatu program kegiatan, dan sebagainya dalam waktu tertentu. Tujuannya
untuk memperoleh deskripsi yang utuh dan mendalam dari sebuah entitas.4
Berdasarkan pendapat tersebut, penggunaan metode deskriptif kualitatif
dengan studi kasus sangat tepat dalam penelitian yang dilaksanakan oleh
peneliti, karena sasaran dan kajiannya adalah untuk menggambarkan dan
menjelaskan cara yang dilakukan guru dalam mengembangkan sikap sosial
1
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011),
Cet. 14, h.9.
2
Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode dan Prosedur, (Jakarta: Kencana,
2013), Ed. 1, h. 47.
3
Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian:Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2013), Cet. 15, h. 24.
4
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradima Baru, (Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya, 2011), Cet. 1, h. 152.
38

siswa pada pembelajaran tematik kelas 2B di MIN 2 kota Tangerang Selatan


dengan landasan teori sebagai acuan ketika peneliti akan menggali suatu hal
yang berkaitan dengan subjek. Diharapkan dengan landasan teori pada bab
sebelumnya menjadi dasar setiap langkah yang peneliti lakukan. Baik ketika
menyusun pedoman wawancara, ketika melakukan wawancara, maupun
ketika menggali data dari sumber lain yang terkait

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Menurut Margono populasi adalah seluruh data yang menjadi
perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan.
Populasi berhubungan dengan data, bukan manusianya.5
Sedangkan menurut Nawawi populasi adalah keseluruhan objek
penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-
tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber
data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian.6
Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah wakil kepala
sekolah, guru, siswa MIN 2 Kota Tangerang Selatan.
2. Sampel
Menurut Margono sampel adalah sebagai bagian dari populasi.7
Sampel yang akan peneliti gunakan adalah wakil kepala sekolah bidang
kesiswaan, guru kelas 2B, siswa kelas 2B. Alasan peneliti memilih kelas
2B sebagai sampel karena kelas ini merupakan kelas 2 unggulan
berdasarkan peringkat siswa teratas, dari peringkat 1 sampai dengan
peringkat 38.
Sanjaya menyatakan bahwa teknik atau cara untuk mengambil
bagian dari populasi itu dinamakan teknik sampling.8 Adapun teknik
sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive

5
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Cet. 8, h.
118.
6
Ibid.
7
Ibid., h. 121.
8
Sanjaya, Op.Cit., h. 228.
39

sampling. Purposive Sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber


data dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Pertimbangan tertentu ini,
misalnya orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita
harapkan atau terlibat dalam masalah tersebut.9 Dalam penelitian ini
digunakan teknik purposive sampling karena pengambilan sumber data
dari wakil kepala sekolah yang mengetahui keadaan para guru dan
siswanya di sekolah, serta guru kelas yang mengetahui keadaan siswa-
siswinya di kelas, sebab guru kelas sering berinteraksi langsung dengan
siswa-siswinya tersebut.

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data


1. Data dan Sumber Data
Data merupakan bahan penting yang digunakan oleh peneliti untuk
menjawab pertanyaan atau menguji hipotesis dan mencapai tujuan
penelitian. Data dalam penelitian menunjuk pada ukuran atau observasi
aktual tentang hasil dari suatu investigasi survei.10 Dalam penelitian ini
data yang akan dicari adalah peran guru dalam mengembangkan sikap
sosial siswa pada pembelajaran tematik.
Adapun sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
meliputi data primer dan data sekunder.
a. Data Primer
Data primer yaitu data dari penelitian yang didapat dari sumber asli
(tidak melalui perantara). Data primer di dapat melalui metode
wawancara dan pengamatan langsung (observasi). Data primer ini
diperoleh dari narasumber yaitu guru kelas 2B dan siswa kelas 2B
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data penelitian yang diperoleh secara tidak
langsung, tapi melalui perantara pihak lain atau melalui dokumen. Data

9
Sugiyono, Op.Cit., h. 218-219.
10
Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial Kuantitatif, (Bandung: Refika Aditama, 2015),
Ed. Rev, Cet. 4, h. 420.
40

sekunder penelitian ini diperoleh dari wakil kepala sekolah bidang


kesiswaan dan berbagai sumber bahan bacaan atau buku.

2. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data


a. Observasi
Menurut Sanjaya observasi adalah teknik pengumpulan data
dengan cara mengamati secara langsung maupun tidak tentang hal-hal
yang diamati dan mencatatnya pada alat observasi.11 Peneliti melakukan
observasi untuk melihat kejadian yang ada di lapangan dan
mendapatkan data dari informan. Observasi yang dilakukan peneliti
yaitu observasi partisipatif pasif, yaitu observasi yang dimana peneliti
datang ke tempat yang diobservasi namun tidak ikut terlibat dalam
kegiatan yang dilakukan oleh obervant.
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Observasi Siswa
No. Kegiatan Dimensi Indikator
1. Mengerjakan soal
penilaian tanpa
Jujur mencontek
2. Mengembalikan barang
yang dipinjam
Mengamati
1. Memakai pakaian
sikap sosial
seragam lengkap dan rapi
1. siswa pada
Disiplin 2. Mengambil dan
pembelajaran
mengembalikan peralatan
tematik
belajar pada tempatnya
1. Menyelesaikan tugas yang
Bertanggung diberikan
Jawab 2. Mengakui Kesalahan
3. Melaksanakan piket

11
Sanjaya, Op.Cit., h. 270.
41

kebersihan
1. Menghormati orang lain
Santun 2. Berbicara atau bertutur
kata halus tidak kasar
1. Meminjamkan alat kepada
teman yang tidak
Peduli membawa/memiliki
2. Menolong teman yang
mengalami kesulitan
1. Berani tampil di depan
kelas
Percaya Diri
2. Berani mengemukakan
pendapat

Tabel 3.4
Kisi-Kisi Observasi Guru
No. Kegiatan Dimensi Indikator
1. Guru menunjukkan cara
agar setiap materi
Peran guru pelajaran bisa lebih
Mengamati peran
sebagai dipahami dan dihayati
guru dalam
demonstrator oleh setiap siswa
mengembangkan
2. Guru menunjukkan sikap
sikap sosial siswa
2. terpuji dalam kehidupan
pada
1. Guru mampu memimpin
pembelajaran Peran guru
kegiatan pembelajaran
tematik sebagai
yang efisien dan efektif
pengelola
2. Guru memelihara
kelas
lingkungan fisik kelas
Peran guru 1. Guru menyediakan media
42

sebagai pembelajaran
mediator
1. Guru menyediakan
seluruh perangkat
pembelajaran sebelum
pembelajaran dimulai
Peran guru
(seperti silabus,
sebagai
kurikulum, RPP, bahan
fasilitator
evaluasi, dan penilaian)
2. Guru tidak bertindak
sewenang-wenang kepada
peserta didik
1. Guru menyampaikan
Peran guru materi pelajaran dengan
sebagai jelas
komunikator 2. Guru memberikan
informasi penting
Peran guru 1. Guru memotivasi siswa
sebagai dengan cara memberikan
motivator pujian atau hadiah
Peran guru 1. Guru memberikan
sebagai inspirasi kepada peserta
inspirator didik
1. Guru menjadi contoh atau
Peran guru
teladan yang baik
sebagai
2. Guru memberikan nasihat
pendidik
yang baik
Peran guru 1. Guru melakukan penilaian
sebagai baik berupa tes maupun
evaluator non tes
43

b. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
melalui percakapan dan tanya-jawab, baik langsung maupun tidak
langsung dengan responden untuk mencapai tujuan tertentu. Pengertian
wawancara langsung adalah wawancara yang dilakukan secara
langsung antara pewawanara dengan orang yang diwawancara tanpa
melalui perantara. Sedangkan wawancara tidak langsung artinya
pewawancara menanyakan sesuatu kepada responden melalui perantara,
seperti angket.12
Teknik wawancara yang digunakan pada penelitian kualitatif ini
adalah wawancara secara tatap muka, antara pewawancara dengan
informan. Dalam wawancara mendalam ini digunakan pula pedoman
wawancara, handphone untuk merekam suara, alat tulis dan kamera.
Dalam melakukan wawancara peneliti harus mengetahui etika dalam
penelitian kualitatif.
Informan penelitian adalah orang yang memberikan informasi
baik tentang dirinya ataupun orang lain atau suatu kejadian atau suatu
hal kepada peneliti atau pewawancara secara mendalam.
Tipe wawancara yang digunakan adalah wawancara semi-
terstruktur, wawancara ini dilakukan dengan pertanyaan terbuka, namun
ada batasan tema dan alur pembicaraan.
Wawancara dilakukan dengan wakil kepala sekolah bidang
kesiswaan dan guru kelas 2B serta beberapa siswa kelas 2B yang
diambil secara random. Untuk wawancara sumber dan data yang
dikumpulkan dapat dijabarkan melalui tabel berikut.

12
Zainal Arifin, Op. Cit. h. 233.
44

Tabel 3.5
Kisi-Kisi Wawancara
Sumber Pertanyaan
No Indikator
Data
1. Pengertian sikap
sosial
2. Sikap sosial siswa
MIN 2 Kota
Tangerang Selatan
3. Sikap sosial yang
dikembangkan di
MIN 2 Kota
Wakil Kepala Tangerang Selatan
Sikap sosial siswa Sekolah 4. Pentingnya sikap
1. MIN 2 Kota Bidang sosial tersebut
Tangerang Selatan Kesiswaan, dikembangkan
Guru Kelas 5. Upaya yang
dilakukan dalam
mengembangkan
sikap sosial siswa
6. Faktor pendudukung
dan penghambat
dalam
mengembangkan
sikap sosial siswa
1. Sikap jujur
2. Sikap disiplin
Siswa 3. Sikap bertanggung
jawab
4. Sikap santun
45

5. Sikap peduli
6. Sikap percaya diri
1. Peran guru sebagai
manajer dan
organisator
2. Peran guru sebagai
fasilitator
3. Peran guru sebagai
konselor
4. Peran guru sebagai
demonstrator
5. Peran guru sebagai
Guru kelas mediator
6. Peran guru sebagai
Peran guru dalam
2. komunikator
pembelajaran
7. Peran guru sebagai
motivator
8. Peran guru sebagai
inspirator
9. Peran guru sebagai
pendidik
10. Peran guru sebagai
evaluator
Wakil Kepala 1. Pengimplementasian
Sekolah peran guru dalam
Bidang mengembangkan
Kesiswaan sikap sosial siswa

c. Catatan Lapangan
Catatan lapangan diperlukan dalam penelitian kualitatif untuk
menggambarkan hasil penelitian. Isi catatan lapangan merupakan
46

bagian deskriptif, terdiri dari gambaran diri atau gambaan kondisi


subjek, rekonstruksi dialog, deskripsi latar fisik, catata tentang peristiwa
khusus, gambaran kegiatan, perilaku pengamat.13
d. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan
data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.14 Hasil penelitian dari
observasi, wawancara akan lebih kredibel atau dapat dipercaya apabila
didukung oleh dokumentasi. Dokumentasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah profil sekolah (MIN 2 Kota Tangerang Selatan)
berupa sejarah berdirinya MIN 2 Kota Tangerang Selatan, RPP serta
foto-foto kegiatan yang berhubungan dengan penelitian.
Berikut ini adalah tabel studi dokumen yang diperlukan dalam
penelitian ini :
Tabel 3.6
Dokumen yang diperlukan
No. Dokumen yang Diperlukan Sumber Data
Wakil Kepala Sekolah
1. Profil Sekolah
Bidang Kesiswaan
2. RPP Guru tematik kelas 2B
3. Jadwal Pelajaran Guru tematik kelas 2B

E. Pemeriksaan Keabsahan Data


Pemeriksaan keabsahan data penelitian kualitatif dilakukan dengan
teknik-teknik berikut:
1. Uji Kredibilitas
Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian
kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjang pengamatan,

13
Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian, (Bandung: Mandar Maju,
2011), h. 85
14
Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2009), Cet. 2, h. 69.
47

peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman


sejawat, analisis kasus negatif, dan membercheck.15
Ada tiga macam triangulasi yaitu triangulasi sumber, triangulasi
teknik atau metode, dan triangulasi waktu.
a. Triangulasi Sumber
Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek
data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.16
b. Triangulasi Teknik
Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek
data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya
data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi.17
c. Triangulasi Waktu
Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Dalam rangka
pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan
pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu
atau situasi yang berbeda.18
2. Pengujian Transferability
Supaya orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif
sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian tersebut,
maka peneliti dalam membuat laporannya harus memberikan uraian yang
rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya.19
3. Pengujian Dependability
Dalam penelitian kualitatif uji dependability dilakukan dengan
melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Jika peneliti tidak
mempunyai dan tak dapat menunjukkan “jejak aktivitas lapangannya”,
maka depenabilitas penelitiannya patut diragukan.20

15
Sugiyono, h. 270.
16
Ibid., h. 274
17
Ibid.
18
Ibid.
19
Ibid., h. 276
20
Ibid., h. 277
48

4. Pengujian Konfirmability
Dalam penelitian kualitatif, uji konfirmability mirip dengan uji
dependability, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan.
Menguji konfirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan
proses yang dilakukan.21
Peneliti akan membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil
wawancara, kemudian membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu
dokumen yang berkaitan. Sebagai proses dalam menguji keabsahan data,
peneliti memberikan kesempatan kepada responden untuk mengungkap
pendapat dan jawaban secara mendalam terkait peran guru dalam
mengembangkan sikap sosial siswa. Proses wawancara yang dilakukan secara
santai agar responden tidak merasa canggung dan sulit dalam memberi
jawaban.

F. Analisis Data
Analisis data berlangsung dari mulai merumuskan masalah,
menjelaskan masalah, kemudian sebelum dan selama terjun di lapangan,
sampai penulisan hasil penelitian.22
Aktivitas dalam analisis data yaitu reduksi data, display data, dan
kesimpulan atau verifikasi. Mereduksi data adalah merangkum dan memilih
data-data yang pokok dan memfokuskan pada hal-hal penting serta
membuang hal-hal yang tidak perlu dari pengumpulan data. Display data
dalam kualitatif berupa penjelasan dalam kalimat atau bagan. Dengan
menggunakan display data akan memudahkan peneliti untuk merencanakan
aktivitas selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dengan
menggunakan analisis model Miles and Huberman (1984), yakni bahwa
aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

21
Ibid.
22
Ibid, hal. 336
49

berlangsung secara terus menerus sampai tuntas sehingga datanya sudah


jenuh. Terdapat tiga langkah dalam teknis analisis data, yaitu :
1. Reduksi data, berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan
demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih
jelas, dan mempermudah peneliti untuk pengumpulan data selanjutnya,
dan mencarinya bila diperlukan.
2. Display data Display (penyajian data), dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya.
Dengan penyajian data akan mempermudah untuk memahami apa yang
terjadi merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah
dipahami tersebut.
3. Kesimpulan dan Verifikasi, kesimpulan awal yang dikemukakan masih
bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti
yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.
Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung
oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke
lapangan pengumpulan data, maka kesimpulan yang dikemukakan yang
kredibel.23
Secara singkatnya, dalam penelitian ini peneliti akan melewati tahap
analisis sebagai berikut: pertama, peneliti akan melakukan pengumpulan data
berupa wawancara secara mendalam kepada narasumber. Kedua, peneliti
akan mentranskip terlebih dahulu hasil wawancara yang diperoleh. Ketiga,
peneliti akan mereduksi data dengan cara memilah-milah atau
mengkategorikan dari hasil wawancara yang diperoleh yang menurut peneliti
penting dan sesuai dengan tema yang peneliti angkat. Keempat, peneliti akan
menjelaskan hasil data yang telah direduksi dalam bentuk narasi. Selanjutnya
tahap terakhir, kelima, menarik kesimpulan dari jawaban narasumber/data
yang diperoleh peneliti untuk dilihat dominan yang muncul pada data tersebut
terkait dengan tema yang diangkat oleh peneliti.

23
Sugiyono, Op.Cit., h. 245-252.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data
1. Sikap sosial yang dikembangkan di kelas 2B MIN 2 Kota Tangerang
Selatan
Sikap sosial kelas 2B di MIN 2 Kota Tangerang Selatan sudah
dikembangkan oleh guru kepada siswa pada pembelajaran tematik. Seperti
yang dilakukan oleh Ibu Annisah, S.Pd yang disapa Bu Nisa selaku guru
tematik sekaligus guru kelas 2B, beliau menilai sikap sosial siswa ketika
kegiatan pembelajaran kemudian nilainya dihitung atau direkap biasanya
kalau tidak diraport PTS, PAS ganjil atau genap.1
Bu Nisa mengatakan terkait sikap sosial yang dikembangkan di kelas
2B seperti ini:
“Yang pertama adalah kejujuran, terus percaya diri, terus tanggung
jawab. Itu yang utama. Sebenarnya tidak itu saja dan tidak harus tiga
itu. Boleh dan bisa yang lain juga. Cuma kalo saya yang lebih
diutamakan yang tiga tersebut. Justru kalau mata pelajaran PKn
semua sikap sosial dilibatkan. Sekarang ini di kurikulum 2013 selain
PKn dan agama, tematik dan mapel lain tidak diwajibkan. Tetapi
guru harus menggunakannya.”2
Dari hasil observasi dan wawancara sikap sosial yang dikembangkan
pada pembelajaran tematik sebagai berikut:
a. Jujur
Peneliti mewawancarai Ibu Siti Fakhroh, MA selaku wakil kepala
sekolah bidang kesiswaan terkait sikap sosial yang dikembangkan di MIN
2 Kota Tangerang Selatan, beliau mengatakan bahwa:
“E... kalo MIN itu kan tingkat sekolah dasar ya, jadi sikap sosial
yang dikembangkan itu merupakan karakter-karakter dasar yang
nanti mereka akan berlanjut untuk tingkat selanjutnya. Yang
selama ini diajarkan di MIN ya secara sederhana contoh
minimalnya itu sikap kejujuran ketika dia menghadapi berbagai
masalah-masalah di kelas maupun di luar kelasnya. E... kemudian
ketika menghadapi ulangan itu kejujuran yang bakal nantinya itu

1
Annisah, Wawancara, Ciputat, 20 April 2018.
2
Annisah, Wawancara, Ciputat, 20 April 2018.

50
51

akan menjadi sebuah karakter dia ketika dimanapun dia eee


jenjang manapun dia akan menjadi jujur dalam menghadapi
sesuatu, dalam menghadapi berbagai masalah.”3
Dari hasil observasi, peneliti menemukan tidak ada siswa yang
mencontek ketika mengerjakan soal penilaian (worksheet) dan ulangan
harian. Untuk memperkuat pernyataan ini peneliti juga mengobservasi
siswa secara langsung ketika melakukan Penilaian Tengah Semester
(PTS) pada 14-20 Maret 2018 ditemukan bahwa siswa mengerjakan
soal PTS dengan kemampuan sendiri, tidak melihat ke kanan atau kiri
temannya.4

Gambar 4.1 Siswa mengerjakan soal Penilaian Tengah Semester (PTS)


Peneliti juga mencari tahu lebih dalam dengan mewawancarai
beberapa siswa kelas 2B seperti berikut:
Peneliti : “Apakah kamu pernah melihat jawaban teman ketika
sedang mengerjakan soal penilaian harian seperti
worksheet?”
MRP : “Kayaknya pernah deh... Lupa.”
MRN : “Hmmm... Pernah satu kali. Eh gatau deh... Lupa. Aku
lupa.”
KRJ : “Engga.”
ZAR : “Pernah.”
AHR : “Gak pernah.”
Peneliti : “Kenapa?”
MRP : “Waktu itu waktu masih awal-awal di kelas ini.”
MRN : “Akuh... Keliat. Keliat. Misalnya aku lagi ngerjain, aku
lagi nengok-nengok, tiba-tiba keliat ada yang buka gitu.”
KRJ : “Em... ga kenapa-napa.”
ZAR : “Apa ya? Gatau jawabannya.”

3
Siti Fakhroh, Wawancara, Ciputat, 9 Mei 2018.
4
Observasi Kelas 2B, Ciputat, 14-20 Maret 2018.
52

AHR : “Soalnya.. kalo itu kan takutnya nyontek... kan nyontek


gabaik....”5
Dari hasil wawancara dengan siswa ternyata tidak sesuai dengan
hasil observasi peneliti. Masih ada siswa yang mencontek ketika
mengerjakan soal penilaian. Hal tersebut terjadi karena
ketidaksengajaan dan adaptasi permulaan siswa di kelas 2B.
Peneliti juga menemukan siswa yang meminjam barang, baik
milik temannya dan milik kelas atau sekolah, ketika pembelajaran di
dalam kelas dapat dikembalikan dengan baik.6 Apabila ditemukan
barang yang bukan milik pribadi siswa, siswa tidak mengambilnya dan
memberitahu guru kemudian memberikan barang tersebut kepada
guru.7

Gambar 4.2 Raihan mengembalikan rautan kepada Sabqi


b. Disiplin
Setiap hari siswa memakai seragam sekolah yang berbeda.
Terlihat masih ada siswa yang belum memakai atribut seragam yang
lengkap dan kurang rapi. Seperti pada hari Rabu dengan seragam
pramuka beberapa siswa tidak memakai atribut seperti kacu, sebenarnya
siswa tersebut membawanya namun tidak dipakai ketika pembelajaran
tematik.8
Berdasarkan hasil observasi sikap disiplin yang dikembangkan di
kelas 2B juga terlihat pada kegiatan siswa merapikan peralatan belajar

5
Siswa Kelas 2B, Wawancara, Ciputat, 20 April 2018.
6
Observasi Kelas 2B, Ciputat, 9 Maret 2018.
7
Observasi Kelas 2B, Ciputat, 21 Maret 2018.
8
Observasi Kelas 2B, Ciputat, 21 & 28 Maret, 4 April 2018.
53

pada loker yang telah disediakan di ruang kelas. Setiap siswa memiliki
satu buah loker yang tertata rapi dan diberi nama oleh guru.
Peneliti mengajukan pertanyaan kepada beberapa siswa sebagai
berikut:
Peneliti : “Apakah kamu selalu mengambil dan mengembalikan
peralatan belajar pada tempatnya di sekolah?”
MRP : (Mengangguk).
KRJ : “Iya di meja belajar.”
MRN : “Dikembaliin laah.”
GAD : “Dikembaliin.”
ZAR : “Dikembaliin.”
AHR : “Iya.”9

Gambar 4.3 Siswa sedang mengembalikan peralatan belajar pada loker


Berdasarkan RPP yang telah dibuat, pada setiap kegiatan
pembukaan pembelajaran guru selalu mengingatkan siswa untuk
mengutamakan sikap disiplin.
c. Tanggung Jawab
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa seluruh siswa dapat
menyelesaikan tugas sekolah ataupun tugas rumah dengan baik.
Peneliti mengajukan pertanyaan kepada beberapa siswa sebagai
berikut:
Peneliti : “Apakah kamu selalu menyelesaikan tugas yang
diberikan guru”?
MRP : (Mengangguk).
KRJ : “Iya, selalu.”
GAD : “Yaa lah.... Aku kadang kelewatan. Kecepetan
ngerjainnya.”
MRN : “Kecepetan ngerjainnya karena banyak worksheet.”

9
Siswa Kelas 2B, Wawancara, Ciputat, 20 April 2018.
54

ZAR : “Iya. Kadang”


AHR : “Iya.”10
Selama peneliti berada di lapangan ditemukan hanya 1 kali dari
beberapa siswa belum menyelesaikan tugasnya tepat waktu dikarenakan
waktu pembelajaran telah selesai. Kemudian guru meminta siswa
untuk menyelesaikan setelah pulang sekolah atau jika ada waktu luang
pada hari itu.11
Peneliti juga menemukan sikap tanggung jawab yang
dikembangkan terlihat ketika sedang melangsungkan PTS terdapat
siswa yang melakukan kesalahan kemudian siswa tersebut mengatakan
kepada Bu Nisa kesalahan yang dilakukannya.12 Lebih lanjut peneliti
mewawancarai beberapa siswa ternyata siswa yang bernama ZAR
pernah melakukan kesalahan yaitu membaca buku komik ketika
pembelajaran tematik berlangsung, siswa yang lainnya yaitu AHR
mengaku bahwa dirinya pernah membaca buku lain ketika
pembelajaran tematik kemudian ia meminta maaf kepada guru.13
Sikap tanggung jawab juga dikembangkan melalui pelaksanaan
piket kebersihan. Peneliti melihat terdapat jadwal piket siswa di depan
kelas. Piket dapat dilaksanakan siswa dari awal masuk kelas hingga
selesai pembelajaran. Hal ini juga terlihat pada pembelajaran tematik
membuat prakarya, sisa-sisa barang yang tidak digunakan (sampah)
dibuang oleh siswa ke tempat sampah.14
Pada saat istirahat jika terlihat tempat sampah kecil yang berada
di dalam kelas sudah penuh, siswa membuangnya ke tempat sampah
yang lebih besar berada di luar kelas. setiap pulang sekolah siswa
merapikan kursi dan meja secara bersama-sama. Piket kebersihan kelas
juga dilaksanakan siswa bersama-sama setiap hari Jum‟at dengan

10
Siswa Kelas 2B, Wawancara, Ciputat, 20 April 2018.
11
Observasi Kelas 2B, Ciputat, 21 Maret 2018.
12
Observasi Kelas 2B, Ciputat, 15 Maret 2018.
13
Siswa Kelas 2B, Wawancara, Ciputat, 20 April 2018.
14
Observasi Kelas 2B, Ciputat, 27 Maret 2018.
55

membersihkan dan merapikan fasilitas di kelas sebelum kegiatan


pembelajaran dimulai.
Namun ada siswa yang jarang melaksanakan piket, ada juga yang
tidak melaksanakan piket kebersihan karena merasa jijik dengan
sampah.15

Gambar 4.4 Siswa sedang merapikan meja dan kursi


d. Santun
Berdasarkan penemuan peneliti di lapangan siswa dapat
mendengarkan dan menyimak guru atau teman yang sedang berbicara
di depan kelas, kemudian menanggapi. Terdapat beberapa kali guru
menegur siswa yang kurang memperhatikan guru atau teman yang
sedang berbicara di depan kemudian siswa tersebut diam dan tidak
membantah guru.
Peneliti juga mewawancarai siswa terkait cara siswa menghormati
orang lain yaitu mendengarkan guru atau teman yang sedang berbicara
atau sedang menjelaskan di depan kelas dengan alasan agar mengerti,
agar pintar dan dapat mengerjakan soal-soal.16
Temuan lain penelitian di lapangan dari sikap santun yang
dikembangkan terlihat pada perkataan yang diucapkan siswa
menggunakan bahasa yang baik dan tidak kasar kepada guru ataupun
temannya. Hanya ada beberapa siswa yang berbicara dengan bahasa
yang sedikit kasar ketika berbicara dengan teman tertentu. Untuk
memperkuat pernyataan terebut, peneliti juga bertanya kepada siswa.

15
Siswa Kelas 2B, Wawancara, Ciputat, 20 April 2018.
16
Siswa Kelas 2B, Wawancara, Ciputat, 20 April 2018.
56

Peneliti : “Apakah kamu berbicara dengan baik kepada guru?”


MRP : (Mengangguk).
KRJ : “Iya.”
GAD : “Iya.”
ZAR : “Baik.”
AHR : “Iyah.”
Peneliti : “Kenapa?”
MRP : “Emm... Berbicara baik. Itu karena akhlak terpuji.”
KRJ : “Karena harus menghormati yang lebih tua.”
GAD : “Entar dimarahin.”
ZAR : “Soalnya.... Guru harus disopani. Karena guru adalah
sama saja dengan orang tua kita.”
AHR : “Emm... yaah... karena kita emang harus selalu sopan
kepada orang lain.”
Peneliti : “Apakah kamu berbicara dengan baik kepada teman?”
MRP : “Suka.”
KRJ : “Baik.”
GAD : “Iya kadang-kadang.”
MRN : “Sering. Ehh kadang-kadang. Kadang kadang.”
ZAR : “Kasar sedikit, soalnya agak itu juga agak susah
diatur.”
AHR : “Baik.”
Peneliti : “Kenapa?”
MRP : “Emm... Karena sesama teman.”
KRJ : “Karena harus menghormati sesama.”
GAD : “Karena tidak mau dosa.”
MRN : “Aku bilangnya baik, tapi temen-temennya, niih.”
AHR : “Emm... yaah... karena kita emang harus selalu sopan
kepada orang lain.”17
Dapat disimpulkan, mayoritas siswa dapat berbicara dengan baik
terhadap guru dan teman. Namun ada beberapa siswa yang berbicara
kurang baik kepada teman dengan alasan karena temannya yang susah
diatur. Pada dasarnya mereka tahu bagaimana cara bersikap sopan
terhadap orang lain.
e. Peduli
Selanjutnya Bu Fakhroh mengatakan sikap sosial lain yang
dikembangkan di MIN 2, sebagai berikut:

17
Siswa Kelas 2B, Wawancara, Ciputat, 20 April 2018.
57

“Kemudian e... peduli sosial dimana kalau disini itu diajarkan


anak untuk peduli sosial itu contoh pengimplementasinnya itu
ketika hari Jum‟at itu ada inas, dimana inas itu mereka dapat, em
dimana anak itu dapat dengan inas itu di apah, digerakan rasa
kepeduliannya terhadap orang lain ketika temannya sakit atau
ketika ada sekolah-sekolah lain yang membutuhkan bantuan, atau
ada musibah di luar-luar sekolah MIN itu menggunakan uang inas
itu. Jadi anak-anak em... di apah namanya diajarkan dari sekarang
peduli sosial itu sehingga nanti ketika dia dewasa atau ketika
nanti dia berhadapan dengan lingkungan sosial di luar sekolah
peduli sosial itu reflek ada pada diri dia jadi ga mesti harus
disuruh-suruh lagi, ga mesti harus diajarin lagi oleh orang tuanya
karena sudah terbiasa di sekolah. Kemudian budaya, em...
termasuk yang peduli sosial tadi, budaya ngantri, peduli pada
orang lain ketika ngantri ketika saat wudhu, ketika salim tangan
diawal pagi hari itu kan, kemudian kepekaan terhadap orang
lain.”18
Dari hasil penemuan penelitian siswa dapat meminjamkan atau
memberikan alat kepada temannya tanpa paksaan. Siswa mau
meminjamkan alat kepada teman yang tidak membawa/memiliki
apabila teman tersebut bilang dan barang tersebut bisa digunakan
bersama-sama, alasan lain agar temannya bisa belajar atau menulis.19

Gambar 4.5 Siswa meminjamkan alat kepada teman


Selain itu, terlihat di lapangan ketika ada siswa yang kesulitan
dalam belajar siswa yang lain membantunya.20 Siswa mau membantu
temannya yang kesulitan memahami pelajaran agar temannya lebih
paham, ada siswa yang mau membantu temannya jika temannya mau

18
Siti Fakhroh, Wawancara, Ciputat, 9 Mei 2018.
19
Siswa Kelas 2B, Wawancara, Ciputat, 20 April 2018.
20
Observasi Kelas 2B, Ciputat, 19 & 26 Maret 2018.
58

dibantu, ada juga siswa yang memilih untuk berdiam dan membiarkan
temannya yang belum paham pelajaran bertanya pada guru.21

Gambar 4.6 Siswa sedang membantu teman


f. Percaya Diri
Sikap percaya diri juga merupakan sikap yang dikembangkan di
MIN 2 Kota Tangerang Selatan. Seperti penuturan Bu Fakhroh pada
wawancara berikut:
“Kemudian percaya diri, percaya diri itu kan em apa namanya
sebuah e disitu termasuk life skill dia yang nanti ketika
menghadapi suatu permasalahan dia tidak perlu panik, tidak perlu
e... dia merasa eee menghadapi jalan buntu akan tetapi dia selalu
percaya diri untuk membuat suatu keputusan sebagai suatu solusi
ketika dia menghadapi suatu masalah, nanti kedepannya. Ya
masalah-masalahnya dari yang sederhana mungkin kalau yang
sekarang dan nanti mungkin di jenjang-jenjang berikutnya akan
berlanjut. Pasti juga akan diajarkan masalah percaya diri, Cuma
tingkatannya akan berbeda dan masalahnya pun akan lebih
komplek. Cara pemecahan masalahnya pun akan berbeda. Akan
tetapi dasar-dasar percaya diri itu diajarkan disini.”22
Dari hasil temuan penelitian, percaya diri dikembangkan ketika
pembelajaan yaitu siswa yang berani tampil di depan kelas untuk
menjelaskan dan mengemukakan pendapat. Ada siswa yang memiliki
alasan agar mendapat nilai, agar lebih berani dan percaya diri, ada yang
beralasan supaya temannya tahu jawaban dia.23
Namun terdapat beberapa siswa yang belum berani tampil di
depan kelas, guru selalu memberinya dorongan agar siswa tersebut mau
21
Siswa Kelas 2B, Wawancara, Ciputat, 20 April 2018.
22
Siti Fakhroh, Wawancara, Ciputat, 9 Mei 2018.
23
Siswa Kelas 2B, Wawancara, Ciputat, 20 April 2018.
59

maju, guru menunggu sampai siswa tersebut benar-benar berani tampil


di depan kelas.24

Gambar 4.7 Siswa tampil di depan kelas menjelaskan kepada teman-temannya


Peneliti juga menemukan siswa berlomba-lomba mengacungkan
tangan terlebih dahulu untuk dapat menjawab dan mengemukakan
pendapatnya dari pertanyaan guru.25

Gambar 4.8 Siswa mengacungkan tangan sebelum mengemukakan pendapat

Bu Fakhroh mengatakan bahwa sikap toleransi dalam hal belajar


maupun pergaulan juga merupakan sikap sosial yang dikembangkan di
MIN 2 Kota Tangerang Selatan. Sikap toleransi yang dikembangkan yaitu
siswa tidak memilih-milih mana teman yang miskin atau yang kaya, mana
teman yang pintar atau yang tidak pintar. Mereka diajarkan untuk tidak

24
Observasi Kelas 2B, Ciputat, 21 Maret 2018.
25
Observasi Kelas 2B, Ciputat, 26 Maret 2018.
60

melihat ras-ras atau golongan tertentu.26 Selanjutnya Bu Fakroh juga


mengatakan bahwa:

“Sebenarnya masih banyak lagi biasanya di setiap kelas itu punya e...
walaupun secara di sekolah itu ada sikap sosial standar yang
diajarkan akan tetapi disetiap kelas itu ada tambahan-tambahannya.
Biasanya tambahan-tambahan sikap sosial yang dikembangkan di
kelas itu adalagi, tapi secara umum itu yang diajarkan.”27

2. Peran guru dalam mengembangkan sikap sosial siswa pada


pembelajaran tematik
Berikut ini akan di paparkan secara jelas hasil analisis transkrip
wawancara dan observasi peneliti terhadap beberapa informan atau
narasumber terkait peran guru dalam mengembangkan sikap sosial siswa
dalam pembelajaran tematik.
Dalam kaitannya dengan cara mengembangkan sikap sosial, Bu Nisa
selaku guru tematik kelas 2B memaparkan sebagai berikut:
“Terus terang awalnya memang dari pertama yah. Dari pertama saya
megang kelas 2, saya sudah memberikan kesepakatan. Jadi kita
sudah namanya dibuat komitmen gitu. Aturan gitu bahwa kita akan
seperti ini, seperti ini belajarnya. Terus ketika guru mengajar kalian
seperti ini sikapnya. Udah gitu.”28
Selanjutnya Bu Nisa mengungkapkan terkait cara mengembangkan
sikap jujur siswa kelas 2B, sebagai berikut:
“Baik, kejujuran dari awal saya sudah terapkan kesepakatan bahwa
Bu Nisa maunya kamu jujur dulu, kenapa? Semua terutama barang-
barang milik gurunya mau di meja depan atau belakang itu anak
tidak boleh menyentuh tidak boleh mengambil tanpa seizin gurunya.
Kemudian kedua, kebalik ke benda-benda temannya. Peralatan
temannya kalau tidak diberikan pinjaman, kalo kamu mau pinjam
pun harus bilang dulu. Pokoknya tidak boleh mengambil apapun
tanpa seizin dari guru atau teman.”29
Berikut akan diulas mengenai peran guru dalam mengembangkan
sikap sosial siswa pada pembelajaran tematik:

26
Siti Fakhroh, Wawancara, Ciputat, 9 Mei 2018.
27
Siti Fakhroh, Wawancara, Ciputat, 9 Mei 2018.
28
Annisah, Wawancara, Ciputat, 20 April 2018.
29
Annisah, Wawancara, Ciputat, 20 April 2018.
61

a. Sebagai Demonstrator
Dari hasil temuan di lapangan, sikap terpuji yang nampak pada
guru yaitu guru memulai dan mengakhiri pembelajaran tepat waktu,
guru berpakaian rapi, sopan dan islami, guru berbicara dengan bahasa
yang baik, tidak kasar. Guru membiasakan menjawab salam ketika
siswa mengucapkan salam. Guru membimbing siswa untuk selalu
berdo‟a sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan.30
Peneliti juga menemukan bahwa guru menunjukkan cara agar
setiap materi pelajaran dapat dipahami dan dihayati oleh setiap siswa
dengan mengaitkan keadaan yang ada dilingkungan sekitar atau hal-hal
yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Materi yang belum
dipahami siswa, dijelaskan kembali dengan baik oleh guru. Guru
memilih materi yang benar-benar dibutuhkan oleh peserta didik karena
dalam pembelajaran materi pelajaran harus disesuaikan dengan kondisi
peserta didik. 31
b. Sebagai Pengelola Kelas
Bu Nisa mengatakan terkait peran guru sebagai pengelola kelas
seperti ini:
“Awalnya sebelum.. kan tahu sendiri ya kalau saya memulai
pelajaran saya, mau pelajaran saya di awal tematik, maupun
pelajaran orang lain, saya akan mengkondisikan kelas dulu. Saya
bertanya pagi hari dia melakukan apa, setelah bangun tidur apa
yang dilakukan di rumah sampai dia pergi ke sekolah itu sih.”
“Ya, karena ini kan lokasinya sempit terus terang dari 38 anak
kalo posisi seperti ini jadi kalo tata meja kursinya aku enggak
geser-geser, anaknya jadi ku.. rolling. Cara duduknya pindah-
pindah setiap seminggu sekali setiap hari senin. Terus kalau yang
memimpin do‟a tuh dari absen. Mereka sudah tahu. Kan ada 3
tanggung jawabnya, memimpin doa memulai belajar dan pulang,
kemudian ada makan dan sesudah makan, sama memimpin
menyanyikan lagu kebangsaan. Jadi satu hari ada tiga anak yang

30
Observasi Kelas 2B, Ciputat, Maret-April 2018.
31
Observasi Kelas 2B, Ciputat, 8 Maret 2018.
62

bertugas. Itu selama satu minggu. Minggu depannya berurutan


dari nomer absen.”32
Dari hasil temuan penelitian kegiatan pembelajaran dipimpin oleh
guru sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan waktu
pembelajaran sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan serta seluruh
siswa dapat dikondisikan dengan baik. Guru mengatur tempat duduk
secara berkelompok, terdapat 5 kelompok belajar dan penempatan
duduk siswa secara heterogen dan digilir setiap seminggu sekali.
Pengaturan tata letak duduk siswa kurang maksimal dikarenakan
keterbatasan tempat, guru tidak bisa memindahkan meja dan kursi
melainkan memindahkan tempat duduk siswa.

Gambar 4.9 Jadwal Pembelajaran tertera di depan kelas


Pengelolaan kelas juga dilakukan oleh guru tematik dengan
memelihara lingkungan fisik kelas. Seperti yang dikatakan oleh Bu
Nisa sebagai berikut:
“Setiap hari, terus terang ya kita harus bekerja bakti, pokoknya
gaboleh ada sampah sedikit pun. Terus harus bertanggung jawab
setiap kelompoknya. Kemudian kan ada piketnya berjalan. Kalau
tidak berjalan saya suka lemparkan pertanyaan ke anak-anak hari ini
yang piket siapa ya? Kemudian eeem.. kalo yang namanya piket
harus seperti apa, itu tanggung jawabnya mereka. Terkadang karena
sudah terbiasa saya ga bilang juga mereka sudah.. ayoo piket yang
piket!”33
Peneliti juga mencoba mencari tahu lebih jauh tentang pemeliharaan
lingkungan fisik kelas dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa, sebagai
berikut:
Peneliti : “Di kelas terdapat jadwal piket. Apakah kamu selalu
melaksanakan piket kebersihan?”
32
Annisah, Wawancara, Ciputat, 20 April 2018.
33
Annisah, Wawancara, Ciputat, 20 April 2018.
63

AHR : “Selalu.”
KRJ : “Melaksanakan.”
MRP : “Melaksanakan.”
MRN : “Engga.”
GAD : “Kadang, soalnya sehari ini ga ada yang mao, besok ga
ada yang mao, lupa-lupa semua katanya.”
ZAR : “Eeem... Sering.”34
Hasil wawancara dengan siswa kelas 2B dapat diambil
kesimpulan bahwa dalam memelihara lingkungan fisik kelas, guru
melibatkan para siswa. Kegiatan memelihara lingkungan fisik kelas
dilakukan dengan melihat situasi dan kondisi kelas, serta waktu yang
guru luangkan untuk siswa bekerja bakti membersihkan kelas.

Gambar 4.10 Guru dan siswa sedang membersihkan kelas


Berdasarkan hasil dokumentasi dalam memelihara lingkungan fisik
kelas terlihat dari penataan fasilitas kelas yang sangat rapi.

Gambar 4.11 Terdapat rak buku yang tersusun dengan rapi


c. Sebagai Mediator
Berdasarkan hasil temuan penelitian di dalam kelas ketika
pembelajaran berlangsung guru menggunakan media pembelajaran

34
Siswa Kelas 2B, Wawancara, Ciputat, 20 April 2018.
64

hanya pada keadaan tertentu. Media pembelajaran digunakan ketika


siswa belum memahami materi pembelajaran yang disampaikan guru
secara verbal. Guru melibatkan siswa untuk menggunakan media yang
disediakan agar siswa tertarik dalam belajar. Selain itu, media
pembelajaran disediakan oleh guru pada waktu membuat prakarya.35

Gambar 4.12 Media pembelajaran untuk membuat prakarya


d. Sebagai Fasilitator
Sebagai fasilitator, Guru menyediakan seluruh perangkat pembelajaran
sebelum pembelajaran dimulai (seperti silabus, kurikulum, RPP, bahan
evaluasi, dan penilaian). Seperti yang dikatakan Bu Nisa berikut ini:
“Eeee.. di awal, contoh saya nih, kemarinn semester genap,
sebelum semester genap ya di hari libur itu sebelumnya kita harus
membuat silabus kan kita ada tim sesama guru kelas 2. Kita
bagi.”36
Dari hasil temuan penelitian guru menyediakan seluruh perangkat
pembelajaran seperti silabus, RPP dan penilaian diawal semester dan
diarsipkan dalam 1 bundel berdasarkan tema dengan bekerjasama
sesama guru kelas. Guru tematik kelas 2 di MIN 2 terdapat 2 orang
maka pembuatan silabus dan RPP dibagi 2. Sehingga dalam
melaksanaan kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas guru sudah
terlihat sangat siap. Karena sudah terjadwal apa yang akan dilaksanakan
dan apa yang akan diajarkan ke siswa. Perangkat pembelajaran
diarsipakan agar rapi dan disimpan dengan baik, selain untuk
merencanakan kegiatan pembelajaran, perangkat pembelajaran tersebut

35
Observasi Kelas 2B, Ciputat, 26 Maret 2018.
36
Annisah, Wawancara, Ciputat, 20 April 2018.
65

digunakan untuk keperluan akreditasi dan data kelengkapan lembaga


pendidikan.

Gambar 4.13 RPP kelas diarsipkan dalam 1 bundel


Hal lain yang ditemukan dalam penelitian dilapangan yaitu guru
tidak bertindak sewenang-wenang. Ketika guru membutuhkan bantuan,
guru meminta tolong kepada siswa dan ketika terjadi suatu masalah
pada siswa guru tidak langsung menghakimi melainkan guru mencari
bukti dan kebenarannya dari kesalahan yang dilakukan siswa dengan
mengkonfirmasi kepada siswa yang bersangkutan.37Sesuai dengan apa
yang dikatakan oleh Bu Nisa:
“Engga... engga... saya pasti akan mencari tahu dulu kenapa
kamu seperti ini. Cari sebabnya dulu, alasannya. Setelah itu nanti
saya juga panggil ke orang tuanya gitu. Saya bandingkan dia di
rumah seperti apa sih bemainnya..., bergaulnya....”38
Peneliti juga mengajukan pertanyaan kepada beberapa siswa:
Peneliti : “Apakah kamu pernah berbuat kesalahan di kelas?”
AHR : “Pernah sih....”
KRJ : “Engga.”
MRP : “Engga... Eemm... Waktu itu temennya nakal di.. diituin
dia malah nangis.
MRN : “Ya pernah lah.”
GAD : “Pernah.”
ZAR : “Pernah.”

37
Observasi Kelas 2B, Ciputat, 9 Maret 2018.
38
Annisah, Wawancara, Ciputat, 20 April 2018.
66

Peneliti : “Bu Nisa pernah ga menegur kamu kalo kamu


melakukan kesalahan?”
AHR : “Pernah.”
Peneliti : “Kamu dihukum ga?”
MRN : “Belum pernah.”
Peneliti : Terus apa yang Bu Nisa lakukan?
Rizki : “Aduh!”
Ayyubie : “Aduh!”
Rizki : “ Dimarahin lah. Dihukum.dipanggil orang tuanya.”
Ayyubie : “Dimarahin... Terus disembelih hehe.”
Zulfa : “Menasehati.”39
e. Sebagai Komunikator
Hasil temuan peneliti dilapangan bahwa guru menyampaikan
materi pembelajaran dengan jelas dan menggunakan bahasa yang
mudah dimengerti oleh siswa. Guru selalu memberikan informasi
penting yang berkaitan dengan kegiatan di sekolah. Guru memberitahu
siswa ketika akan melaksankaan PTS, guru menginformasikan siswa
setiap ada kegiatan di kelas atau sekolah seperti pada kegiatan Books,
Cakes and Toys (BTC). Guru juga terlihat menginformasikan manfaat
kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa di sekolah. Guru juga
terlihat memberi informasi penting dalam pembelajaran seperti dalam
pembuatan prakarya guru menginformasikan kepada siswa cara
membuat prakarya tahap demi tahap dan guru menginformasikan
kepada siswa tentang barang bekas dapat digunakan untuk membuat
sebuah prakarya.

Gambar 4.14 Guru menginformasikan kepada siswa cara pembuatan prakarya dapat
menggunakan barang bekas.
Kemudian peneliti wawancarai terkait peran guru sebagai
komunikator jika ada siswa yang menyampaikan keluh kesahnya dalam

39
Observasi Kelas 2B, Ciputat, 20 April 2018.
67

hal belajar, guru selalu mendengarkan dan menanggapinya. Seperti ini


penuturan Bu Nisa:
“Iyaa pasti..malah saya suka pancing. Saya coba cari tahu gitu
kenapa kammu hari ini lemas, gak semangat.”40
Berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan guru mendegarkan
keluh kesah peserta didik yang menyampaikan ketidaknyamanannya
ketika belajar karena diganggu oleh temannya.41
f. Sebagai Motivator
Sebagai motivator dalam kegiatan belajar, Bu Nisa mengatakan
bahwa:
“Awalnya saya cari tahu dulu, kamu semalam melakukan apa?
Belajar atau tidak terus tadi pagi kamu ke sekolah keinginan
siapa, kamu atau orang tuanya, khawatirnya kan maunya anak ke
sekolah takut karena orang tua, gitu.. itu yang saya cari tahu.
Yasudah sekarang kamu mau apa mau ke sekolah tujuan kamu
mau apa, saya tanya dulu, dia bilang mau belajar, supaya apa?
Pintar, jadi pintar ga kalo kamu belajarnya seperti ini? Dia cari
tahu.”42
Dari hasil temuan penelitian, cara guru memotivasi siswa agar
aktif dalam pembelajaran yaitu memberi pujian atau hadiah kepada
siswa yang berani tampil di depan kelas. Dan memacu dengan memberi
semangat siswa yang belum berani tampil di depan kelas hingga
akhirnya berani untuk tampil di depan kelas.
g. Sebagai Inspirator
Peneliti mewawancara Bu Nisa terkait peran guru sebagai
inspirator yang memunculkan ide kreatif pada anak. Bu Nisa
mengemukkan bahwa:
“Eeeem... kadang-kadang gini yah... eee... kalo lagi saya
menjelaskan itu ada beberapa anak yang tanpa kita sadari dia
sudah tahu gitu jawabannya. Terkadang diluar dugaan kita. Dia
bertanya gitu. Bu in, ee... apa nih contoh tentang kewajiban orang
tua yah, kan kamu anak itu kewajibannya belajar, sekolah yang

40
Annisah, Wawancara, Ciputat, 20 April 2018.
41
Observasi Kelas 2B, Ciputat, 9 Maret 2018.
42
Annisah, Wawancara, Ciputat, 20 April 2018.
68

biayain orang tua, gitu, ya mungkin ayahnya kerja ibunya kerja


itu kan mencari nafkah. Terkadang keceplosan anak bu kita boleh
ga cari uang?”
“Yaa kalo saya begini, orang berhasil itu tidak mudah. Kalian
masih kelas 2, masih muda, kalian pokoknya belajar, kalo orang
tua memang mencari nafkah buat bayar sekolah kalian. Taapi
jangan kalian anggap orang tua kalian tidak sayang. Itulah
pengorbanan orang tua. Seperti itulah saya memunculkan dia
bagaimana merasakan orang tua bekerja keras. Gitu.”43
Dari hasil temuan di lapangan cara guru menginspirasi siswa
yaitu: Pertama guru memberitahu kepada siswa manfaat belajar untuk
masa depan. Kedua, guru memberikan kisah-kisah yang inspiratif dan
mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Kisah inspiratif dapat
merangsang siswa untuk semangat dalam belajar, siswa akan terpacu
untuk meniru apa yang dicontohkan oleh guru. Ketiga, guru
memberikan dorongan berupa pengalaman hidup. Pengalaman hidup
guru bisa berupa pengalaman dalam menjalani kehidupan sehari-hari,
pengalaman menempuh pendidikan yang penuh dengan perjuangan,
pengalaman hidup bersama orang-orang sekitar yang memberikan
inpirasi bagi siswa.
h. Sebagai Pendidik
Dari hasil temuan penelitian guru menjadi teladan terlihat dari
pakaian yang dikenakan oleh guru selalu rapi, perkataan dan ucapan
guru selalu baik, menghargai para siswanya.
Siswa yang melakukan kesalahan atau hal yang kurang baik
selalu dinasihati oleh guru. Hal ini juga senada dengan temuan
penelitian di lapangan bahwa guru tidak pernah memberikan hukuman
bagi siswa yang tidak menghargai orang lain dan bagi siswa yang
sikapnya belum baik, melainkan nasihat-nasihat yang memotivasi
peserta didik untuk lebih baik lagi. Peserta didik seringkali diberi tahu
oleh guru bahwa ia tidak boleh melakukan hal-hal negatif, harus lebih
mawas diri, serta harus lebih mengendalikan emosi. Sering kali selain

43
Annisah, Wawancara, Ciputat, 20 April 2018.
69

menasihati siswa, guru mengingatkan siswa untuk berwudhu dan


mengingatkan siswa untuk mengucapkan istighfar ketika melakukan
kesalahan dan hal yang tidak baik.44
i. Sebagai Evaluator
Guru selalu melakukan penilaian berupa tes yaitu melakukan
ulangan harian dan penilaian semester. Penilaian non tes berupa
penilaian sikap dan catatan sholat siswa.
Selanjutnya peneliti mewawancara Bu Nisa terkait peran guru
sebagai evaluator. Bu Nisa mengemukkan bahwa:
“Setiap hari worksheet pasti ada. Mau 1 atau 2 worksheet. Tp
penilaian harian 1 tema, kalau KDnya sudah tuntas semua.”45

Gambar 4.15 Guru melakukan penilaian lembar PTS siswa


Dari apa yang telah penulis observasi dan wawancara, maka dapat
disimpulkan bahwa guru tematik kelas 2B telah menjalankan perannya
dengan baik.
Dalam menilai dan mengembangkan sikap sosial tidak hanya dapat
dilakukan oleh guru didalam pembelajaran tetapi dapat juga dilakukan diluar
pembelajaran. Tidak hanya guru, seluruh civitas akademik yang menjadi
bagian dari sekolah sangat berpengaruh untuk mengembangkan sikap sosial
siswa di sekolah tersebut.
Seperti yang dikatakan oleh Bu Fakhroh bahwa seluruh guru, baik wali
kelas maupun guru mapel atau seluruh civitas akademik MIN 2 termasuk
satpam, ikut menggerakan semua kegiatan pengimplementasian dari sikap
44
Observasi Kelas 2B, Ciputat, 26 & 28 Maret 2018.
45
Annisah, Wawancara, Ciputat, 20 April 2018.
70

sosial. Contohnya kegiatan hidden curriculum. Kegiatan tersebut


mengembangkan sikap santun siswa untuk menghargai orang yang berbicara
di depan. Kemudian ketika berwudhu membudayakan antri.
Ketika belajar guru juga mengajarkan siswa untuk berpikir kritis,
menghargai, tidak menertawakan anak karena hal tersebut dapat menjatuhkan
percaya diri anak. Kemudian guru mengajarkan belajar kelompok sehingga
siswa yang pendiam dan tidak percaya diri dapat mengembangkan
kepercayaan dirinya karena merasa terbantu teman. Biasanya dalam membuat
kelompok, siswa dipilih secara heterogen dari yang pintar sampai yang tidak
bisa. Sehingga yang pintar dapat mengajari teman-temannya. Jadi, percaya
diri itu timbul ketika mereka diberi kesempatan untuk berbicara, akhirnya
lama-lama mereka semangat.
Kemudian mengajarkan tanggung jawab dengan adanya kegiatan piket,
apabila siswa tidak melaksanakan maka dikenakan sanksi. Jadi, sikap sosial
yang terimplementasi dari setiap kegiatan di MIN 2 yaitu pada kegiatan
hidden curriculum dan KBM.46

B. Pembahasan
1. Sikap sosial yang dikembangkan di kelas 2B MIN 2 Kota Tangerang
Selatan
Adapun sikap sosial yang dikembangkan dan peran guru dalam
mengembangkan sikap sosial pada pembelajaran tematik sebagai hasil
deskripsi data di MIN 2 Kota Tangerang Selatan sebagai berikut:
a. Jujur
Sikap jujur yang dikembangkan di kelas 2B MIN 2 Kota
Tangerang Selatan, khususnya oleh guru tematik diantaranya adalah
dalam ulangan dan ujian peserta didik dituntut untuk tidak mencontek,
tidak mengambil atau meminjam barang yang bukan miliknya. Dan dari
hasil deskripsi data tersebut penulis menyimpulkan bahwa peserta didik

46
Siti Fakhroh, Wawancara, Ciputat, 9 Mei 2018.
71

telah bersikap jujur dengan baik, meskipun masih ada siswa yang
menyontek ketika mengerjakan worksheet.
b. Disiplin
Sikap disiplin yang dikembangkan di kelas 2B yaitu siswa wajib
memakai seragam yang telah ditentukan, merapikan peralatan belajar
pada tempatnya yaitu pada loker yang telah disediakan di ruang kelas.
Setiap siswa memiliki satu buah loker yang tertata rapi dan diberi nama
oleh guru. Guru kelas 2B rutin mengingatkan siswa untuk selalu
mengutamakan sikap disiplin setiap pembukaan kegiatan pembelajaran.
c. Tanggung Jawab
Berdasarkan deskripsi data, sikap tanggung jawab yang
dikembangkan di MIN 2, Guru kelas 2B pada khususnya yaitu selalu
memotivasi siswa untuk bertanggung jawab, seperti melaksanakan piket
kebersihan sesuai jadwalnya, menyelesaikan tugas sekolah ataupun
tugas rumah dengan baik, mengakui kesalahan yang dilakukan. Penulis
menyimpulkan bahwa siswa sudah bertanggung jwab dengan baik
meskipun masih terdapat siswa yang belum melaksanakan piket
kebersihan.
d. Santun
Sikap santun yang dikembangkan yaitu siswa dapat
mendengarkan dan menyimak guru atau teman yang sedang berbicara
di depan kelas, kemudian menanggapi. Guru kelas 2B selalu menegur
dan menasihati siswa yang kurang santun seperti tidak memperhatikan
guru atau teman yang sedang berbicara di depan kelas. Guru tematik
juga mencontohkan sikap santun seperti menjawab salam, berbicara
dengan bahasa yang baik.
e. Peduli
Dari hasil deskripsi data, sikap peduli yang dikembangkan kelas
2B di MIN 2 yaitu membimbing siswa untuk peduli terhadap teman
sepeti meminjamkan atau memberikan alat kepada temannya yang tidak
membawa/memiliki, menolong teman yang kesulitan dalam belajar.
72

tersebut bisa digunakan bersama-sama, alasan lain agar temannya bisa


belajar atau menulis.47
f. Percaya Diri
Sikap percaya yang dikembangkan guru tematik kelas 2B di MIN
2 yaitu ketika pembelajaan siswa diberi motivasi agar berani tampil di
depan kelas dan berani mengemukakan pendapat.
Dapat disimpulkan, sikap sosial yang dikembangkan guru kelas 2B di
MIN 2 Kota Tangerang Selatan sudah baik. Sikap yang dikembangkan sesuai
dengan buku panduan penilaian pada sekolah dasar.

2. Peran guru dalam mengembangkan sikap sosial siswa pada


pembelajaran tematik
a. Sebagai Demonstrator
Sebagai demonstrator, segala sesuatu yang dilakukan oleh guru
akan menjadi panutan bagi siswa. Dari deskripsi data, guru kelas 2B di
MIN 2 sudah melakukan perannya sebagai demonstrator yakni, selalu
berpakain sopan, memulai dan mengakhiri pembelajaran dengan tepat
waktu, membimbing siswa untuk membaca do‟a sebelum dan sesudah
melakukan pekerjaan, menjawab salam, sehingga mengembangkan
sikap disiplin dan sikap santun dalam diri siswa. Guru juga mengaitkan
materi pelajaran dengan kehidupan nyata sehingga mengembangkan
sikap siswa untuk menghargai orang yang sedang berbicara di depan
kelas.
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Dr. Wina Sanjaya,
M. Pd bahwa sebagai demonstrator, guru harus menunjukkan sikap-
sikap yang terpuji dalam setiap aspek kehidupan. Guru harus dapat
menunjukkan bagaimana caranya agar setiap materi pelajaran bisa lebih
dipahami dan dihayati oleh setiap anak.48

47
Siswa Kelas 2B, Wawancara, Ciputat, 20 April 2018.
48
Sulhan, Op. Cit., h.126.
73

b. Sebagai Pengelola Kelas


Guru adalah sosok yang mengarahkan siswa untuk terus mau
belajar hingga terjadi perubahan dalam diri siswa. Sebagai pengelola
kelas, guru kelas 2B di MIN 2 sudah menjalankan perannya yakni,
mengatur tempat duduk siswa setiap seminggu sekali menjadi 5
kelompok belajar, menentukan siswa yang memimpin berdo‟a
berdasakan absen sehingga mengembangkan sikap percaya diri siswa
dalam berbuat kebaikan. Guru kelas 2B memimpin kegiatan
pembelajaran sesuai dengan jadwal, materi dan tujuan pembelajaran
yang dicapai sehingga mengembangkan sikap disiplin siswa untuk
mengikuti pelajaran dengan baik. Dalam mengelola kelas guru tematik
juga melibatkan siswa untuk melaksanakan kebersihan kelas dan
merapikan alat belajar yang sudah tidak digunakan sehingga
mengembangkan sikap tanggung jawab siswa dalam belajar.
Senada dengan hasil penelitian Ashliy Dien Bakir, sebagai
pengelola kelas guru memelihara lingkungan fisik, dan guru mampu
memimpin kegiatan pembelajaran yang efisien dan efektif.49
c. Sebagai Mediator
Guru kelas 2B di MIN 2 sudah menjalankan perannya sebagai
mediator, yaitu menyediakan media pembelajaran berupa LCD dan
proyektor, guru kelas 2B melibatkan siswa untuk menggunakan media
pembelajaran sehingga mengembangkan rasa percaya diri siswa untuk
mencoba hal yang belum pernah dilakukan dan rasa tanggung jawab
siswa untuk merapikan dan menjaga media tersebut dengan baik.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Syaiful Bahri Djamarah
bahwa guru sebagai mediator juga diartikan sebagai penyedia media
pembelajaran.50

49
Ashliy Dien Bakir, Peran Guru dalam Pengelolaan Kelas, h. 1,
(https://id.scribd.com/doc/93466360/Peran-Guru-Dalam-Pengelolaan-Kelas), diunduh pada hari
Sabtu, 3 Maret 2018 pukul 09.26 WIB.
50
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), Ed. Revisi, h. 37-38.
74

d. Sebagai Fasilitator
Guru sebagai fasilitator memiliki kewajiban untuk memfasilitasi
kegiatan belajar mengajar. Sebagaimana yang dilakukan guru kelas 2B
di MIN 2, sudah menjalankan perannya sebagai fasilitator yakni,
membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) semester genap,
menyiapkan worksheet sebagai bahan evaluasi dan latihan siswa
terhadap pemahaman pada pembelajaran tersebut. Sehingga guru kelas
2B di MIN 2 mempunyai target untuk mencapai sikap sosial siswa yang
akan dikembangkan seperti sikap disiplin dalam mengerjakan
worksheet. Guru kelas 2B tidak bertindak sewenang-wenang dalam
menghakimi siswa sehingga mengembangkan sikap kejujuran siswa
ketika melakukan kesalahan. Siswa menjadi lebih terbuka untuk
mengakui kesalahan.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Wina Sanjaya,
peran guru sebagai fasilitator yaitu: Guru menyediakan seluruh
perangkat pembelajaran sebelum pembelajaran dimulai (seperti silabus,
kurikulum, RPP, bahan evaluasi, dan penilaian) dan guru tidak
bertindak sewenang-wenang kepada peserta didik.51
e. Sebagai Komunikator
Sebagai komunikator, guru kelas 2B di MIN 2 sudah menjalankan
perannya, yaitu menyampaikan materi pelajaran dengan jelas,
menyampaikan manfaat kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa di
sekolah dan memberi siswa informasi penting dalam setiap
pembelajaran agar memunculkan rasa keingintahuan siswa, guru juga
mendengarkan keluh kesah atas ketidaknyamanan siswa dalam belajar
sehingga mengembangkan sikap percaya diri siswa untuk
mengemukakan pendapat.

51
Ria Agustina, Peran Guru sebagai Fasilitator dalam Proses Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di SMP Negeri I Wonosobo Kabupaten Tenggmus, skripsi, Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Raden Intan Lampung, 2017, h. 25-26. diunduh pada hari Sabtu, 3 Maret 2018
pukul 13.57 WIB.
75

Sebagaimana pendapat Sholeh Hidayat bahwa seorang guru harus


siap memberi informasi yang berupa aspek kognitif, afektif maupun
keterampilan dan guru merupakan sumber siswa untuk bertanya.52
f. Sebagai Motivator
Guru kelas 2B di MIN 2 sudah menjalankan perannya sebagai
motivator yakni, memberikan pujian atau apresiasi kepada siswa yang
berani tampil di depan kelas, mendorong siswa yang belum berani
tampil di depan kelas dengan memberinya kesempatan hingga rasa
ketakutan siswa hilang. Peran tersebut mengembangkan sikap percaya
diri. Guru juga memotivasi siswa untuk membantu teman yang
kesulitan dalam belajar sehingga mengembangkan sikap peduli.
Sesuai dengan hasil penelitian Shanghais Yan bahwa guru perlu
memotivasi dengan membantu peserta didik untuk memperoleh
pengetahuan dan keterampilan serta memotivasi peserta didik untuk
belajar secara aktif dan mandiri.53
g. Sebagai Inspirator
Guru adalah sosok yang menginspirasi bagi para siswa. Seperti
yang telah dilakukan oleh guru kelas 2B di MIN 2 dalam menjalankan
perannya sebagai inspirator, yaitu memberikan kisah-kisah yang
inspiratif dan mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Kisah
inspiratif dapat merangsang siswa untuk semangat dalam belajar.
Menceritakan pengalaman hidup guru dalam menjalani kehidupan
sehari-hari, pengalaman menempuh pendidikan yang penuh dengan
perjuangan, pengalaman hidup bersama orang-orang sekitar yang
memberikan inpirasi bagi siswa. Sehingga sikap yang dapat
berkembang dalam diri siswa yaitu percaya diri untuk terus menggapai
cita-cita.

52
Sholeh Hidayat, Pengembangan Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2017), h. 19-21.
53
Shanghais Yan, “Teacher‟s Roles In Autonomous Learning”, Journal of Sociological
Researc, 2012, Vol. 3, No. 2, h. 560-561, (http://dx.doi.org/10.5296/jsr.v3i2.2860), diunduh pada
hari Senin, 12 Maret 2018 pukul 08.25 WIB.
76

Sesuai dengan pendapat Saifuddin azwar, apa yang telah dan


sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi
penghayatan kita terhadap stimulus sosial.54
h. Sebagai Pendidik
Guru adalah sosok yang memiliki kewajiban untuk mendidik
siswa dengan ilmu yang telah dimilikinya agar siswa memiliki pribadi
yang baik. Berdasarkan deskripsi data, guru kelas 2B sudah
menjalankan perannya sebagai pendidik yaitu, memakai pakaian selalu
rapi, perkataan dan ucapan guru selalu baik, menghargai para siswanya.
Sehingga mengembangkan sikap santun siswa. Guru tidak bertindak
sewenang-wenang kepada siswa, peserta didik seringkali diberi tahu
oleh guru bahwa ia tidak boleh melakukan hal-hal negatif, harus lebih
mawas diri, serta harus lebih mengendalikan emosi. Sering kali selain
menasihati siswa, guru mengingatkan siswa untuk berwudhu dan
mengingatkan siswa untuk mengucapkan istighfar ketika melakukan
kesalahan dan hal yang tidak baik sehingga mengembangkan sikap
tanggung jawab siswa terhadap masalah yang dilakukan.
Senada dengan hasil penelitian Habel, peran guru sebagai
pendidik yaitu memberi nasihat.55
i. Sebagai Evaluator
Guru sebagai evaluator mampu melakukan penilaian terhadap
siswa baik penilaian tes, maupun non tes. Guru kelas 2B di MIN 2
sudah menjalankan perannya sebagai evaluator yaitu, guru memberikan
penilaian harian berupa worksheet dan mengawasi siswa ketika
melaksanakan Penilaian Tengah Semester (PTS). Guru juga melakukan
penilaian terhadap sikap sosial siswa ketika pembelajaran berlangsung.
Hal ini dapat mengembangkan sikap jujur siswa dalam bertindak.

54
Saifuddin Azwar, Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1995), Ed. 2, Cet. 1, h. 30.
55
Habel, “Peran Guru Kelas Membangun Perilaku Sosial Siswa Kelas V Sekolah Dasar 005
Di Desa Setarap Kecamatan Malinau Selatan Hilir Kabupten Malinau”, eJournal Sosiatri-
Sosiologi, 2015, (ejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/.../JURNAL%20HABEL%20(02-26-15-05-36-
44).pdf), diunduh pada hari Rabu, 24 Januari 2018 pukul 23.49 WIB.
77

Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Rusman, dalam


dunia pendidikan selalu diadakan evaluasi artinya penilaian yang telah
dicapai, baik oleh pihak terdidik maupun pendidik.56

Senada dengan itu, dalam penelitian Habel mengenai peran guru


mengatakan bahwa guru kelas V SDN desa Setarap juga melakukan hal yang
serupa dengan guru kelas 2B MIN 2 Kota Tangerang Selatan. Yakni memberi
nasihat, membangun motivasi, memberi rasa nyaman dan semangat belajar
serta membangun kreasi siswa.
Sesuai dengan pendapat Barlow bahwa sebagian besar upaya belajar
manusia terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku
(Modeling). Dalam hal ini siswa dapat mengembangkan sikap sosialnya
melalui penyaksian cara orang atau sekelompok orang mereaksi atau
merespon sebuah stimulus tertentu. Siswa dapat mempelajari respons-respons
dengan cara mengamati perilaku contoh dari orang lain, misalnya guru dan
orang tua.49

56
Rusman, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), Ed. 2, Cet. 5, h. 64.
49
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010), Cet. 15, h. 79.
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Sikap sosial yang dikembangkan di MIN 2 Kota Tangerang Selatan pada
pembelajaran tematik yaitu: jujur, disiplin, percaya diri, tanggung jawab,
santun, dan peduli.
2. Peran guru dalam mengembangkan sikap sosial pada pembelajaran tematik
yaitu:
a. Guru sebagai demonstrator, guru kelas 2B di MIN 2 memulai dan
mengakhiri pembelajaran tepat waktu, menunjukkan cara berpakaian
rapi, sopan dan islami, berbicara dengan baik, menjawab salam,
membimbing siswa untuk berdo‟a, serta menunjukkan cara agar setiap
materi yang diajarkan dapat dipahami siswa. Peran tersebut
mengembangkan sikap sosial siswa terutama disiplin dan santun.
b. Guru sebagai pengelola kelas, guru kelas 2B di MIN 2 mengatur
tempat duduk siswa, mengatur jadwal siswa dalam memimpin do‟a.
Peran tersebut mengembangkan sikap percaya diri. Sebagai pengelola
kelas guru juga melibatkan siswa dalam kegiatan kebersihan atau piket
kelas sehingga mengembangkan sikap tanggung jawab.
c. Guru sebagai mediator, guru kelas 2B di MIN 2 menyediakan dan
melibatkan siswa dalam menggunakan media pembelajaran. Peran
tersebut mengembangkan sikap tanggung jawab siswa.
d. Guru sebagai fasilitator, guru kelas 2B di MIN 2 memfasilitasi
kebutuhan siswa dan tidak bertindak sewenang-wenang. Peran tersebut
mengembangkan sikap jujur.
e. Guru sebagai komunikator, guru kelas 2B di MIN 2 memberikan
informasi yang memunculkan rasa keingintahuan siswa sehingga
mengembangkan sikap percaya diri terutama dalam mengemukakan
pendapat.

78
79

f. Guru sebagai motivator, guru kelas 2B di MIN 2 memberi pujian dan


mendorong siswa untuk berani tampil di depan kelas sehingga
mengembangkan sikap percaya diri. Guru juga memotivasi siswa untuk
membantu teman yang kesulitan sehingga mengembangkan sikap
peduli siswa.
g. Guru sebagai inspirator, guru kelas 2B di MIN 2 memberikan kisah
inspiratif sehingga mengembangkan sikap percaya diri siswa.
h. Guru sebagai pendidik, guru kelas 2B di MIN 2 menasihati siswa
sehingga mengembangkan sikap tanggung jawab siswa.
i. Guru sebagai evaluator, guru kelas 2B di MIN 2 melakukan penilaian
tes dan non tes sehingga mengembangkan sikap jujur siswa.

B. Implikasi
Pada umumnya, hasil sebuah penelitian atau karya ilmiah mempunyai
implikasi atau akibat yang ditimbulkan dari adanya penelitian tersebut.
Implikasi dari adanya penelitian ini adalah pertama, guru memiliki peran
untuk mengembangkan sikap sosial siswa. Dalam hal ini guru menyadari
akan pentingnya peranan tersebut. Kedua, dalam upaya mengembangkan
sikap sosial perlu dilaksanakan secara berkelanjutan.

C. Saran
Dari kesimpulan yang telah peneliti paparkan, dapat diajukan
kesimpulan sebagai berikut:
1. Bagi sekolah, hendaknya dapat lebih menjalin hubungan kerjasama dengan
orang tua atau keluarga siswa dan berbagai pihak melalui program
kegiatan sekolah terbaru terkait pengembangan sikap sosial siswa.
2. Bagi guru, memberikan inovasi-inovasi dengan berbagai kegiatan dan
aktivitas yang bisa mengembangkan sikap sosial siswa sesuai dengan sikap
yang dikembangkan oleh Kemendikbud untuk lebih ditingkatkan.
3. Bagi orang tua, hendaknya membentuk lingkungan yang baik agar
pengajaran sikap sosial di sekolah dapat dilaksanakan di rumah dengan
baik. Upaya yang telah dilakukan guru di sekolah dapat diterapkan di
80

rumah sehingga anak terbiasa melakukan sikap baik dan dapat


mengembangkannya di lingkungan masyarakat.
4. Bagi peneliti lain, perlu adanya penelitian lanjutan terkait sikap sosial
siswa di luar pembelajaran tematik pada sekolah dasar lainnya sehingga
dapat meningkatkan sikap sosial siswa.
DAFTAR PUSTAKA

Adisusilo Sutarjo. Pembelajaran Nilai Karakter: Konstruktivisme dan VCT


sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif. Jakarta: Rajawali Pers.
2012.

Agustina, Ria. Peran Guru sebagai Fasilitator dalam Proses Pembelajaran


Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri I Wonosobo Kabupaten
Tenggmus. skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan
Lampung. 2017. Diunduh pada hari Sabtu. 3 Maret 2018 pukul 13.57 WIB.

Annisah. Wawancara. Ciputat. 20 April 2018.

Aprilia, Fika. “Strategi Guru dalam Membentuk Sikap Sosial Siswa Kelas I di
MIN Malang I”. Skripsi. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
2015. etheses.uin-malang.ac.id/5374/1/11140009.pdf. Diunduh pada hari
Rabu. 24 Januari 2018 pukul 23.50 WIB.

Arifin, Zainal. Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradima Baru. Bandung. PT.
Remaja Rosdakarya. Cet. 1. 2011.

Azwar, Saifuddin. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar. Ed. 2. Cet. 1. 1995.

Bakir, Ashliy Dien. Peran Guru dalam Pengelolaan Kelas.


https://id.scribd.com/doc/93466360/Peran-Guru-Dalam-Pengelolaan-Kelas.
Diunduh pada hari Sabtu. 3 Maret 2018 pukul 09.26 WIB.

Bidjari, Azam Farah. “Attitude and Social Representation”. Procedia Social and
Behavioral Sciences.
https://www.sciencedirect.com/science/.../S18770428110213... Diunduh
pada hari Kamis. 25 Januari 2018 pukul 00.36 WIB.

Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya. . Cet. 2. 2010

Djamarah, Syaiful Bahri. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta:
Rineka Cipta. Ed. Revisi. 2010.

Fakhroh, Siti. Wawancara. Ciputat. 9 Mei 2018.

Fathurrohman, Pupuh dan Suryana, Aa. Guru Profesional. Bandung: PT Refika


Aditama. Cet. 1. 2012.

Gunawan, Heri. Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasi. Bandung:


Penerbit Alfabeta. Cet. 2. 2012.

81
82

Habel. “Peran Guru Kelas Membangun Perilaku Sosial Siswa Kelas V Sekolah
Dasar 005 Di Desa Setarap Kecamatan Malinau Selatan Hilir Kabupten
Malinau”. eJournal Sosiatri-Sosiologi. 2015. ejournal.sos.fisip-
unmul.ac.id/.../JURNAL%20HABEL%2002-26-15-05-36-44.pdf. Diunduh
pada hari Rabu. 24 Januari 2018 pukul 23.49 WIB.

Hamdayana, Jumanta. Metodologi pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Cet 1.


2016.

Herlianti, Yanti. Pembelajaran Tematik. Jakarta: UIN Press. 2015.

Hidayat, Sholeh. Pengembangan Guru Profesional. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya. 2017.

Ilahi, Muhammad Takdir. Revitalisasi Pendidikan Berbasis Moral. Jogjakarta:


Ar-Ruzz Media. 2016.

Indonesiastudent. http://www.indonesiastudents.com/pengertian-peran-menurut-
para-ahli-dan-jenisnya/. Diunduh pada hari Rabu. 21 Februari 2018 pukul
15.36 WIB.

Kadir, Abd dan Asrohah, Hanun. Pembelajaran Tematik. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada. 2015.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Online KBBI. https://www.kbbi.web.id/peran.


Diunduh pada hari Selasa. 20 Februari 2018 pukul 15.49 WIB.

Kementrian Agama. https://banten2.kemenag.go.id/berita/461483/min-2-kota-


tangsel-madrasah-dengan-segudang-prestasi. Diunduh pada hari Jum‟at. 26
Januari 2018 pukul 13.45 WIB.

Kementrian Pendidikan dan kebudayaan. Panduan Penilaian untuk Sekolah


Dasar SD. 2015.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia KPAI. David Setyawan penayang. 2014.


http://www.kpai.go.id/berita/kpai-kasus-bullying-dan-pendidikan-karakter/.
Diunduh pada hari Senin. 19 Februari 2018 pukul 07.45 WIB.

Margono S. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 2010. Cet.


8.

Mealiah, Mally. “Peran Guru dalam Menyiapkan Kompetensi Kerja Siswa Sesuai
Tuntutan Dunia Kerja di Industri Busana”. Seminar Internasional.
https://media.neliti.com/media/publications/224713-peran-guru-dalam-
83

menyiapkan-kompetensi-k-55692556.pdf. Diunduh pada hari Selasa, 29 Mei


2018 pukul 07.37 WIB.
Mercer, Jenny & Clayton, Debbie. Psikologi Sosial. Jakarta: Penerbit Erlangga.
2012.

Muqarrobin, Firdaus. “Langkah-langkah yang Perlu Dilakukan Guru dalam


Pembelajaran Tematik Integratif”.
https://www.eurekapendidikan.com/2015/04/Langkah-langkah-yang-Perlu-
Dilakukan-Guru-dalam-Pembelajaran-Tematik-Integratif.html. Diunduh
pada hari Rabu. 31 Januari 2018 pukul 03.49 WIB.

Nasehudin. “Pembentukan Sikap Sosial Melalui Komunikasi dalam Keluarga”.


Jurnal Edueksos. Vol. IV. No. 1. Juni 2015. Jurusan Tadris IPS IAIN Syekh
Nurjati Cirebon.
syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/edueksos/article/view/647. Diunduh
pada hari Senin. 29 Januari 2018 pukul 07.36 WIB.

Nuraida dan Aulia, Rihlah Nur. Pendidikan Karakter untuk Guru. Jakarta: Aulia
Publishing House. Cet. 3.2010.

Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23


Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan. http://bsnp-
indonesia.org/wp-
content/uploads/2009/09/Permendikbud_Tahun2016_Nomor023.pdf.
Diunduh pada hari Jum‟at. 26 Januari 2018 pukul 07.43 WIB.

Purwanto, Ngalim. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya. 2014.

Rufaida Siska Difki. “Pengembangan Sikap Sosial Siswa menggunakan


Pendekatan PAKEM pada Pembelajaran IPS Kelas V B SD Negeri
Mangiran. Kecamatan Srandakan. Kabupaten Bantul”. Skripsi. FITK
Universitas Negeri Yogyakarta. 2013.
eprints.uny.ac.id/.../SISKA%20DIFKI%20RUFAIDA%2C%20NIM%2009
108244052. Diunduh pada hari Rabu. 24 Januari 2018 pukul 23.57 WIB.

Rusman. Model-Model Pemembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers. Ed. 2. Cet.


5.2014.

Samani dan Hariyanto. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya. Cet. 1. 2011.
84

Sanjaya, Ade. Pengertian Peranan Definisi Menurut Para Ahli.


http://www.landasanteori.com/2015/10/pengertian-peranan-definisi-
menurut.html. Diunduh pada hari Selasa. 20 Februari 2018 pukul 15.40
WIB.

Sanjaya, Wina. Penelitian Pendidikan: Jenis. Metode dan Prosedur. Jakarta:


Kencana. . Ed. 1. 2013.

Sedarmayanti dan Hidayat, Syarifudin. Metodologi Penelitian. Bandung: Mandar


Maju. 2011.

Silalahi, Ulber. Metode Penelitian Sosial Kuantitatif. Bandung: Refika Aditama.


2015. Ed. Rev. Cet. 4.

Siregar, Raja Adil. “Viral Video Bully Siswa SD di Sumsel. Ini Penjelasan
Disdik”. detiknews. https://news.detik.com/berita/d-3768657/viral-video-
bully-siswa-sd-di-sumsel-ini-penjelasan-disdik. Diunduh pada hari Senin.
19 Februari 2018 pukul 07.45 WIB.

Siswa Kelas 2B. Wawancara. Ciputat. 20 April 2018.

Sudarma, Momon. Profesi Guru: Dipuji. Dicaci. Dan Dikritis. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada. 2013.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif. Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.


2011. Cet. 14.

Suharsimi, Arikunto. Prosedur Penelitian:Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta. Cet. 15. 2013.

Sulhan, Najib. Karakter Guru Masa Depan Sukses & Bermartbat. Surabaya:
Jaring pena. 2011.

Sunarto dan Hartono, Agung. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka


Cipta. 2008.

Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya. Cet. 15. 2010.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan


Dosen. luk.staff.ugm.ac.id/atur/UU14-2005GuruDosen.pdf. Diunduh pada
hari Jum‟at. 22 Januari 2018 pukul 21.26 WIB.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional. kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp-
85

content/uploads/2016/08/UU_no_20_th_2003.pdf. Diunduh pada hari


Jum‟at. 26 Januari 2018 pukul 06.45 WIB.

Usman, Husaini dan Akbar, Purnomo Setiadi. Metodologi Penelitian Sosial.


Jakarta: PT. Bumi Aksara. Cet. 2. 2009.

Wafiqni, Nafia dan Latip, Asep Ediana. Psikologi Perkembangan Anak Usia
MI/SD. Jakarta: UIN Press. Cet. 1. 2015.

Widodo, Wahyu. dkk. Implementasi Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2016.

W, Pravitri Retno. “Bocah SD di Magelang Tawuran Bawa Senjata Tajam. Polisi


Kaget Saat Menggeledah Isi Tas Mereka”. tribunnews.
http://jambi.tribunnews.com/2018/02/18/bocah-sd-di-magelang-tawuran-
bawa-senjata-tajam-polisi-kaget-saat-menggeledah-isi-tas-mereka?page=3.
Diunduh pada hari Selasa. 20 Februari 2018 pukul 16.26 WIB.

Yan, Shanghais “Teacher‟s Roles In Autonomous Learning”. Journal of


Sociological Researc. 2012. Vol. 3. No. 2.
http://dx.doi.org/10.5296/jsr.v3i2.2860. Diunduh pada hari Senin, 12 Maret
2018 pukul 08.25 WIB.
Yusuf, Syamsu dan Sugandhi, Nani M.. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada. Cet. 1. 2011.
LAMPIRAN
87
Lampiran 1
88
Lampiran 2
89
Lampiran 3
90

Lampiran 4
91
92
93
94
95
96

Lampiran 5

PEDOMAN OBSERVASI SIKAP SOSIAL SISWA

Nama Mahasiswa : Wardatul Hidayati


Tempat Observasi : MIN 2 Kota Tangerang Selatan
Tanggal : 8 Maret 2018-10 April 2018
Dalam pengamatan (observasi) yang dilakukan adalah mengamati sikap
sosial siswa pada pembelajaran tematik di kelas 2B MIN 2 Kota Tangerang
Selatan dengan cara di checklist (√) dan aspek yang diamati meliputi:
A. Tujuan : Untuk memperoleh informasi dan data mengenai sikap
sosial siswa pada pembelajaran tematik di kelas 2B MIN
2 Kota Tangerang Selatan
B. Aspek yang diamati:
Belum
No. Aspek yang diamati Terlihat Keterangan
Terlihat
Seluruh siswa mengerjakan soal
Siswa mengerjakan soal penilaian dengan tertib, tanpa
1. 
penilaian tanpa mencontek mencontek dan menyalin
jawaban teman.
Seluruh siswa dapat
mengembalikan barang yang
Siswa mengembalikan
dipinjam atau ditemukan. Jika
2. barang yang dipinjam atau 
ada barang yang bukan milik
ditemukan
siswa, siswa segera melaporkan
atau memberitahu guru.
Terlihat beberapa siswa masih
Siswa memakai pakaian ada yang belum memakai
3. 
seragam lengkap dan rapi seragam lengkap dan kurang
rapi.
Siswa mengambil dan Siswa mengambil dan
4. 
mengembalikan peralatan mengembalikan peralatan belajar
97

belajar pada tempatnya pada loker yang telah disediakan


di ruang kelas. Tidak ada alat
pelajaran yang berserakan.
Seluruh siswa dapat
menyelesaikan tugas sekolah
Siswa menyelesaikan
5.  ataupun tugas rumah dengan
tugas yang diberikan
baik sesuai dengan waktu yang
telah ditetapkan.
Siswa yang melakukan
kesalahan seperti berbicara atau
bercanda dengan temannya
Siswa mengakui
6.  ketika ada guru atau teman yang
kesalahan
sedang berbicara di depan kelas,
kemudian guru menegurnya dan
siswa mengakui kesalahannya.
Piket dapat dilaksanakan siswa
Siswa melaksanakan piket dari awal masuk kelas hingga
7. 
kebersihan selesai pembelajaran sesuai
dengan jadwal piket.
Seluruh siswa mendengarkan
Siswa menghormati orang dan menyimak guru atau teman
8. 
lain yang sedang berbicara di depan
kelas, kemudian menanggapi.
Perkataan yang diucapkan siswa
menggunakan bahasa yang baik,
Siswa berbicara atau sopan dan halus kepada guru
9. bertutur kata halus tidak  ataupun temannya. Ada
kasar beberapa siswa yang berbicara
atau bertutur kata halus hanya
kepada guru dan teman tertentu.
98

Seluruh siswa dapat


Siswa meminjamkan alat
meminjamkan atau memberikan
10. kepada teman yang tidak 
alat kepada temannya tanpa
membawa/memiliki
paksaan.
Terlihat ketika ada siswa yang
Siswa menolong teman kesulitan dalam memahami
11. 
yang mengalami kesulitan pelajaran siswa yang lain
membantunya.
Siswa yang berani tampil di
depan kelas selalu mendapatkan
apresiasi dari guru dan teman
sehingga meningkatkan rasa
Siswa berani tampil di
12.  percaya diri untuk selalu tampil
depan kelas
di depan kelas. Ada beberapa
siswa yang belum berani untuk
tampil di depan kelas walaupun
diminta oleh guru.
Siswa mengemukakan pendapat
Siswa berani tanpa ditunjuk oleh guru dengan
13. 
mengemukakan pendapat mengacungkan tangan terlebih
dahulu.
99

Lampiran 6

PEDOMAN OBSERVASI PERAN GURU

Nama Mahasiswa : Wardatul Hidayati


Tempat Observasi : MIN 2 Kota Tangerang Selatan
Tanggal : 8 Maret 2018-10 April 2018
Dalam pengamatan (observasi) yang dilakukan adalah mengamati peran
guru pada pembelajaran Tematik di kelas 2B MIN 2 Kota Tangerang Selatan
dengan cara di checklist (√) dan aspek yang diamati meliputi:
A. Tujuan : Untuk memperoleh informasi dan data mengenai peran
guru pada pembelajaran tematik di kelas 2B MIN 2 Kota
Tangerang Selatan
B. Aspek yang diamati:
Belum
No. Aspek yang diamati Terlihat Keterangan
Terlihat
Kegiatan pembelajaran dipimpin
oleh guru sesuai dengan tujuan
Guru menunjukkan cara pembelajaran yang akan dicapai.
agar setiap materi pelajaran Guru mengaitkan materi yang
1. 
bisa lebih dipahami dan diajarkan dengan keadaan
dihayati oleh setiap siswa lingkungan atau hal yang
berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari.
memulai dan mengakhiri
pembelajaran tepat waktu, guru
berpakaian rapi, sopan dan
Guru menunjukkan sikap islami, guru berbicara dengan
2. 
terpuji dalam kehidupan bahasa yang baik, tidak kasar.
Guru membiasakan menjawab
salam ketika siswa
mengucapkan salam. Guru
100

membimbing siswa untuk selalu


berdo‟a sebelum dan sesudah
melakukan pekerjaan.
Waktu pembelajaran sesuai
dengan jadwal yang telah
ditentukan serta seluruh siswa
Guru mampu memimpin
dapat dikondisikan dengan baik.
3. kegiatan pembelajaran yang 
Guru mengkondidiskan siswa
efisien dan efektif
dengan tertib dengan
memberikan ice breaking
kepada siswa.
Terlihat pada ruangan kelas yang
tertata dengan baik dan rapi.
Dalam memelihara lingkungan
Guru memelihara fisik kelas, guru melibatkan
4. 
lingkungan fisik kelas siswa untuk membersihkan kelas
sesuai dengan jadwal piket dan
kegiatan Jum‟at bersih sebelum
pembelajaran dimulai.
Guru menyediakan media untuk
Guru menyediakan media
5.  siswa jika dibutuhkan pada
pembelajaran
materi tertentu.
Guru menyediakan seluruh Guru menyediakan seluruh
perangkat pembelajaran perangkat pembelajaran seperti
sebelum pembelajaran silabus, RPP dan penilaian
6. 
dimulai (seperti silabus, diawal semester dan diarsipkan
kurikulum, RPP, bahan dalam 1 bundel.
evaluasi, dan penilaian)
Guru tidak bertindak Terlihat ketika guru
7. 
sewenang-wenang kepada membutuhkan bantuan, guru
101

peserta didik meminta tolong kepada siswa


dan ketika terjadi suatu masalah
pada siswa guru tidak langsung
menghakimi melainkan
mengkonfirmasi kejadian
tersebut kepada siswa yang
bersangkutan.
Guru menyampaikan materi
Guru menyampaikan materi pembelajaran dengan bahasa
8. 
pelajaran dengan jelas yang mudah dimengerti oleh
siswa.
Guru selalu memberikan
Guru memberikan
9.  informasi penting yang berkaitan
informasi penting
dengan kegiatan di sekolah.
Guru memberi pujian atau
hadiah kepada siswa yang berani
tampil di depan kelas. Dan
Guru memotivasi siswa
memacu dengan memberi
10. dengan cara memberikan 
semangat siswa yang belum
pujian atau hadiah
berani tampil di depan kelas
hingga akhirnya berani untuk
tampil di depan kelas.
Guru memberitahu kepada siswa
manfaat belajar untuk masa
Guru memberikan inspirasi
11.  depan. Memberikan cerita yang
kepada peserta didik
menarik dan mengaitkan dengan
kehidupan sehari-hari.
Pakaian yang dikenakan oleh
Guru menjadi contoh atau
12.  guru selalu rapi, perkataan dan
teladan yang baik
ucapan guru selalu baik,
102

menghargai para siswanya.


Guru selalu memberikan nasihat
kepada Siswa yang melakukan
Guru memberikan nasihat
13.  kesalahan atau hal yang kurang
yang baik
baik. Oleh guru, siswa diminta
untuk mengucapkan istighfar.
Guru melakukan penilaian tes
Guru melakukan penilaian yaitu ulangan harian dan
14. baik berupa tes maupun  penilaian semester. Penilaian
non tes non tes berupa penilaian sikap
dan catatan sholat siswa.
103

Lampiran 7

Catatan Lapangan 1

Pembelajaran Tematik
Tema : 6 (Merawat Hewan dan Tumbuhan)
Subtema : 4 (Merawat Tumbuhan)
Pembelajaran : 4
Hari/Tanggal : Kamis, 8 Maret 2018
Waktu : 07.40-14.05 WIB
Tempat : Kelas 2B MIN 2 Kota Tangerang Selatan

Hari Kamis terdapat 27 siswa yang hadir dan 11 siswa tidak hadir karena
sedang sakit. Siswa terlihat memakai seragam lengkap. Pagi hari pukul 07.40
siswa kelas 2B sedang berdo‟a sebelum memulai kegiatan belajar, terlihat salah
satu siswa sedang berjalan-jalan ketika sedang berdo‟a. Kemudian guru yang
menjadi wali kelas 2B bernama Bu Nisa menegur siswa tersebut dan menasihati
kepada siswa lain bahwa ketika sedang berdo‟a harus fokus, tidak mengerjakan
hal lain. Semua siswa diam, mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru.
Pukul 07.58 WIB Bu Nisa meninggalkan kelas karena ada kegiatan foto bersama
seluruh guru beserta staf dan karyawan MIN 2, kemudian Bu Nisa berpesan agar
siswa tetap tertib berada di kelas. Kemudian salah seorang siswa bernama Zulfa
mengajak teman-temannya untuk membersihkan kelas. Katanya “Daripada tidak
ngapa-ngapain lebih baik bersihkan kelas!”
Pukul 11.28 WIB pembelajaran tematik segera dimulai. Guru meminta
tolong kepada salah satu siswa untuk menurunkan kursi yang berada di atas meja
karena siswa tersebut tidak masuk, sedang sakit. Kemudian siswa tersebut
menurunkan kursi tersebut namun agak kesulitan kemudian teman yang lainnya
membantu menurunkan kursi tanpa diperintahkan.
Guru memberikan informasi kepada siswa bahwa minggu berikutnya mulai
hari Senin, 12 Maret 2018 akan dilaksanakan Penilaian Tengah Semester (PTS),
seluruh siswa memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru. Tiba-tiba ada
seorang siswa kelas lain masuk ke kelas 2B dengan mengucapkan salam dan
104

memberikan berkas kepada guru, guru menjawab salam dan mengucapkan


terimakasih. Kemudian guru melanjutkan pembicaraannya dengan siswa kelas 2B,
dalam pembicaraan itu guru mengingatkan siswa untuk belajar di rumah dengan
meminta pendampingan dari orang tua.
Guru mengingatkan siswa tentang peraturan belajar di sekolah, menanyakan
manfaatnya, seluruh siswa mendengarkan dan sebagian siswa menanggapi
pertanyaan guru dengan mengacungkan tangan terlebih dahulu. Guru memberi
tahu manfaat belajar, memberi tahu sikap jujur dan percaya diri tidak hanya ketika
ulangan tetapi juga dalam hal belajar. Guru bertanya kepada siswa tentang siapa
yang masih melihat ke kanan dan kiri temannya ketika belajar, kemudian
beberapa siswa mengaku dengan mengacungkan tangan. Guru menjelaskan bahwa
hal tersebut merupakan sikap tidak jujur dan tidak percaya diri, lalu guru
mengingatkan siswa untuk mengucapkan istighfar ketika melakukan hal yang
kurang baik.
Guru mereview pembelajaran sebelumnya, salah seorang anak bernama
Rizki menanggapi bahwa pembelajaran sebelumnya membuat dongeng fabel.
Guru mengingatkan siswa untuk menyiapkan alat belajar, siswa menyiapkan alat
belajar. Setelah melakukan tanya jawab dengan siswa, guru membagikan soal
ulnagan harian kepada seluruh siswa kelas 2B. Sebelum mengerjakan, guru
mengingatkan siswa untuk membaca basmalah, terlihat semua siswa mengerjakan
sendiri-sendiri soal ulangan harian tersebut, nampak tenang dan fokus. Guru
berkeliling memperhatikan siswa yang sedang mengerjakan ulangan. Sambil
menunggu siswa selesai mengerjakan soal, guru mengisi jurnal harian.
Salah seorang siswa bernama Naida bertanya kepada guru karena tidak
memahami soal yang dimaksud, kemudian guru menjelaskan dengan bahasa yang
baik dan mudah dipahami siswa. Seluruh siswa dapat mengumpulkan soal
penilaian dengan tepat waktu, sebab guru mengingatkan waktu yang tersisa untuk
mengerjakan. Setelah selesai mengumpulkan soal ulangan harian siswa dapat
duduk di kursi masing-masing. Sambil menunggu guru selesai mengoreksi dan
menilai ulangan tersebut, siswa diberi kesempatan untuk membuat cerita fabel apa
saja yang pernah dibaca sebelumnya. Siswa yang bernama Fawwaz melihat
105

catatan Kayyisah karena kemarin tidak masuk sekolah, lalu Kayyisah


memberitahu guru. Kemudian Bu Nisa menegur Fawwaz dan menasihati Fawwaz
agar tidak melihat catatan teman walaupun tidak hadir sekolah. Setelah guru
selesai memeriksa dan menilai pekerjaan siswa, serta siswa telah selesai membuat
cerita fabel, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk maju ke depan kelas
dan menceritakan hasil cerita yang telah dibuat. Beberapa siswa maju dan
bercerita dengan kemauan sendiri (tanpa ditunjuk) diantaranya yaitu: Tata, Zulfa,
Raihan, Naida, Nindi, Ara, Rizki, Faiz, Sulthan F, Sabiq, Rafa, Ahdan, dan Naira.
Kemudian guru meminta siswa yang lain untuk memberi tepuk tangan kepada
temannya yang telah berani maju, lalu guru menilai hasil kerja siswa.
Pembelajaran diakhiri dengan berdo‟a dipimpin oleh seorang siswa. Siswa
mengucapkan salam kepada guru dan guru menjawab salam. Merapikan meja dan
kursi, selanjutnya menyanyikan lagu wajib nasional dipimpin oleh seorang siswa
yang lainnya. Sebelum kembali ke rumah seluruh siswa bersalaman dengan guru
di depan pintu kelas dengan berbaris rapi dan antri dengan tertib.
106

Catatan Lapangan 2

Pembelajaran Tematik
Tema : 6 (Merawat Hewan dan Tumbuhan)
Subtema : 4 (Merawat Tumbuhan)
Pembelajaran : 5
Hari/Tanggal : Jum‟at, 9 Maret 2018
Waktu : 08.40-09.40 WIB
Tempat : Kelas 2B MIN 2 Kota Tangerang Selatan

Peneliti tiba di kelas 2B pukul 08.35. sebelumnya kelas 2B telah


melaksanakan kegiatan pembelajaran TIK. Siswa terlihat memakai seragam
lengkap Peneliti melihat guru meminta tolong kepada siswa untuk membagikan
hasil ulangan pada hari kamis yang telah dinilai, salah satu siswa membantu.
Kemudian guru mengucapkan terimakasih kepada siswa yang telah membantu.
Guru mereview pembelajaran sebelumnya lalu melakukan tanya jawab dengan
siswa. Siswa menjawab dan menanggapi. Dilanjutkan dengan pemberian
informasi tentang Penilaian Tengah Semester (PTS) yang disampaikan oleh guru,
membagikan kumpulan soal PTS tahun lalu dan guru memberi tahu batasan
materi untuk PTS. Guru mengingatkan siswa untuk meminta dampingan orang tua
ketika belajar di rumah, siswa mendengarkan dengan tertib namun terlihat ada 2
orang siswa yang sedang sibuk sendiri, guru menegur dan bertanya. Siswa
tersebut menjawab bahwa dirinya sedang mengobrol dan bermain dengan
temannya kemudian guru memberinya nasihat agar tidak mengulangi hal tersebut.
Keadaan kelas semakin ramai kemudian guru memberi ice breaking dengan
meminta siswa untuk menyanyikan yel-yel kelas. Setelah itu siswa tenang, duduk
dengan rapi. Kemudian guru memberi kesempatan kepada siswa yang belum
mengikuti ulangan harian untuk ulangan susulan dengan kesiapan siswa.
Guru memberikan worksheet kepada siswa kemudian mengingatkan siswa
untuk membaca basmalah sebelum mengerjakan soal. Siswa membaca basamalah
bersama-sama. Guru mengingatkan siswa untuk mengerjakan soal latihan secara
sendiri, tidak boleh melihat jawaban teman. Siswa mendengarkan. Terlihat
107

seorang siswa meminjam rautan kepada temannya yang lain. Temannya tersebut
meminjamkan. Selesai mengerjakan, guru meminta tolong siswa untuk
mengambil lembar jawaban siswa yang telah selesai mengerjakan. Guru
memeriksa jawaban siswa. Terlihat ada seorang siswa bernama Rizki menangis
dan mengadu kepada guru ketika sedang belajar ia dipukul oleh temannya,
kemudian guru memanggil siswa tersebut ke depan meja guru dan
mengkonfirmasi kejadian yang dialaminya . Rizki mengaku bahwa telah dipukul
oleh temannya namun belum tahu kejelasannya siapa yg memukulnya. Kemudian
guru memintanya untuk tidak boleh menuduh teman sembarangan. Ditanya
dahulu ke temannya apakah benar teman tersebut yang telah memukulnya.
Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan merapikan buku tematik.
Dilanjutkan dengan pembelajaran yang lain.
108

Catatan Lapangan 3

Penilaian Tengah Semester (PTS)


Hari/Tanggal : Rabu, 14 Maret 2018
Waktu : 09.30-11.00 WIB
Tempat : Kelas 2B MIN 2 Kota Tangerang Selatan

Pukul 09.25 peneliti tiba di kelas 2B, seluruh siswa hadir semua. Siswa
terlihat memakai seragam lengkap hanya ada beberapa siswa yang belum
menggunakan seragam pramuka lengkap, siswa tidak memakai kacu pramuka.
Terlihat guru dan siswa sedang istirahat. Hari ini sedang dilaksanakan kegiatan
Penilaian Tengah Semester (PTS) mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
Pukul 09.30 bel berbunyi tanda masuk kelas. Pengawas di kelas 2B merupakan
guru BTQ yang bernama Nita, ternyata dalam pelaksanaan PTS, seluruh
pengawas di setiap kelas bergantian. Sebelum memulai mengerjakan soal guru
meminta siswa untuk menampilkan yel-yel kelas untuk mengalihkan perhatian
siswa. Setelah itu, guru mengingatkan siswa untuk menyiapkan alat tulis.
Siswa terlihat siap untuk mengerjakan soal PTS. Kemudian guru
membagikan lembar soal PTS, siswa duduk dengan tenang. Guru
menginstruksikan siswa untuk mengisi nama dan nomor absen terlebih dahulu.
Pertengahan waktu dalam mengerjakan soal, ada siswa yang kurang memahami
pertanyaan yang dimaksud, kemudian guru menjelaskan dengan bahasa yang
mudah dimengerti oleh siswa. Guru berkeliling kelas memeriksa lembar jawaban
siswa kemudian meminta semua siswa untuk memeriksa kembali jawaban mereka
apakah sudah tepat atau belum. Siswa yang telah selesai mengerjakan PTS
diperbolehkan membaca buku bacaan yang ada di perpustakaan mini yang
terdapat di sudut kelas samping meja guru, siswa mengambil buku di rak buku,
kemudian membacanya dengan tenang. Guru memberi kesempatan kepada siswa
untuk membaca buku kemudian mempersilahkan siswa untuk menceritakan atau
menjelaskan isi dari bacaan terseut. Terlihat ada beberapa siswa yang tidak
memperhatikan temannya yang sedang berbicara di depan kelas, ada juga yang
bercanda dan berlari-larian di dalam kelas. Guru menuliskan nama siswa-siswa
109

tersebut di papan tulis. Namun seorang siswa bernama Sulthan F menghapus


namanya dan berkata kepada guru “Saya tidak salah bu, masa ada nama saya”.
Kemudian guru menuliskan namanya lagi. Kenyataannya siswa tersebut sedang
berlari-lari ketika temannya sedang bercerita di depan kelas.
Setelah semua siswa selesai mengerjakan soal PTS, guru meminta siswa
untuk mengumpulkan lembar jawaban siswa satu per satu dengan dipanggil guru
berdasarkan urutan absen. Kegiatan diakhiri dengan membaca do‟a, mengucapkan
salam, kemudian merapikan meja dan kursi, menyanyikan lagu wajib nasional.
Siswa bersalaman dengan guru di depan pintu dengan berbaris rapi.
110

Catatan Lapangan 4

Penilaian Tengah Semester (PTS)


Hari/Tanggal : Kamis, 15 Maret 2018
Waktu : 09.30-11.00 WIB
Tempat : Kelas 2B MIN 2 Kota Tangerang Selatan

Pukul 09.30 seluruh siswa hadir di kelas dan guru juga sudah berada di
kelas. Siswa terlihat memakai seragam lengkap. Hari ini PTS mata pelajaran
Bahasa Indonesia. Kegiatan dimulai guru dengan mempersilahkan siswa untuk
merapikan kursi karena terlihat beberapa kursi belum rapi. Guru bertanya kepada
siswa “Buku apa yang sudah kalian baca kemarin?” beberapa siswa menjawab
dengan mengangkat tangan terlebih dahulu. ada siswa yang menjawab membaca
buku fabel. Guru bertanya kepada seorang siswa, “Azaria, buku apa yang kamu
baca kemarin?” kemudian Azaria menjawab “Buku tentang percaya diri.” Guru
mengulang pertanyaan kepada Ara, “Ara, buku apa yang telah dibaca Azaria?”
Ara tidak bisa menjawab karena tidak mendengarkan apa yang diucapka oleh
Azaria. Ara sibuk dengan dirinya sendiri. Kemudian guru menasihati dan
mengingatkan siswa untuk memperhatikan guru atau teman yang sedang
berbicara. Guru mengatakan “Apa yang telah kamu baca, kamu lakukan. Kamu
membaca buku percaya diri, maka kamu harus seperti itu. Apa conoh sikap
percaya diri?” Najwa menjawab “berani maju ke depan membaca puisi.” Azaria
menjawab ”Berpidato.” Rizki bertanya “Berpidato itu apa?” kemudian guru
menjelaskan. Terlihat ada beberapa siswa yang belum dapat menjawab pertanyaan
guru contoh sikap percaya diri lalu guru menyampaikan “Kalian yang belum tahu
sikap percaya diri, silahkan nanti bukunya dibaca lagi lain waktu!” Terlihat ada 2
orang siswa bernama Faiz dan Kayyisah yang belum siap mengikuti PTS karena
sedang bermain kertas, kemudian guru menegurnya dan bertanya apa yang sedang
dilakukannya. Lalu kayisah member kertas tersebut kepada guru. Setelah guru
melihat isi bacaan pada kertas dan bertanya kepada siswa ternyata tulisan yang
ada pada kertas merupakan nama-nama karakter pemain game mobile legend.
Guru meminta Faiz untuk menyanyikannya, namun Faiz malu akhirnya dibantu
111

oleh dua orang temannya bernama Sabqi dan Azka. Di lain sisi terlihat ada siswa
yang sedang membersihkan tempat duduknya karena kotor dan ada siswa lain
bernama Ara sedang meminjam rautan kepada Tata.
Setelah kondisi siswa tenang, guru membagikan soal PTS. Siswa
membiasakan diri untuk membaca basmalah sebelum mengerjakan. Guru
menghimbau kepada siswa untuk membaca soal dengan teliti. Guru memeriksa
lembar jawaban siswa. Guru menegur siswa yang berisik ketika mengerjakan soal
untuk tetap diam dan tenang. Kemudian guru memanggil Sulthan F untuk
mengkonfirmasi kejadian pada hari Rabu. Lalu sulthan F maju ke depan kelas dan
mengakui kesalahannya. Guru menasihatinya dan mengingatkan kepada siswa
lain untuk selalu bersikap dan berakhlak baik. Mengajarkan siswa untuk tidak
memotong pembicaraan orang lain yang sedang berbicara. Guru mengajarkan
siswa untuk tidak mencontohkan sikap yang tidak baik kepada siswa lain.
Kemudian guru mengingatkan siswa untuk memeriksa kembali dan memberitahu
waktu mengerjakan soal PTS akan habis.
Setelah selesai, semua lembar jawaban dikumpulkan. Seluruh siswa berdo‟a
dipimpin oleh perwakilan siswa. Guru mendampingi. Siswa mengucapkan salam,
kemudian merapikan meja dan kursi, menyanyikan lagu wajib nasional. Siswa
bersalaman dengan guru di depan pintu dengan berbaris rapi.
112

Catatan Lapangan 5

Penilaian Tengah Semester (PTS)


Hari/Tanggal : Jum‟at, 16 Maret 2018
Waktu : 07.30-09.00 WIB
Tempat : Kelas 2B MIN 2 Kota Tangerang Selatan

Siswa terlihat memakai seragam lengkap. Kegiatan PTS mata pelajaran


Matematika dimulai dengan berdo‟a. Guru mengingatkan siswa untuk tertib
dalam berdo‟a. Sebelum mengerjakan soal PTS guru mengingatkan siswa untuk
tidak bertanya kepada guru atau teman ketika mengerjakan ulangan. Terlihat Rizki
mengatakan kepada guru “ Bu Nisa, aku lupa membawa pensil.” Kemudian bu
nisa menjawab “Kenapa bisa lupa? Memangnya siapa yang merapikan peralatan
tulis kamu?” Rizki menjawab “Mama.” Bu Nisa mengatakan “Itulah kalau masih
disiapkan oleh mama, belum tanggung jawab.” guru mengingatkan dan
memberitahu bahwa ketika di rumah harus bertanggung jawab untuk merapikan
peralatan sekolah sendiri. Kemudian guru memberikan lembar soal PTS dan
mengingatkan siswa untuk membaca basmalah sebelum mengerjakan. Siswa
mengerjakan dengan tertib dan guru berkeliling kelas memeriksa jawaban siswa,
guru mengingatkan siswa untuk memeriksa kembali jawabannya masing-masing.
Siswa mengumpulkan lembar jawaban satu per satu dipanggil oleh guru
menurut nomor absen. Kegiatan diakhiri dengan membaca do‟a, mengucapkan
salam, kemudian merapikan meja dan kursi, menyanyikan lagu wajib nasional.
Siswa bersalaman dengan guru di depan pintu dengan berbaris rapi.
113

Catatan Lapangan 6

Penilaian Tengah Semester (PTS)


Hari/Tanggal : Senin, 19 Maret 2018
Waktu : 07.30-09.00 WIB
Tempat : Kelas 2B MIN 2 Kota Tangerang Selatan

Hari ini hanya ada satu siswa yang tidak hadir karena izin. Siswa terlihat
memakai seragam lengkap. Kegiatan PTS mata pelajaran SBdP diawali dengan
berdo‟a bersama. Guru menegur seorang siswa yang menengok kanan/kiri, dan
menanyakan apa yang sedang dilakukannya. Siswa menjawab bahwa ia ingin
meminjam rautan kepada temannya. Guru melarangya karena ketika ulangan
dapat mengganggu teman, kemudian guru mengingatkan siswa untuk
mempersiapkan alat tulis sebelum mengerjakan lembar PTS.
Guru memberikan lembar soal kepada siswa unuk dikerjakan. Menunggu
siswa selesai mengerjakan soal PTS, guru berkeliling kelas mengawasi dan
memeriksa jawaban siswa. Setelah siswa selesai mengerjakan soal PTS, guru
mempersilahkan untuk membaca buku bacaan yang tersedia di perpustakaan mini.
Guru sambil mereview pembelajaran pada minggu sebelumnya tentang
menyanyikan lagu pelangi-pelangi dengan not. Guru meminta Rara untuk
membantu teman-temannya yang belum bisa menyanyikan lagu tersebut
kemudian semua siswa mendengarkan Rara dan mengikutinya bernyanyi
bersama. Terlihat ada 2 siswa yang sedang asik mengobrol yaitu Faiz dan Sabqi
kemudian guru menegur, mengklarifikasi apa yang sedang dibicarakan siswa
tersebut. Siswa tersebut mengaku bahwa sedang membicarakan game di
handphone. Guru mengingakan siswa untuk berkata jujur, kalau tidak jujur
nilainya akan berkurang. Setelah semua siswa selesai mengerjakan soal PTS, guru
meminta siswa untuk memeriksa jawabannya kembali. Setelah itu siswa
mengumpulkan lembar jawaban PTS.
Kegiatan hari ini diakhiri dengan berdo‟a dan dipimpin oleh seorang siswa.
Ketika selesai berdo‟a guru mengingatkan siswa untuk selalu fokus dalam
berdo‟a. Tidak ada kegiatan lain yang dilakukan seperti berjalan-jalan, berdiri dan
114

mengobrol. Siswa mendengarkan nasihat guru dengan tenang. Kemudian siswa


mengucapkan salam dan guru menjawab salam. Merapikan meja dan kursi,
menyanyikan lagu wajib nasional “Padamu Negeri”. Siswa bersalaman dengan
guru di depan pintu dengan berbaris rapi.
115

Catatan Lapangan 7

Penilaian Tengah Semester (PTS)


Hari/Tanggal : Selasa, 20 Maret 2018
Waktu : 07.30-09.00 WIB
Tempat : Kelas 2B MIN 2 Kota Tangerang Selatan

Hari ini siswa hadir semua. Siswa terlihat memakai seragam lengkap.
Kegiatan PTS mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diawali dengan
berdo‟a. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan latihan
soal (worksheet) bagi siswa yang tertinggal atau tidak hadir pada waktu
pembelajaran saat itu. Guru mengoreksi worksheet dan memberikan kepada siswa
yang bersangkutan.
Guru mulai memberikan soal PTS menurut barisan tempat duduk dan siswa
mengoper kepada teman yang berada di belakangnya. Siswa mulai mengerjakan
soal PTS dengan tenang. Guru mengingatkan siswa untuk megerjakan soal PTS
dengan teliti dan hati-hati. Guru berkeliling ke temapt duduk siswa untuk
menandatangan. Terlihat ada lembar jadwal siswa untuk ditandatangani oleh guru
yang robek. Kemudian guru bertanya dan siswa tersebut menjawab dengan apa
adanya. Kemudian guru mengambil solasi dan memperbaiki lembar jadwal
tersebut. guru menegur siswa ketika terdengar suara mulai gaduh. Terlihat guru
memeriksa lembar jawaban PTS seorang siswa kemudian memberi penjelasan
kepada siswa tersebut karena siswa tersebut belum memahami/ tidak mengerti
maksud pertanyaan soal PTS. Setelah semua siswa selesai mengerjakan guru
memberi kesempatan kepada siswa untuk memeriksa kembali jawaban mereka.
Kemudian guru mengambil lembar jawaban siswa.
Guru memberi infomasi dengan membagikan selembar kertas edaran bahwa
akan diadakan kegiatan Books, Cakes, and Toys (BCT). Guru memberitahu siswa
bahwa hari ini merupakan hari terakhir PTS dan esok akan belajar seperti biasa.
Lalu menyanyikan lagu wajib nasional. Siswa bersalaman dengan guru di depan
pintu dengan berbaris rapi.
116

Catatan Lapangan 8

Pembelajaran Tematik
Tema : 7 (Kebersamaan)
Subtema : 1 (Kebersamaan di Rumah)
Pembelajaran : 1 dan 2
Hari/Tanggal : Rabu, 21 Maret 2018
Waktu : 07.35-08.40 dan 10.10-11.20 WIB
Tempat : Kelas 2B MIN 2 Kota Tangerang Selatan

Hari ini ada 24 siswa yang hadir dan 2 siswa tidak hadir karena sakit. Siswa
terlihat memakai seragam lengkap tetapi ada beberapa siswa belum memakai
atribut seragam seperti kacu pramuka. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan
do‟a bersama yang dipimpin oleh seorang siswa. Guru menjelaskan materi
kebersamaan, guru menjelaskan tentang imbuhan, siswa memperhatikan dengan
baik dan tenang. Guru menampilkan bacaan tentang kebersamaan menggunakan
Proyektor, kemudian meminta siswa untuk membaca bersama-sama. Guru
mengingatkan siswa untuk menggunakan intonasi dan tanda baca yang tepat.
Guru meminta seorang siswa yang bernama Amira untuk membaca teks tersebut
dan yang lain mendengarkan. Guru meminta siswa lain untuk mengoreksi cara
membaca Amira. Setelah itu guru mengkonfirmasi cara membaca yang benar.
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan isi teks bacaan
tersebut, seorang siswa bernama Tata menjawab. Ada siswa yang berteriak “Bu
Nisa Aesar enggak bawa buku bu.” Ada juga yang bilang “Ibu, Rara salah bawa
buku.” Kemudian guru menegurnya dan berkata ”Kemarin kan Bu Nisa sudah
bilang, hari ini belajar seperti biasa. Aesar mengapa kamu tidak membawa buku?”
Aesar mengaku bahwa tidak merapikan buku sendiri, yang merapikan adalah
mabknya (pembantu rumah tangga). Guru mengingatkan dan berkata: “Dari awal
Bu Nisa katakan untuk merapikan buku pelajaran sendiri. Sampaikan hal sekecil
apapun kepada orang tuamu yang terjadi di sekolah.” Guru menasihati siswa
untuk selalu hadir di sekolah agar tidak tertinggal pelajaran.
117

Guru melanjutkan kegiatan belajar dengan bertanya siapa yang melakukan


kegiatan di rumah seperti kegiatan pada bacaan tersebut. guru menjelaskan
kegiatan siswa yang biasa dilakukan di rumah. Guru dan siswa melakukan tanya
jawab kegiatan siswa di rumah dan melakukan tanya jawab kegiatan berdasarkan
teks bacaan tersebut. Guru menunjukkan gambar dan bertanya bagaimana ekspresi
pada orang tersebut. kemudian semua siswa menjawab secara bergantian salah
satunya siswa menjawab bahwa gambar seorang anak sedang menyimak ayahnya
bercerita. Kemudian guru mengkonfirmasi bahwa jawaban tersebut benar. Guru
memberi tahu bahwa seorang anak pada gambar tersebut mengetahui bahwa cara
menghormati orang lain yaitu dengan mendengarkan orang yang sedang bicara
kepadanya. Terlihat seorag siswa sedang mengobrol ketika guru sedang
menjelaskan kemudian guru menegurnya. Guru memberi kesempatan kepada
siswa untuk menggantikan posisi guru dan meminta siswa untuk menceritakan
tentang kebersamaan dari sebuah gambar. Beberapa siswa maju ke depan dan
menceritakan terkait gambar tersebut. diantaranya yaitu: Aesar, Amira S, Tata,
Zulfa, Raihan dan Ashraqat. Guru meminta siswa lain untuk memberi tepuk
tangan kepada siswa yang telah berani maju ke depan kelas untuk bercerita.
Kemudian guru juga menasihati siswa untuk tidak takut maju ke depan kelas
kemudian guru berkata: “Kalau kamu takut maju ke depan berarti kamu tak punya
iman”. Siswa yang telah maju ditanya oleh guru bagaimana rasanya berdiri di
depan kelas. Ada siswa yang menjawab “biasa aja bu, engga takut, enak”. Terlihat
ada siswa yang izin kepada guru untuk pergi ke toilet dengan berbicara
menggunakan Bahasa Arab. Guru bertanya kepada siswa lain, “Dari siswa-siswa
yang maju adakah perbedaan diantara mereka?” ada siswa yag menjawab bahwa
Raihan mengucapkan salam sebelum cerita. Kemudian guru mengingatan kepada
siswa untuk mengawali setiap kegiatan dengan membaca basmalah dan tak lupa
mengucapkan salam ketika akan berbicara di depan banyak orang. Guru berharap
bahwa Raihan dapat menjadi contoh untuk teman-temannya. Guru juga
menanyakan kepada siswa yang belum maju, alasan siswa tersebut ragu-ragu,
takut salah, dan malu. Guru menjelaskan kalau siswa salah guru tidak akan
118

menyalahkan dan memarahinya. Kemudian terlihat beberapa siswa maju untuk


menceritakan kembali, yaitu: Thoriq, Sulthan F.
Ada seorang siswa bernama Adi yang memang belum berani untuk tampil di
depan kelas hal ini diketahui setelah saya bertanya kepada guru. Kemudian guru
memberinya kesempatan namun siswa tersebut belum maju dan akan maju ke
depan kelas pada pertemuan berikutnya. Kemudian guru memberikan makanan
sebagai reward kepada siswa yang telah maju dan bercerita di depan kelas. Guru
meminta siswa untuk membuat 5 buah pertanyaan sebab dalam membuat kalimat
pertanyaan masih terdapat kesalahan. Siswa belum dapat membedakan pertanyaan
dengan pernyataan. Siswa membuat kalimat pertanyaan. Tiba-tiba ada seorang
guru kelas 1 bernama Pak Mul memberi salam dan izin kepada Bu Nisa
memindahkan meja dan kursi karena di kelas 2B ternyata jumlah meja dan
kursinya lebih sedangkan di kelas 1 kurang. Kemudian Bu Nisa memindahkan
Sulthan F dari meja dan kursi tersebut, lalu Pak Mul membawa meja dan
kursinya. Ternyata Pak Mul menemukan selembar uang Rp.2000 di dalam kolong
meja dan menanyakan kepada kelas 2B. Ada seorang siswa yang berteriak
“Sulthan itu uang” dan Bu Nisa juga bertanya “Sulthan ini uang kamu bukan?”
sulthan pun mengaku bahwa uang tersebut bukan miliknya. Kemudian
pembelajaran dikelas dilanjutkan dengan pembelajaran lain.
Setelah selesai, pembelajaran tematik dilanjutkan dengan membuat kalimat
pertanyaan. Kemudian guru membagikan worksheet. Guru memerintahkan siswa
untuk membaca basmalah sebelum mengerjakan worksheet. Sambil siswa
mengerjakan, guru memanggil siswa satu per satu untuk menilai hasil
pekerjaannya. Guru mengingatkan siswa untuk mengerjakan worksheet sendiri
dan tidak berdiskusi dengan temannya. Guru meminta siswa untuk
mengumpulkan lembar worksheet. Terlihat semua siswa telah mengumpulkan
namun Ashraqat, Amira, Rizki, Nindi, Haidar, Aesar, Alfaro, Adhi, Ami blm
selesai mengerjakan dan mengumpulka tidak tepat waktu. Kemudian guru
meminta siswa tersebut untuk cepat menyelesaikan dan mengumpulkannya
setelah pembelajaran selesai. Kegiatan pembelajaran temmatik diakhiri dengan
merapi peralatan belajar dan dilanjutkan dengan pembelajaran lain.
119

Catatan Lapangan 9

Pembelajaran Tematik
Tema : 7 (Kebersamaan)
Subtema : 1 (Kebersamaan di Rumah)
Pembelajaran : 3 & 4
Hari/Tanggal : Senin, 26 Maret 2018
Waktu : 07.35-08.40, 10.10-11.20, dan 13.00-14.05 WIB
Tempat : Kelas 2B MIN 2 Kota Tangerang Selatan

Ada 24 siswa yang hadir dan 4 siswa tidak hadir karena sakit. Siswa terlihat
memakai seragam lengkap. Kegiatan pembelajaran diawali dengan berdo‟a
dipimpin seorang siswa. Guru mengapersepsi siswa kemudian menjelaskan cara
menghitung perkalian. Terlihat Aesar mengantuk ketika sedang belajar guru
memintanya untuk berwudhu. Guru menasihati siswa untuk selalu berbuat baik.
Guru mengingatkan siswa untuk mengucapkan istighfar dan berwudhu ketika
sedang marah ataupun sikapnya sedang tidak baik. Guru memotivasi siswa untuk
selalu berbuat baik. Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan membaca hafalan
juz 30. Seluruh siswa membaca bersama-sama dengan tertib. Kemudian
pembelajaran dilanjutkan dengan BTQ.
Setelah selesai belajar BTQ, guru menyiapkan siswa untuk tetap tenang.
Guru mengingatkan siswa yang telah berjanji akan maju ke depan kelas untuk
bercerita tentang kebersamaan, sebelum siswa tersebut maju, guru melakukan
tanya jawab siapa yang menikmati kebersamaan di rumah. Terlihat beberapa
siswa menjawab secara bergantian dengan mengacungkan tangan terlebih dahulu.
Kemudian Adan, Aulia, Adhi dan Noni maju ke depan kelas dan bercerita. Setelah
itu guru menanyakan kepada mereka apa yang dirasakan ketika maju di depan
kelas, kalau tidak ada rasa takut untuk selanjutnya guru meminta siswa maju ke
depan tanpa diperintah oleh guru. Kemudian guru meminta siswa lain untuk
memberi apresiasi kepada temannya dengan bertepuk tangan. Guru menanyakan
kepada siswa apa yang dilakukan di rumah, kemudian sebagian siswa
mengacungkan tangan dan menjawab pertanyaan guru. Guru mendengarkan keluh
120

kesah siswa . dilanjutkan dengan belajar BTQ dan istirahat hingga pukul 10.00
WIB.
Pembelajaran dilanjutkan pada pukul 10.10 WIB. Guru bertanya kepada
siswa apa yang telah dimakan ketika istirahat. Kemudian Ara menjawab bahwa ia
makan puding yang dibagi oleh temannya bernama Sulthan A, kemudian ia
membaginya lagi kepada Zulfa. Guru meminta siswa tersebut maju ke depan dan
menggambarkan puding di papan tulis. Terlihat Rizki diminta untuk maju ke
depan dan menggambar. Guru bertanya mengpa Rizki di suruh menggambar juga.
Seorang siswa lain bernama Sulthan A menjawab “Karena Rizki mengejek
gambar Ara.” Kemudian guru mengingatkan ketika teman tampil di depan kelas,
tidak ada yang menyinggung atau meledek dan mentertawakan, harus saling
menghargai orang lain. Selanjutnya guru menjelaskan tentang pecahan dari cerita
puding yang dibagi dua. Guru melakkan tanya jawab dengan siswa. Sebagian
siswa maju ke depan menjelaskan gambar suatu pecahan 1/3. Kemudian guru
memberi kesempatan kepada siswa lain untuk mengomentari gambar temannya.
Guru mengkonfirmasi jawaban siswa. Terlihat seorang siswa bernama Noni
nampak kebingungan ketika guru menjelaskan, kemudian guru memberikan
media berupa kue dan sendok untuk dipotong menjadi beberapa bagian.
Kemudian Noni membagikan kue tersebut kepada 4 orang temannya. Setelah itu
guru memberikan worksheet. Guru mengingatkan siswa untuk memeriksa kembali
jawaban dan tulisannya, siswa yang belum menjawab dengan tepat diminta guru
untuk memperbaiki. Worksheet dikumpulkan. Dilanjutkan dengan pembelajaran
lain.
Pukul 13.00 WIB siswa selesai shalat dzuhur berjamaah di kelas,
pembelajaran tematik dilanjutkan. Guru membawa media dan menunjukkan
kepada siswa. Kemudian guru mencontohkan siswa untuk membuat sebuah
prakarya. Guru mempersilahkan perwakilan siswa untuk menuliskan bahan
membuat prakarya. Kemudian guru membagikan alat dan bahan kepada siswa dan
siswa mulai membuat prakarya yang dicontohkan oleh guru tahap demi tahap.
Terlihat siswa yang belum bisa membuat prakarya tersebut dibantu oleh temannya
yang sudah bisa membuatnya. Kegiatan diakhiri dengan berdo‟a yang dipimpin
121

seorang siswa, mengucapkan salam kepada guru. Guru menginformasikan kepada


siswa bahwa hari esok akan dilaksanakan BCT untuk kelas 2B. Merapikan kursi
dan meja, menyanyikan lagu wajib nasional. Kemudian bersalaman dengan guru
di depan pintu dengan berbaris rapi.
122

Catatan Lapangan 10

Pembelajaran Tematik
Tema : 7 (Kebersmaan)
Subtema : 1 (Kebersamaan di Rumah)
Pembelajaran : 5
Hari/Tanggal : Selasa, 27 Maret 2018
Waktu : 11.30-12.30 WIB
Tempat : Kelas 2B MIN 2 Kota Tangerang Selatan

Pembelajaran tematik dimulai setelah melewati beberapa pembelajaran lain.


Siswa terlihat memakai seragam lengkap namun beberapa siswa terlihat kurang
rapi dalam memakai seragam, ada yang bajunya keluar, ada yang pecinya miring.
Terlihat ada seorang anak yang mengobrol dengan temannya, guru menegur dan
meminta siswa tersebut maju ke depan untuk menceritakan apa yang dibicarakan
temannya. Ada seorang anak yang izin ke toilet kemudian guru mengingatkan
siswa bahwa ada adab masuk ke kamar mandi yaitu berdo‟a, masuk dengan kaki
kiri. Para siswa mendengarkan. Kemudian membuat prakarya. Guru
mengingatkan, bagi siswa yang telah selesai membuat prakarya untuk membuang
bahan prakarya yang sudah tidak digunakan ke tempat sampah, sehingga tidak ada
sampah yang berserakan di kelas. Parakarya yang telah dibuat baik yang selesai
atau tidak selesai dikumpulkan. Guru tidak ingin siswa menyelesaikannya di
rumah. Kegiatan diakhiri dengan merapikan alat belajar.
123

Catatan Lapangan 11

Pembelajaran Tematik
Tema : 7 (Kebersamaan)
Subtema : 1 (Kebersamaan di Rumah)
Pembelajaran : 5
Hari/Tanggal : Rabu, 28 Maret 2018
Waktu : 07.35-08 40 dan 10.10-11.20 WIB
Tempat : Kelas 2B MIN 2 Kota Tangerang Selatan

Siswa terlihat memakai seragam lengkap dan rapi. Kegiatan pembelajaran


dimulai dengan berdo‟a bersama yang dipimpin oleh seorang siswa. Guru
melakukan presensi. Siswa yang tidak hadir sebanyak 5 orang dan siswa yang
hadir sebanyak 33 orang, guru meminta Adi untuk mecatatnya di papan absensi.
Guru membimbing siswa untuk membaca alfatihah untuk mendo‟akan teman,
saudara, dan untuk diri sendiri. Terlihat seorang siswa mengantuk, kemudian
guru meminta siswa tersebut untuk berwudhu. Kemudian guru menasihati siswa
untuk mengatur waktu yang baik dengan mengaitkan aktivitas dalam kehidupan
sehari-hari.
Guru mengingatkan siswa ketika belajar untuk tidak memainkan alat yang
tidak dipakai saat belajar. Guru menasihati siswa dan menginspirasi siswa dengan
cerita permisalan orang yang berjalan maju atau mundur. Guru bertanya “Adakah
siswa yg tidak ingin naik kelas?”. Semua siswa menjawab tidak. Kemudian Guru
menanyakan cita-cita siswa. Siswa ditanya satu per satu. Orang yang memiliki
cita-cita berarti orang yang ingin maju. Guru melakukan tanya jawab dengan
siswa tentang beraneka warna dan maknanya. Kemudian guru meminta seluruh
siswa menyanyikan lagu cicak-cicak di dinding dengan not sambil bertepuk
tangan.
Pukul 10.10 melanjutkan pembelajaran tematik, guru memberi tahu manfaat
benda-benda yang ada di sekitar. Guru dan para siswa melakukan tanya jawab
kegunaan tas, manfaat makanan. Guru membagikan worksheet. Siswa
mengerjakan. Guru memeriksa worksheet siswa satu per satu. Kemudian
124

memberikan worksheet lain. Guru berkeliling kelas memeriksa pekerjaan siswa


dan mengingatkan siswa untuk lebih teliti dalam mengerjakan tugas. Kemudian
worksheet dikumpulkan. Setelah memeriksa, guru bertanya kepada siswa siapa
yang belum memahami materi pecahan. Guru menasihati siswa apabila tidak
masuk sekolah, belajar di rumah dengan meminta bantuan kepada kedua orang
tua. Pembelajaran tematik terakhir, dilanjutkan dengan pembelajaran melukis,
namun guru melukis tidak hadir, guru meminta perwakilan siswa untuk
menggambar di papan tulis dan siswa lain menirukan gambar tersebut.
125

Catatan Lapangan 12

Pembelajaran Tematik
Tema : 7 (Kebersamaan)
Subtema : 2 (Kebersamaan di Sekolah)
Pembelajaran : 1
Hari/Tanggal : Senin, 2 April 2018
Waktu : 07.35-08.40, 10.10-11.20, dan 13.00-14.05 WIB
Tempat : Kelas 2B MIN 2 Kota Tangerang Selatan

Hari ini Siswa terlihat memakai seragam lengkap. Sebanyak 5 siswa tidak
hadir. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan berdo‟a. Kemudian guru
menjelaskan materi pecahan menggunakan proyektor. Guru menjelaskan materi
tentang bunyi kuat dan lemah. Terlihat ada seorang siswa yang mengantuk
kemudian guru memintanya untuk berlari-lari kecil di depan kelas. Guru memberi
kesempatan kepada siswa yang ingin menjelaskan materi yang telah disampaikan
oleh guru, kemudian 3 orang siswa maju ke depan, guru meminta siswa lain untuk
memberi tepuk tangan. Kegiatan belajar dilanjutkan dengan menyanyikan lagu
cicak-cicak di dinding dengan not angka. Siswa yang asik bermain sendiri diminta
untuk maju ke depan kelas menyanyikan lagu tersebut. 2 orang siswa terlihat
sedang bercanda kemudian guru menegurnya. Melanjutkan pembelajaran guru
melakukan tanya jawab dengan para siswa dengan sebuah cerita yang tertera pada
buku tematik. Para siswa menjawab dan menanggapi pertanyaan guru. Kemudian
guru meminta siswa untuk membaca cerita tersebut. terlihat seluruh siswa antusias
membacanya. Guru dan siswa melakukan tanya jawab tentang cerita tersebut.
guru menanyakan informsi apa yang didapatkan oleh siswa dari hasil membaca.
Kemudian guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menceritakan dongeng
di depan kelas. Beberapa siswa maju ke depan kelas. Terlihat seorang siswa
perempuan sedang pusing kemudian siswa yang lain memberi tahu guru, guru
memintanya untuk memberi obat.
Pembelajaran dianjutkan setelah istirahat. Pembelajaran dilanjutkan dengan
pemberian nasihat guru kepada para siswa karena ada seorang siswa yang kurang
126

baik dalam bersikap saat sedang makan yaitu tidak menghabiskan makanannya
dan menyuruh temannya untuk menaruh tempat makan. Setelah selesai menasihati
guru meminta siswa untuk membagikan worksheet yang telah dikoreksi dan diberi
nilai. Guru memberi intruksi dan bimbingan untuk menyusun worksheet agar rapi
dan berurutan sesuai dengan urutan penilaian di buku nilai yang dimiliki guru.
Guru membagikan worksheet untuk dikerjkan siswa, siswa mengerjakan
worksheet dengan tenang dan tertib. Sambil mengerjakan worksheet, guru
memanggil siswa satu per satu untuk merekap nilai worksheet yang telah
diberikan. Bel istirahat.
Selesai istirahat kedua, kegiatan pembelajaran dilaanjutkan dengan
mengerjakan worksheet. Siswa yang telah selesai, mengumpulkan worksheet
kemudian mengerjakan worksheet yang baru. Kemudian mengumpulkan setelah
selesai. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan berdo‟a dipimpin oleh perwakilan
siswa. Guru mendampingi. Siswa mengucapkan salam dan guru menjawab salam,
kemudian merapikan meja dan kursi, menyanyikan lagu wajib nasional. Siswa
bersalaman dengan guru di depan pintu dengan berbaris rapi.
127

Catatan Lapangan 13

Pembelajaran Tematik
Tema : 7 (Kebersamaan)
Subtema : 2 (Kebersamaan di Sekolah)
Pembelajaran : 2
Hari/Tanggal : Selasa, 3 April 2018
Waktu : 11.20-12.30 WIB
Tempat : Kelas 2B MIN 2 Kota Tangerang Selatan

Pembelajaran tematik dimulai setelah pembelajaran lain. Ada 7 siswa yang


tidak hadir karena sakit. Guru memberikan worksheet kepada siswa. Siswa yang
telah selesai mengerjakan dipersilahkan untuk mengumpulkan worksheet.
Kemudian guru memberikan worksheet yang baru untuk siswa yang tetap duduk
tenang dan telah selesai mengerjakan worksheet pertama diberikan. Siswa yang
tidak paham atau tidak mengerti dalam mengerjakan soal, bertanya kepada guru.
Setelah selesai mengerjakan worksheet, siswa mengumpulkannya. Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggambar setelah selesai
mengumpulkan worksheet. Kegiatan pemmbelajaran diakhiri dengan merapikan
alat belajar dan bersiap-siap untuk melaksanakan sholat dzuhur berjamaah di
kelas.
128

Catatan Lapangan 14

Pembelajaran Tematik
Tema : 7 (Kebersamaan)
Subtema : 4 (Kebersamaan di Tempat Wisata)
Pembelajaran : 1
Hari/Tanggal : Rabu, 4 April 2018
Waktu : 07.35-08.40 dan 10.10-11.20 WIB
Tempat : Kelas 2B MIN 2 Kota Tangerang Selatan

Pembelajaran dimulai dengan berdo‟a besama dengan dipimpin seorang


siswa. Hari Rabu masih terlihat bahwa beberapa siswa belum memakai atribut
pramuka. Guru menunjukkan gambar pizza menggunakan proyektor. Kemudian
guru bertanya kepada siswa siapa yang pernah memakan pizza? Apa manfaatnya?
Para siswa menjawab “Potongannya merupakan pecahan”. “Dagingnya
mengandung protein”. Kemudian guru menkonfirmasi jawaban siswa. Guru
mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari. Guru meminta siswa untuk
mengerjakan soal latihan yang ada dibuku paket siswa. Guru mengingatkan siswa
untuk membaca basmalah sebelum mengerjakan soal latiham. Siswa mengerjakan
dengan tenang dan tertib. Siswa yang telah selesai mengerjakan soal latihan
mengumpulkan dan diberikan worksheet yang oleh seorang siswa yang diminta
tolong oleh guru. Siswa mengerjakan kembali dengan tenang dan tertib. Guru
mengingatkan siswa untuk mngerjakan sendiri dan tidak memberitahu temannya.
Kemudian worksheet dikumpulkan.
Pembelajaran dilanjutkan pada pukul 10.10 dengan membuat prakarya
bunga. Guru memberikan penjelasan dan mencontohkan cara membuatnya.
menggunakan barang yang bekas yaitu dari plastik bekas. Guru meminta siswa
untuk menyiapkan perlengkapan membuat prakarya. Guru memberikan media dan
alat dengan memanggil siswa satu per satu ke meja guru sesuai urutan absen.
Siswa terlihat antusias membuat prakarya. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan
merapikan alat pembelajaran yang tidak diperlukan.
Lampiran 20
129

Catatan Lapangan 15

Pembelajaran Tematik
Tema : 7 (Kebersamaan)
Subtema : 4 (Kebersamaan di Tempat Wisata)
Pembelajaran : 2
Hari/Tanggal : Selasa, 10 April 2018
Waktu : 11.20-12.30 WIB
Tempat : Kelas II B MIN 2 Kota Tangerang Selatan

Terlihat guru memindahkan tempat duduk siswa yang bercanda atau


mengobrol padahal guru telah merubah posisi tempat duduk siswa pada hari senin.
Dalam mengelola kelas guru mengatur tempat duduk siswa secara bergantian
setiap seminggu sekali. Guru membagikan worksheet, siswa mulai mengerjakan
dengan tertib dan sendiri-sendiri. Sambil mengerjakan worksheet, guru bekeliling
mengawasi siswa. Siswa yang telah selesai mengerjakan worksheet dipersilahkan
memeriksa kembali jawabannya. Kemudian worksheet dikumpulkan. Kegiatan
pembelajaran diakhiri dengan merapikan alat pelajaran dan bersiap untuk wudhu
dan melaksanakan sholat dzuhur berjamaah.
130

Lampiran 8
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK WAKIL KEPALA SEKOLAH
BIDANG KESISWAAN MIN 2 KOTA TANGERANG SELATAN

1. Menurut ibu, apa yang dimaksud dengan sikap sosial?


2. Secara umum, bagaimana sikap sosial siswa MIN 2 Kota Tangerang Selatan?
3. Sikap sosial apa saja yang dikembangkan di MIN 2 Kota Tangerang Selatan?
4. Mengapa sikap tersebut perlu dikembangkan?
5. Upaya apa yang dilakukan dalam mengembangkan sikap sosial siswa
tersebut?
6. Bagaimana pengimplementasian peran guru dalam mengembangkan sikap
sosial siswa?
7. Faktor apa yang menjadi pendukung dan penghambat dalam mengembangkan
sikap sosial tersebut?
131

Lampiran 9
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK GURU KELAS
MIN 2 KOTA TANGERANG SELATAN

1. Bagaimana sikap sosial siswa kelas 2B MIN 2 Kota Tangerang Selatan?


2. Sikap sosial apa saja yang dikembangkan di kelas 2B?
3. Bagaimana cara ibu mengembangkan sikap sosial tersebut?
4. Faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat ibu dalam
mengembangkan sikap sosial siswa?
5. Apa yang ibu lakukan dalam merencanakan kegiatan pembelajaran sebelum
diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar?
6. Apakah menyediakan seluruh perangkat pembelajaran sebelum pembelajaran
dimulai (seperti silabus, kurikulum, RPP, bahan evaluasi, dan penilaian)?
7. Kapan RPP dan Silabus dibuat?
8. Bagaimana cara ibu memimpin kegiatan pembelajaran yang efisien dan
efektif?
9. Apakah ibu pernah menghukum siswa tanpa alasan?
10. Jika ada siswa yang menyampaikan keluh kesahnya dalam hal belajar, apakah
ibu selalu mendengarkan dan bagaimana ibu menanggapinya?
11. Bagaimana ibu memberi motivasi siswa dalam kegiatan belajar agar siswa
terus semangat dan mau berusaha untuk lebih baik dalam belajar sehingga
sikap sosial tersebut berkembang?
12. Apakah siswa pernah memunculkan ide-ide kreatif mereka?
13. Bagaimana cara ibu menginspirasi mereka?
14. Bagaimana cara ibu memelihara lingkungan fisik kelas?
15. Apakah ibu pernah meminta tolong kepada siswa?
16. Bagaimana ibu mengatur dan menata tempat duduk siswa?
17. selain melakukan penilaian sikap yang merupakan penilaian non tes, apakah
ibu melakukan penilaian berupa tes?
132

Lampiran 10
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK SISWA
MIN 2 KOTA TANGERANG SELATAN

1. Apakah kamu pernah melihat jawaban teman ketika sedang mengerjakan soal
penilaian?
2. Apakah kamu pernah berbuat kesalahan? Kesalahan apa yang pernah kamu
buat? Kemudian apa yang kamu lakukan?
3. Apakah Bu Nisa menegur dan menghukum kamu jika kamu melakukan
kesalahan?
4. Apakah kamu selalu mengambil dan mengembalikan peralatan belajar pada
tempatnya di sekolah?
5. Apakah kamu selalu menyelesaikan tugas yang diberikan guru?
6. Jika kamu tidak menyelesaikan tugas, apa yang dilkukan Bu Nisa?
7. Apakah kamu melaksanakan piket kebersihan? Kapan kamu melaksanakan
piket?
8. Apakah kamu memperhatikan penjelasan guru atau teman yang sedang
berbicara di depan kelas?
9. Apakah kamu berbicara yang baik kepada guru?
10. Apakah kamu berbicara yang baik kepada teman?
11. Apa yang kamu lakukan jika ada teman yang tidak membawa/tidak memiliki
alat belajar?
12. Jika ada teman yang kesulitan memahami pelajaran apakah kamu
membantunya?
13. Jika diberi kesempatan oleh Bu Nisa untuk tampil di depan kelas, apakah
kamu selalu mau tampil?
133

Lampiran 11
TRANSKRIP WAWANCARA
WAKIL KEPALA SEKOLAH BIDANG KESISWAAN
MIN 2 KOTA TANGERANG SELATAN

Nama Informan : Siti Fakhroh, MA


Hari/Tanggal : Rabu, 9 Mei 2018
Waktu : Pukul 13.30 WIB
Tempat : Ruang perpusakaan MIN 2 Kota Tangerang Selatan
______________________________________________________________________
Peneliti : “Assalamu‟alaikum Bu Fakhroh.”

Bu Fakhroh : “Yaa Wa‟alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakaatuh.”

Peneliti : “Saya Wardatul Hidayati mahasisiwi PGMI UIN Syarif


Hidayatullah Jakarta sedang mengadakan penelitian di MIN 2 Kota
Tangerang Selatan, saya ingin bertanya bu sudah berapa lama ibu
mengajar di sekolah ini?”

Bu Fakhroh : “Saya dari tahun 1998. Cuma sempat berhenti 2 tahun karena cuti
kemudian mulai lagi tahun 2005 sampai sekarang.”

Peneliti : “Kemudian sudah berapa lama ibu menjadi wakil kepala sekolah
bidang kesiswaan?”

Bu Fakhroh : “Eee Dari tahuun 99 sampai sekarang.”

Peneliti : “Menurut ibu apa yang dimaksud dengan sikap sosial?”

Bu Fakhroh : “Sikap sosial itu, sikap yang kadang suatu kesadaran yang akan
tumbuh dalam diri siswa itu melalui respon-respon yang diberikan
dari suatu masalah tertentu. Nah respon itu nanti berupa rangsangan
yang akan nanti menciptakan suatu kesadaran bagi siswa eeem
mejadi sebuah karakter dia ketika berhubungan dengan lingkungan
sosialnya. Jadi nanti dari latihan-latihan, jejak rutinitas itu nanti
membentuk suatu karakter dia menjadi sebuah sikap sosial dia
ketika eee berbaur dengan lingkungan sosialnya.”

Peneliti : “Menurut ibu secara umum bagaimana sikap sosial siswa yang
ada di MIN 2 Kota Tangerang Selatan ini?”
134

Bu Fakhroh : “E... kalo MIN itu kan tingkat sekolah dasar ya jadi sikap sosial
yang dikembengkan itu merupakan karakter-karakter dasar yang
nanti mereka akan berlanjut untuk tingkat selanjutnya. Yang
selama ini diajarkan di MIN ya secara sederhana contoh
minimalnya itu sikap kejujuran ketika dia menghadapi berbagai
masalah-masalah di kelas maupun di luar kelasnya. E... kemudian
ketika menghadapi ulangan itu kejujuran yang bakal nantinya itu
akan menjadi sebuah karakter dia ketika dimanapun dia eee jenjang
manapun dia akan menjadi jujur dalam menghadapi sesuatu, dalam
menghadapi berbagai masalah.”

“Kemudian percaya diri, percaya diri itu kan em apa namanya


sebuah e disitu termasuk life skill dia yang nanti ketika menghadapi
suatu permasalahan dia tidak perlu panik, tidak perlu e... dia merasa
eee menghadapi jalan buntu akan tetapi dia selalu percaya diri
untuk membuat suatu keputusan sebagai suatu solusi ketika dia
menghadapi suatu masalah, nanti kedepannya. Ya masalah-
masalahnya dari yang sederhana mungkin kalau yang sekarang dan
nanti mungkin di jenjang-jenjang berikutnya akan berlanjut. Pasti
juga akan diajarkan masalah percaya diri, Cuma tingkatannya akan
berbeda dan masalahnya pun akan lebih komplek. Cara pemecahan
masalahnya pun akan berbeda. Akan tetapi dasar-dasar percaya diri
itu diajarkan disini.”

“Kemudian e... peduli sosial dimana kalau disini itu diajarkan anak
untuk peduli sosial itu contoh pengimplementasinnya itu ketika hari
Jum‟at itu ada inas, dimana inas itu mereka dapat, em dimana anak
itu dapat dengan inas itu di apah, digerakan rasa kepeduliannya
terhadap orang lain ketika temannya sakit atau ketika ada sekolah-
sekolah lain yang membutuhkan bantuan, atau ada musibah di luar-
luar sekolah MIN itu menggunakan uang inas itu. Jadi anak-anak
em... di apah namanya diajarkan dari sekarang peduli sosial itu
sehingga nanti ketika dia dewasa atau ketika nanti dia berhadapan
dengan lingkungan sosial di luar sekolah peduli sosial itu reflek ada
pada diri dia jadi ga mesti harus disuruh-suruh lagi, ga mesti harus
diajarin lagi oleh orang tuanya karena sudah terbiasa di sekolah.”

“Em... kemudian yang selanjutnya itu adalah keberanian, kemudian


budaya, em... termasuk yang peduli sosial tadi, budaya ngantri,
peduli pada orang lain ketika ngantri ketika saat wudhu, ketika
salim tangan diawal pagi hari itu kan, kemudian kepekaan terhadap
135

orang lain, kemudiaaaan apa lagi ya, percaya diri, keberanian,


kejujuran, e... toleransi terhadap teman terus em... toleransi dalam
hal belajar maupun pergaulan. Mereka tidak memilih-miih mana
teman yang miskin atau yang kaya, mana teman yang pintar atau
yang tidak pintar itu emreka diajarkan untuk tidak melihat ras-ras
atau golongan-golongan tertentu.”

Em... ya seperti itu contoh sederhanya sikap-sikap dasar yang


dikembangkan di e... sikap-sikap peduli sosial mendasar yang
diajarkan di MIN 2 Kota Tangerang Selatan, sebenarnya masih
banyak lagi biasanya di setiap kelas itu punya e... walaupun secara
di sekolah itu ada sikap sosial standar yang diajarkan akan tetapi di
setiap kelas itu ada tambahan-tambahannya. Biasanya tambahan-
tambahan sikap sosial yang dikembangkan di kelas itu adalagi, tapi
secara umum itu yang diajarkan.”

Peneliti : “Berarti sikap sosial yang dikembangkan di sekolah ini apa saja
bu?”

Bu Fakhroh : “Keteladanan, peduli sosial, kepekaan terhadap orang lain,


toleransi, terus em... keberanian, percaya diri, kejujuran, terus sama
menghargai orang lain.”

Peneliti : “Mengapa sikap tersebut perlu dikembangkan?”

Bu Fakhroh : “Sikap tersebut perlu dikembangkan karena dia merupakan bagian


dari life skill yang akan mereka kembangkan nanti ketika di
tingkatan selanjutnya. Kan kalo sikap-sikap sosial itu merupakan
dasar bagi siswa SD atau bagi siswa MIN itu ketika menghadapi
permasalahan di depan, setelah lulus dari MIN dia tidak akan
berdiam diri tapi dia akan selalu pro aktif dan kreatif untuk
mengambil sebuah keputusan disaat dia menghadapi permasalahan
yang em... butuh keputusan yang mendesak. Artinya dia tidak
bergantung pada orang lain karena dia sudah berakar dalam dirinya
karakter-karakter, sikap sosial yang telah diajarkan di MIN. Sangat
perlu karena memang di SD itu adalah penanaman karakter jadi
penanaman karakter di MIN itu sebenarnya tidak saja sikap sosial,
tapi kan sesuai dengan kurikulum yang dikembangkan sekarang itu
ada sikap spiritual, sikap sosial selain akademiknya. Jadi, em...
memang di SD itu ga perlu akademik terlalu dalam sebenarnya,
jadi perlunya adalah penanaman karakter karena itu dasar bagi dia
untuk ke tingkat selanjutnya. Kalau untuk akademik itu mereka
136

bisa dapatkan dengan membaca, walaupun sekarang apalagi banyak


sumber selain dari guru, dari internet, dari... banyak sekali media
yang mereka bisa dapatkan secara akademik tapi secara karakter itu
gabisa mereka dapatkan sendiri karena sikap sosial itu harus ada
respon dan ada e... balikannya, kalo ada rangsangan (stimulus) ada
responnya, gitu. Dan itu harus ada orang disekitarnya gitu, harus
ada lingkungan yang merangsang dia untuk tumbuh sikap
sosialnya, kalo akademik dia sendiri bisa. Makanya sekarang
banyak home schooling segala macem gitu. Jadi, itu yang
terpenting, sikap sosial itu kenapa dikembangkan karena itu adalah
sikap yang paling penting di sekolah dasar.”

Peneliti : “Kemudian, upaya apa yang dilakukan dalam mengembangkan


sikap sosial tersebut?”

Bu Fakhroh : “Eeh... biasanya dalam KBM sehari-hari, dalam pembelajaran


apapun, baik dalam hidden curriculum, di KBM maupun ketika
pembelajaran di luar kelas, itu ditanamkan sikap sosial itu
ditanamkan. Ketika di KBM diusahakan anak-anak untuk tidak
menyontek apa di... dilatih untuk tidak menyontek. Kemudian
terhadap teman mereka toleransi, peduli sosial ketika ada teman-
teman yang e... kelihatan susah atau mereka mendekati secara
individual, menegurnya, menyapa, jadi itu terimplementasi dalam
KBM, dalam hidden curriculum dan dalam interaksi sosial di luar
kelas ketika mereka beristirahat. Jadi, itu terangkum dalam seluruh
kegiatan dari pagi sampai sore. Upaya-upaya itu dilakukan terus
menerus dan e... karena memang begitu ada penyelewengan
misalkan dari siswa langsung ditegur minimal oleh wali kelas
walaupun ga ada guru. Karena wali kelas itu menemani mereka
dari pagi sampai siang, makan, segala macam itu menemani, tidak
keluar kelas, maka wali kelas tahu bagaimana ketika sikap anak itu
kelihatan menyimpang langsung ditegur. Jadi, upayanya ya itu
terus menerus dari pagi sampai ketika mereka pulang atau selesai
sekolah.”

Peneliti : “Kemudian bagaimana pengimplementasian peran guru dalam


mengembangkan sikap sosial tersebut bu?”

Bu Fakhroh : “Kalau implementasinya itu seluruh guru, baik wali kelas maupun
guru mapel, atau seluruh civitas akademik MIN 2 termasuk satpam,
itu ikut e... menggerakkan implementasi dari sikap sosial ini. Dari
semua kegiatan. Contohnya ketika kegiatan hidden curriculum,
137

bagaimana mereka, sikap menghargai orang-orang yang menjadi


narasumber ketika mendengarkan. Itu semua guru ikut membina,
membina mereka untuk belajar menghargai orang yang berbicara di
depan, kemudian ketika berwudhu semua harus ngantri, begitu ada
yang kleuar dari ngantri guru menegurnya langsung. Jadi semua
guru termasuk wali kelas, itu ikut mengimplementasikan sikap
sosial ini dalam antri, dalam hidden curriculum, kemudian dalam
kegiatan belajar, ketika belajar juga e... dimana guru-guru disitu
mengajarkan siswanya untuk berpikir kritis, mau ke depan agar
mereka berani dan mengajarkan pada anak-anak yang lain untuk
menghargai, tidak menertawakan anak-anak yang tidak bisa karena
itu akan menjatuhkan harga diri anak, menjatuhkan percaya diri
anak, itu oleh guru-guru e... yang mengajarkan itu diajarkan untuk
tidak melakukan hal itu. Kemudian e... mengajarkan belajar
kelompok sehingga yang tadinya mungkin dia pendiam, ga percaya
diri kalo sendiri jadi e... kepercayaan dirinya timbul ketika kerja
kelompok itu karena merasa agak terbantu oleh biasanya kelompok
itu yang dipilih itu heterogen jadi dari yang pintar sampai yang
tidak bisa gitu, sehingga yang pintar itu mengajari teman-temannya
yang tidak bisa. Jadi, percaya diri itu timbul ketika mereka diberi
kesempatan untuk berbicara, akhirnya lama-lama mereka semangat.
Kemudian juga e... mengajarkan tanggung jawab dengan adanya
piket-piket itu dimana yang tidak piket itu ada sanksi agar mereka
itu bisa bertanggung jawab. Artinya dia tahu, bahwa kalau dia tidak
mengerjakan itu ada sanksi yang harus dia terima, gitu. Jadi, sikap-
sikap sosial itu terimplementasi dari setiap kegiatan di MIN 2 Kota
Tangerang Selatan. Baik di KBM nya maupun di hidden
curriculumnya. Semuanya maksud dan tujuannya adalah
membentuk karakter. Karakter-karakter yang sesuai dengan yang
dicanangkan kurikulum 2013.”

Peneliti : Selanjutnya, faktor apa yang menjadi pendukung dan penghambat


dalam mengembangkan sikap sosial tersebut bu?

Bu Fakhroh : “Yang menjadi pendukungnya, Alhamdulillah di MIN 2 ini semua


guru bersinergi positif, em mereka kita semua sekolah punya
kegiatan. Semua guru ikut bergerak dan ikut melaksanakan
kegiatan itu dengan penuh tanggung jawab. Jadi, baik guru maupun
karyawan bekerjasama untuk terwujudnya sikap-sikap sosial yang
telah dicanangkan oleh MIN 2 Kota Tangerang Selatan. Sedangkan
penghambatnya itu memang karena yang kita hadapi anak SD jadi
138

gak cepet, gak secepet ketika mengajarkan anak SMA atau SMP.
Jadi, e... mengajarkannya itu diawal-awal agak susah melatih,
contoh kayak melatih anak kejujuran, melatih anak untuk percaya
diri, melatih anak untuk peduli terhadap teman-teman yang lain. Itu
diawal-awalnya agak susah karena memang karakter-karakter anak
MIN ini kan berbagai karakter dari lingkungan yang berbeda-beda
dari yang lingkungan ekonomi bawah sampai yang ekonomi atas
dan itu untuk menyatukan visi diantara anak-anak itu agak susah
apalagi yang dihadapi anak SD, gitu. Memang diawal-awalnya
menghadapi kesulitan akan tetapi karena rutin dilakukan itu
akhirnya terwujud. Walaupun memang mungkin tidak semaksimal
apa yang kita inginkan, akan tetapi sudah ada karakter kelihatan
ketika mereka lulus disitu ada karakter yang kelihatan sebagai
dasar mereka nanti di SMP, SMA mereka akan mendapatkan lebih
banyak lagi sikap-sikap sosial tapi dengan bekal dasar di MIN ini
InsyaAllah mereka kedepannya gampang, lebih gampang dilatih
sikap sosial dan sikap-sikap yang lain. Penghambatnya dari
lingkungan yang berbeda-beda latar belakang itu agak susah jadi
gak langsung e... terwujud kadang tidak sesuai target kita misalkan
target kita satu semester sikap sosial ini harus ada. Em itu ga selalu
terwujud karena ya itu penghambatnya lingkungan sosial mereka
berbeda-beda. Lingkungan cara pendidikan di keluarga mereka
berbeda-beda. Maka ketika mereka kita satukan dalam civitas
sekolah itu mereka harus mengikuti kegiatan sekolah, ketentuan
sekolah. Itu awalnya mereka ada yang lamaaa jadi waktunya agak
lama untuk mencapai target itu kadang-kadang tidak mencapai
target yang kita inginkan akan tetapi dalam satu tahun itu akhirnya
bisa cuma tidak cepat karena ya itu yang dihadapi anak usia dini
dan dari lingkungan keluarga yang berbeda-beda. Itu
penghambatnya. Kalo terwujudnya sikap sosial itu ya yang saya
rasakan penghambatnya itu saja sih karena waktu e... sebenarnya
penghambatnya itu gak terlalu berat banget juga, karena mereka
kan masih kecil, masih bisa kita bentuk. Jadi walaupun dari
keluarga yang berbeda itu memang penghambat, tapi tidak sesusah
ketika mereka nanti tidak mendapatkan karakter sosial di SD
langsung dilatih di SMP atau SMA itu agak susah, saya yakin agak
susah itu. Sangat menghambat banget karena sudah berbenturan
dengan kepentingan-kepentingan mereka ketika sudah berbenturan
dengan teknologi, berbenturan dengan e.. kehidupan sosialnya di
139

luar sekolah. Tapi kalo SD penghambatnya enggak terlalu banyak,


gak terlalu berat, seperti yang nanti akan dihadapi.

Peneliti : “Terimakih banya Bu Fahroh. Asslamu‟alaikum Warahmatullahi


Wabarakaatuh.”

Bu Fakhroh : Wa‟alaikumussalam warohmatullahi wabarakaatuh.

Ciputat Timur, 15 Mei 2018

Mengetahui,
Wakil Kepala Sekolah Bidang kesiswaan Pewawancara

Siti Fakhroh, MA Wardatul Hidayati


NIP. 197412152014122001 NIM. 11140183000064
140

Lampiran 12

TRANSKRIP WAWANCARA
GURU KELAS MIN 2 KOTA TANGERANG SELATAN

Nama Informan : Annisah S.Pd


Hari/Tanggal : Jum‟at, 20 April 2018
Waktu : Pukul 09.30 WIB
Tempat : Kelas 2B MIN 2 Kota Tangerang Selatan
______________________________________________________________________
Peneliti : “Assalamu‟alaikum Bu Nisa”
Bu Nisa : “Wa‟alaikumussalam”
Peneliti : “Saya ingin bertanya bu. Ibu mengajar disini sudah berapa lama
bu?”
Bu Nisa : “Dari 2013”
Peneliti : “Terus kalau di kelas 2 ibu sudah berapa lama mengajar?”
Bu Nisa : “2 tahun”
Peneliti : “Di kelas ini apakah ibu menilai sikap sosial siswa?”
Bu Nisa : “Ya”
Peneliti : “Kapan penilaian sikap sosial dilakukan?”
Bu Nisa : “Ketika kegiatan pembelajaran”
Peneliti : “Nanti rekapan nilainya dihitung pas kapan bu?”
Bu Nisa : “Eee... pas biasanya kita kalo tidak diraport PTS, PAS ganjil atau
genap.
Peneliti : “Berarti setiap hari ibu melakukan penilaian sikap ya bu?”
Bu Nisa : “Eemm... Iya.”
Peneliti : “Kemudian menurut ibu bagaimana sikap sosial anak-anak
disini?”
Bu Nisa : “Eemm... terus terang awalnya memang dari pertama yah. Dari
pertama saya megang kelas 2, saya sudah memberikan
kesepakatan. Jadi kita sudah namanya dibuat komitmen gitu.
Aturan gitu bahwa kita akan seperti ini, seperti ini belajarnya.
Terus ketika guru mengajar kalian seperti ini sikapnya. Udah gitu.”
141

Peneliti : “Kemudian Sikap sosial apa saja yang dikembangkan di kelas


ini?”
Bu Nisa : “Yang pertama adalah kejujuran, terus percaya diri terus tanggung
jawab itu yang utama.”
Peneliti : “Mengapa hanya sikap itu saja bu?”
Bu Nisa : “Sebenarnya tidak itu saja dan tidak harus tiga itu. Boleh dan bisa
yang lain juga. Cuma kalo saya yang lebih diutamakan yang tiga
tersebut. Justru kalau mata pelajaran PKn semua sikap sosial
dilibatkan. Sekarang ini di kurikulum 2013 selain PKn dan agama,
tematik dan mapel lain tidak diwajibkan. Tetapi guru harus
menggunakannya.”
Peneliti : “Bagaimana cara ibu mengembangkan sikap sosial tersebut?”
Bu Nisa : “Baik, kejujuran dari awal saya sudah terapkan kesepakatan
bahwa bu nisa maunya kamu jujur dulu, kenapa? Semua terutama
barang-barang milik gurunya mau di meja depan atau belakang itu
anak tidak boleh menyentuh, tidak boleh mengambil tanpa seizin
gurunya kemudian kedua kebalik ke benda-benda temannya.
Peralatan temannya kalau tidak diberikan pinjaman, kalo kamu
mau pinjam pun harus bilang dulu. Pokoknya tidak boleh
mengambil apapun tanpa seizin dari guru atau teman.”
Peneliti : “Ada ga si bu yang menjadi faktor penghambat dan pendukung
ibu dalam mengembangkan sikap sosial siswa?”
Bu Nisa : “Penghambatnya ini kan dari kelas 1 ke kelas 2, pasti mereka
harus sering diberitahu setiap hari, setiap waktu, itu aja
penghambatnya. Tapi kalau kita mulai itu awal-awal sih mungkin
ya karena kita memang harus capek gak capek ya pokoknya
memang harus capek setiap hari tapi ternyata terbiasa mereka
sudah tahu kok sebulan dua bulan kemudian.”
Peneliti : “Kalau pendukungnya apa bu?”
Bu Nisa : “Pendukungnya... apa ya... konsultasi ke orang tua aja. Apa yang
saya terapkan ke anak saya ungkapkan ke orang tua gitu.
Kerjasama.”
Peneliti : “Kemudian dalam pembelajaran apa yang ibu lakukan sebelum
ibu mengajarkan ke anak-anak?”
Bu Nisa : “Awalnya sebelum... kan tahu sendiri ya kalau saya memulai
pelajaran saya, mau pelajaran saya di awal tematik, maupun
pelajaran orang lain saya akan mengkondisikan kelas dulu. Saya
142

bertanya pagi hari dia melakukan apa, setelah bangun tidur apa
yang dilakukan di rumah sampai dia pergi ke sekolah itu sih.”
Peneliti : “Kalau membuat silabus dan RPP itu biasanya ibu bikinnya
kapan?”
Bu Nisa : “Eeee... di awal. Contoh saya nih kemarin semester genap,
sebelum semester genap ya di hari libur itu sebelumnya kita harus
membuat silabus kan kita ada tim sesama guru kelas 2. Kita bagi.”
Peneliti : “Misalnya bu dalam pembelajaran ada anak nih yang nakal,
eeem... tapi ibu gatau nakalnya kenapa. Ibu pernah gak
menghukumnya tanpa alasan?”
Bu Nisa : “Engga. engga... saya pasti akan mencari tahu dulu kenapa kamu
seperti ini. Cari sebabnya dulu, alasannya. Setelah itu nanti saya
juga panggil ke orang tuanya gitu. Saya bandingkan dia di rumah
seperti apa sih.. bermainnya, bergaulnya.”
Peneliti : “Jika ada siswa yang menyampaikan keluh kesahnya dalam hal
belajar, apakah ibu selalu mendengarkan dan bagaimana ibu
menanggapinya?”
Bu Nisa : “Iyaa pasti.... Malah saya suka pancing. Saya coba cari tahu gitu
kenapa kammu hari ini lemas, gak semangat.”
Peneliti : “Bagaimana ibu memberi motivasi siswa dalam kegiatan belajar
agar siswa terus semangat dan mau berusaha untuk lebih baik
dalam belajar sehingga sikap sosial tersebut berkembang?”
Bu Nisa : “Awalnya saya cari tahu dulu, kamu semalam melakukan apa?
belajar atau tidak terus tadi pagi kamu ke sekolah keinginan siapa,
kamu atau orang tuanya, khawatirnya kan maunya anak ke sekolah
takut karena orang tua, gitu.. itu yang saya cari tahu. Yasudah
sekarang kamu mau apa mau ke sekolah tujuan kamu mau apa,
saya tanya dulu, dia bilang mau belajar, supaya apa? Pintar, jadi
pintar ga kalo kamu belajarnya seperti ini? Dia cari tahu.”
Peneliti : “Ada ga sih bu anak-anak yang suka memunculkan ide
kreatifnya?”
Bu Nisa : “Banyak....
Peneliti : “Contohnya apa tuh bu?
Bu Nisa : “Eeee... kadang-kadang gini yah.. ee kalo lagi saya menjelaskan
itu ada beberapa anak yang tanpa kita sadari dia sudah tahu gitu
jawabannya. Terkadang diluar dugaan kita. Dia bertanya gitu. Bu
in, ee... apa nih contoh tentang kewajiban orang tua yah, kan kamu
143

anak itu kewajibannya belajar, sekolah yang biayain orang tua gitu
ya mungkin yang orangtua ayahnya kerja ibunya kerja itu kan
mencari nafkah. Terkadang keceplosan anak bu kita boleh ga cari
uang?”
Peneliti : “Ehh itu ide seperti itu bagaimana bisa muncul? Mungkin ibu
ngasih inspirasi apa gitu ke mereka?”
Bu Nisa : “Yaa kalo saya begini, orang berhasil itu tidak semudah. Kalian
masih kelas 2 masih muda, kalian pokoknya belajar, kalo orang tua
memang mencari nafkah buat bayar sekolah kalian. Taapi jangan
kalian anggap orang tua kalian tidak sayang. Itulah pengorbanan
orang tua. Seperti itulah saya memunculkan dia bagaimana
merasakan orang tua bekerja keras gitu.”
Peneliti : “Bagaimana cara ibu memelihara lingkungan fisik kelas ini bu?”
Bu Nisa : “Setiap hari, terus terang ya kita harus bekerja bakti, pokoknya
gaboleh ada sampah sedikit pun. Terus harus bertanggung jawab
setiap kelompoknya. Kemudian kan ada piketnya berjalan. Kalau
tidak berjalan saya suka lemparkan pertanyaan ke anak-anak hari
ini yang piket siapa ya? Kemudian eem... kalo yang namanya piket
harus seperti apa, itu tanggung jawabnya mereka. Terkadang
karena sudah terbiasa saya ga bilang juga mereka sudah.. ayoo
piket yang piket!”
Peneliti : “Bagaimana ibu mengatur dan menata tempat duduk siswa?”
Bu Nisa : “Ya, karena ini kan lokasinya sempit terus terang dari 38 anak
kalo posisi seperti ini jadi kalo tata meja kursinya aku enggak
geser-geser, anaknya jadi ku... rolling. Cara duduknya pindah-
pindah setiap seminggu sekali setiap hari senin.”
Peneliti : “Terus kalau yang memimpin do‟a tuh bu?”
Bu Nisa : “Absen. Mereka sudah tahu. Kan ada 3 tanggung jawabnya,
memimpin doa memulai belajar dan pulang, kemudian ada makan
dan sesudah makan sama memimpin menyanyikan lagu
kebangsaan, jadi satu hari ada tiga anak yang bertugas. Itu selama
satu minggu. Minggu depannya berurutan dari nomer absen.“
Peneliti : “Selain melakukan penilaian sikap yang merupakan penilaian non
tes, apakah ibu melakukan penilaian berupa tes? Kapan
dilaksanakan?”
Bu Nisa : “Setiap hari worksheet pasti ada. Mau satu atau dua worksheet. Tp
penilaian harian satu tema kalau KDnya sudah tuntas semua.”
144

Saya : “Terimakasih Bu Nisa”

Ciputat Timur, 15 Mei 2018


Mengetahui,
Guru Kelas 2B Pewawancara

Annisah, S.Pd Wardatul Hidayati


NIP. 197508112002122002 NIM. 11140183000064
145

Lampiran 13
TRANSKRIP WAWANCARA
SISWA MIN 2 KOTA TANGERANG SELATAN

Nama Informan : Muhammad Raihan Putra


Kelas : 2B
Hari/Tanggal : Jum‟at 20 April 2018
Waktu : Pukul 09.50 WIB
Tempat : Kelas 2B MIN 2 Kota Tangerang Selatan
______________________________________________________________________
Peneliti : “Apakah kamu pernah melihat jawaban teman ketika sedang
mengerjakan soal penilaian?”
Raihan : “Kayaknya pernah deh... Lupa.”
Peneliti : “Kenapa?”
Raihan : “Waktu itu waktu masih awal-awal di kelas ini.”
Peneliti : “Terus ketahuan engga ama Bu Nisa?”
Raihan : “Eeem... Engga tau deh.
Peneliti ; “Jadi engga diomelin ya sama Bu Nisa? Kamu pernah berbuat
kesalahan lain ga?”
Raihan : “Engga... Eemm... Waktu itu temennya nakal di.. diituin dia
malah nangis.”
Peneliti : “Ohhh gitu. Terus pas dia nangis kamu ngapain?”
Raihan : “Eee... Nenangin.”
Peneliti : “Gimana nenanginnya tuh?”
Raihan : “Lupa.”
Peneliti : “Ketika kamu lagi melakuan kesalahan apa Bu Nisa menegur
kamu?”
Raihan : “He‟eh.”
Peneliti : “Kamu dihukum ga?”
Raihan : “Belum pernah.”
146

Peneliti : “Terus kalo kamu mengambil dan mengembalikan peralatan


belajar pada tempatnya engga?”
Raihan : (Mengangguk).
Peneliti : “Dimana tuh tempatnya?”
Raihan : “Tempat pensil atau loker.”
Peneliti : “Kemudian kamu selalu menyelesaikan tugas yang diberikan Bu
Nisa ga?”
Raihan : (Mengangguk).
Peneliti : “Terus kalo kamu ga menyelesaikan tugas nih, pernah ga?”
Raihan : “Engga.”
Peneliti : “Misalnya teman kamu ada yang belum selesai tugasnya, terus Bu
Nisa ngapain? Apa yang Bu Nisa lakukan?”
Raihan : “Eemm... dibantuin kalo ga selesai.”
Peneliti : “Di kelas terdapat jadwal piket. Apakah kamu melaksanakan piket
kebersihan?
Raihan : “Melaksanakan.”
Peneliti : “Kapan kamu melaksanakan piket?”
Raihan : “Hari Rabu.”
Peneliti : “Biasanya dalam melaksanakan piket, teman-temannya ikut
melaksanakn juga ga?”
Raihan : “Ee... yang ada di jadwal.
Peneliti : “Melaksanakan piketnya itu ngapain aja?”
Raihan : “Bersihin... Nyapu, buang sampah, eem... Bersihin ruangan.”
Peneliti : “Terus ketika ada guru atau teman lagi menjelaskan di depan
kelas kamu dengerin ga?”
Raihan : “Dengerin.”
Peneliti : “Apakah kamu berbicara yang baik kepada guru?
Raihan : (Mengangguk)
Peneliti : “Kenapa?”
147

Raihan : “Emm... Berbicara baik. Itu karena akhlak terpuji.”


Peneliti : “Terus kamu suka berbicara yang baik juga ga ke teman kamu?”
Raihan : “Suka.”
Peneliti : “Kenapa?”
Raihan : “Emm... Karena sesama teman.”
Peneliti : “Kalo misalnya nih ada teman kamu yang ga bawa alat belajar,
apakah kamu mau meminjamkan atau memberinya?”
Raihan : “Bareng-bareng.”
Peneliti : “Mau ngasih pinjem ke teman kamu?”
Raihan : “Iya.”
Peneliti : “Kenapa? Apa diperintah sama guru atau kemauan kamu
sendiri?”
Raihan : “Kemauan.”
Peneliti : “Jika ada teman yang kesulitan memahami pelajaran apa ang
kamu lakukan?”
Raihan : “Emm... Memberi kunci jawaban.”
Peneliti : “Misalnya Bu Nisa lagi ngejelasin, terus teman kamuga paham
nih, kamu mau ga ngebantunya?”
Raihan : “Mau.”
Peneliti : “Terus kalo diberi kesempatan oleh Bu Nisa untuk tampil di
depan kelas, apakah kamu selalu mau tampil?”
Raihan : “Mau.”
Peneliti : “Mengapa kamu mau?”
Raihan : “Biar dapet nilai.”
Peneliti : “Bagaimana rasanya bisa tampil di depan kelas?ee... Seneng ga?”
Raihan : “Seneng.”
Peneliti : “Terus takut ga?”
Raihan : “Dikit takutnya.”
148

Nama Informan : Muhammad Rizki Nataprawira dan Guizza Al Ayyubie


Djuyan
Kelas : 2B
Hari/Tanggal : Jum‟at, 20 April 2018
Waktu : Pukul 10.05 WIB
Tempat : Kelas 2B MIN 2 Kota Tangerang Selatan
______________________________________________________________________
Peneliti : “Kamu pernah ga kalo lagi ngerjain soal penilaian ngeliat jawaban
teman?”
Ayyubie : “Pernah ngapain?”
Peneliti : “Pernah liat jawaban teman ga kalo lagi ngerjain soal?”
Rizki : “Hmmm... Pernah satu kali. Eh gatau deh... Lupa. Aku lupa.”
Peneliti : “Alasannya kenapa kamu pernah liat jawaban teman?”
Ayyubie : “Bingung.”
Rizki : “Akuh... Keliat. Keliat”
Peneliti : “Hah? Keliat itu apa?”
Rizki : “Misalnya aku lagi ngerjain, aku lagi nengok-nengok tiba-tiba
keliat ada yang buka gitu.”
Peneliti : “Oh keliat. Ga sengaja jadinnya?”
Rizki : “Iya.”
Peneliti : “Terus kamu pernah ga berbuat kesalahan di kelas?”
Rizki : “Ya pernah lah.”
Ayyubie : “Pernah.”
Peneliti : “Berbuat kesalahnnya apa tuh contohnya?”
Rizki : “Contohnya....”
Ayyubie : “Mengejek.”
Peneliti : “Mengejek teman?”
Ayyubie : (Menggangguk).
Peneliti : “Kalo kamu? Emang kenapa kamu ngejek teman?”
149

Rizki : ”Aku ga ngejek.”


Ayyubie : “ Katanya dia gini. Pernah giniin saya”
Peneliti : “Kalo kamu apa kesalahan yang pernah dibuat?”
Rizki : “Aku ngeledek Ayyubie... Belekan. Kalo Ayyubie ngejek aku gila
Peneliti : “Emang kenapa kamu ngejek teman?”
Ayyubie : “Gatau.”
Rizki : “Kalo aku ya ngejek aja. Kalo Ayyubie beneran bilang aku gila
sebenernya aku emang kaya gitu beneran.”
Ayyubie : “Aku bilang ke orang-orang maksudnya aku ga ngatain kamu.”
Rizki : “Tapi katanya kamu ngatain.”
Peneliti : “Oh yaudah.. Mungkin ga sengaja kali yaa. Terus kalo misalya...
Eem... kamu melakukan kesalahan, apa yang Bu Nisa lakukan?
Rizki : “Aduh!”
Ayyubie : “Aduh!”
Rizki : “ Dimarahin lah. Dihukum.dipanggil orang tuanya.”
Ayyubie : “Dimarahin... Terus disembelih hehe.”
Peneliti : “Kamu pernah ga, ga salah apa –apa terus ditegur sama Bu Nisa?”
Rizki : “Engga lah.”
Ayyubie : “Engga.”
Peneliti : “Terus kalo misalnya mau belajar kamu selalu mengmbil dan
mengembalikan alat belajar ke tempatnya ga?”
Ayyubie : “A..pa ya. Lupa. Lupa.”
Peneliti : “Ditaro dengan rapi ga ditempatnya?”
Ayyubie : “Ditaro aja ditempatnya.”
Rizki : “Ditaro aja di tempat pensil kan bisa digoyang-goyang abis itu
berantakan lagi.”
Ayyubie : “Iya sama.”
Peneliti : “Oh gitu, misalnya ada buku di loker buku itu dibutuhkan, kamu
kan ambil bukunya tuh terus kamu kembaliin lagi ga?”
150

Rizki : “Dikembaliin laah.”


Ayyubie : “Dikembaliin .”
Peneliti : “Terus kalo di kasih tugas sama Bu Nisa apa kamu selalu
menyelesaikannya?”
Ayyubie : “Yaa lah.... Aku kadang kelewatan.”
Peneliti : “Kelewatannya kenapa?”
Ayyubie : “Kecepetan ngerjainnya.”
Rizki : “Kecepetan ngerjainnya karena banyak worksheet.”
Peneliti : “Pernah ga kamu tidak menyelesaikan tugas dari Bu Nisa?”
Ayyubie : “Tidak pernah.”
Rizki : “Tidak pernah.”
Peneliti : “Tapi kalo misalnya teman kamu ada ga yang pernah?”
Rizki : “Gatau.”
Ayyubie : “Gatau.”
Peneliti : “Oh gatau, nah terus di kelas ini ada jadwal piket ga?”
Ayyubie dan Rizki: “Ada.”
Peneliti : “Apakah kamu selalu melaksanakan kebersihan?”
Ayyubie : “Kadang, soalnya sehari ini ga ada yang mao, besok ga ada yang
mao, lupa-lupa semua katanya.”
Peneliti : “Terus kamu piketnya hari apa?”
Ayyubie : “Jum‟at.”
Rizki : “Aku hari Kamis.”
Peneliti : “Terus kamu ngelaksanain ga hari Kamis?”
Rizki : “Engga.”
Peneliti : “Engga, kenapa?”
Rizki : “Jijik. Tempat sampahnya itu, selalu jijik jadinya aku gamau
megang.”
Peneliti : “Terus kalo kamu ga ngelaksanain siapa yang ngelaksanain
dong?”
151

Rizki : “Kan masih banyak.”


Peneliti : “Kan masih banyak, apanya yang banyak?”
Rizki : “Orangnya yang banyak.”
Ayyubie : Teman-temannya.”
Rizki : “Jadwal piket. masih banyak yang piket.”
Peneliti : “Oh temen-temennya masih banyak yang belum melaksanakan
ya.. nah terus, ee... Kamu selalu mendengarkan penjelasan guru
atau teman yang lagi menjelaskan di depan kelas ga?”
Ayyubie : “Emmm... Kadang.”
Rizki : “Iya.”
Peneliti : “Selalu?”
Rizki : “Engga selalu, sering.”
Peneliti : “Kenapa?”
Ayyubie : “Diajak temen di bangku samping main.”
Peneliti : “Kamu selalu berbicara baik ga sama guru?”
Ayyubie : “Iya.”
Peneliti : “Kenapa?”
Ayyubie : “Hah?”
Peneliti : “Kenapa selalu berbicara baik sama guru?”
Ayyubie : “Entar dimarahin.”
Rizki : “Aku bukan begitu, biar terbiasa sopan.”
Peneliti : “Kalo sama teman, kamu selalu berbicara baik?”
Ayyubie : “Eeeemmmm... Gatau. Oh bukan. Biasa
Rizki : “Sering. Ehh kadang-kadang. Kadang kadang.”
Ayyubie : “Iya kadang-kadang.”
Peneliti : “Kenapa?”
Rizki : “Aku bilangnya baik, tapi temen-temennya, niih.”
Peneliti : “Kenapa kamu selalu berbicara baik sama teman?”
152

Ayyubie : “Karena tidak mau dosa.”


Rizki : “Akuh... selalu berbuat baik, tapi temennyah yang bilang kasar.”
Peneliti : “Oh gitu... Terus kalo misalnya ada teman kamu nih yang ga
bawa alat tulis, ga bawa buku apakah kamu mau minjemin alat
tersebut?”
Ayyubie : “Iya, tapi kadang dia yang minjem. Yang pengen minjem.”
Rizki : “Palingan kalo aku minjemin yaudah gausah. Kalo dia mau
pinjem, baru...Ya.”
Peneliti : “Itu kemauan kamu sendiri apa di suruh Bu Nisa kamu mau
minjemin ke teman?”
Ayyubie : “Katanya Bu Nisa pernah nerangin kalo temannya ga bawa pensil
atau alat tulisnya harus pinjemin.”
Peneliti : “Oh gitu.... Kalo misalnya ada temen kamu nih, Bu Nisa lagi
jelasin, temennya ga paham apa yang kamu lakukan?
Rizki : “Emm.... Ulang. Ulangi pembicaraan bu guru.”
Ayyubie : “Iya.”
Peneliti : “Apa kamu mau bantu teman kamu yang ga paham apa yang di
jelasin Bu Nisa?”
Rizki : “Iyalah.”
Ayyubie : “Biasanya aku diem.”
Peneliti : “Kenapa diem?”
Ayyubie : “Soalnya dia yang ga paham malah nanya ke bu guru.”
Peneliti : Terus Bu Nisa ngasih kamu kesempatan nih maju ke depan kamu
mau ga?
Ayyubie : “Pernah.”
Peneliti : “Kemamuan sendiri tuh? Kenapa?”
Ayyubie : “Iya. Emm....”
Rizki : “Biar tambah berani.”
Ayyubie : “Iya biar tambah berani.”
Saya : “Gimana rasanya maju ke depan?”
153

Ayyubie : “Biasa aja.”


Rizki : “Biasa aja tapi aku kaya sedikit takut diliatin orang kaya gitu,
maksudnya kalo ada salah diteriakin gitu.”
Peneliti : “Makasih rizki dan Ayyubie, lanjut lagi belajarnya yaa.”

Nama Informan : Kayyisah Radhwa Jakaria


Kelas : 2B
Hari/Tanggal : Jum‟at 20 April 2018
Waktu : Pukul 10.20 WIB
Tempat : MIN 2 Kota Tangerang Selatan
______________________________________________________________________
Peneliti : “Kamu pernah ga ngeliat jawaban teman kalo lagi ngerjain soal
penilaian?”
Kayyisah : “Engga.”
Peneliti : “Kenapa ga pernah?”
Kayyisah : “Em... ga kenapa-napa.”
Peneliti : “Terus kamu pernah berbuat kesalahan ga?”
Kayyisah : “Sering.”
Peneliti : “Kenapa?”
Kayyisah : “Em... karena melakukan hak yang tidak benar.”
Peneliti : “Contohnya apa? Kamu ngelakuin apa?”
Kayyisah :”Emm... ngelakuin....”
Peneliti : “Di kelas gitu misalnya ngusilin teman.”
Kayyisah : “Apa ya? emm....”
Peneliti : “Misalnya bikin nagis teman pernah ga? Jadi pernah melakukan
kesalahan ga di kelas?”
Kayyisah : “Kalo di rumah pernah.”
Peneliti : „Kalo di sekolah?”
154

Kayyisah : “Engga.”
Peneliti : “Terus kamu kalo ngambil alat belajar dikembalikan lagi ga ke
tempatnya?”
Kayyisah : “Iya di meja belajar.”
Peneliti : “Terus selalu menyelesaikan tugas yang dikasih sama Bu Nisa
ga?”
Kayyisah : “Iya, selalu.”
Peneliti : “Pernah ga, ga nyelesaian tugas yang diberikan Bu Nisa?”
Kayyisah : “Tidak.”
Peneliti : “Di kelas ini ada jadwal piket ga?”
Kayyisah : “Ada.”
Peneliti : “Apa kamu melaksanakan jadwal piket tersebut?”
Kayyisah : “Melaksanakan.”
Peneliti : “Setiap hari apa?”
Kayyisah : “Setiap harii... Selasa.”
Peneliti : “Terus kalo misalnya guru ataut eman lagi jelasin di depan kamu
mendengakran ga?”
Kayyisah : “Mengdengarkan.”
Peneliti : “Kenapa?”
Kayyisah : “Agar pintar.”
Peneliti : “Kamu berbicara baik kepada guru ga?”
Kayyisah : “Iya.”
Peneliti : “Kenapa?”
Kayyisah : “Karena harus menghormati yang lebih tua.”
Peneliti : “Kalo kepada teman kamu berbicaranya baik tidak?
Kayyisah : “Baik.”
Peneliti : “Kenapa?”
Kayyisah : “Karena harus menghormati sesama.”
155

Peneliti : “Kalo misalnya ada teman kamu yang ga bawa peralatan belajar,
apa yang kamu lakukan?”
Kayyisah : “Pinjemin.”
Peneliti : “Atas kemauan sendiri atau disuruh?”
Kayyisah : “Atas kemauan sendiri.”
Peneliti : “Kalo ada temen yang ga paham nih dijelasin sama bu guru apa
yang kamu lakukan? Apa kamu mau membantunya, biar teman km
lebih paham?
Kayyisah : “Membantu.”
Peneliti : “Terus kalo di kasih kesempatan sama Bu Nisa buat tampil di
depan kelas kamu mau ga maju?”
Kayyisah : “Pernah.”
Peneliti : “Mau?”
Kayyisah : “Iya.”
Peneliti : “Kenapa?”
Kayyisah : “Agar berani, percaya diri.”
Peneliti : “Makasih ya kayyisah.”

Nama Informan : Zulfa Amalia Rahma


Kelas : 2B
Hari/Tanggal : Jum‟at, 20 April 2018
Waktu : Pukul 10.35 WIB
Tempat : Kelas 2B MIN 2 Kota Tangerang Selatan
______________________________________________________________________
Peneliti : “Kamu pernah ga lagi mengerjakan soal penilaian atau worksheet
terus ngeliat jawaban teman?”
Zulfa : “Pernah.”
Peneliti : “Alasannya kenapa?”
Zulfa : “Apa ya? Gatau jawabannya.”
156

Peneliti : “Terus kamu pernah ga berbuat kesalahan?”


Zulfa : “Pernah.”
Peneliti : “Apa tuh kesalahannya?”
Zulfa : “Baca komik.”
Peneliti : “Emang baca komiknya pas lagi ngapain?”
Zulfa : “Belajar.”
Peneliti : “Ohh pas lagi belajar kamu baca komik itu kesalahannya. Terus
setelah itu apa yang kamu lakukan? Bu Nisa tahu ga?”
Zulfa : “Bu Nisa tahu.”
Peneliti : “Terus apa yang Bu Nisa lakukan?”
Zulfa : “Menasehati.”
Peneliti : “Kemudian ee... Apa kamu selalu mengambil dan mengembalikan
alat pelajaran ke tempatnya?”
Zulfa : “Iya.”
Peneliti : “Tempatnya dimana?”
Zulfa : “Di tempat pensil.”
Peneliti : “Misalnya ada buku di loker terus bukunya mao dipake, kamu
ambil dari loker terus dikembaliin lagi ga?”
Zulfa : “Dikembaliin.”
Peneliti : “Terus apa kamu selalu menyelesaikan tugas yang diberikan Bu
Nisa?”
Zulfa : “Iya. Kadang”
Peneliti : “Kalo kamu ga nyelesain tugas yang diberikan Bu Nisa, apa yang
Bu Nisa lakukan ke kamu?”
Zulfa : “Disuruh cepet-cepet.”
Peneliti : “Pernah ga dihukum?”
Zulfa : “Ga pernah.”
Peneliti : “Pernah ga kamu ga berbuat salah terus dihukum juga sama Bu
Nisa?”
157

Zulfa : “Engga.”
Peneliti : “Terus di kelas ini ada jadwal piketnya ga?”
Zulfa : “Ada.”
Peneliti : “Kamu suka melaksanakan piket tersebut ga?”
Zulfa : “Eeem... Sering.”
Peneliti : “Kamu piketnya hari apa?”
Zulfa : “Selasa.”
Peneliti : “Terus eem... Kalo misalnya guru atau teman kamu lagi
ngejelasin di depan kelas, kamu perhatiin ga?”
Zulfa : “Eem... Sering.”
Peneliti : “Kenapa mau memperhatikan?”
Zulfa : “Biar ngerti juga.”
Peneliti : “Kamu kalo berbicara sama guru baik ga perkataannya?”
Zulfa : “Baik.”
Peneliti : “Kenapa?”
Zulfa : “Soalnya.... Guru harus disopani. Karena guru adalah sama saja
dengan orang tua kita.”
Peneliti : “Kalo sama teman bicaranya baik ga?”
Zulfa : “Kasar sedikit, soalnya agak itu juga agak susah diatur.”
Peneliti : “Terus misalnya ada temen kamu nih yang ga bawa alat tulis atau
buku kamu mau ga minjemin?”
Zulfa : “Mau.”
Peneliti : “Kenapa?”
Zulfa : “Soalnya eem... Takutnya mereka ga bisa menulis.”
Peneliti : “Kalo ada temen kamu yang belum paham nih apa yang dijelasin
Bu Nisa atau bu guru, nah apa yang kamu lakukan? Apa kamu mau
mengajarinya?
Zulfa : “Mau sih tapi... Eem... dianya kalo mau. Soalnya biasanya ada
yang mao ngerjain sendiri.
158

Peneliti : “Oh gitu. Terus kalo kamu di kasih kesempatan sama Bu Nisa
untuk maju ke depan misalnya menjelaskan ke teman-teman atau
disuruh ngerjain apa, kamu mau ga?”
Zulfa : “Mau.”
Peneliti : “Kenapa mau?”
Zulfa : “Soalnya kalo kita lagi di panggung lebih banyak. Ini soalnya di
temen-temen doang keliatnya.”
Peneliti : “Ohiya waku pertama kali Bu Wardah masuk ke kelas ini, kan Bu
Nisa keluar ya lagi foto bersama. Ada yang teriak begini:
“Daripada ga ngapa-ngapain lebih baik kita bersihin kelas!” Siapa
ya yang teriak kaya gitu?”
Zulfa : “Hmm... Aku.”
Peneliti : “Zulfa? Kenapa Zulfa teriak kaya gitu?”
Zulfa : “Soalnya temen-temen kelompok sana juga pada minta bersih-
bersih terus yang suruh neriakin aku.”
Peneliti : “Oh gitu. Kamu kalo kaya gitu disuruh Bu Nisa apa emang
kemauan kamu sendiri? Maksudnya buat inisiatif aja temen-
temennya, Bu Nisa pernah berpesan kaya gitu ga?
Zulfa : “Pernah.”
Peneliti : “Oh jadi kalo ga ada guru kalian belajar atau bersih-bersih gitu
kata Bu Nisa? Atau gimana? Atau melakukan hal yang bermanfaat,
Bu Nisa pernah bilang kaya gitu ga? Apa itu karena kemauan kamu
aja sendiri?”
Zulfa : “Kemauan sendiri supaya... Soalnya saat itu banyak yang sakit
jadi itu disuruh bersih-bersih sama Bu Nisa jadi kita besih-bersih
aja.”
Peneliti : “Oh gitu. Makasih ya zulfa. Laanjut lagi belajaranya.”

Nama Informan : Auliya Hafizhah Risyda


Kelas : 2B
Hari/Tanggal : Jum‟at, 20 April 2018
Waktu : Pukul 11.00 WIB
Tempat : Kelas 2B MIN 2 Kota Tangerang Selatan
159

______________________________________________________________________
Peneliti : “Auliya Bu Wardah mau tanya nih, Auliya pernah ga ngeliat
jawaban temenkalo lagi ngerjasin soal penilaian?”
Auliya : “Gak pernah.”
Peneliti : “Kenapa?”
Auliya : “Soalnya.. kalo itu kan takutnya nyontek... kan nyontek gabaik....”
Peneliti : “Oh gitu, terus kamu pernah melakukan kesalahan ga di kelas?”
Auliya : “Pernah sih....”
Peneliti : “Apa yang kamu lakukan?”
Auliya : “Em... kaya... pernah... kaya apa ya heheh.”
Peneliti : “Pernah ngapain?”
Auliya : “Gapernah siih....”
Peneliti : “Oh gaernah, jadi gapernah nih?”
Auliya : “Gapernah.”
Peneliti : “Bu nisa pernah ga menegur kamu kalo kamu melakukan
kesalahan?”
Auliya : “Pernah.”
Peneliti : “Saat itu kamu lagi ngapain?”
Auliya : “Kaya baca buku saat pelajaran.”
Peneliti : “Oh gitu, terus apa yang kamu lakuin?”
Auliya : “Emm... kaya minta maaf.”
Peneliti : “Minta maaf ke siapa?”
Auliya : “Bu Nisa.”
Peneliti : “Oh Bu Nisa, terus kamu kaloo ngambil buku pelajaran atau alat-
alat pelajaran selalu dikembalikan ga?”
Auliya : “Iya.”
Peneliti : “Oh selalu ya. Terus kalo di kasih tugas sama Bu Nisa, kamu
selalu menyelesaikannya ga?”
Auliya : “Iya.”
160

Peneliti : “Tepat waktu ga?”


Auliya : “Tepat.”
Peneliti : “Pernah ga engga menyelsaikan tugas dari Bu Nisa?”
Auliya : “Engga pernah.”
Peneliti : “Teman-temannya ada ga yang pernah ga menyelesaikan tugas
dari Bu Nisa?”
Auliya : “Ada.”
Peneliti : “Terus apa yang dilakukan sama Bu Nisa?”
Auliya : “Kaya menasihati.”
Peneliti : “Oh menasihati, di kelas ini ada jadwal piketnya ga?”
Auliya : “Ada.”
Peneliti : “Kamu pikitenya hari apa?”
Auliya : “Aku hari Rabu.”
Peneliti : „Kamu selalu melaksanakan piket ga di hari Rabu?”
Auliya ; “Selalu.”
Peneliti : “Teman-teman yang lain gimana?”
Auliya : “Selalu juga.”
Peneliti : “Terus kalo guru atau teman lagi ngejelasin di depan kelas kamu
memperhatikan ga?
Auliya : “Memperhatikan.”
Peneliti : “Kenapa?”
Auliya : “Soalya biar kita bisa itu... biar bisaaa... nyelesain soal-soal.”
Peneliti : “Terus kamu selalu berbicara baik ga sama guru?”
Auliya : “Iyah.”
Peneliti : “Kenapa?”
Auliya : “Emm... yaah... karena kita emang harus selalu sopan kepada
orang lain.”
Peneliti : “Oh gitu. Ke teman kamu berbicaranya baik ga?”
161

Auliya : “Baik.”
Peneliti : “Kenapa?”
Auliya : “Kita kan harus selalu saling menghormati.”
Peneliti : “Oh gitu, kalo temen kamu ada yang gabawa alat tulis atau alat
belajar kamu mau ga minjemin ke temen?”
Auliya : “Mau.”
Peneliti : “Kenapa?”
Auliya : “Ya biar temen bisa... itu, bisa mengunakan.”
Peneliti : “Itu kemauan kamu sendiri apa disuruh Bu Nisa?”
Auliya : “Kemauan akuh.”
Peneliti : “Oh kemauan kamu, terus kalo ada temen kamu yang sulit
memahami pelajaran kamu mau ga membantunya?”
Auliya : “Mau.”
Peneliti : “Biar temen kamu lebih paham?”
Auliya : “Iya.”
Peneliti : “Di suruh Bu Nisa atau kamu sendiri yang mau?”
Auliya : “Aku sendiri.”
Peneliti : “Terus kalo dikasih ksempatan sama Bu Nisa buat tampil di
depan kelas, misalnya ngerjain soal atau kamu bercerita tentang
pengalaman kamu atau untuk menjelaskan ke temen-temen kamu,
kamu mau ga?”
Auliya : “Emm... mau sih tapi masih agak ma...lu....”
Peneliti : “Maunya karena apa?”
Auliya : “Em... biar temen-temen bisa tau apa jawaban aku. “
Peneliti : “Oh gitu.. Makasih yaa Aulia.Hati-hati di jalan pulang.”
162

Lampiran 14

Lampiran
15
163

Foto-Foto Dokumentasi
1. Proses Wawancara

Proses Wawancara dengan Wakil Kepala Proses Wawancara dengan Guru Kelas
Sekolah (Ibu Siti Fakhroh, MA) 2B (Ibu Annisah, S.Pd)

Proses Wawancara dengan Siswa Kelas 2B Proses Wawancara dengan Siswa Kelas 2B
(Raihan) (Rizki dan Ayyubie)

Proses Wawancara dengan Siswa Kelas 2B Proses Wawancara dengan Siswa Kelas 2B
(Kayyisah) (Zulfa)
164

Proses Wawancara dengan Siswa Kelas 2B


(Aulia)

2. Proses Kegiatan Pembelajaran Tematik


BIODATA PENULIS

Penulis yang bernama lengkap Wardatul Hidayati, lahir


di Jakarta pada tanggal 14 Agustus 1996 dari pasangan
Bapak Nurdin dan Ibu Asmanih. Penulis merupakan
anak ke-2 dari 2 bersaudara dengan keturunan Jakarta
(Betawi). Penulis tinggal di Jalan Sadar IV RT 004 RW
02 No. 110 Ciganjur Jagakarsa Jakarta Selatan. Penulis
menempuh pendidikan di TK EL-SYIFA, Madrasah
Ibtidaiyah EL-SYIFA (2002-2008), Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Jakarta
(2008-2011), Madrasah Aliyah Negeri 13 Jakarta (2011-2014) kemudian penulis
melanjutkan pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan Pendidikan
Guru MI/SD. Selama kuliah, penulis aktif organisasi di Pojok Seni Tarbiyah
(POSTAR) sebagai Koordinator Event Organizer (periode 2015-2016) serta
sebagai anggota dalam elemen Tari Tradisional (Ratoeh Jaroe).

Info lebih lanjut: Wardatulhdyti@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai