Anda di halaman 1dari 137

A.

UU NO 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN

1. Isi dan Pengertian

UNDANG-UNDANG RI NO. 36 TAHUN 2009 (TENTANG KESEHATAN)

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

1. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik , mental, spiritual maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial
dan ekonomis.
2. Sumber daya di bidang kesehatan adalah segala bentuk
dana,tenaga,perbekalan kesehatan dan teknologi yang di manfaatkan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan yang di lakukan oleh
pemerintah,pemerintah daerah, dan /atau masyarakat.
3. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang di perlukan
untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.
4. Sediaan farmasi adalah obat,bahan obat, obat tradisional,dan kosmetik.
5. Alat kesehatan adalah instrumen,aparatus,mesen dan/atau implan yang tidak
mengandung obat yang di gunakan untuk
mencegah,mendiognosis,menyembuhkan dan meringankan penyakit,merawat
orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia,dan/atau membentuk
struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
6. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui
pendidikan di bidang kassehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
7. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang di
gunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan
kesehataikn,baik,promotif,preventif,kuratif maupun rehabilitatif yang di
lakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah,dan/atau masyarakat.
8. Obat adalah bahan atau panduan bahan, termasuk produk biologi yang di
gunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan
patalogi dalam rangka penetapan diagnosis,
pencegahan,penyembuhan,pemulihan,peningkatan kesehatan dan kontrasepsi
untuk manusia.
9. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan bahan mineral,sediaan serian (galenik), atau
campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah di gunakan
untuk pengobatan, dan dapat di terapkan sesuai dengan norma yang berlaku di
masyarakat.
10. Teknologi kesehatan adalah segala bentukalat dan/atau metode yang di
tujukan untuk membantu menegakkan diagnosa,pencegahan,dan penenggan
permasalahan kesehatan manusia.
11. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan da/atau serangkaian kegiatan yang di
lakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memilihara
dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan
penyaki,peningkatan kesehatan,engobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan
oleh pemerintah dan/atau masyarakat.
12. Pelayanan kesehatan promotif adalahsuatu kegiatandan/atau serengkaian
kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang
bersiifat promosi kesehatan.
13. Pelayanan kesehatan preventif adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap
suatu masalah kesehatan/penyakit.
14. Pelayanan kesehatan kuratif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian
kegiatan pengobatan yang di tunjukan untuk penyembuhan
penyakit,pengurangan penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit,atau
pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga seoptimal
mungkin.
15. Pelayanan kesehatan rehabilitatif adalah kegiatan dan/atau serangkai kegiatan
untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat
berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan
masyarakat semaksimal mungkinsesuai dengan kemampuannya.
16. Pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan dan/atau perawatan
dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan keterampiran turun
temurun secara empiris yang dapat di pertanggung jawabkandan diterapkan
sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan
ekonomis.

2. Kesehatan Ibu dan Anak

Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui,
bayi dan anak balita serta anak prasekolah. Pemberdayaan Masyarakat bidang
KIA masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non
klinik terkait kehamilan dan persalinan.

A. Tujuan

a. Tujuan umum

Tujuan program kesehatan ibu dan anak adalah tercapainya kemampuan


hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu dan
keluarganya untuk atau mempercepat pencapaian target Pembangunan Kesehatan
Indonesia yaitu Indonesia Sehat 2010, serta meningkatnya derajat kesehatan anak
untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi
peningkatan kualitas manusia seutuhnya.

b. Tujuan khusus

 Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan, sikap dan perilaku) dalam


mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi
tepat guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga, Desa Wisma,
penyelenggaraan Posyandu dan sebagainya.

 Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah secara


mandiri di dalam lingkungan keluarga, Desa Wisma, Posyandu dan Karang
Balita, serta di sekolah TK.
 Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil,
ibu bersalin, ibu nifasdan ibu menyusui.

 Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu bersalin,


ibu nifas, ibu menyusui, bayi dan anak balita.

B. .Prinsip dan Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

Prinsip pengelolaan Program KIA adalah memantapkan dan peningkatan


jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pelayanan
KIA diutamakan pada kegiatan pokok :

1. Peningkatan pelayanan antenatal di semua fasilitas pelayanan dengan mutu


yang baik serta jangkauan yang setinggi-tingginya.

2. Peningkatan pertolongan persalinan yang lebih ditujukan kepada peningkatan


pertolongan oleh tenaga professional secara berangsur.

3. Peningkatan deteksi dini resiko tinggi ibu hamil, baik oleh tenaga kesehatan
maupun di masyarakat oleh kader dan dukun bayi serta penanganan dan
pengamatannya secara terus menerus.

4. Peningkatan pelayanan neonatal (bayi berumur kurang dari 1bulan) dengan


mutu yang baik dan jangkauan yang setinggi tingginya.

C. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

1. Pelayanan antenatal

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu


selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal.

Standar minimal “5 T “ untuk pelayanan antenatal terdiri dari :

1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

2. Ukur Tekanan darah

3. Pemberian Imunisasi TT lengkap


4. Ukur Tinggi fundus uteri

5. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.

Frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan dengan


ketentuan waktu minimal 1 kali pada triwulan pertama, minimal 1 kali pada
triwulan kedua, dan minimal 2 kali pada triwulan ketiga.

1. Pertolongan Persalinan

     Jenis tenaga yang memberikan pertolongan persalinan kepada masyarakat:

1. Tenaga profesional : dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan,


pembantu bidan dan perawat.

2. Dukun bayi : Terlatih ialah dukun bayi yang telah mendapatkan latihan tenaga
kesehatan yang dinyatakan lulus. Sedangkan dukun bayi tidak terlatih ialah
dukun bayi yang belum pernah dilatih oleh tenaga kesehatan atau dukun bayi
yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus.

 Deteksi dini ibu hamil berisiko :

Faktor risiko pada ibu hamil diantaranya adalah :

1. Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun .

2. Anak lebih dari 4

3. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang 2 tahun atau lebih
dari 10 tahun

4. Tinggi badan kurang dari 145 cm

5. Berat badan kurang dari 38 kg atau lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm

6. Riwayat keluarga mendeita kencing manis, hipertensi dan riwayat cacat


kengenital.

7. Kelainan bentuk tubuh, misalnya kelainan tulang belakang atau panggul.


Risiko tinggi kehamilan merupakan keadaan penyimpangan dan normal yang
secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi.

Risiko tinggi pada kehamilan meliputi :

1. Hb kurang dari 8 gram %

2. Tekanan darah tinggi yaitu sistole lebih dari 140 mmHg dan diastole lebih dari
90 mmHg

3. Oedema yang nyata

4. Eklampsia

5. Pendarahan pervaginaan

6. Ketuban pecah dini

7. Letak lintang pada usia kehamilan lebih dari 32 minggu.

8. Letak sungsang pada primigravida

9. Infeksi berat atau sepsis

10. Persalinan prematur

11. Kehamilan ganda

12. Janin yang besar

13. Penyakit kronis pada ibu antara lain Jantung,paru, ginjal.

14. Riwayat obstetri buruk, riwayat bedah sesar dan komplikasi kehamilan.

Risiko tinggi pada neonatal meliputi :

1. BBLR atau berat lahir kurang dari 2500 gram

2. Bayi dengan tetanus neonatorum

3. Bayi baru lahir dengan asfiksia


4. Bayi dengan ikterus neonatorum yaitu ikterus lebih dari 10 hari setelah lahir

5. Bayi baru lahir dengan sepsis

6. Bayi lahir dengan berat lebih dari 4000 gram

7. Bayi preterm dan post term

8. Bayi lahir dengan cacat bawaan sedang

9. Bayi lahir dengan persalinan dengan tindakan.

D. Jenis Indikator Kesehatan Ibu dan Anak

Terdapat 6 indikator kinerja penilaian standar pelayanan minimal atau SPM


untuk pelayanan kesehatan ibu dan anak yang wajib dilaksanakan yaitu : Cakupan
Kunjungan ibu hamil K4

a. Pengertian

Kunjungan ibu hamil K4 adalah ibu hamil yang kontak dengan petugas
kesehatan untuk mendapatkan pelayanan ANC sesuai dengan standar 5T dengan
frekuenasi kunjungan minimal 4 kali selama hamil, dengan syarat trimester 1
minimal 1 kali, trimester II minimal 1 kali dan trimester III minimal 2 kali.

Standar 5T yang dimaksud adalah :

 Pemeriksaaan atau pengukuran tinggi dan berat badan

 Pemeriksaaan atau pengukuran tekanan darah

 Pemeriksaan atau pengukuran tinggi fundus

 Pemberian imunisasi TT

 Pemberian tablet besi

3. Upaya Kesehatan ibu, Anak Lansia dan Kesehatan Remaja

1. Upaya Kesehatan Ibu ( pasal 126 )


a). Pelayanan kesehatan ibu adalah pelayanan untuk menjaga kesehatan ibu agar
mampu melahirkan generasi sehat dan berkualitas serta mengurangi angka
kematian ibu.

b). Upaya kesehatan ibu meliputi kegiatan peningkatan, pencegahan, pengobatan


dan pemulihan kesehatan ibu.

c). Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah Kabupaten/Kota, menjamin


ketersediaan tenaga, fasilitas, alat, dan obat dalam penyelenggaraan pelayanan
kesehatan ibu secara aman, bermutu dan terjangkau.

d). Standar pelayanan untuk menjaga kesehatan ibu berpedoman pada peraturan


perundang-undangan.

e)Dinas menyusun petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis pelaksanaan upaya


kesehatan ibu.

(2)    Upaya Kesehatan Bayi dan Anak

a).  Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk


mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas
serta untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak.

b). Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak anak masih dalam


kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan dan sampai berusia 18 (delapan belas)
tahun.

c). Upaya pemeliharan kesehatan bayi dan menjadi tanggung jawab dan kewajiban
bersama bagi orang tua, keluarga, masyarakat, Pemerintah, Pemerintah Daerah,
dan Pemerintah Kabupaten/Kota.

d). Setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan
selama6 (enam) bulan, kecuali atas indikasi medis.

e). Selama pemberian air susu ibu, pihak keluarga, Pemerintah, Pemerintah


Daerah, dan Pemerintah Kabupaten/Kota dan masyarakat harus mendukung ibu
bayi secara penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus.
f). Penyediaan fasilitas khusus pemberian air susu ibu diadakan di tempat kerja
dan tempat sarana umum.

g).  Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan


berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta
mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

h).  Standar pelayanan untuk menjaga kesehatan anak berpedoman pada peraturan


perundang-undangan.

i). Dinas menyusun petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis pelaksnaan upaya


kesehatan bayi dan anak.

3. kesehatan Remaja ( pasal 136 )

a) Upaya pemeliharaan kesehatan remaja harus ditujukan untuk mempersiapkan


menjadi orang dewasa yang sehat dan produktif, baik sosial maupun ekonomi.

b)  Upaya pemeliharaan kesehatan remaja termasuk untuk reproduksi remaja


dilakukan agar terbebas dari berbagai gangguan kesehatan yang dapat
menghambat kemampuan menjalani kehidupan reproduksi secara sehat.

c)  Upaya pemeliharaan kesehatan dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah


Daerah, dan Pemerintah Kabupaten/Kota, dan masyarakat, keluarga, dan orang
tua.

d)  Setiap remaja berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang komprehensif


peningkatan pengetahuan, pencegahan, pengobatan, dan pemulihan untuk
menjamin kelangsungan hidup dan tumbuh kembang, serta mendapatkan
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi untuk menghindarkan dari
kesakitan, kecacatan, dan kematian.

e)   Standar pelayanan untuk menjaga kesehatan Remaja berpedoman pada


peraturan perundang-undangan.

f)  Dinas menyusun petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis upaya kesehatan
remaja.
4. kesehatan lansia ( pasal 138 )

a)   Upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia harus ditujukan untuk menjaga
agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial maupun ekonomis sesuai
dengan martabat kemanusiaan.

b)   Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah Kabupaten/Kota wajib


sediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan memfasilitasi kelompok lanjut usia
untuk dapat tetap hidup mandiri dan produktif secara sosial dan ekonomis.

c)  Untuk mendukung penyelenggaraan Upaya Pemeliharaan Kesehatan Usia


Lanjut perlu dibentuk Tim Kelompok Kerja Tetap Tingkat Provinsi,
Kabupaten/Kota, Kecamatan, dan Desa/Kelurahan.

d)  Pembentukan Tim Kelompok Kerja Tingkat Provinsi ditetapkan oleh


Gubernur, Tim Kelompok Kerja Tingkat Kabupaten/Kota ditetapkan oleh
Bupati/Walikota, Tim Kelompok Kerja Tingkat Kecamatan ditetapkan oleh
Camat, dan Tim Pelaksana Tingkat Desa/Kelurahan ditetapkan oleh Kepala
Desa/Lurah.

e) Pemerintah Desa/Kelurahan berkewajiban membentuk Pos Pelayanan Terpadu


Lanjut Usia dalam rangka meningkatkan kesehatan usia lanjut.

f)  Standar pelayanan untuk menjaga kesehatan lansia berpedoman pada peraturan
perundang-undangan.

g)  Dinas menyusun petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis upaya


pemeliharaan kesehatan lanjut usia.

5. kesehatan Difabel (138 )

a)      Upaya pemeliharaan kesehatan difabel harus ditujukan untuk menjaga agar
tetap hidup sehat dan produktif secara sosial, ekonomis, dan bermartabat.

b)      Pemerintah, Pemerintah Daerah dan dan Pemerintah Kabupaten/Kota wajib


menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan memfasilitasi difabel
untuk dapat tetap hidup mandiri dan produktif secara sosial dan ekonomis.
c)  Dinas menyusun petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis upaya
pemeliharaan kesehatan difabel.

A. Sehat Dimulai Sejak Dalam Kandungan Hingga Tutup Usia

a) Ibu Hamil

 Ibu harus dalam kondisi fisik dan mental yang prima selama kehamilan

 Periksa kehamilan minimal 3 kali dipetugas kesehatan

 Makan bergizi seimbang, waspadai kehamilan yang beresiko dan kenali tanda
bahaya kehamilan

 Keluarga harus selalu siaga menjaga ibu hamil.

b) Bayi dan Balita

 Inisiasi menyusui Dini bisa diusahakan saat kelahiran bayi

 ASI eksklusif 6 bulan

 Bayi yang baru lahir segera diperiksa kesehatannya

 Ibu segera ikut KB. Tiap bulan bayi dipantau perkembangannya di


posyandu,berikan Imunisasi Dasar Lengkap

 Cegah penyakit yang bisa tertular pada balita seperti ISPA, Diare dan flu

c) . Usia Sekolah

 Merapkan prilaku hidup bersih dan sehat seperti cuci tangan pakai sabun,
menjaga kebersihan, memeriksakanjantik nyamuk dan konsumsi makanan
bergizi seimbang

 Gigi, mata dan telinga harus diperiksa agar belajar tidak terganggu
d) Usia Remaja

 Mengetahui kesehatan reproduksi karena perubahan psikis dan psikologis


mereka

 Menjaga diri agar tetap sehhat dengan melakukan aktivitas fisik dan memilih
makanan sehat.

 Menghindari rokok dan narkoba

 Pengetahuan tentang HIV harus tingkatkan dengan memantau program Aku


Bangga Aku tahu

e) Dewasa

 Konsumsi makanan bergizi seimbang

 Deteksi dini kanker nagi perempuan dewasa

 Keluarga harus ikut program JKN untuk melindungi kesehatan mereka

 Waspada pada penyakit tidak menular seperti kanker, diabetes, jantung dan
stroke

f) Lansia

 Sadar ancaman penyakit semakin banyak, lansia harus bergaya hidup sehat.

 Aktif dalam posbindu yang diadakan di masyarakat agar terhindar dari pikun

 Menggunakan JKN untuk mengecek kesehatannya secara rutin.

4. Nikotin dan Tembakau dan Rokok ( 31 Mei - Hari Tembakau Internasional )

a) Nikotin menimbulkan efek kesenangan sementara diotak, yang membuat


seseorang ketergantungan. Akibat orang yang kecanduan nikotin akan
merasa cemas dan mudah marah jika tiba-tiba tubuhnya tidak mendapatkan
asupan nikotin . Sementara, racun yang terkandung dalam rokok
menyebabkan individu yang kecanduan nikotin memiliki resiko lebih tinggi
terkena serangan jantung, stroke, dan kanker dibanding mereka yang tidak
merokok.

b) Gejala Kecanduan Nikotin

 Tidak sanggup berhenti merokok. Penderita tidak berhasil meski sering


mencoba berhenti merokok

 Tetap merokok saat menderita. Pasien terus merokok meski sedang


mengalami gangguan paru-paru

 Suasana hati memburuk. Seseorang yang mencoba berhenti merokok


biasanya akan merasa cemas, diare, gelisah, depresi, frustasi, insomnia,
konstipasi, mudah marah, dan sulit berkonsentrasi

 Menghindari lingkungan bebas asap rokok. Penderita menghindari untuk


mengunjungai tempat-tempat bebas asap rokok, atau berhenti berkumpul
bersama orang-orang tertentu yang membuat penderita tidak dapat merokok.

c) Penyebab kecanduan nikotin

Kecanduan nikotin umumnya disebkan karena merokok atau mengkonsumsi


produk hasil tambakau lainnya, seperti permen karet atau plester dengan rasa
tembakau. Individu yang tidak terlalu sering merokok juga bisa terkena
kecanduan nikotin, karena sifat nikotin yang sangat adiktif.

Beberapa faktor berikut ini dapat meningkatkan resiko seseorang untuk


mengalami kecanduan nikotin, diantaranya adalah :

- Usia : semakin muda usia seseorang saat mulai merokok, semakin besar
kemungkinannya menjadi perokok berat saat dewasa.

- Genetik : kapan dan berapa lama seseorang merokok kemungkinan


diwariskan. Faktor genetik dapat mempengaruhi reseptor otak merespon
nikotin .
- Depresi : banyak penelitian menunjukkan hubungan antara merokok dan
gangguan mental seperti depresi , skizofrenia atau PSTD

- Lingkungan : anak- anak yang tumbuh dilingkungan perokok cenderung


menjadi perokok.

- Penyalahgunaan NAPZA : orang yang kecanduan alkohol dan


ketergantungan NAPZA juga cenderung merokok.

1. Defenisi Kematian

a) Mati klinis adalah henti nafas (tidak ada gerak nafs spontan ) ditambah henti
sirkulasi (jantung) total dengan semua aktivitas di otak terhenti, tetapi tidak
ireversibel. Pada masa kematian inilah, pemulaian resusitasi dapat diikuti

dengan pemulihan semua fungsi sistem organ vital termaksud fungsi otak
normal, asalkan diberi terapi optimal.

b) Mati biologis adalah (kematian semua organ) selalu mengikuti mati klinis
bila tidak dilakukan resusitasi jantung paru (RPJ) atau bila upaya resusitasi
dihentikan. Mati biologis merupakan nekrotisasi semua jaringan , dimuali
dengan neuron otak yang menjadi nekrotik setelah kira-kira satu jam tanpa
sirkulasi, diikuti oleh jantung, ginjal, paru dan hati yang menjadi nekrotik
selama beberapa jam atau hari.

2. Komunikasi Terapeutik Pasien Menjelang Ajal

a. Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah pertukaran informasi, pikiran, ide, dan perasaan diantara


dua atau lebih individu.

Komunikasi Terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,


bertujuan dan kegiantannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien
(Purwanto,1994).
Menjelang ajal atau sakaratul maut adalah suatu keadaan dimana menurut
akal sehat tidak ada harapan lagi bagi klien untuk sembuh “terminal illings”
(wolf/witzel/furngs. 1984 : 661).

b.  Cara Komunikasi
1.      Komunikasi Verbal

Menggunakan kata-kata yang diungkapkan atau ditulis.

Hal yang harus diperhatikan :

I. Kesederhanaan  ; Kalimat yang digunakan harus sederhana, mudah


dimengerti, singkat dan  jelas.
II. Kejelasan ; Komunikasi bias lebih jelas apabila ada kecocokan dengan apa
yang diungkapkan dan yang diekspresikan oleh wajah serta gerakan  tubuh.
III. Tepat waktu dan relevan ; Perawat harus peka terhadap kebutuhan yang
sedang dirasakan oleh pasien.

2. Komunikasi Non Verbal

I. Komunikasi yang menyangkut ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan sikap


tubuh.

Hal yang perlu diperhatikan :

Sikap tubuh dan cara berjalan ; Sikap tubuh dan cara berjalan dapat menunjukan
suasana hati dan kondisi fisik seseorang. Sikap tubuh yang tegak, aktif, dan
jalannya mempunyai tujuan menunjukan bahwa orang tersebutu merasa nyaman
dan aman secara fisik maupun emosionalnya.
II. Ekspresi wajah ; Wajah, terutama mata, otot-otot disekitar mata dan mulut
dapat mengekspresikan macam-macam emosi seperti kegemberiaan,
kesedihan, kemarahan, kekecewaan, ketakutan, malu, dan seterusnya.

3. Gerakan Tangan
Gerakan tangan adalah suatu komunikasi yang penuh arti. Gerakan tangan bisa
mengko munikasikan macam-macam perasaan.

c. Prinsip Komunikasi Terapeutik (Keliat, 1996)

I. Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti menghayati, memahami


dirinya sendiri serta nilai yang dianut.
II. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya,
dan   saling menghargai.
III. Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut pasien.
IV. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun
mental.
V. harus menciptakan suasanan yang memungkinkan pasien memiliki motivasi
untuk mengubah dirinya baik sikap maupun tingkah lakunya sehingga
tumbuh makin matang dan dapat memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi.
VI. Perawat mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk
mengetahui dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan
maupun masalah.
VII. Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan
konsistensinya.
VIII. Memahami arti empati sebagai tindakan yang terapetik.
XI Kejujuran dan komunikasi terbuka.
IX. Mampu berperan sebagai role mode agar dapat menunjukan dan
menyakinkan orang lain tentang kesehatan.
X. Altruisme, mendapatkan kepuasaan dengan menolong orang lain secara
manusiawi
XI. Bertanggung jawab

d. Teknik Komunikasi Terapeutik

I. Mendengarkan ( Listening)
Mendengarkan orang lain dengan penuh perhatian akan menunjukan bahwa
apa yang dikatakannya adalah penting.
II. Pertanyaan Terbuka (Broad Opening)
Memberikan inisiatif kepada klien, mendorong klien untuk menyeleksi topic
yang akan dibicarakan.
III. Mengulang (Restarting)
Berguna untuk memvalidasi untuk menguatkan ungkapan klien dan memberi
indikasi perawat untuk mengikuti pembicaraaan.
IV. Penerimaan (Acceptance)
Mendukung dan menerima informasi dengan tingkah laku yang menunjukan
ketertarikan dan tidak menilai.
V. Klarifikasi
Merupakan teknik yang digunakan bila perawat ragu, tidak jelas, tidak
mendengar atau klien malu mengemukakan informasi dan perawat mencoba
memahami situasi yang digambarkan klien.
VI. Refleksi
Refleksi ini dapat berupa refleksi isi dengan cara memvalidasi apa yang
didengar, refleksi perasaan dengan cara memberi respon pada perasaan klien
terhadap isi pembicaraan agar klien mengetahui dan menerima perasaannya.
VII. Asertif
Asertif adalah kemampuan dengan cara menyakinkan dan nyaman
mengekspresikan pikiran dan perasaan diri dengan tetap menghargai hak
orang lain.
VIII. Memfokuskan
Teknik untuk menjaga pembicaraan tetap menuju tujuan yang lebih spesifik,
lebih jelas, dan  berfokus pada realitas.
IX. Membagi persepsi
Teknik dengan cara meminta pendapat klien tentang hal-hal yang dirasakan
dan difikirkan.
X. Identifikasi “tema”
Teknik dengan mencari latar belakang masalah klien yang muncul dan
berguan untuk meningkatkan pengertian dan eksplorasi masalah yang
penting.
XI. Diam
Teknik yang bertujuan untuk mengorganisir pemikiran, memproses
informasi, menunjukan bahwa perawat bersedia menunggu respon.
XII. Informing
Teknik yang menyediakan informasi dengan tujuan untuk mendapatkan
respon lebih lanjut.

XIII. Humor

Teknik yang digunakan utnuk membantu mengurangi ketegangan dan rasa


sakit yang disebabkan oleh stress, dan meningkatkan keberhasilan perawat
dalam memberikan dukungan emosional terhadap klien.
XIV. Saran
Teknik yang bertujuan memberi alternative ide untuk pemecahan masalah.

e. Komunikasi Terminal

Kondisi Terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian


berjalan melalui suatau tahapan proses penurunan fisik, psikososial, dan spiritual
bagi individu (Carpenito, 1995).

Kondisi Terminal adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat tidak 
ada harapan  lagi untuk sembuh. Keadaan sakit itu dapat disebabkan oleh suatu
penyakit atau suatu  kecelakaan.

Kondisi Terminal adalah fase akhir kehidupan menjelang kematian yang dapat
berlangsung singkat atau panjang.

f. Tahap-tahap Menjelang Ajal

Kubler-Rosa (1969), telah menggambarkan atau membagi tahap-tahap menjelang


ajal (dying) dalam 5 tahap, yaitu:

1  Menolak/Denial
Pada fase ini , pasien/klien tidak siap menerima keadaan yang sebenarnya terjadi,
dan menunjukkan reaksi menolak.
2. Marah/Anger
Kemarahan terjadi karena kondisi klien mengancam kehidupannya dengan segala
hal yang telah diperbuatnya sehingga menggagalkan cita-citanya
3.  Menawar/bargaining
Pada tahap ini kemarahan baisanya mereda dan pasien malahan dapat
menimbulkan kesan sudah dapat menerima apa yang terjadi dengan dirinya.
4. Kemurungan/Depresi
Selama tahap ini, pasien cen derung untuk tidak banyak bicara dan mungkin
banyak menangis. Ini saatnya bagi perawat untuk duduk dengan tenang
disamping pasien yang sedangan melalui masa sedihnya sebelum meninggal.
5. Menerima/Pasrah/Acceptance
Pada fase ini terjadi proses penerimaan secara sadar oleh klien dan keluarga
tentang kondisi yang terjadi dan hal-hal yang akan terjadi yaitu kematian. Fase ini
sangatmembantu apabila kien dapat menyatakan reaksi-reaksinya atau
rencana-rencana yang terbaik bagi dirinya menjelang ajal. Misalnya: ingin
bertemu dengan keluarga terdekat, menulis surat wasiat.

g .   Tipe-tipe Perjalanan Menjelang Kematian

        Ada 4 tipe dari perjalanan proses kematian, yaitu:

1. Kematian yang pasti dengan waktu yang diketahui, yaitu adanya perubahan
yang cepat dari fase akut ke kronik.
2. Kematian yang pasti dengan waktu tidak bisa diketahui, biasanya terjadi pada
kondisi penyakit yang kronik.
3. Kematian yang belum pasti, kemungkinan sembuh belum pasti, biasanya
 terjadi pada pasien dengan operasi radikal karena adanya kanker.
4. Kemungkinan mati dan sembuh yang tidak tentu. Terjadi pada pasien dengan
sakit kronik dan telah berjalan lama.

E. Tanda-tanda Klinis Menjelang Kematian

1.Kehilangan Tonus Otot, ditandai:

a.   Relaksasi otot muka sehingga dagu menjadi turun.


b.   Kesulitan dalam berbicara, proses menelan dan hilangnya reflek menelan.
c.   Penurunan kegiatan traktus gastrointestinal, ditandai: nausea, muntah,
perut kembung.
d.  Penurunan control spinkter urinari dan rectal.
e.   Gerakan tubuh yang terbatas.
2. Kelambatan dalam Sirkulasi, ditandai:
a Kemunduran dalam sensasi.
b.Cyanosis pada daerah ekstermitas.
c. Kulit dingin, pertama kali pada daerah kaki, kemudian tangan, telinga dan
hidung.
3. Perubahan-perubahan dalam tanda-tanda vital
a. Nadi lambat dan lemah.
b.Tekanan darah turun.
c. Pernafasan cepat, cepat dangkal dan tidak teratur.
4. Gangguan Persepsi Sensori :
a. Penglihatan kabur.
b.Gangguan penciuman dan perabaan.
3. Jenis Penyakit Terminal

         Adapun yang dapat dikategorikan sebagai penyakit terminal adalah :

1.      Penyakit kanker


2.       Penyakit infeksi
3.       Stroke
4.      AIDS
5.       Akibat kecelakaan fatal
8. KESEHATAN JIWA

A. DEFINISI SEHAT JIWA


1. WHO
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sejahtera secara fisik, sosial, dan
mental yang lengkap dan tidak hanya terbebas dari penyakit atau kecacatan.
Atau dapat dikatakan bahwa individu dikatakan sehat jiwa apabila berada
dalam kondisi fisik, mental, dan sosial yang terbebas dari gangguan (penyakit)
atau tidak dalam kondisi tertekan sehingga dapat mengendalikan stress yang
timbul. Sehingga memungkinkan individu untuk hidup produktif, dan mampu
melakukan hubungan sosial yang memuaskan.

2. UU Kesehatan Jiwa No. 03 Tahun 1966


Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi mental yang sejahtera sehingga
memungkinkan seseorang berkembang secara optimal baik fisik, intelektual,
dan emosional dan perkembangan tersebut berjalan secara selaras dengan
keadaan orang lain sehingga memungkinkan hidup harmonis dan produktif.

B. CIRI – CIRI SEHAT JIWA (MENTAL)


1. Yahoda
a. Memiliki sikap positif terhadap diri sendiri
b. Tumbuh, berkembang, dan beraktualisasi
c. Menyadari adanya integrasi dan hubungan antara: Masa lalu dan sekarang
memiliki otonomi dalam pengambilan keputusan dan tidak bergantung
pada siapapun
d. Memiliki persepsi sesuai dengan kenyataan
e. Mampu menguasai lingkungan dan beradaptasi

2. WHO (World Health Organisation)


Pada tahun 1959 dalam sidang di Geneva, WHO telah berhasil merumuskan
kriteria sehat jiwa. WHO menyatakan bahwa, seseorang dikatakan mempunyai
sehat jiwa, jika memiliki kriteria sbb:
a. Individu mampu menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan,
meskipun kenyataan itu buruk baginya.
b. Memperoleh kepuasan dari hasil jerih payah usahanya.
c. Merasa lebih puas memberi daripada menerima.
d. Secara relatif bebas dari rasa tegang (stress), cemas, dan depresi.
e. Mampu berhubungan dengan orang lain secara tolong menolong dan
saling memuaskan.
f. Mampu menerima kekecewaan sebagai pelajaran yang akan datang.
g. Mempunyai rasa kasih sayang.

Pada tahun 1984, WHO menambahkan dimensi agama sebagai salah satu dari
4 pilar sehat jiwa, yaitu:

a. Kesehatan secara holistik yaitu sehat secara jasmani/fisik (biologik);


b. Sehat secara kejiwaan (psikiatrik/psikologik);
c. Sehat secara sosial; dan
d. Sehat secara spiritual (kerohanian/agama).

Berdasarkan ke-4 dimensi sehat tersebut, the American Psychiatric


Association mengadopsi menjadi paradigma pendekatan biopsycho-socio-
spiritual. Dimana dalam perkembangan kepribadian seseorang mempunyai 4
dimensi holistik, yaitu:

a. Agama,
b. Organobiologik,
c. Psiko-edukatif, dan
d. Sosial budaya.
3. Maslow
a. Persepsi Realitas yang akurat.
b. Menerima diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
c. Spontan.
d. Sederhana dan wajar.

Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa seseorang dikatakan


sehat jiwa, jika:

1) Nyaman terhadap diri sendiri


a) Mampu mengatasi berbagai perasaan: rasa marah, rasa takut, cemas,
iri, rasa bersalah, rasa senang, cinta mencintai, dll.
b) Mampu mengatasi kekecewaan dalam kehidupan.
c) Mempunyai harga diri yang wajar.
d) Menilai diri secara nyata, tidak merendahkan dan tidak pula
berlebihan.
e) Merasa puas dengan kehidupan sehari-hari.
2) Nyaman berhubungan dengan orang lain
a) Mampu mencintai dan menerima cinta dari orang lain.
b) Mempunyai hubungan pribadi yang tetap.
c) Mampu mempercayai orang lain.
d) Dapat menghargai pendapat orang yang berbeda.
e) Merasa menjadi bagian dari kelompok.
f) Tidak mengakali orang lain, dan tidak memberikan dirinya diakali
orang lain.
3) Mampu memenuhi kebutuhan hidup
a) Menetapkan tujuan hidup yang nyata untuk dirinya.
b) Mampu mengambil keputusan.
c) Menerima tanggung jawab.
d) Merancang masa depan.
e) Menerima ide/pengalaman hidup.
f) Merasa puas dengan pekerjaannya
C. PARADIGMA KEPERAWATAN JIWA

Klien/Manusia

Keperawatan Kesehatan

Lingkungan

5. REKAM MEDIK ( NOMOR 269/MENKES/PER/III/2008 )

1. Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien.
2. Isi rekam medis untuk pasien rawat jalan pada sarana pelayanan kesehatan
sekurang-kurangnya memuat

a. identitas pasien;

b. tanggal dan waktu;

c. hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat


penyakit;

d. hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik;

e. Diagnosis

f. rencana penatalaksanaan;

g. pengobatan dan/atau tindakan;

h. pelayanan lainyang telah diberikan kepada pasien;

i. untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik; dan

j. persetujuan tindakan bila diperlukan.

3. Isi rekam medis untuk pasien rawat inap dan perawatan satu hari sekurang-
kurangnya memuat:

a. identitas pasien;

b. tanggal dan waktu;

c. hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat


penyakit;

d. hasil pemerisaan fisik dan penunjang medik;

e. diagnosis:

f. rencana penatalaksanaan;
g. pengobatan dan/atau tindakan;

h. persetujuan tindakan bila diperlukan;

i. catatan observasi klinis dan hasil pengobatan.

j. ringkasan pulang (discharge summary);

k. nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehalan tertentu
yang memberikan pelayanan kesehatan;

4. Pelayanan lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu; dan

untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik.

5. Isi rekam medis untuk pasien gawat darurat sekurang-kurangnya memuat:

a. identitas pasien;

b. kondisi saat pasien tiba di sarana pelayanan kesehatan;

c. identitas pengantar pasien;

d. tanggal dan waktu;

e. hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat


penyakit;

f. hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik;

g. Diagnosis

h. pengobatan dan/atau tindakan;

i. ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan pelayanan unit gawat


darurat dan rencana tindak lanjut;

j. nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu
yang memberikan pelayanan kesehatan;
k. sarana transportasi yang digunakan bagi pasien yang akan dipindahkan ke
sarana pelayanan kesehatan lain; dan

l. pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

 Kegunaan Rekakm Medik

- Administrative Value

- Legal Value

- Financial or Fiscal value

- Research value

- Education Value

- Documentary value

Informed consent (PERMENKES RI nomor 585/MEN/PER/X/1989)

Informed consent (IC) adalah suatu proses penyampaian informasi


secara relevan dan eksplisit kepada pasien/subjek penelitian untuk
memperoleh persetujuan medis sebelum dilakukan suatu tindakan
medis/pengobatan/partisipasi dalam penelitian.

B. PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT

1. Polindes ( Pos Persalinan Desa )

Polindes adalah suatu tempat atau lembaga unit kegiatan bersama


masyarakat (UKBM) yang didirikan oleh masyarakat atas dasar musyawarah
sebagai kelengkapan dari pembangunan kesmas untuk memberikan pelayanan
kesehatan Ibu dan anak (AKI) dan keluarga berencana (KB) yang dikelolah oleh
bidan desa (bides) bekerja sama dengan dukun bayi dibawah pengawasan dokter
puskesmas setempat .
2. Tujuan
a. Tujuan umum
 Memperluas jangkuan , menigkatkan mutu dan mendekatkan pelayanan KIA
dan KB kepada masyarakat
b. Tujuan khusus
 Meningkatkan jangkauan pelayanan KB dan kesehatan keluarga
 Meningkatkan pembinaan dukun bayi
 Meningkatkan kesempatan konsultasi dan penyuluhan kesehatan bagi ibu dan
keluarga terutama pelayanan KIA,KB,Imunisasi, Gizi, dan penanggulangan
Diare
 Meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap bayi dan balita dan kesehatan
lainnya oleh bidan desa yang berwenang.

3. Latar Belakang Terbentuknya Polindes


 Menurunkan angka kematian Ibu dan bayi sesuai dengan tujuan MDGs ke 4
dan ke 5
 Keterbatan fungsi, waktu dan peran pelayanan kesehatan
 Mendekatkan dan memeratakan pelayanan kesehatan kepada masyarkat
sehingga ditempatkan bidan desa
 Tugas pokok bidan dalam menangani permasalahan KIA didesa
 Polindes merupakan bentuk sarana pelayanan kesehatan ditingkat desa
sebagai upaya melengkapi sarana bagi bidan didesa dalam melaksanakan
tugas dan fungsinya
 Sarana dan prasarana bidan tertera dalam Kep.Menkes
900/Menkes/SK/VII/2002
 Meningkatkan derajat kesehatan KIA sebagai salah satu syarat Desa Siaga.

4. Fungsi Polindes
 Sebagai tempat pelayanan kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
 Sebagai tempat pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan
 Sebagai tempat kosultasi, penyuluhan dan pendidikan bagi masyarakat,
Dukun bayi dan Kader.

5. Kegiatan Polindes
 Pemeriksaan kehamilan, termaksud pemberian imunisasai pada ibu hamil ,
deteksi dini pada kehamilan
 Menolong persalinan dan normal dan resiko sedang
 Memberi pelayanan kesehatan pada ibu nifas dan menyusui
 Memeberikan pelayanan pada neonatal, bayi, balita dan anak pra sekolah
serta imunisasi dasar lengkap
 Mendeteksi dini dan memberikan pertolongan pertama pada kehamilan dan
persalinan yg resiko baik bagi ibu maupun pada bayi.
 Menampung rujukan bagi bidan bayi maupun kader kesehatan
 Merujuk kelianan ke fasilitas kesehatan yang lebih mampu
 Melatih bidan desa dan kader
 Mencatat dan melaporkan kegiatan yang dilaksanakan pada puskesmas.

6. Syarat Polindes
 Tersedia bidan desa yang siap siaga di desa
 Tersedia sarana dan prasarana pelayanan kesehatan sesuai standar pelayanan
minimal untuk praktek bidan
 Memenuhi persyaratan rumah sehat : air bersih, ventilasi, penerangan yang
cukup, pembuangan air limbah, pekarangan yang bersih, ukuran min. 3x4 m
 Lokasi ditengan penduduk yang dapat dicapai oleh penduduk sekitarnya dan
mudah dijangkau oleh kendaraan roda empat.
 Tersedianya tempat untuk melakukan pertolongan persalinan dn perawatan
post partum, min 1 tempat tidur.

6. Poskesdes ( pos persalinan Desa )

a) Pengertian poskesdes
Poskesdes adalah upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang
dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan atau menyediakan pelayanan
kesehatan dasar masyarakat desa.
Poskesdes dibentuk dalam rangka mendekatkan pelayanan kesehatan dasar bagi
masyarakat serta sebagai sarana kesehatan yang merupakan pertemuan antara
upaya masyarakat dan dukungan pemerintah.
Pelayanan pokesdes meliputi upaya promotif, preventif dan kuratif yang
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan terutama bidan dengan melibatkan kader atau
tenaga sukarela.

b. Tujuan poskesdes
Tujuan pokesdes antara lain:
a. Terwujudnya masyarakat sehat yang siaga terhadap permasalahan kesehatan di
wilayah desanya
b. Terselenggaranya promosi kesehatan dalam rangka meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang kesehatan
c. Terselenggaranya pengamatan, pencatatan dan pelaporan dalam rangka
meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap resiko dan
bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan, terutama penyakit menular
dan penyakit yang berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa atau KLB serta
factor- factor resikonya
d. Tersedianya upaya pemerdayaan masyarakat dalam rangka meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya di bidang kesehatan
e. Terselenggaranya pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh
masyarakat dan tenaga professional kesehatan
f. Terkoordinasinya penyelenggaraan UKBM lainnya yang ada di desa

3. Ruang lingkup polindes


Ruang lingkup poskesdes meliputi: upaya kesehatan yang menyeluruh mencakup
upaya promotif, preventif dan kuratif yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan
terutama bidan dengan melibatkan kader atau tenaga sukarela.
4. Kegiatan utama poskesdes
a. Pengamatan dan kewaspadaan dini (surveilans penyakit, surveilans gizi,
surveilans perilaku beresiko dan surveilans lingkungan dan masalah kesehatan
lainnya), penanganan kegawatdaruratan kesehatan dan kesiapsiagaan terhadap
bencana serta pelayanan kesehatan dasar
b. Promosi kesehatan, penyehatan lingkungan dll. Kegiatan dilakukan berdasar
pendekatan edukatif atau pemasyarakatan yang dilakukan melalui musyawarah
mufakat yang disesuaikan kondisi dan potensi masyarakat setempat

5. Fungsi poskesdes
a. Sebagai wahana peran aktif masyarakat di bidang kesehatan
b. Sebagai wahana kewaspadaan dini terhadap berbagai resiko dan masalah
kesehatan
c. Sebagai wahana pelayanan kesehatan dasar, guna lebih mendekatkan kepada
masyarakat serta meningkatkan jangkauan dan cakupan pelayanan kesehatan
d. Sebagai wahana pembentukan jaringan berbagai UKBM yang ada di desa

6. Prioritas pengembangan poskesdes


a. Desa/ kelurahan yang tidak terdapat sarana kesehatan. Adapun desa yang
terdapat puskesmas pembantu masih memungkinkan untuk diselenggarakan
poskesdes
b. Desa di lokasi terisolir, terpenci, tertingal, perbatasan atau kepulauan

7. Manfaat poskesdes
1. Bagi masyarakat
a. Permasalahan di desa dapat terdeteksi dini, sehingga bisa ditangani cepat dan
diselesaikan, sesuai kondisi potensi dan kemampuan yang ada
b. Memperoleh pelayanan kesehatan dasar yang dekat
2. Bagi kader
a. Mendapat informasi awal di bidang kesehatan
b. Mendapat kebanggaan, dirinya lebih berkarya bagi masyarakat
3. Bagi puskesmas
a. Memperluan jangkauan pelayanan puskesmas dengan mengoptimalkan
sumber data secara efektif dan efisien
b. Mengoptimalkan fungsi puskesmas sebagai penggerak pembangunan
berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan pusat pelayanan
kesehatan strata pertama
4. Bagi sector lain2
a. Dapat memadukan kegiatan sektornya di bidang kesehatan
b. Kegiatan pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan lebih afektif dan efisien
7. Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat ) UU No 43 tahun 2019

A. Puskesmas
adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upayaa kesehatan perseorangan tingkat
pertama,dengan lebih ,mengutamakan upaya promotif dan preventif di wilayah
kerjanya.
- UKM adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta menceegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan
dengan sasaran keluarga, kelompok dan masyarakat.
UKM Esensial :
1. Pelayanan promosi kesehatan
2. Pelayanan kesehatan lingkungan
3. Pelayanan kesehatan keluarga
4. Pelayanan Gizi
5. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit

UKM Pengembangan :
Upaya kesehatan masyarakat yang kegiatannya bersifat inovatif atau
disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan wilayah kerja
dan potensi sumber daya yang tersedia di puskesmas.
- UKP adalah suatu kegiatan dan serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan
yang ditujukan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit,
pengurangan penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan
perseorangan.
- Sistem Rujukan adalah penyelenggaraan pelayanan yang mengatur
pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal
balik baik horizontal maupun vertikal.

B. Prinsip penyelenggaraan Puskesmas meliputi:


a. Paradigma sehat; Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan
berpartisipasi dalam upaya mencegah dan mengurangi faktor risiko kesehatan yang
dihadapi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat melalui Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat.

b. Pertanggungjawaban wilayah; puskesmas menggerakan dan bertanggung jawab


terhadap pembangunan kesehatan diwilayah kerjanya.
c. Kemandirian masyarakat; puskemas mendorong kemandirian hidup sehat bagi
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
d. Ketersediaan akses pelayanan kesehatan ; puskesmas menyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang dapat diakses dan terjangkau oelh seluruh masyarakat di wilayah
secara adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi agama, budaya dan
kepercayaan,
e. Teknologi tepat guna; puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan
memanfaatkan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah
dimaanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan
f. Keterpaduan dan kesinambungan ; puskesmas mengintegrasikan dan
mengkoordasikan penyelenggarakan UKP dan UKM lintas program dan lintas sektor
serta melaksanakan sistem Rujukan yang didukung dengan manajemen Puskesmas.

C. Puskesmas memiliki fungsi:

a. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan

b. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.

D. Tugas Puskesmas Adalah

1. Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk


mencapai tujuan pembangunan kesehatan diwilayah kerjanya

E. Persayarat mendirikan puskesmas

1. Puskesmas harus didirikan pada setiap kecamatan

2. Dalam kondisi tertentu pada satu kecamatan dapat didirikan lebih dari
satu puskesmas

3. Kondisi tertentu ditetapkan berdasarkan pertimbangan kebutuhan


pelayanan, jumlah penduduk dan aksesibilitas

4. Puskesmas harus memenuhi persyaratan lokkasi, prasarana,


peralatanm, ketenagaan, kefarmasiaan, dan laboraturium klinik.
F. Dalam rangka pemenuhan pelayanan kesehatan yang didasarkan pada
kebutuhan dan kondisi masyarakat, Puskesmas dapat di kategorikan
berdasarkan :

a. Karakteristik wilayahnya :

Berdasarkan karakteristik wilayah kerjanya puskesmas di bagi menjadi

1. Puskesmas Kawasan Perkotaan : aktivitas lebih dari 50%


penduduknya pada sektor non agraris terutama pada industri,
perdagangan dan jasa

2. Puskesmas Kawasan Pedesaan : aktivitasnya lebih dari 50% penduduk


pada sektor agraris atau maritim

3. Puskesmas Kawasan Terpencil

4. Puskesmas Kawasan Sangat Terpencil

b. Berdasarkan kemampuan pelayanannya puskesmas dibagi menjadi :

1. Puskesmas Rawat Inap

2. Puskesmas Non Rawat Inap

G. Izin oprasionial Puskesmas berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat


diperpanjang selama memenuhi syarat.

H. Akreditasi Puskesmas

Puskesmas diakreditasi tiga tahun sekali

1. Tidak terakreditasi

2. Terakreditasi Dasar

3. Terakreditasi Madya

4. Terakreditasi Utama
5. Terakreditasi Paripurna,

(Permenkes No. 46 tahun 2015 “ Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama,


Tempat Praktek Dokter dan Tempat Praktek Mandiri Dokter Gigi )

Puskesmas harus menyelenggarakan kegiatan:


a. Manajemen Puskesmas;
b. Pelayanan kefarmasian;
c. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat;
d. Pelayanan laboratorium; dan
e. Kunjungan keluarga.

8. Posyandu ( Pos Pelayanan Terpadu)

A. Pengertian posyandu
adalah kegiatan yang dilaksanakan dari, oleh dan untuk masyarakat guna
memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan
kesehatan dasar, utamanya untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu
dan bayi.
Posyandu berada disetiap desa atau kelurahan atau sebutan lainnya yang seuai,
bila diperlukan dan memiliki kemampuan , dimungkinkan untuk didirikan di RW,
atau sebutan lainnya yang sesuai.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Penunjang percepatan penurunan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian
bayi (AKBA) diindonesia melalui upaya pemberdayaan masyarakat.

2. Tujuan khuhus
 Meningkatknya peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan upaya
kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan AKI, AKABA , AKB
 Meningkatkan peran lintas sektor dalam penyelanggaraan poayandu,
terutama berkaitan dengan penurunan AKI, AKB, AKABA
 Meningkatkan cangkupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar
C. Sasaran utama posyandu
1. Bayi
2. Anak balita
3. Ibu hami, ibu nifas dan menyusui
4. Pasangan usia subur (PUS)

D. Kegiatan utama posyandu


1. Kesehatan ibu dan anak (KIA)
- Ibu hamil : BB, TB, status gizi, tablet Fe,TT dll
- Ibu nifas dan menyusui : Penyuluhan, ( kesehatan , KB, IMD, Asi Eksklusif ) ,
Vit A dll
- Bayi dan Anak Balita : BB, status pertumbuhan (Imunisasi, deteksi Dini
tumbuh kembang.
2. Keluarga Berencana (KB) : pemeberian kondom, pil kb dan suntik kb
3. Imunisasi : hanya dilaksanakan oleh petugas puskesmas
4. Gizi : konseling gizi, pemberian makanan tambahan, vit A, tablet Fe
5. Pencegahan dan penanggulangan diare : PHBS, Zink

E. Tingkatan Posyandu
1. Posyandu pratama : belum rutin, kader < 5
2. Posyandu madya : kegiatan 8 kali pertahun, kader 5 orang atau lebih, cakupam
kegiatan utama < 50%

3. Posyandu purnama : kegiatan 8 kali pertahun, kader 5 orang atau leih, cakupan
kegiatan > 50% + kegiatan lainnya

4. Posyandu mandiri : kegiatan 8 kali pertahun, kader 5 orang atau lebih, cakupan
kegiatan >50% + kegiatan tambahan, memperoleh sumber dana sehat yang
dikelolah masyarakat dan peserta > 50%

F. Penyelenggaraaan Posyandu

 Waktu : satu kali dalam sebulan


Tempat : tempat yang mudah dijangkau
Penyelenggara : minimal 5 kader

G. Meja Posyandu
1. Meja pertama : pendaftaran
2. Meja kedua : penimbangan
3. Meja ketiga : pencatatan hasil timbangan
4. Meja keempat : penyuluhan
5. Meja kelima : pelayanan kesehatan
H. Pemberian vitamin A
1. Vitamin A diberikan pada bulan Februari dan Agustus ( bulan Vit. A )
2. Dampak dari kekurangan Vit. A adalah Rentan pertumbuhan terhambat,
Gangguan dan kalainan pada mata dan gangguan terhadap penyakit Ispa,
Campak dan Diare.
3. Jenis Vitamin A yaitu
 Kapsul biru : dosis nya mengandung 100.000 IU ( untuk umur 6-11
bulan )
 Kapsul merah : dosisnya mengandung 200.000 UI (untuk umur 12-59
bulan )
4. PONED

PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar) merupakan


pelayanan untuk menggulangi kasus-kasus kegawatdaruratan obstetric neonatal
yang meliputi segi :

  Pelayanan obstetric : pemberian oksitosin parenteral, antibiotika perenteral dan


sedative perenteral, pengeluaran plasenta manual/kuret serta pertolongan
persalinan menggunakan vakum ekstraksi/forcep ekstraksi.
 Pelayanan neonatal : resusitasi untuk bayi asfiksia, pemberian antibiotika
parenteral, pemberian antikonvulsan parenteral, pemberian bic-nat
intraumbilical/Phenobarbital untuk mengatasi ikterus, pelaksanaan thermal
control untuk mencegah hipotermia dan penganggulangan gangguan
pemberian nutrisi
PONED dilaksanakan di tingkat puskesmas, dan menerima rujukan dari
tenaga atu fasilitas kesehatan di tingkat desa atau masyarakat dan merujuk ke
rumah sakit.

PPGDON (Pertolongan Pertama pada kegawatdaruratan obstetric dan


neonatal).

Kegiatannya adalah menyelamatkan kasus kegawatdaruratan kebidanan


neonatal dengan memberikan pertolongan pertama serta mempersiapkan
rujukan. PPGDON dilaksanakan oleh tenaga atau fasilitas kesehatan di
tingkat desa dan sesuia dengan kebutuhan dapat merujuk ke puskesmas
mampu PONED atau rumah sakit.

5. Gerakan Sayang Ibu (GSI )


a. Pengertian GSI
Adalah suatu gerakan yang dilaksanakan oleh masyarakat bekerjasama
dengan pemerintah untuk peningkatan kualitas hidup perempuan melalui
berbagai kegiatan yang mempunyai dampak terhadap upaya penurunan AKI
dan AKB ( 22 Desember 1996 ) didukung oleh aliansi pita putih ( white
Ribbon Alliance ) adalah suatu aliansi yang ditujukan untuk mengenang
semua wanita yang meninggal karena kehamilan dan melahirkan .

1. Tujuan Khusus GSI


a. Menanggulangi faktor yang berpengaruh pada kematian ibu dan bayi.
b. Meningkatkan kesadaran dan pemenuhan, perlindungan bagi
perempuan dan remaja.
c. Meningkatkan taraf pendidikan, utamanya bagi perempuan.
d. Meningkatkan derajat gizi remaja putri.
e. Mencegah dan menanggulangi KDRT.
f. Meningkatkan pemberian ASI eksklusif.
2. Prinsip Dasar Kegiatan GSI
a. Pendekatan lintas sektoral dan multi disiplin ilmu.
b. Intervensi yang integratif dan sinergis.
c. Partisipasi dan tanggungjawab dari pihak laki-laki.
d. Sistem pemantauan yang terus-menerus.
e. Koordinasi yang efektif oleh pemda dan wilayah.
3. Kegiatan GSI
a. Melakukan pendataan ibu hamil
b. Melaksanakan KIE
c. Menyediakan pondok sayang ibu
d. Menggalang dana bersalin
e. Menggalang donor darah
f. Menyediakan ambulance desa
g. Menyelenggarakan forum pertemuan teratur.

4. Upaya Utama GSI


a. Upaya peningkatan status perempuan.
b. Upaya pemberdayaan bumil, keluarga, dan masyarakat.
c. Upaya pelayanan KB bagi PUS yang membutuhkan.
d. Upaya pelayanan antenatal bagi bumil.
e. Upaya pengembangan pendataan dan rujukan oleh masyarakat.
f. Upaya pelayanan gawat darurat obstetrik terhadap bumil yang
beresiko tinggi.
GSI merupakan sinergi semua elemen untuk mencegah 3T dan 4 Ter
a. Aktifkan Pokjatap dan Satgas disemua tingkatan.
b. Kembangkan Kecamatan Sayang Ibu, Rumah Sakit Sayang Ibu.
c. Dorong partisipasi masyarakat untuk melaksanakan GSI dengan
potensi kearifan lokal.
d. Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE) dalam berbagai bentuk.
e. Pendanaan dan peningkatan sarana, petugas terlatih.
f. Pendataan dan pelaporan.
5. Evaluasi Pelaksanaan GSI
a. Bergaung hanya saat mau lomba.
b. Kearifan lokal digunakan untuk revitalisasi GSI.
c. Partisipasi masyarakat tinggi.
d. Penganministrasian belum optimal.
e. Keterbatasan anggaran untuk program GSI di Kecamatan.
f. Stikerisasi P4K (perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi)
memudahkan pemantauan.
6. Suami Siaga Dan Desa Siaga

A. Pengertian suami siaga adalah kondisi kesiagaan suami dalam upaya


memberikan pertolongan dalam merencananakan dan menghadapi
kehamilan, persalinan dan nifas istrinya.
Suami Siaga ( Siap, Antar , Jaga )

Siap :
 Siap secara Fisik dan mental
 Siapkan dana
 Siapkan daftar bidan atau dokter atau rumah sakit
 Siapkan pengetahuan

Antar :
Mengantar istri ke pelayanan kesehatan saat ANC dan jika ada tanda gejala
persalinan
Mengantarkan istri ketika merasakan ada tanda-tanda bahaya dan gejala
persalinan ( pastikan kendaraan siap pakai untuk keadaan darurat ).

Jaga :
 Suami menjaga istri ketika hamil, bersalin, daan menghadapi persalinan

Menghindari 3T yaitu :
Terlambat mengambil keputusan
Terlambat ketempat pelayanan
Terlamat memperoleh pertolongan medis
B. Desa Siaga

1. Pengertian desa siaga


adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan sera kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan,
bencana, dan kegawatdaruratan , kesehatan secara mandiri.

Desa yang dimaksud disini adlah kelurahan atau istilah lain bagi kesatuan
kum yang memiliki batas- batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus kepentingan yang diakui dan dihormati dalam pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia .

2. Tujuan

A. Tujuan umum Desa siaga adalah terwujudnya masyarakat desa yang sehat ,
peduli, dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan diwilayahnya.
B. Tujuan khusus
1. Peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya
kesehatan
2. Peningkatan kewaspadaan dan kesiap-siagaan masyarakat desa terhadap resiko
dan bahaya dan dapat menimbulkan gangguan kesehatan ( bencana, wabah,
kegawatdaruratan dan sebagainya )
3. Peningkatan kesehatan lingkungan di desa. Meningkatkan kemampuan dan
kemauan masyarakat desa untuk menolong diri sendiri dibidang kesehatan .

C. Ciri- ciri Desa Siaga


1. Minimal memiliki pos kesehatan desa yang berfungsi memberikan pelayanan
dasar ( dengan sumber daya minimal 1 tenaga kesehatan, 2 kader, sarana fisik
bangunan, perlengkapan alat komunikasi ke masyarakat dan ke puskesmas )
2. Memiliki sistem gawat darurat berbasis masyarakat
3. Memiliki sistem pembiayaan kesehatan secara mandiri
4. Masyarakat berprilaku hidup sehat dan bersih

D. Sarana pembangunan Desa Siaga adalah mempermudah strategi intervensi,


sasaran ini dibedakan menjadi 3 yaitu sebagai berikut :

1. Semua individu dan keluarga didesa yang diharapkan mampu melaksanakan


hidup sehat, peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan diwilayahnya.
2. Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan prilaku individu
dan keluarga arau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan
prilakutersebut. Seperti tokoh masyarakat termaksud tokoh agama, tokoh
perempuan dan pemuda, kader serta petugas kesehatan.
3. Pihak- pihak yang diharapkan memberi dukungan kebijakan , peraturan
perundang-undangan , dana, tenaga, sasaran dll . seperti kepala desa, camat,
pejabat terkait, LSM, swasta, donatur dan pemilik kepentingan.
E. Dalam pengembangan Desa Siaga akana meningkat dengan membagi menjadi
empat kriteria yaitu :
1) Tahap bina
2) Tahap tambah
3) Tahap kembang
4) Tahap paripurna

7. PEMBERIAN ASI EKSLUSIF

a. Definisi IMD
a) IMD adalah bayi diberi kesempatan mulai (inisiasi) menyusu sendiri segera
setelah bayi lahir (dini) dengan meletakkan langsung bayi baru lahir di dada
ibunya dan membiarkan bayi ini merayap untuk menemukan putting susu ibu
untuk menyusu.

b. Cara Melaksanakan IMD


a. Menyusu Dini harus dilakukan langsung saat lahir, tanpa boleh ditunda
dengan kegiatan menimbang atau mengukur bayi.
b. Bayi juga tidak boleh dibersihkan, hanya dikeringkan kecuali tangannya.
c. Letakkan langsung bayi yang baru lahir di dada ibunya dan membiarkan bayi
ini merayap untuk menemukan putting susu ibu untuk menyusu.
d. Proses ini harus berlangsung kulit ke kulit antara bayi dan ibu.

3. Manfaat IMD Bagi Bayi

a. Bayi tetap hangat dengan berada di kulit ke kulit dengan ibu. Dada ibu
menghangatkan bayi dengan tepat. Kulit ibu akan menyesuaikan suhunya
dengan kebutuhan bayi. Menurunkan risiko kematian karena hypothermia
(kedinginan).
b. Ibu dan bayi merasa lebih tenang, sehingga membantu pernafasan dan detak
jantung bayi lebih stabil. Dengan demikian, bayi akan lebih jarang rewel
sehingga mengurangi pemakaian energy.
c. Risiko bayi dari infeksi berkurang karena kuman aman (bakteri) dari ibu mulai
menjajah kulit dan usus, dan mencegah kuman berbahaya.
d. Memberikan stimulus dini naluriah dan memberikan kehangatan, cinta,
keamanan, dan makanan. Hal ini juga memulai proses ikatan antara bayi dan
ibu.
e. Bau payudara merupakan stimulus kuat yang mendorong bayi kearah putting.
Kemampuan bayi dari penciuman berkembang dengan baik. Bau suatu zat yang
dikeluarkan oleh putting mirip dengan bau zat dalam cairan ketuban yang
mengelilingi bayi didalam Rahim.
f. Bayi mendapatkan kolostrum dari ASI pertama. Yaitu cairan berharga yang
kaya akan antibody (zat kekebalan tubuh) dan zat penting lainnya yang penting
untuk pertumbuhan usus. Usus bayi ketika dilahirkan sangat muda, tidak siap
untuk mengolah asupan makanan.
g. Bayi memperoleh ASI (makanan awal) yang tidak mengganggu pertumbuhan,
fungsi usus, dan alergi. Makanan lain selain ASI mengandung protein yang
bukan protein manusia (misalnya susu hewan), yang tidak dapat dicerna dengan
baik oleh usus bayi dan rawan mengakibatkan alergi.
h. Bayi yang menyusu dini akan lebih berhasil menyusu ASI ekslusif dan
mempertahankan menyusu setelah 6 bulan.

4. Manfaat IMD Bagi Ibu

a. Sentuhan dan proses menghisap bayi pada putting ibu akan merangsang
keluarnya oksitosin yang menyebabkan Rahim berkontraksi membantu
mengeluarkan plasenta dan mengurangi perdarahan ibu.
b. Merangsang hormone lain yang membuat ibu menjadi tenang, rileks, dan
mencintai bayi, lebih kuat menahan nyeri (karena hormone meningkatkan
ambang nyeri).
c. Memberikan stimulasi dini naluriah dan memberikan kehangatan, cinta yang
memulai proses ikatan antara ibu dan bayinya.
5) Definisi ASI Eksklusif
Adalah pemberian ASI saja kepada bayi sejak usia 0-6 bulan, tanpa penambahan
apapun, air juga tidak, benar-benar hanya ASI. Karena lambung bayi sangat kecil
dan ASI saja sudah memenuhi seluruh kebutuhan gizi bayi secara sempurna.

6) Manfaat ASI Eksklusif Pada Bayi


 ASI Eksklusif mengandung kombinasi dan jumlah gizi yang dibutuhkan bayi
secara lengkap dan sempurna.
 Bayi yang baru lahir membutuhkan tingkat lemak yang lebih tinggi selama 6
bulan, tubuh seorang ibu akan mengetahui hal itu dan menyesuaikannya
dengan tepat sehingga membantu memulai kehidupannya dengan baik.

 ASI mengandung antibodi dalam jumlah besar yang berasal dari tubuh ibu,
sehingga bayi memiliki kekebalan dan terhindar dari penyakit diawal
kehidupannya.
 Bayi menjadi cerdas karena ASI mengandung nutrisi yang mendukung
pertumbuhan pesat otak bayi yang sedang terjadi diperiode emas ini.
 Hormon yang terdapat didalam ASI menciptakan rasa kantuk dan rasa
nyaman. Hal ini dapat membantu menenangkan kolik dan membantu membuat
bayi tertidur setelah menyusu, ini dibutuhkannya untuk bertumbuh.
 Membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi karena
gerakan mengisap mulut bayi pada payudara sang ibu.
 Menyusui secara psikologis baik bagi bayi dan meningkatkan ikatan dengan
ibu. Ibu tetap bisa melakukan kegiatan sambil menyusui. Bayi tetap mendapat
manfaat dari kehangatan dan keamanan karena meringkuk ke tubuh ibu.

3. Manfaat ASI Eksklusif Bagi Ibu & Keluarga

 Pelepasan hormon oksitosin ketika menyusui meningkatkan perasaan tenang,


nyaman, dan cinta untuk bayi.
 Bagus untuk kesehatan. Menyusui membantu uterus kembali ke ukuran
normal lebih cepat dan mencegah perdarahan. Wanita yang menyusui
memiliki risiko lebih sedikit terkena osteoporosis dan beberapa tipe kanker
termasuk kanker payudara dan kanker ovarium.
 ASI merupakan metode kontrasepsi yang alami.
 Ibu menjadi cantik dan ceria. Cara paling mudah untuk menurunkan BB.
Menyusui membakar ekstra kalori sebanyak 200-250/hari.
 Ekonomis, karena menyusui itu gratis.
 Praktis karena ASI selalu siap tersedia.

4. Memberi ASI Mendukung Kelestarian Lingkungan Hidup

 ASI bersuhu alami segar bebas bakteri.


 Memberikan ASI lebih ramah lingkungan.
 Melepaskan susu bubuk dan menggunakan ASI, bisa menhemat berapa banyak
sampah botol dan kaleng susu yang dibuang.

C. KEMENKES RI:

A. Visi Misi Pemerintah (2020-2024)


Visi :
Terwujudnya Indonesia Maju Yang Berdaulat,Mandiri,dan Berkepribadian
Berlandaskan Gotong Royong
Misi :
1. Penguatan Struktu Ekonomi yang Produktif, Mandiri, dan Berdaya
Saing
2. Pembangunan Yang Merata dan Berkeadilan
3. Mencapai Lingkungan hidup yang berkelanjutan
4. Memajukan budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa
5. Peningkatan kualitas manusia indonesia
6. Penegakan sistem hukum yang bebas korupsi, Bermartabat,dan
terpercaya
7. Perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada
seluruh warga
8. Pengelolaan pemerintahan yang bersih,efektif,dan terpecaya
9. Sinergi pemerintah daerah dalam kerangka negara kesatuan

B. Kemenkes

Visi :

Terwujudnya masyarakat sehat,produktif,mandiri dan berkeadilan untuk


menuju indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian
berlandaskan gotong royong :

Misi :
Guna mendukung peningkatan kualitas manusia indonesia,kemenkes
menetapkan misi sebagai berikut :

1. Memperkuat upaya kesehatan yang bermutu dan menjangkau seluruh


penduduk indonesia
2. Memberdayakan masyarakat dan mengarusutamakan pembagunan
kesehatan
3. Meningkatkan ketersediaan, pemertaan dan mutu sumberdaya kesehatan
4. Memantapkan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan inovatif
C. Arah Kebijakan RPJMN Bidang Kesehatan 2020-2024
Meningkatkan pelayanan kesehatan menujucakupan kesehatan semesta
terutama penguatan pelayanan kesehatan dasar (Primary Health Care )
dengan mendorong peningktan upaya promotif dan preventif , didukung
inovasi dan pemanfaatan teknologi .

 Strategi RPJMN 2010-2024


1. Peningkatan kesehatan Ibu , Anak, KB dan kesehatan
Reproduksi
2. Peningkatan berbaikan gizi masyarakat
3. Peningkatan pengendalian penyakit
4. Pemberdayaan gerakan masyarakat hidup sehat ( GERMAS )
5. Penguatan sistem kesehatan, pengawasan obat dan makanan.

Tujuan strategis (TS) kemenkes (2020-2024)

1 Peningkatan cakupan kesehatan semesta yang bermutu

2 Peningkatan status kesehatan masyarakat melalui pendekatan siklus hidup

3 Peningkatan pembudayaan masyarakat hidup sehat melalui pemberdayaan


masyarakat dan pengarusutamaan kesehatan
4 Peningkatan pencegahan dan pengendalian penyakit dan pengelolaan
kedaruratan kesehatan masyarakat

5 Peningkatan sumber daya kesehatan

6 Peningkatan tata kondisi pemerintahan yang baik

TUJUAN STRATEGI

Tujuan Strategis (ST)1

NO Tujuan strategis (TS) Sasaran Strategis (SS)

1 Peningkatan cakupan kesehatan semesta 1) Meningkatnya ketersediaan


yang bermutu fasyankes dan pelayanan
kesehatan yang bermutu

2) Meningkatnya perbaikan
pengelola BPJS kesehatan

2 Peningkatan status kesehatan masyarakat 3) Menurunya kematian maternal


melalui siklus hidup dan neonatal

4) Meningkatkan status gizi balita

3 Meningkatkan pembudayaan masyarakat 5) Meningkatnya promosi


hidup sehat melalui pemberdayaan kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat pengarusutamaan kesehatan masyarakat

6) Meningkatnya advokasi
kesehatan dan aksi lintas sektor

4 Peningkatan pencegahan dan 7) Meningkatnya pencegahan dan


pengendalian penyakit dan pengelolaan pengendalian penyakit dengan
kedaruratan kesehatan masyarakat mengutamakan pendekatan faktor
risko

8) Meningkatnya pengelolaan
kedaruratan kesehatan masyarakat

Tujuan Strategis (TS)2

N Tujuan Strategi (TS) Sasaran Srtategi (SS)


O

1 Peningkatan sumber daya 9)Meningkatnya akses,kemandirian dan mutu


kesehatan kefarmasian dan alat kesehatan

10)meningkatnya pemenuhan SDM kesehatan


sesuai standar

11)meningkatnya pembiayaan kesehatan

2 Peningkatan tata kelola 12)meningkatnya sinergisme pusat dan daerah


pemerintahan yang baik
13)meningkatnya efektif pengelolaan penelitian
dan pengembangan kesehatan untuk
pengembilan keputusan

14)meningkatnya tata kelola pemerintahan yang


baik dan bersih

TUJUAN PRIOROTAS DANSTRATEGI

N Tujuan prioritas RPJM Strategi Implementasi


O

1 Peningkatan a)peningkatan pelayanan maternal dan neotal


KIA,KB,dan kesehatan berkesinambungan di fasilitas publik dan swasta
Reproduksi dengan mendorong seluruh persalinan di fasilitas
kesehatan,peningkatan cakupan dan kualitas
pelayanan antenatal dan neonatal,penyediaan
sarana prasarana dan farmasi,jaminan
ketersediaan darah setiap saat,dan pencatatan
kematian ibu di fasilitas pelayanan kesehatan

b)perluasan imunisasi dasar lengkap terutama


pada daerah dengan cakupan rendah dan
pengembangan imunisasi untuk menurunkan
kematian bayi;

c)peningkatan perilaku hygiene;

d)peningkatan gizi remaja putri dan ibu hamil;

e)peningkatan pengetahuan ibu dan keluarga


khususnya pengasuhan,tumbuh kembanganak dan
gizi;

f)perluasan akses dan kualitas pelayanan KB dan


kesehatan reproduksi sesuai krakteristik wilayah
dengan optimalisasi peran sektor swasta dan
pemerintah daerah melalui
advokasi,komunikasi,informasi,edukasi(KIE) dan
konseling tentang pengendalian penduduk KB dan
kesehatan reproduksi,peningkatan kompetensi
penyuluh keluarga berencana(PKB) dan petugas
lapangan keluarga berencana (PLKB) serta
kapasits tenaga lini lapangan serta penguatan
fasilitas kesehatan, jaringan dan jejaring fasilitas
kesehatan dalam pelayanan KB dan kesehatan
reproduksi serta usaha kesehatan bersumber daya
masyarakat;dan

g)peningkatan pengatahuan dan akses layanan


kesehatan reproduksi remaja secara lintas sentor
yang responsif gander.

2 Perbaikan Gizi a)percepatan penurunan sunting dengan


masyarakat peningkatan efektifitas interfansi spesifik
perluasan dan penajaman intervensi sensitif secara
terintegrasi;

b)peningkatan intervensi yang bersifat life saving


dengan di dukung data yang kuat (evidence based
policy) termasuk fortifikasi dan pemberian
multiple micronutrien;

c)penguatan advokasi, komunikasi sosial dan


perubahan perilaku hidup sehat terutama
mendorongpemenuhan giziseimbang berbasis
konsumsi pangan (food based approach);

d)penguatan sistem surveilans gizi;

e)peningkatan komitmen dan pendampingan bagi


daerah dalam intevensi perbaikan gizi dengan
strategi sesuai kondisi setempat; dan

f)respon cepat perbaikan gizi dalam kondisi


darurat

3 Pembudayaan germas Pengembangan kawasan sehat antara lain


kabupaten / kota sehat,pasar sehat, upaya
kesehatan sekolah(UKS)dan lingkungan kerja
sehat;

b)penyediaan ruang terbuka publik,transportasi


masal dan konektifitas dengan macu pada rencana
tata ruang untuk mendorong aktifitas fisik
mastarakat dan lingkungan sehat serta penurunan
polusi udara;

c)regulasi yang mendorong pemerintahpusat dan


daerah serta swasta untuk menerapkan
pembagunan berwawasan kesehatan dan
mendorong hidup sehat termasuk pengembagan
standar dan pedoman untuk sektor non
kesehatan,peningkatan cukai rokok,pelangaran
iklan rokok,dan penerapan cukaipada produk
pangan yang beresiko tinggi terhadap kesehatan
danpengaturan produk makanan dengan
kandungan gula,garam dan lemak;

d)promosi perubahan perilaki hidup sehat yang


inovatif dan pemberdayaan masyarakat termasuk
revitalisasi posyandu dan upaya kesehatan
bersumber daya masyarakat lainnya serta
pengerakan masyarakat madaniuntuk hidup
sehat;dan

e)peningkatan penyediaan pilihan pangan sehat


termasuk penerapan labelpangan dan perluasan
akses terhdap buah dan sayur.

N Tujuan Prioritas RPJMN Strategi Implementasi


O
4 Peningkatan a)pencegahan dan pengendalian faktor risiko
pengendalian penyakit penyakit termasuk perluasan cakupan deteksi
dini,pengembangan real timesurveilans dan
pengendalian fektor;

b)penguatan healt security terutama


peningkatan kepastian untuk
mencegah,deteksi,dan respon cepat terhadap
ancaman penyakit termasuk penguatan alert
systemkejadian luar biasa dan karantina
kesehatan;

c)penguatan tata laksana penanganan penyakit


san cedera;

d)penguatan sanitasi total berbasis masyarakat;

5 Penguatan sistem a)penguatan pelayanan kesehatan dasar dan


kesehatan dan rujukan yang di fokuskan pada peningkatan
pengawasan obat dan upaya kesehatan masyarakat sebagai elemen
makanan. pokok dari pelayanan kesehatan dasar;

b)penyempurnaan sistem akreditasi pelayanan


kesehatan pemerintah dan swasta yang
5.1. penguatan
digunakan sebagi acuan pemenuhan standar
pelayanankesehatan dasar
fasilitas pelayanan kesehatan;
dan rujukan
c)pengembagan dan pelaksanaan rencana induk
nasional penyedianan fasilitas pelayanan
kesehatan ;

d)pemanfaatan inovasi teknologidalam


pelayanan kesehatan meliputi peluasan sistem
rujukan online termasuk integritasi fasilitas
kesehatan swasta dalam sistem rujukan,sistem
rujukan khusus untuk daerah,dengan
karakteristik grafis tertentu (kepulauan
danpengunungan).

e)perluasam cakupan dan pengembagan jenis


layanan telemedicine,dikitalisasi rekam medis
dan rekam medis online;

f)perluasan layanan kesehatan bergerak(flying


healthcare)dan gugus pulau;

g)optimalisasi penguatan pelayanan kesehatan


dasar melalui pendekatan keluaga;

h)pengembagan dan peningkatan kualitas RS


khusus;dan

i)perbaikan pengelolaan limbah medis fasilitan


pelayanan kesehatan dan pengendalian bahan
berbahayadan beracun (B3);

N Tujuan Prioritas Strategi Implementasi


O RPJMN

5.2. Pemenuhan dan a)Afirmasi pemenuhan tenaga kesehatan strategis


peningkatan termasuk dengan pengebagan paket pelayanan
kompetensi tenaga kesehatan (tenaga kesehatan, farmasi danalat
kesehatan kesehatan);

b)afirmasi pendidikan(beasiswa dan tugas


belajar)tenaga kesehatan untuk di tempatkan di
daerah tertinggal,dan kepulauan (DPTK) dan
daerah kurangdiminati;

c)Afirmasi pendayagunaan dan mmekanisme re-


distribusi tenaga kesehatan yang di tempatkan di
fasilitas pelayanan kesehatan;

d)pengembangan mekanisme kerjasama tenaga


kesehatan melalui penugasan sementara dan
kontrak pelayanan

e)Perluasan pendidkan dan pelatihan tenaga


kesehatan fokus pada pelayanan kesehatandasar;

f)Pengembagan tenaga kesehatan untuk


penguatan pelayanan kesehatan dasar (seperti
tenaga promosi kesehatan,dokter keluarga
pelayanan primer,dan perawat komunitas;

g)penyesuaian program studi dan lembaga


pendidikan bidang kesehatan denganan
kebutuhan dan standar;

h)pemenuhan tega kesehatan sesuai standar dan


tenaga non-kesehatan termasuk tenaga sistem
informasi dan administrasi keuanagn untuk
mendukungtata kelola di fasilitas pelayanan
kesehatan

5.3. pemenuhan dan a) efisensi penyediaan obat dab faksin dengan


peningkatan daya saing mengutamakan kualitas produk;
sediaan formal dan alat
b)penguatan sistem logistik farmasi real time
kesehatan
berbasis elektronik;

c)peningkatan promosi dan pengawasan


pengunaan obat rasional;

d)pengembangan obat,produk biologi,reagen,dan


vaksin bersifat sertivikat halal yang di dukung
oleh penelitiandengan pengembagan life
sciences;

e)pengembangan produksidan sertifikasi alat


kesehatanuntuk mendorong kemendirian produksi
dalam negeri;

N Tujuan Prioritas RPJMN Strategi Implementasi


O

5.4. Peningkatan efektivitas a)perluasan cakupan dan kualitas


pengawasan obat danmakanan pengawasan pre dan post market obat
dan pangan berisiko yang di dukung oleh
peningkatan kompetensi SDM
pengawas;

b)pemenuhan sarana prasarana


laboraturium,peningkatan riset;

c)percepatan dan perluasan proses


layanan publik termasuk registrasi;

d)perluasan pemanfaatan teknologi


informasi dalam pengawasan obat dan
makanan;

e)peningkatan kepatuhan dan


kemendirian pelaku uasa dalam
penerapan sistemmenejemen mutudan
pengawasan produk;

f) Peningkatan peran serta masyarakat


dalam pengawasan;
g) prluasan penyidikan dan penindakan
terhadap pelangaran ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang obat dan
makanan;

5.5.penguatan tata a) pengembangan kebijakan untuk


kelola,pembiayaan,penelitiandan penguatan kapasitas pemerintah profinsi
pengembangan kesehatan dan kabupaten/kota;pendampingan

b)perbaikan kata kelola kepada daerah


yang meiliki masalah kesehatan untuk
pencapaian target nasional dan
mendorong pemenuhan SPM kesehatan;

c) integrasi,singkronisasi dan
simplifikasi sistem informasi kesehatan
pusat dan daerah termasukpenerapan
sistem sigle entry;

d) penguatan data dan rutin;

e) inovasi dan pemanfaatan teknologi


digital untuk pengumpulan data,media
promosi,komunikasi,dan edukasi
kesehatan termasuk big data;

f) peningkatan pemanfaatan anggaran


untuk penguatan promotif dan preventik
berbasis bukti;

g) pengembangan sumber pembiayaan


baru seperti penerapan aermark cukai
dan pajak,kerjasama pemerintah dan
swasta;
h) peningkatan kapasitas dan
kemendirian pembiayaan fasilitas
kesehatan memiliki pemerintah;dan

i) penguatan penelitian dan


pengembangan untuk efektivitas inovasi
intervensi,dan evaluasi sistem kesehatan
untuk mendukung pencapaian prioritas
nasional;

D. Nilai – nilai
1. Pro rakyat
Dalam menyelenggrakan pembangunan kesehatan, kementerian selalu
mendahulukan kepentingan rakyat dan harus menghasilkan yang
terbaik untuk rakyat. Diperoleh derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya bagi setiap orang adalah salah satu hak asasi manusia tanpa
membedakan suku, golongan, ras agama dan status sosial ekonomi .
2. Inklusif
Semua program pembangunan kesehatan harus melibatkan semua
pihak, karena pembangunan kesehatan tidak hanya melibatkan menteri
kesehatan saja. Dengan demikian, seluruh komponen masyarakat
harus berpartisipasi aktif, yang meliputi lintas sektor, organisasi
profesi, organisasi masyarakat, masyarakat madani, dan masyarakat
akar rumput .
3. Responsif
Dengan kesehatan harus sesuai dengan kebutuhan dan keinginan rakyat
,serta tanggap dalam mengatasi permasalahan didaerah, situasi kondisi
setempat, sosial budaya dan kondisi geografis.
4. Efektif
Program kesehatan harus mencapai hasil yang signifikan sesuai targeet
yang telah diterapkan dan bersifat efisien.
5. Bersih
Penyelenggaraan pembangunan kesehatanharus bebas dari korupsi,
kolusi dan nepotisme (KKN), transparan dan akuntabel

E. SDGs

Sustainable Development Goald – SDGs 2045 merupakan sebuah peogram


pembangunan dunia yang mana memiliki tujuan untuk mensejahterakan
masyarakat dunia dan melestarikan alam dengan terdapat 17 faktor utama
sebagaimana tercapainya 169 target dan 241 indikator yang telah di tentukan
dalam waktu yang telah di sepakati. SDGs 2045 erat kaitannya dengan
pembangunan berkelanjutan, MDGs (Milennium Development goals 2030),dan
CSR (Corporate Social Responsibility).

Secara garis besar SDGs 2045 berjalan dengan memperhatikan aspek penting
yang di lewati sebenarnya yang dilewati sebelumnya yakni MDGs 2030 di mana
di harapkan kaum millenial maupun berperan banyak dalam memajukan
perekonomian dunia dengan tetap mempertahankan aspek penting termasuk alam
dan mengunakan sumber daya yang ada secara maksimal yakni technology agar
tidak tertinggaal jauh dengan negara yang suda lebih maju.

Berikut ini adalah17 tujuan SDGs

 No Poverty (tanpa kemiskinan)


 Zero hunger (tanpa kelaparan)
 Good health and well-being (hidup sehat dan sejahtra)
 Quality Educasion (pendidikan berkualitas)
 Gender Equality (kesetaraan gender)
 CleanWater and Sanitation (Air dan sinitasi bersih)
 Affordable and Clean Energi (Energi bersih dan terjangkau
 Decent Work and economic Growth (pekerjaan layak dan pertumbuhan
ekonomi)
 Indutri,Innovation and Infrastruktu (industri,inovasi,dan infastruktur)
 Reduced Inequalities (berkurangnya kesenjangan)
 Sustainable Cities and Comunities ( kota dan komunitas berkelanjutan)
 Responsible Consuption and production (konsumsi dan produktif yang
bertanggung jawab
 Climate Action (penenganan perubahan iklim)
 Life Belew Water (Ekosistem laut)
 Life on Land (Ekosistem darat)
 Peace,Justice and Strong Instutions (perdamaian,keadilan,dan institusi kuat)
 Parternships for The Goals (kemitraan untuk mencapai tujuan)

Sektor kesehatan pada SDGs terdapat 4 Goals,8 target,dan 31 indikator.Goals


kesehatan adalah zero hunger(nomor 2),good healt and well-being (3),gender
equality (5),dan clean water and sanitation (6)
SDGs merupakan kesepakatan 193 negara anggota Perserikatan Bangsa-
Bangsa yang ditetapkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat global
termaksud Indonesia.
SDGs ditetapkan tanggal 21 Oktober 2015 di Kota New York .
 Perpres No. 59 Tahun 2017 “ Pelaksanaan Pencapaian Tujuan
Pencapaian Pembangunan Berkelanjutan “
 Pondasi Utama SDGs (SP)
1. Manusia
2. Planet
3. Kesejateraan
4. Permadaian
5. Kemitraan
 Prinsip Pelaksanaa TBP/SDGs
1. Universal : Dilaksanakan oleh dunia yang transformatif,
berpusat pada manusia, komprehensif dan berjangka
panjang.
2. Integration : Dilaksanakan secara terintegrasi pada semua
dimensi soial, ekonomi dan lingkungan (saling terkait )
3. No one lefft Behind : Dilaksanakan dengan melibatkan
semua pemangku kepentingan serta memberi manfaat bagi
semua yang rentan.
 Pilar-pilar TPB/SDGs
1. Pilar Pembangunan Sosial meliputi Tujuan : 1,2,3,4 dan 5
2. Pilar Pembangunan Ekonomi Meliputi Tujuan : 7,8,9,10
dan 17
3. Pilar Pembangunan Lingkungan Meliputi Tujuan :
6,11,12,13,14 dan 15
4. Pilar Pembangunan Hukum Dan Tata Kelola Meliputi
Tujuan : 16
 Tujuan SDGs yang berkaitan dengan Kesehatan 2,3,5 dan 6
1. Mengakhiri Kelaparan (SDGs ke 2 )
a. Mengakhiri kelaparan , mencapai ketahanan pangan dan
mingkatkan gizi serta mendorong pertanian yang
berkelanjutan.
b. Pada tahun 2030 mengakhiri kelaparan dan menjamin
akses pangan yang aman, bergizi dan mencukupi bagi
semua orang kushusnya rentan termaksud bayi,
disepanjang tahun
c. Pada tahun2030, mengakhiri kelaparan segala bentuk
malnutrisi , termaksud mencapai target intenasional
2025 untuk penurunan stunting dan wasting pada balita
dan mengatasi kebutuhan gizi remaja perempuan,
wanita hamil dan menyusui serta lansia.
2. Kesehatan Yang Baik (SDGs ke 3 )
Menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong
kesejahteraan bagi semua orang disegala usia, yaitu pada
2030 :
a. Mengurangi AKI hingga dibawah 70 per 100.000 KH
b. Megakhiri kematian bayi dan balita yang dpat dicegah,
dengan menurunkan angka kamatian Neonatal hingga
12 per 1.000 KH dn angka kematian balita 25 per 1.000
per KH.
c. Mengakhiri epidemi AIDS, Tuberkulosis, malaria dan
penyakit tropis yang terabaikan, serta memerangi
hepatitis, penyakit bersumber dari air dan penyakit
menular lainnya.
d. Mengurangi 1/3 kematian prematur akibat penyakit
tidak menular melalui pencegahan dan perawatan serta
mendorong kesehatandan kesejahteraan mental.
e. Memperkuat pencegahan dan perawatan
penyalahgunaan zat, termaksud penyalahgunaan
narkotika dan alkohol yang membahayakan .
f. Mengurangi setengah jumlah global kematian dan
cidera akibat kecelakaan lalu lintas
g. Menjamin akses semesta kepada pelayanan kesehatan
seksual dan reproduksi
h. Mencapai universal health coverage, termaksdu
perlindungan resiko keuangan, akses kepada pelayanan
kesehatan dasar berkualitas dan akses kepada obat-
obatan dan vaksin dasar yang aman efektif dan
berkualitas bagi semua
i. Mengurangi secara substansial kematian dan kesakitan
akibat senyawa berbahaya serta kontaminasi dan
polusi,udara, air dan tanah.
3. Kesetaraan jender
Menjamin kesetaraan jender serta memberdayakan seluruh
wanita dan perempuan.
a. Sunat perempuan ( female genital mutilation )
b. Akses kepada pelayanan kesehatan reproduksi, termaksud
KB
c. Pendidikan dan informasi kesehatan dan reproduksi pada
wanita dan remaja.
4. Sanitasi dan air bersih
Menjamin ketersediaan air serta sanitasi yang berkelanjutan
bagi semua orang
a. Akses kepada air bersih
b. Akses sanitasi dasar lengkap.

 Perhatian lama dan baru pada SDGs


2. Perhatian lama :
a. Penurunan AKI, AKB, AKR
b. HIV/AIDS, TB, Malaria
c. Akses Kesehatan Reproduksi ( termaksud KB, ASFR )
3. Perharian Baru
a. Kematian akibat PTM
b. Penyalahgunaan narkotika dan alkohol
c. Kecelakaan lalu lintas
d. Universal Health Coverage
e. Kontaminasi dan polusi air, udara, tanah
f. Penanganan krisi dan kegawatdaruratan.

E. SJSN (SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL)


F. FARMASI DAN OBAT-OBATAN
1. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan
tersebut yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan
pengalaman.
2. Jamu adalah obat tradisional Indonesia
3. Obat herbal berstandar adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan
keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan bakunya telah
distandarisasi
4. Fifofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan
khasiatnya secara alamiah dengan uji klinik bahan bakunya dan produk jadinya telah
distandarisasi .

Ket :
Logo Tiga Serangkai adalah Logo obat Herbal Terstandar
Logo enam serangkai adalah logo Fifofarmaka
Logo Tangkai daun adalah Logo Jamu
Logo merah Huruf K adalah Obat keras dan Psikotropika
Logo tanda silang adalah logo Narkotika
Logo hijau adalah oabt bebas
Logo biru adalah bebas terbatas

5. Izin edar Obat Tradisiona


Berdasarakan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 007 Tahun 2012 langkah
yang harus dilakukan untuk memperoleh izin obat edar tradisional adalah
melakukan registrasi. Untuk obat tradisional prodak dalan negeri, registrasi hanya
dapat dilakukan oleh Industri Obat Tradisional (IOT ), Usaha Kecil Obat
Tradisional ( UKOT) dan Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT). izin edar obat
tradisional berlaku selama 5 tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi
persyaratan.
Izin edar Obat Tradisional tidak berlaku terhadap
a. Obat tradisional yang dibuat olah usaha jamu racikan dan usaha jamu gendong .
b. Simpilisia dan sediaan galenik untuk keperluan industri dan keperluan layanan
pengobatan tradisional
c. Obat tradisional yang digunakan untuk penelitian , sampel untuk registrasi dan
pameran dalam jumlah terbatas dan tidak diperjual belikan .

6. Syarat - yang harus dipenuhi untuk mendapatknan izin edar obat tradisional
adalah
a. Bahan yang digunakan memenuhi persyaratan kemanan dan mutu
b. Pembuatannya berdasarkan CPOTB atau Cara Pembuatan Obat Tradisional yang
Baik
c. Harus memenuhi persyaratan Farmakope Herbal Indonesia dan persyaratan lain.
d. Obat ini memang berkhasiat , khususnya secara empiris, turun-temurun dan secara
ilmiah
e. Penandaan berisi informasi yang objektif , lengkap dan tidak menyesatkan .

7. Obat tradisional yang diedarkan tersebut tidak boleh mengandung


a. Etil alkohon dengan ukuran tidak lebih dari 1%, kecuali digunakan dalam bentuk
pengenceran
b. Bahan kimia obat dari hasil isolasi dan sintetik yang berkhasiat obat
c. Narkotika dan psikotropika
d. Bahan lain yang dianggap membahayakan kesehatan.

8. Obat tradisional tidak boleh dibaut dalalm bentuk sediaan


a. Intravaginal
b. Tetes mata
c. Parenteral
d. Supositorial, kecuali digunakan untuk wasir.

9. Macam-macam Rute Pemberian Obat


a. Oral = Diminum
b. Intravena = diberikan melalui suntikan ke pembuluh darah
c. Intramuskular = Diberikan melalui suntikan kedalam otot
d. Intratekal = Suntika Kedalam ruang disekitar sumsum tulang belakang
e. Subkutan = Suntikan Dibawah Kulit
f. Sublingual = Ditempatkan Dibawah lidah
g. Bukal = Diletakkan antara gusi dan pipi
h. Dubur = Dimasukkan kedalam Rektum
i. Vagina = pervagi
j. Okular = Dimata
k. Otik = telinga
l. Nasal = Disemprotkan kehidung dan diseram melalui membran hidung
m. Inhalasi = terhirup masuk melalui paru-paru, biasanya melalui mulut
n. Topikal = Dikulit
o. Sistemik = Seluruh Tubuh

10. Delapan Benar Pemberian Obat


a. Benar Pasien
b. Benar Obat
c. Benar Dosis
d. Benar Waktu
e. Benar Rute
f. Benar Informasi
g. Benar Respon
h. Benar Dokumentasi

11. Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan OTT ( UU No. 35 Tahun 2009)

a. Narkotika adalah suatau zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman , baik sintesis mauapun semisintesis, yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri, mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

Narkotika hanya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan


dan / atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

 Narkotika golongan 1 = dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan


kesehatan, dalam jumlah terbatas, dapat digunakan untuk kepentingan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan untuk regensia diagnostik
serta regensia laboraturium.

 Narkotika golongan II dan III = untuk kepentingan pengobatan dan


berdasarkan indikasi media, dokter dapat memberikan narkotika golongan II dan
golongan III dalam jumlah yang terbatas dan sediaan tertentu kepada pasien
sesuai dengan peraturan undang-undang.

Contoh dari golongan Narkotika


a. Golongan I
 Papaver somniferum
 Opium mentah/masak
 Tanaman koka - kokaina
 Tanaman ganja
 Amfetamina
 Metamfetamina
b. Golongan II
 Fentanil
 Hidromorfon
 Morfin
 Petidin
 Sufentanil
 Oksikodon

c. Golongan III
 Kodein
 Hidrokedeina
 Buprenorfina

PERMENKES NO.20 Tahun 2018 “ perubahan Penggolongan Narkotika “

b. Psikotropika (UU No. 5 Tahun 1997) adalah zat atau obat baik alamiah maupun
sintesis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
prilaku. ( Psikotropika hanya dapat digunakan untuk keoentingan pelayanan
kesehataan dan atau ilmu pengetahuan )

 Psikotropika golongan I adalah hanya dapat digunakan untukn ilmu pengetahuan


 Psikotropika golongan II adalah berkhasiat pengobatan dan dapar digunakan
dalam terapi atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat
mengakibatkan sidroma ketergantungan
 Psikotropika golongan III adalah Berkhasiat pengobataan dan banyak digunakan
dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengatahuan serta mempunyai potensi
sedang mengakibatkan sidroma ketergantungan
 Psikotropika golongan IV adalah berkhasiat pengobatan dan sangat luar dengan
digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi ringan mengakibatkan sidroma ketergantungan.

Contoh golongan Psikotropik


a. Golongan I
 Brolamfetamina
 Etisiklidina
 Etriptamina
 Katinona
 Mekatinona

b. Golongan II
 Amineptina
 Metilfenidat
 Sekobarbital

c. Golongan III
 Amobarbital
 Pentobarbital
 Flunitrasefam

d. Golongan IV
 Alprazolam
 Diazepam
 Fenobarbital
 Klobazam
 Flurasepam
 Zolpidem

PERMENKES NO. Tahun 2017 “ perubahan penggolongan Psikotropika “

c. Prekursor (PP No. 44 tahun 2010 tentang Prekursoor ) adalah zat atau bahan
pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan dalam pembuatan narkotika dan
psikotropika

 Prekursos tabel I
 Acetic anhydride
 N-Acetyanthranilic acid
 Ephedrine
 Ergometrine
 Ergotamine
 Isosafrole
 Lysergic acid
 3,4- Methylenedioxyphenyl-2propanone
 Norephedrine
 Piperonal
 Potassium permanganat
 Safrole

 Prekursor tabel II
 Acetone
 Anthranilic acid
 Ethyl ether
 Hydrochloric acid
 Methyl ethyl ketone
 Phenylacetic acid
 Piperidine
 Sulphuric acid
 Toluene

PERMENKES NO. 3 TAHUN 2015 “ peredaran, penyimpanan , pemusnahan


dan pelaporan Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi “

d. Obat-obat tertentu (OOT) diatur dalam perka BPOM No. 28 tahun 2018 tantang
pedoman pengelolahan obat-obatan tertentu yang disalahgunakan adalah obat -obat
yang bekerja disistem susunan saraf pusat selain narkotika dan psikotropika yang
pada penggunaan diatas dosis tetapi dapat menyebabkan ketergantungan dan
perubahan khas pada aktivitas mental dan prilaku.
Contoh dari OOT adalah :
1. Tramadol
2. Triheksipenidil
3. Klorpromazim
4. Amitriptilin
5. Haloperidol
6. Dektrometorfan.

11. Unsur-unsur Vitamin

a. Vitamin B1 (Thiamine )
Berfungsi membantu sel tubuh menghasilkan energi, kesehatan jantung, serta
metabolisme karbohidrat

b. Vitamin B2 (Riboflavin)
Berfungsi melindungi tubuh dari penyakit kanker, mencegah migrain, serta
katarakk

c. Vitamin B3(Niacin )
Bermanfaat untuk melepaskan energi dari zat-zat nutrien, membantu
menurunkan kadar bagi aktivitas kelenjar adrenal,terutama dalam proses
pembentukkan hormon

d. Vitamin B5 (Asam Panthothenate)


Membantu sistem safar dan metabolisme, mengurangi alergi, kelelahan,
migrain. Penting bagi aktivitas kelenjar adrenal, terutama dalam proses
pembentukkan hormon.

e. Vitamin B6 (pyridoxine)
Membantu produksi sel darah merah dan meringankan gejala hipertensi (darah
tinggi, asma serta PMS.

f. Vitamin 7 (Biotin)
Bermanfaat dalam pelepasan energi dari karbohidrat, pembentukkan kuku,
serta rambut

g. Vitamin B9 (asam Folic)


Membantu perkembangan janin, pengobatan anemia, dan pembentukkan
hemoglobin.

h. Vitamin B12 (cobalamine)


Membantu merawat sistem saraf dan pembentukkan sel darah merah .

G. IMUNISASI DAN VAKSIN (PERMENKES NO. 12 Tahun 2012 )

1. Imunuisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan


seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpajan
dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.
2. Imunisasi terbagi menjadi dua yaitu
a. Imunisasi Program adalah imunisasi yang diwajibkan kepada setiap seseorang
sebagai bagian dari masyarakat dalam rangka melindungi yang bersangkutan dan
masyarakat sekitarnya dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Imunisasi
program terdiri dari
 Imunisasi rutin adalah imunisasi yang dilaksanakan secara terus-menrus dan
berkesinambungan. Imunisasi rutin dibagi menjadi 2 yaitu :
 Imunisasi Dasar untuk mencegah penyakit
a. Hepatitis B;
b. Poliomyelitis;
c. Tuberkulosis (BCG);
d. Difteri;
e. Pertusis;
f. Tetanus;
g. Pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh Hemophilus
Influenza tipe b (Hib); dan
h. Campak.

Interval Minimal Untuk


Umur Jenis Jenis Imunisasi Yang
Sama
0 – 24 jam Hepatitis B

1 bulan BCG (TBC), Polio 1 (lumpuh


layu)

2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2

3 bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3 1 bulan

4 bulan DPT-HB-Hib 3, Polio 4, IPV

9 bulan Campak

Catatan:

 Pemberian Hepatitis B paling optimal diberikan pada bayi < 24 jam pasca
persalinan, dengan didahului suntikan vitamin K1 2-3 jam sebelumnya, khusus
daerah dengan akses sulit, pemberian Hepatitis B masih diperkenankan sampai <
7 hari.
 Bayi lahir di Institusi RS, Klinik, dan Bidan Praktik Swasta, Imunisasi BCG dan
Polio 1 diberikan sebelum dipulangkan.
 Pemberian BCG optimal diberikan sampai usia 2 bulan, dapat diberikan sampai
usia < 1 tahun tanpa perlu melakukan tes mantoux.
Bayi yang telah mendapatkan Imunisasi dasar DPT-HB-Hib 1, DPT-HB-Hib 2, DPT-
HB-Hib 3 dengan jadwal dan interval sebagaimana Tabel 1, maka dinyatakan
mempunyai status Imunisasi T2
 Imunisasi lanjutan
Imunisasi ulangan dasar untuk mempertahankan tingkat kekebalan dan untuk
memperpanjang masa perlindungan anak yang sudah mendapatkan imunisasi
dasar .

Tabel 2. Jadwal Imunisasi lanjutan pada Anak Bawah Dua Tahun

Umur Jenis Imunisasi Interval Minimal Setelah


Imunisasi Dasar

DPT-HB-Hib 12 bulan dari DPT-HB-Hib 3

18 bulan
Campak 6 bulan dari Campak dosis
pertama

Catatan:

 Pemberian Imunisasi lanjutan pada baduta DPT-HB-Hib dan Campak dapat


diberikan dalam rentang usia 18 – 24 bulan.
 Baduta yang telah lengkap Imunisasi dasar dan mendapatkan Imunisasi lanjutan
DPT-HB-Hib dinyatakan mempunyai status Imunisasi T3.

Tabel 3. Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Anak Usia Sekolah Dasar

Umur Imunisasi Waktu Pelaksanaan

Campak Agustus
Kelas 1 SD
DT November

Kelas 2 SD Td November

Kelas 5 SD Td November

Catatan:

 Anak usia sekolah dasar yang telah lengkap Imunisasi dasar dan Imunisasi
lanjutan DPT-HB-Hib serta mendapatkan Imunisasi DT dan Td dinyatakan
mempunyai status Imunisasi T5.

Tabel 4. Imunisasi Lanjutan pada Wanita Usia Subur (WUS)

Status Interval Minimal Pemberian Masa Perlindungan


Imunisasi
T1 - -

T2 4 minggu setelah T1 3 tahun

T3 6 bulan setelah T2 5 tahun

T4 1 tahun setelah T3 10 tahun

T5 1 tahun setlah T4 > 25 tahun

Catatan:

 Sebelum Imunisasi, dilakukan penentuan status Imunisasi T (screening) terlebih


dahulu, terutama pada saat pelayanan antenatal.
 Pemberian Imunisasi Td tidak perlu diberikan, apabila status T sudah mencapai
T5, yang harus dibuktikan dengan buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), kohort
dan/atau rekam medis.

 Imunisasi tambahan : Backing fighting, crash program, PIN dll

 Imunisasi khusus : meningococus, demam kuning, rabies, umroh

b. Imunisasi pilihan adalah imunisasi lain yang tidak termaksud dalam imunisasi
program namun dapat diberikan pada bayi, anak, dan dewasa sesuai dengan
kebutuhannya.
a. Pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh pneumokokus;
b. Diare yang disebabkan oleh rotavirus;
c. Influenza;
d. Cacar air (varisela);
e. Gondongan (mumps);
f. Campak jerman (rubela);
g. Demam tifoid;
h. Hepatitis A;
i. Kanker leher rahim yang disebabkan oleh Human Papillomavirus;
j. Japanese Enchephalitis;
k. Herpes zoster;
l. Hepatitis B pada dewasa; dan Demam berdarah (DBD)

Ukuran ADS dan Penggunaan

No Ukuran ADS Penggunaan


.

1 0,05 ml Pemberian Imunisasi BCG

2 0,5 ml Pemberian Imunisasi DPT-HB-Hib, Campak, DT,


Td, dan IPV

3 5 ml Untuk melarutkan vaksin BCG dan Campak

Masa Pemakaian Vaksin Sisa

Jenis Vaksin Masa Pemakaian Keterangan

Polio 2 Minggu

IPV 4 Minggu

Cantumkan tanggal pertama


DT 4 Minggu
kali vaksin digunakan

Td 4 Minggu

DPT-HB-Hib 4 Minggu

BCG 3 Jam
Cantumkan waktu vaksin
dilarutkan
Campak 6 Jam
3. Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme yang
sudah mati atau masih hidup yang dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, atau
berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid atau protein
rekombinan, yang ditambahkan dengan zat lainnya, yang bila diberikan kepada
seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit
tertentu.
Suhu penyimpanan Vaksin

PROVINSI KAB/KOTA PKM/PUSTU Bides /UPK


VAKSIN
MASA SIMPAN VAKSIN

2BLN+1BLN 1BLN+1BLN 1BLN+1MG 1BLN+1MG

POLIO -15oC s.d -25oC

DPT-HB-
Hib

DT  2oC s.d 8oC

BCG

CAMPAK

Td

IPV

Hepatitis B  Suhu
H. ruangan

BKKBN- KELUARGA BERENCANA

1. Visi BKKBN
 Menjadi lembaga yang handal dan dipercaya dalam mewujudkan
penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas

2. Misi BKKBN
 Mangarus-utamakan pembangunan berwawasan Kependudukan
 Menyelenggarakan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi
 Memfasilitasi Pembangunan Keluarga
 Mengembangkan jejaring kemitraan dalam pengelolahan
Kependudukan, keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga.
 Membangun dan menerapkan budaya kerja organisasi secara
konsisten.

3. Nilai BKKBN

 Cerdas adalah perilaku untuk mampu bertindak optimal secara


efektif dan efisien dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang
dihadapi.
 Tangguh adalah perilaku memiliki semangat pantang menyerah
untuk mencapai tujuan.
 Kerjasama adalah perilaku untuk membangun jejaring dengan
prinsip kesetaraan dan saling menguntungkaan , percaya, sinergis,
serta menghargai melalui komunikasi yang kondusif untuk
mencapai tujuan bersama .
 Integrasi adalah perilaku jujur, terbuka dan konsisten antara pikiran
dan perbuatan.
 Iklas adalah perilaku dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab
dengan tulus dan sungguh-sungguh.

4. Tujuan Program KB Nasional

a. Peegertian KB adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak usia ideal melahirkan,
mengatur kehamilan melalui promosi perlindungan dan bantua sesuai dengan hak
reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.
b. Tujuan Umum
 Meningkatkan kesejahteraan Ibu, anak dalam rangka mewujudkan
NKKBS (Normal Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi
terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan
kelahiran menjamin terkendalinya pertambahan penduduk.
c. Tujuan Khuhus
 Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat
kontrasepsi.
 Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi.
 Meningkatkan kesehatan keluarga berencana dengan cara
penjarangan kelahiran.

5. Sasaran Program KB
Sasaran program KB tertuang dalam RPJMN meliputi :
 Menurunnya laju pertumbuhan penduduk (LPP)
 Menurunnya angka kelahiran total (TFR) per WUS (15-49 tahun )
 Meningkatnya pemakaian kontrasepsi (CPR)
 Menurunnya kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi (unmet need )
 Menurunnya angka kelahiran pada remaja usia 15-19 tahun (ASFR
15-19 tahun )
 Menurunnya kehamilan yang tidak diinginkan dari WUS (15-19
tahun )

6. Jenis-jenis akseptor KB
a. Kontrasepsi jangka Pendek

 Kondom adalah sarung karet untuk mencegah kehamilan dan penyakit


menular sensual
 Pil KB adalah tablet yang mengandung hormon esterogen dan
progesteron atau hanya progesteron saja
 Suntik KB adalah kontrasepsi hormone, KB suntik 1 bulan (esterogen +
progesteron ) dan KB untuk 3 bulan (progestine)
b. Kontrasepsi Jangka Panjang
 Alat kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR ) = IUD (Intra Uterine Devices)
Karangka plastik , terbentuk huruf T, Lama Pemakaian 5-10 Tahun. Menetap
kuat dan tidak berkarat dalam rahim
 Alat Kontarasepsi Bawah Kulit (AKBK) = Implan
Berbentuk batang kecil, plastik, dipasang dibawah lapisan kulit lengan atas
bagian samping dalam, berisi hormone progesteron.
 Tubektomi (pada Perempuan)
Operasi pengikatan atau pemotongan saluran telur wanita. Untuk wanita yang
tidak menginginkan anak lagi.
 Vasektomi ( Pada Laki-laki)
Operasi kecil dengan cara memotong saluran sperma yang bertujuaqn untuk
menghalangi aliran sperma.

7. Istilah penting dalam KB

 Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan yang istrinya berumur 15-
19 tahun
 Pesertaan aktif KB adalah akseptor yang pada saat ini sedang memakai
alat dan obat kontrasepsi (alokon ) untuk menjarangkan kehamilan atau
mengakhiri kesuburan dan masih terlindung oleh kontrasepsi.
 Contraseptive prevalence Rate (CPR) adalah presentase cakupan peserta
KB aktif dibandingkan dengan jumlah PUS di suatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu.
 Total Fertility Rate /TFR (angka kelahiran total ) adalahrata-rata
banyaknya anak yang dilahirkan hidup oleh seorang wanita selama masa
reproduksi.
 Unmet need adalah pasangan usia subur yang tidak ingin punya ank lagi
atau yang ingin menjarangkan kelahiran, tetapi tidak menggunakan
kontrsepsi.

8. Pelayanan KB merupakan strategi untuk mendukung percepatan penurunan AKI


melalui :
 Mengatur waktu, jarak dan jumlah kehamilan
 Mencegah atau memperkecil kemungkinan seorang perempuan hamil
mengalami komplikasi yang membahayakan jiwa atau jenis selama
kehamilan, bersalinan dan nifas.
 Mencegah atau memperkecil terjadinya kematian pada seorang
perempuan yang mengalami komplikasi selama kehamilan, persalinan dan
nifas.

9. KB sangat Strategis untuk mencegah kehamilan


 Empat TERLALU
1. Terlalu Muda
2. Terlalu sering
3. Terlalu Tua
4. Terlalu Banyak

GIZI DAN PANGAN

A. KWASHIORKOR : kekurangan protein

Tanda & Gejala :


1. Rambut Kering, jarang dan rapuh, seperti rambut jagung
2. Ruam /Dermatitis
3. Mudah marah
4. Kelelahan dan mengantuk
5. Gangguan tumbuh kembang
6. Perut membesar
7. Infeksi terus menerus
8. Kuku pecah dan rapuh
9. Berubahnya pigmen kulit
10. Penurunan massa otot
11. Diare
12. BB dan TB tidak bertambah
13. Pada kasus berat dapat terjadi syok karena dehidrasi berat
B. MARASMUS : kekurangan energi atau kalori
Tanda & Gejala :
1. Kekurangan BB
2. Kehilangan banyak massa otot dan jaringan lemak
3. Pertumbuhan terhambat
4. Kulit kering dan rambut rapuh
5. Terlihat lebih tua dari usianya
6. Tidak bersemangat dan lesu
7. Wajah bulat seperti orang tua
8. Diare kronis
C. FORTIFIKASI MAKANAN
Adalah proses penambahan mikronutrien ( vitamin dan unsur renik essesnsial )
pada makanan
D. IMT ( INDEKS MASA TUBUH )
Adalah cara yang baik untuk menilai apakah BB seseorang sehat atau tidak.
Dengan menggunakan rumus dari BMI.

IMT= KG
TB2

KET :

- < 17,0 = BB Kurang tingkat berat ( sangat kurus )


- 17 - < 18,5 = BB Kurang tingkat ringan ( kurus )
- 18,5 - 25.0 = BB normal
- > 25.0 – 27.0= kelebihan BB tingkat ringan ( gemuk/overweigh )
- >27.0 = kelebihan BB tingkat berat ( obesitas )

E. BAHAN ADIKTIF
Adalah bahan yang dicampurkan ke makanan untuk mempengaruhi sifat &
bentuk pangan

Terdiri atas :
1. Zat Adiktif Pangan
2. Zat Adiktif non Pangan

1. zat Adiktif Pangan


terdiri dari:
a. antioksidan dan antioksidan sinergis
b. anti kempal
c. pengasam, penetral dan pendampar
d. enzim
e. pemanis buatan
f. pemutih dan pematang
g. penambah gizi
h. pengawet
i. pengemulsi, pemantap, dan pengental
j. pengeras
k. pewarna alami dan sintesis
l. penyedap rasa dan aroma
m. sekuestran
n. zat adiktif makanan lain

N BAHAN ADIKPTIF UNSUR YG PENYAKIT YANG


O PANGAN TERKAIT DITIMBULKAN BILA
PENGGUNAAN
BERLEBIHAN
1. Penyedap rasa (mengandung - Mecin - Kelainan Hati, Trauma,
MSG ) Stress, Demam Tinggi,
Migran, Asma,
Ketidakmampuan dalam
belajar, Depresi

2. - Pewarna
pewarna ( mengandung makanan
residu logam berat ), terdiri
atas :
- Meningkatkan Hiperaktif
a. Tantazin anak
b. Sanset yellow - Kerusakan hormone
c. Pouncequ 4R - Anemia
d. Carmoisine - Kanker hati dan alergi
e. Quinolone yellow - Hipertropy, hyperplasia,
3. carcinoma, kelenjar
Tyroid
Pengawet

A. Natamysin

- Mual muntah, tidak nafsu


B. Kalsium asetat
makan, diare
C. Nitrit & Nitrat
- Kerusakan pada fungsi ginjal
- Keracunan, sulit bernafas,
sakit kepala, anemia,
D. Kalsium Benzoate
radang ginjal & muntah
E. Sulfur Dioksida
- Asma
F. Kalsium & natrium
- Lambung, kanker, alergi
propianote
- Migren, kelelahan, sulit tidur
4. G. Natrium metasulfat
- Alergi kulit

Pemanis Buatan
a. Aspartam
- Kontraindikasi untuk
penderita kelemahan
mental dapat
menyebabkan Kerusakan
b. Sakarin
otak dan cacat mental

c. Dulsin - Tumor kandung kemih, paru,

d. Siklamat hati, dan limpa


- Dilarang oleh BPOM
- Sakit perut, diare, demam,
sakit kepala ( jangka
pendek )
- Kanker, gangguan saraf,
gangguan fungsi hati,
iritasi lambung, perubahan
fungsi sel ( jangka panjang
)

2. Zat Adiktif non pangan


Terdiri dari :
a. Boraks ( H3BO3 )
Mengakibatkan diare, muntah, pusing, kanker

b. Formalin
Senyawa formaldehida dapat merusak organ

c. Pewarna textil
Banyak residu logam berat contohnya : Brown FG, Orange G,
Methanil yellow dan Rhodamin B ( dilarang oleh KEMENKES )
Pewarna ini biasa terdapat pada kerupuk, sambal botol, dan sirup.
F.SUPLEMEN UNTUK IBU HAMIL
1.Asam Folat
Mencegah NTD ( Cacat pada system saraf bayi )

2.Vit. D & Kalsium


Pertumbuhan tulang dan gigi

3.Zat Besi
Ibu dan bayi tidak anemia

G.BPOM
a. Memiliki 5 system yaitu :
1.Standarisasi
2.Penilaian
3.Pengawasan
4.Pengujian leb
5.Penegakan hokum

b.Arah kebijakan
1.Penguatan system pengawasan obat
2.Peningkatan pembinaan dan bimbingan pada sector terkait
3.Peningkatan kerja sama, komunikasi, informasi, dan edukasi public
4.Penguatan kapasitas kelembagaan pengawasan obat dan makanan melalui
penataan struktur yang kaya dengan fungsi.

c. Syarat pengemasan
1.Tidak ada toksin
2.Biaya rendah
3.Harus cocok degan bahan yang dikemas
4.Kemudahan pembuangan kemasan bekas
5.Harus menjamin sanitasi dan syarat2 kesehatan
6.Kemudahan dan keamanan dalam mengeluarkan isi
7.Ukuran, berat, dan bentuk harus sesuai
8.Syarat2 khusus kemasan yang baik

H.PMK NO 41 TAHUN 2014 = PEDOMAN GIZI SEIMBANG


I. PERPRES NO 83 TAHUN 2017 =KEBIJAKAN STRATEGIS PANGAN
DAN GIZI
J. PORSI MAKAN SESUAI KEMENKES
1 Piring terdiri dari :
- ½ porsi berisi 2/3 sayuran dan 1/3 buah2han
- 1/3 lauk pauk
- 2/3 karbohidrat ( nasi )
K.12 JENIS VIT B
1.Vitamin B1 ( Tiamin )
2.Vitamin B2 ( Riboflafin )
3.Vitamin B3 ( Niasin)
4.Vitamin B4 ( Kolin )
5.Vitamin B5 ( Asam Pantotenat )
6.Vitamin B6 ( Piridoksin )
7.Vitamin B7 ( Biotin )
8.Vitamin B8 ( Inosital)
9.Vitamin B9 ( Asam Folat )
10.Vitamin B10 ( Paba )
11.Vitamin B11 ( Asam Salisilat )
12.Vitamin B12 ( Kobalamin )

PROMKES

A. PENGERTIAN

promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat


melalui pembelajaran dar oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka
dapat menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber
daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung kebijakan
publik yang berwawasan kesehatan.

B. SASARAN & TARGET PROMOSI KESEHATAN

Dalam pelaksanaan promosi kesehatan dikenal adanya 3 (tiga) jenis sasaran,


yaitu ;
(1) sasaran primer,
(2) sasaran sekunder dan
(3) sasaran tersier.

Sasaran Primer
Sasaran primer (utama) upaya promosi kesehatan sesungguhnya adalah pasien,
individu sehat dan keluarga (rumah tangga) sebagai komponen dari
masyarakat. Mereka ini diharapkan mengubah perilaku hidup mereka yang
tidak bersih dan tidak sehat menjadi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Sumber daya dan atau sarana yang diperlukan bagi terciptanya PHBS, yang
dapat diupayakan atau dibantu penyediaannya oleh mereka yang bertanggung
jawab dan berkepentingan (stakeholders), khususnya perangkat pemerintahan
dan dunia usaha.

Sasaran Sekunder

Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik pemuka informal


(misalnya pemuka adat, pemuka agama dan lain-lain) maupun pemuka formal
(misalnya petugas kesehatan, pejabat pemerintahan dan lain-lain), organisasi
kemasyarakatan dan media massa. Mereka diharapkan dapat turut serta dalam
upaya meningkatkan PHBS pasien, individu sehat dan keluarga (rumah
tangga) dengan cara: Berperan sebagai panutan dalam mempraktikkan PHBS.
Turut menyebarluaskan informasi tentang PHBS dan menciptakan suasana
yang kondusif bagi PHBS. Berperan sebagai kelompok penekan (pressure
group) guna mempercepat terbentuknya PHBS.

Sasaran Tersier

Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang berupa peraturan
perundang-undangan di bidang kesehatan dan bidang-bidang lain yang
berkaitan serta mereka yang dapat memfasilitasi atau menyediakan sumber
daya. Mereka diharapkan turut serta dalam upaya meningkatkan PHBS pasien,
individu sehat dan keluarga (rumah tangga) dengan cara:
1. Memberlakukan kebijakan/peraturan perundang-undangan yang tidak
merugikan kesehatan masyarakat dan bahkan mendukung terciptanya
PHBS dan kesehatan masyarakat.
2. Membantu menyediakan sumber daya (dana, sarana dan lain-lain) yang
dapat mempercepat terciptanya PHBS di kalangan pasien, individu sehat
dan keluarga (rumah tangga) pada khususnya serta masyarakat luas pada
umumnya.
C. STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

Menyadari rumitnya hakikat dari perilaku, maka perlu dilaksanakan strategi


promosi kesehatan paripurna yang terdiri dari
(1) pemberdayaan,
(2) bina suasana
(3) advokasi
(4) kemitraan.

1. Pemberdayaan
adalah pemberian informasi dan pendampingan dalam mencegah dan
menanggulangi masalah kesehatan, guna membantu individu, keluarga
atau kelompok-kelompok masyarakat menjalani tahap-tahap tahu, mau dan
mampu mempraktikkan PHBS.
Dalam upaya promosi kesehatan, pemberdayaan masyarakat merupakan
bagian yang sangat penting dan bahkan dapat dikatakan sebagai ujung
tombak. Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi kepada
individu, keluarga atau kelompok (klien) secara terus-menerus dan
berkesinambungan mengikuti perkembangan klien, serta proses membantu
klien, agar klien tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar
(aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude) dan dari mau
menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek
practice). Oleh sebab itu, sesuai dengan sasaran (klien)nya dapat
dibedakan adanya ;
a. pemberdayaan individu,
b. pemberdayaan keluarga dan
c. pemberdayaan kelompok/masyarakat.

2. Bina suasana
Bina Suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang
mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku
yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan
sesuatu apabila lingkungan sosial di mana pun ia berada (keluarga di
rumah, organisasi siswa/mahasiswa, serikat pekerja/ karyawan, orang-
orang yang menjadi panutan/idola, kelompok arisan, majelis agama dan
lain-lain, dan bahkan masyarakat umum) menyetujui atau mendukung
perilaku tersebut. Oleh karena itu, untuk memperkuat proses
pemberdayaan, khususnya dalam upaya meningkatkan para individu dari
fase tahu ke fase mau, perlu dilakukan bina suasana.
Terdapat tiga kategori proses bina suasana, yaitu
(a) bina suasana individu,
(b) bina suasana kelompok dan
(c) bina suasana publik.
3. advokasi
Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk
mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait
(stakeholders). Pihak-pihak yang terkait ini berupa tokoh-tokoh
masyarakat (formal dan informal) yang umumnya berperan sebagai
narasumber (opinion leader), atau penentu kebijakan (norma) atau
penyandang dana. Juga berupa kelompok-kelompok dalam masyarakat dan
media massa yang dapat berperan dalam menciptakan suasana kondusif,
opini publik dan dorongan (pressure) bagi terciptanya PHBS masyarakat.
Advokasi merupakan upaya untuk menyukseskan bina suasana dan
pemberdayaan atau proses pembinaan PHBS secara umum.

Perlu disadari bahwa komitmen dan dukungan yang diupayakan melalui


advokasi jarang diperoleh dalam waktu singkat. Pada diri sasaran advokasi
umumnya berlangsung tahapan-tahapan, yaitu
a.mengetahui atau menyadari adanya masalah,
b. tertarik untuk ikut mengatasi masalah,
c. peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan
berbagai alternatif pemecahan masalah,
d. sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu
alternatif pemecahan masalah dan
e. memutuskan tindak lanjut kesepakatan. Dengan demikian, maka
advokasi harus dilakukan secara terencana, cermat dan tepat. Bahan-
bahan advokasi harus disiapkan dengan matang, yaitu:
1) Sesuai minat dan perhatian sasaran advokasi
2) Memuat rumusan masalah dan alternatif pemecahan masalah
3) Memuat peran si sasaran dalam pemecahan masalah
4) Berdasarkan kepada fakta atau evidence-based
5) Dikemas secara menarik dan jelas
6) Sesuai dengan waktu yang tersedia
4. Kemitraan
Kemitraan harus digalang baik dalam rangka pemberdayaan maupun bina
suasana dan advokasi guna membangun kerjasama dan mendapatkan
dukungan. Dengan demikian kemitraan perlu digalang antar individu,
keluarga, pejabat atau instansi pemerintah yang terkait dengan urusan
kesehatan (lintas sektor), pemuka atau tokoh masyarakat, media massa dan
lain-lain. Kemitraan harus berlandaskan pada tiga prinsip dasar, yaitu
(a) kesetaraan,
(b) keterbukaan dan
(c) saling menguntungkan.
D. PELAKSANA PROMOSI KESEHATAN

Memperhatikan strategi promosi kesehatan tersebut di


atas, maka dapat dikatakan bahwa terdapat dua kategori
pelaksana promosi kesehatan, yaitu

(1) setiap petugas kesehatan

Setiap petugas kesehatan yang melayani pasien dan


ataupun individu sehat (misalnya dokter, perawat,
bidan, tenaga gizi, petugas laboratorium dan lain-lain)
wajib melaksanakan promosi kesehatan. Namun
demikian tidak semua strategi promosi kesehatan yang
menjadi tugas utamanya, melainkan hanya
pemberdayaan.
Pada hakikatnya pemberdayaan adalah upaya
membantu atau memfasilitasi pasien/klien, sehingga
memiliki pengetahuan, kemauan dan kemampuan
untuk mencegah dan atau mengatasi masalah
kesehatan yang dihadapinya (to facilitate problem
solving), dengan menerapkan perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS). Dalam pelaksanaannya, upaya ini
umumnya berbentuk pelayanan informasi atau
konsultasi. Artinya, tenaga-tenaga kesehatan
Puskesmas tidak hanya memberikan pelayanan teknis
medis atau penunjang medis, melainkan juga
penjelasan-penjelasan berkaitan dengan pelayanannya
itu. Apalagi jika pasien ataupun individu sehat
menanyakannya atau menginginkan penjelasan.
Sedangkan jika mereka diam saja pun, tenaga
kesehatan Puskesmas harus mengecek apakah
diamnya itu karena sudah tahu atau sebenarnya belum
tahu tetapi segan/tidak berani bertanya.

Tantangan pertama dalam pemberdayaan adalah pada


saat awal, yaitu pada saat meyakinkan seseorang
bahwa suatu masalah kesehatan (yang sudah dihadapi
atau yang potensial) adalah masalah bagi yang
bersangkutan. Sebelum orang tersebut yakin bahwa
masalah kesehatan itu memang benar-benar masalah
bagi dirinya, maka ia tidak akan peduli dengan upaya
apa pun untuk menolongnya. Tantangan berikutnya
datang pada saat proses sudah sampai kepada
mengubah pasien/klien dari mau menjadi mampu. Ada
orang-orang yang walaupun sudah mau tetapi tidak
mampu melakukan karena terkendala oleh sumber
daya (umumnya orang-orang miskin). Ada juga orang-
orang yang sudah mau tetapi tidak mampu
melaksanakan karena malas. Orang yang terkendala
oleh sumber daya (miskin) tentu harus difasilitasi
dengan diberi bantuan sumber daya yang dibutuhkan.
Sedangkan orang yang malas dapat dicoba rangsang
dengan “hadiah” (reward) atau harus “dipaksa”
menggunakan peraturan dan sanksi (punishment).

(2) petugas khusus promosi kesehatan (disebut penyuluh


kesehatan masyarakat).

Petugas khusus promosi kesehatan diharapkan dapat


membantu para petugas kesehatan lain dalam
melaksanakan pemberdayaan, yaitu dengan:
(a) Menyediakan alat bantu/alat peraga atau media
komunikasi guna memudahkan petugas kesehatan dalam
melaksanakan pemberdayaan.
(b) Menyelenggarakan bina suasana baik secara mandiri
atau melalui kemitraan dengan pihak-pihak lain.
(c) Menyelenggarakan advokasi dalam rangka kemitraan
bina suasana dan dalam mengupayakan dukungan dari
pembuat kebijakan dan pihak-pihak lain (sasaran
tersier).
J. KERAWATAN (UU No. Tahun 2014)

1. Keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada individu, keluarga,


kelompok, atau masyarakat, baik dalam keadaan sakit maupun sehat.
2. Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi Keperawatan, baik di
dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan.
3. Pelayanan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu
dan kiat Keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau
masyarakat, baik sehat maupun sakit.
4. Praktik Keperawatan adalah pelayanan yang diselenggarakan oleh Perawat dalam
bentuk Asuhan Keperawatan.
5. Asuhan Keperawatan adalah rangkaian interaksi Perawat dengan Klien dan
lingkungannya untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan kemandirian
Klien dalam merawat dirinya.
6. Uji Kompetensi adalah proses pengukuran pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku peserta didik pada perguruan tinggi yang menyelenggarakan program
studi Keperawatan.
7. Sertifikat Kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap kompetensi Perawat
yang telah lulus Uji Kompetensi untuk melakukan Praktik Keperawatan.
8. Sertifikat Profesi adalah surat tanda pengakuan untuk melakukan praktik
Keperawatan yang diperoleh lulusan pendidikan profesi.
9. Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap Perawat yang telah memiliki Sertifikat
Kompetensi atau Sertifikat Profesi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu
lainnya serta telah diakui secara hukum untuk menjalankan Praktik Keperawatan.
10. Surat Tanda Registrasi yang selanjutnya disingkat STR adalah bukti tertulis yang
diberikan oleh Konsil Keperawatan kepada Perawat yang telah diregistrasi.
11. Surat Izin Praktik Perawat yang selanjutnya disingkat SIPP adalah bukti tertulis
yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kabupaten/kota kepada Perawat sebagai
pemberian kewenangan untuk menjalankan Praktik Keperawatan.
12. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif,
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau
masyarakat.
13. Perawat Warga Negara Asing adalah Perawat yang bukan berstatus Warga Negara
Indonesia.
14. Klien adalah perseorangan, keluarga, kelompok, atau masyarakat yang
menggunakan jasa Pelayanan Keperawatan.
15. Organisasi Profesi Perawat adalah wadah yang menghimpun Perawat secara
nasional dan berbadan hukum sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan.
16. Kolegium Keperawatan adalah badan yang dibentuk oleh Organisasi Profesi
Perawat untuk setiap cabang disiplin ilmu Keperawatan yang bertugas mengampu
dan meningkatkan mutu pendidikan cabang disiplin ilmu tersebut.
17. Konsil Keperawatan adalah lembaga yang melakukan tugas secara independen.
18. Institusi Pendidikan adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan
Keperawatan.
19. Wahana Pendidikan Keperawatan yang selanjutnya disebut wahana pendidikan
adalah fasilitas, selain perguruan tinggi, yang digunakan sebagai tempat
penyelenggaraan pendidikan Keperawatan.
20. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintah negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
21. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, dan Wali Kota serta perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan.
22. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
kesehatan.

Praktik Keperawatan berasaskan:


a. perikemanusiaan;
b. nilai ilmiah;
c. etika dan profesionalitas;
d. manfaat;
e. keadilan;
f. pelindungan; dan
g. kesehatan dan keselamatan Klien.

Pengaturan Keperawatan bertujuan:


a. meningkatkan mutu Perawat;
b. meningkatkan mutu Pelayanan Keperawatan;
c. memberikan pelindungan dan kepastian hukum kepada Perawat dan Klien; dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

(1) Jenis Perawat terdiri atas:


a. Perawat profesi; dan
b. Perawat vokasi.

(2) Perawat profesi sebagaimana dimaksud terdiri atas:


a. ners; dan
b. ners spesialis.

Pendidikan tinggi Keperawatan terdiri atas:


a. Pendidikan vokasi;
b. Pendidikan akademik;
c. Pendidikan profesi

Pendidikan akademik sebagaimana dimaksud terdiri atas:


a. program sarjana Keperawatan;
b. program magister Keperawatan; dan
c. program doktor Keperawatan.

Pendidikan profesi sebagaimana terdiri atas:


a. program profesi Keperawatan; dan
b. program spesialis Keperawatan.

(1) Perawat yang menjalankan Praktik Keperawatan wajib memiliki STR.


STR sebagaimana dimaksud diberikan oleh Konsil Keperawatan setelah
memenuhi persyaratan.
Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:
a. memiliki ijazah pendidikan tinggi Keperawatan;
b. memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi;
c. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental;
d. memiliki surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji profesi; dan
e. membuat pernyataan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.
STR berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diregistrasi ulang setiap 5 (lima) tahun.
Persyaratan untuk Registrasi ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) meliputi:
a. memiliki STR lama;
b. memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi;
c. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental;
d. membuat pernyataan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi;
e. telah mengabdikan diri sebagai tenaga profesi atau vokasi di bidangnya; dan
f. memenuhi kecukupan dalam kegiatan pelayanan, pendidikan, pelatihan,
dan/atau kegiatan ilmiah lainnya.

Perawat yang menjalankan Praktik Keperawatan wajib memiliki izin.


Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk SIPP.
SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan oleh Pemerintah Daerah
kabupaten/kota atas rekomendasi pejabat kesehatan yang berwenang di kabupaten/kota
tempat Perawat menjalankan praktiknya.
Untuk mendapatkan SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2), Perawat harus
melampirkan:
a. salinan STR yang masih berlaku;
b. rekomendasi dari Organisasi Profesi Perawat; dan
c. surat pernyataan memiliki tempat praktik atau surat keterangan dari pimpinan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
SIPP masih berlaku apabila:
a. STR masih berlaku; dan
b. Perawat berpraktik ditempat sebagaimana tercantum dalam SIPP.

SIPP tidak berlaku apabila:


a. dicabut berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
b. habis masa berlakunya;
c. atas permintaan Perawat; atau
d. Perawat meninggal dunia.

(1) Dalam menyelenggarakan Praktik Keperawatan, Perawat bertugas sebagai:


a. pemberi Asuhan Keperawatan;
b. penyuluh dan konselor bagi Klien;
c. pengelola Pelayanan Keperawatan;
d. peneliti Keperawatan;
e. pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang; dan/atau
f. pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.
(2) Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi Asuhan Keperawatan di bidang upaya
kesehatan perorangan, Perawat berwenang:
a. melakukan pengkajian Keperawatan secara holistik;
b. menetapkan diagnosis Keperawatan;
c. merencanakan tindakan Keperawatan;
d. melaksanakan tindakan Keperawatan;
e. mengevaluasi hasil tindakan Keperawatan;
f. melakukan rujukan;
g. memberikan tindakan pada keadaan gawat darurat sesuai dengan kompetensi;
h. memberikan konsultasi Keperawatan dan berkolaborasi dengan dokter;
i. melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling; dan
j. melakukan penatalaksanaan pemberian obat kepada Klien sesuai dengan resep
tenaga medis atau obat bebas dan obat bebas terbatas.
Perawat dalam melaksanakan Praktik Keperawatan berhak:
a. memperoleh pelindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan
standar pelayanan, standar profesi, standar prosedur operasional, dan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan;
b. memperoleh informasi yang benar, jelas, dan jujur dari Klien dan/atau
keluarganya;
c. menerima imbalan jasa atas Pelayanan Keperawatan yang telah diberikan;
d. menolak keinginan Klien atau pihak lain yang bertentangan dengan kode etik,
standar pelayanan, standar profesi, standar prosedur operasional, atau ketentuan
Peraturan Perundang-undangan; dan
e. memperoleh fasilitas kerja sesuai dengan standar.

Perawat dalam melaksanakan Praktik Keperawatan berkewajiban:


a. melengkapi sarana dan prasarana Pelayanan Keperawatan sesuai dengan standar
Pelayanan Keperawatan dan ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
b. memberikan Pelayanan Keperawatan sesuai dengan kode etik, standar Pelayanan
Keperawatan, standar profesi, standar prosedur operasional, dan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan;
c. merujuk Klien yang tidak dapat ditangani kepada Perawat atau tenaga kesehatan
lain yang lebih tepat sesuai dengan lingkup dan tingkat kompetensinya;
d. mendokumentasikan Asuhan Keperawatan sesuai dengan standar;
e. memberikan informasi yang lengkap, jujur, benar, jelas, dan mudah dimengerti
mengenai tindakan Keperawatan kepada Klien dan/atau keluarganya sesuai dengan
batas kewenangannya;
f. melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari tenaga kesehatan lain yang
sesuai dengan kompetensi Perawat; dan
g. melaksanakan penugasan khusus yang ditetapkan oleh Pemerintah.

Dalam Praktik Keperawatan, Klien berhak:


a. mendapatkan informasi secara, benar, jelas, dan jujur tentang tindakan
Keperawatan yang akan dilakukan;
b. meminta pendapat Perawat lain dan/atau tenaga kesehatan lainnya;
c. mendapatkan Pelayanan Keperawatan sesuai dengan kode etik, standar Pelayanan
Keperawatan, standar profesi, standar prosedur operasional, dan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan;
d. memberi persetujuan atau penolakan tindakan Keperawatan yang akan
diterimanya; dan
e. memperoleh keterjagaan kerahasiaan kondisi kesehatannya.

(1) Pengungkapan rahasia kesehatan Klien sebagaimana dimaksud adalah


a. kepentingan kesehatan Klien;
b. pemenuhan permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan
hukum;
c. persetujuan Klien sendiri;
d. kepentingan pendidikan dan penelitian; dan
e. ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

Dalam Praktik Keperawatan, Klien berkewajiban:


a. memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur tentang masalah kesehatannya;
b. mematuhi nasihat dan petunjuk Perawat;
c. mematuhi ketentuan yang berlaku di Fasilitas Pelayanan Kesehatan; dan
memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima

ORGANISASI PROFESI PERAWAT


Organisasi Profesi Perawat dibentuk sebagai satu wadah yang menghimpun Perawat
secara nasional dan berbadan hukum.
Organisasi Profesi Perawat bertujuan untuk:
a. meningkatkan dan/atau mengembangkan pengetahuan dan keterampilan,
martabat, dan etika profesi Perawat; dan
b. mempersatukan dan memberdayakan Perawat dalam rangka menunjang
pembangunan kesehatan.

KOLEGIUM KEPERAWATAN

Kolegium Keperawatan merupakan badan otonom di dalam Organisasi Profesi


Perawat.
Kolegium Keperawatan bertanggung jawab kepada Organisasi Profesi
Perawat.Kolegium Keperawatan berfungsi mengembangkan cabang disiplin ilmu
Keperawatan dan standar pendidikan tinggi bagi Perawat profesi.

KONSIL KEPERAWATAN

Konsil Keperawatan sebagai mana dimaksud dalam Pasal 47 berkedudukan di ibukota


negara Republik Indonesia.

Konsil Keperawatan mempunyai fungsi pengaturan, penetapan, dan pembinaan


Perawat dalam menjalankan Praktik Keperawatan.
Dalam menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Konsil Keperawatan
memiliki tugas:
a. melakukan Registrasi Perawat;
b. melakukan pembinaan Perawat dalam menjalankan Praktik Keperawatan;
c. menyusun standar pendidikan tinggi Keperawatan;
d. menyusun standar praktik dan standar kompetensi Perawat; dan
e. menegakkan disiplin Praktik Keperawatan.

Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49, Konsil


Keperawatan mempunyai wewenang:
a. menyetujui atau menolak permohonan Registrasi Perawat, termasuk Perawat
Warga Negara Asing;
b. menerbitkan atau mencabut STR;
c. menyelidiki dan menangani masalah yang berkaitan dengan pelanggaran disiplin
profesi Perawat;
d. menetapkan dan memberikan sanksi disiplin profesi Perawat; dan
e. memberikan pertimbangan pendirian atau penutupan Institusi Pendidikan
Keperawatan.
I. KESEHATAN LINGKUNGAN

Air bersih adalah airdigunakan untuk keperluan sehari-hari yang memenuhi standar
kualitas dan dapat diminum dan aman bagi kesehatan yang mengkonsumsinya .
persyaratan yang menggambarkan tentang mutu dan kualitas air baku air bersih, yang
meliputi :

1. Syarat Fisik

 Tidak terkontaminasi kuman dan atau bibit penyakit

 Tidak berasa dan berbau

 Tidak berwarna dan harus jernih

 Memenuhi standar yang telah ditentukan WHO atau departemen kesehatan RI

2. Syarat Kimiawi anatar lain :

 Tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung racun.

 Tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan

 Cukup yodium

 pH air antara 6,5-9,2

3. Syarat mikrobiologi antara lain.

 Tidak mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri, tipus, kolera, dan


bakteri patogen penyeban penyakit.
Mengolah sampah yang baik dan benar secara rutin merupakan salah satu cara dapat
menjaga lingkungan agar tetap bersih dan tidak terjadi banjir. Dengan mengolah
sampah yang baik dan benarpun dpat membantu mengurangi timbulnya wbah
penyakit. ada beberapa jenis pengolahan sampah yang dapat digunakan untuk
mengolah sampah , diantaranya :

1. Sampah menjadi kompos

Sampah biolgi, basah atau organik dapat dijadikan kompor dengan cara menimbun
sampah tersebut didalam tanha untuk jangka waktu tertentu hingga membusuk.

2. Landfiil

Jenis pengolahan ini adalah yang paling mudah karena hanya membuang dan
menumpuk sampah ditanah yang rendah pada area terbuka.

3. Sanitary landfiil

Mirip dengan metode landfiil namun sampah tersebut ditutup di uruk tanah. Cara ini
biasanya menggunakan alat-alat berat dengan harga yang cukup mahal.

4. Pangan dan makanan ternak

Sampah yang berupa buah- buahan dan sayur- sayuran yang belum sepenuhnya rusak
dapat dijadikan makanan ternak atau binatang lain yang dikembang biakan .
biasanya , sampah sayur dan buah banyak dijumpai dipasar-pasar tradisional yang
berdasarkan dimana-mana

5. Pulverisation

Pembuangan sampah langsung kelaut lepas setelah dihancurkan menjadi potong-


potongan kecil.

6. Inceneration / incenerator

Jenis pengolahan ini merupakan pembakaran sampah baik dan cara sederhana maupun
moderen secara massal. Teknologi memungkinkan hasil energi pembakaran diubah
menjadi energi listrik.
Jenis-jenis sampah berdasarkan sifat yaitu :

1. Sampah organik

Sampah organik merupakan sampah yang bisa terurai atau diolah menjadi pupuk
kompos. Jenis sampah yang dianggap sebagai organik mencakup sisa makanan, daun
kering , sayur, dll

2. Sampah Anorganik

Sampah anorganik adalah sampah yang sulit untuk membusuk dan tidak bisa terurai.
Jika diolah dengan baik, maka sampah ini bisa merusak ekosistem hewan dan
manusia. Namun, keberadaan sampah ini bisa diakali dengan cara didaur ulang.
Contoh sampah anorganik meliputi : Plastik, karton, logam, dan dll

3. Sampah B3

Sampah jenis ini biasanya merupakan sisa dari pengolahan bahan kimia yang
berbahaya. Jenis sampah B3 sendiri meliputi :

 Sumber tidak spesifik : limbah yang berasal dari kegiatan pemeliharaan alat,
pelarutan kerak,mencuci, dll

 Sumber spesifik : limbah yang berasal dari proses industri (kegiatan utama).

 Sumber lain : limbah yang berasal dari sumber tak terduga seperti produk yang
kadaluwarsa, sisa kemasan , dan baungan produk yang tidak memenuhi
spesifikasi.

Praktikkan prinsip 4 R untuk mengolah sampah dirumah yaitu :

1. Replace (mengganti)

Usahakan untuk menggunakan barang ramah lingkungan yang bisa digunakan lebih
dari sekali pemakaian . hal ini bisa dilakukan dengan cara sederhana seperti : ganti
kantong gresek dengan tas belanja, hindari penggunaan styrofoam

2. Reduce ( mengurangi)

Mulailah untuk mengurangi produk sampah yang dihasilkan oleh diri sendiri. Untuk
melakukannya , kamu bisa mempraktikkan cara berikut :
 Bawa tas belanja sendiri untuk mengurangi sampah kantong plastik.

 Membawa botol minuman daripada membeli minuman dalam kemasan .

3. Re- use (memakai)

Kamu ternyata bisa menggunakan kembali barang yang sudah tidak terpakai,
contohnya adalah :

 Menggunakan plastik bekas belanja untuk pembungkus dikemudian hari.

 Memakai kaleng bekas sebagai pot tanaman .

 Memakai pakaian bekas sebagai lap, kerajinan tangan, dll

4. Recycle (daur ualng)

Teknologi dan penanganan yang khusus dibutuhkan untuk mendaur ulang sampah
tertentu.

Limbah medis merupakan salah satu tantangan terbesar sehari-hari yang dihadapi oleh
penyedia layanan kesehatan. Berikut ini kategori limbah medis yang paling umum
sebagaimana di identifikasi oleh WHO yaitu :

1. Benda Tajam . limbah jenis ini meliputi segala sesuatu yang dapat ampul, staples,
dan kabel.

2. Limbah menular. Apapun yang menular atau berpotensi menular masuk dalam
kategori ini, termaksud tissue, tinja, peralatan, dan kultur laboratorium.

3. Radioaktif . limbah jenis ini umumnya cairan radioterapi yang tidak digunakan atau
cairan penelitian laboratorium. Itu juga dapat terdiri dari gelas atau persediaan lain
yang terkontaminasi masuk dalam kategori limbah ini .

4. Patologi . cairan manusia, jaringan, darah, bagian tubuh, ciran tubuh, dn bangkai
hewan yang terkontaminasi masuk dalam kategori limbah ini.

5. Obat-obatan . pengelompokkan ini mencakup semua vaksin dan obat yang tidak
digunakan, kadaluwarsa, dan / atau terkontaminasi, seperti antibiotik, injeksi, dan pil.
6. Bahan kimia. Termaksud desinfektan, pelarutan yang diguanakan untuk keperluan
laborarorium, baterai, logam berat dari peralatan medis seperti pengukur dari
termometer yang rusak.

7. Limbah genotoksik. Ini adalah bentuk limbah medis yang sangat berbahaya bersifat
karsinogenik, teratogenik, atau mutagenik. Ini dapat termaksud obat sitotoksik yang
dimaksud untuk digunakan dalam pengobatan kanker.

K. RUMAH SAKIT ( UNDANG -UNDANG NO.44 TAHUN 2009)

1. Rumah Sakit Adalah Institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan


pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan gawatdarurat.

Pelayanan kesehatan pyang aripurna meliputi promotif, preventif, kuratif dan


rehabilitatis.

Pengaturan penyelenggaraan Rumah Sakit bertujuan:


a. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan;
b. Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat,
lingkungan rumah sakit, dan sumber daya manusia di rumah sakit;
c. Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit; dan
Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya manusia
rumah sakit, dan Rumah Sakit.

2. Fungsi Rumah Sakit

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan


standar pelayanan rumah sakit

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan


yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis

c. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka


peningkatan kamampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
d. Penyelenggaraan penelitian dam pembangunan serta penapisan teknologi bidang
kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan
etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

Rumah sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya
manusia, kefarmasian, dan peralatan.
Rumah sakit dapat didirikan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau Swasta

Prasarana Rumah Sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) dapat meliputi:
a. Instalasi air;
b. Instalasi mekanikal dan elektrikal;
c. Instalasi gas medik;
d. Instalasi uap;
e. Instalasi pengelolaan limbah;
f. Pencegahan dan penanggulangan kebakaran;
g. Petunjuk, standar dan sarana evakuasi saat terjadi keadaan darurat;
h. Instalasi tata udara;
i. Sistem informasi dan komunikasi; dan Ambulan
Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit dikategorikan dalam Rumah
Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus.
a. Rumah sakit Umum : semua bidang dan jenis penyakit
b. Rumah sakit Khusus : disiplin ilmu, golongan umur, organ , jenis penyakit atau
kekhususan lainnya.
Berdasarkan jenis pengelolahannya rumah sakit dikategorikan menjadi rumah sakit
Publik dan Rumah Sakit Privat
a. Rumah Sakit Publik : Rumah sakit yang dikelolah pemerintah, pemerintah
daerah, dan badan hukum yang bersifat Nirlaba
b. Rumah Sakit Privat : Rumah sakit yang dikelolah badan hukum dengan tujuan
profit yang berbentuk perseroan terbatas atau persero.

Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan fungsi


rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus diklasifikasikan berdasarkan
fasilitas dan kemampuan pelayanan Rumah Sakit.
Klasifikasi Rumah Sakit umum terdiri atas:
a. Rumah Sakit umum kelas A; = diberikan Menteri melalui Direktur Jenderal
b. Rumah Sakit umum Kelas B; = diberikan oleh Gubernur setelah mendapatkan
notifikasi dari kepala dinas kesehatan provinsi
c. Rumah Sakit umum kelas C; = diberikan oleh Bupati /wali Kota setelah
mendapatkan notifikasi dari kepala dinas kesehatan Kabupaten/Kota
d. Rumah Sakit umum kelas D.
- Rumah Sakit Umum Kelas D
- Rumah Sakit Umum Kelas D Pratama
Klasifikasi Rumah Sakit khusus terdiri atas:
a. Rumah Sakit khusus kelas A;
b. Rumah Sakit khusus kelas B;
c. Rumah Sakit khusus kelas C.

Berdasarkan bentuknya Rumah Sakit Dibedakan Menjadi


a. Rumah Sakit Statis : bersifat Permanen untuk jangka waktu lama
b. Rumah sakit Bergerak : siap guna dan bersifat sementara dalam jangka waktu tertentu
dan dapat dipindahkan dari satu tempat ke tempat yang lain.
c. Rumah sakit Lapangan : Rumah Sakit Sementara selama kondisi darurat dan masa
tanggap darurat bencana, atau selama pelaksanaan kegiatan tertentu.

Klasifikasi Rumah sakit diatur dalam PERMENKES No. 3 Tahun 2020

Berdasarkan tempat tidur Rumah Sakit Umum


 Rumah Sakit umum Kelas A = Tempat Tidur paling sedikit 250 buah
 Rumah Sakit Umum Kelas B = Temapat Tidur paling sedikit 200 buah
 Rumah sakit Umun Kelas C = Tempat Tidur Paling Sedikit 100 buah
 Rumah sakit Umum Kelas D = Tempat Tidur paling sedikit 50 buah
Berdasarkan tempat tidur rumah sakit khusus
 Rumah sakit Khuhus Kelas A = paling sedikit 100 buah
 Rumah sakit khuhus kelas B = paling sedikit 75 buah
 Rumah dakit khusus Kelas C = paling sedikit 25 buah

Setiap Rumah Sakit wajib memiliki izin.


(1) Izin mendirikan diberikan untuk jangka waktu 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang
untuk 1 (satu) tahun.
(2) Izin operasional diberikan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat
diperpanjang kembali selama memenuhi persyaratan.

Tenaga di bidang kesehatan terdiri atas:


a. Tenaga Kesehatan; dan
b. Asisten Tenaga Kesehatan.

Tenaga Kesehatan dikelompokkan kedalam:


a. Tenaga medis;
b. Tenaga psikologi klinis;
c. Tenaga keperawatan;
d. Tenaga kebidanan;
e. Tenaga kefarmasian;
f. Tenaga kesehatan masyarakat;
g. Tenaga kesehatan lingkungan;
h. Tenaga gizi;
i. Tenaga keterapian fisik;
j. Tenaga keteknisian medis;
k. Tenaga teknik biomedika;
l. Tenaga kesehatan tradisional; dan
m. Tenaga kesehatan lain.

Pemeriksaan penunjang Kesehatan Di Rumah Sakit


1. Pemeriksaan daraah lengkap
2. EKG
3. Pemeriksaan Elektrolit plasma untuk mendeteksi gangguan keseimbangan cairan
tubuh
4. Pemeriksaan lab berkala sebagai deteksi penyakit kronis pada laansi
5. Teraapi oksigen
6. CT scan
7. MRI
8. Pemeriksaan Kreatin
9. Pemeriksaan Urine Rutin
10. pemeriksaan Serologis
11. ultraasonografi
 Parameter Lab darah normal

 Masalah keperawatan
Masalah Ciri khas
Bersihan jalan nafas tidak efektif Ada suara nafas tambahan seperti ronchi,
wheezing, dll.
Ada sekret / dahak/ ada batuk
Pola nafas tidak efektif Pola nafas tidak normal (takipnea, bradibnea,
hiperventilasi, kusmaul)
Ada retraksi dinding dada pernapasan cuping
hidung
Gangguan pertukaran Gas Ada dispnea, hiperkapnea, ada AGD
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari Penurunan nafsu makan, porsi makan tidak
kebutuhan tubuh habis. Penurunan berat badan
Resiko ketidakstabilan glukosa darah Kadar GDS tidak stabil seringkali > 300
Kerusakan integritas kulit
Defisit volume cairan Turgor kulit buruk, crt >3 detik,bibir kering,
mata cowong, lemas balance cairan (-)
Kelebihan volume cairan Penambahan burat badan, edema, asites,
balance cairan (+)
Gangguan eliminasi urine Adanya poliuri,
anuria,nocturia,inkontinensia urine
Penurunan cardiac output Perubahan frekuensi dan irama jantung,
perubahan kontratitas jantung , perubahan
volume sekuncup, perubahan after load dan
pre load perubahan EKG
Intoleransi aktivitas Kelelahan ketika hbis beraktivitas ,
kelemahan umum adanya respon tekanan
darah abnormal terhadap aktivitas
Ketidakefektifan perfusi jaringan Penurunan fungsi perifer, perubahan fungsi
perifer motorik CRT> 3 detik, warna kulit pucat.

EPIDEMIOLOGI

1. Interaksi Host Agent Environment


Segitiga Epidemiologi

 Segitiga epidemiologi merupakan konsep dasar epidemiologi yang memberi


gambaran tentang hubungan antara tiga faktor yg berperan dalam terjadinya
penyakit dan masalah kesehatan lainnya
 Segitiga epidemiologi merupakan interaksi antara Host (penjamu), Agent
(penyebab) dan Environment (lingkungan)

Segitiga Epidemiologi
 Keadaan di masyarakat dikatakan ada masalah kesehatan jika terjadi ketidak
seimbangan antara Host, Agent dan Environment
 Pada saat terjadi ketidakseimbangan antara Host, Agent dan Environment akan
menimbulkan penyakit pada individu atau masalah kesehatan di masyarakat

Faktor Host

Adalah faktor yang melekat pada Host


 Genetik: DM, asma, hipertensi
 Umur: osteoporosis, campak, polio, ca servix, ca mammae
 Jenis kelamin: ca servik, BPH, ca paru
 Suku/ras/warna kulit: negro lebih kuat dari kulit putih
 Fisiologis: kelelahan, kehamilan, pubertas, stres, kurang gizi
 Imunologis: ASI, imunisasi, sakit
 Perilaku: gaya hidup, personal higienis, HAM, rekreasi, merokok, napza

Faktor Agent

Faktor yang menyebabkan penyakit atau masalah kesehatan


 Gizi: kurang gizi, vitamin, mineral, kelebihan gizi
 Kimia: pengawet, pewarna, asbes, cobalt, racun, antigen
 Fisik: radiasi, trauma, suara, getaran
 Biologis: amoeba, bakteri, jamur, riketsia, virus, plasmodium, cacing

Faktor Environment

Faktor lingkungan yang mempengaruhi Host dan Agent


 Fisik: iklim (kemarau dan hujan), geografis (pantai dan pegunungan),
demografis (kota dan desa)
 Biologis: flora dan fauna
 Sosial: migrasi/urbanisasi, lingkungan kerja, perumahan, bencana alam,
perang, banjir

Karakteristik Host

 Resistensi: kemampuan Host untuk bertahan hidup terhadap infeksi (agent)


 Imunitas: kemampuan Host mengembangkan sistem kekebalan tubuh, baik
didapat maupun alamiah
 Infectiousness: potensi Host yg terinfeksi untuk menularkan penyakit yang
diderita kepada orang lain

Karakteristik Agent

 Infektivitas: kesanggupan agent untuk beradaptasi sendiri terhadap lingkungan


Host untuk mampu tinggal, hidup dan berkembang biak dalam jaringan Host
 Patogenesitas: kesanggupan agent untuk menimbulkan reaksi patologis
(penyakit) pada Host setelah infeksi
 Virulensi: kesanggupan agent untuk menghasilkan reaksi patologis berat yang
menyebabkan kematian
 Toksisitas: kesanggupan agent untuk memproduksi toksin yang merusak
jaringan Host
 Invasivitas: kesanggupan agent untuk penetrasi dan menyebar kedalam
jaringan Host
 Antigenisitas: kesanggupan agent merangsang reaksi imunologis Host
(membentuk antibodi)

Karakteristik Environment

 Topografi: situasi lokasi tertentu (letak/posisi/peta), baik alamiah maupun


buatan manusia, yang mempengaruhi terjadinya dan penyebaran penyakit
tertentu (danau, sungai, hutan, sawah)
 Geografis: keadaan yang berhubungan dengan permukaan bumi (struktur
geologi, iklim, penduduk, flora, fauna) yang mempengaruhi terjadinya dan
penyebaran penyakit tertentu (tanah pasir atau tanah liat)

Portal of Entry dan Portal of Exit

 Portal of entry: pintu masuknya Agent kedalam Host contoh: oral, kulit, nafas,
kemih
 Portal of exit: pintu keluarnya Agent dari Host contoh: nafas, anal, darah,
cairan tubuh
 Transmisi: vektornya?
 Bagaimana preventifnya?
 Cuci tangan sebelum makan
 Menolong partus memakai sarung tangan
 Jangan meludah sembarang tempat

Kejadian Penyakit Dalam Komunitas

 Endemis: penyakit yang menetap pada suatu tempat, populasi dan masyarakat
tertentu (minimal 3 tahun berturut-turut)
 Epidemi: terjadi peningkatkan penyakit melebihi normal (2 x lipat
sebelumnya) di masyarakat  wabah
 Pandemi: epidemi yang terjadi pada daerah yang sangat luas (mendunia)
2. ANGKA KEMATIAN KASAR, FERTILITY RATE, AKI, ANGKA
KELAHIRAN, PERTAMBAHAN PENDUDUK

 Angka Kelahiran Kasar


Angka kelahiran kasar atau Crude Birth Rate (CBR) menunjukkan jumlah bayi
yang lahir setiap 1.000 penduduk dalam satu tahun. Untuk mencari angka kelahiran
kasar digunakan rumus sebagai berikut.

Di mana:

CBR = angka kelahiran kasar


L = jumlah kelahiran selama satu tahun
P = jumlah penduduk pertengahan tahun.

Angka kelahiran kasar digolongkan menjadi tiga, yaitu:


a. Golongan tinggi, apabila jumlah kelahiran lebih dari 30.
b. Golongan sedang, apabila jumlah kelahiran antara 20 - 30.
c. Golongan rendah, apabila jumlah kelahiran kurang dari 20.

Menurut Wardiyatmoko angka kelahiran kasar (CBR) dalam kurun waktu 2000 -
2005 kurang lebih sebesar 29. Dibandingkan dengan CBR Asia 25, Thailand 28,
Malaysia 27, dan Singapura 25 maka CBR Indonesia masih relatif tinggi.

 Angka Kematian
 Angka Kematian Kasar
Angka kematian kasar atau Crude Death Rate (CDR) menunjukkan jumlah
kematian setiap 1.000 pendduk dalam setahun. Angka kematian kasar terdiri
atas tiga golongan, yaitu:
a. Golongan rendah, apabila jumlah mortalitasnya kurang dari 13.
b. Golongan sedang, apabila jumlah mortalitasnya antara 14 - 18.
c. Golongan tinggi, apabila jumlah mortalitasnya lebih dari 18.

Rumus yang digunakan untuk mengetahui tingkat kematian kasar adalah:

Di mana:
CDR = M/P*1000
M = jumlah kematian
P = jumlah penduduk pada pertengahan tahun

Menurut Wardiyatmoko angka kematian kasar (CDR) Indonesia dalam kurun


waktu 2000 - 2005 kurang lebih sebesar 43. Dibandingkan dengan CDR Asia 42,
Thailand 40, Malaysia 24, dan Singapura 9 maka CDR Indonesia masih relatif
tinggi.
 Tingkat fertilitas menurut urutan kelahiran (Birth Order Spesific
Fertility Rate)/ BOSFR
Tingkat fertilitas menurut urutan kelahiran sangat mungkin untuk mengukur tinggi
rendahnya fertilitas di suatu Negara. Kemungkinan seorang istri untuk menambah
kelahiran tergantung kepada jumlah anak yang telah dilahirkannya. Seorang istri
mungkin menggunakan alat kontrasepsi setelah mempunyai jumlah anak tertentu,
dan juga umur anak yang masih hidup. Tingkat fertilitas menurut urutan kelahiran
dapat ditulis dengan rumus:

Tingkat fertilitas menurut urutan kelahiran (BOSFR)


BOSFR                 = Birth Order Spesific Fertility Rate
Boi                        = jumlah kelahiran urutan ke-i
Pf (15-49)            = jumlah perempuan umur 15-49 pada pertengahan tahun
K                            = 1.000
 
Pengukuran fertilitas cumulative
1. tingkat fertilitas total ( total fertility rates = TFR )
adalah sebagai jumlah kelahiran hidup laki2 dan perempuan tiap 1000 peduduk
yang hidup hingga akhir masa reproduksi dengan catatan :
 tidak ada seorang perempuan yg meninggla seblum mengakhiri masa
reproduksi
 tingkat ferilitas menurut umur tidak berubah pada periode waktu tertentu.

Tingkat fertilitas total (TFR)


 Angka Kematian Ibu
Pengertian kematian ibu adalah kematian ibu berkaitan dengan melahirkan.
Ada pendapat lain menyatakan kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat
hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa
memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang
disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena
sebabsebab lain seperti kecelakaan, terjatuh, dan lain-lain.
Pada dasarnya kematian ibu dapat disebabkan oleh 2 faktor, yakni penyebab
langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab Langsung; Penyebab kematian
ibu secara langsung sangat berkaitan dengan medis, berhubungan dengan
komplikasi obstetric selama masa kehamilan, persalinan dan masa nifas (post
partum). Berbagai hasil penelitian diketemukan bahwa penyebab kematian ibu
terbanyak akibat dari pendarahan. Beberapa penyebab kematian ibu adalah
Pendarahan, Eklamsia, Partus lama, Komplikasi aborsi, dan Infeksi. Penyebab
tidak langsung; Faktor penyebab tidak langsung kematian ibu diakibatkan oleh
penyakit yang diderita oleh seorang ibu, atau penyakit yang timbul selama
kehamilan dan tidak ada kaitannya dengan penyebab langsung obstetric, tapi
penyakit tersebut diperberat oleh efek fisiologik kehamilan. Beberapa penyebab
kematian ibu tidak langsung adalah: pertama, status perempuan dalam keluarga.
Perempuan pada status orang ke dua (konco wingking) biasanya tidak akan
sanggup mengeluarkan keluhan-keluhan yang berkaitan dengan timbulnya rasa
sakit/kelainan yang ada di dalam diri sehubungan dengan kehamilannya, yang akan
menyebabkan terhadap keterlambatan dalam penangan medis.
Kedua, keberadaan anak. Keberadaan anak yang satu dengan yang lain terlalu
dekat akan menimbulkan perawatan/perhatian anak tidak maksimal, yang hal ini
akan mengurangi perhatian terhadap diri seorang ibu dengan kehamilannya.
Ketiga, social budaya. Social budaya yang memarginalkan perempuan akan
mempersulit perempuan (ibu) dalam mengambil inisiatif untuk melakukan
tindakan, yang akan berakibat pada keterlambatan penangan medis. Keempat,
pendidikan. Pendidikan yang rendah berdampak terhadap pengetahuan yang
rendah terhadap hal ikhwal kehamilan dan persalinan. Kelima, social ekonomi.
Penghasilan yang rendah tentu akan berakibat pada banyak hal, seperti pemenuhan
gizi ibu hamil, perawatan ibu hamil dan persalinan, dan lain-lain. Dan yang
terakhir, geografis daerah. Letak klinik yang jauh dan sulit terjangkau akan
berakibat terhadap keterlambat pertolongan pelayanan kesehatan ibu
hamil/bersalin.
Angka Kematian Ibu (AKI) juga merupakan salah satu indikator penting dari
derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang
meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau
penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama
kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa
memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup. AKI juga menjadi
salah satu target dalam tujuan pembangunan millenium (Millenium Development
Goals, MDG), yaitu tujuan ke-5 adalah meningkatkan kesehatan ibu dimana target
yang akan dicapai sampai tahun 2015 mengurangi hingga ¾ resiko jumlah
kematian
ibu.
Upaya peningkatan kesehatan masyarakat pada kenyataannya tidaklah mudah
seperti membalikkan telapak tangan saja, karena masalah ini sangatlah kompleks.
Untuk itu penyebarluasan informasi kesehatan melalui pembinaan dan penyuluhan
sangatlah penting dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam bidang
kesehatan dengan tujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara
optimal sesuai amanah yang tercantum dalam UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk menurunkan kematian ibu, bayi baru
lahir, bayi dan balita. Antara lain melalui penempatan bidan di desa, pemberdayaan
keluarga dan masyarakat dengan menggunakan Buku Kesehatan Ibu dan Anak
(Buku KIA) dan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
(P4K), serta penyediaan fasilitas kesehatan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Dasar (PONED) di Puskesmas perawatan dan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergensi Komprehensif (PONEK) di Rumah Sakit.
Dari kesemuanya ini tentu masyarakat pun harus cukup berperan aktif dalam
mendukung terhadap program yang telah diluncurkan oleh pemerintah melalui
Kementerian Kesehatan RI, khususnya dalam menurunkan AKI dan AKB ini, yaitu
diantaranya;
a. Mendorong para ibu melakukan pemeriksaan kehamilan dan nifas pada
b. Bidan atau petugas kesehatan lainnya;
c. Mendorong para ibu melahirkan ditolong oleh petugas kesehatan.
d. Mempersiapkan suami ibu hamil untuk mendukung kehamilan dan
e. persalinan.
f. Mendorong diadakannya tabulin (tabungan ibu bersalin/biaya persalinan)
g. Mempersiapkan angkutan bagi ibu hamil atau ambulan desa.
h. Mempersiapkan calon donor darah.
i. Mendorong para ibu dan petugas kesehatan menggunakan Buku KIA
j. sebagai sumber informasi dan alat untuk pemeriksaan dan pencatatan
k. kesehatan ibu dan anak.
l. h. Mendorong para ibu mengikuti Kelas Ibu Hamil dan Kelas Ibu Balita.
a. Membantu kesiagaan petugas kesehatan.
3. MEAN, MEDIAN, MODUS, DAN STANDAR DEVIASI

 Mean
Mean adalah nilai rata-rata dari beberapa buah data. Nilai mean dapat ditentukan
dengan membagi jumlah data dengan banyaknya data.
Mean (rata-rata) merupakan suatu ukuran pemusatan data. Mean suatu data juga
merupakan statistik karena mampu menggambarkan bahwa data tersebut berada pada
kisaran mean data tersebut. Mean tidak dapat digunakan sebagai ukuran pemusatan
untuk jenis data nominal dan ordinal.
Berdasarkan definisi dari mean adalah jumlah seluruh data dibagi dengan banyaknya
data. Dengan kata lain jika kita memiliki N data sebagai berikut maka mean data
tersebut dapat kita tuliskan sebagai berikut :

Dimana:
x = data ke n
x bar = x rata-rata = nilai rata-rata sampel
n = banyaknya data
Bisa juga Menghitung mean

a) Rumus Mean Hitung dari Data Tunggal

b) Rumus Mean Hitung Untuk Data yang


Disajikan Dalam Distribusi Frekuensi

Dengan : fixi = frekuensi untuk nilai xi


yang bersesuaian
xi = data ke-i
c) Rumus Mean Hitung Gabungan
 Median
Median menentukan letak tengah data setelah data disusun menurut urutan  nilainya.
Bisa juga nilai tengah dari data-data yang terurut. Simbol untuk median adalah Me. 
Dengan median Me, maka 50% dari banyak data nilainya paling tinggi sama dengan
Me, dan 50% dari banyak data nilainya paling rendah sama dengan Me. Dalam 
mencari median, dibedakan  untuk banyak data ganjil  dan banyak data genap.  Untuk 
banyak data ganjil, setelah data disusun menurut nilainya, maka median Me adalah
data yang terletak tepat di tengah. Median bisa dihitung menggunakan rumus sebagai
berikut:
variansi merupakan salah satu ukuran sebaran yang paling sering digunakan dalam
berbagai analisis statistika. Standar deviasi merupakan akar kuadrat positif dari
variansi. Secara umum, variansi dirumuskun sabagai :

Contoh:
Dari lima kali kuiz statistika, seorang mahasiswa memperoleh nilai 82, 93, 86, 92, dan
79. Tentukan median populasi ini.

jawab: Setelah data disusun dari yang terkecil sampai terbesar, diperoleh  79 82 86


92 93
Oleh karena itu medianya adalah 86
Kada nikotin yang berasal dari sebuah contoh acak enam batang rokok cap tertentu
adalah 2.3, 2.7, 2.5, 2.9, 3.1, dan 1.9 miligram. Tentukan mediannya.

jawab: Bila kadar nikotin itu diurutkan dari yang terkecil sampai terbesar, maka
diperoleh 1.9 2.3 2.5 2.7 2.9 3.1
Maka mediannya adalah rata-rata dari 2.5 dan 2.7, yaitu
Selain itu juga dapat dicari median dari
data yang telah tersusun dalam bentuk distribusi frekuensi. Rumus yang digunakan
ada dua, yaitu

Dimana :
Bak = batas kelas atas median
c =  lebar kelas
s’ = selisih antara nomor frekuensi median dengan frekuensi kumulatif sampai kelas
median
fM = frekuensi kelas median
 

Sebelum menggunakan kedua rumus di atas, terlebih dahulu harus ditentukan kelas
yang menjadi kelas median. Kelas median adalah kelas yang memuat nomor frekuensi
median, dan nomor frekuensi median ini ditentukan dengan membagi keseluruhan
data dengan dua.

 Modus
Modus adalah nilai yang sering muncul. Jika kita tertarik pada data frekuensi, jumlah
dari suatu nilai dari kumpulan data, maka kita menggunakan modus. Modus sangat
baik bila digunakan untuk data yang memiliki sekala kategorik yaitu nominal atau
ordinal.

Sedangkan data ordinal adalah data kategorik yang bisa diurutkan, misalnya kita
menanyakan kepada 100 orang tentang kebiasaan untuk mencuci kaki sebelum tidur,
dengan pilihan jawaban: selalu (5), sering (4), kadang-kadang(3), jarang (2), tidak
pernah (1). Apabila kita ingin melihat ukuran pemusatannya lebih baik menggunakan
modus yaitu yaitu jawaban yang paling banyak dipilih, misalnya sering (2). Berarti
sebagian besar orang dari 100 orang yang ditanyakan menjawab sering mencuci kaki
sebelum tidur. Inilah cara menghitung modus:
1.   Data yang belum dikelompokkan
Modus dari data yang belum dikelompokkan adalah ukuran yang memiliki
frekuensi tertinggi. Modus dilambangkan mo.
2. Data yang telah dikelompokkan
Rumus Modus dari data yang telah dikelompokkan dihitung dengan rumus:

Dengan : Mo = Modus
L = Tepi bawah kelas yang memiliki frekuensi tertinggi (kelas modus) i = Interval
kelas
b1 = Frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval terdekat sebelumnya
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval terdekat sesudahnya
Contoh:
Sumbangan dari warga Bogor pada hari Palang Merah Nasional tercatat sebagai
berikut: Rp 9.000, Rp 10.000, Rp 5.000, Rp 9.000, Rp 9.000, Rp 7.000, Rp 8.000, Rp
6.000, Rp 10.000, Rp 11.000. Maka modusnya, yaitu nilai yang terjadi dengan
frekuensi paling tinggi, adalah Rp 9.000.

Dari dua belas pelajar sekolah lanjutan tingkat atas yang diambil secara acak dicatat
berapa kali mereka menonton film selama sebulan lalu. Data yang diperoleh adalah 2,
0, 3, 1, 2, 4, 2, 5, 4, 0, 1 dan 4. Dalam kasus ini terdapat dua modu, yaitu 2 dan 4,
karena 2 dan 4 terdapat dengan frekuensi tertinggi. Distribusi demikian dikatakan
bimodus.

 Standar defiasi
Standar Deviasi dan Varians Salah satu teknik statistik yg digunakan untuk
menjelaskan homogenitas kelompok. Varians merupakan jumlah kuadrat semua
deviasi nilai-nilai individual thd rata-rata kelompok. Sedangkan akar dari varians
disebut dengan standar deviasi atau simpangan baku.

Standar Deviasi dan Varians Simpangan baku merupakan variasi sebaran data.
Semakin kecil nilai sebarannya berarti variasi nilai data makin sama Jika sebarannya
bernilai 0, maka nilai semua datanya adalah sama. Semakin besar nilai sebarannya
berarti data semakin bervariasi.

Cara penulisan rumus fungsi standar deviasi


STDEV (number1, number2,…)
Dengan :
Number1, number2, … adalah 1-255 argumen yang sesuai dengan sampel populasi.
Anda juga dapat menggunakan array tunggal atau referensi ke array, bukan argumen
yang dipisahkan oleh koma.
Keterangan
a. STDEV mengasumsikan bahwa argumen adalah contoh dari populasi. Jika data
anda mewakili seluruh populasi, untuk menghitung deviasi standar menggunakan
STDEVP.
b. Standar deviasi dihitung menggunakan metode “n-1″ .
c. Argumen dapat berupa nomor atau nama, array, atau referensi yang mengandung
angka.
d. Nilai-nilai logis dan representasi teks dari nomor yang Anda ketik langsung ke
daftar argumen akan dihitung.
e. Jika argumen adalah sebuah array atau referensi, hanya nomor/angka dalam array
atau referensi yang akan dihitung. Sel kosong, nilai-nilai logis, teks, atau nilai-nilai
kesalahan dalam array atau referensi akan diabaikan.
f. Argumen yang kesalahan nilai atau teks yang tidak dapat diterjemahkan ke dalam
nomor/angka akan menyebabkan kesalahan.
g. Jika Anda ingin memasukkan nilai-nilai logis dan representasi teks angka dalam
referensi sebagai bagian dari perhitungan, gunakan fungsi STDEVA.
Dalam penerapannya STDEV , perhitungan standar deviasi secara manual
menggunakan rumus berikut:

Dimana:
x = data ke n
x bar = x rata-rata = nilai rata-rata sampel
n = banyaknya data
variansi merupakan salah satu ukuran sebaran yang paling sering digunakan dalam
berbagai analisis statistika. Standar deviasi merupakan akar kuadrat positif dari
variansi. Secara umum, variansi dirumuskun sabagai :

Jika kita memiliki n observasi yaitu X1,X2,….Xn, dan diketahui Xbar adalah rata-rata
sampel yang dimiliki, maka variansi dapat dihitung sebagai :

  Contoh:
Jika dimiliki data : 210, 340, 525, 450, 275

maka variansi dan standar deviasinya :

mean = (210, 340, 525, 450, 275)/5 = 360

variansi dan standar deviasi berturut-turut :


Sedangkan jika data disajikan dalam
tabel distribusi frekuensi, variansi sampel dapat dihitung sebagai :

4. INCIDENCE RATE DAN PREVALENS RATE

Rate adalah perbandingan antara suatu kejadian dengan jumlah penduduk yang
mempunyai risiko kejadian tersebut, menyangkut interval waktu tertentu.

Rate untuk menyatakan dinamika dan kecepatan kejadian dalam suatu populasi
masyarakat tertentu. Contohnya, penyakit campak berisiko pada balita dan penyakit
cancer servik berisiko pada wanita.

 Rate  = X  x K
 Y

X         : Jumlah kejadian tertentu yang terjadi dalam kurun waktu tertentu.

Y         : Jumlah penduduk yang mempunyai risiko mengalami kejadian terttentu


dalam kurun waktu tertentu ( pop. At risk)

K         : konstanta (angka dasar)

Incidence rate adalah frekuensi penyakit atau kasus baru yang berjangkit dalam
masyarakat di suatu tempat atau wilayah atau negara pada waktu tertentu (umumnya 1
tahun) dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit baru
tersebut.
Incidence Rate (IR) = Jumlah kasus baru pada periode waktu tertentu  x K
Jumlah populasi berisiko pada waktu yang sama
Manfaat Incidence rate :

1. Mengetahui masalah kesehatan yang dihadapi.


2. Mengetahui resiko untuk terkena masalah kesehatan yang dihadapi.
3. Mengetahui beban tugas yang harus diselenggarakan oleh suatu fasilitas
pelayanan kesehatan.
 

PREVALENSI Adalah gambaran tentang frekwensi penderita lama dan baru yang
ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu di sekelompok masyarakat tertentu. Pada
perhitungan angka prevalensi digunakan jumlah seluruh penduduk tanpa
memperhitungkan orang / penduduk yang kebal atau penduduk dengan resiko
(Population at Risk). Sehingga dapat dikatakan bahwa angka prevalensi sebenarnya
bukan suatu rate yang murni, karena penduduk yang tidak mungkin terkena penyakit
juga dimasukkan dalam perhitungan.
Prevalens tergantung pada 2 faktor :
Berapa banyak orang jumlah orang yang telah sakit
Durasi/lamanya penyakit
Secara umum nilai prevalen dibedakan menjadi 2, yaitu :
1). Period Prevalen Rate
Yaitu jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu
jangka waktu tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada pertengahan jangka
waktu yang bersangkutan. Nilai Periode Prevalen Rate hanya digunakan untuk
penyakit yang sulit diketahui saat munculnya, misalnya pada penyakit Kanker dan
Kelainan Jiwa.
Rumus :
Periode Prevalen Rate=jml penderita lama & baru : jml penduduk pertengahan x
XK

2). Point Prevalen Rate


Adalah jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit pada suatu saat dibagi
dengan jumlah penduduk pada saat itu. Dapat dimanfaatkan untuk mengetahui
Mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
Rumus :
Point Prevalen Rate=jml penderita lama & baru saat itu : jml penduduk saat itu x
XK
5. MASA INKUBASI
masa mulai saat penyebab penyakit masuk ke dalam tubuh (saat penularan) sampai
saat timbulnya penyakit; masa tunas
6. Apa definisi sehat
a. menurut WHO?
Menurut WHO (World Health Organization) Kesehatan adalah suatu keadaan
fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau
kelemahan.
b. Definisi Sehat (DEPKES RI)
UU No. 23, 1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa :
“ Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi ”. Dalam pengertian ini
maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-
unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian
integral kesehatan.
Dalam pengertian secara luas, sehat merupakan suatu keadaan yang dinamis
dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan
internal (psikologis, intelektual, spiritual, dan penyakit ) dan eksternal (lingkungan
fisik, social dan ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya.
c. Pepkins, mendefinisikan sehat sebagai keadaan keseimbangan yang dinamis dari
badan dan fungsi-fungsinya sebagai hasil penyesuaian yang dinamis terhadap
kekuatan-kekuatan yang cenderung menggangunya. Badan seseorang bekerja
secara aktif untuk mempertahankan diri agar tetap sehat sehingga kesehatan selalu
harus dipertahankan.
d. Paune (1983), mengatakan sehat adalah fungsi efektif dari sumber-sumber
perawatan diri (self care resources) yang menjamin tindakan untuk perawatan diri (
self care actions) secara adekuat. Self care resources : mencakup pengetahuan,
keterampilan dan sikap. Self care actions merupakan perilaku yang sesuai dengan
tujuan diperlukan untuk memperoleh, mempertahankan dan meningkatkan fungsi
psikososial dan spiritual.
e.  Pender (1982), sehat adalah perwujudan individu yang diperoleh melalui
kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain (aktualisasi). Perilaku yang sesuai
dengan tujuan, perawatan diri yang kompeten sedangkan penyesuaian diperlukan
untuk mempertahankan stabilitas dan integritas struktural.
f. Konsep sehat, yang dikemukakan oleh Linda Ewles & Ina Simmet (1992), yang
dikutip oleh A.E. Dumatubun dalam Jurnal Antropologi Papua 2002, seperti
berikut:
• Konsep sehat dilihat dari segi jasmani, yaitu dimensi sehat yang paling nyata
karena perhatiannya pada fungsi mekanisme tubuh.
• Konsep sehat dari segi mental, yaitu kemampuan berpikir dengan jernih dan
koheren. Istilah mental dibedakan dengan emosional dan sosial walaupun ada
hubungan yang dekat di antara ketiganya.
• Konsep sehat dilihat dari segi emosional, yaitu kemampuan untuk mengenal
emosi seperti takut, kenikmatan, kedukaan, dan kemarahan, dan untuk
mengekspresikan emosi-emosi secara cepat.
• Sehat dilihat dari segi sosial, berarti kemampuan untuk membuat dan
mempertahankan hubungan dengan orang lain.
• Konsep sehat dilihat dari aspek spiritual, yaitu berkaitan dengan kepercayaan dan
praktek keagamaan, berkaitan dengan perbuatan baik secara pribadi, prinsip-
prinsip tingkah laku, dan cara mencapai kedamaian dan merasa damai dalam
kesendirian.
• Konsep sehat dilihat dari segi societal, yaitu berkaitan dengan kesehatan pada
tingkat individual yang terjadi karena kondisi-kondisi sosial, politik, ekonomi dan
budaya yang melingkupi individu tersebut. Adalah tidak mungkin menjadi sehat
dalam masyarakat yang “sakit” yang tidak dapat menyediakan sumber-sumber
untuk pemenuhan kebutuhan dasar dan emosional. (Djekky,2001: 8)
g.  Larry Green & para koleganya, menulis bahwa pendidikankesehatan adalah
kombinasi pengalaman belajar yang dirancang untuk mempermudah adaptasi
sukarela terhadap perilaku yang kondusif bagi kesehatan.
h. Menurut UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan,menyatakan bahwa sehat
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan hidup
produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus
dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan
sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan.
i. Kesehatan mental menurut UU No.3/1961, adalah suatu kondisi yang
memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, emosional yang optimal dari
seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain.
j. Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam musyawarah Nasional Ulama tahun
1983, merumuskan kesehatan sebagai ketahanan ‘jasmaniah, ruhaniyah, dan sosial’
yang dimiliki manusia sebagai karunia Allah yang wajib disyukuri dengan
mengamalkan tuntunan-Nya, dan memelihara serta mengembangkannya.
k. White (1977), sehat adalah suatu keadaan dimana seseorang pada waktu diperiksa
tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan
kelainan.

PERMENKES RI NO. 39 TAHUN 2016


TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PIS – PK

PIS – PK terdiri atas 4 area prioritas yang meliputi:


a. Penurunan angka kematian ibu dan bayi;
b. Penurunan prevalensi balita pendek (stunting);
c. Penanggulangan PM.
d. Penanggulangan PTM.

Penyelenggaraan program PIS PK bertujuan untuk


a. Meningkatkan akses keluarga terhadap pelayanan kesehatan yang komprehensip
b. Mendukung pencapaian Standar pelayanan minimal kab/kota dan provinsi
c. Mendukung pelaksanaan JKN
d. Mendukung tercapainya tujuan program Indonesia Sehat.
Dalam rangka penyelenggaraan PIS – PK ditetapkan 12 indikator utama sebagai
penanda status kesehatan sebuah keluarga sbb:
a. Keluarga mengikuti program KB;
b. Ibu melakukan persalinan di faskes;
c. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap;
d. Bayi mendapatkan ASI eksklusif;
e. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan;
f. Penderita TB Paru mendapatkan pengobatan sesuai standar;
g. Penderita HT melakukan pengobatan secara teratur;
h. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak diterlantarkan;
i. Anggota keluarga tidak ada yang merokok;
j. Keluarga sudah menjadi anggota JKN;
k. Keluarga mempunyai sarana air bersih; dan
l. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat.

Sasaran dari PIS adalah meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat
melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan
perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan. Sasaran ini sesuai
dengan sasaran pokok Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)
2015 – 2019, yaitu:
1. Meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak,
2. Meningkatnya pengendalian penyakit,
3. Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama
di daerah terpencil, tertinggal, dan perbatasan,
4. Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui KIS dan kualitas
Pengelolaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Kesehatan;
5. Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin, serta
6. Meningkatnya responsivitas sistem kesehatan.

PIS dilaksanakan dengan menegakkan 3 pilar utama, yaitu:


1. Penerapan paradigma sehat,
2. Penguatan pelayanan kesehatan, dan
3. Pelaksanaan JKN.
A. Fasilitas Kesehatan
Faskes yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan untuk peserta JKN
terdiri atas FKTP dan FKRTL. FKTP dimaksud adalah:
1. Puskesmas atau yang setara;
2. Praktik dokter;
3. Praktik dokter gigi;
4. Klinik pratama atau yang setara; dan
5. Rumah Sakit Kelas D Pratama atau yang setara.

FKRTL berupa:
1. Klinik utama atau yang setara;
2. Rumah sakit umum; dan
3. Rumah sakit khusus.

B.Manfaat Jaminan Kesehatan


1. Manfaat yang dijamin dalam JKN terdiri dari:
a. Pelayanan kesehatan di FKTP merupakan pelayanan kesehatan non-
spesialistik yang meliputi:
1) Administrasi pelayanan;
2) Pelayanan promotif dan preventif;
3) Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;
4) Tindakan medis non-spesialistik, baik operatif maupun non-operatif;
5) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;
6) Transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis;
7) Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pertama; dan
8) Rawat inap tingkat pertama sesuai dengan indikasi medis.

b. Pelayanan kesehatan di FKRTL yang mencakup:


1) Administrasi pelayanan;
2) Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi spesialistik oleh dokter
spesialis dan subspesialis;
3) Tindakan medis spesialistik, baik bedah maupun non-bedah sesuai
dengan indikasi medis;
4) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;
5) Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis;
6) Rehabilitasi medis;
7) Pelayanan darah;
8) Pelayanan kedokteran forensik klinik;
9) Pelayanan jenazah (pemulasaran jenazah) pada pasien yang meninggal
di faskes (tidak termasuk peti jenazah);
10) Perawatan inap non-intensif;
11) Perawatan inap di ruang intensif; dan
12) Akupuntur medis.

c. Manfaat pelayanan promotif dan preventif


1) Penyuluhan kesehatan perorangan.
2) Imunisasi dasar.
3) Keluarga berencana (KB).
4) Vaksin untuk imunisasi dasar dan alat kontrasepsi dasar disediakan oleh
Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.
5) Pelayanan skrining kesehatan tertentu diberikan secara selektif untuk
mendeteksi risiko penyakit dan mencegah dampak lanjutan, yaitu:
a) DM tipe II;
b) HT;
c) Kanker leher rahim;
d) Kanker payudara; dan
e) Penyakit lain yang ditetapkan Menteri.
6) Pelayanan skrining kesehatan tertentu dalam poin 5) merupakan
pelayanan yang termasuk dalam lingkup non-kapitasi, yang
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pemeriksaan penunjang pelayanan skrining kesehatan, meliputi:
a) Pemeriksaan gula darah;
b) Pemeriksaan IVA untuk kasus Ca Cervix; dan
c) Pemeriksaan Pap Smear.
7) Khusus untuk kasus dengan pemeriksaan IVA positif dapat dilakukan
pelayanan Terapi Krio.

d. Manfaat Pelayanan Kebidanan dan Neonatal dalam JKN:


1) Pemeriksaan ANC berupa pemeriksaan fisik, pengukuran TB dan BB,
pemeriksaan TD, pengukuran LILA, pemeriksaan TFU, pemeriksaan
DJB, pemeriksaan posisi janin, pemeriksaan Hb, pemeriksaan golongan
darah, tes celup glukoprotein urin, imunisasi, pemberian suplemen besi
dan asam folat, dan konseling, serta mengonsultasikan ke dokter pada
trimester pertama atau sedini mungkin.
2) Pemeriksaan ANC sesuai standar diberikan dalam bentuk paket
minimal 4 (empat) kali pemeriksaan.
3) Pemeriksaan PNC/neonatus sesuai standar diberikan dalam bentuk
paket minimal 3 (tiga) kali kunjungan ibu dan 3 (tiga) kali kunjungan
bayi.
4) Pelayanan kebidanan dan neonatal yang dilakukan oleh bidan atau
dokter, sesuai kompetensi dan kewenangannya.

e. Pelayanan alat kesehatan


Pelayanan alkes yang jenis dan plafon harga ditetapkan oleh Menteri.
Pelayanan alat bantu kesehatan yang dijamin, meliputi:

N ALAT KESEHATAN KETENTUAN


O
1 Kacamata 1. Diberikan paling cepat 2 (dua)
tahun sekali
2. Indikasi medis minimal:
- Sferis 0,5 D
- Silindris 0,25 D
2 Alat bantu dengar Diberikan paling cepat 5 (lima) tahun
sekali atas indikasi medis
3 Protesa alat gerak 1. Protesa alat gerak adalah:
a. Kaki palsu
b. Tangan palsu
2. Diberikan paling cepat 5 (lima)
tahun sekali atas indikasi medis
4 Protesa gigi Diberikan paling cepat 2 (dua) tahun
sekali atas indikasi medis untuk gigi
yang sama
5 Korset tulang belakang Diberikan paling cepat 2 (dua) tahun
sekali atas indikasi medis
6 Collar neck Diberikan paling cepat 2 (dua) tahun
sekali atas indikasi medis
7 Kruk Diberikan paling cepat 5 (lima) tahun
sekali atas indikasi medis

2. Manfaat yang tidak dijamin dalam program JKN, meliputi:


a. Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur sebagaimana
diatur dalam peraturan yang berlaku;
b. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di faskes yang tidak bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan, kecuali dalam keadaan gawat darurat;
c. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan
kerja terhadap penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja atau hubungan
kerja;
d. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan
lalu lintas yang bersifat wajib sampai nilai yang ditanggung oleh program
jaminan kecelakaan lalu lintas;
e. Pelayanan kesehatan yang dilakukan diluar negeri;
f. Pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik;
g. Pelayanan untuk mengatasi infertilitas;
h. Pelayanan meratakan gigi;
i. Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atau akibat
melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri;
j. Pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, termasuk akupuntur
non medis, shin she, chiropractic, yang belum dinyatakan efektif
berdasarkan penilaian teknologi kesehatan (health technology assessment);
k. Pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai percobaan
(eksperimen);
l. Alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi, dan susu;
m. Perbekalan kesehatan rumah tangga;
n. Pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa tanggap darurat, kejadian
luar biasa/wabah;
o. Biaya pelayanan kesehatan pada kejadian tak diharapkan yang dapat
dicegah (preventable adverse evenis); dan
p. Biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan dengan Manfaat Jaminan
Kesehatan yang diberikan.

C. Pelayanan Obat, Penyediaan Obat, dan Penggunaan Obat


1. Pelayanan Obat
Setiap laporan kendala ketersediaan obat harus disertai dengan informasi:
a. Nama, sediaan, dan kekuatan obat;
b. Nama prabrik obat dan nama distributor obat;
c. Tempat kejadian (nama dan alamat kota/kabupaten dan provinsi, depo
farmasi/apotek/instalasi farmasi Rumah Sakit pemesan obat);
d. Tanggal pemesanan obat;
e. Hasil konfirmasi dengan distributor setempat; dan
f. Hal-hal lain yang terkait.

PERMENKES RI NO. 47 TAHUN 2018


TENTANG PELAYANAN KEGAWATDARURATAN

1. Pelayanan kegawatdaruratan adalah tindakan medis yang dibutuhkan oleh


pasien gawat darurat dalam waktu segera untuk menyelamatkan nyawa dan
pencegahan kecacatan.
2. Gawat darurat adalah keadaan klinis yang membutuhkan tindakan medis segera
untuk penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan.

Pelayanan Kegawatdaruratan harus memenuhi kriteria kegawatdaruratan.


Kriteria kegawatdaruratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:
a. Mengancam nyawa, membahayakan diri dan orang lain/lingkungan;
b. Adanya gangguan pada jalan nafas, pernafasan, dan sirkulasi (ABC);
c. Adanya penurunan kesadaran;
d. Adanya gangguan hemodinamik; dan/atau
e. Memerlukan tindakan segera.

Pelayanan Kegawatdaruratan meliputi penanganan kegawatdaruratan:


a. Prafasilitas pelayanan kesehatan;
b. Intrafasilitas pelayanan kesehatan; dan
c. Antarfasilitas pelayanan kesehatan.

Penanganan kegawatdaruratan prafasilitas pelayanan kesehatan, meliputi:


a. Tindakan pertolongan, dan/atau
b. Evakuasi medik terhadap pasien.

(1) Fasilitas pelayanan kesehatan, meliputi:


a. Puskesmas;
b. Klinik;
c. Tempat praktik mandiri dokter;
d. Tempat praktik mandiri dokter gigi;
e. Tempat praktik mandiri tenaga kesehatan lain; dan
f. Rumah sakit.
JENIS – JENIS EUTHANASIA

1. Euthanasia Aktif
Adalah perbuatan yang dilakukan secara aktif oleh dokter untuk mengakhiri hidup
seseorang (pasien) yang dilakukan secara medis. Biasanya dilakukan dengan
penggunaan obat-obatan yang bekerja cepat dan mematikan. Euthanasia aktif
terbagi menjadi 2 golongan.

2. Euthanasia Pasif
Adalah perbuatan menghentikan atau mencabut segala tindakan atau pengobatan
yang perlu untuk mempertahankan hidup manusia, sehingga pasien diperkirakan
akan meninggal setelah tindakan pertolongan dihentikan.

3. Euthanasia Volunter
Adalah penghentian tindakan pengobatan atau mempercepat kematian atas
permintaan sendiri.

4. Euthanasia Involunter
Adalah jenis euthanasia yang dilakukan pada pasien dalam keadaan tidak sadar
yang tidak mungkin untuk menyampaikan keinginannya.

Anda mungkin juga menyukai