Catatan:
Selain Telekesehatan dan Telemedisin perlu ada Telefarmasi
yang sudah berjalan saat ini misalnya platform apotik online
24. Pasien adalah setiap orang yang memperoleh Pelayanan
26. Kesehatan dari Tenaga Medis dan/atau Tenaga
Kesehatan.
25. Kolegium adalah badan yang dibentuk oleh
perhimpunan ilmu yang bersifat otonom untuk tiap-tiap
27. disiplin ilmu kedokteran, ilmu kedokteran gigi, dan ilmu
kesehatan yang bertugas mengampu cabang disiplin
ilmu tersebut.
26. Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap Tenaga
Medis dan Tenaga Kesehatan yang telah memiliki
28. sertifikat kompetensi, sertifikat profesi, atau telah
mempunyai kualifikasi tertentu lain untuk menjalankan
praktik.
29. 27. Surat Tanda Registrasi yang selanjutnya disingkat STR
adalah bukti tertulis yang diberikan kepada Tenaga
43 43. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Usulan perubahan ayat 42:
Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang
negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia
Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud dalam yang dibantu oleh Wakil Presiden, menteri dan kepala lembaga
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Tahun 1945. Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Catatan:
Ditambahkan kata Lembaga negara, agar BPOM dan BRIN
misalnya bisa secara eksplisit masuk sebagai bagian pemerintah
Catatan:
Perlu diikut sertakan peran serta masyarakat
Pasal 10
(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
66 bertanggung jawab atas ketersediaan Sumber Daya
Kesehatan yang adil dan merata bagi seluruh
masyarakat.
(2) Untuk menjamin ketersediaan Sumber Daya
Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
67 Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai
dengan kewenangannya dapat memberikan fasilitas
fiskal dan fasilitas non-fiskal.
Catatan:
Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris belum
tercantum di draft RUU Kesehatan, sementara hal ini
sudah diakomodir pada Permenkes 61 tahun 2016
tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris
dan PMK No.14 Tahun 2021, tentang standar
kegiatan usaha dan produk pada penyelenggaraan
perizinan berusaha berbasis risiko sektor Kesehatan.
Selain itu perlu dipertimbangkan karena para
pengobat tradisional empiris juga telah menjadi salah
satu ujung tombak pelayanan kesehatan tradisional.
504 (2) Pelayanan Kesehatan tradisional sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan berdasarkan pengetahuan,
keahlian, dan/atau nilai yang bersumber dari kearifan lal.
505 (3) Pelayanan Kesehatan tradisional sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dibina dan diawasi oleh Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah agar dapat dipertanggungjawabkan
manfaat dan keamanannya serta tidak bertentangan dengan
norma sosial budaya.
506 (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan jenis
Pelayanan Kesehatan tradisional sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
507 Pasal 160
Catatan:
Pembinaan dari Dinkes TK II
Puskesmas merupakan fasyankes yang berfungsi
penyelenggaraan pelayanan kesehatan bukan
pembinaan fasyankes lain
578 Pasal 179
Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan
Puskesmas diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Catatan:
Pengganti ayat (5) yang dihapus
620 (3) Jenis Tenaga Medis dokter sebagaimana dimaksud (3) Tenaga kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
pada ayat (2) huruf a terdiri atas dter, dter spesialis, huruf a terdiri atas dokter, dokter spesialis, dan dokter
dan dter subspesialis. subspesialis
Catatan:
Menyesuaikan dengan nomenklature kelomp pada ayat (2)
621 (4) Jenis Tenaga Medis dokter gigi sebagaimana (4) Tenaga kedokteran gigi sebagaimana dimaksud pada
dimaksud pada ayat (2) huruf b terdiri atas dokter ayat (2) huruf b terdiri atas dokter gigi, dan dokter gigi
gigi, dokter gigi spesialis, dan dokter gigi spesialis, dan dokter gigi subspesialis
subspesialis.
Catatan:
Menyesuaikan dengan nomenklature kelomp pada ayat (2)
622 (5) Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat Dihapus
(1) huruf b dikelompkan ke dalam:
a. tenaga psikolog; Catatan:
b. tenaga keperawatan; Diganti dengan ayat (2)
c. tenaga kebidanan;
Catatan:
Untuk pemastian mutu pengelolaan setiap PT Kesehatan
660 Pasal 204 (1) Pendidikan profesi bidang kesehatan sebagai bagian
(1) Pendidikan profesi bidang kesehatan sebagai dari Pendidikan tinggi dapat diselenggarakan oleh
bagian dari pendidikan tinggi dapat perguruan tinggi dan berkoordinasi dengan
Catatan:
Belum ada Pasal tersendiri terkait Program spesialis
Catatan:
Kolegium merupakan organ dibawah Organisasi Profesi
Catatan:
Tenaga medis dihapus
669 (5) Standar nasional pendidikan Tenaga
Kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan oleh pendidikan yang
menyelenggarakan tugas pemerintahan di
bidang pendidikan tinggi setelah
berkoordinasi dengan Menteri.
670 Pasal 207
(1) Dalam rangka penjaminan mutu lulusan,
penyelenggara Pendidikan tinggi hanya dapat
menerima mahasiswa sesuai dengan kuota
nasional.
671 (2) Kuota nasional sebagaimana dimaksud pada ayat Tenaga medis dihapus
(1) harus memperhatikan kebutuhan Tenaga
Medis dan Tenaga Kesehatan dalam Pelayanan
Kesehatan.
827 (2) Pemerintah Pusat dapat memberikan insentif atau Tenaga medis dihapus
disinsentif kepada Pemerintah Daerah
kabupaten/kota dalam pemenuhan kebutuhan
Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
853 (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pola ikatan dinas bagi Tenaga medis dihapus
calon Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat
(3) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
854 Paragraf 3
Pendayagunaan Tenaga Cadangan Kesehatan Untuk
Penanganggulangan Kejadian Luar Biasa, Wabah, dan
Darurat Bencana Lainnya
855 Pasal 224
(1) Pemerintah Pusat membentuk tenaga cadangan
Kesehatan untuk meningkatkan kapasitas sumber daya
manusia Kesehatan dan mendukung ketahanan
Kesehatan.
856 (2) Tenaga cadangan Kesehatan sebagaimana dimaksud Tenaga medis dihapus
pada ayat (1) terdiri dari Tenaga Medis, Tenaga
Kesehatan dan non-Tenaga Kesehatan yang
dipersiapkan untuk dimobilisasi pada penanggulangan
1060 (3) Kondisi tidak adanya tenaga medis dan/atau (3)Kondisi tidak adanya tenaga kesehatan dan/atau
apoteker sebagaimana dimaksud pada ayat apoteker sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
(1) huruf a ditetapkan oleh camat a dan ayat (2) huruf a, ditetapkan oleh camat
Ayat (3)
Dalam keadaan tertentu, apoteker dapat menyerahkan obat keras
tanpa resep dter.
“Yang dimaksud obat yang diserahkan apoteker adalah obat yang dapat
diserahkan apoteker berdasarkan kewenangannya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.”
“Yang dimaksud obat tanpa resep adalah obat yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dapat diserahkan tanpa
resep.”
Catatan:
Usulan istilah alam semesta diganti menjadi Alam saja
Catatan:
Penjelasan/ alasan sisipan: apabila obat yang berasal dari
bahan alam masuk kedalam Pelayanan Kesehatan Formal
atau masuk sistem JKN maka secara alamiah akan terjadi
peningkatan kebutuhan baik obat serta bahan bakunya.
Hal ini tentu akan diikuti kebutuhan akan ketersediaan
lahan untuk budidaya, belum lagi akan terjadi persaingan
lahan dengan komoditas tanaman lain, sehingga
ketersediaan lahan menjadi faktor utama untuk ketahanan
farmasi nasional
1190 Pasal 340
(1)Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
mendorong dan mengarahkan penemuan dan
pengembangan Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan dengan memanfaatkan potensi
nasional yang tersedia
Catatan:
Diusulkan kata vaksin di hapus saja karena sudah masuk
kategori Obat, supaya konsisten
1192 (3)Penemuan dan pengembangan Sediaan
Farmasi dan Alat Kesehatan dilakukan
dengan memperhatikan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta kelestarian
lingkungan hidup, sumber daya alam, norma
agama dan kearifan sosial budaya
1193 (4)Penemuan dan pengembangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan oleh
industri farmasi, industri alat kesehatan,
lembaga penelitian, dan lembaga pendidikan
1194 Pasal 341
(1)Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
menjamin penemuan, pengembangan, dan
pemeliharaan bahan baku Obat Bahan Alam
Catatan:
Kata Ketahanan lebih tepat dalam hal ini kalau dilihat
definisi diatas
1200 (2)Percepatan kemandirian industri Sediaan Usulan perubahan ayat (2):
Farmasi dan Alat Kesehatan dilakukan Kemandirian Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
melalui pengembangan dan penguatan dilakukan melalui pengembangan dan penguatan tata
industri Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan kelola rantai pas Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan dari
dari hulu hingga hilir secara terintegrasi hulu hingga hilir secara terintegrasi dengan target
dengan target penggunaan dan pemenuhan penggunaan dan pemenuhan Sediaan Farmasi dan Alat
Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan yang Kesehatan yang diproduksi dalam negeri untuk
diproduksi dalam negeri untuk ketahanan ketahanan dan kemajuan Kesehatan nasional
dan kemajuan Kesehatan nasional
Catatan:
Kemandirian tidak hanya tergantung industri farmasi,
tetapi tergantung seluruh rantai pemas farmalkes
1201 (3)Pemenuhan kebutuhan ketahanan Kesehatan
nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan secara bertahap sesuai dengan
prioritas nasional
1202 (4)Pengembangan dan penguatan industri
Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
Catatan:
Catatan
Poin a, dasar instruksi presiden No. 1 Tahun 2017
Catatan:
Referensi
UU KUHP No. 1 Tahun 2023
Pasal 474 ayat 2
1615 (2)Jika kelalaian berat sebagaimana dimaksud Usulan perubahan ayat (2):
pada ayat (1) mengakibatkan kematian, setiap Jika kelalaian berat sebagaimana dimaksud pada ayat
Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan (1) mengakibatkan kematian, setiap Tenaga Medis
dipidana dengan pidana penjara paling lama atau Tenaga Kesehatan dipidana dengan pidana
5 (lima) tahun penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda
paling banyak kategori V.
Catatan:
Referensi
UU KUHP No. 1 Tahun 2023
Pasal 474 ayat 2
1616 Pasal 463
Setiap Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan
warga negara asing yang dengan sengaja
memberikan Pelayanan Kesehatan tanpa
memiliki STR Sementara sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 237 ayat (1) dipidana dengan
pidana denda paling banyak kategori V