Dualisme Dampak Pemanfaatan Media Sosial TikTok Dalam Humas Pemerintah
Dualisme Dampak Pemanfaatan Media Sosial TikTok Dalam Humas Pemerintah
Asti Prasetyawati
Universitas Indonesia
Email: asti.prasetyawati01@ui.ac.id
Abstrak
Era digital telah mengubah praktik kehumasan pemerintah menjadi humas digital.
Berbagai informasi dan pesan formal resmi dari pemerintah kini dapat dikemas dengan
cara yang lebih ringan dan menarik melalui berbagai platform media baru, salah satunya
melalui media sosial seperti TikTok. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
dampak dari pemanfaatan TikTok dalam menyosialisasikan konten-konten serius yang
dilakukan oleh humas pemerintah di Indonesia, khususnya oleh Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi lewat akun TikTok @kemenkomarves,
dengan menggunakan metode observasi sekunder dan tinjauan literatur. Studi ini ingin
menganalisis lebih jauh mengenai pemanfaatan TikTok dalam menyebarkan konten-
konten serius yang dilakukan oleh humas Kemenko Marves. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan adanya dualisme dampak yang ditimbulkan TikTok dalam melakukan
penyebaran konten humas Kemenko Marves. Meskipun penyebaran informasi melalui
TikTok berpotensi dapat mereduksi esensi asli pesan, namun hal ini juga sekaligus
menjadikan informasi tersebut menjadi dekat dan mudah dimengerti oleh masyarakat.
Untuk itu, dibutuhkan adaptasi teknologi dan strategi humas digital yang tepat agar
humas pemerintah dapat menciptakan konten-konten digital yang menarik dan
diminati oleh masyarakat luas.
Kata Kunci: Adaptasi Teknologi, Humas Digital, Humas Kemenko Marves, Strategi
Humas Digital, TikTok
Abstract
The digital era has changed government public relations practices into digital public relations.
Several official information and messages from the government could be formed in a lighter and
more attractive way through various new media platforms; one of them is through social media
like TikTok. This study aims to analyze the impact of TikTok in disseminating serious content
carried out by government public relations in Indonesia, especially by the Coordinating Ministry
for Maritime Affairs and Investment through @kemenkomarves TikTok account, using secondary
observation and literature review methods. This study is intended to analyse further the use of
TikTok in disseminating serious content carried out by public relations of Kemenko Marves. The
results of this study indicate the dualism of the impact caused by TikTok in transmitting Kemenko
Marves public relations content. Although the dissemination of information through TikTok can
reduce the original essence of the message, it also makes the information closer and easy to
understand for the public. For this reason, appropriate technology adaptation and digital public
relations strategies are needed to make the government public relations create digital content that
is attractive for society.
Keywords: Digital Public Relations, Digital Public Relations Strategies, Public Relations of
Kemenko Marves, Technology Adaptation, TikTok
Dualisme Dampak Pemanfaatan Media Sosial Tiktok dalam Humas Pemerintahan
Asti Prasetyawati
Pendahuluan
Era digital yang ditandai dengan perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi yang semakin mumpuni, dan ditambah dengan kehadiran internet, membuat
dunia seakan tidak bersekat. Hal ini yang kemudian disebut oleh Marshall McLuhan
(1964) sebagai The Global Village. Penggunaan internet, melalui berbagai platform,
memungkinkan masyarakat untuk saling bertukar informasi melalui beragam cara dan
bentuk. Salah satu cara yang paling digemari saat ini sebagai sarana untuk bertukar
informasi adalah melalui media sosial. Pasalnya, berdasarkan survei berkala yang
dilakukan oleh We Are Social & Hootsuite, pada tahun 2020 penggunaan media sosial di
dunia telah mencapai 3.800 miliar dengan tingkat penetrasi 49% (Kemp, 2020).
Sedangkan di Indonesia, pada tahun yang sama mencapai 160 juta pengguna dengan
tingkat penetrasi 59%. Kemudian jumlah ini bertambah sebanyak 10 juta pengguna lagi
di Januari 2021. Media sosial yang dimaksud di sini mencakup Facebook, Twitter,
Youtube, Instagram, WhatsApp, Snapchat, hingga aplikasi asal China yang saat ini
sedang marak digunakan, yaitu TikTok.
Awalnya media sosial dikenal sebagai sarana untuk berkomunikasi yang dapat
menghubungkan penggunanya dari berbagai belahan khatulistiwa. Dari sana, para
pengguna media sosial akan memperoleh kesenangan dan juga hiburan. Namun sekarang,
media sosial telah banyak melakukan disrupsi di berbagai industri (Dellarocas, 2006;
Kwak et al., 2011), mulai dari industri pemasaran, berita dan publikasi, perfilman, musik,
hingga sektor pemerintahan. Kehadiran media sosial telah menciptakan berbagai
tantangan sekaligus kesempatan baru yang sebelumnya belum pernah ada (Aral et al.,
2013). Hal ini membuat media sosial tidak lagi hanya dianggap sebagai sarana untuk
berkomunikasi dan mencari kesenangan, melainkan juga sebagai sarana untuk melakukan
promosi dan menyebarkan informasi baik yang bersifat formal maupun informal.
Setiap industri, termasuk pemerintahan, memerlukan suatu jembatan yang dapat
menghubungkan mereka dengan masyarakat. Berbagai program dan kebijakan yang telah
dirumuskan oleh pemerintah tidak akan dapat terlaksana dengan baik jika tidak
disosialisasikan kepada masyarakat secara baik. Hal ini menciptakan sebuah urgensi akan
keberadaan divisi humas pada suatu perusahaan, termasuk instansi pemerintahan. Di
sektor pemerintahan itu sendiri, baik dalam kementerian atau kelembagaan non
230
Jurnal Komunikasi Global, 10(2), 2021, pp. 229-250
kementerian, telah membentuk divisi humas yang umumnya berada di bawah naungan
Biro Komunikasi.
Saat ini, pekerjaan humas telah banyak yang merangkap menjadi praktisi media
sosial. Hal ini telah membuat fungsi kehumasan menjadi tergolong masuk ke dalam sub
kategori media sosial (Carr & Hayes, 2015). Humas itu sendiri merupakan kegiatan
mengidentifikasikan, mengembangkan, dan menjaga relasi baik antara suatu organisasi
dengan publiknya (Cutlip et al., 2006). Hampir semua humas, baik dari industri yang
fokus pada profit hingga nonprofit seperti pada sektor pemerintahan, memiliki tugas yang
cenderung sama, yaitu menjaga citra dan opini baik secara internal dan eksternal
organisasi. Dalam instansi pemerintahan, divisi humas, yang selanjutnya akan disebut
dengan humas pemerintah, mempunyai tugas untuk mengamankan kebijakan pemerintah,
melaksanakan pelayanan informasi, menjadi mediator yang proaktif, serta ikut berfungsi
dalam menciptakan iklim kondusif dan dinamis untuk dapat membantu pemerintah
mencapai program pembangunan nasional (Hidayah, 2015).
Sebagai media baru, media sosial telah menjadi platform komunikasi interaktif
yang memungkinkan terjadinya interaksi dua arah antara pengirim dan penerima pesan.
Hal ini menjadi penting dalam sistem kehumasan ketika menjalankan tugasnya di mana
salah satu tugas humas adalah untuk menyampaikan informasi sekaligus untuk
mendengar opini publik. Selain interaktif, media sosial juga dapat diakses secara mudah,
banyak digunakan oleh masyarakat, dan bersifat langsung (real time). Tantangan
selanjutnya adalah bagaimana divisi humas pemerintah, khususnya humas Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), dapat
memanfaatkan media sosial dengan baik sehingga mampu membuat konten yang sesuai
dengan audiens dan karakteristik platform media sosial yang dipilih. Tantangan baru ini
muncul karena di samping keunggulannya tersebut, media sosial juga dapat mengubah
konten berita menjadi konten editorial dan hiburan personal. Lewat user generated
content, para pengguna media sosial secara aktif dapat memilih dan menentukan pesan
apa dan dengan cara apa pesan tersebut akan ia konsumsi (Kent, 2013). Untuk itu, humas
pemerintahan diharapkan dapat membaca keinginan publik tersebut sehingga dapat
menciptakan konten yang diminati oleh masyarakat luas.
Untuk dapat memahami bagaimana platform video musik pendek dimanfaatkan
secara maksimal dalam humas Kemenko Marves, peneliti menggunakan konsep
231
Dualisme Dampak Pemanfaatan Media Sosial Tiktok dalam Humas Pemerintahan
Asti Prasetyawati
Computer Mediated Communication (CMC). Pada era digital seperti saat ini, manusia
memanfaatkan teknologi, internet, dan media digital sebagai sarana untuk
mengkomunikasikan pesan dan informasi, hal inilah yang kemudian disebut sebagai
komunikasi termediasi komputer (CMC) (Thurlow et al., 2004). CMC merupakan suatu
metode komunikasi dan bertukar informasi melalui jaringan telekomunikasi, termasuk
juga setiap interaksi manusia yang difasilitasi melalui teknologi berbasis digital
(McQuail, 2011), seperti melalui internet, pesan elektronik (e-mail), pesan instan,
interaksi multi-pengguna, dan sebagainya. Dengan begitu, melakukan komunikasi
melalui media sosial seperti TikTok termasuk ke dalam salah satu bentuk CMC.
TikTok merupakan salah satu platform media sosial dengan format audio-visual
yang memungkinkan penggunanya untuk membuat dan membagikan video singkat
dengan durasi 15 detik hingga 3 menit. Aplikasi buatan perusahaan China, ByteDance,
ini diluncurkan pada tahun 2016 dan mampu mengumpulkan 100 juta pengguna dengan
jumlah video rata-rata 1 milyar per hari di tahun pertama ia diluncurkan. Berdasarkan
data yang diberikan oleh App Annie, layanan market intelligence yang menyusun data
terkait performa suatu aplikasi di dalam mobile market store, pada Q1 tahun 2021 TikTok
telah menjadi aplikasi yang paling banyak diunduh di seluruh dunia (Hutchinson, 2021).
TikTok dibuat bukan untuk konten berbobot dengan tone serius. Namun saat ini,
penggunaan TikTok sudah lebih jauh dari visi tersebut, hal ini akan dijelaskan lebih lanjut
pada bagian pembahasan.
TikTok sebagai platform media sosial yang tergolong baru dalam
kebermanfaatannya di bidang humas memiliki karakteristik yang cukup unik. Penetrasi
TikTok di Indonesia juga terbilang cukup memuaskan. TikTok termasuk ke dalam
aplikasi yang mudah digunakan oleh siapa saja. Meskipun di pertengahan tahun 2018,
pemakaian TikTok di Indonesia sempat dilarang oleh Kementerian Komunikasi dan
Informasi (Kominfo) karena dianggap memuat konten-konten tidak baik yang dapat
berpengaruh buruk bagi anak-anak. Pelarangan yang hanya berlangsung satu minggu ini
tidak mengubah posisi TikTok untuk dinobatkan sebagai aplikasi terbaik di Google Play
Store (Adawiyah, 2020). Formatnya yang mudah diingat dan dibuat ulang, membuat
TikTok populer di kalangan semua umur, baik di masyarakat perkotaan maupun
pedesaan. Dianggap sebagai platform yang mampu menjangkau seluruh kalangan
masyarakat, beberapa humas pemerintah pada kementerian di Indonesia mulai
232
Jurnal Komunikasi Global, 10(2), 2021, pp. 229-250
memanfaatkan aplikasi TikTok sebagai salah satu sarana untuk menyebarkan informasi
terkait pemerintahan.
Beberapa kementerian yang rutin membagikan konten pada aplikasi TikTok
adalah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (@kemenparekraf), Kementerian
Keuangan (@kemenkeuri), Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(@kemenpupr), dan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi
(@kemenkomarves). Masing-masing kementerian ini menggunakan TikTok dengan ciri
khas yang berbeda-beda, disesuaikan dengan target audiens dan tugas mereka dalam
pemerintahan. Contoh, di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang salah satu
tugasnya adalah mempromosikan pariwisata Indonesia, maka melalui akun TikTok,
mereka banyak membuat konten-konten mengenai pariwisata Indonesia dan promosi
produk buatan Indonesia dengan tagar #BanggaBuatanIndonesia.
Sedikit berbeda dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif,
Kementerian Keuangan lebih banyak memuat konten edukatif seputar perpajakan di akun
TikToknya. Begitu pun dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
yang banyak memuat konten edukatif seputar pembangunan gedung, rumah, dan jalan di
Indonesia. Hal yang sedikit berbeda dilakukan oleh Kemenko Marves. Melalui akunnya
@kemenkomarves, Kemenko ini menawarkan konten yang cukup beragam mulai dari
informasi dan laporan kunjungan Menteri Koordinator ke berbagai daerah, kegiatan
sehari-hari di kantor Kemenko, hingga melakukan sosialisasi surat edaran.
Hingga saat ini, penelitian akademis terkait penerapan media sosial TikTok dalam
humas pemerintah masih tergolong sedikit. Beberapa penelitian terdahulu terkait TikTok
di antaranya dilakukan oleh Wang et al. (2019) yang menemukan bahwa TikTok banyak
digunakan oleh anak muda untuk tujuan hiburan dan pengurangan tekanan (stres).
Kemudian penelitian Henneman (2020) menemukan adanya kemungkinan untuk
menyajikan berita atau informasi melalui TikTok, namun dalam praktiknya sulit untuk
menerapkan etika jurnalistik pada TikTok. Mencoba untuk mengkaji TikTok melalui
bidang lainnya, Chen et al. (2021) menemukan bahwa TikTok dapat digunakan untuk
mendukung sektor kesehatan pemerintah China dalam rangka membagikan informasi
seputar pandemi Covid-19. Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu di atas, belum
ditemukan adanya kajian terkait pemanfaatan TikTok dalam humas pemerintah di
Indonesia. Berangkat dari latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk
233
Dualisme Dampak Pemanfaatan Media Sosial Tiktok dalam Humas Pemerintahan
Asti Prasetyawati
menganalisis lebih jauh mengenai dampak yang ditimbulkan dari pemanfaatan TikTok
sebagai platform video musik pendek dalam menyosialisasikan konten-konten serius
yang dilakukan oleh humas pemerintah di Indonesia, khususnya oleh Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi lewat akun TikTok @kemenkomarves.
Peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan sumbangsih akademis dan praktis
khususnya untuk kajian humas di bidang pemerintahan dalam memanfaatkan media sosial
TikTok dalam praktik kehumasan.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data observasi sekunder dan
studi literatur dengan tujuan menyusun conceptual framework di akhir makalah. Dengan
menggunakan pendekatan kualitatif, kerangka teoritis tersebut disusun dalam rangka
menggambarkan hubungan antar konstruk berdasarkan data pengamatan yang didapat
dari hasil observasi akun TikTok @kemenkomarves sekaligus diperkaya dengan tinjauan
teoritis hasil penelitian yang telah ada sebelumnya. Dalam menyusun makalah ini,
peneliti menggunakan sembilan artikel penelitian terdahulu dalam kurun waktu 10 tahun
terakhir terkait penggunaan media sosial dalam bidang humas, khususnya di bidang
humas pemerintah. Sedangkan observasi pada akun TikTok @kemenkomarves dilakukan
dalam jangka waktu 6 bulan pertama sejak akun tersebut dibuat, yaitu Januari 2021
hingga Juni 2021, dengan jumlah konten TikTok sebanyak 69 konten.
Observasi sekunder merupakan pengamatan yang dilakukan secara online dengan
cakupan pengamatan profil media sosial, rekaman dan arsipnya (konten), kemungkinan
adanya ekspresi bebas dalam teks (komentar), grafik, bentuk suara, hingga emotikon
(Kamila, 2020). Dalam hal ini, peneliti memperhatikan unggahan konten humas
Kemenko Marves dalam media sosial TikTok sebagai platform yang dipilih untuk
melakukan sosialisasi informasi, pesan, dan juga kebijakan pemerintah. Penelitian ini
menggunakan akun media sosial TikTok @kemenkomarves yang belakangan ini cukup
sering mengunggah informasi melalui TikTok. Hal yang diperhatikan peneliti mengenai
konten unggahan ini meliputi tone, durasi, judul, kompleksitas, dan feedback dari audiens
(publik) seperti jumlah like dan komentar terhadap konten TikTok terunggah.
Selain itu, peneliti juga melakukan tinjauan literatur sebagai salah satu metode
penelitian yang dilakukan dengan cara memadukan penelitian-penelitian sebelumnya
234
Jurnal Komunikasi Global, 10(2), 2021, pp. 229-250
untuk memeriksa data secara kolektif terkait suatu area penelitian tertentu. Tinjauan
literatur dilakukan dengan menerapkan langkah-langkah yang disampaikan oleh Francis
S. (2006), yang dapat dilihat dalam Tabel 1.
235
Dualisme Dampak Pemanfaatan Media Sosial Tiktok dalam Humas Pemerintahan
Asti Prasetyawati
Tujuan akhir dari melakukan penelitian dengan metode ini adalah untuk dapat
membentuk kerangka teoritis dan membangun model konseptual (Snyder, 2019).
Tinjauan literatur dapat menjadi sebuah sumbangsih yang informatif, kritis, dan
bermanfaat bagi dunia akademis dalam membantu mengembangkan rumusan pertanyaan
236
Jurnal Komunikasi Global, 10(2), 2021, pp. 229-250
lanjutan untuk penelitian di masa yang akan datang (Bolderston, 2008). Dengan kata lain,
tinjauan literatur bertujuan untuk memperkaya wawasan baru mengenai pengetahuan
tersebut dengan cara membangun dasar penyelidikan akademis (Xiao & Watson, 2019).
Jenis penelitian ini menjadi penting karena dapat meleburkan temuan dan perspektif dari
banyak penemuan empiris sebelumnya sehingga dapat menjawab pertanyaan penelitian
dengan sudut pandangan yang lebih menyeluruh. Proses peleburan dilakukan dengan
melakukan sintesis sekelompok literatur terkait kemudian menarik suatu benang merah
dari sana sehingga dapat digunakan untuk menguji hipotesis tertentu atau
mengembangkan teori baru. Sebuah makalah tinjauan literatur yang baik diharapkan
dapat bersifat lebih komprehensif, kaya akan referensi, menggunakan data secara selektif
dan relevan, mampu menyintesis ide atau kata kunci dengan baik, serta memuat
keseimbangan antara konsep dengan opini secara kritis, dan analitis (Steward, 2004).
Dalam melaksanakan riset berbasis literatur, terdapat dua tipe tinjauan literatur
yaitu tinjauan literatur yang dilakukan secara tradisional dan sistematis (Jesson et al.,
2011). Makalah konseptual ini akan menggunakan tinjauan literatur tradisional dalam
penyusunannya. Tinjauan literatur tradisional dilakukan dengan cara memadukan data-
data sekunder. Dalam menggunakan metode ini, peneliti diharapkan sudah mengetahui
pertanyaan dan tujuan penelitian dengan jelas. Berbagai data yang dikumpulkan melalui
metode ini akan dikelompokkan berdasarkan tema atau konsep dalam penelitian. Melalui
cara ini, peneliti berusaha untuk memperoleh gambaran besar dan deskriptif mengenai
suatu pengetahuan. Model tradisional dipilih dalam penelitian ini karena dipahami
sebagai bentuk ulasan dengan sistematika yang cukup longgar (Ashari, 2010) sehingga
dapat memberikan ruang kreativitas dan eksplorasi ide yang lebih luas bagi peneliti dalam
mengulas isu yang ingin diangkat.
Sedangkan metode tinjauan literatur sistematis merupakan upaya untuk mengulas
pengetahuan secara lebih khusus dengan cara yang lebih spesifik dan terkontrol. Metode
ini memungkinkan untuk memberikan ketepatan dan kekuatan yang lebih tinggi dalam
memperkirakan efek dan risiko yang mungkin terjadi terkait suatu isu. Baik melalui cara
tradisional ataupun sistematis, penelitian dengan metode tinjauan literatur dapat
membantu para akademisi dan praktisi untuk dapat mengikuti perkembangan terbaru
suatu isu tanpa harus membaca banyak laporan yang panjang.
237
Dualisme Dampak Pemanfaatan Media Sosial Tiktok dalam Humas Pemerintahan
Asti Prasetyawati
238
Jurnal Komunikasi Global, 10(2), 2021, pp. 229-250
interaksi dengan publik, seperti menjawab pertanyaan dan mendengarkan ide publik. M.
Graham et al. (2013) menyimpulkan bahwa interaktivitas antara pemerintahan dan publik
yang dijembatani oleh media sosial dapat mendukung transparansi dan akuntabilitas
kinerja pemerintah terhadap publik.
Berdasarkan data secara umum, penetrasi penggunaan media baru dalam humas
pemerintahan tidak selalu dapat disambut dan diadaptasi secara baik oleh pegawai
pemerintahan. Peneliti telah melakukan penelusuran literatur akademis dan memutuskan
untuk mengambil 9 artikel akademis yang sesuai dengan kriteria dan topik penelitian ini,
yaitu penggunaan media sosial khususnya TikTok dalam praktik humas pemerintah.
Intisari dari artikel-artikel tersebut akan disajikan dalam Tabel 2 untuk kemudian
dijadikan sebagai bahan analisis lebih lanjut.
239
Dualisme Dampak Pemanfaatan Media Sosial Tiktok dalam Humas Pemerintahan
Asti Prasetyawati
3 Hasnawati & Salamah Kehadiran media sosial sebagai media baru telah
(2017) menjadi peluang sekaligus ancaman bagi humas
pemerintah, khususnya BPK RI. Berbagai peluang
yang dimaksud adalah media sosial dapat
membuka kesempatan untuk meningkatkan
kesadaran dan partisipasi publik terkait program
dan kebijakan pemerintah lewat fitur
interaktivitasnya, dapat menyebarkan informasi
secara lebih cepat dan luas, serta dapat mendukung
terjadinya transparansi informasi. Kurangnya
kemampuan untuk menguasai media sosial dengan
baik menjadi tantangan tim humas pemerintah agar
dapat menyajikan konten yang menarik dan mudah
dipahami oleh masyarakat.
4 Haryanti & Rusfian Komunikasi humas pemerintahan melalui media
(2018) sosial belum sepenuhnya mampu menjadi
penghubung kesenjangan digital yang terjadi di
pedesaan.
5 Kusumaningtyas & Penelitian yang dilakukan di Kota Salatiga ini
Vanel (2019) berfokus pada platform Instagram yang dianggap
sebagai medium penyampaian informasi modern.
Manajemen media sosial dan desain konten yang
menarik menjadi kunci pesan dapat dimengerti
dengan baik oleh masyarakat luas. Selain itu, media
sosial juga berhasil meningkatkan brand
awareness Kota Salatiga sekaligus mampu
menghubungkan banyak orang baik dari dalam
maupun luar kota sebagai sumber informasi dan
sekaligus sebagai platform untuk melakukan
promosi.
6 Wang et al. (2019) Agregasi pengguna TikTok dibentuk berdasarkan
pada kebutuhan kognisi pengguna, emosi, integrasi
240
Jurnal Komunikasi Global, 10(2), 2021, pp. 229-250
Hasil dari studi literatur akademis di atas menunjukkan bahwa pemanfaatan media
sosial dapat terdiri dari beragam bentuk serta bergantung pada selera audiens. Dari sana
juga dapat ditarik kesimpulan bahwa strategi kehumasan dan pemahaman tentang
karakteristik platform media sosial yang tepat masih belum banyak dimiliki oleh tim
humas pemerintah, termasuk di Indonesia. Sehingga meskipun sudah menggunakan
media sosial dalam hal membagikan informasi, format konten yang dibagikan masih
terkesan monoton dan terlalu rumit untuk dikonsumsi masyarakat luas. Hasilnya,
241
Dualisme Dampak Pemanfaatan Media Sosial Tiktok dalam Humas Pemerintahan
Asti Prasetyawati
informasi menjadi tidak diminati dan tidak dapat dimengerti oleh masyarakat. Dalam
situasi seperti ini, komunikasi publik humas pemerintah dapat dikatakan mengalami
kegagalan. Namun, hal ini tidak menghentikan para praktisi humas pemerintah untuk
tetap menggunakan media sosial sebagai salah satu cara yang dipilih dalam menyebarkan
berbagai informasi terkait pemerintahan.
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, sebagai sebuah
organisasi pemerintahan yang cukup besar di Indonesia, telah menerapkan cara kerja
humas digital dalam pelaksanaan tugas-tugas kehumasannya sehari-hari. Berbagai
platform digital seperti situs web, link survei online, video interaktif, hingga media sosial
telah dimanfaatkan sebagai medium untuk menyebarkan informasi dan kebijakan
organisasi, baik kepada publik maupun stakeholders terkait. Hampir keseluruhan media
sosial yang banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia seperti Facebook, Twitter,
Youtube, Instagram, hingga TikTok digunakan oleh divisi humas Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi agar dapat menciptakan kedekatan
dengan publik.
Praktik humas digital dapat terjadi karena didukung oleh interaktivitas yang
dimungkinkan akibat adanya internet, terutama media sosial. Berbeda dengan humas
konvensional yang ruang lingkupnya cenderung terbatas, statis, dan dapat dikontrol,
humas digital lebih bersifat dinamis, lemah kontrol, dan dapat memuat banyak pesan yang
pertukarannya terjadi secara cepat (Meranti, 2018). Humas di era digital membutuhkan
pemahaman mendalam dalam hal membuat dan membagikan informasi kepada publik
yang kemudian digunakan untuk memetakan pokok-pokok masalah (Wright & Hinson,
2008). Untuk menjawab tantangan tersebut, dibutuhkan adaptasi dan strategi yang tepat
agar dapat mengadopsi teknologi digital secara baik.
Dalam penerapannya menggunakan beragam media sosial, divisi humas Kemenko
Marves berusaha untuk menyesuaikan diri dengan tradisi digital, termasuk melakukan
personalisasi konten di setiap media sosial yang berbeda. Tergolong masih baru dalam
penggunaan TikTok, divisi humas Kemenko Marves berada dalam tahap penyesuaian
format konten TikTok. Mereka mencoba untuk mengkomunikasikan beragam konten
dengan bobot yang serius (sosialisasi surat edaran, kebijakan, dan peraturan menteri)
hingga konten yang bersifat tidak serius (mini vlog keseharian pegawai kemenko
Marves).
242
Jurnal Komunikasi Global, 10(2), 2021, pp. 229-250
243
Dualisme Dampak Pemanfaatan Media Sosial Tiktok dalam Humas Pemerintahan
Asti Prasetyawati
meningkat. Terbukti dengan jumlah penonton konten tersebut yang hampir mencapai
1.000 viewers hanya dalam waktu 1 hari rilis.
Cara baru ini memberikan dampak yang cukup baik karena media sosial, dalam
hal ini TikTok, berada dekat dengan masyarakat. Sehingga kemungkinan informasi
tersebut dapat sampai kepada publik menjadi lebih luas. Selain itu, dengan memanfaatkan
Teori Kekayaan Media (1986), humas pemerintah juga dapat memanfaatkan media lain
untuk menyebarkan konten TikTok tersebut (Ishii et al., 2019). Hal ini juga telah
dilakukan oleh divisi humas Kemenko Marves, yaitu dengan cara menyebarkan konten
TikTok tersebut melalui Instagram dengan fitur Instagram stories. Hasilnya, konten
TikTok tersebut mendapatkan jumlah viewers yang lebih banyak lagi dan bahkan mampu
menjangkau publik dengan melampaui batas wilayah tertentu.
244
Jurnal Komunikasi Global, 10(2), 2021, pp. 229-250
perorangan oleh individu sebagai salah satu bukti bahwa engagement telah terbentuk.
Sehingga kesimpulannya, segala jenis informasi, baik formal maupun informal, yang
ingin disiarkan di TikTok harus dikemas secara menghibur agar dapat diminati dan
menciptakan engagement di masyarakat.
Situasi ini kemudian sesuai dengan apa yang digambarkan oleh Postman (1986)
bahwa kehadiran budaya popular yang dibawa oleh media sosial, dalam hal ini TikTok,
sebagai sarana untuk mengekspresikan suatu ide atau informasi melalui gambaran visual
dapat mereduksi tingkat keseriusan isu tersebut (Straubhaar et al., 2012). Menurut Moore
(2006), hal ini juga dipahami sebagai pergeseran esensi asli suatu pesan. Melalui media
sosial, proses komunikasi menjadi semakin mudah dan kompleks namun sekaligus juga
dipandang sebagai sarana hiburan alih-alih menjalankan fungsinya untuk memberi
informasi dan penjelasan (Lloyd & Toogood, 2015).
245
Dualisme Dampak Pemanfaatan Media Sosial Tiktok dalam Humas Pemerintahan
Asti Prasetyawati
untuk melakukan pemantauan berkala terkait perkembangan isu yang terjadi di media
sosial (Meranti, 2018).
Agar dapat menciptakan ekosistem opini publik yang positif, divisi humas juga
perlu untuk membagikan kegiatan organisasi yang bersinggungan dengan kepentingan
publik sebagai bentuk transparansi (Graham et al., 2013; Hasnawati & Salamah, 2017).
Hal ini juga telah dilakukan oleh divisi humas Kemenko Marves di mana mereka
membagikan beragam aktivitas yang dilakukan, baik oleh Menteri Koordinator, kegiatan
di kantor, hingga progres tugas yang sedang dijalankan oleh Kementerian, khususnya
untuk setiap topik yang berkaitan dengan masyarakat luas. Meskipun hal tersebut telah
dilakukan, hal ini tetap tidak dapat mencegah adanya komentar negatif sebagai
konsekuensi dari sifat keterbukaan yang dimiliki oleh media sosial, termasuk TikTok.
Pembawaan konten serius dengan tone yang menghibur juga sering kali memicu
komentar buruk.
Berdasarkan pemaparan berbagai konsep dan fenomena di atas, peneliti
menawarkan kerangka konseptual sebagai berikut:
246
Jurnal Komunikasi Global, 10(2), 2021, pp. 229-250
seperti TikTok, dalam melaksanakan tugas kehumasan. Tiga manfaat tersebut yaitu,
humas pemerintah dapat menggunakan teknologi digital untuk membaca dan
membagikan pesan dan/atau informasi kepada publik (P1), memanfaatkan media sosial
untuk meningkatkan engagement dengan publiknya (P2), serta menggunakan media
sosial sebagai sarana untuk mendengarkan opini publik (P3).
Penutup
Berdasarkan hasil penelitian, sama seperti media sosial lain, dualisme dampak dari
pemanfaatan TikTok dalam praktik humas pemerintah tercermin ke dalam dua hal yang
saling bertolak belakang namun saling berhubungan, yaitu adanya peningkatan kedekatan
pesan pada audiens dan terjadinya reduksi kualitas pesan yang dikorbankan. Platform
media sosial TikTok, dengan karakteristiknya yang menyajikan video singkat dengan
tone konten yang menghibur, dapat mereduksi bobot keseriusan pesan resmi
pemerintahan namun sekaligus menjadikan pesan tersebut menjadi dekat dan mudah
dimengerti oleh masyarakat. Di samping itu, TikTok juga dapat digunakan untuk
meningkatkan engagement antara organisasi (kementerian) dengan publiknya dan juga
dapat digunakan sebagai sarana untuk mendengarkan opini publik baik yang bersifat
positif maupun negatif. Berbagai tantangan dan juga kesempatan yang diberikan oleh era
digital ini membuat praktisi humas pemerintah diharuskan memahami strategi humas
digital secara baik agar dapat menciptakan konten-konten digital yang menarik dan
diminati masyarakat luas. Penggunaan konten dengan format video singkat, ringan, dan
menarik khas video TikTok merupakan strategi yang tepat untuk menyebarkan pesan
melalui media sosial TikTok. Secara tidak langsung, hal ini mencerminkan teknologi
determinisme di mana teknologi digital (media sosial) menuntut penyesuaian dari
manusia yang menggunakannya, baik sebagai pengirim (humas pemerintah) maupun
penerima pesan (publik).
Penelitian ini masih terbatas pada pengamatan yang peneliti lakukan terhadap
salah satu akun TikTok humas pemerintahan @kemenkomarves pada masa 6 bulan
pertama akun TikTok tersebut dibuat. Hal ini memunculkan adanya kemungkinan bahwa
akun tersebut masih dalam tahap mencari format konten yang sesuai dalam melakukan
penyampaian pesan. Untuk itu, peneliti menyarankan untuk melakukan penelitian
lanjutan yang dilakukan pada akun TikTok humas pemerintahan yang sudah ajek disertai
247
Dualisme Dampak Pemanfaatan Media Sosial Tiktok dalam Humas Pemerintahan
Asti Prasetyawati
dengan observasi lapangan secara langsung. Penelitian lanjutan bisa dilakukan baik
melalui survei, wawancara mendalam, maupun focus group discussion (FGD) dengan
objek penelitian dua sisi aktor yang terlibat dalam kehumasan, yakni dari sisi pembuat
pesan (humas pemerintah) dan juga penerima pesan (publik). Hal ini dilakukan dengan
tujuan untuk dapat memahami realitas secara lebih dalam lagi dengan didukung oleh data
lapangan mengenai pemaksimalan penggunaan media sosial TikTok dan dampaknya
dalam rangka melaksanakan praktik kehumasan pada sektor pemerintahan.
Daftar Pustaka
Adawiyah, D. P. R. (2020). Pengaruh Penggunaan Aplikasi TikTok Terhadap
Kepercayaan Diri Remaja di Kabupaten Sampang. Jurnal Komunikasi, 14(2),
135–148. https://doi.org/10.21107/ilkom.v14i2.7504
Aral, S., Dellarocas, C., & Godes, D. (2013). Social media and business transformation:
A Framework for research. Information Systems Research, 24(1), 3–13.
https://doi.org/10.1287/isre.1120.0470
Ashari, E. T. (2010). Memahami Karakteristik Pegawai Negeri SIpil yang Profesional.
Jurnal Kebijakan Manajemen PNS, 4(2), 1–11.
Bolderston, A. (2008). Writing an Effective Literature Review. Journal of Medical
Imaging and Radiation Sciences, 39(2), 86–92.
https://doi.org/10.1016/j.jmir.2008.04.009
Carr, C. T., & Hayes, R. A. (2015). Social Media: Defining, Developing, and Divining.
Atlantic Journal of Communication, 23(1), 46–65.
https://doi.org/10.1080/15456870.2015.972282
Chen, Q., Min, C., Zhang, W., & Ma, X. (2021). Factors Driving Citizen Engagement
With Government TikTok Accounts During the COVID-19 Pandemic : Model
Development and Analysis. Journal of Medical Internet Research, 23(2), 1–13.
https://doi.org/10.2196/21463
Cutlip, S. M., Center, A. H., & Broom, G. M. (2006). Effective public relations (L. Jewell
(ed.); 9th ed.). Upper Saddle River.
Dellarocas, C. (2006). Strategic manipulation of internet opinion forums: Implications for
consumers and firms. Management Science, 52(10), 1577–1593.
https://doi.org/10.1287/mnsc.1060.0567
Francis, S., & B. (2006). Systematic Reviews of Qualitative Literature. UK Cochrane
Centre.
Graham, M., Avery, E. J., & Ph, D. (2013). Government Public Relations and Social
Media : An Analysis of the Perceptions and Trends of Social Media Use at the
Local Government Level. 7(4), 1–21.
Hasnawati, S., & Salamah, U. (2017). The evaluation of the transformation of government
public relations in the new media era. Proceeding of The 4th Conference on
Communication, Culture, and Media Studies, October, 41–50.
Henneman, T. (2020). Teaching Journalism & Mass Communication Beyond Lip-
Synching : Experimenting with TikTok Storytelling. 10(2), 1–14.
Hidayah, R. A. (2015). Kajian Tugas dan Fungsi Hubungan Masyarakat di Kantor
Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara. Acta Diurna, IV.
248
Jurnal Komunikasi Global, 10(2), 2021, pp. 229-250
249
Dualisme Dampak Pemanfaatan Media Sosial Tiktok dalam Humas Pemerintahan
Asti Prasetyawati
250