Anda di halaman 1dari 353

LAPORAN

TAHUNAN
2021

DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN


DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT dan atas berkat dan karunia-Nya Buku Laporan
Tahunan Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit telah
diselesaikan dengan baik.
Sesuai Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan
Organisasi Kementerian Negara, setiappimpinan suatu organisasi wajib
menyampaikan laporan berkala tepat pada waktunya. Salah satu laporan berkala
yaitu laporan tahunan.
Dengan berakhirnya tahun anggaran 2021, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit memiliki kewajiban untuk menyusun Laporan Tahunan yang dibuat untuk memberikan
gambaran tentang pelaksanaan tugas dan fungsi, perkembangan dan hasil yang dicapai oleh
setiap unit kerja dalam setahun.
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit mempunyai kedudukan sebagai
unsur pendukung pelaksanaan tugas di bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Kesehatan.
Program dan kegiatan selama Tahun 2021 yang telah dilaksanakan merupakan kegiatan yang
berkelanjutan, untuk itu semua hambatan, tantangan dan masalah yang timbul dalam
pelaksanaan harus dicermati secara arif dan bijaksana, sebagai masukan dan koreksi. Dengan
demikian akan semakin meningkatkan hasil yang dicapai untuk tahun selanjutnya. Upaya yang
maksimal sudah dilakukan untuk pelaksanaan kegiatan berdasarkan rencana kerja di tahun 2021.
Namun, kita menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan yang perlu
penyempurnaan dalam upaya pencapaian tujuan pencegahan dan pengendalian penyakit.
Mengingat laporan tahunan ini merupakan dokumen yang mencatat dan merekam hasil
pelaksanaan kegiatan di lingkungan Satker Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit, maka diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu acuan dalam perencanaan dan
pelaksanaan kegiatan tahun berikutnya.

Jakarta, Februari 2022


Direktur Jenderal P2P,

Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS


NIP 196405201991031003

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[i]
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................... I


DAFTAR ISI ................................................................................................................................... II
BAB I ANALISA SITUASI AWAL TAHUN .................................................................................... 1
1. Hambatan Tahun Lalu ...................................................................................................... 1
2. Kelembagaan .................................................................................................................... 1
3. Sumber Daya .................................................................................................................... 3
BAB II TUJUAN DAN SASARAN KERJA .................................................................................... 9
1. Dasar Hukum .................................................................................................................... 9
2. Tujuan, Sasaran dan Indikator ......................................................................................... 9
BAB III STRATEGI PELAKSANAAN .......................................................................................... 12
1. Strategi Pencapaian Tujuan dan Sasaran .................................................................... 12
2. Hambatan dalam Pelaksanaan Strategi ....................................................................... 13
3. Terobosan yang dilakukan ............................................................................................. 17
BAB IV HASIL KERJA ................................................................................................................. 22
1. Pencapaian Tujuan dan Sasaran .................................................................................. 22
2. Pencapaian Kinerja ...................................................................................................... 305
3. Realiasai Anggaran ...................................................................................................... 346
4. Upaya meraih WTP dan Reformasi Birokrasi .............................................................. 348
BAB V PENUTUP ....................................................................................................................... 349
1. Kesimpulan ................................................................................................................... 349
2. Rencana Tindak Lanjut................................................................................................. 350

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[ii]
BAB I
ANALISA SITUASI AWAL TAHUN

1. Hambatan Tahun Lalu


Hambatan/kendala dan permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas dan
fungsi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan di tahun 2021
antara lain :
1. Situasi pandemi COVID-19 menyebabkan pelaksanaan kegiatan program
pencegahan dan pengendalian penyakit tidak maksimal
2. Mobilasasi tenaga Kesehatan yang sudah dilatih sangat tinggi sehingga
mengakibatkan pelaksanaan program belum optimal
3. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa kabupaten/kota
mengakibatkan tenaga kesehatan tidak dapat menjalankan program dengan optimal.
4. Masih rendahnya jejaring kerja program pencegahan dan pengendalian penyakit baik
Pusat dan Daerah
5. Kurangnya pemahaman SDM Kab/Kota terhadap pencapaian Indikator SPM
6. Terbatasnya kegiatan bimtek dan monev ke Daerah sehingga tidak optimal dalam
pelaksanaan program P2P
7. Belum semua Daerah mampu melakukan pencatatan dan pelaporan melalui website
8. Adanya refocusing anggaran untuk penanganan COVID19 sehingga kegiatan tidak
dapat dilaksanakan atau ditunda pelaksanaannya pada tahun depan.
9. Dukungan sarana dan prasarana baik Pusat dan Daerah masih rendah

2. Kelembagaan
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 25 tahun 2020
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, susunan organisasi
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit terdiri atas:
a. Sekretariat Direktorat Jenderal.
b. Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan (SKK)
c. Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML)
d. Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik
(P2PTVZ)
e. Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM)
f. Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza
(P2PMKJN)
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit mempunyai tugas
menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pencegahan dan
pengendalian penyakit sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam
melaksanakan tugas, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
melaksanakan fungsi antara lain sebagai berikut:
1. Perumusan kebijakan di bidang surveilans epidemiologi dan karantina, pencegahan
dan pengendalian penyakit menular, penyakit tular vektor, penyakit zoonotik, dan
penyakit tidak menular, serta upaya kesehatan jiwa dan Narkotika, Psikotropika, dan
Zat adiktif lainnya (NAPZA);
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang surveilans epidemiologi dan karantina, pencegahan
dan pengendalian penyakit menular, penyakit tular vektor, penyakit zoonotik, dan
penyakit tidak menular, serta upaya kesehatan jiwa dan Narkotika, Psikotropika, dan
Zat adiktif lainnya (NAPZA);

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[ 1]
3. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang surveilans epidemiologi
dan karantina, pencegahan dan pengendalian penyakit menular, penyakit tular
vektor, penyakit zoonotik, dan penyakit tidak menular, serta upaya kesehatan jiwa
dan Narkotika, Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya (NAPZA);
4. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang surveilans epidemiologi dan
karantina, pencegahan dan pengendalian penyakit menular, penyakit tular vektor,
penyakit zoonotik, dan penyakit tidak menular, serta upaya kesehatan jiwa dan
Narkotika, Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya (NAPZA);
5. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang surveilans epidemiologi dan
karantina, pencegahan dan pengendalian penyakit menular, penyakit tular vektor,
penyakit zoonotik, dan penyakit tidak menular, serta upaya kesehatan jiwa dan
Narkotika, Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya (NAPZA);
6. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit; dan
7. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

Struktur organisasi Ditjen P2P mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 25 Tahun 2020 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan sebagai berikut:

Gambar 1.1
Struktur organisasi Ditjen P2P

Terdapat perbedaan SOTK pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 25 Tahun 2020 dibandingkan dengan pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[ 2]
Indonesia Nomor 64 Tahun 2015 yakni adanya kelompok jabatan fungsional dan
penyederhanaan jabatan struktural dengan meniadakan Kasubdit, Kabag dan Kasie.

3. Sumber Daya
A. Sumber Daya Manusia
Berdasarkan data Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian (SIMKA), pada tahun
2021 jumlah pegawai Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit (Ditjen P2P) sebanyak 524 orang. Berikut distribusi pegawai
pada unit pusat P2P tahun 2021 :
1. Distribusi Pegawai Setditjen Berdasarkan Satuan Kerja di Unit Pusat P2P
Jumlah pegawai Kantor Pusat Ditjen P2P tersebar pada 6 Unit Kerja, yaitu
Sekretariat sebanyak 130 orang (25%), Direktorat Surveilans dan Karantina
Kesehatan sebanyak 103 orang (20%), Direktorat Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Menular Langsung 85 orang (16%) , Direktorat
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik sebanyak 89
orang (17%), Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular
sebanyak 80 orang (15%) dan Direktorat Pencegahan dan Pengendalian
Masalah Kesehatan Jiwa dan NAPZA sebanyak 37 orang (7%), seperti dalam
grafik berikut ini:

Grafik 1.1
Distribusi Pegawai Berdasarkan Satuan Kerja
Pada Unit Pusat Ditjen P2p Tahun 2021

Sekretariat Ditjen P2P

37; 7%
80; 15% 130; 25%
Direktorat Surveilans dan
89; 17% Karantina Kesehatan
103; 20%
85; 16%
Direktorat Pencegahan
dan Pengendalian
Penyakit Menular
Langsung

Sumber: Substansi Kepegawaian dan Umum

2. Distribusi Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin


Berdasarkan jenis kelamin, pegawai pada Kantor Pusat Ditjen P2P, jumlah
pegawai perempuan lebih banyak dari jumlah pegawai laki-laki. Adapun jumlah
pegawai perempuan sebanyak 62% dan jumlah pegawai laki-laki sebanyak 38%,
sesuai grafik berikut ini :

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[ 3]
Grafik 1.2
Distribusi Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2021

Pria : 201
Wanita : 38%
Pria
323
62% Wanita

Sumber: Substansi Kepegawaian dan Umum

3. Distribusi Pegawai Berdasarkan Jenjang Pendidikan


Pegawai Kantor Pusat Ditjen P2P memiliki latar belakang Pendidikan yang
variatif mulai dari tingkat pendidikan SD sampai dengan S3. Latar belakang
Pendidikan terbanyak di Ditjen P2P adalah Pendidikan S1/D IV sebanyak 192
orang, yang dilanjutkan dengan jenjang pendidikan S2 sebanyak 264 orang.
Tingkat pendidikan DIII/akademi menempati posisi ketiga yaitu sebanyak 38
orang. Jenjang pendidikan lainnya yaitu SMA sebanyak 18 orang, SMP sebanyak
3 orang, SD sebanyak 5 orang dan S3 sebanyak 4 orang.

Grafik 1.3
Distribusi Pegawai Pada Unit Pusat Ditjen P2P
Berdasarkan Pendidikan Tahun 2021

300 264
250 192
200
150
100 38
4 18 3 5
50
0

Sumber data : Substansi Kepegawaian dan Umum

4. Distribusi Pegawai Berdasarkan Kelompok Umur


Distribusi pegawai Kantor Pusat P2P yang mempunyai kelompok umur terbanyak
yaitu pada kelompok umur 36-40 tahun yaitu sebanyak 87 orang sedangkan

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[ 4]
kelompok umur paling sedikit yaitu pada kelompok umur >30 tahun yaitu
sebanyak 26 orang.

Grafik 1.4
Distribusi Pegawai Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2021

107 104 107


87
59
26 34

>30 31-35 36-40 41-45 46-50 51-55 <56

Sumber data : Substansi Kepegawaian dan Umum

5. Distribusi Pegawai Berdasarkan Jabatan


Pegawai Setditjen P2P berdasarkan jabatan terbagi menjadi jabatan pelaksana,
jabatan struktural, dan jabatan fungsional tertentu.

Grafik 1.5
Distribusi Pegawai Berdasarkan Jabatan
Tahun 2021

Struktural;
Jabatan 10; 2%
Pelaksana;
217; 41% Fungsional;
297; 57%

Sumber data : Substansi Kepegawaian dan Umum

Berdasarkan grafik di atas, maka jabatan paling banyak di Kantor Pusat Ditjen
P2P adalah jabatan pelaksana sebanyak 217 orang (41%), jabatan struktural
sebanyak 10 orang (2%), dan jabatan fungsional tertentu sebanyak 297 orang
(57%). Adapun jumlah jabatan fungsional tertentu yang berada di Kantor Pusat
Ditjen P2P dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[ 5]
Grafik 1.6
Distribusi Pegawai Berdasarkan Jabatan Fungsional Tertentu (Jft)
Pada Unit Pusat Ditjen P2p Tahun 2021

1
15
Pranata Keuangan APBN Penyelia (JF) 4
1
14
Perencana Ahli Madya (JF) 123
1
Epidemiolog Kesehatan Ahli Pertama… 1 18 109
7 61
Arsiparis Terampil (JF) 2 5
2 56
Analis Pengelolaan Keuangan APBN… 23 10
12
Analis Kepegawaian Ahli Muda (JF) 79
15 10
Analis Anggaran Ahli Muda (JF) 3
3
0 20 40 60 80 100 120

Sumber data : Substansi Kepegawaian dan Umum

Berdasarkan grafik di atas, jabatan fungsional terbanyak di Kantor Pusat Ditjen


P2P adalah Epidemiolog Kesehatan Ahli sebanyak 188 orang yang terbagi
menjadi jenjang pertama sebanyak 18 orang, jenjang muda sebanyak 109 orang
dan jenjang madya sebanyak 61 orang.

B. Sarana dan Prasarana


Untuk sarana dan prasarana berdasarkan neraca SIMAK BMN per 31 Desember
2021 dapat di lihat pada tabel di bawah ini.

SUMBER DAYA SARANA DAN PRASARANA DITJEN P2P

2019 2020 2021


No Uraian Kuantitas Nilai Kuantitas Nilai Kuantitas Nilai
1 Persediaan 142 Item 4.450.178.712.300 147 Item 6.594.931.782.319 135 Item 7.986.016.280.512
2 Tanah 413.133 Unit 700.711.980.268 422.474 Unit 703.316.699.008 422.444 Unit 703.243.439.008
3 Peralatan dan Mesin 115.109 Unit 2.012.978.962.616 118.398 Unit 2.206.902.520.887 117.398 Unit 2.160.408.730.176
4 Gedung dan Bangunan 633 Unit 834.399.013.002 624 Unit 853.235.498.477 610 Unit 851.706.362.601
5 Jalan dan Jembatan 873 Unit 936.866.080 873 Unit 1.014.247.080 771 Unit 1.002.919.080
6 Irigasi 20 Unit 1.987.964.660 20 Unit 2.036.475.660 19 Unit 2.026.344.660
7 Jaringan 114 Unit 4.728.176.814 114 Unit 4.728.176.814 112 Unit 4.643.686.814
8 Aset Tetap Renovasi 19 Unit 14.980.375.777 19 Unit 14.980.375.777 10 Unit 10.809.213.677
9 Aset Tetap Lainnya 1.180 Unit 9.994.739.393 1.180 Unit 9.994.739.393 1.181 Unit 9.994.081.393
10 Aset tak berwujud 414 Unit 19.453.665.019 446 Unit 22.929.095.869 455 Unit 20.092.174.528
11 Aset Tetap yg tdk 79.188 Unit 654.741.139.269 77.464 Unit 627.556.025.195 76.630 Unit 605.748.734.378
digunakan dlm
operasionalpemerintah
Jumlah 610.825 8.705.091.595.198 621.759 11.041.625.636.479 619.765 12.355.691.966.827

Pada tabel sumber daya sarana/prasarana bisa terliat peningkatan setiap


tahunnya dikarenakan adanya dukungan perencanaan tahunan dari setiap kantor
Pusat dan Daerah untuk meningkatkan sarana/prasarana dalam rangka memenuhi
standar seperti pembelian tanah, gedung, peralatan kesehatan dan peralatan
penunjang perkantoran. Selain itu dengan diterbitkannya Petunjuk Penyusunan

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[ 6]
Perencanaan Direktorat Jenderal P2P yang memberikan petunjuk untuk
penganggaran pembangunan gedung, pengadaan lahan, alat kesehatan dan sarana
parasarana kantor dengan memperhatikan ketentuan perundangan-undangan yang
berlaku.
DAFTAR INVENTARIS BARANG TAHUN 2021 DITJEN P2P

NO NAMA BARANG KONDISI BARANGA


B RR RB
Peralatan dan Mesin
1 ALAT BANTU 193, 0 0,
2 ALAT ANGKUTAN DARAT BERMOTOR 1.801, 0 16,
3 ALAT ANGKUTAN DARAT TAK BERMOTOR 96, 0 2,
4 ALAT ANGKUTAN APUNG BERMOTOR 9, 0 1,
5 ALAT BENGKEL TAK BERMESIN 143, 0 2,
6 ALAT UKUR 2.016, 0 13,
7 ALAT PENGOLAHAN 3.436, 0 23,
8 ALAT KANTOR 9.177, 0 132,
9 ALAT RUMAH TANGGA 33.637, 0 27,
10 ALAT STUDIO 1.911, 0 13,
11 ALAT KOMUNIKASI 2.176, 0 7,
12 PERALATAN PEMANCAR 325, 0 2,
13 ALAT KEDOKTERAN 19.307, 0 143,
14 ALAT KESEHATAN UMUM 2.935, 0 1,
15 UNIT ALAT LABORATORIUM 10.598, 0 205,
16 UNIT ALAT LABORATORIUM KIMIA NUKLIR 470, 0 6,
17 ALAT LABORATORIUM FISIKA 790, 0 4,
NUKLIR/ELEKTRONIKA
18 ALAT PROTEKSI RADIASI/PROTEKSI 10.473, 0 0,
LINGKUNGAN
19 ALAT LABORATORIUM LINGKUNGAN HIDUP 1.410, 0 0,
20 ALAT LABORATORIUM STANDARISASI KALIBRASI 726, 0 0,
& INSTRUMENTASI
21 PERSENJATAAN NON SENJATA API 709, 0 17,
22 ALAT KHUSUS KEPOLISIAN 1.112, 0 12,
23 KOMPUTER UNIT 5.615, 0 25,
24 PERALATAN KOMPUTER 4.968, 0 32,
25 ALAT DETEKSI 45, 0 10,
26 ALAT PELINDUNG 438, 0 106,
27 ALAT SAR 696, 0 25,
28 ALAT KERJA PENERBANGAN 401, 0 0,
29 ALAT PERAGA PELATIHAN DAN PERCONTOHAN 624, 0 0,
30 UNIT PERALATAN PROSES/PRODUKSI 536, 0 3,
31 ALAT BESAR DARAT 24, 0 0
32 ALAT ANGKUTAN APUNG TAK BERMOTOR 0, 0 0
33 ALAT ANGKUTAN BERMOTOR UDARA 1, 0 0
34 ALAT BENGKEL BERMESIN 91, 0 0
35 PERALATAN KOMUNIKASI NAVIGASI 4, 0 0
36 RADIATION APPLICATION & NON DESTRUCTIVE 63, 0 0
TESTING
37 PERALATAN LABORATORIUM HYDRODINAMICA 114, 0 0
38 SENJATA API 5, 0 0
39 ALAT EKSPLORASI TOPOGRAFI 9, 0 0
40 ALAT EKSPLORASI GEOFISIKA 49, 0 0
41 ALAT PENGEBORAN NON MESIN 3, 0 0
42 SUMUR 6, 0 0
43 PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN 11, 0 0
44 ALAT BANTU EKSPLORASI 1, 0 0
45 ALAT BANTU PRODUKSI 3, 0 0
46 RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DARAT 5, 0 0
47 RAMBU-RAMBU LALU LINTAS UDARA 5, 0 0
48 PERALATAN OLAH RAGA 231, 0 0
Jaringan
1 JARINGAN AIR MINUM 56, 0 1,
2 INSTALASI AIR BERSIH / AIR BAKU 7, 0 0
3 INSTALASI AIR KOTOR 2, 0 0
4 INSTALASI PENGOLAHAN SAMPAH 1, 0 0
5 INSTALASI PEMBANGKIT LISTRIK 2, 0 0
6 INSTALASI GARDU LISTRIK 3, 0 0
7 INSTALASI PERTAHANAN 2, 0 0
8 INSTALASI PENGAMAN 2, 0 0
9 INSTALASI LAIN 5, 0 0
10 JARINGAN AIR MINUM 8, 0 0
11 JARINGAN LISTRIK 24, 0 0
Aset Tetap Lainnya
1 BAHAN PERPUSTAKAAN TEREKAM DAN BENTUK 55, 0 4,
MIKRO
2 BAHAN PERPUSTAKAAN TERCETAK 1.100, 0 0
3 KARTOGRAFI, NASKAH DAN LUKISAN 15, 0 0
4 BARANG BERCORAK KESENIAN 10, 0 0
5 ALAT BERCORAK KEBUDAYAAN 1, 0 0
Gedung dan Bangunan 0 0
1 BANGUNAN GEDUNG TEMPAT KERJA 435, 0 0
2 BANGUNAN GEDUNG TEMPAT TINGGAL 88, 0 0
3 BANGUNAN MENARA PERAMBUAN 0, 0 0
4 TUGU/TANDA BATAS 87, 0 0
Jalan dan Jembatan
1 JALAN 604, 0 0
2 JEMBATAN 167, 0 0
Irigasi
1 BANGUNAN AIR IRIGASI 0, 0 0
2 BANGUNAN PENGAMAN SUNGAI/PANTAI & 4, 0 0
3 BANGUNAN PENGEMBANGAN SUMBER AIR DAN 1, 0 0
AIR
4 BANGUNAN AIR BERSIH/AIR BAKU 13, 0 0
4 BANGUNAN AIR KOTOR 1, 0 0

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[ 7]
C. Alokasi Anggaran
Untuk alokasi anggaran tahun 2021 pada Direktorat Jenderal Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit dapat di lihat pada tabel di bawah ini

Pagu Anggaran Per Satker


Direktorat Jenderal Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit
Tahun 2021
Satker Belanja Barang Belanja Modal Total Belanja
(52) (53)
DIREKTORAT 1.936.480.991.000 3.141.473.000 1.939.622.464.000
SURKARKES

DIREKTORAT P2PML 1.434.297.506.000 68.522.150.000 1.502.819.656.000

DIREKTORAT P2PTM 80.511.168.000 342.550.000 80.853.718.000

DIREKTORAT P2PTVZ 126.276.574.000 2.120.160.000 128.396.734.000

DIREKTORAT 42.202.037.000 1.221.284.000 43.423.321.000


P2MAKESWA DAN
NAPZA
Sumber data :per 31 Desember 2021

Dari 5 (lima) Direktorat yang ada pada Ditjen Pencegahan dan Pengendalian
penyakit, pagu alokasi anggaran terbesar terdapat pada Direktorat Surkarkes yaitu
sebesar Rp 1.939.622.464.000 dengan pagu belanja barang sebesar Rp.
1.936.480.991.000 dan pagu belanja modal sebesar Rp. 3.141.473.000 Dan
Direktorat Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular Langsung (P3PML)
dengan pagu alokasi anggaran sebesar Rp. 1.502.819.656.000, yang dibagi untuk
belanja barang sebesar Rp. 1.434.297.506.000 dan belanja modal sebesar Rp.
68.522.150.000 dikarenakan untuk menunjang pelaksanaan penanggulangan
pandemic covid-19.
Selanjutnya pagu yang terendah terdapat pada Direktorat Pencegahan dan
Penanggulangan Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza dengan pagu alokasi sebesar
Rp. 43.423.321.000 dirinci untuk belanja barang sebesar Rp. 142.202.037.000 dan
belanja modal sebesar Rp. 1.221.284.000.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[ 8]
BAB II
TUJUAN DAN SASARAN KERJA

1. Dasar Hukum
Dalam mencapai tujuan, sasaran dan target indikator yang telah di tetapkan maka
pelaksanaan program dan kegiatan Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Masalah
Kesehatan Jiwa dan Napza mengacu pada :
a. UU No. 17 tahun 20003 tentang Keuangan Negara
b. UU No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
c. UU No. 17 tahun 2007 tentang RPJMN tahun 2005 - 2025
d. UU No.36 tahun 2010 tentang Kesehatan
e. Perpres No. 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah
f. Permenkes No 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
g. Permenkes No. 25 tahun 2020 tentang organisasi dan tata kerja kementerian
kesehatan
h. Permenkes No.21 tahun 2020 tentang Renstra Kementerian Kesehatan Tahun
2020-2024

2. Tujuan, Sasaran dan Indikator


Dalam rangka mencapai sasaran strategis Kementerian Kesehatan yang salah satunya
menjadi tugas dan fungsi Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, maka
ditetapkan sasaran kegiatan yaitu program pencegahan dan pengendalian penyakit
dengan Indikator Kinerja Kegiatan sebagai berikut :
a. Persentase Orang Dengan HIV-AIDS yang menjalani Terapi ARV (ODHA on
ART) sebesar 45%
b. Persentase angka keberhasilan pengobatan TBC (TBC succes rate) sebesar 90%
c. Jumlah kabupaten/kota yang mencapai eliminasi malaria sebesar 345 Kab/Kota
d. Jumlah kabupaten/kota dengan eliminasi kusta sebesar 436 Kab/Kota
e. Jumlah kabupaten/kota endemis filariasis yang mencapai eliminasi sebesar 93
Kab/Kota
f. Jumlah kabupaten/kota yang melakukan pencegahan perokok usia < 18 tahun
sebesar 100 Kab/Kota
g. Jumlah kabupaten/kota yang melakukan pencegahan dan pengendalian PTM
sebesar 129 Kab/Kota
h. Persentase kabupaten/kota yang mencapai 80% imunisasi dasar lengkap anak
usia 0- 11 bulan sebesar 83,8%
i. Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan deteksi dini masalah kesehatan jiwa
dan penyalahgunaan napza sebesar 380 Kab/Kota
j. Persentase kabupaten/kota yang mempunyai kapasitas dalam pencegahan dan
pengendalian KKM sebesar 65%
k. Jumlah kabupaten/kota yang mencapai eliminasi penyakit infeksi tropis
terabaikan sebesar 172 Kab/Kota
l. Persentase faktor resiko penyakit di pintu masuk yang dikendalikan sebesar 89%
m. Persentase rekomendasi hasil surveilans faktor risiko dan penyakit berbasis
laboratorium yang dimanfaatkan sebesar 85%

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[ 9]
Selanjutnya ditetapkan indikator kinerja kegiatan pada masing-masing Direktorat
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit sebagai berikut :

a. Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza


mempunyai 5 (lima) Indikator kinerja yaitu :
1. Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan deteksi dini masalah
kesehatan jiwa dan penyalahgunaan napza dengan target 514 kab/kota
2. Persentase ODGJ berat yang mendapatkan layanan dengan target 100%
3. Penyalahguna napza yang mendapatkan pelayanan rehabilitasi medis
dengan target 11.500 orang
4. Presentase penderita depresi pada penduduk ≥ 15 tahun yang mendapat
layanan dengan target 50%
5. Persentase penderita gangguan mental emosional pada penduduk ≥ 15
tahun yang mendapat layanan dengan target 50%

b. Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik


mempunyai 6 (enam) Indikator kinerja yaitu :
1. Jumlah Kab/Kota mencapai API kurang dari 1/1.000 penduduk sebesar 475
2. Jumlah Kab/Kota endemis filariasis berhasil menurunkan angka mikrofilaria
kurang dari 1% sebesar 190
3. Persentase Kab/Kota endemis yang memiliki minimal 20% Puskesmas
rujukan menjadi Rabies Center sebesar 73
4. Persentase Kab/Kota endemis yang mempunyai IR DBD kurang dari sama
dengan 49 per 100.000 penduduk sebesar 75
5. Jumlah Kab/Kota endemis yang memiliki 25% Puskesmas yang
melaksanakan surveilans vector sebesar 80
6. Jumlah desa endemis schistosomiasis yang mencapai eleminasi sebesar
15

c. Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung


mempunyai 7 (tujuh) Indikator kinerja yaitu :
1. Cakupan penemuan dan pengobatan TBC (TBC treatment coverage)
sebesar 85%
2. Proporsi kasus kusta baru tanpa cacat sebesar 88%
3. Persentase ODHA baru ditemukan yang memulai pengobatan ARV
sebesar 80%
4. Persentase Kab/Kota yang 50% Puskesmasnya melaksanakan
tatalaksana pneumonia sesuai standar sebesar 52%
5. Persentase Kab/Kota yang 80% Puskesmasnya melaksanakan
tatalaksana diare sesuai standar sebesar 58%
6. Persentase Kab/Kota yang melaksanakan deteksi dini hepatitis B dan C
pada populasi beresiko sebesar 90%
7. Jumlah Kab/Kota dengan eradikasi frambusia sebesar 172 Kab/Kota

d. Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Langsung mempunyai


6 (enam) Indikator kinerja yaitu :
1. Jumlah Kab/Kota yang melakukan deteksi dini resiko PTM ≥ 80% populasi
usia ≥ 15 tahun sebesar 129
2. Jumlah Kab/Kota yang menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) sebesar
374

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[10]
3. Jumlah Kab/Kota yang menyelenggarakan layanan Upaya Berhenti
Merokok (UBM) sebesar 100
4. Jumlah Kab/Kota yang melakukan Pelayanan Terpadu (PANDU) PTM ≥
80% Puskesmas sebesar 205
5. Jumlah Kab/Kota yang melaksanakan deteksi dini gangguan indera pada
≥ 40% populasi sebesar 206
6. Jumlah Kab/Kota yang melakukan deteksi dini penyakit kanker di 80%
populasi usia 30-50 tahun sebesar 309

e. Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan mempunyai 5 (lima) Indikator


kinerja yaitu :
1. Jumlah Kab/Kota yang melaksanakan deteksi dini masalah Kesehatan jiwa
dan penyalahgunaan napza sebesar 380 Kab/Kota
2. Persentase penderita gangguan mental emosional pada penduduk usia ≥
15 tahun yang mendapatkan layanan sebesar 20%
3. Jumlah kasus penyalahgunaan napza yang mendapatkan layanan
rehabilitasi medis di fasyankes sebesar 10.000 orang
4. Persentase ODGJ berat yang mendapatkan layanan 60%
5. Persentase penderita depresi pada penduduk > 15 tahun yang mendapat
layanan

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[11]
BAB III
STRATEGI PELAKSANAAN

1. Strategi Pencapaian Tujuan dan Sasaran


Dalam mencapai tujuan dan sasaran dan target indikator kinerja kegiatan yang telah di
tetapkan maka strategi pencapaian tujuan dan sasaran yang dilakukan adalah :
A. Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza
1. Penguatan regulasi masalah kesehatan jiwa anak dan remaja;
2. Advokasi dan sosialisasi program P2 masalah kesehatan jiwa anak dan remaja;
3. Peningkatan jejaring kemitraan masalah kesehatan jiwa anak dan remaja;
4. Pencegahan dan pengendalian masalah kesehatan jiwa anak dan remaja
terintegrasi di fasyankes/ puskesmas dalam kerangka JKN;
5. Pencegahan dan pengendalian masalah kesehatan jiwa anak dan remaja berbasis
keluarga, masyarakat, institusi pendidikan, dan lingkungan kerja;
6. Peningkatan promosi kesehatan;
7. Pengembangan dan penguatan surveilans;
8. Perluasan riset dan inovasi untuk tersedianya data;
9. Peningkatan kapasitas dan mutu sumber daya kesehatan jiwa
10. Melakukan pendampingan program kepada daerah
11. Melakukan orientasi kepada tenaga kesehatan
12. Berkoordinasi dan penguatan dalam pemenuhan kebutuhan obat keswa dengan
Dit. Obat publik
13. Melakukan sosialisasi pedoman tata kelola manajemen keswa kepada daerah
dalam mencapai sasaran program
14. Monitoring dan evaluasi program ke daerah
15. Sosialisasi dan penguatan pelaporan menggunakan SIMKESWA kepada daerah
16. Pelaksanaan upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif penyalahgunaan
NAPZA.
17. Peningkatan akses dan mutu layanan rehabilitasi medis penyalahguna NAPZA
sesuai standar.
18. Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan di layanan rehabilitasi medis
penyalahguna NAPZA.
19. Pengembangan sistem informasi dalam bentuk aplikasi berbasis website dan
android (SELARAS dan SINAPZA).
20. Koordinasi lintas program dan lintas sektor.

B. Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik


1. Penguatan Puskesmas sebagai Rabies Centre (RC) dengan preventif, promotie
dan tatalaksana kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) untuk mencegah
kematian akibat Lyssa
2. Penguatan Puskesmas dlm detect, prevent & response zoonosis prioritas
3. Penguatan surveilans berbasis Masyarakat (SBM) --- untuk zoonosis prioritas :
Flu Burung, Rabies, Antraks dan Leptospirosis dan Pes
4. Penguatan koordinasi lintas sektor, lintas program melalui pendekatan One
Health di setiap jenjang administrasi : Pusat dan Daerah

C. Penyakit Menular Langsung


1. Meningkatkan advokasi, sosialisasi dan pengembangan kapasitas
2. Meningkatkan kemampuan manajemen dan profesionalisme pengelolaan

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[12]
3. Meningkatkan aksessibilitas dan kualitas
4. Meningkatkan jangkauan pelayanan pada kelompok masyarakat risiko tinggi,
daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dan kepulauan serta bermasalah
kesehatan
5. Mengutamakan upaya program berbasis masyarakat
6. Meningkatkan jejaring kerja, kemitraan dan kerjasama
7. Mengupayakan pemenuhan sumber daya
8. Mengutamakan preventif dan promotif
9. Memprioritaskan pencapaian sasaran MDG’s, komitmen nasional dan
internasional

D. Penyakit Tidak Menular


1. Advokasi dan kemitraan
2. Promosi Kesehatan dan penurunan factor risiko
3. Penguatan system pelayanan Kesehatan
4. Penguatan suveilans, monev dan riset

E. Surveilans dan Karantina Kesehatan


1. Meningkatkan komitmen, motivasi dan semangat petugas surveilans maupun
pimpinan (provinsi, kab/kota, puskesmas) dalam merespon sinyal peringatan dini
KLB untuk mencegah terjadinya KLB
2. Peningkatan komunikasi, koordinasi dan feedback laporan kinerja SKDR pada
setiap tingkat
3. Advokasi dan sosialisasi program surveilans dan respon KLB terintegrasi dengan
kegiatan lain
4. Dukungan asistensi dan bimbingan teknis bagi petugas pelaksana surveilans di
daerah
5. Memberikan informasi adanya peningkatan kasus/KLB penyakit kepada
pimpinan melalui laporan harian, mingguan dan bulanan
6. Memberikan feedback secara berkala tentang kinerja SKDR menurut propinsi
atau kabupaten atau puskesmas secara berjenjang di setiap tingkat dengan
mengidentifikasi penyebab menurunnya respon alert dan memberikan alternatif
solusi
7. Pemantauan tren penyakit berpotensi KLB.

2. Hambatan dalam Pelaksanaan Strategi


Hambatan yang di hadapi dalam pelaksanaan strategi tersebut adalah :
A. Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza
1. Kelengkapan dan ketepatan laporan masih rendah;
2. Belum semua daerah memahami indikator baru termasuk format pencatatan dan
pelaporan;
3. Terjadinya pandemi COVID-19 dan pelaksanaan vaksinasi yang menyebabkan
adanya keterbatasan dalam pelayanan;
4. Alokasi dana untuk program pencegahan dan pengendalian masalah kesehatan
jiwa anak dan remaja masih terbatas;
5. Masih rendahnya kemitraan dan jejaring masalah kesehatan jiwa anak dan
remaja;
6. Kurangnya SDM dalam melaksanakan program Keswa, terpakai dalam
melakukan target vaksinasi Covid
7. Kurangnya dukungan pemerintah daerah dalam penanganan kesehatan jiwa

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[13]
8. Obat-obatan yang masih kurang di FKTP
9. Pandemi yang belum berakhir menyebabkan pasien khawatir untuk berobat.
10. Refocusing anggaran untuk penanganan COVID-19.
11. Rotasi dan mutasi tenaga kesehatan yang telah terlatih di fasyankes.
12. Menurunnya pasien NAPZA yang tidak mampu karena pembatasan periode rawat.
13. Belum optimalnya penganggaran NAPZA di daerah (Provinsi dan
Kabupaten/Kota).

B. Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik


1. Kabupaten/Kota yang memiliki ≥ 20% Puskesmas rujukan Rabies Center
a. Kondisi pandemik Covid-19 memiliki konsekuensi segala sumber daya
terfokus untuk penanganan pandemik Covid-19 sehingga mempengaruhi
kualitas program pencegahan dan pengendalian rabies, baik dari segi
jumlah SDM maupun dari segi pendanaan.
b. Ketepatan pengiriman laporan rabies khususnya dan zoonosis pada
umumnya dari provinsi masih dibawah 60 %.
c. Pemerintah Daerah khususnya Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tidak
fokus membina puskesmas untuk menjadi rujukan rabies center.
d. Sebagian besar anggaran di daerah dan di pusat, dialihkan ke
penanggulangan COVID-19
e. Jaringan internet yang kurang maksimal dalam pertemuan daring seringkali
terputus saat dilakukan diskusi.
f. Komunikasi, Koordinasi dan Kolaborasi menjadi kurang maksimal dengan
adanya pandemi COVID-19 yang hanya dilakukan secara daring sehingga
tidak semaksimal dalam pertemuan tatap muka
2. Kabupaten/kota yang mempunyai IR DBD ≤ 49/100.000 penduduk
a. Ketepatan pengiriman laporan DBD dari provinsi masih dibawah 80 %.
Secara nasional baru mencapai 31,86 %.
b. Sumber Daya terfokus pada penanganan Covid – 19
c. PSN 3M Plus dengan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J) belum
berjalan dengan baik dan belum semua kab/kota melaksanakan G1R1J.
d. Selama masa Pandemi Covid – 19 kegiatan PSN 3M Plus di tempat –
tempat – tempat umum dan tempat – tempat institusi terabaikan.
e. Pengendalian dan pencegahan DBD terkendala dengan beban ganda dari
petugas baik di provinsi maupun kab/kota akibat dari Covid – 19
f. Fenomena La Nina menjadi beban pada Pencegahan dan Pengendalian
DBD karena mengalami beban perubahan iklim / cuaca selain beban
pandemi COVID-19 yang sedang terjadi.
g. Perubahan iklim dan cuaca berpengaruh pada peningkatan kasus DBD
3. Desa endemis Schistosomiasis yang mencapai eliminasi
a. Kurangnya komitmen lintas sektor dalam upaya pemutusan mata rantai
penularan melalui hewan dan keong perantara karena program
Schistosomiasis bukan merupakan program prioritas bagi lintas sektor
b. Jumlah fokus keong perantara yang terletak di lahan yang tidak terawat
menjadi lokus perkembangbiakan serkaria
c. Masih tingginya infeksi schistosomiasis pada hewan dan keong perantara
d. Hewan ternak yang bebas berkeliaran di area fokus keong yang
berdekatan dengan pemukiman.
e. Adanya pandemi Covid-19 menyebabkan :
1) Kegiatan berbasis masyarakat agak sulit dilakukan salah satunya
pelaksanaan survei prevalensi Schistosomiasis pada manusia.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[14]
2) Adanya refocusing anggaran operasional untuk penanggulangan Covid
19, mengakibatkan berkurangnya kegiatan penanggulangan
schistosomiasis yang telah direncanakan sebelumnya.
4. Jumlah Kab/Kota yang memiliki 25% Puskesmas yang melaksanakan surveilans
vektor
Secara umum masalah yang dihadapi adalah karena adanya pandemi Covid-19
yang menyebabkan keterbatasan dalam melaksanakan kegiatan Bimtek dan
Monev ke daerah serta keterbatasan tenaga dan anggaran di Puskesmas dalam
melaksanakan survei vektor di lapangan. Selain itu, sarana dan prasarana
surveilans dan pengendalian vektor di Puskesmas masih kurang.
a. Sumber daya manusia (SDM). Tenaga Entomolog Kesehatan/ pengedali
vektor di Dinkes Provinsi dan Dinkes Kab/Kota serta di Puskesmas masih
kurang. Sehingga diperlukan pelatihan dan membuka formasi bagi Jabfung
Entomolog Kesehatan di Provinsi Kab/Kota dan Puskesmas.
b. Penganggaran. Anggaran surveilans dan pengendalian vektor di di Dinkes
Provinsi dan Dinkes Kab/Kota serta di Puskesmas masih sangat kurang,
sehingga perlu dukungan anggaran, termasuk dana Dekon dan DAK.
c. Sarana Prasarana/Logistik. Sarana dan prasarana/ logistic surveilans dan
pengendalian vektor di di Dinkes Provinsi dan Dinkes Kab/Kota serta di
Puskesmas masih sangat kurang, sehingga perlu dukungan anggaran,
termasuk dana Dekon dan DAK.
d. Mekanisme/Sistem. Mekanisme/ sistem pencatatan dan pelaporan serta
analisis data hasil surveilans vektor telah didukung dengan adanya soft
ware SILANTOR yang terintegrasi mulai dari Puskesma, Dinkes Kab/Kota,
Dinkes Provinsi, hingga ke Pusat (Kemenkes). Hanya saja belum semua
daerah mendapatkan pelatihan sehingga belum memahami sistem yang
sudah dikembangkan.
5. Kabupaten/kota yang mencapai API<1 per 1000 penduduk
Dalam melaksanakan program dan kegiatan untuk mencapai eliminasi malaria di
Indonesia, ditemukan permasalahan yang menjadi tantangan seperti:
a. Disparitas angka kejadian malaia antara wilayah Kawasan Timur Indonesia
khususnya Papua dengan wilayah lainnya.
b. Akses dan cakupan layanan baik Rumah Sakit, klinik, DPS pada remote
area masih belum memadai.
c. Pengendalian resistensi Obat Anti Malaria (OAM) dengan prinsip one gate
policy, reserve drug policy dan free market control belum optimal.
d. Rujukan layanan dan jejaring tatalaksana belum optimal.
e. Manajemen ketersediaan OAM terutama artesunate injeksi belum optimal.
f. Pengawasan penggunaan kelambu masih kurang adekuat, daerah belum
melakukan pengawasan penggunaan kelambu.
g. Didaerah endemis rendah banyak terdapat daerah fokus malaria yang sulit
(tambang liar, illegal logging, perkebunan illegal, tambak terbengkelai)
h. Ketepatan dan kelengkapan pelaporan yang belum optimal
i. Belum semua daerah pembebasan dan pemeliharaan mempunyai
pemetaan daerah focus
j. Pembatasan kegiatan fisik dan aturan di beberapa wilayah pada masa
pandemi covid 19
k. Turn Off petugas malaria di daerah
l. Masih banyak kabupaten/kota stagnan endemis rendah

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[15]
m. Peningkatan kasus malaria malaria di beberapa kabupaten/kota kurang
berjalanya kegiatan surveilans migrasi malaria di daerah endemis rendah
dan tahap pemeliharaan

C. Penyakit Menular Langsung


1. Pengelolaan sumber daya program TBC yang belum memadai dan
diperbantukan dalam penanggulangan pandemi COVID-19
2. Penggunaan alat tes cepat molekuler (TCM) untuk mendukung diagnosa TBC
dan TBC resisten obat juga dipergunakan untuk diagnosa COVID-19.
3. Belum semua kasus TBC berhasil dijangkau, investigasi kontak belum maksimal
yang dikarenakan adanya kekhawatiran dan ketakutan masyarakat untuk
mengunjungi fasilitas kesehatan.
4. Fasyankes berhenti memberikan layanan TBC Resisten Obat (TBRO).
5. Monitoring pengobatan terganggu karena terkendala pengiriman spesimen.
6. Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat selama pandemi COVID-19
mempengaruhi masyarakat yang akan mengakses layanan tes dan pengobatan
HIV AIDS dan PIMS.
7. Pelayanan kesehatan untuk HIV dan penyakit lainnya harus berbagi dengan
penanganan COVID-19 termasuk vaksinasi COVID-19 yang dilakukan oleh
layanan.

D. Penyakit Tidak Menular


1. Belum maksimalnya advokasi dan sosialisasi di daerah dalam upaya
pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular.
2. Mobilisasi tenaga kesehatan yang sudah dilatih dalam program P2PTM sangat
tinggi, sehingga program P2PTM di daerah menjadi kurang optimal.
3. Belum semua Puskesmas dan Rumah Sakit yang mempunyai SDM yang
berkompeten dalam P2PTM (PANDU, Posbindu, Konseling upaya berhenti
merokok, deteksi dini kanker leher rahim dan payudara)
4. Masih lemahnya jejaring kerja program pencegahan dan pengendalian penyakit
tidak menular baik pusat maupun daerah.
5. Efisiensi anggaran masih menjadi hambatan dalam memaksimalkan kegiatan
yang ada, kebijakan efisiensi anggaran menyebabkan perubahan rencana
pelaksanaan kegiatan yang telah tersusun sebelumnya menjadi tertunda.
6. Masih kurangnya dukungan dana dalam program untuk kampanye perubahan
gaya hidup sehat.
7. Kurangnya pertemuan dengan stakeholder/mitra dan jejaring dalam P2PTM.
8. Belum berjalan optimal pencatatan dan pelaporan sistem informasi PTM melalui
web PTM dengan baik, terkendala aplikasi, sinyal serta SDM.
9. Belum semua daerah mampu melakukan pencatatan dan pelaporan melalui SI
web PTM. Sistem pencatatan masih terkendala pada sistem manual. Pencatatan
dan pelaporan tidak hanya bergantung pada data online tetapi juga data manual
10. Kurangnya pemahaman SDM kab/kota terhadap pencapaian indikator SPM
Kab/kota.
11. Kurangnya kegiatan bimbingan teknis dan monev ke daerah sehingga daerah
tidak optimal dalam pelaksanaan program P2PTM.
12. Dana uji coba untuk mensosialisasikan dan melihat implementasi NSPK yang
telah disusun sangat minimal.
13. Masih banyak pemerintah daerah yang belum mengesahkan peraturan daerah
terkait Kawasan Tanpa Rokok yang sesuai dengan amanah Peraturan
Pemerintah 109 tahun 2012.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[16]
14. Belum menjadi kebijakan prioritas pada pemerintah daerah dalam upaya
pengembangan pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular.
15. Penyebaran alat pemeriksaan deteksi dini ptm seperti penyakit kanker dan
kelainan darah yang belum merata serta kurangnya alat deteksi dini gangguan
indera di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (Fasyankes Primer
seperti Puskesmas).
16. Program pencegahan dan pengendalian gangguan indera dan fungsional
didaerah masih dianggap sebagai program pengembangan (Permenkes No
75/2014 tentang Puskesmas)
17. Minimnya tenaga kesehatan terlatih dalam penanggulangan gangguan indera
dan fungsional
18. Belum semua daerah belum melakukan analisa situasi dan menyusun Rencana
Kegiatan Daerah dalam penanggulangan gangguan penglihatan.
19. Orientasi program penanggulangan gangguan penglihatan belum mencakup
semua daerah
20. Dengan kondisi pandemic covid kegiatan tidak berjalan optimal

E. Surveilans dan Karantina Kesehatan


1. Pandemi Covid-19 menyebabkan tenaga surveilans di semua level memiliki
beban yang tinggi untuk melakukan contact tracing, verifikasi dan validasi data,
investigasi, analisa data
2. Terbatasnya jumlah, kualitas dan distribusi tenaga surveilans (Puskesmas,
Kab/Kota dan Provinsi).
3. Dibeberapa provinsi, kabupaten mengalami rotasi atau pergantian penanggung
jawab sehingga perlu ada refreshing atau on the job training
4. Masih terdapat wilayah kabupaten/puskesmas di Indonesia Bagian Timur tidak
terjangkau oleh jaringan sinyal komunikasi seluler

3. Terobosan yang dilakukan


Dalam rangka mengatasi hambatan dalam pelaksanaan strategis dilakukan beberapa hal
sebagai berikut :
A. Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza
1. Peningkatan kapasitas sumber daya kesehatan jiwa melalui orientasi/
workshop secara daring;
2. Sosialisasi program yang dilakukan secara intens melalui webinar/ seminar
daring;
3. Penyusunan pedoman, petunjuk teknis, media KIE versi digital yang
didistribusikan melalui platform media sosial ke seluruh Dinas Kesehatan
Provinsi/ Kabupaten/ Kota dan puskesmas.
4. Melakukan peningkatan kapasitas tenaga kesehatan.
5. Melakukan pendampingan bagi tenaga kesehatan dalam memberikan
pelayanan kesehatan jiwa oleh tenaga ahli kesehatan jiwa.
6. Melakukan perencanaan kebutuhan obat jiwa dan mendorong Dit. Oblik dalam
pemenuhan buffer stok obat kesehatan jiwa.
7. Membentuk tim Dukungan Kesehatan Jiwa Dan Pasikososial (DKJPS) disetiap
Provinsi bekerjasama denganorganisasi profesi untuk membantu pelayanan
kesehatan jiwa.
8. Melaksanakan protokol kesehatan di IPWL.
9. Perencanaan kebutuhan klaim NAPZA sesuai trend.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[17]
10. Melakukan peningkatan keterampilan bagi petugas kesehatan menggunakan
dana dekonsentrasi.
11. Revisi PMK 4 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Institusi Penerima Wajib
Lapor.
12. Komitmen dari Pemerintah Daerah

B. Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik


1. Kabupaten/Kota yang memiliki ≥ 20% Puskesmas rujukan Rabies Center
a. Kondisi pandemik Covid-19 mengharuskan kami untuk melakukan
monitoring dan evaluasi program pencegahan dan pengendalian rabies
khususnya dan zoonosis pada umumnya secara virtual dan kami selalu
mendorong Dinas Kesehatan tetap memperhatikan program tersebut
khususnya dalam melakukan pembentukan rabies center yang disertai
aspek legal dan melakukan pembinaannya.
b. Peningkatan kemampuan sumber daya manusia secara virtual.
c. Peningkatan kerjasama lintas sektor dan lintas program khususnya
dengan Kemenko PMK, Kementan, Kemen LHK, Kemendagri, BNPB dan
organisasi no profit lainnya.
d. Pemberian bantuan dalam bentuk pemberian dana Dekonsentrasi secara
bertahap untuk meningkatkan kinerja petugas kesehatan
e. Pemberian VAR, SAR dan RDT leptospirosis bagi daerah-daerah yang
membutuhkan
f. Pemberian berbagai media KIE yang menarik untuk mendapat perhatian
masyarakat untuk melakukan pencegahan terhadap penyakit-penyakit
zoonosa
g. Pemberian dukungan secara moril secara virtual maupun media
komunikasi lain, agar tetap semangat dalam melakukan penanggulangan
penyakit zoonosa sambil tetap mengindahkan protokol kesehatan terkait
pandemi COVID-19
h. Pembuatan sentinel di wilayah – wilayah tertentu dalam meningkatkan
kemampuan petugas dan juga upaya deteksi dini
2. Kabupaten/kota yang mempunyai IR DBD ≤ 49/100.000 penduduk
a. Melakukan upaya pencegahan dan pengendalian Dengue dengan tetap
mengedepankan langkah – langkah preventif dan promotif dengan
kemandirian masyarakat melalui Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J)
untuk melaksankan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus di
tempat – tempat umum dan tempat – tempat institusi untuk mencapai
Angka Bebas Jentik > 95 %.
b. Melakukan deteksi dini infeksi dengue di puskesmas dengan melakukan
Rapid Diagnostic Test (RDT) Antigen Dengue NS1 atau RDT Combo
pada hari 1 -5 demam sebagai upaya menekan kematian akibat dengue.
c. Melakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE) bila ada dilaporkan
peningkatan kasus atau adanya laporan DD/DBD/DSS
d. Melakukan pengendalian vektor secara terpadu.
e. Memperkuat regulasi untuk penangulangan dengue/DBD baik di tingkat
provinsi, kabupaten/kota, kecamatan sampai kepada tingkat
desa/kelurahan.
f. Kegiatan penanggulangan dengue/DBD dimasukan dalam kegiatan
perencanaan daerah baik di provinsi maupun kabupaten/kota

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[18]
g. Penganggaran kegiatan program yang memadai secara
berkesinambungan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota dalam
penanggulangan Dengue/DBD.
h. Melakukan penguatan sistem surveilans dengue/DBD yang komprehensif
serta manajemen kejadian luar biasa (KLB) yang responsif.
i. Tetap memperhatikan protokol kesehatan pencegahan COVID-19 dalam
setiap kegiatan pencegahan dan pengendalian DBD.
j. Membentuk atau merevitalisasi kembali Kelompok Kerja Operasional
(POKJANAL) Dengue/DBD di tingkat provinsi, kabupaten/kota,
kecamatan dan desa/kelurahan.

3. Desa endemis Schistosomiasis yang mencapai eliminasi


a. Meningkatkan koordinasi lintas sektor dan mengoptimalkan peran dan
tugas masing-masing lintas sektor sesuai roadmap eliminasi
schistosomiasis.
b. Penguatan pemberdayaan masyarakat dalam upaya pencegahan dan
pengendalian faktor resiko di daerah fokus melalui pemanfaatan sumber
pembiayaan dari dana desa untuk mengolah area fokus menjadi lahan
yang bermanfaat
c. Pendampingan dan monitoring berbasis desa, dengan menggunakan
replikasi “Bada Model” di desa endemis
d. Penanggulangan Schistosomiasis dengan memanfaatkan sumber
pembiayaan dari dana Desa untuk mendukung program penanggulan
Schistosomiasis berbasis pemberdayaan masyarakat
e. Penguatan peran Litbang dalam pengembangan penelitian dalam
pengambilan kebijakan dengan pendekatan sosioantropologi, prosedur
pada surveilans, monev pada eliminasi schistosomiasis di hewan, serta
pemetaan faktor risiko pada hewan lainnya

4. Kab/ Kota yang memiliki 25% Puskesmas yang melaksanakan surveilans


vektor. Keterbatasan karena adanya pandemik Covid-19 diatasi dengan cara
kegiatan virtual, melalui workshop virtual, pelatihan virtual dan koordinasi/
pertemuan virtual dalam rangka pencapaian indikator kinerja Kab/ Kota yang
memiliki 25% Puskesmas yang melaksanakan surveilans vektor.

5. Kabupaten/kota yg mencapai API<1 per 1000 penduduk


Beberapa permasalahan yang disebutkan diatas memerlukan pemecahan
masalah sehingga kegiatan dapat berjalan efektif dan efisien dan indikator
dapat dicapai. Berikut ini beberapa pemecahan masalah yang dilakukan:
a. Peningkatan akses layanan malaria yang bermutu.
- Desentralisasi pelaksanaan program oleh Kab/kota.
- Integrasi kedalam layanan kesehatan primer.
- Penemuan dini dengan konfirmasi dan pengobatan yang tepat
sesuai dengan standar dan pemantauan kepatuhan minum obat.
- Penerapan sistem jejaring public-privite mix layanan malaria.
b. Intervensi kombinasi (LLIN, IRS, Larvasida, pengelolaan lingkungan,
personal protection, profilaksis) dengan berbasis bukti melalui
pendekatan kolaboratif.
c. Penguatan surveilans termasuk surveilans migrasi terutama di daerah,
Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB) dan
penanggulangan KLB.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[19]
d. Sosialisasi penggunaan dana yang bisa dimanfaatkan untuk
pencegahan dan pengendalian malaria baik Dana Dekonsentrasi, DAK
non fisik, APBD, NGO/Swasta, Dana Desa, dan Dana Kapitasi.
e. Terdapat tenaga pendamping dari UNICEF dan WHO untuk Dinas
Kesehatan Kab/kota dalam mempercepat penurunan kasus dan
mempercepat eliminasi malaria khususnya Kab/Kota endemis tinggi
sebagian besar berada di Kawasan Timur Indonesia.
f. Peningkatan akses layanan malaria pada daerah sulit dan populasi
khusus seperti penambang illegal, pekerja pembalakan liar, perkebunan
illegal dan suku asli yang hidup di hutan.
g. Membuat surat edaran menteri untuk Bupati di wilayah-wilayah tersebut,
membuat permodelan penanggulangan malaria di daerah outdoor
transmission dengan adanya mobile migrant population.
h. Integrasi ke layanan kesehatan dasar (MTBS).
i. Diagnosis Malaria terkonfirmasi mikroskop atau uji reaksi cepat dengan
RDT
j. Penguatan sistem informasi strategis (sismal versi 3 )dan penelitian
operasional untuk menunjang basis bukti program.
k. Surat Edaran terkait protokol layanan malaria dalam masa pandemic
COVID-19
l. Peningkatan surveilans migrasi dan PE 1-2-5 terutama di daerah
endemis rendah dan eliminasi.

C. Penyakit Menular Langsung


1. Peningkatan notifikasi kasus dengan pelaksanaan Mopping Up/ penyisiran
kasus ke rumah sakit-rumah sakit baik rumah sakit pemerintah maupun swasta.
2. Intensified TBC Case Findings dari Fasilitas Kesehatan dan Komunitas.
3. Regulasi yang lebih ketat mengenai pemberian pengobatan dan
4. Penerapan kebijakan ARV multi bulan hingga tiga bulan, multi month
dispensing (MMD) bagi ODHA yang stabil dan kerjasama dengan
komunitas/pendukung ODHA untuk memastikan kondisi dan keberlangsungan
ARV pada ODHA.
5. Melakukan integrasi layanan pada layanan rutin dan membentuk jejaring
layanan.

D. Penyakit Tidak Menular


1. Dukungan kebijakan perubahan gaya hidup dengan peningkatan konsumsi
buah pada saat rapat dan pertemuan yang diadakan oleh Direktorat P2PTM.
2. Kampanye gaya hidup sehat dalam melibatkan CSR dan swasta.
3. Peningkatan pemanfaatan portal web PTM melalui media sosial dalam
meningkatkan pengetahuan P2PTM.
4. Mengintegrasikan program dalam diet sehat seimbang dengan CSR. Media
briefing dan pers conference dalam memperingati hari penyakit.
5. Mengembangkan Layanan Konsultasi UBM (Quitline) di lingkungan Ditjen P2P
Kemenkes melalui 0-800-1-77-6565
6. Mendorong Pemanfaatan Pajak Rokok Daerah Dalam Rangka Pengendalian
PTM.
7. Menyusun kebijakan tentang pelarangan bagi tenaga kesehatan untuk terlibat
dalam segala bentuk promosi, dukungan, dan sumbangan yang bersumber
dari Industri tembakau.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[20]
8. Meminimalisir kebijakan dalam efisiensi anggaran sehingga rencana
pelaksanaan kegiatan yang telah tersusun sebelumnya menjadi dalam
berjalan dengan baik.
9. Pelaksanaan program upaya percepatan eliminasi kebutaan akibat katarak
terutama di provinsi yang telah dilakukan Rapid Assessment Avoidable of
Blindness (RAAB)
10. Mendorong daerah untuk melakukan program pengembangan wilayah
Rehabilitasi Bersumberdaya Manusia untuk penyandang disabilitas dan
keluarga.
11. Sosialisasi Adaptasi Kebiasan Baru di era pandemic covid-19

E. Surveilans dan Karantina Kesehatan


1. Melakukan evaluasi SKDR kepada 47 kabupaten/kota di 22 provinsi
2. Melakukan penyusunan revisi Pedoman Sistem Kewaspadaan Dini dan
Respon
3. Melakukan bimbingan teknis dan supervisi program surveilans
4. Melakukan Penyelidikan Epidemiologi/Verifikasi Rumor/sinyal peringatan dini
5. Melaksanakan pertemuan koordinasi lintas program/lintas sektor dalam rangka
pengendalian KLB
6. Membuat laporan harian/spot report KLB/suspek penyakit potensi KLB
7. Membuat laporan harian/ situasi penyakit yang sedang terjadi KLB
8. Membuat bulletin laporan kewaspadaan dini dan respon mingguan dan
memantau bulletin yang dibuat oleh 34 provinsi
9. Melakukan validasi dan analisi hasil evaluasi SKDR
10. Melakukan penyusunan modul pelatihan surveilans epidemiologi bagi petugas
puskesmas
11. Pembiayaan komunikasi cepat SKDR untuk feedback sms gateway laporan
mingguan

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[21]
BAB IV
HASIL KERJA

1. Pencapaian Tujuan dan Sasaran


Dalam mencapaian tujuan, sasaran serta target indikator kinerja kegiatan yang telah di
tetapkan dalam dokumen Renstra Kemenkes tahun 2020-2024, Rencana Aksi Kegiatan
tahun 2020-2024, dan Perjanjian Kinerja Tahun 2021, Difektorat Jenderal Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit melakukan kegiatan :

A. Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza

Koordinasi Pelaksanaan P2 Gangguan Mental Emosional


Input Anggaran: Rp. 150.885.000,-
Realisasi: Rp. 116.107.520,-

Kegiatan Pelaksanaan Psikoedukasi dan Deteksi dini masalah


Keswa melalui layanan Keswa Bergerak (MMHS) dilaksanakan
tanggal kegiatan: 9 dan 11 November 2021 bertempat di Panti
Rehabilitasi Disabilitas Mental Al-Fajar Berseri, Desa Sumber Jaya,
Tambun Selatan, Kab. Bekasi, secara luring.
Peserta kegiatan: penderita ODGJ yang tinggal berasal dari Panti
Rehabilitasi Disabilitas Mental Al-Fajar Berseri, Desa Sumber Jaya,
Tambun Selatan, Kab. Bekasi.
Narasumber kegiatan dari: perwakilan dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Bekasi, pemilik Panti Rehabilitasi Disabilitas Mental Al-Fajar Berseri,
wakil dari Direktorat P2 Masalah Kesehatan Jiwa dan NAPZA.
Kegiatan dilakukan untuk mendekatkan akses dan fasilitas vaksinasi
COVID-19 bagi ODGJ sebagai bentuk pengabdian masyarakat dalam
rangka memperingati Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke -57.
Dalam kegiatan di lakukan pelaksanaan vaksinasi bagi ODGJ dan
apresiasi dari Kementerian Kesehatan kepada semua pihak yang telah
berkontribusi terhadap terselenggaranya kegiatan vaksinasi COVID-19
bagi ODGJ. Selain itu juga dilakukan deteksi dini masalah kesehatan jiwa
terhadap petugas vaksinator dan pengelola panti.
Rekomendasi dalam kegiatan agar puskesmas, Dinas Kesehatan Kab.
Bekasi, dan Dinas Kesehatan Provinsi meningkatkan upaya
Psikoedukasi dan Deteksi dini masalah Keswa melalui layanan Keswa
Bergerak (MMHS).
Rencana tindak lanjut melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan
kegiatan, mempromosikan kegiatan serupa agar dapat menjadi
percontohan bagi Dinkes Kab./Kota maupun Dinkes Provinsi di daerah
lainnya untuk mempercepat capaian vaksinasi COVID-19 bagi
penyandang disabilitas termasuk disabilitas mental.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[22]
Kegiatan koordinasi lintas program dan lintas sektor dalam rangka
deteksi dini kesehatan jiwa di Kota Bogor Provinsi Jawa Barat di
laksanakan tanggal 6 – 8 Desember 2021 bertempat di Kota Bogor,
Provinsi Jawa Barat secara luring dengan berkunjung ke Dinas
kesehatan Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pelaksana kegiatan dari
Direktorat P2MKJN Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan Kota
Bogor Provinsi Jawa Barat.
Kegiatannya adalah melakukan koordinasi dengan Pengelola program
Kota Bogor dengan Ibu Ningsih terkait pelaksanaan deteksi dini di
Puskesmas, Sekolah dan masyarakat, melakukan diskusi terkait
pelaksanaan deteksi dini di Kota Bogor dengan Kepala seksi PTM dan
Keswa drg. Firy Triyanti, M.Kes, melakukan diskusi terkait perencanaan
DAK Kota Bogor dan PKM Kota Bogor, melakukan desk DAK Non Fisik
( BOK Kabupaten dan BOK Puskesmas) Tahun anggaran 2022.
Rekomendasi kegiatan diharapkan pengelola program kesehatan jiwa di
Puskesmas yang berada di wilayah dinas kesehatan Kota Bogor Provinsi
Bawa Barat dapat memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat
berdasarkan hasil skrining SDQ dan SRQ 20 pada masyarakat di wilayah
kerjanya serta untuk dapat mempermudah untuk pencapaian indikator
dalam Renstra Kemenkes 2020-2024, diharapkan pengelola program
kesehatan jiwa di Puskesmas dapat meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat secara keseluruhan.
Rencana tindak lanjut kegiatan perlu dilakukan bimbingan teknis secara
berkala dan berjenjang kepada tenaga Kesehatan di puskesmas, juga
dinas kesehatan kabupaten/ kota, perlu dilakukan pelatihan/ orientasi
kesehatan jiwa secara berkala bagi tenaga kesehatan maupun non
nakes yang bertugas untuk melakukan deteksi dini, perlu peningkatan
koordinasi dan mengembangkan jejaring kerjasama lintas program dan
lintas program dalam upaya meningkatkan upaya kesehatan jiwa.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[23]
Kegiatan Koordinasi Lintas Program dan Lintas sektor dalam
rangka deteksi dini kesehatan jiwa di Provinsi DI. Yogyakarta
tanggal 9 – 11 Desember 2021 di Daerah Istimewa Yogyakarta
secara luring
Kegiatan yang di lakukan adalah melakukan desk DAK non Fisik pada
kab/ kota dan Puskesmas tahun anggaran 2022, memverifikasi data
dukung desk DAK Non Fisik ( BOK Kabupaten dan BOK Puskesmas)
Tahu anggaran 2022, mengentry data hasil desk DAK non fisik baik BOK
Kabupaten dan Puskesmas.
Rekomendasi kegiatan diharapkan perencanaan anggaran terkait DAK
Fisik maupun Non Fisik dapat direncanakan sesuai petunjuk teknis
pelaksanaan DAK fisik maupun Non Fisik, diharapkan Data dukung
sudah dipersiapkan secara baik sebelum pelaksanaan desk.
Rencana tindak lanjut kegiatan perlu dilakukan bimbingan teknis secara
berkala dan berjenjang kepada perencana dinas kesehatan kabupaten/
kota dan Puskesmas, perlu peningkatan koordinasi dan
mengembangkan jejaring kerjasama lintas program dan lintas program.

Kegiatan koordinasi lintas program dan lintas sektor dalam rangka


deteksi dini kesehatan jiwa di Provinsi Sulawesi Selatan
dilaksanakan tanggal 14 – 16 Desember 2021 di Dinas Kesehatan
Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan dan Puskesmas
Pattallassang Kabupaten Takalar, secara luring.
Peserta kegiatan Kasie PTM Keswa Dinkes Kab. Takalar,
Penanggungjawab Keswa Dinkes Kab.Takalar, Pengelola program
keswa Puskesmas Pattallassang Kab. Takalar, Tenaga kesehatan
Puskesmas Pattallassang Kab. Takalar, Staf Substansi Makeswa Anak
dan Remaja Dit. P2MKJN.
Narasumber Kepala Dinkes Kab. Takalar, Koordinator Makeswa Anak
dan Remaja Dit. P2MKJN.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[24]
Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka upaya pembinaan dan
pengawasan upaya pencegahan dan pengendalian masalah kesehatan
jiwa khususnya Gangguan Mental Emosional (GME) dan depresi melalui
deteksi dini.
Dalam kegiatan yang dilakukan adalah audiensi dengan Kadinkes Kab.
Takalar mengenai kondisi dan masalah kesehatan jiwa, serta upaya ang
telah dilakukan dalam rangka mencapai cakaupan indikator kesehatan
jiwa dan NAPZA yang telah ditetapkan serta upaya deteksi dini yang
perlu dilakukan, bimbingan teknis sekaligus berkoordinasi kepada
pengelola program kesehatan jiwa, serta tenaga kesehatan mengenai
upaya kesehatan jiwa melalui deteksi dini juga diharapkan dapat
diintegrasikan dengan lintas program juga lintas sektor.
Rekomendasi kegiatan adalah kerjasama lintas program dan lintas
sektor dalam mengintegrasikan program dan layanan dalam upaya
meningkatkan capaian indikator program kesehatan jiwa di kab. Takalar.
Rencana tindak lanjut nya melakukan monitoring terhadap hasil
pertemuan serta melakukan evaluasi kegiatan secara berkala.

Kegiatan Seminar Daring Hari Anak Nasional dilaksanakan tanggal


29 Juli 2021, secara daring melalui zoom meeting dengan link
https://link.kemkes.go.id/WebinarPeringatanHariAnakNasionalTahun20
21
Peserta kegiatan dari Kementerian /Lembaga, Dinas kesehatan provinsi,
kab/ kota, Dinas Pendidikan provinsi, Lintas program, Lintas sector, LSM,
Masyarakat umum, Organisasi profesi,Organisasi keagamaan.
Narasumber pada kegiatan ini adalah Keynote speech dari DWP
Kemenkes RI, Direktur P2MKJN, KPAI ( Rita Pranawati, MA), IPK ( Ratih
Ibrahim, M.M, Psikololog Klinis), PDSKJI ( DR. dr. Yunias Setiawati,
Sp.KJ (K). Moderatornya adalah Sinta Priwit
Materi yang disampaikan adalah dukungan kesehatan jiwa dan
Psikososial pada anak, menjaga kesehatan mental anak saat belajar di
rumah, mencegah kekerasan pada anak di masa pandemic, strategi
kreatif untuk mengatasi stress pada anak di masa pandemi COVID-19
Rekomendasi kegiatan libatkan anak dalam kegiatan seharai – hari di
rumah agar dapat meningkatkan ketrampilan anak dan self image damn

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[25]
self concept anak, perlu adanya dukungan dari keluarga dalam proses
belajar, prinsip perlindungan anak non diskriminasi, kepentingan terbaik
bagi anak, hak hidup dan tumbuh kembang serta partisipasi anak,
kekerasan yang terjadi berdasarkan survei nasional yaitu tiga dari empat
anak melaporkan pelakunya teman sebaya, keterlibatan orangtua dalam
berbagai aktivitas kreatif bersama anak, akan membantu anak
mengatasi stresnya, setiap pengalaman menorehkan jejak dalam diri
anak yang akan dibawa seumur hidup dan memberikan warna bagi masa
depannya.
Rencana Tindak lanjut kegiatan adalah peran orang tua sangatlah
penting dalam pembelajaran anak di rumah dalam masalah pandemi
COVID-19 dalam pencapaian keberhasilan anak, pendampingan
terhadap anak dalam pembelajaran melalui media internet.

Kegiatan Peringatan Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia


dilaksanakan tanggal 11 September 2021 bertempat di Rumah Sakit
Jiwa Dr. Marzoeki Mahdi Bogor, secara Luring dan Daring.
Tema kegiatan: “Creating Hope Through Action (Menumbuhkan
harapan melalui aksi nyata)”.
Kegiatan ini juga dilaksanakan secara blendeed dengan kegiatan
Rumah Sakit Jiwa Dr. Marzoeki Mahdi Bogor yaitu: Launching (1)
Layanan Hotline 24 Jam (D’Patens 24) dan (2) Perintis Apel (Integrasi
Aset dengan Pelayanan Kesehatan).
Peserta luring terdiri dari Walikota Bogor beserta OPD Terkait,
Forkopimda Kota Bogor, Direktur Yankes Rujukan, Direktur RSJ Dr.
Marzoeki Mahdi Bogor, Direktur dan seluruh Koordinator dan Sub
Koordinator Direktorat P2MKJN, Pelaksana dan Fungsional Substansi
Keswa Anak Remaja.
Peserta daring terdiri dari Lintas Program Internal Kementerian
Kesehatan, Lintas Sekor K/L terkait, Seluruh Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi, Seluruh Dinas Kesehatan Kab/Kota, Direktur RSJ/RSKO
vertikal maupun Provinsi

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[26]
Narasumber dr. Nalini Muhdi, Sp.KJ(K) Perwakilan PDSKJI, Benny
Prawira, M.Psi, Perwakilan Into The Light, dr. Hans Cristian Dharma,
Sp.K perwakilan RSJ Dr. Marzoeki Mahdi, Jamalul Iksan, SKM
perwakilan dari Dewan Pers Indonesia, Moderator dalam kegiatan ini
adalah perwakilan dari IPK (Dra. A.Kasandra Putranto, Psi, perwakilan
dari IPK
Dalam kegiatan di sampaikan mengenali gejala ide/pikiran bunuh dan
peran keluarga dalam pencegahan Bunuh Diri, mengatasi stigma
terhadap upaya bunuh diri di masyarakat, Praktik Baik Pencegahan
Bunuh Diri di RSJ, Peran Media dalam Pencegahan Bunuh Diri
Rekomendasi kegiatan Melakukan koordinasi dan sinkronisasi kegiatan
upaya pencegahan bunih diri di masyarakat antar kementerian/lembaga
maupun organisasi keasyarakatan peduli bunuh diri.
Rencana Tindak Lanjut kegiatan mencegah dan membatasi tayangan
yang berbau kekerasan dan perilakubunuh diri di media sosial, edukasi
kepada masyarakat, khususnya kepada anak dan remaja tentang
pencegahan faktor risiko bunuh diri, serta menjaga jiwa tetap sehat.

Kegiatan Workshop Psikoedukasi dan Deteksi Dini Masalah


Kesehatan Jiwa bagi Dokter di Telemedicine di laksanakan pada
tanggal 29 -30 Juli 201 untuk batch 1 dan tanggal 26 – 27 agustus
2021 untuk batch 2. Batch 1 dan 2 di lakukan secara daring
peserta kegiatan adalah dokter dan psikolog dari 11 platform
telemedicine yang bekerja sama dengan Kemenkes sebagai penyedia
layanan telemedicine bagi pasien COVID-19 yang sedang menjalankan
isolasi mandiri.
Narasumber kegiatan Direktur P2MKJN, Organisasi Profesi: PDSKJI,
IPK Indonesia, IPS HIMPSI, IDI Wilayah Jakarta Selatan.
Kegiatan di lakukan untuk pemenuhan akses telemedicine terutama
dalam meningkatkan dukungan kesehatan jiwa dan psikososial (DKJPS);
untuk meningkatkan kapasitas dokter yang memberikan layanan
telemedicine bagi pasien yang sedang menjalani isolasi mandiri;

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[27]
Dengan kegiatan ini diharapkan adanya Peningkatan kapasitas dokter
dan psikolog melalui penyampaian materi dan diskusi terkait DKJPS
khususnya pada masa pandemi COVID-19.
Rekomendasi kegiatan disusunnya regulasi terkait telemedicine
kesehatan jiwa sehingga menjadi pendekatan baru dalam memberikan
pelayanan DKJPS.
Rencana tindak lanjut kegiatan melakukan evaluasi terhadap
pelaksanaan kegiatan, melakukan eskalasi kegiatan ke seluruh fasilitas
pelayanan kesehatan sehingga tenaga kesehatan dapat memberikan
pelayanan kesehatan berbasis telemedicine bagi pasien COVID-19 yang
sedang menjalani isolasi mandiri.

Kegiatan Pertemuan Koordinasi Pencegahan dan Pengendalian


Keswa (Rakor data bunuh diri, sosialisasi Pedoman PBD, Rakor
data keswa & determinan, Rakor kekerasan di media social)
diselenggarakan dalam beberapa kegiatan yaitu Rapat Koordinasi
Pendataan Kasus Bunuh Diri, Sosialisasi Pedoman Pencegahan Bunuh
Diri, Rapat Koordinasi Data dan Determinan Faktor Risiko Masalah
Kesehatan Jiwa

Kegiatan rapat koordinasi pendataan kasus bunuh diri


dilaksanakan tanggal 12 Agustus 2021 secara daring.
Peserta kegiatan perwakilan Direktorat Jenderal Kependudukan dan
Pencatatan Sipil, Kementerian Dalam Negeri, Badan Reserse Kriminal
Kepolisian Negara Republik Indonesia, Puslitbang Humaniora dan
Manajemen Kesehatan, Puslitbang Sumber Daya Kesehatan, Pusat
Analisis Determinan Kesehatan, dan internal Direktorat P2MKJN.
Narasumber kegiatan Sakaria, SH, M.Si - Dirjen Dukcapil Kemendagri,
Budi Santoso - Badan Pusat Statistik, dr. Yuslely Usman, M.Kes –
Puslitbang Humaniora dan Manajemen Kesehatan, Brigjen Endi – Asops
Kapolri
Salah satu point goals dalam SDG’s adalah mengurangi 1/3 kematian
akibat penyakit tidak menular khususnya bunuh diri. Untuk itu upaya

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[28]
promotif dan preventif kesehatan jiwa perlu dilakukan secara
komprehensif dan berkesinambungan. Dibutuhkan informasi data yang
valid terkait data bunuh diri untuk mengetahui sejauh mana efektifitas
program yang akan dijalankan nantinya.
Rapat koordinasi pendataan kasus bunuh diri membahas pendataan
kematian akibat bunuh diri di masyarakat yang disampaikan oleh
Dukcapil Kemendagri. Dari pihak Asops Kapolri memberikan paparan
laporan kasus bunuh diri di Indonesia yaitu sejak tahun 2017 hingga 2021
tercatat 3433 kasus bunuh diri. Dari BPS memberikan paparan terkait
data bunuh diri di Indonesia pada tahun 2018 sebanyak 5787 kasus.
Selanjutnya paparan tentang gambaran kematian oleh karena bunuh diri
di Indonesia yang disampaikan oleh Puslitbang Humaniora dan
Manajemen Kesehatan Kemenkes.
Rencana Tindak Lanjut melakukan koordinasi dengan pusdatin dan
dukcapil untuk pendataan kasus bunuh diri, pengusulan tambahan
pertanyaan dalam survey BPS selanjutnya tentang kasus bunuh diri dan
kasus perobaan bunuh diri, bersurat ke Dukcapil dan BPS untuk baseline
data kasus bunuh diri 5 tahun terakhir

Kegiatan sosialisasi pedoman pencegahan bunuh diri dilaksanakan


tanggal 1 September 2021 secara daring. Kegiatan diikuti oleh
perwakilan peserta dari 34 Dinkes Provinsi dan Dinkes Kabupaten/Kota
se-Indonesia, perwakilan dari Direktorat Kesehatan Keluarga, Direktorat
P2 Penyakit Tidak Menular, Direktorat Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat, Direktorat Pelayanan Kesehatan Dasar,
Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan, Pusat Krisis Kesehatan,
Pusat Data dan Informasi, Pusat Biro Komunikasi Publik dan Pelayanan
Masyarakat, Kedeputian II Kantor Staf Presiden, Kedeputian V Kantor
Staf Presiden, Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Pusdokkes) Polri,
Asisten Deputi Perlindungan Anak Dalam Situasi Darurat dan Pornografi
KemenPPPA, Asisten Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas
Anak, Perempuan dan Pemuda Kemenko PMK RI, Asisten Deputi
Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenko PMK RI,
Direktorat Rehabilitasi Sosial Anak Kemensos, Direktorat SMA Ditjen
PAUD Dikdas dan Dikmen Kemendikbud RI, Direktorat Guru dan Tenaga
Kependidikan Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus Ditjen
Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud RI, Direktorat Guru dan

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[29]
Tenaga Kependidikan Madrasah Dirjen Pendidikan Islam Kemenag RI,
Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas/Kemen PPN RI,
Direktorat Keluarga, Perempuan, Anak, Pemuda dan Olahraga
Bappenas/Kemen PPN RI, Direktorat Bina Keluarga, Balita dan Anak
BKKBN, Direktorat Bina Ketahanan Remaja BKKBN, Direktorat
Pelayanan Sosial Dasar Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat
Desa Kemendes RI, Direktorat Informasi dan Komunikasi Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan IKP Kemenkominfo RI, Dewan Pers, dan
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat.
Narasumber kegiatan dr. Edduwar Idul Riyadi, Sp.KJ - Dit. P2MKJN,
Wahyu Nhira Utami, M.Psi., Psikolog - IPK Indonesia, Ns. Fauziah,
S.Kep., M. Kep., Sp.Kep.J – IPKJI, Dr. dr. Nova Riyanti Yusuf, Sp.KJ –
PDSKJI, dr. Desmiarti, Sp.KJ, MARS – PDSKJI
Bunuh diri merupakan masalah yang cukup serius ditingkat global, lokal,
regional yang kita hadapi bersama. Angka bunuh diri terus meningkat
secara signifikan. Salah satu point goals dalam SDG’s adalah
mengurangi 1/3 kematian akibat penyakit tidak menular khususnya
bunuh diri. Untuk itu upaya promotif dan preventif kesehatan jiwa perlu
dilakukan secara komprehensif dan berkesinambungan. Upaya yang
dilakukan kementerian kesehatan untuk pencegahan bunuh diri di
masyarakat adalah melalui pembuatan regulasi salah satunya melalui
pembuatan buku pedoman pencegahan bunuh diri.
Kegiatan sosialisasi pedoman pencegahan bunuh diri memaparkan
overview Pedoman Pencegahan dan Penanganan Bunuh Diri, faktor
risiko dan faktor proteksi dari bunuh diri, pencegahan dan deteksi bunuh
diri, bunuh diri pada remaja sebagai kelompok rentan, dan penanganan
faktor risiko dan tindakan bunuh diri di fasyankes. Kegiatan ini
memberikan pemahaman pengelola program kesehatan jiwa dan tenaga
kesehatan di dinas kesehatan provinsi/kabupaten/kota, fasilitas
pelayanan kesehatan serta lintas sektor terkait mengenai pencegahan
dan penanganan bunuh diri sehingga dapat bersinergi dan berkolaborasi
untuk menurunkan angka kematian yang disebabkan oleh bunuh diri di
Indonesia.
Dengan selenggarakannya kegiatan ini, pengelola program kesehatan
jiwa dan tenaga kesehatan di Dinas Kesehatan provinsi/kabupaten/kota,
fasilitas pelayanan kesehatan serta lintas sektor terkait dapat menjadikan
buku ini sebagai pedoman dalam pencegahan dan penanganan perilaku
bunuh diri.
Rencana tindak lanjut kegiatan sosialisasi pedoman pencegahan bunuh
diri: versi digital buku pedoman ini akan dibagikan pengelola program
kesehatan jiwa dan versi cetak dan didistribusikan ke Dinkes Provinsi di
seluruh Indonesia.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[30]
Kegiatan rapat koordinasi data dan determinan faktor risiko
masalah kesehatan jiwa dilaksanakan tanggal 6 September 2021
secara daring. Rapat koordinasi dihadiri oleh perwakilan dari Puslitbang
Humaniora dan Manajemen Kesehatan, Puslitbang Sumber Daya
Kesehatan, Pusat Analisis Determinan Kesehatan, RSJ/RSKO se-
Indonesia, PDSKJI, IPK Indonesia, IPKJI Pusat, HIMPSI, IAKMI, WHO
Indonesia, Unicef Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Universitas Padjajaran, Universitas Gajah Mada, Universitas Sumatera
Utara, Universitas Airlangga, Universitas Udayana, Universitas Negeri
Sebelas Maret, Universitas Hasanudin, Universitas Diponegoro, dan
internal Direktorat P2MKJN.
Narasumber kegiatan Dr. Desmiarti, Sp.KJ – PDSKJI, Dr. Hervita Diatri,
Sp.KJ (K) – Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Upaya promotif dan preventif kesehatan jiwa perlu dilakukan secara
menyeluruh terpadu dan berkesinambungan oleh pemerintah,
Pemerintah Daerah dan masyarakat. Terkait hal tersebut Menteri
Kesehatan menghendaki adanya data masalah kesehatan jiwa dalam
kelompok umur dan faktor risiko masalah keswa serta apa yang harus
dilakukan.
Kegiatan rapat koordinasi data dan determinan faktor risiko masalah
kesehatan jiwa membahas masalah kesehatan jiwa dari kelompok usia
anak, remaja, dewasa hingga lansia. Dilanjutkan dengan paparan
tentang determinan faktor risiko masalah kesehatan jiwa. Dalam paparan
disebutkan bahwa 3 prioritas determinan faktor risiko masalah kesehatan
jiwa di Indonesia adalah pendidikan, kemiskinan dan kekerasan.
Dari hasil rapat koordinasi tersebut didapatkan banyak masukan
sehingga mengerucut pada kesimpulan bahwa perlu lebih diperkuat
pada upaya promotif dan preventif kesehatan jiwa. Sehingga untuk
mencapai hal tersebut, Direktorat P2MKJN berkoordinasi dengan PADK
untuk menganalisa dan memilih 3 program keswa anak remaja yang
akan dikuatkan pelaksanaannya.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[31]
Kegiatan Rapat Koordinasi Pencegahan Tayangan Kekerasan dan
Pencegahan Bunuh Diri di Media Sosial dilaksanakan tanggal 1
Oktober 2021, secara daring
Peserta kegiatan: berasal dari Kementerian dan Lembaga terkait
Narasumber kegiatan Direktur P2MKJN, Asisten Deputi Pemenuhan Hak
dan Perlindungan Anak, Kemenko PMK, Tenaga ahli utama Kantor Staf
Presiden, Perwakilan dari Kemendikbudristek, Perwakilan dari
Kemenpora
Kegiatan ini dilakukan karena semakin maraknya tayangan kekerasan,
termasuk tindakan bunuh diri di media sosial, sehingga diperlukan
sinergitas antar kementerian/lembaga dalam rangka mencegah dan
membatasi tayangan perilaku kekerasan dan bunuh diri di media sosial
maupun di media elektronik
Dalam kegiatan dilakukan Penyampaian materi tentang dukungan dari
kementerian/lembaga terkait, Diskusi, membuat kesepakatan
Rekomendasi kegiatan melakukan identifikasi Peran dan Tanggung
Jawab Kementerian/ Lembaga terkait; menyusun Program yang
integratif dan spesifik terkait content positif di medsos berdasarkan hasil
studi terupdate; peningkatan/ Pengembangan Program Character Mental
Personality di kurikulum Pendidikan, perlu ada regulasi yang kuat terkait
konten medsos, menyusun Complain Feedback Mechanism, jika ada
tayangan potensial menjadi pemicu, kemana harus melaporkan,
bagaimana mensosialisasikan tautan ini kepada masyarakat, dan lain-
lain;
mengintegrasikan Program Pencegahan Tayangan Kekerasan dan
Bunuh Diri” dalam Platform LAPOR (Layanan Aspirasi dan Pengaduan
Online Rakyat), yang telah ada; membentuk “Gugus Tugas Pencegahan
Tayangan Kekerasan dan Bunuh Diri”, pelibatan Organisasi masyarakat;
perlu ada program yang sistematis dan komprehensif untuk
mengedukasi siswa siswi terkait literasi digital termasuk digital ethic dan
digital safety.
Rencana tindak lanjut: Kemenko PMK, c.q Asisten Deputi Pemuhan Hak
dan Perlindungan Anak akan memimpin Rakor selanjutnya terkait
*Pencegahan Tayangan Kekerasan dan Bunuh Diri di Media Sosial*.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[32]
Output Terlaksananya kegiatan koordinasi pelaksanaan pencegahan dan
pengendalian masalah Gangguan Mental Emosional (GME)
Outcame Terlaksananya koordinasi untuk program pencegahan dan pengendalian
GME di tingkat pusat maupun daerah
Benefit Memperkuat layanan kesehatan bagi penderita gangguan mental
emosional
Impac Meningkatnya derajat kesehatan jiwa masyarakat

Peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia


Input Anggaran : Rp. 300.000.000,-
Realisasi : Rp. 296.198.926,-

Kegiatan rapat koordinasi persiapan peringatan hari kesehatan jiwa


sedunia dilaksanakan sebanyak 5 kali pertemuan yaitu tanggal
10,18,19 agustus 2021, 3 dan 16 September 2021 , secara daring
Peserta kegiatan: Organisasi profesi (PDSKJI, IPK Indonesia, IPKJI,
HIMPSI), ARSAWAKOI, CIMSA, seluruh staf di lingkungan Dit. P2MKJN
Narasumber kegiatan Direktur P2MKJN, Koordinator Substansi
penyalahgunaan NAPZA
Kegiatan ini di lakukan sebagai bentuk peringatan terhadap perayaan
hari kesehatan jiwa sedunia yang telah ada sejak tahun 1992, maka
dipandang perlu mengadakan rapat koordinasi untuk persiapan
pelaksanaan seluruh rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan dalam
rangka memperingati HKJS yang akan diperingati di tanggal 10 Oktober
2021 sebagai puncak acara HKJS 2021.
Dalam kegiatan dilakukan pembentukan kepanitian untuk seluruh
rangkaian kegiatan dalam rangka peringatan Hari Kesehatan Jiwa
Sedunia tahun 2021, penyusunan buku pedoman pelaksanaan
rangkaian kegiatan dalam rangka peringatan Hari Kesehatan Jiwa
Sedunia tahun 2021 dan Diskusi perihal yang harus dipersiapkan,
pendanaan, pelaksana, dan pertanggungjawaban dalam seluruh
rangkaian kegiatan HKJS tahun 2021.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[33]
Rekomendasi kegiatan adalah melaksanakan seluruh rangkaian
kegiatan dalam rangka peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia tahun
2021 berdasarkan susunan kepanitiaan yang telah ditetapkan dalam SK
Direktur P2MKJN.
Rencana tindak lanjut kegiatan masing – masing penanggung jawab dan
anggotanya membuat rapat kecil terkait kegiatannya dan dilaporkan
progres dari masing – masing penanggung jawab, menyebarkan
kuesioner deteksi dini GME dengan menggunakan SRQ-20 yang
disebarkan menggunakan google form keseluruh PKM dan dianalisis dan
di masukan ke di website Dit. P2MKJN., seluruh Dinkes Provinsi/
Kabupaten/ Kota dan Puskesmas turut ambil bagian dalam pelaksanaan
orientasi dan memasang spanduk yang telah ditetapkan dalam rapat
persiapan.

Kegiatan Seminar HKJS dilaksanakan tanggal 30 September – 1


Oktober 2021, secara daring
Peserta kegiatan adalah akademisi, praktisi, tenaga kesehatan di Dinas
Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota, dan puskesmas, serta masyarakat
Narasumber kegiatan adalah Direktur Jenderal P2P, Direktur P2MKJN,
Perwakilan PDSKJI, Perwakilan IPK Indonesia, Perwakilan IPKJI,
Perwakilan ARSAWAKOI
Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Kesehatan
Jiwa Sedunia dan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
tenaga kesehatan, pemerhati kesehatan jiwa, serta masyarakat terkait
isu-isu kesehatan jiwa.
Dalam kegiatan di berikan pemaparan materi terkait kesehatan jiwa anak
remaja, dewasa lansia, serta penyalahgunaan NAPZA dan diskusi
Rencana tindak lanjut kegiatan melaksanakan kegiatan webinar secara
berkala dengan topik yang beragam.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[34]
Kegiatan Temu Media dan Kampanye Publik dilaksanakan tanggal
6 Oktober 2021 pukul 09.00 – 12.00 WIB secara daring melalui
platform zoom meeting bekerja sama dengan Biro Komunikasi dan
Pelayanan Masyarakat Kemenkes.
Peserta kegiatan adalah perwakilan media massa baik media cetak
maupun elektronik
Narasumber kegiatan adalah Plt. Dirjen Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit, Direktur P2 Masalah Kesehatan Jiwa dan NAPZA
Moderator berasal dari Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
Kemenkes
Kegiatan dilaksanakan karena masih tingginya stigma dan diskriminasi
terhadap gangguan jiwa. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya
pemahaman masyarakat terkait kesehatan jiwa.
Rencana tindak lanjut kegiatan para jurnalis akan menuliskan dan
menyebarluaskan informasi terkait kesetaraan dalam kesehatan jiwa,
kegiatan temu media terkait kesehatan jiwa dilakukan berkala dan
berkesimbungan.

Kegiatan Temu Blogger dilaksanakan tanggal 6 Oktober 2021


secara daring melalui platform zoom meeting bekerja sama dengan Biro
Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes.
Peserta kegiatan adalah para blogger (penulis blog di internet)
Narasumber kegiatan adalah Direktur P2 Masalah Kesehatan Jiwa dan
NAPZA, Pengurus Pusat PDSKJI, Pengurus Pusat IPK Indonesia, Ketua
Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia, Ketua Komisi Informasi Pusat
Moderator nya adalah Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan
Masyarakat Kemenkes

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[35]
Kegiatan ini dilaksanakan karena masih tingginya stigma dan
diskriminasi terhadap gangguan jiwa. Salah satu penyebabnya adalah
kurangnya pemahaman masyarakat terkait kesehatan jiwa.
Rencana tindak lanjut kegiatan para blogger akan menuliskan dan
menyebarluaskan informasi terkait kesehatan jiwa yang diharapkan bisa
menjadi trending topic, temu blogger terkait kesehatan jiwa dilaksanakan
secara berkala dan berkesimbungan.

Kegiatan Acara Puncak Hari Kesehatan Jiwa Sedunia di laksanakan


tanggal 10 Oktober 2021 bertempat di aula RSJD dr. Arif Zainudin
Surakarta secara daring dan luring.
Peserta kegiatan, Kandinkes Jawa Tengah, Wakil Walikota Surakarta,
RSJ Surakarta, Perwakilan RSJ seluruh Indonesia, Perwakilan
ARSAWAKOI, Media massa, Organisasi profesi kesehatan, LP/LS,
Bupati Manggarai Timur, Bupati manggarai, LSM Kesehatan Jiwa,
Pegawai direktorat P2MKJN
Narasumber kegiatan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Plt. Dirjen
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Direktur P2MKJN, Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
Kegiatan ini di lakukan sebagai bentuk perayaan pada hari kesehatan
jiwa sedunia dan untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian
masyarakat akan pentingnya kesehatan jiwa untuk mewujudkan
Indonesia sehat dan tangguh

Kegiatan peringatan hari kesehatan jiwa sedunia dengan tema “mental


health in an unequal world” untuk pengingat bahwa kesehatan jiwa masih
menjadi masalah di Indonesia dan diharapkan masyarakat sadar akan
hal tersebut dan mereka yang mengalami gangguan kesehatan jiwa
mendapatkan akses untuk pelayanan kesehatan sama rata dan tanpa
stigma
Pada kegiatan juga diberikan apresiasi kepada beberapa tokoh yang
turut berperan dalam menanggulangi masalah kesehatan jiwa,
pembacaan pemenang lomba pada rangkaian kegiatan dalam rangka
peringatan hari kesehatan jiwa sedunia.
Rekomendasi kegiatan peringatan hari kesehatan jiwa sedunia dapat
menjadi pengingat perihal masalah kesehatan jiwa di Indonesia
khususnya dan bagi mereka yang mengalami gangguan kesehatan jiwa
mendapatkan akses untuk pelayanan kesehatan sama rata dan tanpa
stigma

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[36]
Rencana tindak lanjut kegiatan melakukan evaluasi terhadap
pelaksanaan kegiatan, merencanakan kegiatan serupa dan
mensosialisasikan rangkaian kegiatan di tahun berikutnya sebagai
bentuk peringatan hari kesehatan jiwa sedunia

Output Terselenggaranya rangkaian peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia


Outcame Terlaksananya upaya promotif dan preventif kesehatan jiwa melalui
serangkaian kegiatan peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia serta
meningkatnya pengetahuan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan jiwa
Benefit Meningkatkan kesadaran dan kepedulian setiap masyarakat umum,
penentu kebijakan dan tenaga kesehatan tentang pentingnya mengenali
secara dini masalah kesehatan jiwa.
Impac Masyarakat mampu mengenali, mencegah, dan mengendalikan masalah
kesehatan jiwa dan NAPZA serta mengurangi stigma dan diskriminasi

Penguatan Surveilans Pencegahan dan Pengendalian Depresi


Input Anggaran: Rp. 200.000.000,-
Realisasi: Rp. 148.935.375,-

Kegiatan Penguatan Jejaring Penanganan Kasus Gangguan Jiwa


dilaksanakan tanggal 23 Mei 2021 untuk kegiatan rapat persiapan
membangun jejaring penanganan kasus gangguan jiwa dan tanggal
27 – 28 Mei 2021 untuk pelaksanaan kegiatan Penguatan Jejaring
Penanganan Kasus Gangguan Jiwa, bertempat Hotel Wyndham
Casablanca Jakarta secara daring dan luring
Peserta kegiatan: lintas program di lingkungan Kementerian Kesehatan,
Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, RSU, RSJ,
Puskesmas, serta organisasi profesi (PDSKJI, IPK Indonesia, IPKJI)
Narasumber kegiatan adalah Direktur P2 Masalah Kesehatan Jiwa dan
NAPZA, Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan, Ditjen Yankes, Kepala
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan, Ketua PP PDSKJI,
Perwakilan dari Asosiasi Rumah Sakit Daerah Seluruh Indonesia
(ARSADA), Perwakilan dari Asosiasi Rumah Sakit Jiwa dan

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[37]
Ketergantungan Obat Indonesia (ARSAWAKOI), Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Kegiatan di laksanakan dalam rangka mencapai indikator rencana
strategis Kementerian Kesehatan dan dalam rangka menyelesaikan
permasalahan kesehatan jiwa dibutuhkan dukungan dari berbagai pihak
mulai dari tataran Pusat hingga ke Daerah.
Dalam kegiatan di berikan Pemaparan substansi pencegahan dan
pengendalian masalah kesehatan jiwa dan NAPZA, penguatan layanan
kesehatan jiwa di Rumah Sakit rujukan, identifikasinya sistem pencatatan
dan pelaporan kesehatan jiwa dan NAPZA, diskusi
Rencana tindak lanjut kegiatan Dit, P2MKJN akan berkoordinasi lebih
lanjut dengan Direktorat Yankes Rujukan, Ditjen Yankes dan Pusdatin
terkait Jenis penyakit yang akan dimasukkan ke dalam SISRUTE dan
SIRS; SE tentang kewajiban RSUD menyediakan 10 tempat tidur untuk
pasien jiwa; SE tentang Pelayanan Jiwa bagi fasyankes yang tidak
memiliki psikiater; Sistem Pelaporan terintegrasi, Akses Bidang P2P
Dinas Kesehatan untuk mendapatkan rekapitulasi data layanan jiwa
melalui SISRUTE dan SIRS daerah, Sistem RR di setiap unit harus
interoperabilitas Dit. P2MKJN mendorong OP (PDSKJI, IPK dan IPKJI)
untuk menerbitkan Surat Edaran agar anggota melakukan pendampingan
program keswa di wilayahnya; Dit. P2MKJN mensosialisasikan
Permenkes No. 20 tahun 2020 tentang telemedicine kepada Organisasi
Profesi dan Dinas Kesehatan serta membangun sistem telemedicine
layanan jiwa; PP PDSKJI akan berkoordinasi lebih lanjut dengan
Kolegium Kedokteran Indonesia perihal Revisi Standar Kompetensi
Dokter Umum dalam diagnosis dan penatalaksanaan kasus jiwa; Dinas
Kesehatan kab/ kota, dan dinas kesehatan provinsi melaporkan data
Keswa secara rutin; Dit. P2MKJN bersama dengan Organisasi Profesi
akan menyusun pedoman pendampingan tenaga ahli bagi tenaga
kesehatan di layanan kesehatan primer; Dinas Kesehatan Provinsi
berkoordinasi dengan RSJ membangun jejaring untuk melakukan
pembinaan kepada tenaga kesehatan puskesmas di wilayahnya secara
berkala serta optimalisasi program rujuk balik sesuai kompetensi dan
sumber daya yang ada; Dinas Kesehatan Provinsi, Kab/Kota melakukan
advokasi kepada Pemda terkait kebijakan dan anggaran Keswa; Dit.
P2MKJN bersama dengan Ditjen. Yankes dan Organisasi Profesi
menyusun “SOP pelaksanaan regional sistem rujukan” Optimalisasi
Kerjasama lintas program dalam aspek kesehatan jiwa sesuai siklus
hidup (continuum of care).
output Terlaksananya pertemuan penguatan jejaring penanganan kasus
Gangguan Jiwa
outcame Diperolehnya kesepakatan sistem rujukan kasus jiwa mulai dari
fasyankes primer, sampai rujukan serta pendampingan oleh klinisi
kepada tenaga kesehatan di fasyankes primer.
Benefit Terbangunnya jejaring komunikasi lintas program terkait kesehatan jiwa

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[38]
Impact Kasus gangguan jiwa dapat ditatalaksana dengan lebih baik dan optimal
Foto-foto

Orientasi Pencegahan dan Pengendalian Depresi


Input Anggaran : Rp. 200.000.000,-
Realisasi : Rp. 130.968.381,-

Kegiatan Penguatan Sistem Rujukan Pelayanan Keswa dilaksanakan


tanggal 13 – 15 Juni 2021 bertempat di Wyndham Casablanca Hotel,
Jakarta, secara daring dan luring
Peserta kegiatan adalah Direktur RSJ dan RSKO, Lintas program di
lingkungan Kementerian Kesehatan, Perwakilan PDSKJI, Staf Direktorat
P2MKJN
Narasumber kegiatan adalah Direktur P2MKJN, Direktur Pelayanan
Kesehatan Rujukan, Ditjen Yankes, Kolegium Dokter Indonesia, Ketua PP
PDSKJI, Perwakilan dari RSJD dr. Ernaldi Bahar, Palembang, Perwakilan
dari RSJ Marzoeki Mahdi, Bogor
Kegiatan ini merupakan pertemuan lanjutan penguatan jejaring
penanganan kasus gangguan jiwa
Dalam kegiatan di paparan kebijakan penguatan rujukan kesehatan jiwa,
peranan PDSKJI dalam pendampingan tenaga kesehatan di fasyankes
primer, revisi standar kompetensi dokter umum dalam diagnosis dan
penatalaksanaan kasus jiwa dari Kolegium Dokter Indonesia,
pendampingan tenaga ahli kepada tenaga kesehatan di fasyankes primer
dan diskusi
Rekomendasi kegiatan perlunya diadakan orientasi bagi PPK II (RSJ)
dalam rangka kesinambungan sistem pencatatan dan pelaporan layanan
secara berjenjang, terjalinnya komunikasi yang intens dan berkelanjutan
antara Dit P2MKJN, RSJ/RSKO, dan organisasi profesi/institusi untuk

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[39]
mecari terobosan guna meningkatkan sistem pencatatan dan pelaporan
serta alur rujukan dari PPK I ke PPK II serta sistem rujukan balik.
Output Terlaksananya pertemuan lanjutan penguatan sistem rujukan pelayanan
keswa
Outcame Diperolehnya kesepakatan antara Ditjen Yankes, Ditjen P2P, dan RSJ
dalam penatalaksanaan kasus gangguan jiwa
Benefit Terbangunnya jejaring komunikasi antara Ditjen Yankes, Ditjen P2P, dan
RSJ terkait penatalaksanaan kasus gangguan jiwa
Impac Kasus gangguan jiwa dapat ditatalaksana dengan lebih baik dan optimal
Foto
kegiatan

Orientasi Manajemen P2 Keswa bagi Dinkes Provinsi dan LP/LS


Input Anggaran : Rp. 340.030.000,-
Realisasi : Rp. 332.291.650,-

Kegiatan Pelaksanaan Orientasi Manajemen Program Keswa bagi


Dinas Kesehatan Batch 1 untuk rapat persiapan dilaksanakan tanggal
31 mei 2021 secara daring melalui zoom meeting ID : 83603912306
Passcode: 713115.
Peserta: terdiri dari Direktorat P2MKJN, PDSKJI (Peserta 19 orang)
Kegiatan membahas persiapan pelaksanaan orientasi manajemen keswa
batch 1
Dalam kegiatan di buat Jadwal pelaksanaan orientasi manajemen keswa
batch 1 dan 2, Materi yang akan disampaikan pada orientasi manajemen
keswa batch 1 dan 2 adalah Kebijakan, Preventif, ptomotif dan kuratif
dalam upaya meningkatkan kesehatan jiwa, Narasumber dari PDSKJI,
Moderator dari IPKJI dan IPK, Peserta orientasi manajemen keswa dari
Dinas Kesehatan provinsi / kab/ kota, Membuat google form terkait
pelayanan keswa dan permasalahan serta kendala yang dihadapi di
Puskesmas
Rekomendasi kegiatan regulasi dan kebijakan tentang upaya keswa,
pedoman dan panduan yang ada di setting pelayanannya, program yang
dijalankan, hambatan dan kendala untuk program, upaya apa yang
dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[40]
Kegiatan Pelaksanaan orientasi manajemen keswa batch 1
dilaksanakan tanggal 9 – 11 Juni 2021, secara luring dan daring
bertempat pelaksanaan luring di Hotel Wyndham Casablanca Jakarta
Peserta luring terdiri dari Dinas kesehatan provinsi dan Sudinkes DKI
Jakarta, Direktorat P2 Makeswa dan Napza, Dinas Kesehatan provinsi
Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kep. Riau, Jambi, Sumatera
Selatan, Kep. Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Banten, NTB, NTT,
Bali, Sulawesi Utara dan Gorontalo, RS Jiwa/ RSKD/ RSU Pusat (3 RS)
dan daerah (16 RS)
Peserta Daring: Dinas Kesehatan Kab/ Kota dan Puskesmas
Narasumber kegiatan adalah Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat
Bappenas, Direktur Dit. P2MKJN, Direktur pelayanan Kesehatan Rujukan,
Koordinator Substansi Makeswa Dewasa dan Lansia, Sub Koordinator
Substansi Makeswa Anak, Sub Koordinator Substansi Makeswa Remaja,
Sub Koordinator Substansi Makeswa Lansia, Sub Koordinator Substansi
Masalah Penyalahgunaan Napza di Institusi, PDSKJI ( dr. Gina
Anindyajati, Sp.KJ, dr. Albert Amaramis, Sp.KJ, dr. Hervita Diatri, Sp.KJ
Moderator kegiatan adalah dari IPK dan IPKJI
Materi yang di sampaikan Kebijakan P2 Masalah keswa dan Napza ,
Upaya kesehatan jiwa dalam Strategi pembangunan nasional, Deteksi Dini
Keswa dan Napza, Persentase ODGJ berat yang mendapatkan layanan,
Strategi Advokasi Kesehatan Jiwa , Upaya promotive dan preventif
kesehatan jiwa, Rehabilitasi Medis Penyalahguna Napza, Upaya kuratif
dan Rehabilitatif keswa, Penguatan jejaring rujukan kesehatan jiwa,
Pencegahan dan pengendalian gangguan mental emosional, Layanan
depresi
Tujuan kegiatan adalah untuk meningkatkan pemahaman pengelola
program kesehatan jiwa dan Napza di Dinas Kesehatan dan RSJ/RSU
dengan layanan jiwa terkait tata kelola penyelenggaran upaya kesehatan
jiwa termasuk indikator Renstra 2020- 2024, memperoleh komitmen dan
kesepahaman tentang manajemen pencegahan dan pengendalian
masalah kesehatan jiwa dan Napza di seluruh provinsi di Indonesia,
menguatkan kolaborasi dan sinergi upaya pencapaian indikator Renstra
2020-2024 terkait kesehatan jiwa antara pemerintah pusat dan daerah
Rencana Tindak Lanjut kegiatan adalah P2MJN akan berkoordinasi lebih
lanjt dengan LP dan kementerian / lembaga terkait penguatan regulasi
terkait p2 masalah keswa dan napza, MOU dengan kemendagri,
kemensos, BPJS, Kepolisian terkait penanganan ODGJ, Revisi PMK No 4
Tahun 2020 ttg Penyelenggaraan IPWL, Pemetaan data dan permasalah
keswa, SDM di Bidang Keswa, Sistem rujukan keswa, Obat Jiwa, P2MKJN

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[41]
akan mendorong PDSKJI untuk mengeluarkan rekomendasi terkait
vaksinasi bagi ODGJ, P2MKJN mengembangkan dan menyempurnkan
system informasi keswa, Dinkes kab/kota /provinsi dan RSJ/RSU
melaporkan data keswa secara rutin, Dinkes kab/kota /provinsi dan
RSJ/RSU memperkuat kolaborasi dalam penyelenggaraan upaya
kesehatan jiwa (promotive, preventif, kuratif dan rehabilitative), Advokasi
kepda pemda terkait kebijakan dan anggaran keswa, Pembentukan /
penguatan TPKJM dan DKJPS, Peningkatan kapasitas SDM,
Pendampingan manajerial / klinis FKTP, Ketersediaan dan kecukupan
logistic, penguatan system rehabilitasi pasca perawatan di RSJ/RSU

Kegiatan Pelaksanaan Orientasi Manajemen Program Keswa bagi


Dinas Kesehatan Batch 2 dilaksanakan tanggal 28 – 29 September
2021, secara luring dan daring bertempat pelaksanaan luring di Hotel
Wyndham Casablanca Jakarta.
Peserta luring dari Dinas kesehatan provinsi dan Sudinkes DKI Jakarta,
Direktorat P2 Makeswa dan Napza.
Peserta daring dari Dinas Kesehatan Provinsi / Kab/ Kota Jawa Barat,
Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi
Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi tenggara, Kalimantan Barat, Kalimantan
Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Maluku, Maluku Utara,
Papua, Papua Barat dan Kalimantan Utara, RSJ/ RSU/ RSKD.
Narasumber kegiatan adalah Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat
Bappenas, Direktur Dit. P2MKJN, Direktur pelayanan Kesehatan Rujukan,
Koordinator Substansi Makeswa Dewasa dan Lansia, Sub Koordinator
Substansi Makeswa Anak, Sub Koordinator Substansi Makeswa Remaja,
Sub Koordinator Substansi Makeswa Lansia, Sub Koordinator Substansi
Masalah Penyalahgunaan Napza di Institusi, PDSKJI ( dr. Gina
Anindyajati, Sp.KJ, dr. Albert maramis, Sp.KJ, dr. Hervita Diatri, Sp.KJ.
Moderator kegiatan adalah dari IPK Indonesia dan IAKMI
Materi yang di sampaikan dalam kegiatan adalah Kebijakan P2 Masalah
keswa dan Napza, Upaya kesehatan jiwa dalam Strategi pembangunan
nasional. Deteksi Dini Keswa dan Napza, Persentase ODGJ berat yang
mendapatkan layanan, Strategi Advokasi Kesehatan Jiwa . Upaya

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[42]
promotive dan preventif kesehatan jiwa, Rehabilitasi Medis Penyalahguna
Napza, Upaya kuratif dan Rehabilitatif keswa, Penguatan jejaring rujukan
kesehatan jiwa, Pencegahan dan pengendalian gangguan mental
emosional. Layanan depresi
Tujuan kegiatan adalah untuk meningkatkan pemahaman pengelola
program kesehatan jiwa dan Napza di Dinas Kesehatan dan RSJ/RSU
dengan layanan jiwa terkait tata kelola penyelenggaran upaya kesehatan
jiwa termasuk indikator Renstra 2020- 2024, memperoleh komitmen dan
kesepahaman tentang manajemen pencegahan dan pengendalian
masalah kesehatan jiwa dan Napza di seluruh provinsi di Indonesia,
menguatkan kolaborasi dan sinergi upaya pencapaian indikator Renstra
2020-2024 terkait kesehatan jiwa antara pemerintah pusat dan daerah
Rekomendasi kegiatan adalah penyelenggaraan orientasi Keswa lebih
sering diadakan dgn materi yg lebih bervariasi minimal 3 bln sekali untuk
menambah pengetahuan dan bial dimungkinkan disertai workshop,
pelatihan bagi petugas Kab/Kota dlm penanganan keswa perlu
dilakukan, kegiatan orinetasi ini mengingat masa pandemi, selanjutnya
kalau bisa diadakan didaerah masing2, mungkin penjelasan terkait
masalah deteksi dini SDQ, SRQ 2.Penangan ODGJ berat bisa lebih
detail, diharapkan orientasi ini diadakan secara tatap muka agar lebih
jelas dan di mengerti, di perlukan pelatihan untuk para guru se Indonesia
"cara mendeteksi secara dini gangguan jiwa dengan metode SDQ
karena tidak seluruh puskesmas menjangkau sekolah juga" sehingga
capaian indikator bisa lebih cepat tercapai jika dibantu oleh guru di
sekolah Terutama guru BK", kegiatannya sangat bagus dan membantu
kami sebagai pengelola program kesehatan jiwa puskesmas yang
mendapatkan ilmu yang baru tentang kesehatan jiwa semoga
kedepannya lagi akan diberikan informasi dan pengetahuan tentang
kesehatan jiwa yang terbaru. Terimakasih untuk semua narasumber
yang sudah berbagi ilmunya dengan kami petugas puskesmas,
diperjelas untuk pencatatan dan pelaporan sehingga bisa berjalan
dengan baik, karena kami diwilayah timur sebagian besar puskesmas
masih belum memiliki jaringan internet sehingga untuk mengakses
aplikasi belum bisa, perlunya diperkenalkan lebih rinci lagi untuk
indikator GME Depresi terutama dalam proses skrining dan skoring
Kendala nya adalah penyampaian materi sebaiknya suaranya jangan
putus putus, orientasi dilakukan secara daring sehingga kurang jelas
Rencana Tindak Lanjut kegiatan adalah menyelesaikan regulasi
rehabilitasi napza, meningkatkan pengembangan layanan rehabilitasi
napza medis dan social, penguatan lintas sektor workshop deteksi dini
keswa napza bagi guru BK SMA; rakor TPKJM, mengusulkan kegiatan
pada saat usulan anggaran perencanaan program, orientasi program
keswa napza,pembentukan TPKJM,dan DKJPS, pemetaan data dan
permasalahan keswa., Deteksi dini masalah keswa dan napza
sosialisasi kegiatan ; monev keswa,upaya menata kembali Program
keswa -napza di wilayah kab.kep.seribu dan berkolaborasi dengan
progarm puskesmas, lintas sektor UKDP dan SKPD lainnya,tokoh

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[43]
masyarakat, advokasi dukungan upaya keswa napza dalam pemantapan
program keswa, meningkatkan Pengetahuan bagi Masyarakat dan Kader
agar semua mengetahui pelaporan keswa, agar kepala puskesmas dan
semua staf puskesmas memahami tentang program kesehatan jiwa,
pimpinan dan jajarannya melakukan sosialisasi dan advokasi ke pihak
terkait agar Pelayanan kesehatan terhadap odgj lebih optimal

Kegiatan Pelaksanaan Orientasi Manajemen Program Keswa bagi


LP/LS dilaksanakan tanggal kegiatan: 29 – 30 secara luring dan
daring bertempat di Hotel Gran Melia Jakarta,
Peserta kegiatan adalah lintas program di lingkungan Kementerian
Kesehatan, lintas sektor dari Kementerian/lembaga terkait, staf Dit.
P2MKJN.
Narasumber kegiatan adalah Direktur P2MKJN, Koordinasi substansi P2
masalah keswa anak dan remaja, Koordinator substansi P2 NAPZA,
Subkoordinator P2 masalah keswa dewasa, PDSKJI
Kegiatan ini dilaksakana untuk memperoleh pemahaman tentang
kebijakan pencegahan dan pengendalian masalah kesehatan jiwa dan
NAPZA, memberikan edukasi dan informasi yang utuh kepada lintas
program dan lintas sektor terkait upaya promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif kesehatan jiwa , mendapatkan pemahaman pentingnya
kolaborasi dan sinergi LP/LS dalam mewujudkan program kesehatan jiwa
Dalam kegiatan dipaparkannya kebijakan pencegahan dan pengendalian
masalah kesehatan jiwa dan NAPZA; kesehatan jiwa anak dan remaja;
dukungan DKJPS dan TPKJM terhadap kesehatan jiwa masyarakat; upaya
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif di bidang keswa; serta
kolaborasi dan sinergi LP/LS dalam upaya kesehatan jiwa dan diskusi, dan
Rencana tindak lanjut dari LP/LS yang hadir dalam mensinergikan upaya
kesehatan jiwa di K/L masing-masing.
Rekomendasi kegiatan penguatan koordinasi, kolaborasi antar K/L dalam
rangka menunjang pelaksanaan program Keswa NAPZA melalui
Perjanjian Kerja Sama (MoU) agar terjalin sinergitas antar program untuk
mencapai tujuan bersama, peningkatan sosialisasi program Keswa &
NAPZA yang terintegrasi dengan Kemendikbudristek, Kemenag,
Kemensos, Kemen PPPA, Kemenko PMK, BNN, Kemenkumham agar
terintegrasi dengan program dari K/L, peningkatan kapasitas terkait
kesehatan jiwa dan Napza bagi tenaga kesehatan di Lapas/Rutan/LPKA,
tempat kerja dan tenaga non kesehatan (tenaga pendidik & kependidikan,
petugas panti rehabilitasi sosial, dll), perluasan skrining masalah

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[44]
kesehatan jiwa dan Napza serta bekerja sama dengan berbagai profesi
dalam memberikan pelayanan, pembentukan dan penguatan TPKJM di
Pusat dan Daerah
Rencana tindak lanjutnya baik lintas program di lingkungan Kementerian
Kesehatan serta lintas sektor di Kementerian/Lembaga terkait membuat
rencana baik kegiatan, pelatihan, maupun advokasi kepada pimpinan K/L
terkait mengenai upaya kesehatan jiwa dan berupaya untuk
mengintegrasikan upaya kesehatan jiwa dalam kegiatan masing-masing.

Output Terlaksananya kegiatan Orientasi Manajemen P2 Keswa bagi Dinkes


Provinsi dan LP/LS
Outcame Meningkatnya pengetahuan Dinas Kesehatan Provinsi/ Kabupaten/ Kota
serta lintas program di lingkungan Kementerian Kesehatan juga lintas
sektor di K/L terkait mengenai upaya manajemen kesehatan jiwa.
Benefit layanan kesehatan jiwa yang accessible dengan tenaga kesehatan jiwa
yang kompeten serta terintegrasi dengan layanan-layanan lainnya yang
terkait.
Impac Meningkatnya kesehatan jiwa masyarakat

Orientasi Pencegahan dan Pengendalian GME bagi LP/LS


Input Anggaran : Rp. 88.665.000,-
Realisasi : Rp. 83.222.000,-

Kegiatan Diseminasi Program Pencegahan dan Pengendalian GME


bagi LP/LS dilaksanakan tanggal 16 November 2021 secara daring
bertempat di Hotel Wyndham Casablanca Jakarta.
Peserta kegiatan adalah perwakilan dari Direktorat P2 Penyakit Tidak
Menular, Direktorat Pelayanan Kesehatan Dasar, Pusat Analisis
Determinan Kesehatan, Kementerian Sosial, Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Kementerian Agama, Bappenas, dan
Perwakilan IPKJI di RS/RSJ/RSU.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[45]
Narasumber kegiatan adalah dr. Celestinus Eigya Munthe, Sp.KJ, M.Kes.
- Dit. P2MKJN, Prof. Dr. Budi Anna Keliat, S.Kp., M.App.Sc – IPKJI, dr.
Gina Anindyajati, Sp.KJ – PDSKJI, dr. Enny Hardi - Puskesmas
Kecamatan Kalideres, dr. Faudila Novita Ladyana - Puskesmas
Kecamatan Jatinegara
Salah satu indikator kinerja kegiatan bidang pencegahan dan
pengendalian masalah kesehatan jiwa dan NAPZA yang tercantum dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2020 tentang Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 adalah persentase
penderita gangguan mental emosional pada penduduk ≥ 15 tahun yang
mendapat layanan dengan target 50% di tahun 2024. Untuk mendukung
hal tersebut tentunya perlu dukungan dan pemahaman yang cukup
mengenai gangguan mental emosional serta kolaborasi dan sinergi
dengan lintas program dan lintas sektor terkait.
Kegiatan Diseminasi Program Pencegahan dan Pengendalian GME bagi
LP/LS memberikan edukasi dan informasi yang utuh mengenai kebijakan
dan upaya promotif preventif pencegahan dan pengendalian GME.
Peserta juga memperoleh gambaran nyata tentang praktik baik program
pencegahan perundungan dan skrining masalah kesehatan jiwa sehingga
mendapatkan pemahaman akan pentingnya kolaborasi dan sinergi LP/LS
dalam melaksanakan upaya pencegahan dan pengendalian GME.
Rekomendasi kegiatan adalah promosi kesehatan jiwa menjangkau
remaja diberbagai kalangan baik yang terindikasi GME maupun tidak
Rencana tindak lanjut kegiatan adalah koordinasi dengan Direktorat
Pelayanan Kesehatan untuk pengembangan layanan telemedicine
kesehatan jiwa, PKM Jatinegara akan berkoordinasi dengan kampus sehat
untuk menjangkau deteksi dini pada remaja di lingkungan perguruan tinggi,
pengembangan sistem pencatatan pelaporan yang terintegrasi dengan
menggunakan online di web SIMKESWA, Dit. Pelayanan Kesehatan Dasar
masih dilakukan perbaikan sistem rujuk balik di SISRUTE.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[46]
Kegiatan Pelaksanaan FGD P2 Gangguan Spektrum Autisme bagi
LP/LS dilaksanakan tanggal 22 November 2021 di Hotel Royal
Kuningan Jakarta Selatan secara daring dan luring.
Peserta kegiatan FGD adalah perwakilan dari Direktorat Kesehatan
Keluarga, Direktorat Pelayanan Kesehatan Dasar, Direktorat Kesehatan
Rujukan, Pusat Analisis dan Determinan Kesehatan, Dinas Kesehatan
Provinsi DKI Jakarta, Asisten Deputi Perlindungan Khusus Anak dari
Kekerasan (Kemen PPPA), Asisten Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan
Kualitas Anak Perempuan dan Pemuda (Kemenko PMK RI), Asisten
Deputi Tenaga dan Peningkatan Sumber Daya Pemuda (Kemenpora),
Direktorat Rehabilitasi Sosial Anak (Kemensos), Direktorat Rehabilitasi
Penyandang Disabilitas (Kemensos), Direktorat Guru dan Tenaga
Kependidikan Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus, Ditjen Guru
dan Tenaga Kependidikan (Kemendikbudristek), Direktorat Pendidikan
Masyarakat dan Pendidikan Khusus, (Kemendikbud-ristek), Direktorat
Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah, Dirjen Pendidikan Islam
(Kemenag) Direktorat Keluarga, Perempuan, Anak, Pemuda dan Olahraga
(Bappenas/Kemen PPN), Direktorat Bina Ketahanan Remaja (BKKBN),
Pusat Pengembangan Kebijakan Ketenagakerjaan (Kemenaker), Autisme
Indonesia, PP PDSKJI, IPKJI Pusat, IPK Indonesia, IPSPI, WHO
Indonesia, UNICEF Indonesia.
Narasumber kegiatan adalah dr. Celestinus Eigya Munthe, Sp.KJ, M.Kes -
Direktur P2MKJN, Kemenkes RI; dr. Melly Budhiman, Sp.KJ – Yayasan
Autisme Indonesia; dr. Kusuma Minayati, Sp.KJ - PP PDSKJI; Dra. Eva
Rahmi Kasim, MDS - Direktorat Rehabilitasi Penyandang Disabilitas,
Kementerian Sosial RI; Dra. Tina Jupartini, M.Pd - Direktorat Guru dan
Tenaga Kependidikan Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus,
Kemendikbudristek RI;
Gangguan sprektrum autisme (GSA) atau Autistic Spectrum Disorder
(ASD) merupakan masalah kesehatan jiwa yang cukup banyak terjadi
pada anak-anak. Berdasarkan data dari Centre of Disease Control (CDC)
di Amerika memperkirakan prevalensi (angka kejadian) anak dengan
Gangguan Spektrum Autisme di tahun 2018 yakni 1 dari 59 anak,
meningkat sebesar 15% dibandingkan tahun 2014 yaitu 1 dari 68 anak.
Sedangkan WHO memprediksi 1 dari 160 anak-anak di dunia menderita
gangguan spektrum autisme.
Kegiatan FGD P2 Gangguan Spektrum Autisme bagi LP/LS memberikan
gambaran mengenai kebijakan dan upaya pencegahan serta penanganan
gangguan spektrum autisme di Kementerian/ Lembaga serta memetakan
peran LP/LS dalam kolaborasi dan sinergi melaksanakan upaya
pencegahan dan pengendalian gangguan spektrum autisme.
Rekomendasi kegiatan mengembangkan instrumen skrining GSA di
layanan primer sesuai kondisi Indonesia, mendekatkan layanan psikologis
bagi masyarakat, meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan, pekerja
sosial dan tenaga pendidik untuk deteksi dini dan penanganan
penyandang GSA, memperkuat sekolah inklusi sehingga ada kesetaraan

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[47]
dalam akses pendidikan bagi anak dengan penyandang GSA sesuai
kebutuhannya.
Rencana tindak lanjut kegiatan adalah memperkuat daerah untuk layanan
rehabilitasi lintas profesi bagi penyandang GSA dan forum komunikasi
lintas sektor, bisa diawali dengan uji coba (pilot project) di beberapa
daerah, membentuk Sekretariat Bersama untuk pencegahan dan
penanganan penyandang GSA/ABK, membuat MOU /nota kesepahaman
antar Kementerian/Lembaga untuk pencegahan dan penanganan
penyandang GSA, kolaborasi dan sinergi Kementerian/Lembaga, usia < 6
th: penguatan deteksi dini, diagnosa dan tata laksana (Kemenkes); usia
sekolah dan remaja: akses pendidikan (Kemendikbudristek); usia
produktif: vokasi dan lapangan pekerjaan (Kemensos dan Kemenaker);
Sepanjang rentang usia: pencegahan dan penanganan kekerasan
penyandang GSA (KemenPPPA), Pemenuhan kebutuhan dasar,
Meningkatkan pemahaman masyarakat terkait GSA melalui sosialisasi,
pelatihan, dll

Kegiatan Pelaksanaan Jambore Sehat Jiwa bagi Remaja


dilaksanakan secara daring sebanyak 3 kali tanggal 16 Juni 2021, 8
Juli 2021, dan 27 Juli 2021.
Peserta kegiatan terdiri dari siswa SMP, SMA sederajat, dan mahasiswa,
guru BK SMP dan SMA sederajat, dosen pendamping, perwakilan Dinas
Kesehatan Provinsi dan Kab/Kota, Dinas Pendidikan Provinsi dan kab/kota
Narasumber kegiatan adalah dr. Siti Khalimah, SpKJ, MARS, dr. Debree
Septiawan, Sp.KJ, M.Kes, Anastasia Satriyo, M.Psi., Psikolog, DR. dr.
Kristiana Siste Kurniasanti, Sp.KJ(K), Psikolog Direktorat P2MKJN
Salah satu indikator kinerja kegiatan bidang pencegahan dan
pengendalian masalah kesehatan jiwa dan NAPZA yang tercantum dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2020 tentang Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 adalah persentase
penderita gangguan mental emosional pada penduduk ≥ 15 tahun yang
mendapat layanan dengan target 50% di tahun 2024.
Kegiatan Jambore Sehat Jiwa memberikan materi-materi edukasi tentang
kesehatan jiwa remaja, terutama siswa SMP SMA sederajat dan
mahasiswa. Materi yang disampaikan antara lain: faktor risiko, protektif
dan deteksi dini ide bunuh diri pada remaja; mengatasi kecemasan dan

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[48]
pemikiran bunuh diri pada remaja; pencegahan adiksi napza dan gadget;
pencegahan bullying; dan teknik konseling sebaya.
Rekomendasi kegiatan menyediakan fasilitas konseling sebaya bagi
remaja disetiap sekolah dan perguruan tinggi di Indonesia, meningkatkan
kompetensi konselor sebaya dan guru BK dalam menangani
permasalahan yang dihadapi remaja disekolah
Rencana tindak lanjut nya membentuk Agent of Change Kesehatan Jiwa
Remaja sebagai konselor sebaya di lingkungan SMP SMA sederajat dan
Perguruan Tinggi

Output Lintas program dan lintas sektor serta masyakarat memahami pentingnya
kesehatan jiwa bagi anak dan remaja, risiko serta dampak apabila
diabaikan.
Outcame Meningkatnya pengetahuan masyarakat terutama remaja dan orang tua
akan pentingnya menjaga kesehatan jiwa anak dan remaja
Benefit Tersedianya layanan kesehatan jiwa khusus anak dan remaja yang
semakin mudah dijangkau dengan tenaga kesehatan jiwa yang kompeten.
Impac Meningkatnya kesehatan jiwa anak dan remaja

NSPK P2 Gangguan Depresi


Input Anggaran: Rp. 194.730.000,-
Realisasi : Rp. 151.353.500,-

Kegiatan penyusunan NSPK Layanan Penderia Depresi dilaksanakan


tanggal 2, 9 17 pebruari 2021 dan finalisasi di laksanakan tanggal
24 pebruari 2021 dan 5 maret 2021, secara daring
Peserta kegiatan adalah organisasi profesi (PDSKJI, IPK Indonesia,
IPKJI), perwakilan Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota, dan staf di
lingkungan Dit. P2MKJN
Narasumber kegiatan adalah Direktur P2MKJN, Subkoordinator Sub
Substansi Masalah Kesehatan Jiwa Remaja, Organisasi Profesi (PDSKJI,
IPK Indonesia, IPKJI)

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[49]
NSPK ini buat sebagai acuan bagi pengelola program kesehatan jiwa
dalam mengenali, mendiagnosa, dan memberikan pelayanan mulai dari
promotif, preventif, serta kuratif terhadap kasus depresi di masyarakat dan
pedoman bagi tenaga kesehatan hingga pengelola program kesehatan
jiwa di Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota dan puskesmas.
Rekomendasi: melakukan diseminasi dan sosialisasi yang lebih luas
terhadap buku petunjuk teknis layanan depresi secara luas ke Dinas
Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota dan puskesmas.
Rencana tindak lanjut melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan
kegiatan mulai dari penyusunan hingga sosialisasi, mendistribusikan soft
file buku petunjuk teknis layanan depresi kepada dinkes
provinsi/kabupaten/kota, FKTP, FKRTL, dan tenaga kesehatan,
mensosialisasikan buku petunjuk teknis layanan depresi yang sudah di
distribusikan kepada dinkes provinsi/kabupaten/kota, FKTP, FKRTL, dan
tenaga kesehatan.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[50]
Kegiatan penyusunan Media KIE P2 Depresi dilaksanakan tanggal 3,
19 agustus 2021 dan 7 September 2021, secara daring
Peserta kegiatan adalah organisasi profesi (PDSKJI dan IPK Indonesia,
Motherhope Indonesia), organisasi remaja (ARI, CIMSA), lintas program
di Kementerian Kesehatan, NGO (WHO dan Unicef), FKM UI
Narasumber kegiatan adalah PDSKJI;IPK Indonesia; Kepala Media
Edukasi Kesehatan, Prodi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia
Media KIE sebagai sarana informasi dan edukasi mengenai kesehatan
jiwa kepada pengelola kesehatan jiwa baik di Provinsi, Kabupaten/Kota,
Puskesmas/FKTP/FKRTL dan masyarakat dalam mengenali depresi dan
pencegahan bunuh diri.
Media KIE berbentuk video animasi sebanyak 2 video telah selesai dibuat
dan di launching pada Hari Peringatan Pencegahan Bunuh Diri tanggal 10
Oktober 2021.
Rekomendasi kegiatan adalah mensosialisasikan di tingkat pusat hingga
ke masyarakat.
Rencana tindak lanjut kegiatan adalah mendistribusikan media KIE versi
digital dalam setiap kegiatan di lingkungan Direktorat P2 Masalah
Kesehatan Jiwa dan NAPZA dan juga didistribusikan ke Dinkes Provinsi
untuk selanjutnya disebarkan ke Dinkes Kab./Kota juga ke Puskesmas
serta seluruh masyarakat, mendistribusikan media KIE dalam media
sosial di lingkungan Direktorat P2 Masalah Kesehatan Jiwa dan NAPZA.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[51]
output Terselenggaranya kegiatan penyusunan buku petunjuk teknis layanan
depresi dan media KIE depresi.
outcome Tersusunnya buku petunjuk teknis layanan depresi dan media KIE
depresi.
Benefit Meningkatnya pengetahuan dan pemahaman tenaga pengelola
kesehatan jiwa di Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota,
Puskesmas/FKTP/FKRTL dan masyarakat dalam mengenali depresi dan
pencegahan bunuh diri.
Impact Menurunnya angka depresi dan bunuh diri.

NSPK P2 Gangguan Mental Emosional


Input Anggaran: Rp. 224.460.000,-
Realisasi : Rp. 187.526.500,-

Kegiatan penyusunan NSPK Pencegahan dan Pengendalian GME untuk


rapat persiapan dilaksanakan sebnyak 2 kali yaitu tanggal 4 Februari 2021
dan 11 Februari secara daring, untuk rapat penyusunan dilaksanakan
sebnayak 4 kali yaitu tanggal 18 Februari 2021, 23 Februari 2021, 4 Maret
2021 dan 9 Maret 2021 secara daring, untuk Finalisasi 1 kali tanggal 12
Maret 2021 secara daring dan untuk Sosialisasi 6 regional: tanggal 17
Maret 2021 (pagi dan siang), 18 Maret 2021 (pagi dan siang) dan 19 Maret
2021 bertempat di Hotel Wyndham Jakarta secara luring dan daring
Peserta kegiatan adalah organisasi profesi (PDSKJI, IPK, IPKJI, IAKMI,
IPSPI), lintas program Kemenkes (Dit P2PTM, Dit Yankes Primer, Dit
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Dit Kesehatan

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[52]
Keluarga), dinas kesehatan provinsi/suku dinas kesehatan mitra
pembangunan ( WHO dan UNICEF) dan internal Dit P2MKJN.
Narasumber kegiatan berasal dari PDSKJI, IPK, IPKJI dan IAKMI.
Kegiatan dilaksanakan karena belum tersedia petunjuk teknis
pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian GME sebagai acuan
bagi pengelola program di dinas kesehatan dan Puskesmas.
Dalam NSPK tersebut di bahas tentang tujuan, sasaran, dasar hukum dan
ruang lingkup Juknis Pencegahan dan Pengendalian GME, layanan
penderita GME (definisi operasional, indikator terkait GME pada Renstra
Kemenkes 2020-2024, cara penghitungan indikator, dan pencapaian
indikator), skrining dan penemuan kasus GME, upaya promotif untuk
mencegah GME berdasarkan kelompok usia remaja, dewasa dan lansia,
upaya preventif meliputi mengurangi faktor risiko dan mengatasi tanda
serta gejala GME pencatatan dan pelaporan, tata kelola program
pencegahan dan pengendalian GME (perencanaan, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi)

Kegiatan Sosialisasi Juknis Pencegahan dan Pengendalian GME dibagi


menjadi 6 regional dengan peserta berasal dari dinas kesehatan
provinsi/kabupaten/kota dan Puskesmas di 34 provinsi.
Rekomendasi dan tindak lanjut kegiatan adalah perlu dilakukan
peningkatan kapasitas pengelola program keswa dan tenaga kesehatan di
dinas kesehatan dan Puskesmas terkait pencegahan dan pengendalian
GME melalui orientasi/bimbingan teknis, Dinas kesehatan provinsi akan
melakukan sosialisasi lebih lanjut kepada dinkes kabupaten/kota dan
monev secara berkala.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[53]
Kegiatan penyusunan Media KIE P2 GME dilaksanakan sebanyak 4
kali yaitu tanggal 26 Juli, 13 September, 23 September dan 7 oktober
2021 secara daring
Peserta kegiatan adalah organisasi profesi (PDSKJI dan IPK Indonesia),
organisasi remaja (ARI, CIMSA, Wahana Visi Indonesia), lintas program di
Kementerian Kesehatan, dan NGO (WHO dan Unicef).
Narasumber kegiatan adalah PDSKJI;IPK Indonesia;
Media KIE ini sebagai sarana edukasi mengenai kesehatan jiwa bagi
pengelola kesehatan jiwa baik di Provinsi, Kabupaten/Kota,
Puskesmas/FKTP/FKRTL dalam mengenali kecemasan dan mengatasi
gangguan kecemasan untuk meningkatkan upaya kesehatan jiwa di
masyarakat
Media KIE berbentuk video animasi sebanyak 2 video telah selesai dibuat
dan telah di release link Google Drive serta media sosial Direktorat
P2MKJN
Rekomendasi kegiatan adalah mensosialisasikan dan membuat media
KIE serupa sebagai sarana pendukung edukasi baik di tingkat pusat
hingga ke masyarakat dalam meningkatkan pengetahuan dan awareness
mengenai masalah kesehatan jiwa khususnya dalam mengenali dan
menangani masalah gangguan mental emosional dan gangguan
kecemasan
Rencana tindak lanjut kegiatan adalah mendistribusikan media KIE dalam
setiap kegiatan di lingkungan Direktorat P2 Masalah Kesehatan Jiwa dan
NAPZA dan juga didistribusikan ke Dinkes Provinsi untuk selanjutnya
disebarkan ke Dinkes Kab./Kota juga ke Puskesmas serta seluruh
masyarakat, mendistribusikan media KIE dalam media sosial di lingkungan
Direktorat P2 Masalah Kesehatan Jiwa dan NAPZA.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[54]
Output Tersedianya Petunjuk Teknis Pencegahan dan Pengendalian Gangguan
Mental Emosional dan media KIE GME
Outcome Terlaksananya program pencegahan dan pengendalian GME di tingkat
pusat maupun daerah
Benefit Memperkuat layanan penderita GME dan terkendalinya gangguan mental
emosional.
Impact Meningkatnya kesehatan jiwa masyarakat

Sosialisasi Germas
Input Anggaran: Rp. 244.737.000
Realisasi: Rp. 195.614.000

Kegiatan Sosialisasi Germas P2 Keswa Anak Remaja dilaksanakan


tanggal 2 September 2021 secara luring di Gedung Pertemuan RSU
Wisata Universitas Indonesia Timur Kota Makassar.
Peserta kegiatan adalah masyarakat Kota Makassar, tokoh agama, tokoh
masyarakat, tenaga kesehatan, Pengelola Program Kesehatan Jiwa Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, dan Pengelola Program Kesehatan
Jiwa Dinas Kesehatan Kota Makassar.
Narasumber kegiatan adalah H. Haruna, MA., MBA - Anggota Komisi IX
DPR RI, dr. Nurasidah Sirajuddin - Plt Kadinkes Kota Makassar. dr. Israeny
Nur, SpKJ – PDSKJI, dr. Edduwar Idul Riyadi, SpKJ - Koordinator
Makeswa Anak Remaja
Anak dan remaja merupakan modal bangsa yang sangat berharga karena
merupakan generasi penerus bangsa. Kesehatan jiwa pada anak dan
remaja adalah salahsatu faktor penting dalam proses tumbuh kembang
manusia. Saat ini anak dan remaja dipaksa untuk bertahan dan
beradaptasi dengan kondisi pandemi covid-19 dimana mereka tidak lagi

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[55]
dapat bebas bertemu dan bersosialisasi dengan teman sebayanya. Hal ini
tentunya mempengaruhi kondisi kesehatan jiwa anak dan remaja.
Kegiatan sosialisasi Germas Pencegahan dan Pengendalian Kesehatan
Jiwa Anak dan Remaja memberikan edukasi kepada masyarakat dan
tenaga kesehatan tentang situasi covid-19 di Kota Makassar dan
bagaimana hal tersebut dapat mempengaruhi kesehatan jiwa anak dan
remaja, sehingga perlu bagi pemerintah setempat, tenaga kesehatan dan
masyarakat untuk mulai memperhatikan pentingnya kesehatan jiwa pada
anak dan remaja. Dalam kegiatan ini dilakukan juga skrining untuk deteksi
dini gangguan mental emosional pada peserta sosialisasi.
Rekomendasi kegiatan adalah pemerintah setempat melakukan
sosialisasi kesehatan jiwa anak dan remaja secara berkala di daerah lain
dengan cakupan peserta yang lebih luas.
Rencana tindak lanju kegiatan peserta sosialisasi (termasuk diantaranya
tokoh agama, tokoh masyarakat, tenaga kesehatan) menyampaikan
informasi yang didapatkan terkait pentingnya kesehatan jiwa anak dan
remaja kepada keluarga, tetangga, atau masyarakat lain pengelola
program kesehatan jiwa Dinkes Kota Makassar menyampaikan hasil
skrining ke Puskesmas setempat untuk selanjutnya puskesmas
memberikan pelayanan kepada peserta yang terindikasi mengalami GME.

Kegiatan Sosialisasi Germas P2 Keswa Anak Remaja di DKI Jakarta


Dilaksanakan tanggal 31 Oktober 2021bertempat di RPTRA Bawang
Putih, Kebon Bawang, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Provinsi DKI
Jakarta secara luring
Peserta kegiatan adalah masyarakat yang bertempat tinggal di kelurahan
Kebon Bawang, Tanjung Priok, Jakarta Utara; tenaga kesehatan di wilayah
kerja Sudinkes Jakarta Utara.
Narasumber kegiatan adalah Koordinator Substansi Masalah Kesehatan
Jiwa Anak dan Remaja, Tenaga kesehatan Puskesmas Tanjung Priok
Kegiatan ini dilaksnakan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat
tentang masalah kesehatan jiwa, adaptasi kebiasaan baru pada masa
pandemi COVID-19 serta upaya mengatasi masalah kesehatan jiwa dan
psikososial yang muncul pada masa pandemi COVID-19.
Dalam kegiatan di sampaikan materi terkait menjaga kesehatan jiwa di
masa pandemi COVID-19, mematuhi protokol kesehatan, serta
Pengelolaan Stress di Masa Pandemi COVID-19. Pada kegiatan juga
dilakukan deteksi dini masalah kesehatan jiwa menggunakan kuesioner
SRQ-20 berbasis web
Rekomendasi kegiatan adalah mengadakan kegiatan sosialisasi germas
dalam menjaga kesehatan jiwa terutama di masa pandemi untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat.
Rencana tindak lanjut kegiatan adalah mengadakan kegiatan serupa agar
masyarakat dan tokoh agama serta tokoh masyarakat dapat terpapar dan
dapat berperan aktif menjadi contoh untuk mematuhi protokol kesehatan
dan mengurangi stigma di masyarakat terhadap terkait masalah kesehatan

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[56]
jiwa yang terjadi di masyarakat maupun terkait masalah pasien yang
terkonfirmasi positif COVID-19 di wilayahnya, hasil skrining masalah
kesehatan jiwa dapat ditindaklanjuti oleh tenaga kesehatan di puskesmas
serta dapat memberikan pelayanan kepada mereka yang terindikasi
mengalami GME berdasarkan hasil deteksi dini.

Kegiatan Sosialisasi Germas P2 Makeswa dan Napza dan Vaksinasi


Covid-19 Provinsi Sumatera Barat dilaksanakan pada tanggal 24 –
28 September 2021 secara luring di dalam Aula Bupati Kabupaten
Solok Selatan, Sumatera Barat dan GOR Pauh Duo, Kab. Solok
Selatan, Sumatera Barat
Peserta kegiatan adalah Masyarakat sekitar Keb. Solok Selatan, Dinkes
Provinsi Sumatera Barat, Dinkes Kab. Solok Selatan, tim TA anggota DPR
Komisi IX, dan staf Dit. P2MKJN
Narasumber kegiatan adalah Anggota Komisi IX DPR RI, Ketua DPRD
Kabupaten Solok Selatan, Koordinator Substansi Makeswa Anak dan
Remaja, Dinas Kesehatan Kab. Solok Selatan
Dalam kegiatan dipaparkannya kebijakan mengenai kesehatan jiwa dan
menjaga kesehatan jiwa di masa pandemi COVID19, serta situasi terkini
terkait COVID-19 di Kab. Solok Selatan, diskusi dan pelaksnaan vaksinasi
COVID-19.
Rekomendasi kegiatan perlunya dilakukan upaya sosialisasi secara
berkesinambungan kepada masyarakat agar terbiasa dengan pola hidup
sehat, perlunya dilaksanakan vaksinasi dosis ke-dua yang akan dilakukan
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Solok Selatan kepada para peserta.
Rencana Tindak Lanjut kegiatan adalah melaksanakan kegiatan
sosialisasi Germas bagi masyarakat yang dimasukkan dalam program
kegiatan Dinas Kesehatan Kabupaten solok Selatan, melaksanakan
vaksinasi dosis ke-dua bagi para peserta.

Kegiatan Sosialisasi Germas P2 Makeswa dan Napza dan Vaksinasi


Covid-19 dilaksanakan tanggal 29 – 31 Agustus 2021, secara luring
di dalam GOR Sauyunan Nagreg, Kab. Bandung, Jawa Barat.
Peserta kegiatan adalah Masyarakat sekitar Kecamatan Nagreg, Dinkes
Provinsi Jawa Barat, Dinkes Kab. Bandung, tim TA anggota DPR Komisi
IX, dan staf Dit. P2MKJN
Narasumber kegiatan adalah Anggota Komisi IX DPR RI, Koordinator
Substansi Makeswa Anak dan Remaja, Dinas Kesehatan Kab. Bandung
Dalam kegiatan dipaparkannya kebijakan mengenai kesehatan jiwa dan
menjaga kesehatan jiwa di masa pandemi COVID19, serta situasi terkini
terkait COVID-19 di Kab. Bandung, diskusi dan pelaksanaan vaksinasi
COVID-19 di GOR Sauyunan Nagreg, Kab. Bandung, Jawa Barat.
Rekomendasi kegiatan perlunya dilakukan upaya sosialisasi secara
berkesinambungan kepada masyarakat agar terbiasa dengan pola hidup
sehat., perlunya dilaksanakan vaksinasi dosis ke-dua yang akan dilakukan
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung kepada para peserta.
Rencana Tindak Lanjut kegiatan adalah melaksanakan kegiatan
sosialisasi Germas bagi masyarakat yang dimasukkan dalam program
Laporan Tahunan 2021
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[57]
kegiatan Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, melaksanakan vaksinasi
dosis ke-dua bagi para peserta

Kegiatan Sosialisasi Germas P2 Makeswa dan Napza dan Vaksinasi


Covid-19 dilaksanakan pada tanggal 5 – 8 September 2021, secara
luring di halaman Ponpes Darul Hidayah, Jl. Ciliwung No.82
Gambirono, Kecamatan Bangsalsari, Kabupaten Jember, Provinsi
Jawa Timur.
Peserta kegiatan adalah Masyarakat sekitar Kecamatan bangsalsari, para
penghuni Ponpes Darul Hidayah, serta dari para pengasuh Ponpes Darul
Hidayah.
Narasumber kegiatan adalah Ir. H. Nur Yasin, MT., MBA (anggota Komisi
IX DPR RI), Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jember, Kepala Bidang
P2P Dinkes Jember, Sub Koordinator substasi Keswa Anak
Dalam kegiatan di lakukan protokol kesehatan dalam rangka pencegahan
dan pengendalian pandemi Covid-19, sosialisasi yang disampaikan
kepada masyarakat berupa materi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat, kiat
jiwa yang sehat di masa pandemi Covid-19, pentingnya vaksinasi Covid-
19 dalam upaya pencegahan dan pengendalian pandemi Covid-19
Rekomendasi kegiatan adalah perlunya dilakukan upaya sosialisasi
secara berkesinambungan kepada masyarakat agar terbiasa dengan pola
hidup sehat, perlunya dilaksanakan vaksinasi dosis ke-dua yang akan
dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Jember kepada para peserta.
Rencana Tindak Lanjut kegiatan melaksanakan kegiatan sosialisasi
Germas bagi masyarakat yang dimasukkan dalam program kegiatan Dinas
Kesehatan Kabupaten Jember, melaksanakan vaksinasi dosis ke-dua bagi
para peserta.

Output Terlaksananya kegiatan Sosialisasi Germas serta vaksinasi COVID-19


bagi masyarakat
Outcame Meningkatnya pemahaman dan perilaku hidup sehat, serta terlaksananya
vaksinasinya dalam rangka pencegahan pandemi Covid-19
Benefit Memperkuat awareness masyarakat mengenai gerakan hidup sehat
khususnyav dalam menjaga kesehatan jiwa di masa pandemi COVID-19
Impac Peningkatan derajat kesehatan masyarakat khususnya derajat kesehatan
jiwa terutama di masa pandemi COVID-19

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[58]
Foto
kegiatan

Sosialisasi Germas di Sulawesi Selatan

Sosialisasi Germas di DKI Jakarta

Sosialisasi Germas di Kab. Solok Selatan, Sumatera Barat

Sosialisasi Germas di Kab. Bandung, Jawa Barat

Sosialisasi Germas di Kab. Jember, Jawa Timur

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[59]
Bimbingan Teknis Layanan GME
Input Anggaran: Rp. 134.900.000,-
Realisasi: Rp. 130.409.665,-

Kegiatan Bimtek GME dilaksanakan di 17 provinsi secara luring di dinkes


provinsi/kab/kota dan Puskesmas.
1. Kepulauan Riau tanggal 25-26 Februari 2021
2. Kalimantan Selatan tanggal 9-10 Maret 2021, 18-19 Mei 2021 dan
24-25 Mei 2021
3. Lampung tanggal 23 Maret 2021
4. Maluku tanggal 24 -25 Maret 2021
5. Bangka Belitung tanggal 30-31 Maret 2021 dan 7-8 April 2021
6. Kalimantan Tengah tanggal 8-9 April 2021
7. Sulawesi Utara tanggal 27-28 April 2021
8. Jawa Tengah (Semarang) tanggal 29 April 2021 dan Surakarta
tanggal 10-12 Oktober 2021
9. Banten tanggal 3-4 Mei 2021
10. Sumatera Barat tanggal 2 – 4 Juni 2021 dan 24 – 28 Agustus 2021
11. Papua Barat tanggal 17 – 18 Juni 2021
12. Jawa Barat tanggal 29 – 31 Agustus 2021
13. Jawa Timur tanggal 5 - 8 September 2021
14. Jambi tanggal 4 – 6 Oktober 2021
15. Kalimantan Barat tanggal 17 – 19 Oktober 2021
16. Gorontalo tanggal 1 – 3 November 2021
17. D.I. Yogyakarta tanggal 7-9 Desember 2021

Pada beberapa provinsi kegiatan bimtek terintegrasi dengan kegiatan


orientasi pencegahan dan pengendalian GME/Depresi :
Peserta kegiatan berasal dari Direktorat P2MKJN dengan sasaran bimtek
adalah pengelola program kesehatan jiwa/tenaga kesehatan di dinkes
provinsi/kab/kota dan Puskesmas.
Kegiatan bimtek layanan GME dilaksanakan karena masih kurangnya
pemahaman pengelola program kesehatan jiwa adan tenaga kesehatan
dalam implementasi program pencegahan dan pengendalian GME.
Bimtek layanan GME membahas antara lain Indikator persentase
penderita GME pada penduduk usia > 15 tahun yang mendapat layanan,
Pengisian dan interpretasi instrumen SDQ dan SRQ 20. Upaya promotif
dan preventif GME, Pemeriksaan lanjutan GME, Pencacatan dan
pelaporan.
Rekomendasi dan rencana tindak lanjut kegiatan adalah
1. Dinkes Kab/Kota ,
a. Menentukan target sasaran penderita GME dan Depresi yang
mendapatkan layanan dan mendistribusikan target tersebut ke
Puskesmas.
b. Mensosialisasikan hasil orientasi kepada Puskesmas.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[60]
2. Puskesmas:
a. Melakukan sosialisasi hasil orientasi kepada tenaga kesehatan di
Puskesmas, lintas program dan lintas sektor.
b. Melakukan skrining dengan SRQ 20 dan SDQ pada pasien di
Puskesmas atau terintegrasi dengan kegiatan Posbindu, UKS dan
vaksinasi COVID-19.
c. Mengirimkan laporan keswa Napza secara rutin setiap bulan.
3. Dinkes Provinsi:
a. Melakukan monitoring dan supervisi program P2 GME dan
layanan Depresi.
b. Melakukan evaluasi program P2 GME dan Depresi ke Kab/Kota 1
bulan setelah kegiatan orientasi dan selanjutnya berkala setiap 3
bulan.
Output Terlaksananya bimbingan teknis layanan GME dan meningkatnya
pemahaman pengelola program kesehatan jiwa terkait GME.
Outcome Meningkatnya jumlah penderita GME yang mendapatkan layanan
Benefit Memperkuat layanan penderita GME dan terkendalinya gangguan mental
emosional.
Impact Meningkatkan derajat kesehatan jiwa masyarakat.
Foto
Kegiatan

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[61]
Monitoring Evaluasi Pencegahan dan Pengendalian GME
Input Anggaran: Rp. 73.520.000,-
Realisasi: Rp. 72.635.142,-

Kegiatan Monitoring dan evaluasi GME dilaksanakan di 5 (lima) provinsi


secara luring di dinkes provinsi/kab/kota dan Puskesmas dengan rincian
sebagai berikut:
1. Jawa Timur tanggal 17 – 19 Oktober 2021
2. Kepulauan Riau tanggal 4 – 6 November 2021
3. Sumatera Utara tanggal 17 – 20 November 2021
4. Sulawesi Utara tanggal 16 – 18 Desember 2021
5. Kalimantan Selatan tanggal 9 - 11 Desember 2021
Peserta kegiatan berasal dari Direktorat P2MKJN dengan sasaran monev
adalah pengelola program kesehatan jiwa/tenaga kesehatan di dinkes
provinsi/kab/kota dan Puskesmas.
Kegiatan monev layanan GME dilaksanakan karena masih kurangnya
pemahaman pengelola program kesehatan jiwa adan tenaga kesehatan
dalam implementasi program pencegahan dan pengendalian GME
Dasar kegiatan: untuk mengetahui capaian indikator gangguan mental
emosional (GME), tantangan dan kendala, serta inovasi di Dinas Kesehatan
Provinsi/Kabupaten/Kota serta puskesmas.
Hasil kegiatan:
• Belum semua Kabupaten/Kota yang dikunjungi mengirimkan
laporan terkait hasil capaian indikator GME dan depresi.
• Diskusi terkait kendala dan permasalahan di provinsi yang
dikunjungi.
• Capaian GME di Provinsi yang dikunjungi pada kegiatan monev
adalah sebagai berikut:
o Jawa Timur 0,16%

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[62]
o Kepulauan Riau 0,05%
o Sumatera Utara 0,35%
o Sulawesi Utara 0,00%
o Kalimantan Selatan 0,30%
Rencana tindak lanjut: perlunya dilakukan koordinasi, orientasi, pelatihan,
dan monitoring serta evaluasi secara berkala mengenai indikator GME dan
depresi serta target capaiannya bagi Dinas Kesehatan
Provinsi/Kabupaten/Kota serta puskesmas

Output Terlaksananya kegiatan Monitoring Evaluasi Pencegahan dan


Pengendalian GME
Outcame Meningkatnya capaian indikator GME dan depresi yang mendapatkan
pelayanan
Benefit Memperkuat layanan penderita GME dan terkendalinya gangguan mental
emosional

Impact Menurunnya kasus GME di masyarakat

Foto
Kegiatan

Dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikososial pada situasi gawat darurat Keswa
(DKJPS)
Input Anggaran Rp.219.700.000
Realisasi Rp.176.069.675

Kegiatan dukungan kesehatan jiwa dan psikososial (DKJPS)


dilaksanakan tangal 24-26 Pebruari 2021 di kab Garut Jawa Barat.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[63]
Tim Monev DKJPS terdiri dari Perwakilan Pusat. Pejabat yang ditemui
Kepala Seksi PTM Keswa Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Wakil
Bupati Kab. Garut, Kapala Seksi PTM Keswa Dinas Kesehatan Kab. Garut.
Permasalah program pengendalian masalah kesehatan jiwa
1. Provinsi Jawa Barat sudah memiliki 1 (satu) rumah sakit jiwa daerah,
2. Hanya memiliki dokter Spesalis Kedokteran Jiwa, Jika ada pasien
ODGJ yang menyandang penyakit penyerta lainnya (mis : penyakit
Kulit) pasien tersebut harus dirujuk ke RS. Hasan Sadikin Bandung,
sehingga menyulitkan petugas/keluarga pasien ODGJ berat (pelayanan
belum satu atap) dikarenakan belum ada dokter spesialis lainnya.
3. Belum semua tenaga pengelola program keswa di puskesmas dilatih
baik dokter maupun perawat ,Dokter yang sudah di latih 60
orang,Perawat yang sudah di latih 60 orang
4. masih kurangnya kesadaran keluarga untuk mengobati penderita ODGJ
kepelayanan kesehatan karna pertimbangan biaya, jarak yang jauh
dari fasyankes, dan stikma negatif terhadap ODGJ.
5. Kurang tersediannya obat-obatan psikotropik di Fasyankes
6. Masih ada penderita ODGJ yang belum terdaftar dalam kartu keluarga
dan belum memiliki kartu JKN
Solusi yang diharapkan antara lain :
1. Agar dapat dibangun ditambah Rumah Sakit Jiwa di tingkat
Kabupaten (seperti : Kabupaten Garut) sehingga Penderita ODGJ
Berat tidak perlu dibawa ke RS Jiwa Daerah Provinsi Jawa Barat
2. Diharapkan pemerintah daerah Jawa Barat, juga bisa menambah /
melengkapi Rumah Sakit Jiwa Daerah dengan adanya dokter
Spesialis lain, sehingga petugas / keluarga pasien tidak perlu
merujuk pasien ODGJ berat yang menyandang penyakit lainnya ke
RS. Hasan Sadikin Bandung.
3. Di harapkan adanya dana APBN maupun APBD untuk biaya
pelaksanaan kegiatan Program Keswa serta kegiatan pelaksanaan
pelatihan bagi pengelola kesehatan jiwa di puskesmas
4. Obat-obatan Psikiatrik saling berkesinambungan untuk mencegah
terjadinya kekambuhan pada penderita.
5. Keluarga penderita ODGJ berharap semoga ada kebijakan dari
pemerintah untuk memberikan kartu BPJS gratis bagi penderita
ODGJ yang tidak

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[64]
Kegiatan dukungan kesehatan jiwa dan psikososial (DKJPS)
dilaksanakan tanggal 13-24 Desember 2021 pada Bencana Erupsi
Gunung Semeru Kab. Lumajang Prov. Jawa Timur
Tim DKJPS terdiri dari Perwakilan Pusat, Perwakilan dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Lumajang, Organisasi Profesi : PDSKJI, IKP
Indonesia dan IPKJI ormas dan relawan Unmuh Jember.
Maksud dan Tujuan kegiatan adalah melakukan Rapid Health Assesment
(RHA) dan pelayanan Dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikososial
(DKJPS) pada penyintas bencana Erupsi Gunung Semeru pada masa
tanggap darurat.
Ruang Lingkup kegiatan pada penyintas bencana bencana erupsi Gunung
Semeru di Kabupaten Lumajang Provinsi Jawa Timur khususnya Posko di
Desa Tempeh, Lempeni, Kunir, Sumber Mujur, Candipuro, Selok Besuki,
Sukodono, Dawuhan, Padang, Labruk, Pronojiwo, Supit Urang,
Sidomulyo, Oro-oro Ombo, Dusun Karangrejo, Gunung Sawur, Sumber
Wuluh dan Panti Sosial Pondok Waras
Kegiatan yang dilaksanakan
1. Rapid Health Assesment (RHA) oleh Direktorat Pencegahan Dan
Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza, Ditjen P2P
dan TIM berupa kegiatan pemetaan awal serta dukungan
manajemen bagi Dinas Kesehatan yang personilnya terdampak
bencana.
2. Pelayanan Dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikososial (DKJPS)
yang dilakukan Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Masalah
Kesehatan Jiwa dan Napza, PDSKJI, IPK Indonesia, IPKJI, Dinas
Kesehatan Prtovinsi Jawa Timur, Dinas Kesehatan Kabupaten
Lumajang.
3. Melakukan rapat koordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Timur, Dinas Kesehatan Kab. Lumajang bagian Kesehatan
Jiwa
4. Membangun sistem koordinasi pelaksanaan kegiatan DKJPS
5. Mendirikan Posko Kesehatan Jiwa di Puskesmas yang paling
dekat dengan daerah terdampak erupsi.
6. Membuat flyer untuk DKJPS bagi penyintas anak dan remaja
7. Penapisan awal kesehatan Jiwa
8. Melakukan pelatihan PFA untuk Tenaga Kesehatan, Kader
Kesehatan dan Organisasi Masyarakat.
9. Intervensi psikologi penyintas dengan permasalahan psikologi
10. Penguatan dukungan dengan penyediaan obat program jiwa
11. Memberikan terapi psikofarmaka sesuai kebutuhan
12. Penguatan jejaring terkait rujukan psikiatry dengan RSUD dr.
Haryoto Lumajang
13. Terapi individu dilakukan kepada korban yang mengalami PTSD
14. Penguatan dilakukan kepada penyintas yang memiliki koping yang
adapti

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[65]
Kendala atau Tantangan:
1. Stressor yang ada dalam pelaksanaan di hari 1 adalah perubahan
cuaca yang berawal sangat panas berganti dengan mendung
/berawan dan hujan.
2. Dinkes Lumajang belum melakukan supervisi pada area Pronojiwo
dan sekitarnya yang terputus aksesnya dari Lumajang kota.
3. Penundaan pelaksanaan karena bersamaan dengan jadwal
pelaksanaan vaksin di area wilayah cakupan Puskesmas Tempeh.
4. Pada saat pelaksanaan pendirian posko keswa terjadi guguran dan
banjir larva sehingga menimbulkan kepanikan petugas puskesmas.
5. Tempat pelayanan unit kesehatan jiwa pada saat ini dialih fungsikan
menjadi pusat penempatan logistik Dinas Sosial dan mess TNI.

Rencana Tindak Lanjut:


1. Sosialisasi pengganti istilah ‘trauma healing’ yang sudah terlanjur
menjadi istilah dalam penanganan masalah kesehatan jiwa bagi
korban bencana menjadi Dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikososial
sesuai dengan panduan IASC Guidelines for Mental Health and
Psychosocial Support in Emergency Settings.
2. Subklaster kesehatan jiwa berkoordinasi dan berkolaborasi dengan
sub klaster kesehatan lainnya, K/L (Kementerian Pendidikan,
Kementerian Sosial, Dinas Kesehatan Provinsi dan Kab/Kota dalam
memberikan Dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikososial).
3. Subklaster kesehatan jiwa memberikan panduan intervensi bebasis
bukti untuk kegiatan DKJPS individu dan kelompok.
4. Pelayanan DKJPS yang berkelanjutan selama masa tanggap darurat
sampai masa pemulihan dan rahabilitasi.
5. Memastikan stok obat psikofarmaka buffer pusat tersedia bila
dibutuhkan
6. Penjadwalan ulang pelaksanaan pelatihan PFA untuk nakes di area
Puskesmas Tempeh.
7. Follow up terkait pengembalian fungsi Unit Kesehatan Jiwa
8. Melanjutkan SKB 3 Kementerian terkait Pencegahan dan Penanganan
Pemasungan
9. Perlu pelatihan manajemen tanggap bencana bagi Dinas Kesehatan
di berbagai level
10. Perlu diadakan pertemuan berkala baik via daring/luring dengan Dinas
Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota
11. Meningkatkan koordinasi dan kolaborasi antara Puskris dan unit lain
dalam Kementerian Kesehatan terkait situasi krisis

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[66]
Output Terlaksananya Dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikososial pada
masyarakat yang terdampak bencana
Outcame Meningkatnya pengetauan, pemahanan masyarakat akan pentingnya
Kesehatan jiwa bagi masyarakat yang terdampak bencana
Benefit Meningkatnya Kesehatan jiwa pada masyarakat yang terdampak
bencana
Impac Meningkatnya derajad Kesehatan Jiwa pada masyarakat selama masa
adaptasi pasca terdampak bencana

Webinar Kesehatan Jiwa di Masa Pandemi


Input Anggaran Rp 43.596.000
Realisasi Rp.33.086.000

Kegiatan Webinar Kesehatan Jiwa di Masa Pandemi di laksanakan


tanggal 21 Agustus – 11 September 2021 secara daring
Topik yang diangkat dalam Webinar yaitu, Burnout Pada Tenaga
Kesehatan, Menumbuhkan Resiliensi di Masa Pandemi, WFH di Masa
Pandemi, dan Merawat Lansia dengan Alzheimer di masa pandemi.
Peserta merupakan kelompok tenaga kesehatan, kelompk lansia,
caregiver, dan masyarakat umum usia produktif
Narasumber kegiatan dari PDSKJI, PERDOKI, UM Surabaya, Ruang
Mekar Azlia, Pinhome, Charisma Consulting, Aida Consultant, ALZI, RSIJ
Pondok Kopi (Dr. dr. Hervita Diatri, Sp.KJ (K), dr. Era Catur Prasetya,
Sp.KJ, Annisa Poedji Pratiwi, M.Psi., Psi, Alfath H Megawati, M.Psi., Psi,
Shinta Yanirma, M.B.A, dr. Palupi Agustina Djayadi, Sp.OK, Inaulia Sekar,
M.Psi., Psi., dr. Ahmad Muslim, Sp.P, Michael Dirk Maitimoe, M.Psi,
psikolog)
Moderator kegiatan adalah dr. Abdullah Ichsan & Annisa Poedji Pratiwi,
M.Psi.
Output Terinformasinya isu kesehatan jiwa terkait pandemi Covid-19 dan
bagaimana mengelolanya.
Outcome Orang tanpa masalah kesehatan jiwa tidak jatuh menjadi berisiko
mengalami gangguan jiwa. Orang dengan risiko masalah kesehatan jiwa
tidak jatuh menjadi gangguan jiwa. Orang dengan gangguan jiwa tidak
mengalami perburukan.
Benefit Terselenggaranya upaya promosi dan prevensi kesehatan jiwa sebagai
upaya pencapaian indicator ODGJ Berat yang mendapat pelayanan.
Impact Masyarakat dari berbagai unsur terinformasi mengenai isu kesehatan jiwa
terkait pandemi Covid-19.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[67]
Foto
kegiatan

Penyusunan Pedoman Pelayanan Keswa di FKTP


Input Anggaran Rp. 377.075.000
Realisasi Rp. 98.283.088

Kegiatan Penusunan Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa di FKTP di


laksanakan tanggal 22, 31 Maret 2021 , 7-9 April 2021 bertempat di
Hotel Mercure Gatot Subroto Jakarta secara luring dan daring
Peserta kegiatan adalah Direktorat Pencegahan & Pengendalian Masalah
Kesehatan Jiwa dan Napza Kemenkes RI, Direktorat Pelayanan Mutu &
Akreditasi Kemenkes RI, Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer
Kemenkes RI, PP PDSKJI, PP IPKJI, IPK Indonesia, IPSPI, KPS
Narasumber kegiatan adalah PP PDSKJI (dr. Khamelia Malik, Sp.KJ), PP
IPKJI (Prof. Dr. Budi Anna Keiat, SKp, MAppSc)

Output Tersusunnya Draft Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa di FKTP


Outcome Tenaga Kesehatan maupun non-kesehatan yang melayani ODGJ memiliki
panduan yang dapat dijadikan pedoman dalam memberika pelayanan
yang komprehensif dan berkesinambungan.
Benefit Tercapainya indikator kesehatan jiwa, ODGJ Berat mendapatkan
pelayanan
Impact Pelayanan kesehatan jiwa yang komprehensif dan berkesinambungan
yang melibatkan lintas sector dan seluruh lapisan masyarakat
Foto
kegiatan

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[68]
Penyusunan RPP Kesehatan Jiwa
Input Anggaran Rp.100.100.000
Realisasi Rp. 29.700.000

Kegiatan Penyusunan RPP Kesehatan Jiwa di laksanakan tanggal 1,


30 Maret 2021 untuk rapat persiapan dan tanggal 14 april 2021 , 19 Juli
2021 untuk harmonisasi secara daring
Peserta kegiatan adalah Direktorat Pencegahan & Pengendalian Masalah
Kesehatan Jiwa dan Napza Kemenkes RI, Bagian Hukum, Organisasi, dan
Hubungan Masyarakat Sekretariat Direktorat Jenderal Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, Biro Hukum Kementerian Kesehatan
RI, Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer Kemenkes RI, Direktorat
Pelayanan Kesehatan Rujukan Kemenkes RI, Deputi Peningkatan
Pelayanan Kesehatan Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas
Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan, Kementerian Koordinator
Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI, Direktorat Jenderal
Peraturan Perundang-Undangan Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia RI, Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas,
Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial RI, Direktorat
Sinkronisasi Urusan Pemerintah Daerah III, Dirjen Bina Pembangunan
Daerah Kementerian Dalam Negeri RI, Direktorat Guru dan Tenaga
Kependidkan Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus Ditjen Guru
dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI,
Direktorat Sekolah Menengah Atas Ditjen Pendidikan Anak Usia Dini,
Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan RI,
Direktorat Instrumen HAM Ditjen Hak Asasi Manusia, Direktorat Jenderal
Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Direktur
Penguatan Lembaga Rehabilitasi Instansi Pemerintah BNN RI, PP PDSKJI,
PDSKJI Jaya, IPK Indonesia, RSJ Dr. H. Marzoeki Mahdi, RSJ Dr. Soeharto
Heerdjan, Departemen Kesehatan Jiwa RSCM-FKUI
Output Tersusunnya Draft RPP Kesehatan Jiwa
Outcome Terselenggaranya amanat UU Kesehatan Jiwa 2014
Benefit Tercapainya indikator kesehatan jiwa, ODGJ Berat mendapatkan
pelayanan
Impact Pelayanan kesehatan jiwa yang komprehensif dan berkesinambungan
yang melibatkan lintas sector dan seluruh lapisan masyarakat
Foto
kegiatan

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[69]
Bimbingan Teknis Pelaksanaan P2 Orang Dengan Ganguan Jiwa (ODGJ) Berat
Input Anggaran Rp. 6.376.595.000
Realisasi: Rp. 4.519.673.930

Kegiatan monitoring dan evaluasi Program Dukungan Kesehatan Jiwa


dan Psikososial di Kabupaten Semarang Jawa Tengah dilaksanakan
tanggal 13-16 Agustus 2021.
Tim Monev DKJPS terdiri dari Perwakilan Pusat. Pejabat yang ditemui
Kepala Seksi PTM Keswa, PJ Keswa Dinas Kesehatan Kabupaten
Semarang dan Tenaga Kesehatan Fasyankes Primer Kab. Brebes.
Kegiatan Monev DKJPS berbarengan dengan kegiatan Germas dan
Vaksinasi Covid-19
Permasalahan yang di hadapi TIM DKJPS di Kab. Semarang belum
terbentuk dikarenakan tenaga masih terfokus pada penanganan Covid-19,
Kendala terkait Pencatatan dan Pelaporan seputar matriks yang cukup
kompleks dan kurangnya tenaga , Permintaan Obat Jiwa telah berjalan baik
di level Puskesmas – Kabupaten – Provinsi Jawa Tengah, Kurangnya SDM
di PKM dan beberapa PKM belum memahami cara pengoperasian
Simkeswa.
Rencana Tindak Lanjut kegiatan adalah advokasi kepada Dinas Kesehatan
dan OP setempat untuk pembentukan Tim DKJPS, Sosialisasi dan Praktek
pengioperasian Simkeswa oleh TIM Pusat

Kegiatan monitoring dan evaluasi Program Dukungan Kesehatan Jiwa


dan Psikososial di Kabupaten Brebes Jawa Tengah dilaksanakan
tanggal 14-16 November 2021.
Tim Monev DKJPS terdiri dari Perwakilan Pusat. Pejabat yang ditemui
Kepala Seksi PTM Keswa, PJ Keswa Dinas Kesehatan Kabupaten Breses
dan Tenaga Kesehatan Fasyankes Primer Kab. Brebes. Kegiatan Monev
DKJPS berbarengan dengan kegiatan Refresing Kesehatan Jiwa bagi
Tenaga PKM
Permasalahan yang di temui TIM DKJPS di Kab. Brebes belum terbentuk,
Beberapa PKM madsih belum memahami tentang Prosedur Permintaan
Obat Jiwa,Kurangnya SDM di PKM dan beberapa PKM belum memahami
cara pengoperasian Simkeswa.
Rencana Tindak Lanjut kegiatan adalah pembentukan tim DKJPS pada
level Kabupaten/Kota akan dilakukan setelah dikeluarkannya SK Tim
DKJPS Provinsi, Dinkes Kabupaten akan menginfokan Kembali bahwa
Pusat dapat mengalokasikan 12 jenis obat jiwa dan mengupayakan agar

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[70]
Kabupaten/Kota dapat memberikan usulan pengadaan obat jiwa ke Pusat
jika memang tidak ada anggaran APBD, Sosialisasi dan Praktek
pengioperasian Simkeswa oleh TIM Pusat

Kegiatan Monitoring dan evaluasi Program Dukungan Kesehatan Jiwa


dan Psikososial di Provinsi Bali dilaksanakan tanggal 17-19
November 2021.
Tim Monev DKJPS terdiri dari Perwakilan Pusat. Pejabat yang ditemui
Kepala Bidang P2P, Kepala Seksi PTM Keswa, PJ Keswa Dinas Kesehatan
Dinkes Prov. Bali, Petugas Farmasi.
Permasalahan yang di temui masalah terkait pengadaan obat jiwa: Dinas
Kesehatan Prov. Bali belum pernah mengajukan permintaan obat jiwa,
masalah terkait pelayanan kesehatan jiwa berjenjang, terdapat fasyankes
di 1 Kabupaten (Bangli) yang cenderung langsung merujuk pasien jiwa ke
RSJ dengan alasan RSJ dekat. Dimana pada beberapa kasus yang dirujuk,
seharusnya masih dapat ditangani di fasyankes tingkat pertama, masalah
terkait data kesehatan jiwa : Kurangnya SDM, data ODGJ tidak sinkron
antara PIS PK dengan RISKESDAS, Vaksin bagi ODGJ/PDM, sebelum
Kementerian Kesehatan RI mencanangkan program vaksinasi bagi
disabilitas Provinsi Bali telah melaksanakan lebih dulu. Mayoritas diberikan
vaksin Sinovac dan pelaksanaannya di RSJ serta melalui cara door to door
untuk mengejar target. Untuk capaian vaksinasi bagi semua kategori telah
mencapai 99,3% untuk dosis 1 dan 84% untuk dosis 2.
Rencana Tindak Lanjut kegiatan adalah kedepan, Dinkes Provinsi akan
menginfokan Kembali bahwa Pusat dapat mengalokasikan 12 jenis obat
jiwa dan mengupayakan agar Kabupaten/Kota dapat memberikan usulan
pengadaan obat jiwa ke Pusat dengan menurunkan anggaran APBD,
pelayanan kesehatan jiwa diharapkan dapat diberikan mulai dari
Fasyankes tingkat I sampai RSJ secara berjenjang, Dinkes Provinsi akan
segera menyampaikan laporan TW Provinsi. Diharapkan adanya
peningkatan koordinasi baik di level pusat maupun Dinkes terkait
sinkronisasi data, diharapkan Dinkes Provinsi dapat menginformasikan
terkait capaian vaksinasi bagi ODGJ/PDM

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[71]
Kegiatan Monitoring dan evaluasi Program Dukungan Kesehatan Jiwa
dan Psikososial di Provinsi Sumatera Barat dilaksanakan tanggal 1-
3 Desember 2021.
TIM Monev DKJPS terdiri dari Perwakilan Pusat. Pejabat yang ditemui
Kepala Bidang P2P, Kepala Seksi PTM Keswa, PJ Keswa Dinas
Kesehatan Dinkes Prov. Sumatera Barat.
Permasalahan yang di temui adalah kegiatan P2 Masalah Kesehatan Jiwa
tidak berjalan dengan optimal karena jumlah SDM yang terbatas, SDM
yang difungsikan dalam upaya penanggulangan Covid-19, pembentukan
TIM DKJPS masih terkendala/belum ada progress
Rencana Tindak Lanjut kegiatan adalah membuat mapping kebutuhan
tenaga dan sarpras sehingga kegiatan P2 Masalah Kesehatan Jiwa dapat
dijalankan berbarengan dengan kegiatan penanggulangan Covid-19,
penjadwalan Ulang Pembentukan TIM DKJPS dan Kerjasama Lintas
Sektor dalam Upaya P2 Masalah Kesehatan Jiwa

Kegiatan Monitoring dan evaluasi Program Dukungan Kesehatan Jiwa


dan Psikososial di Provinsi Sulawesi Barat dilaksanakan tanggal 8-
10 November 2021.
TIM Monev DKJPS terdiri dari Perwakilan Pusat. Pejabat yang ditemui
Kepala Seksi PTM Keswa, PJ Keswa Dinas Kesehatan Dinkes Sulawesi
Barat. Kegiatan Monev DKJPS berbarengan dengan Rapat Koordinasi LS
Penanganan Kesehatan Jiwa di Dinkes Prov. Sulawesi Barat.
Permasalahan yang di temui adalah belum terbentuk TIM DKJPS di
Provinsi Sulawesi Barat, kegiatan P2 Masalah Kesehatan Jiwa tidak
berjalan dengan optimal karena jumlah SDM yang terbatas, SDM yang
Laporan Tahunan 2021
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[72]
difungsikan dalam upaya penanggulangan Covid-19.
Rencana tindak lanjut kegiatan adalah berkoordinasi dan bekerjasama
dengan Lintas Sektor dalam Upaya Pembentukan TIM DKJPS, mapping
kebutuhan tenaga dan sarpras sehingga kegiatan P2 Masalah Kesehatan
Jiwa bisa berjalan dengan optimal, sosialisasi Pengoperasian Simkeswa
terkait Pencatatan dan Pelaporan Data ODGJ.

Kegiatan Pengembangan Sistem Keswa dilaksanakan agar


terwujudnya data yang konsisten untuk pengambilan keputusan dalam
semua asfek sistim kesehatan jiwa dan membantu perencanaan,
implementasi, rehabilita, dan evaluasi program.
Sasaran :
Pengembangan sistim informasi kesehatan jiwa ini akan digunakan oleh
beberapa pihak di bidang kesehatan secara berjenjang sebagai berikut:
1. Kader Kesehatan Jiwa (Kader Keswa)
2. Petugas Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
3. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Provins
4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Hasil yang diharapkan
1. Persiapan proses pengembangan aplikasi InaMHISS yang meliputi
membuat bisnis analis flow system, menentukan user dan level admin
yang terlibat, mengumpulkan format laporan yang akan diinput,
menerima masukan lintas departemen, menentukan filtering dan report
yang dibutuhkan)
2. Aplikasi InaMHISS walaupun terpisah dengan system informasi
puskesmas yang saat ini digunakan tetap akan dibuatkan system
export-import untuk mempermudah user puskesmas saat pertama kali
memasukkan data pasien.
3. Tampilan dashboard system yang sederhana dan tidak
membingungkan user
4. Report penyakit bisa segera diketahui di level kabupaten/kota , propinsi
dan kementrian dengan cepat karena semua data input sudah ada di
system
5. Testing dan perbaikan aplikasi setelah proses work shop
6. Serah terima aplikasi yang telah melewati proses testing dan perbaikan

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[73]
7. Pendampingan secara teknis pada masa garasi pemakaian yang
meliputi bugs dan error program
8. Pembuatan laporan progress selama masa pengerjaan dan laporan
akhir setelah pekerjaan selesai
Pembahasan 1 : 16 Juni 2021. Tempat pelaksanaan : Zoom Meeting.
Peserta meeting : Tim kesehatan jiwa dan Dewanstudio
• Pembahasan tekhnikal proses pelaporan excel oleh puskesmas
• Pembahasan laporan format pasung di tingkat kabupaten / kota
• Pembahasan nama nama menu di system
Pembahasan 2 : Waktu pelaksanaan : 3 September 2021. Tempat
pelaksanaan : Zoom Meeting Peserta meeting : Tim kesehatan jiwa dan
Dewanstudio Pembahasan.
• Report progress :
- Membuat fungsi register di system apabila ada puskesmas yang
belum terdaftar. Hasil filtering laporan di buat grafik data nya .
- Puskesmas di tambah filtering dari bulan sampai bulan juga seperti
tingkat kabupaten / kota , provinsi dan kementrian Kesehatan
- Hasil Laporan download di excel ketika pilih januari - maret , data
yang muncul total penyakit bukan data per bulan.
- Tambah Notifikasi di webtools ketika ada yang register atau forget
password. - Pesan notifikasi di webtools : o silahkan cek halaman
request / forget password o silahkan cek halaman request / register
13
Pembahasan 3 : Waktu pelaksanaan : 28 September 2021 Tempat
pelaksanaan : Zoom Meeting Peserta meeting : Kepala Pusat Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan RI, Direktur Pelayanan Kesehatan
Primer, Direktur Utama BPJS Kesehatan , Direktur Rumah Sakit Jiwa
Soeharto Heerdjan, Dewan Studio, Kepala Sub Bagian Administrasi Umum
Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan
Napza, Tenaga Fungsional Substansi Masalah Kesehatan Jiwa Dewasa &
Lansia
Pembahasan
• Validasi NIK pada SIMKESWA
• Integrasi laporan SP2TP dan ODGJ dengan Rumah Sakit Jiwa Soeharto
Heerdjan dengan SIMKESWA
Pembahasan 4 : Waktu Pelaksanaan : 4 Oktober 2021 Tempat
pelaksanaan : Zoom Meeting Peserta meeting : Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi Lampung, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Kepala
Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung, Kepala Dinas Kesehatan Kota
Jakarta Selatan, Kepala Puskesmas se-Kota Bandar Lampung, Kepala
Puskesmas se-Kota Jakarta Selatan, Dewan Studio. Tenaga Fungsional
Substansi Masalah Kesehatan Jiwa Dewasa & Lansia
Pembahasan
- Uji Coba aplikasi SIMKESWA pada puskesmas kota bandar lampung
- Uji Coba aplikasi SIMKESWA pada puskesmas kota Jakarta selatan
- Uji Coba aplikasi SIMKESWA pada Dinas Kesehatan Provinsi Lampung

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[74]
- Uji Coba aplikasi SIMKESWA pada Dinas Kesehatan Provinsi DKI
Jakarta
Pembahasan 5 : Waktu pelaksanaan : 6 Oktober 2021 Tempat
pelaksanaan : Zoom Meeting Peserta meeting :Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan,
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen, Kepala Dinas Kesehatan
Kota Makassar Kepala Puskesmas se-Kabupaten Kebumen, Kepala
Puskesmas se-Kota Makassar , Dewan Studio, Tenaga Fungsional
Substansi Masalah Kesehatan Jiwa Dewasa & Lansia
Pembahasan
- Uji Coba aplikasi SIMKESWA pada puskesmas Kabupaten Kebumen
- Uji Coba aplikasi SIMKESWA pada puskesmas Kota Makassar
- Uji Coba aplikasi SIMKESWA pada Dinas Provinsi Jawa Tengah
- Uji Coba aplikasi SIMKESWA pada Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
Selatan
Pembahasan 6 : Waktu pelaksanaan : 7 Oktober 2021 Tempat
pelaksanaan : Zoom Meeting Peserta meeting : Tim kesehatan jiwa dan
Dewanstudio
Pembahasan :
• Report progress : - Demo kepada tim KESWA NIK yang sudah di validasi
Pembahasan 7 : Waktu pelaksanaan : 1 November 2021 Tempat
pelaksanaan : Zoom Meeting Peserta meeting : Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi Se-Indonesia, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Se-
Indonesia, Kepala Puskesmas Se-Indonesia, Tenaga Fungsional &
Pelaksana Substansi Masalah Kesehatan Jiwa Dewasa & Lansia, Dewan
Studio
Pembahasan
- Sosialisasi aplikasi SIMKESWA pada Provinsi Se-Indonesia
- Sosialisasi aplikasi SIMKESWA pada Kabupaten/Kota Se-
Indonesia
- Sosialisasi aplikasi SIMKESWA pada Puskesmas Se-Indonesia

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[75]
Kegiatan Penguatan Program Pelayanan Kesehatan Jiwa bagi Tenaga
Dokter, Perawat dan Kader Kesehatan Kabupaten Manggarai Barat
dilaksanakan tanggal 20-24 September 2021
Kegiatan Penguatan Program Pelayanan Kesehatan Jiwa bagi Tenaga
Dokter, Perawat dan Kader Kesehatan Kabupaten Manggarai Timur
dilaksanakan tanggal 22-26 September 2021
Kegiatan Penguatan Program Pelayanan Kesehatan Jiwa bagi Tenaga
Dokter, Perawat dan Kader Kesehatan Kabupaten Manggarai
dilaksanakan tanggal 28 September - 02 Oktober 2021
Alasan dilaksanakan kegiatan :
Tingginya masalah kesehatan jiwa di wilayah Kabupaten Manggarai Timur
dan minimnya ketersediaan tenaga yang berkompten dalam pelayanan
kesehatan jiwa di masyarakat
Manfaat Kegiatan :
Meningkatnya Pengetahuan tenaga kesehatan dalam memberikan
pelayana kesehatan jiwa
Tujuan Kegiatan :
Tingginya masalah kesehatan jiwa di wilayah Kabupaten Manggarai Timur
dan minimnya ketersediaan tenaga yang berkompten dalam pelayanan
kesehatan jiwa di masyarakat

Penguatan Program Pelayanan Kesehatan Jiwa bagi Tenaga


Dokter, Perawat dan Kader Kesehatan Kabupaten Manggarai
Barat 20-24 September 2021

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[76]
Penguatan Program Pelayanan Kesehatan Jiwa bagi
Tenaga Dokter, Perawat dan Kader Kesehatan Kabupaten
Manggarai Timur 22-26 September 2021

Penguatan Program Pelayanan Kesehatan Jiwa bagi Tenaga


Dokter, Perawat dan Kader Kesehatan Kabupaten Manggarai
28 September - 02 Oktober 2021

Output - Terlaksananya Upaya Pelayanan Kesehatan Jiwa secara optimal :


(Pencatatan dan Pelaporan, Pengadaan Obat Keswa, Deteksi Dini,
Koordinasi LP/LS)
- Terbentuknya TIM DKJPS
Outcame - Meningkatnya pengetahuan dan pemahanan tenaga Kesehatan tentang
Program Keswa.
Benefit - Dapat diketahui masalah terkait upaya pelayanan Kesehatan jiwa di
Prov, Kab/Kota untuk kemudian dicarikan solusi pemecahan masalah.
Impac - Meningkatnya Upaya Pelayanan Keswa pada Masyarakat

Sosialisasi Germas Bidang P2 Makeswa dan Napza


Input Anggaran Rp. 292.803.000
Realisasi Rp, 234.605.820

Kegiatan Sosialisasi Germas P2 Keswa Dewasa Lansia dilaksanakan


di Kab. Barru Sulawesi Selatan tanggal 11-13 Juni 2021.
Peserta terdiri dari elemen masyarakat, tenaga kesehatan dan
pemerintahan setempat berjumlah 225 orang .
Kegiatan Sosialisasi Germas Bidang P2 Masalah Kesehatan Jiwa dan
Napza tentang protokol kesehatan masyarakat dalam pencegahan COVID-
19. Kegiatan diawali dengan Pembukaan dan paparan dari Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan tentang analisis situasi dan
pelaksanaan program Kesehatan Jiwa di Sulawesi Selatan. Selanjutnya
Laporan Tahunan 2021
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[77]
pemaparan materi Sosialisasi Germas P2 Masalah Kesehatan Jiwa pada
masa pandemi covid-19 oleh Ibu Drg. Hasnah Syam, MARS, Kebijakan
Kesehatan Jiwa. Acara diakhiri dengan tanya jawab dan diskusi dengan
para peserta.
Tujuan:
a. Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai upaya P2 Masalah
Kesehatan Jiwa
b. Melakukan sosialiasi protokol kesehatan dalam Pencegahan dan
Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza kepada
masyarakat dan petugas puskesmas dan Napza
c. Melakukan advokasi kepada pemerintah daerah tentang protokol
kesehatan masyarakat terkait dengan kesehatan Jiwa pada pandemi
COVID-19
Saran dan Tindak Lanjut:
a. Kemenkes dan Dinkes Provinsi akan mengupayakan orientasi atau
bimbingan teknis untuk meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan
terkait kesehatan jiwa.
b. Diharapkan masyarakat bisa memahami beberapa hal yang dapat
dilakukan untuk tetap menjaga kesehatan jiwa dan mengelola stress:
c. Diharapkan cakupan kegiatan sosialisasi dapat ditingkatkan dan
diperluas ke kabupaten/kota lainnya serta dapat dilaksanakan secara
berkesinambungan.
d. Masyarakat diharapkan selalu mematuhi protokol kesehatan untuk
mencegah penularan COVID-19

Kegiatan sosialisasi Germas P2 Masalah Kesehtan Jiwa dewasa dan


usia lanjut dilaksanakan di Kabupaten Muarabungo, provinsi Jambi
tanggal 19-21 Agustus 2021.
Peserta terdiri dari elemen masyarakat, tenaga kesehatan dan
pemerintahan setempat berjumlah 225 orang.
Narasumber berasal dari Dinas Kesehatan Kabupaten dan Anggota Komisi
IX DPR RI.
Tujuan kegiatan :
a. Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai upaya P2 Masalah
Kesehatan Jiwa
b. Melakukan sosialiasi protokol kesehatan dalam Pencegahan dan
Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza kepada masyarakat
dan petugas puskesmas dan Napza

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[78]
c. Melakukan advokasi kepada pemerintah daerah tentang protokol
kesehatan masyarakat terkait dengan kesehatan Jiwa pada pandemi
COVID-19

Saran dan Tindak Lanjut :


a. Kemenkes dan Dinkes Provinsi akan mengupayakan orientasi atau
bimbingan teknis untuk meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan
terkait kesehatan jiwa.
b. Diharapkan masyarakat bisa memahami beberapa hal yang dapat
dilakukan untuk tetap menjaga kesehatan jiwa dan mengelola stress:
- Menceritakan permasalahan/perasaan yang dialami pada orang
yang dapat dipercaya
- Melakukan relaksasi: latihan pernafasan, meditasi
- Mengisi waktu luang dengan kegiatan yang positif, seperti ;
penyaluran hobby
- Konsumsi makanan bergizi seimbang (perbanyak buah and sayur)
c. Diharapkan cakupan kegiatan sosialisasi dapat ditingkatkan dan diperluas
ke kabupaten/kota lainnya serta dapat dilaksanakan secara
berkesinambungan.
d. Masyarakat diharapkan selalu mematuhi protokol kesehatan untuk
mencegah penularan COVID-19

Output Tersosialisasinya protokol kesehatan pencegahan COVID-19 dan upaya


pencegahan dan pengendalian masalah kesehatan jiwa
Outcame Meningkatnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat terkait Kesehatan
Jiwa pada masa pandemi Covid-19 yang terintegrasi dengan penanganan
pandemi COVID 19
Benefit Meningkatnya penerapan protokol kesehatan pencegahan COVID-19,
meningkatnya ketahanan jiwa pada masa pandemi COVID-19.
Impac Menurunnya penularan COVID-19 dan meningkatnya kesehatan jiwa di
masyarakat

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[79]
Sosialisasi Germas P2 Makeswa dan Napza dan Vaksinasi Covid
Input Anggaran
Realisasi Rp. 455.197.025

Kegiatan Sosialisasi Germas P2 Makeswa dan Napza dan Vaksinasi


Covid 9 Lokasi dilaksanakan di Joglo Kembar Jl. Pemuda, Desa
Pabelan Kab. Semarang Jawa Tengah tanggal 13-16 Agustus 2021
yang dihadiri oleh
- Komisi IX DPR RI (Drs. Fadholi)
- Direktorat P2 Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza (Drs. Rahbudi Helmi
& dr. Leon Muhammad)
- Tenaga Fungsional Direktorat P2MKJN
- Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
- Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang
- Tenaga Kesehatan Puskesmas

a. Sasaran atau Peserta


Sasaran atau peserta Sosialisasi Gerakan Masyarakat (GERMAS)
berasal dari elemen masyarakat, tenaga kesehatan, dan pemerintahan
setempat berjumlah 200 orang yang terintegrasi dengan kegiatan
vaksinasi massal dengan target kurang lebih 1000 orang
b. Materi Sosialisasi
Materi sosialisasi yang akan disampaikan kepada masyarakat
merupakan materi P2 Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza pada masa
pandemic Covid-19
c. Hasil
▪ Masyarakat memiliki peran penting dalam upaya pencegahan
penyalahgunaan Napza dalam masa pandemi COVID-19
▪ Kegiatan dimulai dengan registrasi
▪ Peserta diwajibkan memakai masker dan tetap menjaga jarak fisik
▪ Rangkaian kegiatan berjalan sesuai jadwal
▪ Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai upaya P2
Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza pada masa pandemic Covid-19
sehingga masyarakat dapat turut serta berperan aktif dalam upaya
pencegahan mulai dari lingkungan terkecil yaitu keluarga.
▪ Pelaksanaan vaksinasi kepada 1000 peserta

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[80]
Kegiatan Germas Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan
Jiwa terintegrasi dengan Vaksinasi Massal di Kabupaten Banyuwangi
Jawa Timur dilaksanakan tanggal 14-15 September 2021.
Dihadiri oleh:
- Komisi IX DPR RI (Sy. Anas Thahir).
- Staff Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan
Jiwa dan NAPZA (dr. Leon Muhammad, dr. Siti Chadidjah Nurillah,
Endang Suharjanti,S.Sos., M.Si, Tetti Sariani Lubis, SH., Moya Aritisna
Dyah M.Psi).
- Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur (Staf Seksi P2PTM Keswa,
Bapak Dedy Suprijadi, ST dan drg. Dilla Dewi Priestiana).
- Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi (Kepala Bidang P2P, Ibu dr.
Andriyani Hamzah, M.MRS dan Ibu Masfhufa, SKM).
- Kepala Desa Tegaldlimo (Bapak Hariyanto, SE)
- Tenaga Kesehatan Puskesmas.
- Masyarakat.
Sasaran:
Sasaran atau peserta Sosialisasi Gerakan Masyarakat (GERMAS) berasal
dari elemen masyarakat, tenaga kesehatan, dan pemerintahan setempat
berjumlah 200 orang yang terintegrasi dengan kegiatan vaksinasi massal
dengan target kurang lebih 1000 orang
Hasil:
- Kabupaten Banyuwangi temasuk PPKM Level 1
- Walaupun begitu, masyarakat diminta jangan kendor mematuhi
protokol kesehatan, menaati 3M dan melakukan vaksinasi.
- Masyarakat untuk tidak termakan hoax mengenai vaksinasi karena
vaksinasi yang diberikan pemerintah dalam rangka mewujudkan herd
immunity terbukti aman, halal, dan gratis. Semua vaksinasi memiliki
keefektifan dalam meminimalisir perburukan dari penyakit Covid-19
- Herd immunity akan terwujud jika 80% dari warga Tegaldlimo sudah
mendapatkan vaksinasi
- Pada masa pandemi Covid-19, penyakit komorbid menjadi penyebab
utama kematian, termasuk di dalamnya diabetes, hipertensi, ginjal,
kanker, dan lain-lain.
- ODGJ juga meningkat selama masa pandemi karena berbagai faktor
(hereditas, ekonomi, dll).
- Masyarakat perlu menyadari bahwa Covid-19 ini nyata, bukan hoax,
sehingga seluruh warga masyarakat memiliki kewajiban untuk berikhtiar
dengan cara mematuhi protokol kesehatan dan 5M.
- Trend saat ini adalah OTG sehingga pemakaian masker menjadi sangat
penting untuk melindungi diri sendiri maupun orang lain.
- Hentikan/stop stigma terkena Covid adalah aib. Orang yang terpapar
perlu dibantu.
- Satgas Covid harus cekatan, bersama dengan masyarakat bahu
membahu menolong dan mengakomodasi warga terpapar dan tidak

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[81]
mengucilkan/mengasingkan.
- Pelaksanaan vaksinasi massal untuk 1000 orang.

Output Tersosialisasinya Germas Pencegahan dan Pengendalian Masalah


Kesehatan Jiwa terintegrasi dengan Vaksinasi Massal
Outcame - Meningkatnya Pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang
Kesehatan Jiwa
- Meningkatnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang
pentingnya vaksinansi Covid-19
Benefit - Meningkatnya penerapan protokol kesehatan pencegahan COVID-19,
meningkatnya ketahanan jiwa pada masa pandemi COVID-19
- Meningkatnya target vaksin covid-19
Impact - Menurunnya penularan COVID-19 dan meningkatnya kesehatan jiwa di
masyarakat

Penyusunan Pedoman Manajemen Pencegahan dan Pengendalian


Penyalahgunaan NAPZA bagi Petugas Kesehatan
Input Anggaran Rp. 165,175,000
Realisasi Rp. 163,355,000

Kegiatan Penyusunan Pedoman Manajemen Pencegahan dan


Pengendalian Penyalahgunaan NAPZA bagi Petugas Kesehatan
dilaksanakan secara daring dan luring pada tanggal 23-24 Maret; 26-
28 April; 17-18 Juni 2021 di Jakarta.
Undangan terdiri dari seluruh Puskesmas di Indonesia, seluruh Dinas
Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota, RSKO, RSCM, RSJ, Dinas
Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Sudinkes di wilayah DKI Jakarta, Lintas
Program/Lintas Sektor.
Narasumber: Dit. P2MKJN, PDSKJI
NSPK ini di buat karena Prevalensi nasional penyalahguna NAPZA di
Indonesia berdasarkan penelitan BNN tahun 2019 sebesar 2,4% (sekitar
4,53 juta jiwa) sedangkan jumlah masyarakat yang mencari pertolongan
medis terkait perilaku penyalahgunaan NAPZA sangat terbatas.
Berdasarkan hasil survey terbatas di beberapa provinsi di Indonesia
menunjukkan hanya sekitar 30% petugas kesehatan memahami bahwa
adiksi NAPZA adalah suatu penyakit otak yang bersifat kronis dan
kekambuhan/relaps. Masih minimnya pengetahuan dan keterampilan
petugas mengenai adiksi NAPZA termasuk asesmen akan mempengaruhi

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[82]
penentuan rencana terapi yang adekuat untuk pasien gangguan
penggunaan NAPZA.
Rekomendasi kegiatan diperlukan sosialisasi pedoman manajemen ini dan
dimonitor secara berkelanjutan.
Rencana tindak lanjut kegiatan adalah advokasi Dinas kesehatan untuk
melakukan sosialiasi dan monitoring berkelanjutan
Output Tersusunnya pedoman manajemen pencegahan dan tatalaksana gangguan
penyalahgunaan NAPZA untuk tenaga kesehatan.
Outcome Tenaga kesehatan memiliki acuan dalam penyelenggaraan
penanggulangan dan tatalaksana manajemen gangguan penyalahgunaan
NAPZA.
Benefit Tenaga kesehatan memiliki keterampilan manajemen pencegahan dan
pengendalian masalah penyalahgunaan NAPZA.
Impact • Meningkatnya pengetahuan tenaga kesehatan dalam melakukan deteksi
dini gangguan penyalahgunaan NAPZA.
• Meningkatnya pelayanan terkait gangguan penyalahgunaan NAPZA bagi
masyarakat Indonesia.
• Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat Indonesia.
• Meningkatnya pelayanan pencegahan dan pengendalian masalah
penyalahgunaan NAPZA di daerah.

Foto
kegiatan

Supervisi Program Pencegahan dan Pengendalian (P2) Masalah Penyalahgunaan


NAPZA
Input Anggaran Rp. 268.830.000,-
Realisasi Rp. 253,963,799,-

Kegiatan Supervisi Program Pencegahan dan Pengendalian (P2) Masalah


Penyalahgunaan NAPZA di laksanakan :
1. Tanggal 24-26 Maret 2021 di Kota Palembang
2. Tanggal 7-9 April 2021 di Kota Makassar
3. Tanggal 7-9 April 2021 di Provinsi Riau
4. Tanggal 26-28 Agustus 2021 di Kota Jambi
5. Tanggal 6-8 September 2021 di Provinsi Sumatera Barat
6. Tanggal 9-11 September 2021 di Provinsi DI Yogyakarta
7. Tanggal 13-15 September 2021 di Kota Bogor
8. Tanggal 23-25 September 2021 di Kota Solo

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[83]
9. Tanggal 23-25 September 2021 di Kota Malang
10. Tanggal 30 September-2 Oktober 2021 di Kota Semarang
11. Tanggal 14-16 Oktober 2021 di Provinsi DI Aceh
12. Tanggal 14-16 Oktober 2021 di Kota Pekanbaru

Peserta kegiatan dari Dit. P2MKJN (Subdit Masalah Penyalahgunaan


NAPZA), Dinas Kesehatan Provinsi (PTM-Keswa), RSUD Ernaldi Bahar,
Puskesmas Tebing Bulang, RSUD Sayang Rakyat, RSJ Provinsi Jambi,
RSJ Marzoeki Mahdi, RSJ Zainal Abidin, RSJ Amino Gondokusuma, RSJ
Prov Aceh, RSJ Grhasia, RSJ Lawang, Puskesmas Rasimah Ahmad
Bukittinggi, Puskesmas Payolansek, RSJ Tampan.
Narasumber kegiatan dari Dit. P2MKJN, Dinas Kesehatan, IPWL terkait
Permasalahan yang di temui tugas Dinas Kesehatan dalam memberikan
bimbingan dan melaksanakan evaluasi terhadap pelaksanaan Program P2
Masalah Penyalahgunaan NAPZA belum optimal dilaksanakan, koordinasi
dalam pelaksanaan program P2 Masalah Penyalahgunaan NAPZA masih
kurang, mutasi dan rotasi petugas IPWL terlatih sehingga menghambat
pelaksanaan program.

Rekomendasi kegiatan adalah Dinas Kesehatan meningkatkan perannya


dalam memberikan bimbingan dan melaksanakan evaluasi secara optimal
terhadap pelaksanaan Program P2 Masalah Penyalahgunaan NAPZA di
daerah termasuk dalam pelaksanaan kegiatan IPWL, meningkatkan
koordinasi antara Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi,
Kabupaten/Kota, BNN, IPWL dan lintas sektor terkait dalam pelaksanaan
program P2 Masalah Penyalahgunaan NAPZA dan RAN P4GN, Dinas
Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota berkoordinasi dengan Badan
Kepegawaian Daerah di Provinsi dan Kabupaten Kota dalam melaksanakan
peninjauan proses mutasi serta rotasi ASN dengan mempertimbangkan
kapasitas ASN bersangkutan sebagai pemegang program/petugas IPWL
yang telah mendapatkan pelatihan serta memahami tugas-tugasnya.
Rencana tindak lanjut kegiatan adalah mendorong agar kegiatan deteksi
dini dan pencegahan penyalahgunaan NAPZA di masyarakat oleh
Puskesmas harus lebih ditingkatkan, meningkatkan koordinasi dan
memberikan pemahaman kepada lintas sektor terutama pihak Kepolisian
serta tokoh agama dan tokoh masyarakat bahwa pecandu NAPZA
memerlukan layanan rehabilitasi medis sehingga apabila ditemukan dapat
dibawa ke IPWL dan tidak dikriminalisasi termasuk dalam mengurangi
stigma terhadap penyalahguna NAPZA, meningkatkan kemampuan layanan
rehabilitasi medis di IPWL sesuai dengan Standar Nasional Indonesia,
penyusunan clinical pathway untuk rehabilitasi penyalahguna NAPZA
sehingga pembiayaan untuk rehabilitasi medis dapat diperkirakan dengan
lebih baik.Penyusunan berkas untuk pengajuan klaim oleh IPWL harus
semakin baik agar tidak ada lagi temuan setelah pemeriksaan,
meningkatkan jumlah penyalahguna NAPZA yang mendapatkan layanan
rehabilitasi medis sehingga capaian program P2 Masalah Penyalahgunaan

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[84]
Napza di Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten Kota dan Kementerian
Kesehatan dapat sesuai target yang telah ditetapkan.
Output Mendapatkan data situasi layanan rehabilitasi medis di Institusi Penerima
Wajib Lapor dan Dinas Kesehatan Provinsi.
Outcome Layanan IPWL sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam PMK No. 4
Tahun 2020.
Benefit Termonitornya layanan rehabilitasi medis di IPWL
Impact - Meningkatkan kualitas hidup penyalahguna NAPZA di masyarakat
- Meningkatkan kepuasan pasien terhadap layanan rehabilitasi medis di
IPWL
Foto Kota Palembang Kota Makassar Provinsi Riau
kegiatan

Kota Jambi Sumatera Barat DI Yogya

Kota Bogor Kota Solo Kota Malang

Sosialisasi Germas P2 Makeswa dan NAPZA


Input Anggaran Rp. 890.980.000,-
Realisasi Rp. 845.142.917,- (94,85%)

Kegiatan sosialisasi germas P2 Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza


yang di laksanakan sbb :
1. Tanggal 7-9 Agustus 2021 di Kabupaten Sarolangun, Jambi
2. Tanggal 20-22 Agustus 2021 di Kota Pekalongan, Jawa
Tengah
3. Tanggal 24-27 Agustus 2021 di Kota Boyolali, Jawa Tengah
4. Tanggal 30 Agustus-2 September 2021 di Kota Jambi
5. Tanggal 27-29 September 2021 di Kabupaten Grobogan, Jawa
Tengah
6. Tanggal 20-23 Desember 2021 di Kota Cirebon, Jawa Barat

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[85]
Peserta kegiatan dari Dit. P2MKJN, mitra kerja Komisi IX DPR RI, Dinas
Kesehatan Provinsi dan Puskesmas
Peserta adalah masyarakat sekitar, Musyawarah Pimpinan Kecamatan
Output Tersosialisasinya pengetahuan tentang pencegahan penyalahgunaan
NAPZA di masyarakat
Outcome Meningkatnya pengetahuan masyarakat mengenai pencegahan
penyalahgunaan NAPZA di masyarakat
Benefit Masyarakat dapat menerapkan GERMAS di masa pandemi COVID-19
Impact Masyarakat hidup sehat tanpa penyalahgunaan NAPZA
Foto
kegiatan Sarolangun, Jambi Grobogan Pekalongan

Boyolali Kota Jambi Kota Cirebon

Validasi Eksternal Klaim Rehabilitasi Medis di IPWL


Input Anggaran Rp 360.000.000,-
Realisasi Rp 353.888.000,-

Kegiatan Validasi Eksternal Klaim Rehabilitasi Medis di IPWL tahap I


oleh BPKP di laksanakan tanggal 28 Juni 2020 sampai dengan tanggal
2 Juli 2020 di Bekasi .
Tim verifikasi BPKP yaitu
1. Puji Yuwono ( Korwas Bidang Pemberdayaan Sosial dan
Penanganan Bencana);
2. Jayaningsih ( Auditor Madya);
3. Ida Handayani ( Auditor Muda);
4. Nursuharyanti ( Auditor Pertama);
5. Freddy Aktif Era Sianturi ( Auditor Pertama);
6. Nurlina Ganefi ( Auditor Penyelia);
Hasil verifikasi adalah dari 21 IPWL yang diverifikasi dengan klaim awal
Rp7.399.155.376,- didapatkan hasil reviu sebesar Rp7.063.874.972,-
sehingga terdapat koreksi sebesar Rp335.280.404,-.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[86]
Kegiatan Validasi Eksternal Klaim Rehabilitasi Medis di IPWL tahap II
oleh BPKP dilaksanakan tanggal 5 Juli 2020 sampai dengan 9 Juli 2020
di Bogor .
Tim verifikasi BPKP terdiri dari :
1. Puji Yuwono ( Korwas Bidang Pemberdayaan Sosial dan
Penanganan Bencana);
2. Jayaningsih ( Auditor Madya);
3. Ida Handayani ( Auditor Muda);
4. Nursuharyanti ( Auditor Pertama);
5. Freddy Aktif Era Sianturi ( Auditor Pertama);
6. Gita Suksesi ( Auditor Pertama);
Hasil verifikasi adalah dari 30 IPWL yang diverifikasi dengan klaim awal
Rp8.963.739.811,- didapatkan hasil reviu sebesar Rp8.002.612.005,-
sehingga terdapat koreksi sebesar Rp961.127.806,-.

Kegiatan Validasi Eksternal Klaim Rehabilitasi Medis di IPWL tahap III


oleh BPKP pada tanggal 12 Juli 2020 sampai dengan 16 Juli 2020 di
Bekasi .
Tim verifikasi BPKP terdiri dari :
1. Puji Yuwono (Korwas Bidang Pemberdayaan Sosial dan
Penanganan Bencana);
2. Jayaningsih ( Auditor Madya);
3. Ida Handayani ( Auditor Muda);
4. Nursuharyanti ( Auditor Pertama);
5. Freddy Aktif Era Sianturi ( Auditor Pertama);
Dari 23 IPWL yang diverifikasi dengan klaim awal Rp2.562.268.159,-
didapatkan hasil reviu sebesar Rp82.452.200.462,- sehingga terdapat
koreksi sebesar Rp110.067.697,-.
Output Dokumen review klaim hutang 2019-2020
Outcome Terbayarnya tagihan piutang 2019-2020
Benefit Terjamin nya keberlangsungan klaim di tahun berikut nya
Impact Penurunan prevalensi penyalahguna , pengguna dan korban
penyalahgunaan napza

Foto
kegiatan

Monev Uji coba evaluasi Instrumen Wajib Lapor Pecandu Narkotika


Input Anggaran Rp 125.440.000,-
Realisasi Rp 119.065.000,-

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[87]
Kegiatan Monev Uji coba evaluasi Instrumen Wajib Lapor Pecandu
Narkotika di laksanakan pada :
Tanggal 15-17 November 2021 di Puskesmas Cipondoh, Tangerang
Tanggal 14-16 November 2021 di Lampung
Tanggal 19-20 November 2021 di Puskesmas Tebet, Jakarta Selatan
Tanggal 21-23 November 2021 di RSJD Provinsi Jawa Barat
Tanggal 21-23 November 2021 di Bogor
Tanggal 6-8 Desember 2021 di RSJ Grhasia Yogyakarta
Tanggal 6-8 Desember 2021 di RSJ Soeroyo Magelang, Jawa Tengah
Narasumber: Dit. P2MKJN, RSJMM, BNN, KemenkoPMK
Tujuan dan maksud di laksanakan kegiatan ini adalah untuk menghasilkan
terselenggaranya kegiatan rehabilitasi medis sesuai dengan prosedur yang
ditetapkan. Untuk mengetahui apakah sudah melaksanakan instrumen
WHOQoL dan memberikan pengetahuan dasar bagaimana standardisasi
pelayanan rehabilitasi medis di IPWL untuk pelayanan rawat jalan dan rawat
inap dapat berjalan dengan baik. Memberikan sosialisasi cara kerja
Instrumen WHOQoL.
Hasil evaluasi sebagai berikut :
✓ Hanya 5 dari 7 IPWL yang melakukan pemeriksaan WHOQOL dan
Hanya 1 dari 7 IPWL yang melakukan penilaian index kepuasan
pasien
✓ Konseling kelompok dilakukan oleh ke-7 IPWL dan hanya 2 dari 7
IPWL yang melakukan terapi vokasional di Rawat Jalan.
✓ Konseling kelompok, Vokasional, Bimtal, Intervensi krisis,Konseling
kelompok dan individual dilakukan oleh 5 dari 7 IPWL di Rawat Inap
Output Terlaksananya Uji coba evaluasi Instrumen Wajib Lapor Pecandu Narkotika
Outcome Memperoleh data dan informasi pelayanan IPWL .
Benefit Adanya perbaikan terhadap layanana IPWL sesuai SNI
Impact Peningkatan mutu layanan rehabilitasi medis di IPWL sesuai dengan
Standar Nasional Indonesia.

Foto
kegiatan

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[88]
Orientasi Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA bagi Masyarakat
Input Anggaran Rp 170.000.000,-
Realisasi Rp 138.660.000,-

Kegiatan Orientasi Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA bagi


Masyarakat di laksanakan secara daring dan luring pada tanggal 11-13
November 2021 dan tanggal 30 November-2 Desember 2021
Narasumber kegiatan adalah P2MKJN, PDSKJI, GTI,
Peserta kegiatan adalah P2MKJN, Sudinkes di provinsi
Kegiatan ini di laksanakan untuk memberikan pengetahuan dasar bagi
petugas dan masyarakat, pengenalan mengenai penyalahgunaan napza
(Adiksi Napza di Lingkungan Keluarga), Pengenalan dan pemantapan
aplikasi Selaras bagi petugas IPWL, memberikan pengetahuan mengenai
Kebijakan penyalahgunaan Napza, Adiksi Game dan Internet pada Remaja.
Output Terlaksananya kegiatan Orientasi Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA
bagi Masyarakat
Outcome Terinformasinya masyarakat tentang Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA
Benefit Meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang pencegahan
penyalahgunaan NAPZA
Impact Berubahnya perilaku masyarakat agar tercegah dari penyalahgunaan
NAPZA

Foto
kegiaan

Sosialisasi Deteksi Dini Penyalahgunaan NAPZA


Input Anggaran Rp 144.495.000,-
Realisasi: Rp 143.050.050,-

Kegiatan Sosialisasi Deteksi Dini Penyalahgunaan NAPZA di


laksanakan tanggal 14-16 April 2021 dan Tanggal 15-17 Juni 2021 Hotel
Wyndham Jakarta dan Horison Rasuna Jakarta
Narasumber Peserta kegiatan adalah Dinas Kesehatan Provinsi, Kab/Kota seluruh
Indonesia, Puskesmas seluruh Indonesia, Dinas Pendidikan seluruh
Indonesia, perwakilan SMA di seluruh Indonesia
Narasumber kegiatan adalah BNN, RSKO, Puskesmas Cengkareng
Jakarta Barat, Sudinkes Jakarta Selatan
Permasalahan dan hal yang disampaikan:

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[89]
1. Perlunya upaya dan kerja sama LP/LS dalam melakukan
pencegahan penyalahgunaan NAPZA sebagai langkah persiapan
menyambut bonus demografi tahun 2035.
2. Belum adanya regulasi/kerja sama yang dapat menjadi payung
hukum dalam pelaksanaan deteksi dini penyalahgunaan NAPZA di
sekolah.
3. Mutasi dan rotasi tenaga kesehatan yang telah terlatih ASSIST.
4. Belum terselenggaranya pelatihan ASSIST bagi tenaga pendidik di
sekolah.
Materi yang disampaikan meliputi:
1. Paparan Kebijakan Pencegahan Pengendalian Penyalahgunaan
NAPZA (Direktur P2MKJN)
2. War on Drugs (BNN)
3. Pelaksanaan Penggunaan Aplikasi SINAPZA di PKM Cengkareng
(Puskesmas Cengkareng, Jakarta Barat)
4. Pengenalan ASSIST (RSKO)
5. Meningkatkan Kapasitas Mental Remaja dalam Mencegah
Penggunaan NAPZA (dr. Elvina Katerin, Sp. KJ-PDSKJI)
6. Integrasi Upaya Pencegahan Penyalahgunaan Napza dalam UKS
(UKS Kawasan Tanpa Napza) (Dr. Juandanilsyah, SE, MA,
Kemendikbud)
7. Upaya Puskesmas di Jakarta Selatan dalam Deteksi Dini
Penyalahgunaan Napza di Sekolah (Sudinkes Jakarta Selatan)
8. Deteksi Dini Penyalahgunaan NAPZA menggunakan ASSIST (dr.
Fatchanuraliyah, MKM, Dit. P2MKJN).
Rencana tindak lanjut kegiatan adalah
1. Perlu dibuat kesepakatan lintas kementerian dalam mendukung
upaya pencegahan penyalahgunaan NAPZA di sekolah terutama
deteksi dini
2. Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota perlu melaksanakan
pelatihan atau orientasi deteksi dini ASSIST kepada tenaga
kesehatan di Puskesmas dan melakukan pencatatan dan pelaporan
dan memberikan feedback pada pelaporan melalui SELARAS.
3. Puskesmas perlu melaksanakan deteksi dini dengan menggunakan
ASSIST berbasis android SINAPZA sesuai target tahunan yang
telah disepakati, puskesmas akan menerima rujukan siswa dari
sekolah, Puskesmas dapat bekerjasama dengan Organisasi Profesi
setempat dalam melakukan rujukan siswa yg dideteksi dini.
4. Deteksi Dini Penyalahgunaan NAPZA ASSIST dapat dilakukan oleh
Guru Bimbingan Konseling atau Wali Kelas atau staf kesiswaan
dengan menggunakan aplikasi SINAPZA
5. Sekolah akan bekerjasama dengan Nakes Puskesmas untuk
melaksanakan Deteksi Dini Penyalahgunaan NAPZA.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[90]
6. Akan dimasukkan dalam program kerja sekolah, program kerjasama
dengan Puskesmas dalam pelaksanaan deteksi dini
penyalahgunaan Napza untuk anak SMA.
7. Pada saat masuk sekolah orang tua siswa harus menandatangani
persetujuan pemeriksaan kesehatan yang menyatakan bersedia
dilakukan pemeriksaan kesehatan termasuk deteksi dini
penyalahgunaan NAPZA dan bersedia ditindaklanjuti.
8. Hasil deteksi dini harus diinformasikan kepada orang tua siswa dan
dilaporkan ke puskesmas setempat secara tertulis.
Output Tersosialisasinya kegiatan deteksi dini penyalahgunaan NAPZA di daerah
Outcome Dilaksanakannya deteksi dini penyalahgunaan NAPZA di daerah
Benefit Diketahuinya status penyalahgunaan NAPZA dan ditatalaksananya
penyalahguna NAPZA sesuai risiko penyalahgunaannya
Impact Mengurangi risiko penyalahgunaan NAPZA di masyarakat, khususnya pada
remaja.

Foto
kegiatan

Dana Klaim Wajib Lapor


Input Anggaran Rp. 25.739.659.000
Realisasi Rp. 23.926.910.520

Anggaran klaim IPWL tahun 2021 sebesar Rp. 25.739.659.000 terdiri dari:
1. Aanggran klaim tahun 2021 sebesar Rp. 6.693.900.000 dengan
realisasi sebesar Rp. 6.277.089.200
2. Anggaran klaim tahun 2020 sebesar Rp. 2.636.800.000 dengan
realisasi sebesar Rp. 2.543.505.187 telah di lakukan verifikasi oleh
BPKP
3. Anggaran klaim tahun 2019 sebesar Rp. 19.045.759.000 dengan
realisasi sebesar Rp. 17.649.821.320 telah di lakukan verifikasi
oleh BPKP

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[91]
Output Hasil Review atas hutang klaim wajib lapor dan rehabilitasi medis tahun
2019 dan 2020 oleh BPKP
Outcome Terbayarnya hutang klaim wajib lapor dan rehabilitasi medis tahun 2019 dan
2020 dengan menggunakan anggaran tahun 2021
Benefit Pemberi layanan Wajib Lapor di IPWL mendapatkan pembayaran sesuai
dengan layanan yang telah diberikan
Impact Terjamin nya keberlangsungan pelayanan Rehabilitasi medis untuk
pencandu, Penyalahguna dan Penyalahgunaan Napza
Foto
kegiatan

Penyusunan Program dan Anggaran


Input Anggaran : Rp. 393.957.000
Realisasi : Rp. 349.031.662

Kegiatan Penyusunan Program dan Anggaran dilaksanakan tanggal


26 Januari dan 29 Desember 2021 di Hotel Wyndham Jakarta secara
luring
Peserta kegiatan adalah Direktur, Koordinator, Subkoordinator, Staf teknis
Perencana dan Tata Usaha.
Narasumber kegiatan adalah Direktur dan seluruh Koordinator
Kegiatan ini di laksanakan untuk melakukan koordinasi internal Direktorat
dalam penyusunan perencanaan program dan kegiatan Direktorat untuk
tahun anggaran 2022 serta penyusunan Rencana Operasional Kerja (ROK)
dan Rencana Penarikan Dana (RPD) tahun anggaran 2022

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[92]
Kegiatan membahas tentang Penyusunan dan Kegiatan Direktorat untuk
tahun anggaran 2022 serta Penyusuanan ROK dan RPD tahun anggaran
2022
Rekomendasi kegiatan adalah Kesesuaian perencanaan program dan
kegiatan disesuaikan dengan upaya dukungan pemenuhan capaian
indikator yang ditetapkan di Direktorat dan pelaksanaan kegiatan sesuai
dengan ROK dan RPD yang ditetapkan.
Rencana Tindak Lanjut kegiatan adalah mengkoordinasikan penetapan
perencanaan program dan kegiatan dengan PI sesditjen dan Penetepan
ROK dan RPD dengan bagian keuangan sesditjen.

Kegiatan Sinkronisasi Program dan Anggaran P2 Makeswa dan Napza


di laksanakan tanggal 27-29 Oktober 2021 di Hotel The Jayakarta
Lombok, secara blanded (daring dan luring)
Peserta kegiatan adalah seluruh Pegawai Direktorat P2 Masalah Kesehatan
Jiwa dan Napza
Narasumber kegiatan adalah Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat,
KemenPPN/Bappenas, Direktur Sistem Penganggaran, Kemenkeu,
Koordinator Substansi P2 Makeswa Anak dan Remaja, Koordinator
Substansi P2 Makeswa DL, Koordinator Substansi Penyalahgunaan Napza,
Kasubbag Adum
Kegiatan ini dilaksanakan untuk melakukan sinkronisasi program dan
kegiatan di internal Direktorat untuk seluruh Pegawai
Kegiatan membahas tentang Optimalisasi kinerja anggaran direktorat,
capaian program dan indikator
Rekomendasi kegiatan adalah Sinkronisasi internal perlu dilakukan untuk
menciptakan budaya kerja yang saling terintegrasi di per bidang
Rencana Tindak Lanjut kegiatan adalah Evaluasi sinkronisasi pelaksanaan
kegiatan dan program diantara bidang di intenal Direktorat.

Kegiatan Koordinasi Sosialisasi Review LP/LS Bidang Perencanaan,


Keuangan, Kepegawaian, Kehumasan di laksanakan menyesuaikan
dengan pelaksanaan dan undangan dari Lintas Sektor dan Program
Tempat Kegiatan : Menyesuaikan dengan lokasi pelaksanaan kegiatan
sesuai undangan kegiatan di laksanakan secara Luring
Peserta kegiatan dari penanggung jawab keuangan, BMN, Arsiparis,
Perencana, Penyusun Lakip/Sakip dan Kepegawaian
Narasumber kegiatan : Sesuai dengan pembahasan dari masing-masing
Lintas Sektor dan Lintas Program yang mengundang.
Kegiatan ini di ikuti dalam rangka meningkatkan pengetahuan SDM yang
bekerja dalam bidang perencanaan, keuangan, BMN, Kepegawain,
Kearsipan dan evaluasi program dan anggaran, dan keteknisan bidang
keswa dan napza
Kegiatan membahas terkait hal hal yang berkaitan dengan bidang
kesehatan jiwa dan napza, perencanaan dan anggaran, keuangan , BMN,
kearsipan, evaluasi
Rekomendasi kegiatan adalah Melakukan tindak lanjut sesuai dengan
pertemuan yang di hadari
Rencana Tindak Lanjut kegiatan adalah Melakukan RTL disesuikan
pertemuan yang di hadiri
Output Terlaksananya penyusunan program dan anggaran Direktorat

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[93]
Outcame Terfasilitasinya dan terkoordinasinya dukungan manajemen perencanaan
dan anggaran Direktorat sesuai dengan rambu-rambu di Eselon 1 dan
Kementerian.
Benefit Kesesuaian perencanaan dengan proses belanja sesuai kebutuhan
program
Impac Pelaksanaan kegiatan terealisasi dan sesuai dengan alokasi anggaran
Foto
kegiatan

Pengadaan Partisi Ruang Direktur ( Renovasi, Meja, Pengadaan Partisi Ruang


Sekretaris dan Komunal
Input Anggaran : Rp. 239.421.000
Realisasi : Rp. 195.000.000

Pada tanggal 16 Desember 2021 sesuai SPK nomor


KU.02.04/4.1/2364/2021 tanggal 16 Desember 2021 dilaksanakan
pekerjaan renovasi meja pengadaan partisi ruang sekretaris dan komunal
oleh PT. Mandiri Bangun Sukses Sejahtera.
Tujuan untuk perbaikan atau renovasi ruang Direktur antara lain
pembuatan ruang pribadi direktur, lemari direktur serta penggantian meja
kerja, kursi kerja serta meja kursi ruang tamu direktur
Output Renovasi Ruang Direktur
Outcame Terpenuhinya sarana dan prasarana ruang kerja Direktur
Benefit Terpenuhi kebutuhan sarana dukung perkantoran ruang Direktur
Impac Menciptakan ruang kerja yang nyaman sesuai dengan K3

Foto
kegiatan

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[94]
Rehab Lantai Kantor Direktorat P2MKJN
Input Anggaran : Rp. 239.421.000
Realisasi : Rp. 116.512.000

Pada tanggal 22 Oktober 2021 sesuai SPK nomor KU.02.04/4.1/1761/2021


tanggal 22 Oktober 2021 Di laksanakan rehab lantai kantor direktorat
P2MKJN oleh PT. Naftali Jaya.
Tujuan di rehab karena untuk perbaikan atau renovasi ruang kantor
Direktorat antara lain pemasangan parkit lantai.
output Renovasi Ruang Direktorat
outcame Terpenuhinya sarana dan prasarana ruang kerja Direktorat
Benefit Terpenuhi kebutuhan sarana dukung perkantoran Direktorat
Impac Menciptakan ruang kerja yang nyaman sesuai dengan K3
Foto

Pengadaan Pengadaan alat pengolah data


Input Anggaran : Rp. 202.863.000
Realisasi : Rp. 200.461.219

Pada tanggal 17 Desember 2021 sesuai SPK nomor


KU.02.04/4.1/2371/2021, Di laksanakan pengadaan alat pengolah data
berupa laptop sebanyak 9 unit, P.C unit sebanyak 2 unit, printer sebanyak
1 unit, dan Ms. Office sebanyak 11 unit oleh PT. Airmas Perkasa Ekspres.
Tujuan di lakukan pengadaan alat pengolah data untuk memberikan
sarana pada pegawai P2MKJN dalam melakukan pekerjaanya
Output Terlaksananaya kegiatan pengadaan alat pengolah data
Outcame Mempercepat dalam melakukan pekerjaan
Benefit meningkatnya produktivitas
Impac Kinerja bagus

Pengelolaan Kepegawaian
Input Anggaran : Rp. 798.395.000
Realisasi : Rp. 675.803.219

Kegiatan Penyusunan ABK dan SKP dilaksanakan tanggal 5 Mei 2021


di Hotel Wyndham Jakarta secara luring
Peserta kegiatan adalah seluruh pegawai Direktorat P2 Masalah
Kesehatan Jiwa dan Napza
Narasumber kegiatan adalah Badan Kepegawaian Nasional (BKN, dan
Analisis Determinan Kesehatan,
Materi kegiatan adalah Kebijakan Jabatan Fungsional Analis Kebijakan di
Lingkungan Kementerian Kesehatan RI Lembaga Administrasi Negara,
Pembinaan Jabatan Fungsional Analis Kebijakan (Butir Kegiatan,
Perhitungan Angka Kredit, Penyusunan SKP)

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[95]
Kegiatan ini dilaksanakan karena Direktorat P2 Masalah Kesehatan Jiwa
dan NAPZA mempunyai Pejabat Fungsional yang di angkat melalui jalur
penyetaraan dan jalur inpassing yang dilantik dari Akhir Desember 2020
sampai dengan 6 April 2021. Sehubungan dengan hal tersebut, diperlukan
informasi tentang pelaksanaan teknis dan pengembangan Karier
Jabatan Fungsional terutama Jabatan Fungsional Analis Kebijakan di
Lingkungan Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan
Jiwa dan NAPZA, dengan tujuan tersosialisasinya teknis pelaksanaan
Jabatan Fungsional Analis Kebijakan (Butir Kegiatan, Perhitungan Angka
Kredit dan Penyusunan SKP), tersosialisasinya pengembangan karier
Jabatan Fungsional Analis Kebijakan dan Jabatan Fungsional lain yang
ada di Direktorat P2 Masalah Kesehatan Jiwa dan NAPZA.
Dalam kegiatan di bahas pasca penyetaraan jabatan strukturat ke Jabatan
fungsional, peta jabatan dan existing Jabatan Fungsional Analis Kebijakan
tidak sesuai, pengembangan karier Jabatan Fungsional Analis Kebijkan
Muda menjadi terhambat karena Jabatan Fungsional Madya sudah penuh.
Tetapi untuk pengembangan karir bisa juga dengan jalur mutasi ke Satker
lain yang masih mempunyai formasi Kosong, adanya permasalahan
Jabatan Fungsional Analis Kebijakan Muda yang diangkat melalui jalur
Inpassing tetapi pangkat dan golonganannya lebih tinggi dari golongan
Jabatan Fungsional Analis Kebijakan Muda, pengumpulan angka Jabatan
Fungsional Analis Kebijakan dikumpulkan secara mandiri, jadi lebih aktif
membaca butir-butir kegiatan dan menyesuikan tugas dengan butir-butir
kegiatan Jabatan Fungsional Analis Kebijakan, pegawai yang telah
diangkat sebagai JF Analis Kebijakan melalui jalur penyetaraan yang
diangkat menjadi Pejabat Fungsional Analis Kebijakan dan ingin kembali
ke jabatan fungsional sebelumnya, masih menunggu kebijakan dari
Kemenpan RB. Tetapi jika boleh, dapat dilakukan dengan pengaktifan
kembali JF sebelumnya, pejabat Pelaksana yang ingin mengembangkan
karir di dalam Jabatan Fungsional dapat diusulkan dan di angkat ke dalam
jabatan Fungsional melalui jalur alih jabatan jika telah memenuhi
persyaratan Jabatan (ada formasi, mengikuti dan Lulus Ukom dll). Angka
Kredit yang di dapat akan menentukan Jenjang Jabatan Funsional,
Jabatan Fungsional teknis baru dapat diusulkan jika Direktorat P2 Masalah
Kesehatan Jiwa memang membutuhkan JF tersebut selama jabatan
tersebut sesuai dengan tupoksi organisasi. Tetapi dibutuhkan list butir-
butir kegiatan dan perhitungan Analisis Beban Kerja.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[96]
Rencana Tindak Lanjut , perhitungan ulang ABK dan list butir -butir
kegiatan yang diperlukan di Direktorat P2 Masalah Kesehatan Jiwa dan
NAPZA untuk , menyesuiakan peta jabatan dengan existing paska
penyetaraan jabatan, menentukan kebutuhan jabatan fungsional teknis
apa saja yang diperlukan oleh Direktorat P2 Masalah Kesehatan Jiwa dan
NAPZA dan sesuai dengan tupoki organisasi

Kegiatan Jabatan Fungsional di laksanakan tanggal 10 Juni 2021 dan


11 Juni 2021, 2 Desember 2021 dan 2 Desember 2021 di Hotel
Wyndham Jakarta, secara luring
Peserta kegiatan adalah Tim Penilai sesuai dengan SK yang ditetapkan
Direktur dan penanggung jawab kepegawaian Direktorat.
Maksud dan Tujuan Kegiatan Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
RI Nomor 60 Tahun 2016 tentang Pembinaan Jabatan Fungsional
Kesehatan dan Jabatan Fungsional Non Kesehatan di Lingkungan
Kementerian Kesehatan RI, Direktorat P2 Masalah Kesehatan Jiwa dan
NAPZA ditunjuk sebagai Unit Pembina Jabatan Fungsional Psikolog Klinis
untuk melakukan pembinaan dan penetapan angka kredit bagi Jabatan
Fungsional Psikolog Klinis

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[97]
Kegiatan membahas penilaian DUPAK Jabaran fungsional psikolog klinis :
Rencana Tindak Lanjut kegiatan adalah melakukan penetapan Angka
Kredit Bagi Jabatan Fungsional Psikolog Klinis

Output Terlaksana nya kegiatan Jabatan Fungsional psikolog klinik


Outcame Terbitnya Angka Kredit Bagi Jabatan Fungsional Psikolog Klinis
Benefit Meningkatnya jenjang jabatan bagi psikolog klinis
Impac Peningkatan karier dan jabaran bagi psikologi klinis

Pertemuan Monev Binwil Papua Barat


Input Anggaran Rp. 972.396.000
Realiasasi Rp. 677.489.350

Kegiatan Monev Binwil Papua Barat di laksanakan tanggal 24 -26 November


2021 di hotel Swiss Belhotel Manokwari Provinsi Papua Barat secara luring
dan daring.
Peserta luring kegiatan dari Provinsi Papua Barat yaitu Kepala Dinas
Kesehatan, Sekretaris Dinas Kesehatan, Kepala Bidang Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit, Dinkes Prov, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat,
Dinkes Prov , Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan, Dinkes Prov , Kepala
Bidang SDM Kesehatan, Dinkes Prov, Kepala Seksi Surveilans dan
Imunisasi, Kepala Seksi P2 Penyakit Menular, Kepala Seksi P2 Penyakit
TidakMenular dan Kesehatan Jiwa, Pengelola Program PTM Keswa, Direktur
RSUP Papua Barat, Direktur RSUD Manokwari, Kepala KKP Manokwari,
Peserta dari 13 Kabupaten/Kota (@ peserta 5 orang) yaitu Kepala Dinas
Kesehatan, Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan , Kasie P2 Penyakit Tidak
Menular dan Kesehatan Jiwa Dinas Kesehatan, Kasie P2 Penyakit Menular,
Dinas Kesehatan, Kasie Surveilans dan Imunisasi, Dinas Kesehatan, Panitia
daerah Dinkes Provinsi/KKP 4 Orang.
Peserta darng kegiatan Direktur/Peserta RSUD Kabupaten/Kota , Seluruh
Kepala Puskesmas,pengelola program P2P di seluru wilayah provinsi Papua
Barat.
Narasumber kegiatan adalah Eselon 1 Kementerian Kesehatan, Kementerian
Dalam Negeri, Kementerian Desa ,Eselon 2 dilingkungan Ditjen P2P , Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat.
Dalam kegiatan di paparkan materi tentang penguatan dan operasional
UKBM dalam pencegahan dan pengendalian penyakit, pengutan sarana dan
prasarana pelayanan kesehatan dalam rangka pencegahan dan
pengendalian penyakit / pendemi covid 9 di provinsi papua barat,
pemanfaatan dana desa untuk peningkatan kesehatandi desa, evaluasi SPM
bidang kesehatan, penguatan SDM kesehatan menuji transformasi kesehatan
di provinsi papua barat, Imunisasi rutin, Evaluasi kinerja anggaran dan

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[98]
program satker dinas kesehatan provinsi papua barat, pencegahan dan
pengendalian PTM di provinsi papua barat, bahan direktur surkarkes
pertemuan evaluasi binwil ditjen p2p provinsi papua barat (penyakit infeksi
emerging), direktorat pencegahan dan pengendalian penyakit tular vector dan
zonotik, pengenalan rogram kesehatan jiwa dan napza, dan diskusi
kelompok.
Dalam Tanya jawab di sampaikan :
✓ Terkait pembayaran klaim bagi nakes yang melakukan pelayanan
covid 19 tidak berdasarkan keputusan dari pusat tapi dari pemda
daerah
Jawab
Bisa menghubungi pa anwar dan dr ester terkait verifiasi pembayaran
klaim untuk nakes untuk rekomendasinya
✓ Terkait dana desa
Apa yang harus di lakukan agar kegiatan priorotas nasional dinas
kesehatan bisa di biayai oleh dana desa.
Untuk akses trasportasi pada daerah yang terisolaso mohon
penjelasan
Jawab
Prioritas yang dimaksud adalah apa yang ingin di jalankan oleh desa
berdasarkan musyawarah desa yang tertuang dalam dokumen
musyawarah desa yang menjadi paying hukum dan panduan bagi
desa dalam menggunakan dana desa, misalnya tempat isolasi covid
yang menggunakan balai balai desa, penyemprotan covid,
Harus jelas mana kewenangan desa, mana kewenangan kab kota,
provinsi dan kementerian /lembaga
Musyawarah desa yang baik bukan dari banyaknya masyarakat tapi
adanya terwakilan dari toga, toma, disabilitas, dll
Untuk akses transportasi dana desa di guna kan membangun jalam
desa bukan jalan kabupaten atau provinsi, hal terkait dengan
pencatatan asset desa
✓ Terkait SPM
Pada saat pemegang program p2p melakukan evaluasi terhadap
capaian SPM, banyak indikator yang tidak tercapai, apakan sudah
ada sangsi atau teguran untuk capaian yang tidak tercapai pada
kabupaten kota dan kabupaten kota mana yang sudah diberikan
sangsi atau teguran,
Jawab untuk sangsi atau teguran belum ada, penilaian SPM bari
sampai tahap output saja
✓ Terkait PTM
Sistem Informasi PTM banyak kendala , data sudah di masukkan
tetepi tidak terbaca dalam aplikasi,
Laporan kegiatan biasanya di buat oleh tenaga honor, sekarang sudah
tidak ada lagi tenaga honor
Untuk KTR tidak tersedia dana
Jawab
Untuk laporan bisa menggunakan data ofline
Untuk tenanga honor , merupakan kebijakan dari kab kota atau dinas
kesehatan setempat
Kita tahu semua sudah melakukan pekerjaan, tetapi untuk mengukur
pekerjaan tersebut harus ada laporan atau data

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[99]
✓ Terkait Keswa
Ingin melakukan Pengadaan obat keswa
Bagaimana menangani depresi dan bunuh diri
IPWL di papua barat tidak berjalan karena tidak ada pasien dan tidak
tenga kesehatan
Bagaimana persyaratan membangun RSJ di papua barat
✓ Terkait malaria
Obat malaria yaitu kina jangan di jual bebas
Jawab
Akan di sampaikan pada tim penatalaksanaan obat di malaria
✓ Terkait HIV dan Malaria
Untuk pengobatan HIV rappid 2 dan rapid 3 kosong tidak ada di
farmasi, tidak bisa melakukan pelayanan
Jawab, memang ada keterlambatan pengadaan untuk rapid 2 dan 3,
sehingga distribusi juga terlambat
✓ Terkait SDM
Kebijakan apa yang di lakukan untuk fasyankes yang nakesnya
terbatas agar pelayanan berjalan
✓ Terkait Imunisasi
✓ Terkait Data –Data Capaian
Untuk data capaian dilakukan secara daring sedangkan jaringan di
papua barat kurang bagus sehingga hasil tidak optimal
Output Terlaksananya kegiatan monitoring dan evaluasi di binwil papua barat
Outcama Terkumpulkan data data anggaran kegiatan dan target kinerja di papua barat
Benefit Data tersebut menjadikan evaluasi dalam pelaksanakan program tahun
berikut nya
Impac Pelaksanaan program kegiatan dan anggaran akan lebih baik dan tepat
Sasaran
Foto
kegiatan

Monitoring dan Evaluasi


Input Anggaran Rp. 44.502.000
Realisasi Rp. 44.502.000

Kegiatan monitoring dan evaluasi di laksanakan tangal 27 dan 28 Desember


2021 di hotel Wyndham secara luring
Peserta kegiatan adalah seluruh pegawai P2MKJN
Narasumber kegiatan adalah para kooordinator P2MKJ
Dalam kegiatan di sampaikan tentang evaluasi anggaran , kegiatan dan
pencapaian indikator triwulan 4 tahun 2021, sakip, laptah dan profil.
Ouput Terlaksananya kegiatan monitoring dan evaluasi

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[100]
Outcama Tersedia nya data informasi terkait kegiatan anggaran dan capaian indikator
Benefit Dengan adanya data dan informasi ini di jadikan acuan dalam melaksanakan
kegiatan dan anggaran berikutnya agat tepat sasaran dan target indikator
tercapai
Impac Tujuan sasaran dan target indikator dapar di capai
Foto
kegiatan

Supervisi Kegiatan Vaccinasi Covid 19 Kementerian Lembaga


Input Anggaran Rp. 318.000.000
Realisasai Rp. 194.140.000

Kegiatan supervise vasinasi covid 19 kementerian lembaga di laksanakan


bulan maret sd april 2021, di Poltekes polumas, poltekkes cilndak, ditjen
pajak, ditjen beacukai, dhanapala, Kemenlu, BPJS, Kemenhan,
Kemenparekraf, KemenESDM, Kemen ATR BPN, BI, Ombudsman, Komnas
HAM dan Perempuan, Badan Informasi Geospasial, dan di pasar Jembatan
Lok A tanang abang, PMTA, JPM, Jati Baru, Ruko AURI, Metro dengan total
yang di vaksin untuk dosis 1 sebanyak 20.235 dan dosis 2 sebanyak 18907
Output Terlaksananya kegiatan supervise Kegiatan Vaccinasi Covid 19 Kementerian
Lembaga
Outcama Mencegah penyebaran covid 19
Benefit Meningkatkan daya tahan terhadap covid
Impac Meningkatkan kesehatan masyarakat
Foto
kegiatan

Advokasi, Supervisi, Binwil bidang Keswa dan Napza


Input Anggaran Rp. 281.840.000
Anggaran Rp. 281.840.000

Kegiatan advokasi, supervisi, Binwil bidang Keswa dan Napza dilaksanakan


Januari sd Desember 2021.
Kegiatan ini di laksanakan oleh pimpinan terkait masalah pembangunan RSJ
di 6 provinsi, Penanganan kasus ODGJ, pembentukan DKJPS dalam rangka
penanganan bencana, pelaksanaan vaksinasi ODGJ, masalah kesehatan
jiwa pada masa covid 19, Pembentukan TPKJM, masalah depresi dan bunuh
diri, dll

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[101]
Beberapa provinsi yang di kunjungi oleh pimpinan adalah Banten, NTT,
Kepulauan Riau, Papua Barat, Kalimantan Barat, Maluku, Gorontalo, Banda
Aceh, dll
Output Terlaksananya kegiatan Advokasi, Supervisi, Binwil bidang Keswa dan
Napza
Outcama Meningkatkan upaya pencegahan dan pengendalian masalah kesehatan
jiwa dan napza di provinsi
Benefit Masyarakat sehat jiwa
Impac Meningkatkan kesehatan masyarakat

Foto
kegiatan

Pengadaan HRV
Input Anggaran : Rp. 360.000.000
Realisasi : Rp. 360.000.000

Pada tgl 10 Agustus 2021 sesuai SPK nomor KU.02.4/4.1/1481/2021 tanggal


10 Agustus 2021 dilaksanakan pengadaan alat kesehatan Heart Rate
Variability (HRV) sebanyak 1 (satu) unit, oleh PT. Fa Antares Medika, yang
akan di simpan atau di gunakan oleh Direktorat P2 Masalah Kesehatan Jiwa
dan NAPZA pada saat kegiatan senam rutin Kementerian Kesehatan pada
hari jumat.
Alat ini berfungsi untuk menganalisa HRS serta menilai kondisi syaraf
otonom. Memberikan indikasi pada Cardiocirculation, kelelahan, fungsi
sistem syaraf, serta kemampuan adaptif sistem secara umum.
Output Terlaksanana pengadaan HRW
Outcame Tersedia nya alat HRV
Benefit Terdeteksinya masalah kesehatan jiwa menggunakan HRV
Impac Mencegah agar tidak menjadi masalah gangguan jiwa berat
Foto

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[102]
B. Penyakit Menular Langsung
Layanan Pendidikan dan Pelatihan Internal
Input A. Pendidikan dan Pelatihan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
IMS
Anggaran: Rp. 108.300.000
Realisasi: Rp. 62.530.000
1. Peningkatan Kapasitas SDM Program IMS
Orientasi Pelaksanaan Sero Survey/Sero Sentinel di 68 Lokasi
Kegiatannya: Orientasi ini dilaksanakan sebagai bentuk upaya
memberikan pelatihan teknis pelaksanaan surveilans sentinel kepada
petugas pelaksana di fasilitas pelayanan Kesehatan di 68
kabupaten/kota dan 34 provinsi, sehingga setiap petugas yang terlibat
dalam pelaksanaan surveilans sentinel HIV, IMS dan Hepatititis pada
ibu hamil ini memiliki pemahaman yang sama dan dapat mengerjakan
kegiatan surveilans sentinel dengan optimal. Dilaksanakan secara
hybrid di Hotel Ritz Carlton tanggal 22 – 24 September 2021.
Foto:

Output Terlaksananya kegiatan Orientasi Sero Survey di 68 Lokasi


Outcame Terlaksananya skrining pemeriksaan ibu hamil untuk mengeliminasi
penularan penyakit infeksi dari ibu ke anak.
Benefit Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) sebagai bagian upaya
triple eliminasi yaitu eliminasi penularan HIV, Sifilis dan Hepatitis B dari ibu
ke anak) serta Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
Impac Penurunan angka kesakitan dan kematian pada ibu dan anak

Koordinasi
Input A. Koordinasi Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit HIV AIDS
Anggaran: Rp. 13.984.167,000
Realisasi: Rp. 7.860.306.488

Koordinasi pelaksanaan pencegahan dan pengendalian penyakit HIV


AIDS merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka pencegahan dan
pengendalian HIV AIDS berupa koordinasi internal, lintas program dan

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[103]
sector yang terkait dalam pencegahan dan pengendalian HIV AIDS.
kegiatan ini berupa pertemuan koordinasi baik dilakukan secara virtual
maupun tatap muka yang dilaksanakan oleh focal point di program HIV
AIDS meliputi: KT HIV, PPIA, PDP, TB HIV. Termasuk juga pertemuan
terkait perencanaan, logistik, monev dan surveilans dalam rangka
meningkatkan capaian program HIV dengan bekerjasama dengan LP/LS
lainnya.

Kegiatannya antara lain:


1. Pertemuan Koordinasi Program HIV AIDS (Pagu: Rp. 21.250.000,
Realisasi: 19.956.300)
Koordinasi pelaksanaan pencegahan dan pengendalian penyakit HIV
AIDS merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka pencegahan dan
pengendalian HIV AIDS berupa koordinasi internal, lintas program
dan sector yang terkait dengan pencegahan dan pengendalian
penyakit HIV AIDS

Kegiatan ini berupa pertemuan koordinasi baik dilakukan secara


virtual maupun tatap muka yang dilaksanakan oleh Focal Point di
Program HIV AIDS meliputi: KT HIV, PPIA, PDP, IMS, TB HIV, PTRM.
Termasuk juga pertemuan terkait perencanaan, logistic, monev dan
surveilans dalam rangka meningkatkan capaian program HIV dengan
bekerjasama dengan LP/LS lainnya seperti:
a. Farmalkes untuk koordinasi terkait penyediaan obat ARV
b. Direktorat Kesga untuk koordinasi program PPIA
c. Kemendagri untuk koordinasi kegiatan SPM
d. Subdit TB untuk koordinasi program TB HIV
e. Lapas untuk koordinasi WBP
f. Pusdatin untuk koordinasi pencatatan dan pelaporan SIHA

2. Pertemuan POKJA dan Panli HIV AIDS


Panel Ahli dan Subpanel Ahli sesuai Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 445/Menkes/SK/XI/2013 tersebut adalah melakukan kajian
terhadap program penanggulangan HIV-AIDS dan PIMS sesuai
bidang keahliannya, untuk memperluas dan mempercepat upaya
program pencegahan dan pengendalian HIV AIDS dan PIMS di
seluruh wilayah Indonesia. Subpanel Ahli juga memberikan masukan
secara teknis sesuai bidang keahliannya, dan dapat melakukan
pertemuan khusus bilamana diperlukan sesuai kebutuhan.
Sehubungan dengan banyaknya perkembangan-perkembangan
terbaru di bidang tes dan terapi HIV sesuai pedoman global,
Substansi program AIDS dan PIMS sedang melakukan pembaruan
terhadap pedoman tes dan terapi di Indonesia. Pembaruan di dalam
pedoman ini, diharapkan dapat menjadi panduan dan acuan bagi
segenap pelaksana program HIV di Indonesia.
Substansi HIV AIDS dan PIMS memfasilitasi pertemuan konsultasi
dengan Panel Ahli agar dapat memberikan penguatan serta

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[104]
rekomendasi terhadap update kegiatan dan review permenkes yang
sedang disusun.
Pertemuan dilaksanakan secara daring.

3. Monitoring dan Evaluasi Implementasi Notifikasi Pasangan dalam


Layanan HIV di 4 provinsi
Salah satu strategi utama untuk meningkatkan cakupan tes adalah
dengan Notifikasi Pasangan (NP) sebagaimana yang
direkomedasikan oleh WHO sebagai teknik untuk meningkatkan
penemuan kasus. Hasil penelitian di dunia, NP yang dilakukan pada
pasangan ODHA menunjukkan positivity rate yang tinggi. Jika seluruh
komponen (layanan Kesehatan dan komunitas) dapat focus dengan
implementasi strategi NP, pasti akan dengan cepa tangka ODHA
yang mengetahui status dapat dicapai. Meski tetap perlu strategi yang
berkesinambungan untuk memastikan mereka (pasangan ODHA)
yang diketahui status HIVnya reaktif untuk patuh pengobatan dan
tidak mengalami stigma dan diskriminasi.
Dilaksanakan melalui melalui daring dan luring, adapun monev daring
dilakukan di 8 provinsi yaitu Sumatera Utara, Kepulauan Riau, DKI
Jakarta, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Kalimantan
Barat dan Kalimantan Timur sedangkan untuk provinsi yang
disupervisi langsung adalah Jawa Barat, Jawa Timur, Banten dan
Bali.

4. Pertemuan LP/LS Program HIV AIDS


5. Koordinasi Program HIV AIDS dan PIMS bersama WHO dan Global
Fund
6. TA Penyusunan Pedoman Pencegahan HIV IMS dalam Situasi
Kebencanaan (Pagu: 79.732.000, realisasi: Rp. 62.206.000)
Kementerian Kesehatan, UNFPA dan JIP akan mengembangkan
Pedoman Nasional Pencegahan HIV dan IMS pada Situasi Krisis untuk
Petugas Layanan Kesehatan. Pedoman ini diharapkan dapat membantu
pemerintah untuk merencanakan pelaksanaan rangkaian minimum
pencegahan HIV, serta perawatan, pengobatan, dan layanan pendukung
bagi orang yang terdampak krisis kemanusiaan.
Pedoman ini diharapkan untuk berfokus pada integrasi HIV pada respon
kemanusiaan di situasi krisis, dengan fokus pada dua fase: pertama,
respon minimum awal yang meliputi serangkaian intervensi terkait HIV

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[105]
yang akan dilaksanakan selama tahapan awal pada situasi kedaruratan
tanpa memandang konteks epidemiologis atau konteks lokal yang
khusus. Kedua, respon yang lebih luas, yang mana intervensi HIV
tambahan harus direncanakan dan dilaksanakan secepat mungkin,
dengan mempertimbangkan prioritas dan konteks lokal, profil
epidemiologi, dan kapasitas dari sektor yang berbeda dalam melakukan
intervensi.
Karena itu diperlukan masukan dari lintas program maupun lintas sector
yang telah berpengalaman didalam Menyusun rencana kontingensi
mengatasi kebencanaan. Kegiatan dilaksanakan di provinsi Sulawesi
Tengah, provinsi DI Yogyakarta dan provinsi Banten.

B. Koordinasi Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian


Penyakit IMS
Anggaran: 77.870.000
Realisasi: 61.428.000

Koordinasi Internal dan LP/LS Program IMS


Kegiatannya ini berupa pertemuan koordinasi baik dilakukan secara
virtual maupun tatap muka yang dilaksanakan oleh focal point di
program IMS. Selain itu kegiatan ini juga dapat dipakai untuk
pertemuan dalam rangka koordinasi dengan lintas sector lain terkait
program IMS

C. Koordinasi Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian


Penyakit TBC
Anggaran Rp. 1.366.743.000
Realisasi Rp. 1.158.009.712

1. Pertemuan Koordinasi LP/LS Pencegahan dan Pengendalian


Penyakit TBC
Kegiatannya :
- Pertemuan Koordinasi Koalisi Organisasi Profesi (KOPI) TBC
- Pertemuan Koordinasi KOMLI/ POKJA TBC

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[106]
Komite Ahli TB (KOMLI TBC) dan Jejaring Operasional Riset TBC
(JETSET TBC) mempunyai peran yang sangat penting untuk
mendorong, merekomendasi dan memberi inovasi dalam
penanggulangan TBC di Indonesia, terutama di dalam mengawal dan
merealisasikan terhadap yang diamanatkan di dalam Pepres Nomor
67 Tahun 2021 tentang penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia.
Dalam rangka meningkatkan kinerja penanggulangan Tuberkulosis
(TBC) di Indonesia, KOMLI TBC dan JETSET TBC sesuai dengan
tugas dan fungsinya masing-masing Bidang perlu melakukan diskusi,
masukan terkait inovasi, kajian-kajian dan rekomendasi
pengembangan kebijakan, strategi serta langkah-langkah akselerasi
yang diperlukan untuk Eliminasi TBC pada tahun 2030.

- Pertemuan Koordinasi Lintas Program dan Sektor


Penanggulangan TBC
Kegiatan Pertemuan Monitoring Evaluasi Program Tuberkulosis
(TBC) Nasional dan Sosialisasi Petunjuk Teknis Laboratorium Biakan
dan Uji Kepekaan TBC (CDST) yang mengundang lebih dari 200
peserta baik dari tingkat pusat dan provinsi di seluruh Indonesia,
perwakilan lembaga, mitra TBC, serta lintas program dan lintas
sektor.
Kegiatan yang diselenggarakan secara luring ini turut dihadiri oleh Plt.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Kementerian Kesehatan RI, Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM,
MARS seraya membuka secara resmi kegiatan ini dengan arahan
dilanjut dengan pemukulan gong.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[107]
- Pertemuan Evaluasi Jejaring Pelibatan Pelayanan TBC
Pemerintah dan Swasta (PPM) TBC
- Koordinasi dan Evaluasi Dalam Pelaksanaan Investigasi Kontak
(Contact Tracing)
Program Penanggulangan TBC merubah strategi penemuan pasien
TBC tidak hanya “secara pasif dengan aktif promotif” tetapi juga
melalui “penemuan aktif secara intensif dan masif berbasis keluarga
dan masyarakat” serta melalui pemberdayaan masyarakat secara
optimal, dengan tetap memperhatikan dan mempertahankan layanan
yang bermutu sesuai standar.
Salah satu kegiatan yang dapat mendukung keberhasilan strategi
penemuan aktif kasus TBC yaitu kegiatan investigasi kontak.
Kegiatan IK ditujukan pada orangorang yang kontak dengan pasien
TBC untuk menemukan terduga TBC. IK bertujuan untuk
meningkatkan penemuan kasus dan mencegah penularan TBC.

- Operasional Mobile Vaksinasi


Pendampingan penyelenggaraan vaksinasi pada Kementerian/
Lembaga di luar Kementerian Kesehatan

Output - Terlaksananya Pertemuan Koordinasi Internal Lintas Program dan


Lintas Sektor Program HIV-AIDS dan IMS
- Terselenggaranya Koordinasi LP/LS Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit TBC
Outcame - Terwujudnya jejaring koordinasi lintas program dan sektor HIV AIDS dan
PIMS
- Terwujudnya advokasi dan kemitraan program HIV AIDS dan PIMS

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[108]
- Meningkatnya pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit TBC
Benefit - Adanya Kegiatan koordinasi program HIV AIDS dan PIMS diharapkan
pelaksanaan program dapat berjalan lebih efektif dan efisien dengan
melakukan koordinasi lintas program dan lintas sektor serta advokasi
dan fasilitasi kemitraan
- Meningkatnya persentase masyarakat yang dapat dicegah dan
dikendalikan dari TBC.
Impac - Meningkatkan komitmen nasional
- Meningkatnya pengetahuan dan kepedulian terhadap isu-isu HIV AIDS
dan PIMS sehingga keputusan yang diambil dapat mendukung kinerja
program
- Menurunnya insidensi TBC.

Sosialisasi dan Diseminasi


Input A. Sosialisasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit HIV AIDS
Anggaran: Rp. 815.803.000
Realisasi: Rp. 736.906.450
1. Sosialisasi Program HIV AIDS
Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah menetapkan berbagai
target dalam pengendalian HIV AIDS dan PIMS, yang tentunya sejalan
dengan target pengendalian HIV AIDS global. Strategi yang digunakan
oleh berbagai negara untuk mengakhiri epidemi HIV AIDS pada tahun
2030 adalah dengan menetapkan beberapa target, yaitu bahwa suatu
negara harus menemukan 95% ODHA yang mengetahui status HIV,
95% ODHA yang mengetahui status HIV mendapat pengobatan, dan
95% ODHA yang mendapatkan pengobatan, virusnya harus tersupresi.
Sosialisasi pencegahan dan pengobatan penyakit HIV merupakan
rangkaian kegiatan dalam rangka mensosialisasikan pencegahan dan
pengendalian HIV AIDS berupa sosialisasi kepada masyarakat dan
petugas layanan terkait HIV AIDS

Kegiatan sosialisasi antara lain:


- Sosialisasi, Kampanye dan Promosi HIV AIDS (Pagu: 227.301.000,
Realisasi: 220.894.300)
Sosialisasi, Kampanye dan Promosi diperlukan pada program HIV AIDS
dan IMS karena dengan melakukan Sosialisasi, Kampanye dan
Promosiini diharapkan bisa menjadi salah satu solusi mencegah
penyebaran virus HIV. Pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS & IMS
sungguh harus menjadi perhatian dan dilakukan bersama-sama oleh
pemerintah bersama dengan seluruh lapisan masyarakat untuk
mencapai hasil yang sesuai dengan harapan.
Untuk menunjang dan menjamin terlaksananya upaya penanggulangan
HIV-AIDS & IMS yang selaras dengan situasi dan kondisi yang ada pada
saat ini, maka diperlukan adanya kebijakan dan strategi nasional yang
disepakati oleh semua pihak baik sector pemerintah maupun swasta.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[109]
Selain itu diperlukan juga partisipasi aktif dari seluruh komponen
masyarakat untuk bersama sama bergerak dalam satu tujuan
pencegahan dan pengendalian HIV-AIDS & IMS. Untuk itu dicetuskan
perlunya suatu peringatan untuk bisa mengerakan masyarakat supaya
bersatu dalam menanggulangi semua permasalahan yang terkait HIV-
AIDS & IMS
Kampanye Program HIV AIDS & PIMS yang dilakukan saat ini
dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang HIV
AIDS & PIMS, menggerakkan peran serta aktif masyarakat secara luas
dalam upaya pencegahan penularan HIV, menumbuhkan kesadaran
tentang perlunya tes HIV untuk semua orang, serta menghilangkan
stigma untuk HIV. Dilaksanakan di Kabupaten Langkat Provinsi
Sumatera Utara tanggal 24 September 2021 dan Kabupaten Labuhan
Batu Utara, Sumatera Utara tanggal 7 Desember 2021.

- Sosialisasi, Kampanye dan Promosi HIV AIDS dan Vaksinasi COVID 19


(Pagu: 386.370.000, Realisasi: 376.061.100)
Sosialisasi, Kampanye dan Promosi diperlukan pada program HIV AIDS
dan IMS karena dengan melakukan Sosialisasi, Kampanye dan
Promosiini diharapkan bisa menjadi salah satu solusi mencegah
penyebaran virus HIV. Pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS & IMS
sungguh harus menjadi perhatian dan dilakukan bersama-sama oleh
pemerintah bersama dengan seluruh lapisan masyarakat untuk
mencapai hasil yang sesuai dengan harapan.
Untuk menunjang dan menjamin terlaksananya upaya penanggulangan
HIV-AIDS & IMS yang selaras dengan situasi dan kondisi yang ada pada
saat ini, maka diperlukan adanya kebijakan dan strategi nasional yang
disepakati oleh semua pihak baik sector pemerintah maupun swasta.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[110]
Selain itu diperlukan juga partisipasi aktif dari seluruh komponen
masyarakat untuk bersama sama bergerak dalam satu tujuan
pencegahan dan pengendalian HIV-AIDS & IMS. Untuk itu dicetuskan
perlunya suatu peringatan untuk bisa mengerakan masyarakat supaya
bersatu dalam menanggulangi semua permasalahan yang terkait HIV-
AIDS & IMS
Kampanye Program HIV AIDS & PIMS yang dilakukan saat ini
dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang HIV
AIDS & PIMS, menggerakkan peran serta aktif masyarakat secara luas
dalam upaya pencegahan penularan HIV, menumbuhkan kesadaran
tentang perlunya tes HIV untuk semua orang, serta menghilangkan
stigma untuk HIV.
Kegiatan ini disertai vaksinasi COVID 19 bagi masyarakat sektar.
Dilaksanakan di Kota Tarakan, Kalimantan Utara tanggal 3-6 Oktober
2021 dan Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat tanggal 20-
September 2021

- Sosialisasi Notifikasi Pasangan di 34 Provinsi (Pagu: Rp. 60.900.000,


Realisasi: 50.419.000)
Salah satu strategi utama untuk meningkatkan cakupan tes adalah
dengan Notifikasi Pasangan dan Anak sebagaimana yang
direkomendasikan oleh WHO sebagai teknik untuk meningkatkan
penemuan kasus. Hasil penelitian di dunia, NP yang dilakukan pada
pasangan ODHA menunjukkan positivity rate yang tinggi. Jika, seluruh
komponen (layanan kesehatan dan komunitas) dapat fokus dengan
implementasi strategi NP, pasti akan dengan cepat angka ODHA yang
mengetahui status dapat dicapai. Meski, tetap perlu strategi yang
berkesinambungan untuk memastikan mereka (pasangan ODHA) yang
diketahui status HIV nya reaktif untuk patuh pengobatan dan tidak
mengalami stigma dan diskriminasi.
Penerapan pelaksanaan Notifikasi Pasangan dan Anak tentunya
memerlukan prosedur standar yang dapat dipakai oleh tenaga
kesehatan/masyarakat yang peduli terhadap pengendalian HIV dalam
memberikan layanan HIV/AIDS. Prosedur ini dapat menjadi acuan
sehingga langkah penanggulangan dapat berjalan optimal dan
memberikan daya ungkit maksimal dalam mencapai eliminasi HIV AIDS
di Indonesia.
Pada saat ini program Notifikasi Pasangan dan Anak telah dilaksanakan
di 12 kabupaten/kota di Indonesia. Dengan pendekatan notifikasi
pasangan, percepatan strategi Temukan - Obati - Pertahankan (TOP)

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[111]
untuk mencapai eliminasi HIV AIDS pada tahun 2030 diharapkan dapat
tercapai. Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan melakukan sosialisasi
program Notifikasi Pasangan dan Anak untuk 34 Provinsi beserta
komunitas yang terlibat dan diharapkan semua provinsi dapat
menerapkan program tersebut. Semakin banyak ODHA yang mengetahui
status, mendapatkan pengobatan dan patuh sehingga terjadi penekanan
jumlah virus akan mempengaruhi tujuan global yaitu 3 zeroes. 3 Zeroes
berarti tidak ada lagi kasus baru, tidak ada lagi kematian karena AIDS dan
tidak ada lagi stigma dan diskriminasi. Dilaksanakan di hotel JS.Luwansa,
Jakarta, 13 – 14 Desember 2021.

B. Sosialisasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit TB


Anggaran Rp. 2.227.021.000,-
Realisasi Rp. 1.636.126.247,-

1. Pelaksanaan Sosialisasi dalam Pelaksanaan Pencegahan dan


Pengendalian TBC
Kegiatan :
- TB Summit
TB Summit 2021, Bapak Wamenkes: “Dibutuhkan Komitmen Kuat
Dalam Eliminasi Tuberkulosis”
Rangkaian kegiatan TB Summit 2021 dibuka secara resmi oleh dr. Dante
Saksono Harbuwono, Sp.PD-KEMD, Ph.D selaku Wakil Menteri Kesehatan
dan dihadiri oleh beberapa pejabat tinggi negara seperti Anggota Dewan
Pertimbangan Presiden, para pejabat tinggi dari Kemenko Perekonomian,
Kemenko Polhukam, Kemendagri, BAPPENAS, KemenkumHAM,
Kemendikbudristek, Kemenkeu, Kemensos, Kemenaker, KemenPUPR,
Kemenkominfo, Kemendes PDTT, Kemen BUMN, Sekretariat Kabinet,
BRIN, perwakilan Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, organisasi profesi, dunia usaha dan para mitra TBC.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[112]
- Sosialisasi dan Deteksi Dini TBC (Germas -HTBS)
Dengan adanya kasus Covid-19 dan kebiasaan adaptasi baru maka
diperlukan edukasi ke masyarakat yang konsisten tentang TBC. Meskipun
covid-19 masih ada tidak serta merta melupakan program TBC yang perlu
mendapatkan perhatian yang lebih. Hal tersebut dikarenakan TBC di
Indonesia masih tertinggi di dunia dengan peringkat 3. Maka GERMAS
menjadi salah satu kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka
menyampaikan informasi kepada masyarakat. Selain itu Germas bertujuan
advokasi kepada Stakeholder yang ada di daerah untuk melaksanakan
sesuai kesepakatan dan tujuan akhir eliminasi. Germas menjadi jembatan
dalam pencegahan dan pengendalian Covid-19 dan TBC.

output - Terlaksananya Sosialisasi, Kampanye dan Promosi HIV AIDS


- Terlaksananya Sosialisasi, Kampanye dan Promosi HIV AIDS dan
Vaksinasi COVID 19
- Terlaksananya Sosialisasi Notifikasi Pasangan di 34 Provinsi
- Terselenggaranya kegiatan Sosialisasi Pencegahan dan Pengendalian
TBC.
outcome - Peningkatan komitmen dari seluruh pemangku kepentingan untuk
melakukan percepatan pencapaian program HIV-AIDS dan PIMS
- Meningkatkan pemahaman masyarakat dalam mencegah dan
menanggulangi HIV-AIDS dan PIMS

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[113]
- Menormalisasi isu HIV-AIDS agar masyarakat mempunyai persepsi yang
lebih positif sehingga dapat menurunkan stigma dan diskriminasi
- Meningkatkan kepedulian masyarakat untuk memahami pentingnya
melakukan tes HIV dan pengobatan ARV bagi ODHA secara dini
- Meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang Pencegahan dan
Pengendalian TBC.
Benefit - Peningkatan komitmen pemerintah daerah dan stakeholder terkait serta
pemberdayaan masyarakat swasta dan masyarakat madani dalam
pelaksanaan Program HIV AIDS dan PIMS
- Mempermudah penyebaran informasi yang benar mengenai HIV AIDS
- Mempermudah pelaksanaan monitoring dan evaluasidalam mengenali
depresi dan pencegahan bunuh diri.
- Meningkatnya Kerjasama multi sector tentang Pencegahan dan
Pengendalian TBC.
Impact - Menghentikan epidemi AIDS di Indonesia pada tahun 2030, dengan
tujuan menurunkan dan meniadakan infeksi baru HIV, menurunkan
hingga meniadakan kematian yang disebabkan oleh keadaan yang
berkaitan dengan AIDS dan meniadakan diskriminasi terhadap ODHA.
- Meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat dalam berperilaku
hidup sehat dalam masa New Normal.
- Menurunnya angka insidensi TBC.

Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria


Input A. NSPK Pencegahan dan Pengendalian Penyakit HIV AIDS
Anggaran: Rp. 893.908.000
Realisasi: Rp. 695.836.656

1. NSPK Program HIV AIDS


NSPK Pencegahan dan Pengendalian Penyakit HIV AIDS merupakan
rangkaian kegiatan dalam rangka menyediakan NSPK terkait
pencegahan dan pengendalian HIV AIDS berupa pertemuan persiapan
sampai finalisasi

Kegiatannya antara lain:


- Finalisasi Petunjuk Teknis Pencegahan Infeksi Menular Lewat Transfusi
Darah (Pagu: Rp. 85.000.000, realisasi: Rp. 77.360.000)
Pengamanan pelayanan transfusi darah harus dilaksanakan pada tiap
tahap kegiatan mulai dari pengerahan dan pelestarian pendonor darah,
pengambilan dan pelabelan darah pendonor, pencegahan penularan
penyakit, pengolahan darah, penyimpanan darah dan pemusnahan darah,
pendistribusian darah, penyaluran dan penyerahan darah, serta tindakan
medis pemberian darah kepada pasien. Salah satu upaya pengamanan
darah adalah uji saring terhadap infeksi menular lewat transfusi darah
(IMLTD).

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[114]
Infeksi Menular melalui Transfusi Darah (IMLTD) masih merupakan
persoalan Kesehatan yang seringkali tidak mendapat penanganan yang
serius. Ini dikarenakan pendonor darah yang darahnya terinfeksi
virus/bakteri suatu penyakit tidak mendapat layanan rujukan atau
pengobatan selanjutnya. Sedangkan darah dari pendonor yang terinfeksi
virus/bakteri akan dimusnahkan oleh Unit Transfusi Darah (UTD) dan
pendonor akan dicekal dari aktivitas penyumbangan darahnya. Bagi
pendonor yang donor darahnya reaktif jika tidak ditindaklanjuti akan menjadi
masalah Kesehatan bagi dirinya, keluarga dan masyarakat sekitar karena
tanpa disadari telah menularkan penyakit terkait IMLTD. Penyakit-penyakit
infeksi yang seringkali ditemukan pada pendonor yang melakukan donor
darah adalah infeksi HIV, Hepatitis B, Hepatitis C dan Sifilis termasuk
Malaria.
Mengingat belum semua pendonor reaktif IMLTD ditindaklanjuti
sebagaimana tersebut di atas, maka resiko penularan infeksi dapat
meningkat. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 91/2015
tentang Standar Pelayanan Transfusi Darah, setiap hasil uji saring IMLTD
yang reaktif berulang harus diberitahu tertulis dan pendonor diberikan
konseling serta dirujuk ke RS untuk uji diagnostic. Dalam melaksanakan
tindak lanjut tersebut diatas, diperlukan mekanisme tertentu sehingga
kerahasiaan pendonor dapat terjaga dan pendonor mendapatkan uji
diagnostik dan penanganan yang tepat.
Pertemuan pembahasan Petunjuk Teknis Pencegahan Infeksi Menular
Lewat Transfusi Darah melalui Penatalaksanaan Pendonor Darah Reaktif
dilaksanakan 2 kali secara hybrid: Tanggal 21 – 22 Juni 2021 di Hotel
Wyndham, Jakarta dan Tanggal 20 – 21 September 2021 di Hotel The
Grove Suites Jakarta.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[115]
- Pembahasan Juknis Pengendalian HIV pada Tatanan Khusus (Pagu:
Rp.85.000.000, realisasi: Rp. 78.410.000)
Komitmen dari pemerintah Indonesia dalam mengeliminasi HIV dan
AIDS telah dijelaskan secara khusus melalui beberapa kebijakan
Kementerian Kesehatan RI, termasuk di dalamnya Permenkes no. 21 tahun
2013, Surat Edaran Dirjen P2P terkait Test and Treat tahun 2018, dan surat
edaran Dirjen P2P tentang percepatan ART tahun 2019, Permenkes no. 52
tahun 2017 tentang eliminasi penularan HIV dari Ibu ke Anak, dan Pedoman
Nasional Pelayanan Kedokteran Tatalaksana HIV.
Indonesia diharapkan 10 tahun lagi mampu mengendalikan penyakit
HIV AIDS dengan mencapai 3 (tiga) zero yaitu: “meniadakan infeksi baru,
meniadakan kematian akibat AIDS, dan meniadakan diskriminasi”. Untuk
mencapai 3 zero tersebut telah ditetapkan target 90% ODHA terdiagnosis,
90% ODHA minum obat ARV dan 90% ODHA mengalami virus HIV
tersupresi sebagai bukti keberhasilan pengobatan ARV.
Situasi program HIV AIDS dan PIMS dalam laporan triwulan
Kementerian Kesehatan RI pada Triwulan I tahun 2021 dilaporkan ada
427.201 kasus kumulatif (78,7% dari estimasi ODHA sebesar 543.100).
Hingga bulan Maret 2021, 365.289 ODHA ditemukan dan masih hidup,
269.289 pernah mendapat ARV dan 144.632 (26,6%) ODHA masih
mendapatkan ART, 33,1% dilaporkan meninggal dan Lost to Follow Up.
Saat ini terdapat 10.107 layanan tes dan hampir 1.582 layanan pengobatan.
Oleh karena itu, Indonesia perlu untuk memperluas cakupan tes dan
pengobatan serta kualitas pelayanan.
Salah satu langkah yang direncanakan dalam meningkatkan layanan
program HIV adalah menyusun Petunjuk Teknis dalam penanggulangan
HIV di setiap layanan baik Pusat maupun daerah baik UPT Kemenkes atau
Lintas Sektor. Juknis Pada Tatanan Khusus dalam Pencegahan dan
Pengendalian Program HIV diharapkan bisa membantu dalam
meningkatkan penanggulangan Program HIV di lapangan. Dilaksanakan 2
kali secara hybrid yaitu tanggal 24-25 Juni 2021 di Hotel Wyndham, Jakarta
dan tanggal 29 - 30 September 2021 di Hotel Th Grove Suites Jakarta.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[116]
- Penyusunan Pedoman Pencegahan HIV AIDS dalam Situasi
Kebencanaan (Pagu: Rp. 56.308.000, realisasi:Rp. 43.591.000)
Indonesia berupaya untuk mencapai Three Zero pada tahun 2030, yaitu
zero infeksi HIV yang baru, zero kematian terkait AIDS, dan zero stigma dan
diskriminasi terhadap ODHA (Orang dengan HIV/AIDS). Pada saat yang
sama, Indonesia menghadapi tantangan ketimpangan yang signifikan. Hal
ini menjadi tantangan tersendiri bagi tercapainya “Leave no one Behind”
(tidak ada satu pun yang tertinggal) – tujuan utama dari agenda global 2030.
Ketimpangan menjadi suatu halangan bagi pencapaian SDG
(Sustainable Development Goals atau Tujuan Pembangunan Bersama) di
berbagai lintas sektor. Faktor resiko yang menyeluruh meliputi bencana
alam dan pandemi.
Faktor-faktor yang menyebabkan penularan HIV selama situasi
kemanusiaan menjadi kompleks dan bergantung pada konteks yang ada.
Ketimpangan jender yang ada bisa saja menjadi bertambah buruk, yang
membuat wanita dan anak-anak menjadi lebih rentan terhadap HIV secara
tidak proporsional. Menurut asesmen cepat UNFPA, COVID-19
berpengaruh secara negatif pada situasi sosial ekonomi dan akses mereka
terhadap layanan Kesehatan. Secara khusus, 47.6% responden harus
menghadapi suplai ARV (antirtroviral) yang terbatas (kurang dari 1 bulan).
Sehingga, dirasa penting untuk menjawab kebutuhan ODHA selama
pandemi, termasuk akses mereka terhadap ARV dan alat-alat pencegahan
untuk mengurangi angka kematian dan morbiditas mereka, serta
memperkaya dan memperkuat informasi dan edukasi untuk mengurangi
penularan HIV. Pekerja seks perempuan merupakan salah satu populasi
yang paling rentan, mengingat resiko yang mereka hadapi terhadap infeksi
COVID-19 dan HIV, tantangan ekonomi, dan terbatasnya akses sosial dan
kesehatan selama pandemi.
Melalui latar belakang tersebut, Kementerian Kesehatan UNFPA dan JIP
akan mengembangkan Pedoman Nasional Pencegahan HIV dan IMS pada
Situasi Krisis untuk Petugas Layanan Kesehatan. Pedoman ini diharapkan
dapat membantu pemerintah untuk merencanakan pelaksanaan rangkaian
minimum pencegahan HIV, serta perawatan, pengobatan, dan layanan
pendukung bagi orang yang terdampak krisis kemanusiaan.
Pedoman ini diharapkan untuk berfokus pada integrasi HIV pada respon
kemanusiaan di situasi krisis, dengan fokus pada dua fase: pertama,
respon minimum awal yang meliputi serangkaian intervensi terkait HIV
yang akan dilaksanakan selama tahapan awal pada situasi kedaruratan
tanpa memandang konteks epidemiologis atau konteks lokal yang khusus.
Kedua, respon yang lebih luas, yang mana intervensi HIV tambahan harus
direncanakan dan dilaksanakan secepat mungkin, dengan
mempertimbangkan prioritas dan konteks lokal, profil epidemiologi, dan
kapasitas dari sektor yang berbeda dalam melakukan intervensi.
Dilaksanakan sebanyak 3 kali baik secara online maupun daring yaitu
tanggal 29 Oktober 2021 (daring), tanggal 1 November 2021 (Hotel Ritz

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[117]
Carlton, Jakarta) dan tanggal 8 November 2021

B. NSPK Pencegahan dan Pengendalian Penyakit TBC


Anggaran Rp. 162.080.000
Realisasi Rp. 127.793.000

1. Penyusunan NSPK / Review NSPK


Kegiatan Finalisasi petunjuk teknis pencegahan dan pengendalian TBC
untuk pemberdayaan masyarakat pesantren.
Agar kegiatan pencegahan dan pengendalian TBC di pesantren tetap
memperhatikan dan mempertahankan layanan TBC yang bermutu
sesuai standar, maka dibutuhkan petunjuk teknis yang dapat dijadikan
panduan bagi masyarakat pesantren untuk menekan laju penularan
TBC
di pesantren. Oleh karena itu, dalam rangka peringatan Hari Santri
Nasional tahun 2021, Substansi Tuberkulosis Kementerian Kesehatan
RI menyelenggarakan kegiatan finalisasi petunjuk teknis pencegahan
dan pengendalian TBC untuk pemberdayaan masyarakat
pesantren.

Tujuan Umum:
Menetapkan acuan bagi masyarakat pesantren dalam pelaksanaan
pencegahan dan pengendalian TBC di pesantren.

Tujuan Khusus:
- Memperkuat komitmen pihak-pihak yang terlibat (internal pesantren,
organisasi keagamaan, Dinas Kesehatan dan mitra) untuk berperan
dalam upaya program pencegahan dan pengendalian TBC di pesantren.
- Mendorong pihak-pihak yang terlibat dalam upaya pencegahan dan
pengendalian TBC di pesantren agar senantiasa melakukan upaya yang
inovatif dalam program pencegahan dan pengendalian TBC di
pesantren.

Luaran:
- Dokumen Petunjuk Teknis Pencegahan dan Pengendalian TBC di
Pesantren.
- Rencana Tindak Lanjut mengenai kontribusi lintas program, lintas
sektor dan multi pihak lainnya dalam upaya pencegahan dan
pengendalian TBC di pesantren.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[118]
Output - Tersusunnya Juknis Pencegahan Infeksi Menular Lewat Transfusi
Darah
- Tersusunnya Juknis Pengendalian HIV pada Tatanan Khusus
- Tersusunnya Pedoman Pencegahan HIV AIDS dalam Situasi
Kebencanaan
- Tersedianya Petunjuk Teknis Pencegahan dan Pengendalian TBC.
Outcome - Tersedianya pedoman dan acuan dalam pelaksanaan program HIV
AIDS
- Terlaksananya Program P2TB sesuai dengan Petunjuk Teknis
Pencegahan dan Pengendalian TBC terkini.
Benefit - Dengan tersedianya Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) HIV
AIDS diharapkan dapat menjadi acuan/ pedoman petugas di daerah
dalam pencegahan dan pengendalian HIV AIDS dapat lebih efektif
- Tercegah dan terkendalinya TBC di masyarakat umum dan populasi
berisiko.
Impact - Menurunkan angka kesakitan dan kematian ODHIV
- Menurunnya insidensi TBC.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[119]
Pelayanan Publik Lainnya
Input A. Sero Survey HIV AIDS
Anggaran: Rp. 42.852.227.000
Realisasi: Rp. 17.629.773.709

1. Sero Survey HIV AIDS dan IMS


Surveilans sentinel pada ibu hamil adalah suatu cara pemantauan
epidemi HIV dan IMS serta hepatitis B melalui pengumpulan data dan
pemeriksaan serum darah pada ibu hamil yang berkunjung ke ANC.
Surveilans Sentinel HIV pada ibu hamil yang dikombinasikan dengan
sumber data surveilans lainnya merupakan salah satu komponen dari
surveilans HIV generasi kedua. Surveilans generasi kedua merupakan
suatu cara pemantauan melalui proses pengumpulan dan analisis data
untuk memantau perjalanan epidemi HIV dengan mengidentifikasi di
mana (pada populasi apa) infeksi baru kemungkinan besar akan
muncul dan dengan menilai beban masalah kesehatan akibat epidemi
pada saat tersebut.
Program AIDS dan PIMS telah berkoordinasi dengan 68
kabupaten/kota terpilih dari 34 provinsi dan melibatkan 316 Puskesmas
untuk pelaksanaan kegiatan ini yang telah dimulai sejak bulan Oktober
2021 dan akan berakhir pada bulan Desember 2021. Sebagai
rangkaian kegiatan, dilakukan supervisi terhadap pelaksanaan merujuk
kepada petunjuk teknis pelaksanaan kegiatan Sentinel Survei HIV, IMS
dan Hepatitis B pada Ibu Hamil.

Kegiatannya antara lain:


- Supervisi Sero Survey ke Provinsi
- Supervisi Sero Survey ke Kabupaten/Kota
- Supervisi Sero Survey ke Layanan
- Pelaksanaan Sero survey

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[120]
B. Layanan Deteksi Dini Terduga TBC
Anggaran: Rp. 242.328.906.000
Realisasi: Rp. 241.616.884.432

1. Surveilans Aktif TBC


Kegiatan
- Pendampingan Optimalisasi Penemuan Kasus TBC di Rumah
Sakit
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi rendahnya capaian
program tuberkulosis (TBC) tahun 2021 adalah fasyankes belum
melaporkan semua penemuan kasus ke SITB (under-reporting cases) serta
banyaknya kasus TBC yang belum ditemukan di masyarakat selama masa
pandemic covid-19 (undetected cases). Kewajiban pelaporan kasus
Tuberkulosis oleh fasyankes telah tercantum dalam beberapa dokumen
kebijakan yakni Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2021 tentang
Penanggulangan Tuberkulosis, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67
Tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis dan Surat Edaran
Menteri Kesehatan Nomor HK.02.01/MENKES/660/2020 tentang
Kewajiban Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dalam Melakukan Pencatatan
dan Pelaporan Kasus Tuberkulosis. Strategi penemuan kasus TBC
harusnya tidak hanya dilakukan “secara pasif dengan aktif promotif” tetapi
juga melalui “penemuan aktif secara intensif dan masif berbasis keluarga
dan masyarakat“ dengan tetap memperhatikan dan mempertahankan
layanan TBC yang bermutu sesuai standar. Maka untuk mempercepat
penemuan kasus TBC, diperlukan juga upaya akselerasi penemuan kasus
secara aktif.

- Pendampingan Pelaksanaan Kegiatan Validasi Data TBC


Puskesmas
Salah satu yang mempengaruhi rendahnya capaian program
tuberkulosis (TBC) tahun 2021 adalah fasyankes belum melaporkan semua
penemuan kasus ke SITB (under-reporting cases). Padahal kewajiban
pelaporan kasus Tuberkulosis oleh fasyankes telah tercantum dalam
Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2021 tentang Penanggulangan
Tuberkulosis, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67 Tahun 2016 tentang

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[121]
Penanggulangan Tuberkulosis dan Surat Edaran Menteri Kesehatan
Nomor HK.02.01/MENKES/660/2020 tentang Kewajiban Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Dalam Melakukan Pencatatan dan Pelaporan Kasus
Tuberkulosis.
Dalam rangka mencapai target program nasional TBC tahun 2021,
maka perlu dilakukan upaya akselerasi program TBC dengan menemukan
kasus-kasus yang belum dilaporkan ke SITB (under-reporting cases)
melalui kegiatan active surveillance, salah satunya yaitu kegiatan validasi
data TB di Puskesmas. Diperlukan pendampingan langsung dari tim
Substansi Tuberkulosis pada wilayah-wilayah terpilih untuk memastikan
bahwa pelaksanaan Validasi Data sesuai dengan Petunjuk Teknis yang
telah disusun.

- Monitoring skrining gejala TBC dan chest x-ray dalam rangka


penemuan kasus secara aktif pada populasi umum
Hasil Survey Inventory tahun 2017 menyatakan bahwa terdapat
251.215 (30%) kasus TBC yang belum ditemukan dari estimasi insidensi
TBC. Guna mempercepat penemuan kasus TBC di tahun 2021 ini, maka
diperlukan upaya khusus penemuan kasus secara aktif pada populasi
umum untuk deteksi dini TBC dengan skrining gejala TBC. Dengan
demikian, upaya tersebut diharapkan dapat meningkatkan capaian
Treatment Coverage dan menekan laju penularan TBC dalam rangka
menuju eliminasi TBC tahun 2030.
Mengingat pentingnya hal tersebut, maka Direktorat Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) khususnya Substansi
Tuberkulosis Kemenkes RI melakukan upaya akselerasi penemuan kasus
yang belum ditemukan (undetected cases) melalui kegiatan active case
finding yakni pengetatan skrining gejala TBC dan chest x-ray pada populasi
umum.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[122]
Output - Terlaksananya kegiatan Orientasi Sero Survey di 68 Lokasi
- Terlaksananya kegiatan Deteksi Dini Tuberkulosis.
Outcame - Terlaksananya skrining pemeriksaan ibu hamil untuk mengeliminasi
penularan penyakit infeksi dari ibu ke anak.
- Meningkatnya penemuan dan pengobatan kasus TBC.
Benefit - Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) sebagai bagian
upaya triple eliminasi yaitu eliminasi penularan HIV, Sifilis dan Hepatitis
B dari ibu ke anak) serta Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
- Meningkatnya pengetahuan masyakarat tentang pencegahan dan
pengendalian TBC, serta meningkatnya kapasitas fasilitas Kesehatan
dan Dinas Kesehatan dalam pencegahan dan pengendalian TBC.
Impact - Penurunan angka kesakitan dan kematian pada ibu dan anak
- Menurunnya insidensi TBC.

OM Sarana Bidang Kesehatan


Input A. Pengembangan/ Pemeliharaan Sistem Informasi Penyakit
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit HIV AIDS dan IMS
Anggaran: Rp. 359.750.000
Realisasi: Rp.341.500.000

1. Pemeliharaan dan Pengembangan Sistem Informasi HIV AIDS dan


PIMS
Pencatatan dan pelaporan merupakan kegiatan yang sangat penting
dilakukan dalam melakukan perdokumentasian terhadap
kegiatan/program yang telah dilakukan, dengan maksud mendapatkan
data untuk dioleh dan di analisis sehingga menghasilkan informasi yang
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti perencanaan, monitoring
dan evaluasi serta advokasi kepada para pemangku kepentingan. Data
yang dikumpulkan harus valid (akurat, lengkap dan tepat waktu) sehingga
memudahkan dalam pengolahan dan analisis. Petugas UPK sangat
berperan dalam pencatatan data secara akurat dan lengkap tersebut.
Aplikasi SIHA merupakan system pencatatan dan pelaporan HIV AIDS
dan IMS yang telah diimplementasikan di seluruh kabupaten/kota dan

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[123]
provinsi di Indonesia. Dengan adanya aplikasi SIHA memungkinkan
Indonesia menerapkan sistem pencatatan dan pelaporan HIV AIDS
secara terpadu. Pemeliharaan Sistem Informasi (SIHA) ini menggunakan
dana APBN.

B. Pendistribusian Logistik TB
Anggaran: Rp. 941.717.000
Realisasi: Rp. 941.43.140

1. Pendistribusian logistik TB OAT dan non OAT


Kegiatan :
Disribusi Logistik TB OAT dan Non OAT ke Daerah

Output - Terlaksananya Sistem Informasi HIV AIDS dan PIMS


- Terlaksananya Pengembangan dan Penguatan Kapasitas SIHA
- Terlaksananya Disribusi Logistik TBC OAT dan Non OAT ke Daerah
Outcame - Penerapan Sistem Informasi HIV AIDS dan PIMS (SIHA) yang
terpadu
- Data yang diperoleh adalah data yang sudah sesuai dengan kriteria
yang ditetapkan
- Tersedianya Logistik TBC OAT dan Non OAT ke Daerah
Benefit - Peningkatan akurasi data
- Meningkatnya persentase masyarakat yang tercegah dan terkendali
dari TBC.
Impac - Meningkatkan manajemen penanggulangan HIV dan AIDS yang
akuntabel, berdayaguna dan berhasil guna Peningkatan jumlah
layanan HIV komprehensif yang melapor tepat waktu
- Menurunnya angka kematian akibat TBC.

Layanan Pendidikan dan Pelatihan Internal


Input A. Pendidikan dan Pelatihan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
HIV AIDS
Anggaran: Rp 4.797.676.000
Realisasi: Rp.4.275.582.160

1. Peningkatan Kapasitas SDM Program HIV

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[124]
Peningkatan kapasitas sumber daya manusia program penyakit HIV
AIDS merupakan seluruh kegiatan peningkatan kapasitas SDM terkait
pencegahan dan pengendalian HIV AIDS berupa orientasi, workshop,
pelatihan maupun ToT

- Orientasi Workshop Test and Treat bagi Pelatih di Daerah (Rp.


1.669.790.000, realisasi: Rp. 1.661.150.000)
Dalam rangka meningkatkan akses layanan tes dan pengobatan HIV
AIDS dan PIMS maka dilaksanakan penguatan tim pelatih di tingkat provinsi.
Tim pelatih ini selanjutnya akan bertugas melatih tim layanan baru di provinsi
masing-masing. Dilaksanakan tanggal 23 – 26 Februari 2021 di Hotel
Novotel Mangga Dua, Jakarta.

- Orientasi Mentoring Program HIV dan IMS di 514 kabupaten/kota (Pagu:


Rp. 514.951.000, realisasi: Rp. 487.354.000)
Indonesia diharapkan 10 tahun lagi mampu mengendalikan penyakit HIV
AIDS dengan mencapai 3 (tiga) zero yaitu: “meniadakan infeksi baru,
meniadakan kematian akibat AIDS, dan meniadakan diskriminasi”. Untuk
mencapai 3 zero tersebut telah ditetapkan target 90% ODHA terdiagnosis,
90% ODHA minum obat ARV dan 90% ODHA mengalami virus HIV
tersupresi sebagai bukti keberhasilan pengobatan ARV.
Berdasarkan data SIHA sampai dengan bulan Desember, kita telah
menemukan 77% ODHA mengetahui status, namun baru mencapai 26%
ODHA yang mengetahui status on ARV dan baru 23% ODHA on ARV di tes
VL dan virusnya tersupresi. Tentu ini merupakan tantangan kita dalam
mencapai eliminasi di tahun 2030.
Pengobatan HIV AIDS adalah pengobatan kronis, jangka panjang dan
seumur hidup. Oleh karena itu Perawatan dan pengobatan HIV yang
berkualitas perlu dilakukan secara khusus dengan memperhatikan
hubungan antar fasilitas kesehatan agar semakin maksimal pelayanananya
sebagai bagian integral dari rangkaian perawatan.
Pandemi Covid-19 saat ini memberikan tantangan sekaligus peluang
dalam mengoptimalkan ketersediaan layanan pengobatan HIV. Baik
ketersediaan sumber daya manusia, sarana maupun prasarana yang
layanannya diberikan dengan optimal, keteguhan dan semangat yang kuat,
agar terlaksana program pengendalian infeksi HIV dan IMS yang terbaik di
Indonesia. Sebagai daerah dengan epidemic yang meluas, temuan kasus
HIV AIDS dan PIMS secara dini perlu dilakukan kepada semua pasien yang
datang ke layanan kesehatan baik rawat jalan atau rawat inap, sedangkan

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[125]
temuan kasus dini pada semua populasi kunci melalui skrining rutin setiap 3
bulan.
2. Percepatan pencapaian target diharapkan dapat dilakukan dengan
mensinergikan rencana pelaksanaan kegiatan dan penguatan
manajemen dan layanan melalui kegiatan mentoring Program HIV AIDS
dan PIMS. Kegiatan dilaksanakan dalam 4 angkatan yaitu: 18 - 22
Oktober 2021 (daring), 26 – 29 Oktober 2021 (daring), 02 – 05 November
2021 (Hotel Aston, Bangka) dan 09 – 12 November 2021 (daring)

- Orientasi Jejaring Laboratorium Nasional


Berdasarkan estimasi, epidemi HIV di Indonesia saat ini merupakan
Epidemi Terkonsentrasi dengan prevalensi HIV pada usia dewasa > 15
tahun sebesar 0,26%. Namun untuk Papua dan Papua Barat merupakan
Epidemi Meluas tingkat rendah sebesar 2,3%. Berdasarkan estimasi, pada
tahun 2020 terdapat 543.100 ODHA di Indonesia. Upaya pencegahan dan
Pengendalian HIV terus dilakukan dan diupayakan agar terus menurun dan
diharapkan tercapai 3 Zeros pada tahun 2030 dimana tidak ada kasus baru,
tidak ditemukan kematian akibat AIDS dan tidak ada stigma dan deskriminasi
terkait HIV AIDS.
Upaya pencapaian target pencegahan dan pengendalian HIV AIDS
tahun 2030 diukur dengan tercapainya 95% ODHA ditemukan, 95% ODHA
yang ditemukan mendapatkan pengobatan dan 95 ODHA yang dalam
pengobatan mencapai supresi virus. Upaya ini sangat tergantung dengan
tersedianya layanan maupun logistik yang dapat diakses oleh masyarakat
dan dijamin mutunya. Perluasan layanan terus dilakukan baik penambahan
layanan baru maupun peningkatan kapasitas layanan sehingga menjadi
Layanan Tes dan Pengobatan yang komprehensif melalui strategi Tes and
Treat. Upaya peluasan layanan juga dilakukan dengan terbentuknya jejaring
layanan sehingga mulai dari upaya deteksi dini dapat ditindaklanjuti sesuai
kebutuhan, yaitu terkoneksi dengan layanan pencegahan bagi yang belum
terinfeksi untuk menjaga status tetap negatif HIV maupun jaminan
mendapatkan pengobatan bagi ODHA yang baru ditemukan.
Upaya perluasan dan jejaring layanan juga perlu didukung dengan
keterlibatan lintas program maupun lintas sektor. Oleh karena itu koordinasi
dan Kerjasama lintas sektor perlu terus dilakukan. Upaya penemuan
dilakukan baik populasi kunci maupun populasi umum (ibu hamil, pasien
TBC, pasien IMS, pasien Hepatitis) pada semua layanan Kesehatan. Upaya
penemuan juga dilakukan melalui skrining labu darah sehingga upaya
pencegahan melalui skrining labu darah maupun upaya pengobatan dari

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[126]
kasus yang ditemukan dapat dilakukan secara efektif. Koordinasi dan
Kerjasama dengan unit pelayanan transfusi darah perlu dikuatkan.
Dukungan pencapaian Triple 95 pada tahun 2030 juga sangat
dipengaruhi tersedianya layanan dan produk diagnostik yang memadai dan
dijamin kualitasnya. Jaminan kualitas layanan diagnostik (laboratorium) juga
dilakukan melalui pelaksanaan Pemantapan Mutu. Setiap layanan didorong
untuk melakukan upaya penjaminan mutu layanan laboratorium
sebagaimana dimandatkan pada peraturan terkait. Upaya penjaminan mutu
juga termasuk dengan pengendalian mutu reagen yang beredar. Melalui
Direktorat terkait diharapkan penguatan pengawasan produk khususnya
reagen HIV dan IMS terus dilakukan, dipantau dan dikomunikasikan pada
pihak-pihak terkait dilaksanakan secara luring di Hotel Claro, Makassar
Tanggal 14-18 Juni 2021

- Rangkaian Hari AIDS Sedunia (Pagu: Rp. 17.000.000, Realisasi:


3.300.000)
Tanggal 1 Desember diperingati sebagai Hari AIDS Sedunia, momen itu
dilahirkan untuk menumbuhkan kesadaran semua orang terhadap
penyakit Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) yang disebabkan
oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang menyerang sistem
kekebalan tubuh pada manusia.
Tema global yang disepakati adalah End Inegualities.End AIDS.End
Pandemic. Kita menjabarkan tema global ini menjadi tema nasional Akhiri
AIDS: Cegah HIV, Akses Untuk Semua. Tema nasional dan tema global ini
mengajak kita semua, segenap pemangku kepentingan beserta seluruh
lapisan masyarakat untuk semakin memperkuat komitmen, peranserta dan
dukungan kita serta bergerak, bekerjasama dan bersinergi dalam
melaksanakan pencegahan dan pengendalian HIV AIDS, guna mencapai
Ending AIDS tahun 2030.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[127]
B. Pendidikan dan Pelatihan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
TBC
Anggaran: Rp. 60.000.000
Realisasi: Rp. 33.297.400

1. Peningkatan kapasitas Program Pencegahan dan Pengendalian


TBC
Kegiatan
- Orientasi TBC RO
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah mengeluarkan
Keputusan Nomor HK.01.07/MENKES/350/2017 tentang Rumah Sakit dan
Balai Kesehatan Pelaksana Layanan TBC RO. Keputusan Menteri
Kesehatan (KMK) tersebut menunjuk 360 Rumah Sakit dan Balai Kesehatan
Pelaksana Layanan Tuberkulosis Resistan Obat (TBC RO) di 288
Kabupaten / Kota. Kondisi saat ini, Indonesia telah memiliki 317 Rumah Sakit
dan Balai Kesehatan Pelaksana Layanan TBC RO (per Agustus 2021).
Masih terdapat fasyankes yang ditunjuk dalam KMK 350/2017 yang belum
membuka layanan TBC RO. Diharapkan bahwa pada tahun 2021 seluruh
Rumah Sakit dan Balai Kesehatan Pelaksana Layanan TBC RO yang
ditunjuk dalam KMK dapat segera aktif dan seluruh kab/kota di Indonesia
memiliki minimal 1 (satu) pusat layanan TBC RO.
Selain tantangan dalam pengembangan layanan TBC RO, masih kurang
optimalnya peningkatan kualitas layanan TBC RO juga menjadi tantangan
dalam penanggulangan TBC RO saat ini. Kendati telah tersedia
pembiayaannya oleh program, namun kegiatan peningkatan kualitas
layanan TBC RO seperti mentoring klinis dan audit klinis masih belum
berjalan optimal di setiap provinsi. Menindaklanjuti hal tersebut, Program TB
Nasional akan mengadakan workshop orientasi TBC RO bagi RS Layanan
TBC RO dengan Dinas Kesehatan Provinsi salah satunya untuk membahas
mekanisme mentoring klinis TBC RO, melakukan pengisian benchmarking
tools TBC RO, dan monitoring data fasyankes TBC RO di SITB dan lainnya.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[128]
- Orientasi Manajemen TBC Anak dan TBC Laten
Bertepatan dengan Peringatan Hari Anak Nasional tanggal 23 Juli 2021,
Kementerian Kesehatan melaksanakan serangkaian kegiatan Peningkatan
Pengetahuan Mengenai Tuberkulosis Anak dan Terapi Pencegahan
Tuberkulosis dalam rangka menyambut Hari Anak Nasional Tahun 2021.
Rangkaian kegiatan TBC dalam peringatan Hari Anak Nasional ini meliputi
kegiatan TikDok Video Campaign, Lomba Poster Anak sekolah, Lomba
video Edukasi TBC, Orientasi Manajemen dan Tatalaksana TBC Anak &
TBC Laten di Indonesia, Talkshow Live, Pembacaan Buku Cerita “Hore, Tibi
Sembuh!”, dan Sosialisasi Pedoman Sekolah Peduli TBC. Sehingga tujuan
umum dari rangkaian kegiatan ini adalah meningkatkan pengetahuan
kepada peserta kegiatan mengenai TBC anak dan TPT.

Pengantar, Sambutan dan Panel 1 dan 2


Pengantar, moderator dan pembicara

Output - Terlaksananya Orientasi Workshop Test and Treat bagi Pelatih di daerah
- Terlaksananya Orientasi Mentoring Program HIV AIDS dan PIMS di 514
Kabupaten/kota
- Terlaksananya Orientasi Jejaring Laboratorium Nasional
- Terselenggaranya Hari AIDS Sedunia
- Terlaksananya Peningkatan Kapasitas Program pencegahan dan
pengendalian TBC

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[129]
Outcome - Meningkatnya kapasitas Petugas dalam melaksanakan Test and Treat di
layanan
- Meningkatnya kapasitas petugas dalam melaksanakan mentoring
program HIV AIDS dan PIMS
- Tersosialisasinya Program Pencegahan dan Pengendalian HIV AIDS &
PIMS
- Terkoordinasinya jejaring rujukan pemeriksaan HIV dalam upaya Test
and Treat
- Adanya penguatan penemuan kasus, rujukan diagnosis dan monitoring
pengobatan program HIV AIDS dan PIMS
- Meningkatnya pemahaman masyarakat tentang P2TBC dan
meningkatnya Kapasitas tenaga kesehatan tentang Program
pencegahan dan pengendalian TBC
Benefit - Meningkatkan kemampuan SDM Program HIV AIDS dan PIMS sehingga
mampu melaksanakan manajemen program dan tatalaksana kasus
dengan baik.
- Meningkatnya persentase masyarakat yang dapat dicegah dan
dikendalikan dari TBC.
Impact - Menurunkan angka kesakitan dan kematian pada ODHA
- Menurunnya insidensi TBC dan Menurunnya kematian akibat TBC

Fasilitasi dan Pembinaan Pemerintah Daerah


Input A. Bimbingan Teknis Pencegahan dan Pengendalian Penyakit HIV
AIDS
Anggaran: Rp. 2.086.445.000
Realisasi: Rp. 1.491.947.000

1. Pendampingan/ Fasilitatif Program HIV AIDS


Pendampingan dan Fasilitatif Program HIV ke Provinsi/Kab/Kota
(Pagu: Rp. 128.800.000, Realisasi: Rp. 127.713.700)

Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dalam rangka melakukan bimbingan


teknis, pendampingan kepada daerah yang melaksanakan kegiatan berupa
menghadiri pertemuan/ undangan yang tidak dibiayai oleh pihak
penyelenggara kegiatan dilaksanakan di Jawa Barat, Banten, DI Yogyakarta,
Sulawesi Barat, Aceh, Jawa Timur dan Sulawesi Utara

B. Bimbingan Teknis Pencegahan dan Pengendalian Penyakit IMS


Anggaran: Rp. 105.852.000
Realisasi: Rp. 82.515.700

1. Pendampingan/ Fasilitatif Program IMS


Kegiatan tersebut dilaksanakan dalam rangka pemberian konsultasi dan
bimbingan teknis terhadap pelaksanaan program IMS di daerah tertentu.
Kegiatan ini dilaksanakan di Bangka Belitung, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Sulawesi Tengah, Papua, Di Yogyakarta dan DKI Jakarta

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[130]
C. Bimbingan Teknis Pencegahan dan Pengendalian Penyakit TBC
Anggaran: Rp. 856.165.000
Realisasi: Rp. 855.683.950

1. Pelaksanaan Bimbingan Teknis Pencegahan dan Pengendalian


Penyakit TBC

a. Kegiatan Surveilans, Monitoring dan Evaluasi Program TBC


Supervisi program kesehatan adalah kegiatan pembinaan untuk
meperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi proses pelaksanaan
program kesehatan di lapangan. Supervisi di tingkat pusat ke tingkat
di bawahnya merupakan penerapan fungsi pengawasan dan
pembinaan kepada dinas Kesehatan provinsi/kab/kota dalam
pelaksanaan program TBC nasioanl, kegiatan ini diharapkan akan
menjadi rolemode dinas kesehatan dalam melakukan pengawasan
dan pembinaan dilevel dibawahnya yakni fasilitas layanan
Kesehatan.
Pelaksanaan program TBC nasional pada tahun 2020 belum
mencapai target yang ada di Rencana Strategi Nasional. Adapun
capaian indikator TBC di Tahun 2020 masih perlu ditingkatkan
pencapaiannya ialah angka notifikasi kasus TBC (treatment
coverage), angka keberhasilan pengobatan kasus TBC (treatment
Success rate), persentase kasus TBC yang mengetahui status HIV,
kasus TBCHIV positif yang mendapatkan ART, jumlah anak usia < 5
tahun yang kontak dengan pasien TBC yang mendapatkan PPINH,
utilisasi mesin Tes Cepat Molekuler (TCM), dan stok OAT di Kab/
Kota.

b. Pertemuan Evaluasi Binwil Program P2P dan Implementasi PIS


PK
Upaya penanggulangan Covid1-9 di Provinsi Sulawesi Barat dapat
diketahui melalui indikator yang menggambarkan kecukupan
kapasitas sistem kesehatan dalam merespon transimsi Covid 19.
Indikator-indikator level transmisi dan level kapasitas responn diukur
tiap hari, sedangkan level pandemi diukur tiap minggu di suatu

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[131]
wilayah epidemiologi. Wilayah epidemiologi berupa satu
kabupaten/kota atau lebih atau satu provinsi atau lebih. Level situasi
pandemi Provinsi Sulawesi Barat dan kabupatennya
menggambarkan situasi level tingkat 3 dalam beberapa waktuyang
cukup lama setelah dievaluasi indikator per hari atau per minggu.
Capaian program ISPA dan TBC pun mengalami dampak kondisi
diatas, dimana capaian penemuan kasus TBC di Provinsi Sulawesi
Barat Tahun 2020 sebesar 43 % (target 90%), sehingga masih
terdapat GAP sekitar 47 % belum ditemukan. Sehubungan dengan
hal tersebut perlu diupayakan integrasi program ISPA dan TBC yang
terintegrasi dengan kegiatan penanggulangan Covid-19 melalui 3T
(Testing, Tracing dan Treatment) sekaligus upaya percepatan
pencegahan dan penegndalian Covid 19 di Provinsi Sulawesi Barat.

c. Advokasi dan Kemitraan Program TBC di Daerah


Infeksi HIV merupakan faktor risiko yang sangat bermakna untuk
terkena infeksi dan penyakit tuberculosis (TBC). Di antara orang
dengan HIV (ODHIV), TBC merupakan penyakit infeksi oportunistik
yang menyebabkan kematian terbesar. Sejak lebih dari satu dekade,
pengobatan pencegahan TBC (TB preventive treatment/ TPT) pada
ODHIV sudah direkomendasikan secara global, dilakukan di semua
negara, dan termasuk dalam prosedur perawatan ODHIV standard
dalam juknis perawatan HIV baik nasional maupun internasional.
Namun demikian, cakupan pengobatan pencegahan TBC pada
ODHIV masih sangat rendah di Indonesia. Sementara negara-negara
lain dengan situasi ekonomi, sumber daya manusia, pendapatan lebih
rendah dari Indonesia sudah mempunyai cakupan yang jauh lebih
tinggi dari Indonesia, misalnya Myanmar, Thailand, Kamboja, dan
Filipina. Hal ini menunjukan bahwa TPT ini mampu laksana dan tidak
berbiaya tinggi.
Laporan Global TB Report tahun 2020 menunjukkan cakupan TPT
pada ODHIV masih rendah (12% dari target 40% yang diharapkan). Di
Kota Yogyakarta saat ini cakupan ODHIV yang diberikan TPT masih
kurang dari 10%. Tahun 2021 menjadi tahun yang berat bagi negara-
negara di dunia termasuk Indonesia. Pandemi COVID 19

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[132]
menyebabkan krisis kesehatan yang berdampak pada kelompok
rentan salah satunya adalah ODHIV. Akses ODHIV terhadap
perawatan kesehatan menjadi terbatas. Untuk mendorong
peningkatan pemberian TPT pada ODHIV di kota Yogyakarta,
diperlukan upaya yang komprehensif dan kerjasama dari berbagai
elemen masyarakat dan pemerintah

D. Bimbingan Teknis Pencegahan dan Pengendalian Penyakit HIV


AIDS di Papua dan Papua Barat
Anggaran: Rp. 245.520.000
Realisasi: 242.123.500

1. Pendampingan Lokus Papua dan Papua Barat


Indonesia diharapkan 10 tahun lagi mampu mengendalikan penyakit HIV
AIDS dengan mencapai 3 (tiga) zero yaitu: “meniadakan infeksi baru,
meniadakan kematian akibat AIDS, dan meniadakan diskriminasi”. Untuk
mencapai 3 zero tersebut telah ditetapkan target 90% ODHA terdiagnosis,
90% ODHA minum obat ARV dan 90% ODHA mengalami virus HIV
tersupresi sebagai bukti keberhasilan pengobatan ARV.
Pengobatan HIV AIDS adalah pengobatan kronis, jangka panjang dan
seumur hidup. Oleh karena itu Perawatan dan pengobatan HIV yang
berkualitas perlu dilakukan secara khusus dengan memperhatikan
hubungan antar fasilitas kesehatan agar semakin maksimal pelayanananya
sebagai bagian integral dari rangkaian perawatan.
Percepatan pencapaian target diharapkan dapat dilakukan dengan
mensinergikan rencana pelaksanaan kegiatan dan penguatan manajemen
dan layanan melalui kegiatan bimbingan teknis Program HIV AIDS dan PIMS
ke tanah Papua.
Bimbingan teknis pencegahan dan pengendalian HIV AIDS di Papua
dan Papua Barat merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka pembinaan
daerah Papua dan Papua Barat melalui bimbingan teknis terkait pencegahan
dan pengendalian HIV AIDS dilaksanakan di kabupaten Boven Digoel
tanggal 13-16 April 2021, Kab Teluk Bintuni tanggal 20-23 April 2021, di Kab
Deiyai tanggal 27 - 30 April 2021 dan di Kab Dogiyai tanggal 27-30 April 2021

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[133]
E. Bimbingan Teknis Pencegahan dan Pengendalian Penyakit TBC di
Papua dan Papua Barat
Anggaran: Rp. 84.600.000
Realisasi: Rp. 82.792.150

1. Bimbingan Teknis Pencegahan dan Pengendalian Penyakit TBC di


Papua dan Papua Barat
a. Kegiatan Pendampingan kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan
Kab/ Kota dalam Pelaksanaan Program TBC dengan Capaian
Rendah
Supervisi program kesehatan adalah kegiatan pembinaan untuk
memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi proses pelaksanaan
program kesehatan di lapangan. Supervisi di tingkat pusat ke tingkat
di bawahnya merupakan penerapan fungsi pengawasan dan
pembinaan kepada dinas Kesehatan provinsi/kab/kota dalam
pelaksanaan program TBC nasional, kegiatan ini diharapkan akan
menjadi role model dinas kesehatan dalam melakukan pengawasan
dan pembinaan di level di bawahnya yakni fasilitas layanan
Kesehatan.
Pelaksanaan program TBC nasional pada tahun 2020 belum
mencapai target yang ada di Rencana Strategi Nasional. Adapun
capaian indikator TBC di Tahun 2020 masih perlu ditingkatkan
pencapaiannya ialah angka notifikasi kasus TBC (treatment
coverage), angka keberhasilan pengobatan kasus TBC (treatment
Success rate), persentase kasus TBC yang mengetahui status HIV,
kasus TBC HIV positif yang mendapatkan ART, jumlah anak usia < 5
tahun yang kontak dengan pasien TBC yang mendapatkan PPINH,
utilisasi mesin Tes Cepat Molekuler (TCM), dan stock OAT di
Kabupaten/ Kota, terutama di Provinsi Papua dan Papua Barat.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[134]
Output - Terlaksananya Bimbingan Teknis Pencegahan dan Pengendalian HIV
AIDS
- Terlaksananya Bimbingan Teknis Pencegahan dan Pengendalian IMS
- Terlaksananya Bimbingan Teknis Pencegahan dan Pengendalian HIV
AIDS di Papua dan Papua Barat
- Terselenggaranya Bimbingan Teknis Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit TBC DI Provinsi Papua dan Papua Barat.
Outcome - Peningkatan kualitas program HIV AIDS dan PIMS
- Pelaksana Program P2TB dapat menyelenggarakan program sesuai
dengan pedoman Teknis Pencegahan dan Pengendalian Penyakit TBC
Benefit - Dengan adanya kegiatan Bimbingan teknis, pendampingan, supervisi
serta monitoring dan evaluasi diharapkan kualitas pelaksanaan Program
HIV AIDS dan PIMS berjalan lebih optimal
- Meningkatnya persentase masyarakat yang dapat dicegah dan
dikendalikan dari TBC.
Impact - Kinerja program bisa berjalan optimal sehingga deteksi dini dalam
penemuan kasus HIV dan IMS meningkat
- Menurunnya insidensi TBC dan kematian akibat TBC.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[135]
C. Penyakit Tidak Menular

A. Koordinasi Pelaksanaan pencegahan dan Pengendalian Penyakit Diabetes


1) Pertemuan Lintas Sektor
Anggaran : Rp. 324.920.000
Realisasi : Rp 316.614.846
Masukan (input) Alokasi anggaran sebesar Rp. 324.920.000 dengan
realisasi sebesar Rp 316.614.846
Luaran (output) Penanganan Pandemi Covid-19
Hasil (outcome) terlaksananya penanganan Pandemi covid-19
Manfaat (benefit) Masyarakat mendapatkan informasi dan penanganan
terkait dengan Covid-19
2) Pendampingan pelaksanaan vaksinasi COVID-19 (lanjutan)
Masukan (input) Alokasi anggaran sebesar Rp. 54.800.000 dengan
realisasi sebesar Rp 52.380.00
Luaran (output) Pendampingan pelaksanaan vaksinasi Covid-19
Hasil (outcome) terlaksananya pendampingan pelaksanaan vaksinasi
Covid-19
Manfaat (benefit) Masyarakat mendapatkan informasi dan pendampingan
pelaksanaan vaksinasi Covid-19
Dampak (impact) Peningkatan pelasanaan vaksinasi Covid-19 di Indonesia
B. Jejaring kemiteraan
1) Jejaring kermitraan pencegahan dan pengendalian DM
Jejaring kermitraan pencegahan dan pengendalian DM Masukan (input)
Alokasi anggaran sebesar Rp. 86.990.000 dengan realisasi sebesar Rp
59.937.500,- Kegiatan yang dilakukan adalah:
1. Rapat program Kampus Sehat Kegiatan ini dilakukan dengan beberapa
rapat yaitu: Rapat 1 tanggal 22 Januari 2021 dengan agenda Rapat
koordinasi dan sinkronisa si Program Kampus Sehat P2PTM dan Program
Kampus Sehat Promkes, Rapat 2 tanggal 11 Februari 2021 dengan
agenda Membahas perkembangan pelaksanaan program Kampus Sehat
(progress, kendala, best practices) serta masukan dari empat lokus uji
coba
2. Rapat Adaptasi, Validasi dari Finnish Diabetes Risk Score (FINDRISC)
untuk mendiagnosa pasien diabetes dan disglikemia dalam screening
populasi diabetes di Indonesia. Dihadiri oleh Direktur P2PTM dr. cut Putri
arianie, MH.Kes dan Tim peneliti: Apt. Bustanul Arifin, M.Sc, MPH, Ph.D,
Apt. M. Rifqi Rokhman, M.Sc, Dr. dr. Zulkarnain, M.Sc, Apt. Dr. Satibi,
Prof. Apt. Dyah Aryani Perwitasari, Ph.D, Cornelis Boersma, Ph.D, Jurjen
van der Schans, Ph.D, Prof. Maarten J. Postma, Ph.D
3. Rapat Pembahasan Review Pedoman Pencegahan Dan Penanggulangan
Kegemukan Dan Obesitas Pada Anak Sekolah. Kegiatan ini dilakukan
dengan beberapa rapat yaitu: Rapat 1 tanggal 25 Februari 2021 dengan
agenda Rapat koordinasi dan sinkronisasi penguatan program PTM pada

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[136]
anak, Rapat tanggal 8 April 2021 dengan agenda membahas intervensi
terhadap 3 aspek ini yang memberikan peranan dalam mengatasi
obesitas. Kegiatan dihadiri oleh Direktorat Gizi, Direktorat Kesga,
Direktorat PKP, Balitbangkes IDAI, HISOBI, Dit. P2PTM
4. Rapat Penyusunan Roadmap DM Kegiatan ini dilakukan dengan
beberapa rapat yaitu: Rapat tanggal 8 November 2021 dengan agenda
Membahas kerangka Roadmap deng output promotif, preventive dan
kurative. Kegiatan dihadiri oleh Plt. Direktur P2PTM, PERKENI: Prof.
Pradana, Dr. Tri Juli, BALITBANGKES Prof. Ekowati Rahajeng, IDAI: dr.
M. Faizi, Dr. Frieda S, Dit. Farmalkes Dr. Cut Putri, WHO: Bu Dina,
HISOBI: dr. Wishnu.
2) Koordinasi Pembentukan Komitmen Gerakan Nasional Lawan Obesitas
Masukan (input) Alokasi anggaran sebesar Rp. 27.580.000 dengan
realisasi sebesar Rp 26.030.500,- Kegiatan ini dilakukan dengan beberapa
rapat yaitu: Rapat 1 tanggal 22 April 2021 dan Rapat 2 tanggal 7 Mei 2021
dengan agenda koordinasi pembentukan komitmen Nasional lawan
Obesitas dengan kementerian lembaga dalam rangka Sosialisasi
penanganan terkini obesitas dan Prediabetes di FKTP. Kegiatan dihadiri
oleh Plt. Direktur P2PTM, PERKENI: Prof. Pradana Soewondo dan Dr.
Fatimah Eliana. T
Luaran (output) Terlaksananya Pembentukan Komitmen nasional Lawan
Obesitas (GENTAS)
Hasil (outcome): Terlaksananya Pembentukan Komitmen nasional Lawan
Obesitas (GENTAS)
Manfaat (benefit): Terlaksananya dukungan Kementerian dan Lembaga dan
Komitmen nasional Lawan Obesitas (GENTAS)
Dampak (impact): Adanya dukungan Kementerian dan Lembaga dalam
Lawan Obesitas (GENTAS)
3) Program Kampus Sehat
Input : Alokasi anggaran sebesar Rp. 112.790.000,- dengan realisasi
sebesar Rp. 98.420.770,-Tujuan kegiatan ini adalah agar Pedoman
Kampus Sehat sederhana, aplikatif, dan mampu laksana tetapi mampu
menjadi pintu masuk berbagai program strategis di Kementerian
Kesehatan. Kegiatan ini dilakukan dengan beberapa kegiatan yaitu:
Penyempurnaan kompilasi pedoman, Advokasi dan Audiensi Virtual dan
Pemantauan Pelaksanaan Kampus Sehat yang dilaksankan di universitas
Dipenogoro pada tanggal 22 -24 November 2021
• Luaran (output) Terlaksananya Program Kampus Sehat
• Hasil (outcome): Terlaksananya Jejaring dan Kemitraan Program
Kampus Sehat
• Manfaat (benefit): Terlaksananya dukungan lintas program dalam
program Kampus Sehat.
• Dampak (impact): Adanya dukungan lintas program dalam program
Kampus Sehat

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[137]
C. Sosialisasi dan Desiminasi
1) Media Briefing P2PTM
Masukan (input) Alokasi anggaran sebesar Rp 37.740.000,- dan realisasi
sebesar Rp 31.478.000,- Kegiatan terdiri dari : Rangkaian Peringatan Hari
Diabetes Sedunia Tahun 2021 Memberikan informasi dan edukasi kepada
petugas kesehatan, pemegang program P2PTM dan pemerhati diabetes
tentang layanan diabetes dan Meningkatkan kesadaraan dan kepedulian
masyarakat akan pentingnya pencegahan dan pengendalian Diabetesujuan
Kegiatan:
1. Memberikan informasi dan edukasi kepada petugas kesehatan,
pemegang program P2PTM dan pemerhati diabetes tentang layanan
diabetes.
2. Meningkatkan kesadaraan dan kepedulian masyarakat akan pentingnya
pencegahan dan pengendalian Diabetes
Sasaran :
a. Pemerintah Daerah
b. Fasilitas Pelayanan Kesehatan (RS, Puskesmas, Klinik dan Dokter
Praktik Mandiri
c. Organisasi Profesi
d. Organisasi Wanita
e. Masyarakat
Tema Internasional :
“Access to Diabetes Care”
Tema Nasional :
“Manfaatkan Layanan Diabetes”
Tagline :

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[138]
"Diabetes: Cegah dengan CERDIK, Kelola dengan PATUH"
Rangkaian Kegiatan:
1) Peringatan hari Diabetes merupakan momentum yang baik dalam
menyebarluaskan informasi tentang Diabetes Melitus yang bertujuan
untuk memberikan Edukasi terhadap kesadaran masyarakat dalam
pencegahan dan pengendalian Diabetes melitus harus terus dilakukan,
perlu peran semua mitra untuk melakukan inovasi dalam pencegahan
dan pengendalian DM. Kegiatan media briefing dilakukan sebagai
pendekatan kepada wartawan, untuk menyebarkan informasi tentang
faktor risiko DMGM dan cara pengendaliannya. Kegiatan media briefing
sedunia dilaksanakan pada tanggal 15 November 2021, dengan
narasumber: Dr. dr. Tri Juli Edi Tarigan, Sp.PD-KEMD, FINASIM
(PERKENI), dan dr.Leny Pintowari, Sp.K.O.

2) Talkshow di Radio
Kegiatan Talkshow di Radio dilaksanakan pada tanggal 17 November 2021
di Radio Kemenkes RI dengan narasumber: dr.rulli Rosandi, Sp.PD-K-EMD
(PERKENI).

3) Sosialisasi Promotif dan Preventif


Input : Alokasi anggaran sebesar Rp. 674.763.000,- dengan realisasi
sebesar Rp. 610.124.907,
1. Kabupaten Sukoharjo Provinsi Jawa Tengah, kegiatan dilaksanakan
pada tanggal 5 – 7 Oktober 2021 dihadiri oleh 200 orang peserta terdiri

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[139]
dari masyarakat dan petugas kesehatan dari Dinas Kesehatan Provinsi,
Kab/Kota selain kegiatan GERMAS Kegiatan yang dilakukan berupa
Sosialisasi Promotif dan Preventif Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular
Melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

2. Kota Padang, provinsi Sumatera Barat, kegiatan dilaksanakan pada


tanggal 21 - 23 Juni 2021 dihadiri oleh 200 orang peserta terdiri dari
masyarakat dan petugas kesehatan dari Dinas Kesehatan Provinsi,
Kab/Kota selain kegiatan GERMAS Kegiatan yang dilakukan berupa
Sosialisasi Promotif dan Preventif Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular
Melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.

3. Kabupaten Cirebon, kegiatan dilaksanakan pada tanggal 2-4


September 2021 dihadiri oleh 200 orang peserta terdiri dari masyarakat
dan petugas kesehatan dari Dinas Kesehatan Provinsi, Kab/Kota selain
kegiatan GERMAS juga dilaksanakan vaksinasi covid-19. Kegiatan
yang dilakukan berupa Sosialisasi Promotif dan Preventif Faktor Risiko
Penyakit Tidak Menular Melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[140]
4. Kabupaten Lampung Selatan, provinsi Lampung, kegiatan
dilaksanakan pada tanggal 6- 9 Oktober 2021 dihadiri oleh 1.200 orang
peserta terdiri dari masyarakat dan petugas kesehatan dari Dinas
Kesehatan Provinsi, Kab/Kota selain kegiatan GERMAS juga
dilaksanakan vaksinasi covid-19. Kegiatan yang dilakukan berupa
Sosialisasi Promotif dan Preventif Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular
Melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat dan vaksinasi Covid-19.

• Luaran (output): Terlaksananya Layanan Sosialisasi Deteksi Dini


Faktor Risiko PTM
• Hasil (outcome): Tersosialisasinya germas pada masyarakat dalam
mendukung program pencegahan dan pengendalian faktor risiko DM
• Manfaat (benefit): Tersebarnya informasi ke masyarakat tentang
program dan pencegahan dan pengendalian Faktor risiko DM
• Dampak (impact): Meningkatnya pemahaman masyarakat tentang
penyakit Faktor risiko
D. Webinar Pengelolaan Pre Diabetes di FKTP
Kegiatan dilaksanakan tanggal 18 november 2021di hadiri oleh Menteri
Kesehatan RI Ir. Budi Gunadi Sadiki, Plt. Direktur P2PTM dr. Elvieda
Sariwati, M. Epid dan Narasumber Prof. Dr. dr. Ketut Suaastika, Sp.PD-
KEMD ( PERKENI), Prof. Ekowati Rahajeng, SKM, M. Kes
(BALITBANGKES), dr. H. Mohamad Subuh, MPPM (ADINKES), dan Dr.
Rita Ramayulis, DCM, M. Kes (ISNA). Peserta webinar adalah pengelola
program P2PTM Dinas Kesehatan provinsi, Kab/Kota serta tenaga
Kesehatan di FKTP dan Poltekes di 34 provinsi. Peserta webinar mendapat
sertifikat elektronik yang ber SKP IDI, PAEI dan PERSAGI.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[141]
1) Media Briefing Hari Obesitas Sedunia Tahun 2021
Kegiatan dihadiri oleh Plt. Direktur Jenderal P2P Kemenkes RI Dr. dr. Maxi
Rein Rondonuwu, DHSM, MARS dan Narasumber Direktur P2PTM dr. Cut
Putri Arianie, MH.Kes IDAI: DR. Dr. I Gusti Lanang Sidiartha, Sp.A(K),
“Basic kejadian obesitas ada pada masa balita”, HISOBI: dr. Dicky L.
Tahapary, SpPD-KEMD, Ph.D., “Obesitas bisa dicegah” Kegiatan media
briefing dilakukan sebagai pendekatan kepada wartawan, untuk
menyebarkan informasi tentang obesitas dan cara pengendaliannya.
Kegiatan media briefing sedunia dilaksanakan pada tanggal 24 Maret 2022.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[142]
2) Seminar Online Update Pengelolaan Obesitas dan Prediabetes
Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 24 Maret 2022 dengan keynote
speaker Wakil Menteri kesehatan RI dr. Dante Saksono Harbuwono, SpPD-
KEMD, PhD Peembukaan oleh Direktur P2PTM dr. Cut Putri Arianie,
MH.Kes dan Narasumber PERKENI: Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-
KEMD), “Obesitas: Pencegahan dan Pengelolaan Obesitas di FKTP”,
HISOBI: Prof. Dr. dr. Pradana Soewondo, Sp.PD-KEMD “Pedoman
Pengelolaan Prediabetes Untuk Tenaga Kesehatan Di FKTP” dan Dit.
P2PTM dr. Theresia Sandra Diah Ratih, MHA “Pelayanan Terpadu PTM
(PANDU PTM)”

• Luaran (output):
1. Terlaksananya Layanan Pencegahan dan Pengendalian DMGM
2. Terlaksananya Layanan pengelolaan Prediabetes di FKTP

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[143]
3. Terlaksananya Layanan pengelolaan dan pencegahan Obesitas di
FKTP
• Hasil (outcome):
1. Terlaksananya TalkShow di radio dan media briefing Pencegahan dan
Pengendalian Daiabetes Melitus
2. Terlaksananya Layanan pengelolaan Prediabetes di FKTP
3. Terlaksananya Layanan pengelolaan dan pencegahan Obesitas di
FKTP
• Manfaat (benefit):
1. Terselenggaranya menyebarkan informasi tentang faktor risiko DM dan
cara pengendaliannya melalui radio, pendekatan kepada wartawan dan
untuk menyebarkan informasi tentang faktor risiko DM dan cara
pengendaliannya
2. Terlaksananya dukungan lintas program dan mitra yang peduli
pengelolaan prediabetes
3. dukungan lintas program dan mitra yang peduli pencegahan Obesitas
• Dampak (impact):
1. Tersebarnya informasi tentang DM dan cara pengendaliannnya
2. Adanya dukungan lintas program dam mitra yang peduli pada penyakit
prediabetes
3. dukungan lintas program dam mitra yang peduli pada penyakit Obesitas
3) Peningkatan Kesadaran Masyarakat dalam Melawan Obesitas
Input : Alokasi anggaran sebesar Rp. 195.742.000,- dengan realisasi
sebesar Rp. 195.742.000,-
1. Kabupaten Subang, provinsi Jawa Barat, kegiatan dilaksanakan pada
tanggal 3 – 6 September 2021 dihadiri oleh 1.200 orang peserta terdiri
dari masyarakat dan petugas kesehatan dari Dinas Kesehatan Provinsi,
Kab/Kota selain kegiatan GERMAS juga dilaksanakan vaksinasi covid-
19. Kegiatan yang dilakukan berupa Sosialisasi Promotif dan Preventif
Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular Melalui Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat dan vaksinasi Covid-19

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[144]
• Luaran (output) Terlaksananya peningkatan kesadaran masyarakat
dalam melawan obesitas
• Hasil (outcome): Terlaksananya peningkatan kesadaran masyarakat
dalam melawan obesitas
• Manfaat (Benefit): meningkatannya kesadaran masyarakat dalam
melawan obesitas
• Dampak (impact): meningkatannya kesadaran masyarakat dalam
melawan obesitas
E. Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK)
Review Pedoman Umum Pengendalian Diabetes
Input : Alokasi anggaran sebesar Rp. 227.524.500,- dengan realisasi
sebesar Rp. 174.098.500
1) Penyempurnaan Juknis DD penyakit mendukung penerapa GERMAS di
Lingkungan Kemenkes
Kegiatan dilaksanakan secara virtual dan tatap muka melibatkan, Direktorat
Gizi, Direktorat Kesehatan Keluarga, Dit. Kesehatan Kerja dan Olahraga, Dit
Pelayanan Kesesahatan, Dit. Gizi, Dit. P2ML, UPK, dengan beberapa kali
pembahasan yaitu: Pembahasan 1 tanggal 3 November 2021 terkait aplikasi
sehatPedia dan skrining Tb sebagai bahan masukan penyusunan juknis DD
ASN mendukung penerapan GERMAS di Kemenkes. Pembahasan 2 tanggal
10 N0vember 2021 agenda utama Untuk deteksi dini ini diharapkan bisa
mengakomodir jenis-jenis penyakit, menular dan PTM, tapi kesehatan jiwa,
kesehatan mata, kanker. Mekanismenya kerjanya bagaimana proses
programnya serta Bagaimana dengan SDM, Logistik dan Pembiayaan.
Logistiknya juga jelas contoh JKN skrining yang dilakukanharus lebih jelas.
Dan harus diperhatikan juga SDMnya UPK. Pembahasan 3 tanggal 19
November 2021 agenda Pembahasan spesifik upada gangguan
pengelihatan dan Pencegahan dan pengendalian Kanker leher Rahim dan
payudara Finalisasi Juknis DD penyakit mendukung penerapa GERMAS di
Lingkungan Kemenkes.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[145]
• Luaran (output)
Terlaksananya Juknis DD penyakit mendukung penerapa GERMAS di
Lingkungan Kemenkes
• Hasil (outcome)
Terlaksananya penyusunan Juknis DD penyakit mendukung penerapa
GERMAS di Lingkungan Kemenkes
• Manfaat (Benefit)
Tersusunnya Juknis DD penyakit mendukung penerapa GERMAS di
Lingkungan Kemenkes
• Dampak (impact)
Tersedianya Juknis DD penyakit mendukung penerapa GERMAS di
Lingkungan Kemenkes
2) Penyusunan Petunjuk Teknis Deteksi Dini dan Intervensi Obesitas Anak
Terintegrasi dengan Usaha Kesehatan Sekolah
Kegiatan dilaksanakan secara virtual melibatkan, Balitbangkes,Direktorat
Gizi, Direktorat Kesehatan Keluarga, Dit. Kesehatan Kerja dan Olahraga,
Dit Pelayanan Kesesahatan, Dit. Gizi, HISOBI, dan IDAI
➢ Prof. Dr. dr. Aryono Hendarto, Sp.A(K), MPH (UKK Nutrisi)
➢ dr. Ghaisani Fadiana, Sp.A(K) (UKK Endokrin)
➢ dr. Rachmat Wishnu, SpKO (HISOBI)
➢ Dr. dr. Bernie Endyarni Medise, Sp.A (K), MPH (Satgas remaja)
➢ Dr. Eka Laksmi Hidayati, Sp.A (K) (UKK Nefrologi)
Tujuan untuk membangun aplikasi sederhana yang mengakomodir
penentuan obesitas pada anak sekolah. Simulasi penentuan status gizi dari
IDAI menggunakan AnthroPlus serta Pembahasan rencana ujicoba skrining
gula darah pada anak obesitas.

• Luaran (output)
Terlaksananya Penyusunan Petunjuk Teknis Deteksi Dini dan
Intervensi Obesitas Anak Terintegrasi dengan Usaha Kesehatan
Sekolah

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[146]
• Hasil (outcome)
Terlaksananya Penyusunan Petunjuk Teknis Deteksi Dini dan
Intervensi Obesitas Anak Terintegrasi dengan Usaha Kesehatan
Sekolah
• Manfaat (Benefit)
Tersusunnya Petunjuk Teknis Deteksi Dini dan Intervensi Obesitas
Anak Terintegrasi dengan Usaha Kesehatan Sekolah
• Dampak (impact)
Tersedianya Petunjuk Teknis Deteksi Dini dan Intervensi Obesitas
Anak Terintegrasi dengan Usaha Kesehatan Sekolah.
3) Penyusunan Buku Seri Komik Obesitas untuk Anak
Kegiatan dilaksanakan secara virtual dan tatap muka melibatkan, Direktorat
Dit. Promkes, Dit. Gizi Dit. Kesjaor, PERSAGI, IDAI dan Tim Komikus,
dengan beberapa kali pembahasan yaitu: Pembahasan 1 tanggal 9 Juni
2021 terkait Penyusunan komik adalah lanjutan dari Komik Seri I tahun
2019.. Pembahasan 2 tanggal 16 Juni 2021 agenda Lanjutan dari
pertemuan I Pembahasan 3 tanggal 2021 agenda Pembahasan lanjutan
serta menindak lanjuti catatan sebelumnya antara lain Sudah dilakukan
perbaikan alur cerita.Nama-nama tokoh tambahan Pembahasan 4 tanggal
Rabu, 29 September 2021 Finalisasi tanggal 29 November 2021 (Hotel
Wyndham) Rapat dihadiri dan dibuka oleh Plt. Direktur P2PTM, Koordinator
substansi penyakit diabetes melitus dan gangguan metabolik ibu dr. Lily
Banonah Rivai, dengan narasumber dari HISOBI, WHO Representative
Indonesia (Kafi Lubis) dan Direktur Kesehatan Keluarga dan dihadiri oleh
Dit. Kesjaor, Dit. Kesga, Koordinator PJPD, PKGI, PKKD dan GIF, Kasubag
TU Dit P2ptm, Perwakilan IDAI (dr. Moretta Damayanti, M.Kes, SpA (K)
(UKK NPM IDAI), HISOBI, UNICEF Indonesia.(Astrid Citra Padmita, David
Colozz) dan Perwakilan dinas Kesehatan 34 Provinsi.
• Luaran (output)
Terlaksananya Buku Seri Komik Obesitas untuk Anak
• Hasil (outcome)
Penyusunan Buku Seri Komik Obesitas untuk Anak
• Manfaat (Benefit)
Tersusunnya Buku Seri Komik Obesitas untuk Anak
• Dampak (impact)
Tersedianya Petunjuk Buku Seri Komik Obesitas untuk Anak
F. Media komunikasi, informasi, edukasi pencegahan dan pengendalian

Pembuatan dan Pencetakan Media KIE FR PTM


• Input : Alokasi anggaran sebesar Rp. 479.550.000,- dengan realisasi
sebesar Rp. 472.127.000,-
• Luaran (output) Terlaksananya Pembuatan dan Pencetakan Media
KIE FR PTM
• Hasil (outcome) Terlaksananya Pembuatan dan Pencetakan Media
KIE FR PTM

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[147]
• Manfaat (Benefit) Termanfaatkannya Media KIE FR PTM
• Dampak (impact) Tersedianya Media KIE FR PTM
G. Pengadaan alat dan bahan kesehatan pencegahan dan pengendalian
Pengadaan Posbindu Kit
• Input : Alokasi anggaran sebesar Rp. 273.313.000,- dengan realisasi
sebesar Rp. 351.221.250,-
• Luaran (output) Terlaksananya Pengadaan Posbindu Kit
• Hasil (outcome) Terlaksananya Pengadaan Posbindu Kit
• Manfaat (Benefit) Termanfaatkannya Posbindu Kit
• Dampak (impact) Tersedianya Pengadaan Posbindu Kit

H. Bimbingan teknis pencegahan dan pengendalian penyakit Diabetus Melitus


Input : Alokasi anggaran sebesar Rp. 273.313.000,- dengan realisasi
sebesar Rp. 351.221.250,- Kegiatan dilaksanakan dengan tujuan:
Memberikan bimbingan teknis terkait tindak lanjut pengelolaan prediabetes
pada petugas di FKTP yang difokuskan pada Terlaksananya skrining
prediabetes di Posbindu dan Terlaksananya kegiatan intervensi
prediabetes mulai dari Posbindu dilanjutkan di Puskesmas. Kegiatan ini
melibatkan PERKENI, PDSKO, HISOBI dan ISNA. Adapun Provinsi yang
dilakukan adalah:
1) Bimbingan Teknis Pengelolaan Prediabetes Di FKTP Provinsi Kepulauan Riau
Kota Batam Tanggal 11 – 13 Oktober 2021
Tujuan Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan bimbingan teknis tindak
lanjut uji coba pedoman pengelolaan prediabetes untuk tenaga kesehatan
di Kota Batam khususnya di Puskesmas Tiban Baru dan Puskesmas Baloi
Permai.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[148]
2) Bimbingan Teknis Pengelolaan Prediabetes Di FKTP Provinsi Gorontalo
Kab.Bonebolango Tanggal 15 – 17 Oktober 2021
Rencana Tindak Lanjut:
• Petugas Puskesmas akan melakukan input data peserta uji coba
pengelolaan
• Prediabetes melalui google form identifikasi faktor risiko dan setelah
melakukan identifikasi serta intervensi maka selanjutnya petugas akan
melakukan input data peserta uji coba pengelolaan prediabetes di FKTP
melalui google form intervensi prediabetes yang telah disiapkan.
• Pengelola PTM Puskesmas memandang perlu menyediakan Buku
Kontrol Prediabetes sebagai media pemantauan bagi petugas

3) kegiatan dilakukan di Puskesmas Kakaskasen Kota Tomohon Puskesmas


Pangolombian Kota Tomohon
Tujuan Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan bimbingan teknis tindak
lanjut uji coba pedoman pengelolaan prediabetes untuk tenaga kesehatan
di Kota Batam khususnya di Puskesmas Kakaskasen Kota Tomohon
Puskesmas Pangolombian Kota Tomohon.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[149]
4) Bimbingan Teknis Pengelolaan Prediabetes Di FKTP Provinsi Kalimantan
Timur Kota Tomohon Tanggal 25 – 27 Oktober 2021
Tujuan Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan bimbingan teknis tindak
lanjut uji coba pedoman pengelolaan prediabetes untuk tenaga kesehatan
di Kota Batam khususnya di Dinas Kesehatan Kota Samarinda, Puskesmas
Remaja dan Puskesmas Baqa, Posbindu Sakura.

5) Bimbingan Teknis Bimbingan Teknis dan Orientasi Kampus Sehat di


Universitas diponegoro, Provinsi Jawa Tengah
Kegiatan bimbingan teknis dan uji petik orientasi kampus sehat ini
dilaksanakan pada tanggal 22 - 25 Novmeber 2021
• Luaran (output) Terlaksananya Bimbingan Teknis Implementasi
deteksi dini FR PTM
• Hasil (outcome) Terlaksananya Bimbingan Teknis Implementasi
deteksi dini FR PTM
• Manfaat (Benefit) Termanfaatkannya Bimbingan Teknis Implementasi
deteksi dini FR PTM
• Dampak (impact) Tersedianya Kesempatan memberikan Bimbingan
Teknis Implementasi deteksi dini FR PTM

PELAKSANAAN LAYANAN UPAYA BERHENTI MEROKOK (UBM)


A. Koordinasi Pelaksanaan Layanan UBM
Masukan (input) Alokasi anggaran sebesar Rp. 818.391.000,- dengan realisasi sebesar
Rp. 686.949.485,-(83,94%) Kegiatan terdiri dari:
1. Rapat Koordinasi Kemiteraan
a) Workshop/Seminar PRD dan DBHCHT (Fulday 70 orang)
b) Rapat Pemodelan Angka Estimasi Data Capaian Indikator RPJMN
(Persentase Merokok pada penduduk Usia 10-18 tahun)

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[150]
Dilaksanakan pada: 1) Selasa, 9 November 2021; 2) 26 November
2021
Tujuan kegiatan: untuk memenuhi kebutuhan data persentase
merokok penduduk usia 10-18 tahun (mekanisme atau metode
mendapatkan data tahunan) Peserta:1) Kepala Badan Pusat Statistik;
2) Kementerian PPN/Bappenas; 3) Kepala Badan Kebijakan
Pembangunan Kesehatan; 4) Kepala Pusat Data dan Informasi,
Kementerian Kesehatan; 5) Dr. dr. Triyunis Miko Wahono, MSc
(Departemen Epidemiologi, FKM Universitas Indonesia) dan 5).
Direktorat P2PTM. Kesimpulan dan Tindak Lanjut:
c) LS/LP dalam rangka Rakor Penguatan Kemitraan (Rekonsiliasi
Laporan Data Harian dan Capaian Vaksinasi Covid-19 Binwil P2P
PROV Sumsel tgl 29 November sd 2 Desember 2021.
Masih ditemukan gap/selisih data yang cukup besar sehingga
diselenggarakan Rekonsiliasi Laporan Data Harian dan Capaian
Vaksinasi Covid-19 yang bertujuan untuk mengsinkronkan data
vaksinasi COVID-19 dan stok vaksin dengan sinkronisasi data
penerima vaksin pada aplikasi P-Care dan manual, serta data vaksin
yang bersumber dari aplikasi SMILE, aplikasi satu data KCP PEN
melalui template excel update dari Kab/ Kota dan Provinsi.
Kegiatan:
d) Tanggal 29 November 2021, pukul 13.00 WIB s/d selesai,
dilaksanakan Rapat Kordinasi Vaksinasi Covid-19 Tingkat Provinsi
Sumsel di Ruang Rapat Dinkes Prov. Sumsel dengan peserta: 1) Ka.
Kesdam Kodam II Sriwijaya; 2) Ka. Bidokkes Polda Sumsel; 3)
Kemenkes RI yang terdiri dari: Plt. Direktur P2PTM Ditjen P2P,
Koordinator Substansi P2PKGI, JFT Substansi Imunisasi, dan JFT
Substansi P2PKGI; 4) Dinas Kesehatan Provinsi. Sumatera Selatan
yang terdiri dari: Kabid P2P, Ka.Bidang SDK, Kasi Farmalkes Bid.
SDK, Kasi Surveilans dan Imunisasi Bid. P2P; 5) Tim UNDP utk
aplikasi SMILE Prov. Sumsel.
e) Tanggal 30 November – 2 Desember 2021 di Hotel Beston
Palembang, dengan peserta dan narasumber pertemuan adalah:
Peserta Daerah: Seluruh/ 17 Kab/Kota di Provinsi Sumatera Selatan
dari program yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan vaksinasi,
masing-masing 2 orang yaitu: Bidang P2P, Seksi Surveilans dan
Imunisasi dan Bidang SDK seksi Kefarmasian.
Peserta Provinsi dan Lintas Program/lintas Sektor: Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi Sumatera Selatan,
Kepala Kesehatan Kodam II Sriwijaya, Bidokkes Polda Sumsel, BIN
Dareah Provinsi Sumatera Selatan, BPJS Kesehatan Kedeputian
Wilayah Sumsel, Babel dan Bengkulu, UNICEF Consultan Covid-19
Provincial Coordinator, Konsultan UNDP Sumsel, Dinkes Prov.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[151]
Sumsel: Kadinkes, Kabid P2P, Kabid SDK, Kasi Surveilans dan
Imunisasi, Kasi Kefarmasian.
Peserta Pusat: Plt. Direktur P2PTM Ditjen P2P, Koordinator
Substansi P2PKI, Bagian Perencanaan Program dan Informasi,
Sesditjen P2P, JFT Substansi Imunisasi, dan JFT Substansi
Imunisasi PKGI.
Narasumber dari Direktorat Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kementerian Dalam Negeri, Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Selatan.
f) Rencana Tindak Lanjut
1. Masing-masing kab/kota melakukan rekon yang sama dengan
puskesmas/faskes yang menyelenggarakan vaksinasi, sehingga
dapat diketahui gap/selisih data yang harus dikejar untuk
sinkronisasi data. Untuk data catatan manual yang belum
terinput harus segera diinput ke dalam P-Care, dan untuk
penerima vaksin yang datanya belum ada NIK perlu di
koordinasikan dengan Disdukcapil setempat.
2. Matrik excel data rekon ini harus dapat diinput setiap hari, dan
Setiap hari Selasa kab/kota harus mengirimkan data rekon ini ke
Provinsi dan Pusat sebagai bahan rapat dengan Menteri
Kesehatan. Pelaporan data Rekon Vaksinasi dengan
menggunakan format excel harus dikerjakan setiap hari oleh
Seksi Survim Dinkes Kab/Kota berkoordinasi dengan Seksi
Farmalkes yang dikirim ke Seksi Survim Bid P2 Dinkes Prov.
3. Apabila terjadi permasalahan dengan NIK, segera berkoordinasi
dengan Dinas Dukcapil Kab/Kota & Provinsi untuk penyelesaian.
4. Vaksinasi yang dilaksanakan oleh TNI - Kesdam II Sriwijaya di 8
Kodim se Provinsi Sumsel disepakati bersama untuk Dinkes
Kab/Kota membuatkan P-Care nya sehingga pelaporan data
capaian vaksinasi dapat masuk SMILE kab/kota sesuai identitas
peserta agar kejadian sebaran capaian seperti sekarang tidak
terjadi yaitu hanya 1 kab/ kota yang capaian vaksinnya tinggi
sedangkan capaian kab/kota yg lain dibawah 1 Kodim rendah.
5. Untuk pengiriman vaksin COVID-19 yang tidak sesuai
permintaan dari para Bupati ke Ditjen P2P yaitu Kab OKU & Kab
OKU Timur akan di cek ulang oleh pak Indra (PI, SesditjenP2P).
Bila sampai waktunya untuk pelaksanaan belum terselesaikan
dari Ditjen P2P, akan di realokasikan dari Kab OKU sesuai surat
permintaan Kab OKU Timur. (Kebijakan Dinkes Prov Sumsel)
6. Seksi Survim & Seksi Farmalkes Kab/ Kota wajib mendorong
Fasyankes untuk input data P-Care setiap hari nya agar gap data
yang ada semakin mengecil.
7. Untuk Vaksin Pfizer melalui BIN yang akan datang untuk 5
Kab/Kota di bulan Des 2021 ini juga, agar dalam

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[152]
pelaksanaannya tetap berkoordinasi dangan Dinkes Kab/ Kota
yang bersdangkutan, dan untuk vaksin Pfizer BIN sebelumnya
Ditjen P2P - Substansi Imunisasi & Bag PI untuk segera
konfirmasi/ klarifikasi melalui surat resmi untuk pernyataan
realokasi vaksin Pfizer yang sudah terjadi itu sebenarnya dari
Dinkes Provinsi mana?.
8. Saran untuk Seksi Survim Dinkes Prov Sumsel, melalu anggaran
tahun 2022 yang akan datang lebih sering melakukan
rekonsiliasi pelaporan melalui daring bila untuk pertemuan luring
tidak tersedia anggarannya sehingga pemahaman pelaporan2
data yang diminta Ditjen P2P/ Kemenkes yang seringkali update
dapat dikerjakan bersama dengan baik.
9. Bila ada problem untuk aplikasi SMILE, selain dengan Seksi
Survim Dinkes Prov Sumsel, dapat segera berkoordinasi dengan
Tim SMILE UNDP - Prov Sumsel (Bu Elma)
10. Untuk pengiriman vaksin COVID-19 yang tidak sesuai
permintaan dari para Bupati ke Ditjen P2P yaitu Kab OKU & Kab
OKU Timur akan di cek ulang oleh pak Indra (PI, SesditjenP2P).
Bila sampai waktunya untuk pelaksanaan belum terselesaikan
dari Ditjen P2P, akan di realokasikan dari Kab OKU sesuai surat
permintaan Kab OKU Timur. (Kebijakan Dinkes Prov Sumsel)
11. Seksi Survim & Seksi Farmalkes Kab/ Kota wajib mendorong
Fasyankes untuk input data P-Care setiap hari nya agar gap data
yang ada semakin mengecil.
12. Untuk Vaksin Pfizer melalui BIN yang akan datang untuk 5
Kab/Kota di bulan Des 2021 ini juga, agar dalam
pelaksanaannya tetap berkoordinasi dangan Dinkes Kab/ Kota
yang bersdangkutan, dan untuk vaksin Pfizer BIN sebelumnya
Ditjen P2P - Substansi Imunisasi & Bag PI untuk segera
konfirmasi/ klarifikasi melalui surat resmi untuk pernyataan
realokasi vaksin Pfizer yang sudah terjadi itu sebenarnya dari
Dinkes Provinsi mana?.
13. Saran untuk Seksi Survim Dinkes Prov Sumsel, melalu anggaran
tahun 2022 yang akan datang lebih sering melakukan
rekonsiliasi pelaporan melalui daring bila untuk pertemuan luring
tidak tersedia anggarannya sehingga pemahaman pelaporan2
data yang diminta Ditjen P2P/ Kemenkes yang seringkali update
dapat dikerjakan bersama dengan baik.
14. Bila ada problem untuk aplikasi SMILE, selain dengan Seksi
Survim Dinkes Prov Sumsel, dapat segera berkoordinasi dengan
Tim SMILE UNDP - Prov Sumsel (Bu Elma)
• Luaran (output) Terselenggaranya Kegiatan LS/LP berupa Rakor
Penguatan Kemitraan (Rekonsiliasi Laporan Data Harian dan Capaian
Vaksinasi Covid-19

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[153]
• Hasil (outcome) Tersedianya Data dan Informasi Capaian Vaksinasi
Covid-19 yang akurat, Valid dan reliable.
• Manfaat (benefit). Meningkatkan pencapaian target vaksinasi COVID-
19
• Dampak (impact) Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat
COVID-19

2) Webinar Penguatan Kemiteraan


Webinar Kemitraan ( Dialog Publik Pemanfaatan PRD dan DBHCHT)
Bulan April 2021.

3) Pertemuan Evaluasi Binwil P2P


Pertemuan evaluasi pembinaan wilayah P2P Provinsi Sumatera
Selatan dilaksanakan pada 17 – 19 Juni 2021 di Beston Hotel
Palembang.
Maksud dan tujuan dilaksanakannya Pertemuan Evaluasi Binwil
Sumsel adalah untuk: 1) Melakukan inventarisasi permasalahan,
memantau dan mengkoordinasikan upaya penanggulangan Covid 19;
2) Melakukan bimbingan, pendampingan dan mengkoordinasikan
penerapan kebijakan dan langkah strategis dalam penanggulangan
Covid 19, serta program prioritas kesehatan terkait lainnya.
Pertemuan ini dilaksanakan secara luring dan daring dengan
mengundang peserta lintas program/lintas sektor terkait di seluruh
wilayah Provinsi Sumatera selatan yang terdiri dari :
1) Peserta luring 140 orang, yaitu Kepala Dinas Kesehatan Provinsi,
Sekertaris Dinas Kesehatan Provinsi, Kabid Yankes, Kesmas, P2 dan
SDK Dinas Kesehatan Provinsi, Kasie PTM Keswa, PM dan Surveilans
Dinas Kesehatan Provinsi, Direktur RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang, Direktur RSUD Siti Fatimah Palembang, Kepala BBLK
Palembang, Kepala KKP Palembang, Kepala BBTKL- PP Palembang,
Kepala Dinas Kesehatan 17 Kabupaten/Kota, Kabid P2 Dinas
Kesehatan 17 Kabupaten/Kota, Kasie PTM Dinas Kesehatan 17
Kabupaten/Kota, Kasie PM Dinas Kesehatan 17 Kabupaten/Kota,
Kasie Surveilans Dinas Kesehatan 17 Kabupaten/Kota.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[154]
2) Peserta daring, yaitu RSUD dan Puskesmas di 17 Kabupaten/Kota.
Pertemuan evaluasi Binwil P2P Provinsi Sumatera Selatan
menggunakan metode paparan materi dari narasumber dan diskusi
tentang :
a. Evaluasi SPM Kesehatan
b. Pemanfaatan Alokasi Dana Desa
c. Penguatan Revitalisasi UKBM dalam Akselerasi Pencegahan Risiko
Penyakit
d. Update Insentif Penanganan Covid-19
e. Kesiapan RS dalam Antisipasi Lonjakan Kasus Covid-19
f. Update dan Situasi Vaksinasi Covid 19
g. Capaian Program P2P dan Capaian Dekon 2020 di Provinsi
Sumatera Selatan
h. Workshop Program P2P
Bukti
Gambar

Rekomendasi/Tindak Lanjut Pertemuan Pembinaan Wilayah P2P di


Sumatera Selatan adalah:

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[155]
1. Penguatan advokasi dan sosialisasi kepada Kepala Daerah dan
pemangku kebijakan tentang penerapan peraturan terkait Covid-19
terbaru.
2. Edukasi ke masyarakat terhadap isu-isu penularan Covid-19 yang
tidak benar.
3. Pelaksanaan vaksinasi masal dengan target 5000 dosis per hari
tidak mengkotak-kotakkan sasaran.
4. Penyederhanaan aturan terkait pemberian honor.
5. Program SKK, yaitu: 1) Sosialisasi secara masif pelaksanaan
imunisasi selama masa pandemi; dan 2) Petugas mendatangi ke
rumah-rumah untuk imunisasi.
6. Program P2PTVZ, yaitu: 1) Upaya pencegahan dan pengendalian
DBD untuk mengantisipasi peningkatan kasus DBD dan mencegah
kematian DBD di Indonesia di masa Covid-19 harus tetap
melaksanakan dengan langkah inovatif disamping pelaksanaan
kegiatan pencegahan dan pengendalian Covid-19; 2) Perlu
ditingkatkan lagi hingga seluruh puskesmas yang dianalisis dan
dilaporkan menggunakan eSilantor; 3) Meningkatkan koordinasi
dengan sektor terkait dalam upaya penanggulangan rabies dengan
pendekatan One Health untuk mencapai Eliminasi Rabies tahun
2030.
7. Program P2PM, yaitu : 1) Meningkatkan cakupan penemuan dan
pengobatan kasus TB Sensitif dan Resisten Obat melalui kegiatan
investigasi kontak dengan melibatkan kader dan organisasi
kemasyarakatan yang ada; 2) Penguatan pelaksanaan
pencegahan dan pengendalian HIV AIDS dan PIMS dengan
seluruh layanan baik pemerintah dan swasta untuk memberikan
layanan HIV dan PIMS mampu tes dan pengobatan yang
berkualitas; 3) Penguatan sistem kewaspadaan dini kejadian luar
biasa penyakit infeksi saluran pencernaan (diare, demam tifoid,
hepatitis a dan HFMD; 3) Segera diusulkan kabupaten/kota bebas
frambusia (melalui proses verifikasi provinsi) krn tidak termasuk
daerah endemis dan tidak ditemukan lagi kasus konfirmasi
frambusia. saat ini baru 2 kabupaten yaitu Kabupaten PALI dan
Kabupaten Banyuasin.
8. Program P2MKJN yaitu: 1) Meningkatkan koordinasi lintas sektor
dan lintas program dalam penanganan masalah Keswa dan
penyalahgunaan NAPZA; 2) Mempermudah mekanisme dalam
pengadaan obat Keswa; 3) Penguatan kapasitas SDM melalui dana
dekon untuk pelatihan petugas kesehatan; 4) Memperkuat
koordinasi lintas sektor dan lintas program untuk mempermudah
rujukan dan penanganan ODGJ yang tidak mampu, tidak terdaftar
dalam BPJS Kesehatan dan tidak memiliki NIK; 5) Meningkatkan
taraf hidup dan status kesehatan ODGJ pasca pengobatan; 6)

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[156]
Meningkatkan pemberdayaan ODGJ dalam kehidupan sosial
ekonomi di lingkungan tempat tinggal penderita, termasuk
menghilangkan stigma negatif terhadap ODGJ di masyarakat; 7)
Pembaharuan kuesioner SRQ menggunakan Google Form; 8)
Pengajuan IPWL baru sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 4 Tahun 2020.
9. Program P2PTM, yaitu: 1) Dalam upaya capaian target deteksi dini
FR PTM pada usia produktif telah dikeluarkan Surat Edaran
No.HK.02.02/I/1543/2021 tentang Integrasi Pelaksanaan Posbindu
PTM dan Posyandu Lansia; 2) Upaya pengendalian PTM sebagai
komorbid yang dapat memperberat Covid-19 dan penyebab tunda
vaksinasi terbanyak melalui Surat Edaran
No.HK.02.02/I/1542/2021 tentang Deteksi Dini dan Skrining PTM
Terintegrasi Vaksinasi Covid-19; 3) Perlu pendekatan persuasif
kepada tokoh agama dan tokok masyarakat setempat untuk
menggerakan masyarakat agar sadar dan mau dilakukan
pemeriksaan faktor risiko PTM (khususnya program IVA dan
SADANIS); 4) Pentingnya advokasi kepada kepala daerah bekerja
sama dengan toga, toma dan perangkat desa/kecamatan untuk
penerapan regulasi terkait program kesehatan yang sudah ada,
seperti KTR.

B. Koordinasi Pelaksanaan KTR


Masukan (input) Alokasi anggaran sebesar Rp. 500.910.000,- dengan realisasi sebesar
Rp. 319.576.199,- (63,8%) Kegiatan terdiri dari:
1. Advokasi Peraturan Daerah Kawasan Tanpa Rokok
Tujuan Keiatan adalah untuk: 1) Memberikan dukungan kepada Bupati
dan Walikota dalam inisiasi penyusunan Perda KTR; 2) Mendorong
komitmen bersama dan peningkatan peran Organisasi Perangkat
Daerah dalam inisiasi penyusunan Perda KTR; 3) Memberikan usulan
Ranperda KTR dalam Propemperda di Kabupaten dan Kota.
Pada tahun 2021 bersumber anggaran APBN telah dilakukan Advokasi
Peraturan Daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok di 11 Kabupaten/kota
yaitu:

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[157]
Tabel. Pelaksanaan Advokasi Perda KTR tahun 2021
No Kabupaten/Kota Tanggal
1 Kabupaten Sleman 14-16 April 2021
2 Kabupaten Bantul 14-16 April 2021
3 Kabupaten Sukorharjo 26-29 Mei 2021
4 Kota Mojokerto 26-29 Mei 2021
5 Kabupaten Semarang 26-29 Mei 2021
6 Kabupaten Pesisir Selatan 26-28 Oktober 2021
7 Kabupaten Sampang 21-23 Oktober 2021
8 Kabupaten Boyolali 21-23 Oktober 2021
9 Kota Magelang 14-16 Oktober 2021
10 Kabupaten Banyuasin 11-13 Oktober 2021
11 Kabupaten Magelang 7-9 November 2021

Sasaran kegiatan ini dilakukan pada :1) Pemerintah Daerah di 11


Kabupaten/Kota: (Kepala Daerah: Bupati/Walikota); 2) Asisten 1
Pemda/Tata Pemerintahan; Kepala Dinas Kesehatan; Bagian Hukum
Sekretaris Daerah; Dinas Pendidikan, Bappeda; Bagian Keuangan
Daerah; Dinas Pertanian/Industri; Dinas Sosial; Kepala Satpol PP dan
SKPD terkait lainnya.
Kegiatan berupa audiensi dengan Kepala daerah, diskusi dan sharing
informasi, sosialisasi/ best practice implementasi KTR dari daerah lain,
diskusi tentang regulasi dan penegakan hukum KTR.
Hasil Diskusi:
• Dinas Kesehatan akan mulai memproses dan inisiasi PERDA
KTR.
• Penyiapan Naskah Akademis, jejaring Tembakau (Komnas PT,
TCSC, jejaring pengendalian tembakau lainnya) membantu
dalam teknis proses draf PERDA.
• Ketersedian aturan KTR yang selama ini ada di dalam
PerBupati/Perwalikota tentang KTR; Lihat apakah memuat
aturan 7 Kaeasan Tanpa Rokok
• PERDA KTR sudah/belum masuk Prolegda 2022. Sebagai
leader tetap Dinas Kesehatan.
• Pemerintah Daerah menyatakan berkomitmen untuk
memproses Perda tentang KTR.
Rencana Tindak Lanjut:
• Untuk Saat ini disepakati untuk mendorong Penerbitan PERDA
Tentang KTR pada tahun 2022 yang akan datang
• Kemenkes dan Dinkes Provinsi akan melakukan bimbingan
teknis maupun monitoring evaluasi terkait penyusunan Perda
KTR di setiap Kabupaten/Kota
• Proses PERDA akan dipimpin Dinas Kesehatan,

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[158]
• Jejaraing dan kemitraan terkait pengendalian konsumsi
tembakau bersedia melakukan pendampingan sampai Perda
Terbit
• Mendorong kerjasama Lintas Sektor untuk KTR dan sosialisasi
UBM
Luaran Terselenggaranya Kegiatan Advokasi kepada Pemerintah Daerah
(output) tentang Kawasan Tanpa Rokok.
Hasil 1) Memberikan dukungan kepada Bupati dan Walikota dalam inisiasi
(Outcome) penyusunan Perda KTR;
2) Mendorong komitmen bersama dan peningkatan peran Organisasi
Perangkat Daerah dalam inisiasi penyusunan Perda KTR;
3) mendorong dan mendukung pemerintah daerah dalam melaksanakan
amanat UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan PP No. 109
Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif
berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan dalam penetapan Perda KTR
di wilayahnya.
Manfaat Mengubah perilaku masyarakat menuju perilaku hidup sehat.
(Benefit)
Dampak Menurunkan persentase merokok pada penduduk usia 10-18 tahun dan
(Impact) menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat Penyakit Tidak
Menular (PTM) (perilaku merokok merupakan satu faktor risiko utama
PTM).
Bukti
Gambar

2. Sarasehan Nasional Dalam Penanggulangan Konsumsi Rokok


Sebagai bentuk upaya mewujudkan generasi muda Indonesia yang
sehat, produktif dan tanpa rokok, melalui Sarasehan Nasional Dalam
Penanggulangan Konsumsi Rokok diharapkan dapat meningkatkan
kesadaran dan kepedulian akan bahaya merokok pada generasi muda.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[159]
Kegiatan Sarasehan Nasional Dalam Penanggulangan Konsumsi Rokok
dilaksanakan secara luring dan daring melalui platform Zoom Meeting
pada bulan Mei – Juli 2021. Kegiatan ini merupakan rangkaian yang
terdiri dari :
1. Rapat Persiapan: Tanggal 26 April 2021 dan 21 Mei 2021
2. Ideathon Pionir Muda yang telah dilaksanakan pada tanggal 12-13
Juni 2021 secara daring dan luring, merupakan kegiatan pembekalan
materi tentang masalah rokok dan berpikir kreatif dalam
berkampanye di media sosial.
3. Creative Challenge “Kita Keren Tanpa Rokok” dilaksanakan pada
tanggal 14 Juni – 1 Juli 2021 merupakan ajang kreasi anak dan
remaja membuat media kampanye “Kita Keren Tanpa Rokok” di
media sosial.
4. Jambore Pionir Muda “Kita Keren Tanpa Rokok” dilaksanakan pada 6
Juli 2021 secara daring.

Kegiatan ini merupakan kolaborasi antara Kementerian Kesehatan,


Kementerian Pendidikan, Kebudayaan dan Riset dan Teknologi,
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta
Kementerian Pemuda dan Olahraga, Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan para Pemerhati Anak yang
peduli dalam rangka meningkatkan bahaya pemahaman rokok pada
generasi muda.
Peserta kegiatan ini adalah anak dan remaja usia 13 – 20 tahun di
seluruh Indonesia yang tergabung dalam oraganisasi Forum Anak
Nasional, Forum OSIS Nasional, Pramuka dan Generasi Berencana-
BKKBN.
1. Ideathon Pionir Muda
• Penjelasan video dari kementerian PPPA (pemberdayaan
perempuan dan perlindungan anak) tentang bahaya merokok dan
pionir muda yang menjadi target pasar untuk keuntungan industri
rokok.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[160]
• Dampak rokok terhadap kesehatan dan hak kesehatan anak –
Bagja Nugraha (IYCTC-FIM Regional Bogor).
• Anak dan remaja target pemasaran rokok – Aisyah Fathia (IYCTC
/ Smoke Free Agent)
• Partisipasi anak dan remaja sebagai agent of change di kalangan
sebaya dan lingkungannya – Askari Banaali (IYCTC / Banggai
Generation on Tobacco Control)
• Berpikir Kreatif - Vina dan Claudia (Suara Tanpa Rokok)
• Berkarya Melalui Karya Kreatif - Julio Adam Pratama (IYCTC /
Pembaharu Muda 2)
• Keren Tanpa Rokok dengan Karya – Sarah Muthia Widad (IYCTC
/ Gerakan Muda FCTC)
2. Creative Challenge “Kita Keren Tanpa Rokok”
• Creative Challanges ini diharapkan bisa diikuti oleh banyak anak
muda dari seluruh Indonesia dilaksanakan mulai tanggal 14-27
Juni 2021 untuk submit konten, 27 Juni 2021 batas akhir submit
karya, 28-30 Juni 2021 untuk seleksi karya oleh panitia, 1-3 Juli
untuk penjurian dan pengumuman pemenang tanggal 6 Juli
sekaligus acara puncak jambore.
• Peserta Creative Challenges akan mendapatkan mentor dari
IYCTC dalam prosesnya. Mentor berjumlah 10 orang. Mentor
bertugas untuk pendampingan dan diskusi memberi masukkan,
saran dan dukungan. Memberikan informasi” penting untuk
kebutuhan proses pembuatan konten
Luaran Terselenggaranya Sarasehan Nasional dalam Penanggulangan
(Output) Konsumsi Rokok pada Generasi Muda melalui:1) Ideathon Pionir Muda;
2) Ideathon Pionir Muda dan 3) Jambore Pionir Muda “Kita Keren Tanpa
Rokok”.
Hasil mewujudkan generasi muda Indonesia yang sehat, produktif dan tanpa
(Outcome) rokok, dan meningkatkan kepedulian dan peran serta Kementerian
Lembaga Lainnya dalam upaya pengendalian konsumsi rokok.
Manfaat Meningkatkan kesadaran dan kepedulian akan bahaya merokok pada
(Benefit) generasi muda
Dampak Menurunkan Persentase Penduduk yang Merokok pada usia 10-18
(Impact) tahun.
Bukti
Gambar

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[161]
3) Webinar Sarasehan
Sebagai bentuk upaya mewujudkan generasi muda Indonesia yang
sehat, produktif dan tanpa rokok, dilaksanakan kegiatan Jambore Pionir
Muda “Kita Keren Tanpa Rokok” yang diharapkan dapat meningkatkan
kesadaran dan kepedulian akan bahaya merokok pada generasi muda.
Tujuan kegiatan adalah untuk; 1) Meningkatkan kesadaran dan
kepedulian anak dan remaja akan bahaya merokok; 2) Menjadi Agent
of Change/ perubahan perilaku kebiasaan merokok di kalangan sebaya,
keluarga dan masyarakat.
Jambore Pionir Muda “Kita Keren Tanpa Rokok” dilaksanakan pada 6
Juli 2021 secara daring, dengan Narasumber:
• Keynote Speaker : Dr. H. Zainudin Amali, SE., M.si - Menteri
Pemuda & Olahraga; drg. Karitini Rustandi, M.Kes - Kementerian
Kesehatan; Jumeri, S.TP, M.si - Kementerian Dikbudristek; Ir.
Agustina Erni, M.sc – Kementerian PPPA; Seto Mulyadi -
Lembaga Perlindungan Anak Indonesia; Faza Meonk - Publik
Figure tanpa sponsor rokok.
• Dialog Bersama Menteri dengan perwakilan dari 2 pionir muda.
• Sharing ide kreatif peserta creative challenge dengan
menayangkan karya kreatifnya : 1) Cut Celine Nabila -
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah (Surat Terbuka untuk
mengajak teman-temannya tidak merokok); 2) Luthfia Nur Putri
Azizah - Siswa SMAN 1 Karanganyar (Menciptakan lagu untuk
menyampaikan pesan tentang hidup sehat).
• Pengumuman karya creative challenge terpilih.
Kesimpulan / Tindak Lanjut :

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[162]
1. Anak Indonesia adalah generasi penerus. Dalam mencapai bonus
demografi, kalau tidak sehat maka kalian akan menjadi beban buat
bangsa ini.
2. Rokok dengan segala keburukannya mengancam hak anak untuk
tumbuh dan berkembang dengan maksimal bahkan mengancam
hak kalian untuk hidup. Rokok bukanlah solusi dari permasalahan
apapun. Dan teman yang baik tentu tidak akan saling
menjerumuskan. Sebagai anak yang akan menentukan masa
depan, untuk saling mempengaruhi dalam kebaikan.
3. Jambore berikutnya kalo bisa mengundang kementerian keuangan,
kementerian pertanian, kementerian tenaga kerja agar bersama-
sama bisa memikirkan hal ini.
Luaran Terselenggaranya Webinar Sarasehan berupa Jambore Jambore Pionir
(Output) Muda “Kita Keren Tanpa Rokok”
Hasil Adanya Agent of Change/ perubahan perilaku kebiasaan merokok di
(Outcome) kalangan sebaya, keluarga dan masyarakat
Manfaat Meningkatkan kesadaran dan kepedulian akan bahaya merokok pada
(Benefit) generasi muda
Dampak Menurunkan Persentase Penduduk yang Merokok pada usia 10-18
(Impact) tahun.
Bukti
Kegiatan

4) Advokasi Lintas Kementerian/Lembaga Tentang KTR


Masukan (input) Alokasi anggaran sebesar Rp. 122.440.000 dengan realisasi sebesar
Rp. 116.843.000,- (95,43%).
Kegiatan:
1. Rapat Persiapan: tanggal 8 November 2021
2. Pertemuan (Fullday Meeting) selama 2 hari yang dilaksanakan pada
tanggal 15-16 November 2021 dengan melibatkan lintas
Kementerian dan Lembaga, Jumlah peserta sebanyak 80 orang.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[163]
Luaran Terselenggaranya pertemuan, sosialisas serta advokasi tentang
(Output) kebijakan KTR pada peserta yang terdiri atas berbagai unsur.
Hasil meningkatkan kepedulian dan penegakan aturan KTR serta
(Outcome) meningkatkan peran serta para mitra / jejaring melalui lintar sektor dan
lintas program dalam pengendalian tembakau di Indonesia.
Manfaat Meningkatkan awareness, penerapan KTR, dan penegakan hukum KTR
(Benefit) pada pemangku kebijakan di semua sektor
Dampak Terciptanya lingkungan sehat tanpa asap rokok sehingga mengurangi
(Impact) faktor risiko Penyakit PTM pada masyarakat.

C. Sosialisasi dan Diseminasi Pelaksanaan Layanan UBM


Masukan (input) Alokasi anggaran sebesar Rp.824.902.000,- dengan realisasi sebesar
Rp. 650.407.073,- (78,85%) Kegiatan terdiri dari:
1) Media Briefing PKGI
Masukan (input) Alokasi anggaran sebesar Rp.824.902.000,- dengan
realisasi sebesar Rp. 650.407.073,- (78,85%) Kegiatan terdiri dari:
1. Media Briefing Hari Asma Sedunia
Dalam rangka Hari Asma Sedunia tahun 2021 yang diperingati pada
tanggal 5 Mei diselenggarakan media briefing Hari Asma Sedunia
tahun 2021 dilaksanakan secara daring melalui 2 tahap, yaitu 1)
Persiapan pda tanggal 22 April 2021 dan 2) pelaksanaan Media
Briefing pada tanggal 7 Mei 2021).
Tujuan kegiatan ini untuk memberikan informasi dan edukasi kepada
masyarakat khususnya penyandang Asma, Komunitas Asma
termasuk care giver/keluarga agar mampu mengatasi
kesalahpahaman tentang asma untuk peningkatan kewaspadaan dan
pengetahuan para penyandang asma.
dengan tema “Uncovering Asthma Misconceptions” atau
“Mengungkap Kesalahpahaman tentang Asma”. Tema ini bertujuan
untuk mengajak masyarakat mengatasi kesalahpahaman tentang
asma yang mencegah penderita asma menikmati dukungan optimal.
Pada masa pandemi Covid-19 sekarang ini diketahui bahwa virus
Covid-19 juga menyerang sistem pernapasan, hal ini membuat para
penyandang asma lebih rentan mengalami keparahan bila terkena
Covid-19.
Kegiatan dilaksanakan secara daring melalui Zoom Meeting dan
streaming Youtube Channel Direktorat P2PTM. Media briefing

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[164]
dilaksanakan dengan arahan dari Wakil Menteri Kesehatan, paparan
narasumber dan diskusi.
➢ Moderator : Kepala Rokomyanmas
➢ Arahan Wakil Menteri Kesehatan
➢ dr. Feni Fitriani Taufik, SpP(K) – PDPI tentang Asma, Rokok
dan PP No.109 Tahun 2012
➢ dr. Arto Yuwono Soeroto (PERPARI) tentang Mengungkap
Kesalah Pahaman Mengenai Asma
➢ Prof. DR. dr. Bambang Supriyatno, Sp.AK – Ketua UKK
Respirologi IDAI tentang Persepsi Salah tentang Asma Anak
➢ Yayasan Asma Indonesia
Luaran Terselenggaranya Hari Asma Sedunia
(Output)
Hasil Memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat khususnya
(Outcome) penyandang Asma, Komunitas Asma termasuk care giver/keluarga agar
mampu mengatasi kesalahpahaman tentang asma untuk peningkatan
kewaspadaan dan pengetahuan para penyandang asma
Manfaat mengedukasi dan meningkatkan kesadaran dan kepedulian akan kondisi
(Benefit) penyandang asma dan keluarganya.
Dampak mengurangi penderitaan menurunkan angka kematian tersebab asma
(Impact)

2) Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS)


Tema HTTS tahun 2021 adalah “Berani Berhenti Merokok: apapun
jenisnya!”.
Kegiatan peringatan HTTS dilaksanakan mulai 31 Mei dan untuk
seterusnya, kampanye sosial akan berjalan sepanjang tahun 2021.
Kegiatan dilaksanakan tidak hanya oleh Kementerian Kesehatan, tetapi
juga oleh pemerintah daerah, lembaga negara, Lembaga Swadaya
Masyarakat, organisasi profesi, dunia usaha, swasta dan kelompok
perempuan, pelajar, dan mahasiswa.
Hastag: #BeraniBerhenti #CommitToQuit
#HariTanpaTembakauSedunia2021 #HTTS2021 #WorldNoTobaccoDay
#WNTD
Mitra: Kementerian dan Lembaga Pemerintah Daerah (Provinsi dan
Kabupaten/Kota) Organisasi Kemasyarakatan NGO/INGO Akademisi
Organisasi Profesi Organisasi Kepemudaan Organisasi Perempuan
Mitra pembangunan (WHO, UNICEF).
Kegiatan Nasional:
1. Kampanye #BeraniBerhenti : Kampanye ini bertujuan untuk
menggerakkan seluruh masyarakat di Indonesia terutama yang
perokok untuk berkomitmen berhenti merokok dengan
menandatangani petisi daring #BeraniBerhenti.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[165]
2. Konferensi pers/pengarahan media; Konferensi pers/pengarahan
media dapat dilakukan secara daring maupun luring, diadakan untuk
memaksimalkan jangkauan pesan yang diinginkan di tingkat nasional
dan daerah.
3. Webinar/Lokakarya: Mengadakan serangkaian pertemuan/
lokakarya secara daring maupun luring untuk berbagai kelompok
4. Kampanye Media Sosial: Melakukan kampanye media sosial selama
6 sampai 12 bulan untuk memperkuat pesan utama peringatan ini
dan temanya, menggunakan satu atau lebih platform media sosial.
Tagar yang digunakan yaitu #BeraniBerhenti #WorldNoTobaccoDay
#WNTD #HariTanpaTembakauSedunia #HTTS Misalnya
menggunakan # tersebut dan memposting di media social foto atau
video Anda yang ingin berhenti merokok
5. Kampanye melalui Sekolah Daring; Saat ini kebanyakan sekolah
masih dilakukan secara daring, hal ini merupakan kesempatan emas
untuk mengintegrasikan pesan untuk berhenti merokok melalui
sekolah daring dalam semua cara yang memungkinkan, ini dapat
dilakukan secara terpusat melalui kolaborasi dengan Kementerian
Pendidikan/ Dinas Pendidikan maupun bersama dengan Lembaga
atau Yayasan Pendidikan yang menaungi sekolah dan Lembaga
Pendidikan lainnya.
6. Kampanye melalui influencer; Identifikasi dan bekerjasama dengan
influencer media sosial/ champion/ tokoh berpengaruh yang
mendukung pengendalian tembakau karena mereka memiliki
kekuatan untuk mendapatkan lebih banyak orang untuk berhenti
merokok. Masyarakat memiliki influencer favorit dan proses
pengambilan keputusan dapat dipengaruhi rekomendasi yang dibuat
oleh para influencer tersebut.
Kegiatan HTTS 2021 di Pusat

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[166]
Rangkaian Kegiatan HTTS di Daerah
Daerah dapat mengembangkan rangkaian kegiatan HTTS 2021 sesuai
dengan kreativitas masing-masing. Setiap provinsi, kabupaten/ kota atau
pemerintah daerah dapat berpartisipasi dalam peringatan HTTS 2021.
Pelaksanaan kegiatan dapat mengacu kepada Panduan Pelaksanaan
HTTS 2021, yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi di daerah.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[167]
3) Media briefing PPOK
Rapat Persiapan: Jumat, 12 November 2021
Media Briefing: 23 November 2021

4) Sosialisasi Juknis UBM di FKTP


Masukan (input) Alokasi anggaran sebesar Rp.266.285.000- dengan realisasi sebesar
Rp.220.189.000,- (82,68%) Kegiatan terdiri dari:
1. Sosialisasi Modul Pelatihan UBM
Dalam rangka memperluas penyelenggaraan dan Layanan Konseling
UBM di Fasyankes, sekaligus sosialisasi UBM kepada masyarakat
telah dilakukan Sosialisasi UBM kepada tenaga kesehatan
masyarakat di Fasyankes.
Tujuan Kegiatan: 1) Tersedianya tempat konseling UBM di Fasilitas
Kesehatan; 2) Sosialisasi Layanan UBM untuk menumbuhkan
pemahaman dan peran serta Tenaga Kesehatan dalam upaya
menurunkan prevalensi perokok.
Pelaksanaan Kegiatan
➢ Kegiatan I dilaksanakan pada hari selasa, 27 April tahun 2021,
secara hybrid yaitu secara tatap muka di ruangan ( luring) dan
secara daring atau virtual di Hotel The Westin Jakarta. Peserta
berasal dari Seluruh Lintas Program terkait Pengendalian
Tembakau di Lingkungan Kementerian Kesehatan dan
perwakilan Kementerian/Lembaga yang diundang.
Hasil Pertemuan
➢ Penekanan bahwa konsumsi okok perlu dikendalikan, demi
menyelamatkan bangsa, jauhkan anak anak dari keracunan
rokok
➢ Menegaskan bahwa pengendalian konsumsi rokok hanya bisa
optimal jika dilakukan dan didukung seluruh stakeholder,
kementerian dan lembaga untuk menurunkan prevalensi perokok
di Indonesia,

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[168]
➢ Untuk Klinik yang ingin menyelenggarakan layanan UBM dapat
berkontak dengan Klinik UBM RS Persahabatan dan Subdit PKGI
untuk pelatihan Konselor UBM.
Bukti
Kegiatan

Kegiatan ke II 28 September tahun 2021, secara hybrid yaitu secara


tatap muka di ruangan ( luring) dan secara daring atau virtual di Jakarta.
Kegiatan dihadiri oleh :
1. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular,
Kementerian Kesehatan
2. Ketua Komnas PT
3. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI)
Tindak Lanjut
➢ Bersama Dinkes Provinsi DKI Jakarta, Kementerian Perhubungan
dan Jejaring Pengendalian Tembakau akan bekerjasama untuk
mengembangkan kebijakan implementasi KTR 7 tatanan dan UBM
di Pelabuhan baik Pelabuhan Laut maupun Pelabuhan Udara serta
tempat ibadah yang akan menjadi best practice bagi Provinsi dan
Kabupaten/ Kota seluruh Indonesia
➢ Identifikasi peserta utuk pelatihan UBM di waktu yang akan datang
Bukti
Kegiatan

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[169]
2. LJJ UBM (LJJ Murni)
Kegiatan Pelatihan UBM secara virtual dilaksanakan dalam rangka
penyediaan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten dalam
memberikan konseling UBM, mengedukasi masyarakat agar
menjauhi rokok, dan membantu masyarakat yang sudah terlanjur
menjadi perokok untuk berhenti dan terlepas dari jerat
ketergantungan rokok.
Dampak adanya pandemi/ new normal, dimana terjadi keterbatasan
pergerakan antar wilayah serta meningkatnya kebutuhan pelayanan
kesehatan sehingga SDM Kesehatan diprioritaskan untuk tetap
berada di instansinya untuk memberikan pelayanan, maka untuk
tetap melaksanakan pengembangan kompetensi melalui pelatihan
digunakan metode Distance learning.
Tujuan Umum Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta mampu
melaksanakan konseling upaya berhenti merokok di fasilitas
pelayanan kesehatan primer.
Tujuan Khusus setelah mengikuti pelatihan ini, peserta mampu : a).
Melakukan KIE dampak konsumsi rokok bagi kesehatan; b).
Melakukan upaya berhenti merokok; c). Melakukan konseling upaya
berhenti merokok; d). Melakukan pengukuran faktor risiko penyakit
tidak menular akibat rokok; e). Melakukan tindak lanjut upaya berhenti
merokok; dan f). Melakukan pencatatan dan pelaporan konseling.
Kegiatan meliputi:
➢ Rapat persiapan pada tanggal 04 Feb 2021 dan 15 Maret 2021
➢ Pelaksanaan Kegiatan meliputi: 1) Uji Coba Tahap 1 yaitu pada
tanggal 21-25 Juni dan 2) Uji Coba Tahap 2 pada tanggal 4-8
Oktober 2021.
Proses Penyelenggaraan Pelatihan:
a. Struktur Program Materi pembelajaran Pelatihan UBM sebanyak
35 JP yang terdiri dari teori dan penugasan melalui Asinkronus
Mandiri (AM) dan Asinkronus Kolaboratif (AK) pada Learning
Management System (LMS) Ciloto Learning Canter (CLC) BBPK
Ciloto, dan Sinkronus Maya (SM) yaitu pembelajaran tatap maya
menggunakan aplikasi ZOOM dan live chat atau forum diskusi
yang ada di CLC BBPK Ciloto.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[170]
b. Peserta, Fasilitator dan Narasumber:
Peserta setiap tahap berjumlah 30 orang (Total peserta 2 tahap
adalah 60 orang), dengan kriteria : 1) SDM Kesehatan 2)
Pendidikan minimal Sarjana (S1) atau D3 dengan pengalaman
kerja minimal 3 tahun. 3) Bersedia mengikuti seluruh sesi
pelatihan hingga selesai, dinyatakan dalam surat pernyataan
yang diketahui oleh atasan langsung. Peserta berasal dari 21
Provinsi (33 Kab/kota dan 35 Puskesmas). Selain Puskesmas,
pelatihan juga diikuti oleh Pengelola program PTM Dinkes,
Poltekkes, Klinik Swasta di Jakarta, PDUI, Dokter Online
(Halodoc) dan Quitline-Ina.
Fasilitator dan Narasumber adalah 1) Direktorat P2PTM 2) Pusat
Pelatihan SDM Kesehatan 3) Widyaiswara BBPK Ciloto 4)
Praktisi/Pakar Upaya Berhenti Merokok.
Waktu dan Tempat Pelatihan dilaksanakan: Tahap 1 tanggal 21
- 25 Juni 2021 dan tahap 2 pada tanggal 4-8 Oktober 2021 di
LMS Ciloto Learning Center BBPK Ciloto, Jalan Raya Puncak KM
90 Cipanas Cianjur Jawa Barat (Secara Virtual).
Metode, Media dan Alat bantu pelatihan:
Metode Pembelajaran Pelatihan ini menggunakan berbagai
metode pembelajaran, diantaranya teori dan penugasan melalui
Asinkronus Mandiri dan Asinkronus Kolaboratif pada LMS CLC
BBPK Ciloto, dan Sinkronus Maya yaitu pembelajaran tatap
maya menggunakan aplikasi ZOOM atau live chat dan forum
diskusi yang ada di LMS CLC BBPK Ciloto.
Media dan Alat Bantu Pelatihan 1) Laptop 2) Bahan Tayang 3)
Learning Mangement System CLC 4) Handphone 5) Perangkat
IT
Permasalahan
Secara umum penyelenggaraan Pelatihan Pengendalian
Pelatihan Upaya berhenti Merokok berjalan dengan lancar dan
sesuai perencanaan pelatihan. Diawal terkendala dengan
peserta baru mengenal CLC, dan penggunaan zoom meeting,
sehingga banyak waktu di luar jam kerja sampai malam yang
digunakan untuk masuk ke CLC. Peserta dari Puskesmas, yang
sebagian besar baru pertama kali ikut diklat dalam jaringan
(daring), sehingga untuk komunikasi, berkenalan, bertanya,
interaksinya agaka lambat
Kesimpulan
➢ Pelatihan UBM secara umum sesuai dengan perencanaan
yang telah ditetapkan baik secara teknis maupun administrasi.
➢ Pada Pelatihan Pengendalian Pelatihan masih terdapat
beberapa permasalahan, namun dapat di atasi dengan baik

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[171]
➢ Total Kelulusan pelatihan 60 orang (100%) yaitu 30 orang
peserta pada tahap 1 dan 30 orang peserta pada tahap II.
Bukti
Kegiatan

3. Virtual Sosialisasi Kurmod UBM


Tujuan kegiatan ini adalah mensosialisasikan kurikulum dan Modul
baru pelatihan UBM dengan metode online bagi tenaga kesehatan
penyelenggara pelatihan dan pengelola program terkait di Provinsi.
Kegiatan dilaksanakan pada tangal 25 Oktober 2021 secara virtual.
Kegiatan Sosialisasi ini merupakan:
➢ Persiapan untuk penyelenggaraan Pelatihan UBM dengan Dana
Dekon bagi Dinas Kesehatan Provinsi dan Bapelkes serta
Fasilitas Pelatihan Kesehatan Terakreditasi pada tahun 2022.
➢ Upaya sosialisasi penyesuai dan update kurikulum yang semula
klasikal menjadi full online bekerjasama dengan Puslat SDM
Kesehatan dan BBPK Ciloto, dimana pada tahun 2021 Kemenkes
RI telah melakukan uji coba pelatihan sebanyak 2 angkatan pada
bulan Juni dan Oktober.
➢ Upaya percepatan peningkatan kapasitas SDM Kesehatan dalam
bidang layanan konseling UBM, sebagai berikut :1) ToT Layanan
Konseling UBM yang akan dilaksanakan Pusat sebanyak 6
angkatan.; 2) Pelatihan Layanan Konseling UBM melalui Dana
Dekonsentrasi ke 34 Provinsi. Masing-masing provinsi akan
melaksanakan pelatihan sebanyak 3 angkatan (@ Angkatan = 30
orang), sehingga diharapkan pada akhir tahun 2022 bisa tercapai
sebanyak 3.060 Nakes telah terlatih UBM.
Peserta pertemuan sosialisasi ini adalah pengelola program PTM,
Promkes dan SDK di Dinkes Provinsi dan Widyaiswara di Balai Besar
atau Bapelkes di 34 Provinsi.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[172]
Narasumber: 1) Plt Direktur P2PTM; 2) Kepala Puslat Pelatihan SDM
Kesehatan dan 3) Kepala BBPK Ciloto.
Bukti
Kegiatan

Luaran 1) Terselenggaranya sosialisasi Juknis UBM di FKTP melalui:


(Output) Sosialisasi Modul E-learning UBM; Sosialisasi Modul Pelatiahn UBM;
LJJ UBM dan Virtual Sosialisasi Kurmod UBM.
2) Tersedianya tenaga konselor layanan UBM yang mampu
melaksanakan konseling upaya berhenti merokok di FKTP.
Hasil 1) Tersedianya tempat konseling UBM di setiap Kementerian/Lembaga
(Outcome) 2) Menumbuhkan pemahaman dan peran serta Kementerian dan
Lembaga dan multisektor dalam upaya menurunkan prevalensi
perokok.
3) Memperkuat komitmen para stakeholder dalam pencegahan dan
pengendalian konsumsi tembakau/ rokok melalui Layanan Konseling
UBM di Fasyankes
Manfaat Meningkatkan akses layanan konseling UBM bagi perokok yang
(Benefit) memerlukan bantuan untuk berhenti merokok.
Dampak Menurunkan Persentase Penduduk yang Merokok pada usia 10-18
(Impact) tahun.
5) Sosialisasi Pencegahan dan Pengendalian Tembakau (GERMAS)
Masukan (input) Alokasi anggaran sebesar Rp.276.865.000,- dengan realisasi sebesar
Rp.224.431.673,- (81,06%) Kegiatan terdiri dari:
a) Di Kota Malang, Provinsi Jawa Timur
Pertemuan ini diselenggarakan dalam rangka sosialisasi pencegahan
dan pengendalian tembakau melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
(GERMAS) yang bekerjasama dengan Komisi IX DPR RI. Kegiatan ini
dihadiri oleh 200 peserta yang berasal dari masyarakat umum, dan
para pegawai di lingkungan Pemerintah Kota Malang.
Tujuan Kegiatan adalah untuk mensosialisasi Pencegahan dan
Pengendalian Tembakau melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
(GERMAS) di Kota Malang.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[173]
Waktu dan Tempat Pelaksanaan: Kamis, 27 Mei 2021 di Kecamatan
Klojen, Kota Malang, Provinsi Jawa Timur
Kegiatan yang Dilaksanakan
➢ Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang
➢ Support dari Komisi IX DPR RI
➢ Pemaparan sosialisasi pencegahan dan pengendalian tembakau
oleh Subkoordinator Penyakit Paru Kronis.
➢ Tanya Jawab dengan Masyarakat
➢ Kunjungan ke Puskesmas Arjuno, Jl. Simpang Arjuno No 17 Kota
Malang.
Kesimpulan
Mencegah penyakit tidak menular dengan perilaku “CERDIK” (Cek
kesehatan secara teratur, Enyahkan asap rokok, Rajin berolahraga,
Diet sehat gizi seimbang, Istirahat cukup, Kelola stress). Slogan ini
terus dikampanyekan kepada masyarakat karena pentingnya perilaku
hidup sehat dalam mencegah penyakit tidak menular. Sedangkan di
dalam pencegahan dan pengendalian tembakau sebagai kata
kuncinya adalah “Kalau belum merokok jangan mencoba untuk
merokok dan kalau sudah merokok mencobalah untuk segera berhenti
merokok”
Bukti
Kegiatan

b) Kabupaten Ogan Kemering Ilir (OKI), Prov. Sumatera Selatan


Kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka sosialisasi pencegahan
dan pengendalian tembakau melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
(GERMAS) yang bekerjasama dengan Komisi IX DPR RI. Peserta
meliputi Santri, Tokoh masarakat dan masyarakat di wilayah Kedaton,
Kecamatan Kayu Agung Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumatera
Selatan sebanyak 200 orang.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[174]
Tujuan Kegiatan adalah untuk mensosialisasi Pencegahan dan
Pengendalian Tembakau melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
(GERMAS) di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Prov. Sumatera Selatan.
Waktu dan Tempat Pelaksanaan : Sabtu, 26 Juni 2021, di Ponpes
Sabiilillah Jl. H.A. Rachman Tauhid, Kedaton, Kecamatan Kayu Agung,
Bukti
Kegiatan

6) Sosialisasi Pengendalian Konsumsi Tembakau untuk Masyarakat dan


Vaksinasi Covid-19
Masukan (input) Alokasi anggaran sebesar Rp.200.720.000,- dengan realisasi ebesar
Rp.176.269.700 - (87,82%).
Kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka sosialisasi pencegahan dan
pengendalian tembakau melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
(GERMAS) yang bekerjasama dengan Komisi IX DPR RI dan pelaksanaan
Vaksinasi COVID-19 di Provinsi Sulawesi Selatan dalam rangka
akselerasi pencapaian target vaksinasi COVID-19 di Provinsi Sulawesi
Selatan terutama di Kota Makassar.
Peserta Sosialisasi meliputi masyarakat di Kota Makassar sebanyak 200
orang dan Target Sasaran Vaksinasi sebanyak 1.000 orang
Waktu dan Tempat Pelaksanaan: 30 Agustus s/d 2 September tahun 2021
Hasil Kegiatan :
➢ Pelaksanaan palayanan vaksinasi COVID-19 di RS Mata
Makassar pada tanggal 31 Agustus 2021 dengan sasaran 1000
orang.
➢ Petugas vaksinator terdiri dari 7 tim: dari RS Mata Makassar 5 tim
dan dari Dinas kesehatan Kota Makassar 2 tim (1 tim PKM
Tamamaung dan 1 tim PKM Kassi-Kassi)
➢ Petugas vaksinasi dari PKM Tamammaung dan PKM Kassi-Kassi
sudah menerapkan prinsip penyuntikan yang aman (termasuk
tidak melakukan prefilling dan recapping), dan rantai dingin
vaksinnya sesuai, dengan tidak menggunakan cool pack beku.
➢ Petugas vaksinasi dari RS Mata Makassar yang terdiri dari 5 tim
masih menggunakan coolpack beku, dan tim bimbingan teknis
langsung menyampaikan untuk segera mengganti coolpack beku
dengan cool pack cair.
➢ Prokes telah diterapkan pada pelaksanaan vaksinasi COVID-19.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[175]
Saran dan Tindak Lanjut
1. Perlu dibuat strategi dengan pemberdayaan masyarakat dan lintas
sektor lainnya, terutama untuk menghadirkan sasaran di tempat
pelayanan. Untuk itu, perlu dibuat Rapat Koordinasi dengan lintas sektor
terkait. Dan strategi prioritas adalah untuk masyarakat lansia, mengingat
lansia sangat rentan terhadap COVID-19.
2. Stok vaksin yang diperoleh dan tidak sesuai dengan permintaan,
disarankan untuk pencatatan dan pelaporan logistiknya dengan rutin dan
lengkap (SMDV, Biotracking dan SMILE), karena pengiriman vaksin dan
logistiknya sesuai dengan laporan laju vaksinasi.
3. Agar dinas provinsi dan dinas kabupaten/kota untuk selalu memantau
pelaksanaan vaksinasi di lapangan, memastikan pelaksanaan vaksinasi
COVID-19 bsesuai dengan pedoman yang ada dengan tetap
memperhatikan protokol kesehatan.
4. Untuk peningkatan capaian dari pelaksanaan vaksinasi segera
berkoordinasi dengan Lintas Sekor dan SKPD terkait, aparat setempat
dan tokoh agama untuk bersama-sama meningkatkan sosialisasi kepada
masyarakat yang masih percaya hoax dan issu.
Bukti
Kegiatan

Luaran Terlaksananya Sosialisasi Pengendalian Konsumsi Tembakau untuk


(Output) Masyarakat dan Vaksinasi Covid-19..
Hasil 1. Meningkatkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) dan
perilaku hidup sehat di masyarakat
2. Akselerasi pencapaian target vaksinasi COVID-19
Manfaat 1. Mendukung upaya pencegahan dan pengendalian penyakit akibat
dampak rokok serta kejadian PTM lainnya dapat dicegah.
2. Mendorong terbentuknya kekebalan kelompok (herd immunity)
dalam masyarakat sehingga mengurangi risiko terinfeksi COVID-19.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[176]
Dampak 1. Penurunan jumlah perokok di Indonesia sehingga angka kesakitan
dan kematian akibat konsumsi rokok serta menurunkan angka
kesakitan dan kematian akibat penyakit tidak menular lainnya.
2. Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat COVID-19
D. NSPK Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Paru Kronik
Masukan (input) Alokasi anggaran sebesar Rp.105.945.000,- dengan realisasi sebesar
Rp. 89.630.000,- (94,084,61%) Kegiatan terdiri dari:
1) Revisi Pedoman PPOK
Kegiatan dilaksanakan dalam rangka Review Pedoman PPOK menjadi
pedoman bagi petugas kesehatan dan masyarakat dalam Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit Paru Obstruktif Kronis dengan panduan
yang ter up date terutama deteksi dini yang memadai dan media edukasi
yang aplikatif di masyarakat tentang PPOK.
Tahapan Kegiatan terdiri dari:
No Uraian Kegitan Revisi Pedoman PPOK Tanggal
1 Persiapan 9 Desember 2021
2 Pembahasan I 12 Desember 2021
3 Pembahasan II 14 Desember 2021
4 Finalisasi (fulday) 16-17 Desember 2021
5 Uji Coba PEdoman 21-22 Desember 2021

Rapat Persiapan
Kegiatan dilakukan untuk mempersiapkan pelaksanaan review dengan
melibatkan Dit. P2PTM, Dit. PKR, Persatuan Kedokteran Respirasi
Indonesia, PADK, PDUI, Dinkes Provinsi DKI Jakarta, Dit. Promkes,
PDPI, PAPDI dan jejaring peduli PTM dan Pengendalian Tembakau.
Pertemuan persiapan dilaksanakan secara virtual / daring.
Hasil Pertemuan Persiapan :
➢ Pedoman sepakat dibuat adalah pedoman promotif preventif
(tidak
➢ membahas tatataksana/kuratif).
➢ Timeline segera dibuat
➢ Share pedoman yang telah ada sebelumnya ke peserta rapat
➢ Draf pedoman baru (update pedoman baru) dibuat segera dan
Pedoman fokus tentang upaya promotif preventif PPOK sampai
sistim pelaporan . Tidak sampai ke tatalaksana
➢ Rapat pembahasan berikut ada 2 kali rapat pembahasan (daring
yang pertama tanggal 13 desember, kedua 15 desember,
kemudian dilanjutkan tatap muka tanggal 16 dan 17 desember.
➢ Draf dikerjakan Bulan desember kita lakukan dan dilanjutkan
tahun depan
➢ Diefektifkan sampai akhir bulan desember untuk draf.
➢ Meminta masukan pada pembuat konten kreatif/animator untuk
edukasi PPOK

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[177]
➢ Melibatkan puskesmas dalam penyusunan ini
➢ Melibatkan organisasi yang berhubungan dengan public health
termasuk KOMNAS PT.
➢ Membuat WA grup,
➢ Pertemuan Pembahasan dilaksanakan dengan tatap muka
berupa Pertemuan hybrid
Rapat Pembahasan
Pembahasan dilakukan sebanyak 2 (dua) kali secara virtual dan 2 kali
secara luring. Secara daring pada tanggal 13 dan 15 Desember 2021.
Peserta pertemuan berasal dari Dit. P2PTM, Dit. PKR, Persatuan
Kedokteran Respirasi Indonesia, Hukor P2P, PDUI, Dinkes Provinsi DKI
Jakarta, Dit. Promkes, PDPI, dan PAPDI dan Jejaring Pengendali
Tembakau. Dan Puskesmas di DKI Jakarta. Sedangkan secara luring
pada 16 dan 17 Desember bertembat di Hotel Harris Tebet dengan
metode paket fullday meeting.
Hasil Pembahasan :1) Draf telah tersusun mulai BAB 1 sampai selesai;
2) Substansi PKGI akan menyelesaikan dan menyempurnakan draf
sebelum uji coba.
Uji Coba
Uji Coba NSPK dilaksanakan di dalam bentuk bedah buku dan diskusi.
Dilaksanakan di Provinsi Jawa Barat, bertempat di Dinkes Kota Bogor
dengan melibatkan Dinkes Kota dan Puskesmas se Kota Bogor dengan
cara bedah buku dan pengenalan instrument PUMA yang digunakan
sebagai instrument dalam deteksi dini PPOK. Kegiatan dilaksanakan
pada 21-22 Desember 2021
Hasii Uji COba Draf :
➢ Masukan dari Dinkes dan Puskesmas :
➢ Perlu penjelasan dasar cakupan dalam perhitungan, usul dibuat
di draf
➢ Instrumen Deteksi Dini PPOK memakai instrument PUMA yang
diperkenalkan PDPI ( perhimpunan dokter paru indonesia,
masukan dinkes : di posbindu PTM dimasukkan utk skrining
PPOK( penambahan instrument PUMA dalam POSYANDU)
➢ Obat obatan ekspektorat dalam pedoman sulit disediakan ( tidak
sejalan dengan KORNAS FKTP): tidak boleh GG, codein terbatas
, ( sekarang pakai ambroxol , salbutamol, acetylsistein – beli
sendiri puskesmas .
➢ Dari daftar obat yang dilampiran—dipilih drug of choice
nya/firstline /atau diwarnai
➢ Pengalaman puskesmas, prosedur rujuk balik pem spirometri
harus pem ulang ke RS ( wlw spiro ada di puskesmas)
➢ Aturan penggunaan spirometri selama pandemi, minta
dipastikan ( termasuk Co dan peakflow)

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[178]
➢ Untuk eksaserbasi akut tidak memungkinkan di puskesmas krn
tidak ada ruang tek negative, sementara perlu untuk pencegahan
pandemic dalam penggunaan nebulizer. Untuk ke depan , perlu
ruang tek negative saat penanganan pasien kasus eksaserbasi.
Kalau tidak ada ruang tek neg, perlu sterilisasi dg UV tiap
tindakan untuk penanganan kasus. Kerugian waktu. Sterilisasi
UV rata rata 1 jam. Sungkup nebu,dan filter pasien beli sendiri. (
kalau tidak tersedia/kosong)
Luaran Terlaksananya Penyusunan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria
(Output) Pedoman PPOK.
Hasil Agar para tenaga kesehatan di FKTP memiliki acuan dan kemampuan
untuk memberikan upaya P2PPOK yang efektif dan efisien sehingga
masalah PPOK dapat diatasi.dengan mengacu pada NSPK berupa
Pedoman PPOK bagi Nakes di FKTP. 2) Meningkatnya jumlah tenaga
kesehatan yang handal di FKTP/ fasilitas pelayanan kesehatan primer
dalam hal P2PPOK yang meliputi promotif dan preventif mencakup deteksi
dini sejak awal terutama tentang kegiatan deteksi dini melalui Posbindu
atau di puskesmas.
Manfaat agar masyarakat penderita PPOK dapat mendapatkan layanan program
P2PPOK dan Untuk mengurangi dampak PTM seperti PPOK pada individu
dan masyarakat dilakukan dengan pendekatan komprehensif.
Dampak Mencegah terjadinya tingkat keparahan penyakit dan angka kematian
akibat PPOK
Bukti
Kegiatan

E. NSPK Pelaksanaan KTR


Masukan (input) Alokasi anggaran sebesar Rp.3.156.000- dengan realisasi sebesar
Rp.3.155.100,- (99,97%) kegiatan:
1) Rapat Persiapan Penyusunan Rencana Aksi Nasional (Ran) Pengendalian
Dampak Konsumsi Rokok Bagi Kesehatan
Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka percepatan upaya pengendalian
dampak konsumsi rokok. RAN ini sebagai turunan dari Peraturan
Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang
Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan dan
Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024.
Kegiatan ini dibuka dan arahan dari Direktur P2PTM. Kegiatan ini dihadiri
oleh:

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[179]
➢ Perwakilan dari Biro Hukum dan Organisasi Kemkes
➢ Perwakilan dari Biro Perencanaan dan Anggaran Kemkes
➢ Perwakilan dari Bagian HOH Ditjen P2P
➢ Perwakilan dari Bagian PI Ditjen P2P
➢ Perwakilan dari WHO Representatif Indonesia
➢ Perwakilan dari The Union
➢ Perwakilan dari Perhimpunan Dokter Paru ndonesia (PDPI)
➢ Perwakilan dari Komna Pengendalian Tembakau
➢ Internal Direktorat P2PTM
Tujuan Kegiatan adalah untuk : 1) Menyepakati sistematika/outline RAN
dan 2) Menyepakati tahapan dan waktu pelaksanaan kegiatan
Waktu dan Tempat Pelaksanaan : Senin, 19 April 2021 secara daring
menggunakan platform zoom meeting, dengan ID 861 8551 9607,
password RANPT. Berlokasi di Jakarta.
Kesimpulan
Masih perlu pemikiran yang matang apakah rencana penyusunan RAN
ini akan tetap dilanjutkan atau akan dicari bentuk lain. Bila RAN ini akan
dilanjutkan sampai menjadi PP akan sulit karena sudah ada RAN PTM.
Jadi sebaiknya tidak usah terburu-buru sambil dipikirkan apa yang harus
dituangkan dengan judul yang lain atau dalam bentuk lain. Jangan
sampai apa yang dibuat akan kurang gaungnya kurang membumi,
sebagaimana kita memiliki Perpres No 1 Tahun 2017 tentang GERMAS
tetapi gaungnya masih di Kementerian Kesehatan saja seharusnya
benar-benar dapat diimplementasi di lintas Kementerian/Lembaga
dengan melibatkan semua stakeholder yang ada.
Perlu membuat justifikasi untuk memperkuat penyusunan RAN dan
membuat timeline kegiatan.
Luaran Terlaksananya Rapat Persiapan Penyusunan Rencana Aksi Nasional
(Output) (RAN) Pengendalian Dampak Konsumsi Rokok bagi Kesehatan.
Hasil Percepatan upaya pengendalian dampak konsumsi rokok.
Manfaat agar dapat digunakan oleh lintas kementerian/Lembaga (menjadi milik
bersama) menjadi payung hukum. Sehingga semua K/L dapat
menganggarkan kegiatan-kegiatan yang mendukung pencapaian
indikator RPJMN tahun 2020-2024. Kementerian Kesehatan
memfasilitasi selanjutnya semua K/L dapat berperan aktif. RAN ini
terkait pada dampaknya bagi kesehatan.
Dampak penurunan jumlah perokok di Indonesia sehingga angka kesakitan dan
kematian akibat konsumsi rokok menurun.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[180]
Bukti
Kegiatann

2) Media KIE Layanan UBM


Masukan (input) Alokasi anggaran sebesar Rp.120.000.000,- dengan realisasi sebesar
Rp. 116.975.000,- (97,97%)
Pencetakan dan pembuatan media KIE ini bertujuan agar tersedianya
media Komunikasi Informasi dan Edukasi yang dapat digunakan sebagai
media sosialisasi layanan UBM dan KTR.
Pencetakan dan Pembuatan Media KIE UBM, terdiri dari
No Jenis Media KIE Jumlah
1 Buku Saku Rumah Tanpa Asap ROkok 1500 bh
2 Buku Saku UBM 1500 bh
3 Buku Saku Desa KTR 1500 bh
4 Juknis UBM 500 bh

Luaran Tersedianya cetakan media KIE Layanan UBM berupa: 1) Buku Saku
(Output) Rumah Tanpa Asap Rokok; 2) Buku Saku UBM; 3) Buku Saku KTR Desa
dan 4) Juknis UBM di FKTP.
Hasil teredukasi dan tersosialisasinya layanan UBM dan KTR di masyarakat.
Manfaat dapat menolong perokok yang ingin berhenti merokok agar bisa
mengakses layanan UBM di FKTP dan terwujudnya Kawasan Tanpa
Rokok
Dampak Penurunan jumlah perokok di Indonesia
3) Pengembangan Layanan Quiteline
Masukan (input) Alokasi anggaran sebesar Rp. 5.506.500.000,- dengan realisasi sebesar
Rp. 5.176.805.000,- (94,01%) Kegiatan terdiri dari:
1. Layanan Quitline
Layanan Quitline merupakan layanan langsung kepada masyarakat
yang ingin berhenti merokok melalui saluran telepon bebas pulsa/toll
free untuk pngembangan sistem konseling dan fooding, SDM, dan
dukungan sarana prasarana utilitas / penunjang Layanan Quitline
UBM, biaya telepon bulanan selama 12 bulan dan biaya internet
bulanan selama 12 bulan (trafik telepon dan internet).
Tujuan kegiatan Layanan Quitline.INA adalah tersedianya layanan
konseling berhenti merokok untuk membantu masyarakat yang ingin
berhenti merokok atau mencari informasi tentang cara berhenti
merokok. Layanan ini adalah upaya terintegrasi dalam pengendalian
dampak konsumsi rokok untuk menurunkan faktor risiko Penyakit Tidak
Menular. Merupakan amanah Permenkes Nomor 40 Tahun 2013

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[181]
tentang Peta Jalan Pengendalian dampak konsumsi rokok. Juga
tersedianya Layanan konseling Berhenti Merokok (tidak berbayar)
dengan nomor 0 800 177 6565 yang terdapat pada kemasan rokok
(Permenkes Nomor 56 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas
Permenkes Nomor 28 tahun 2013 tentang Pencantuman Peringatan
Kesehatan dan Informasi Kesehatan pada Kemasan Produk
Tembakau)
Layanan konseling UBM Quitlne.INA bebas pulsa telah ada sejak tahun
2016. Animo masyarakat terhadap pelayanan Quitline.INA meningkat
dari tahun ke tahun. Pada tahun 2020 jumlah telepon terlayani
sejumlah sebesar 77.065 kali dan yang tidak terlayani 6 kali lebih
banyak dengan jumlah kurang lebih 461.222 kali. Nomor telpon
Quitline.INA 0-800 177 6565 tercantum dalam setiap bungkus rokok
yang beredar di pasaran sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
No 56 tahun 2017. Layanan telah diakses oleh masyarakat yang ingin
mencari informasi tentang berhenti merokok atau ingin berkonsultasi
dari 34 propinsi setiap bulannya. Usia klien yang menelpon ke Layanan
Quitline.INA selama tahun 2021 ini terbanyak pada rentang usia 20-24
tahun. Hal ini merupakan indikasi bahwa kesadaran untuk berhenti
merokok di kelompok usia produktif semakin meningkat.
Penyebaran informasi upaya berhenti merokok, edukasi dan informasi
tentang pencegahan Penyakit Tidak Menular juga dilaksanakan
melalui media sosial P2PTM antara lain facebook, Instagram, Twitter,
Website, Youtube dan Whatsapp. Jumlah followers platform media
sosial Direktorat P2PTM seperti Facebook @p2ptmkemenkesRI
adalah 110.924 orang; Instagram @p2ptmkemenkesri 189.000 orang;
Twitter @p2ptmkemenkesRI 14.200 orang selama Tahun 2020 dan
semakin meningkat setiap bulannya.

Hasil Kegiatan Layanan Quitline INA pada tahun 2021 adalah:


➢ Jumlah panggilan masuk yang terlayani Layanan Quitline.INA
sejak tahun 2016 sampai 2021 mencapai 358.924 klien. Dengan
jumlah panggilan tidak terlayani yang mencapai 1.291.647
panggilan.
➢ Total panggilan terlayani yang masuk pada Layanan Quitline
selama Tahun 2021 sekitar 189.268 klien.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[182]
➢ Rata-rata panggilan masuk layanan Quitline.INA cenderung
fluktuatif. Tercatat pada tahun 2021 rata-rata panggilan terlayani
adalah 629 klien per hari.
➢ Jumlah telepon masuk perharinya meningkat dari bulan ke bulan,
sejenak menurun saat awal terjadinya pandemi Covid’19 dan pada
November kembali naik hingga bulan Desember. Sejumlah rata-
rata 629 klien/hari. Demikian juga panggilan keluar menunjukkan
angka kenaikan dalam komitmen mengikuti program berhenti
merokok. Kondisi ini sangat ditentukan oleh kesiapan dan
komitmen klien. Rata-rata follow up sekitar 2.506 klien perbulan.
➢ Jumlah klien yang telah bersedia berkomitmen dilakukan
pendampingan dengan menghubungi kembali nomor klien
tersebut. Diketahui panggilan keluar yang sudah dilakukan
konselor sejak tahun 2016 adalah 91.215 kali.
➢ Dari jumlah panggilan masuk yang terlayani, layanan Quitline.INA
telah mendapatkan 10.367 klien yang menyatakan bersedia
komitmen untuk berhenti merokok dan mengikuti program yang
ada.
➢ Jumlah panggilan tidak terlayani (abandon call dan unanswered
call) cukup tinggi menembus angka 303.412 panggilan. Abandon
call sejumlah tersebut menunjukkan animo masyarakat yang ingin
mendapat layanan konseling ini. Apabila dibandingkan dengan
tahun 2019 mengalami penurunan karena sistem baru telah dapat
melacak klien yang iseng atau prank call dan dibuat sistem block
untuk klien yang cenderung terus-menerus menghubungi layanan.
➢ klien layanan Quitline INA adalah laki-laki dengan persentase
sebesar 93 %, sedangkan sisanya adalah perempuan sebesar 7%.
Walaupun berdasarkan survey jumlah perokok perempuan juga
terus meningkat tetapi jika mengacu jumlah klien yang
memanfaatkan layanan quitline dapat disimpulkan populasi
perokok laki-laki jauh lebih banyak dari perokok perempuan.
4) Survei kepuasan konsumen quitline.INA
Secara umum kegiatan ini adalah mengetahui secara obyektif persepsi
masyarakat terhadap kinerja layanan Quitline.INA sesuai dengan
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 14 Tahun 2017 tentang Pedoman Penyusunan Survei
Kepuasan Masyarakat.
Tujuan diselenggarakannya kegiatan ini adalah:1) Terselenggaranya
evaluasi layanan Quitline.INA berhenti merokok untuk masyarakat
pengguna jasa layanan Quitline.INA; 2) Tersedianya hasil evaluasi
layanan Quitline.INA berhenti merokok yang dapat digunakan sebagai
kajian untuk penyempurnaannya di masa mendatang; 3). Tersedianya
informasi dampak yang dirasakan oleh pengguna jasa Quitline.INA yang
telah berhasil berhenti merokok; 4). Tersedianya masukan dan saran

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[183]
masyarakat atas layanan Quitline,INA; dan 5). Tersedianya masukan
dan saran atas rencana kebijakan Quiteline.INA yang akan dijalankan di
masa yang akan datang. Kegiatan survei dilaksanakan pada tanggal 19
Oktober - 10 Desember 2021 bersumber anggaran DIPA APBN Dit.
P2PTM tahun 2021
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit sebagai
lembaga di pusat yang bertanggung jawab atas pencegahan dan
pengendalian penyakit khususnya Penyakit Tidak Menular dalam hal ini
faktor risiko akibat konsumsi hasil tembakau (merokok) telah
mengembangkan layanan konseling Berhenti Merokok dengan sarana
dan prasarana telepon (Quitline.INA 08001776565) tidak berbayar/gratis
bebas pulsa.
Untuk mengukur penyelenggaraan dan pelayanan pubik, Quitline INA
sebagai salah satu layanan langsung kepada masyarakat berupa
konseling melalui telepon diharuskan membuat survei kepuasan
masyarakat sebagai pelanggan layanan publik.Hal ini merupakan upaya
yang harus dilakukan dalam perbaikan pelayanan publik pengguna
layanan dengan mengukur kepuasan masyarakat pengguna layanan
konseling . Pelaksanaan Survei Kepuasan Masyarakat ini menggunakan
metode sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 14 Tahun 2017 tentang
Pedoman Penyusunan Survei Kepuasan Masyarakat Oleh sebab itu
Direktorat P2PTM juga melakukan survei pada Layanan Quitline.INA
yang dilaksanakan secara independen oleh penyedia jasa layanan survei
kepuasan masyarakat.
Survei kepuasan masyarakat sudah diselenggarakan sejak tahun 2018
dengan hasil setiap tahunnya sangat memuaskan. Dari Hasil Survei
Kepuasan Masyarakat atas pelayanan Quitline.INA Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, yang dilaksanakan sesuai dengan
Peraturan Menteri PAN-RB nomor 14 tahun 2017, atas 9 unsur layanan
yang ditentukan pada Tahun 2019 didapatkan nilai indeks 3,53 dan nilai
SKM setelah dikonversi adalah 88,17 yang berada pada klasifikasi A
atau SANGAT MEMUASKAN. Pada tahun 2021 didapatkan lebih tinggi
yaitu nilai indeks 3,59 dan nilai SKM setelah dikonversi adalah 89,66
yang berada pada klasifikasi A atau SANGAT MEMUASKAN dan Tingkat
kepuasan tahun 2021 meningkat dibanding tahun 2020 untuk semua
unsur.
Seluruh unsur layanan Quitline.INA dinilai lebih dari 3,5 sehingga seluruh
unsur masuk kategori sangat memuaskan. Urutan tingkat kepuasan
adalah unsur perilaku pelaksana, penanganan pengaduan, saran dan
masukan serta sarana dan prasarana dengan nilai rataan yang sama
yaitu 3,62, diikuti kompetensi pelaksana sebesasar 3,61, biaya dengan
nilai 3,59, system mekanisme dan prosedur sebesar 3,58 dan yang
paling kecil adalah persyaratan sebesar 3,54.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[184]
Tingkat loyalitas pengguna sebesar 94,7% untuk menggunakan layanan
sampai selesai proses pendampingan dan 86,4% pengguna bersedia
merekomendasikan layanan Quitline.INA kepada yang membutuhkan 7.
Efektifitas Quitline.INA dalam memberikan layanan pendampingan
berhenti merokok cukup tinggi, yang ditunjukkan hasil pengolahan data
dimana 51,3% penerima layanan yang telah berhenti merokok.
Saran dan rekomendasi yang diberikan terhadap hasil evaluasi ini
adalah:
➢ Layanan Quitline.INA telah berhasil memberikan layanan sangat
memuaskan kepada masyarakat sebagai pengguna layanan.
Upaya mempertahankan dan meningkatkan kualitas layanan
harus tetap dilakukan mengingat harapan masyarakat akan
semakin meningkat terhadap Quitline.INA. Dibutuhkan
konsistensi dari pemberi layanan untuk mempertahankan nilai
yang telah diperoleh
➢ Tidak melanjutkan rencana layanan berhenti merokok melalui
telepon berbayar mengingat 71,6% pengguna layanan
Quitline.INA menolak dan akan menurunkan tingkat kepuasan
atas layanan yang telah baik dengan nilai sangat memuaskan
➢ Meningkatkan jumlah masyarakat yang dengan kesadarannya
ingin mendapatkan layanan berhenti merokok melalui ragam
intervensi seperti sosialisasi dan promosi layanan Quitline.INA,
dengan menggunakan internet khususnya berbasis media sosial
(seperti platform Instagram, Youtube, Whatsapp) dan juga media
luar ruangan. Peningkatan ini penting dilakukan mengingat
tingginya efektifitas pendampingan berhenti merokok yang
diberikan Quitline.INA, dampaknya secara kesehatan, ekonomi,
dan sosial bagi pengguna layanan yang berhasil berhenti
merokok serta upaya pencegahan penyakit penyakit yang
diakibatkan paparan rokok yang merugikan masyarakat dan
membebani anggaran Jaminan Kesehatan Nasional.
➢ Berdasarkan saran dari responden, masukan tertinggi adalah:
Pelayanan sudah bagus agar dapat dipertahankan,
meningkatkan sosialisasi dan informasi layanan, durasi
konsultasi yang lebih lama, layanan tetap gratis, frekuensi lebih
banyak dan inovasi.
➢ Berdasarkan hasil analisa Importance Performance Analysis,
strategi yang diutamakan untuk peningkatan adalah biaya, hal ini
terkait dengan rencana biaya tarif layanan, sedangkan yang
dipertahankan adalah perilaku pelaksana, sarana dan prasarana,
penanganan pengaduan, saran dan masukan, dan kompetensi
pelaksana.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[185]
Luaran ➢ Terlaksananya survei kepuasan masyarakat terhadap layanan
(Output) Quitline.INA menggunakan metode sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 14 Tahun 2017 tentang Pedoman
Penyusunan Survei Kepuasan Masyarakat.
➢ Berdasarkan hasil survei bahwa 56,9% masyarakat pengguna
layanan Quiline.INA sangat puas dengan layanan yang diberikan,
pengguna merasa puas dengan persentase 42,8%. Secara umum
pengguna puas dengan layanan 73 Survei Kepuasan Masyarakat
Layanan Quitline.INA 0-800-177-6565 Kemenkes RI Tahun 2021
Quitline.INA. Hal ini menunjukkan bahwa layanan Quitline.INA
telah mampu memberikan layanan sesuai harapan masyarakat
pengguna layanan.
➢ Terselenggaranya layanan UBM berupa konseling melalui telepon
tidak berbayar atau Quitline-INA. Efektifitas Quitline.INA dalam
memberikan layanan pendampingan berhenti merokok dinilai
cukup tinggi, yang ditunjukkan oleh hasil pengolahan data klien
yang menyatakan berkomitmen, dimana 51,3 % klien sudah
berhenti merokok sedangkan yang kembali merokok sebesar
43,6% dan yang berganti dengan model rokok lain sebesar 5,1%.
Sehingga sangat diperlukan tindak lanjut layanan untuk
memastikan pengguna layanan tetap berhenti merokok.
Hasil Hasil survei evaluasi layanan Quitline berhenti merokok untuk masyarakat
(Outcome) pengguna jasa layanan Quitline. Hasil survei kepuasan masyarakat atas
pelayanan Quitline.INA Kementerian Kesehatan RI tahun 2021
mendapatkan nilai indeks 3,59 atau nilai SKM setelah dikonversi adalah
89,66 yang berada pada klasifikasi A atau sangat memuaskan
Manfaat ➢ Tersedianya hasil evaluasi dan rekomendasi layanan Quitline.INA
berhenti merokok yang dapat digunakan sebagai kajian untuk
penyempurnaannya di masa mendatang.
➢ meningkatnya kepedulian masyarakat tentang bahaya kesehatan
akibat konsumsi rokok, pengetahuan dan informasi mengenai
bahaya merokok yang diharapkan dapat menekan jumlah perokok
anak.
Dampak peningkatan Layanan Quitline.INA untuk tahun tahun berikutnya dan
Penurunan prevalensi perokok di Indonesia.
5) Survei Konsumsi Rokok Berbasis IT dan Media Sosial
Secara umum kegiatan ini dilaksanakan untuk mengetahui gambaran
konsumsi rokok di masyarakat dan untuk mendapatkan tanggapan
masyarakat terkait konsumsi rokok di Tahun 2021.
Tujuan diselenggarakannya kegiatan ini adalah: 1). Terselenggaranya
survei konsumsi rokok berbasis IT dan media sosial, 2). Tersedianya
data gambaran konsumsi rokok di masyarakat terutama di media sosial.
Dan 3). Sebagai kajian dan penyempurnaan layanan berhenti merokok

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[186]
selanjutnya. Kegiatan Survei Konsumsi Rokok ini dengan menggunakan
metode survei online.
Hasil Survei ini meliputi:
➢ Usia paling muda responden mulai merokok adalah 10 tahun, dan
yang paling tua adalah 55 tahun dengan rata-rata usia 17 tahun
dan paling banyak memulai rokok di usia 15 tahun.
➢ Alasan pertama merokok karena pengaruh teman (69,2%), lama
merokok selama 1 – 10 tahun (49,3%), keseringan merokok
setiap hari (71%).
➢ jenis rokok yang paling banyak dikonsumsi adalah rokok filter dan
kretek, cara membeli rokok dalam bentuk bungkus dengan biaya
kurang dari Rp.25.000,- per hari.
➢ Dari 426 responden, yang menyatakan sangat ingin dan ingin
berhenti merokok sebesar Survei Konsumsi Rokok Berbasis IT
dan Sosial Media Kemenkes RI Tahun 2021 60 87,4%, dengan
motivasi utama adalah niat sendiri dan alasan Kesehatan.
➢ Responden yang menetahui layanan berhenti merokok
Quitline.INA melalui telpon sebesar 40,1%, chatbot (12%) dan
UBM di fasilitas layanan Kesehatan masyarakat (27,3%) dengan
sumber informasi dari bungkus rokok dan orang lain.
➢ Sebagian besar responden tidak bersedia untuk bantuan
konseling secara berbayar, yaitu sebesar 63,6%.
➢ Saran dan masukan dari responden terkait konsumsi rokok ini
antara lain: memberikan layanan berhenti merokok secara gratis,
meningkatkan sosialisasi bahaya dan dampak merokok kepada
masyarakat khususnya generasi muda, menaikkan harga rokok,
menutup pabrik rokok dan melarang merokok di area publik
secara keseluruhan.
Saran dan Rekomendasi:
1) Hasil survei konsumsi rokok di media sosial menunjukkan lebih dari
50%, usia pertama kali merokok adalah 15,16,17 dan 18 tahun. Untuk itu
diperlukan peningkatan sosialisasi dan pengayaan literasi kepada para
remaja pada usia tersebut, termasuk dengan memanfaatkan teknologi
informasi dan pemanfaatan media social.
2) Hasil Survei Konsumsi Rokok di media social juga menunjukkan
keinginan berhenti merokok yang tinggi mencapai 87,3% namun jumlah
yang pernah menggunakan layanan berhenti merokok masih sangat
rendah hanya sebesar 14,1%. Pengetahuan akan layanan berhenti
merokok masih rendah, 40% untuk layanan quitline.INA sebesar 12%
dan 28% untuk layanan di Fasilitas Kesehatan. Untuk itu diperlukan
sosialisasi dan informasi tentang layanan berhenti merokok, dengan
tujuan bukan hanya awareness (pengetahuan) tapi sampai kepada
action (tindakan) menggunakan layanan berhenti merokok. 3. Perlu
dipertimbangkan kembali tentang rencana layanan berhenti merokok

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[187]
melalui telepon berbayar mengingat 63,6% responden survei konsumsi
rokok menolaknya. 4. Berdasarkan saran dari responden dari survei
konsumsi rokok, didapatkan masukan dan saran antara lain: o
memberikan layanan berhenti merokok secara gratis, o meningkatkan
sosialisasi bahaya dan dampak merokok kepada masyarakat khususnya
generasi muda, o menaikkan harga rokok o melarang merokok di area
publik secara keseluruhan.
Luaran ➢ Terlaksananya survei konsumsi rokok berbasis IT dan media sosial
(Output) dengan responden sebanyak 426 responden, dengan karakteristik
responden antara lain: responden didominasi lak-laki (84,7%),
rentang usia 21-30 tahun (40,2%), pekerjaan sebagai karyawan
swasta (44,6%), kisaran pendapatan Rp.3.000.000 – Rp.5.000.000
per bulan (34%), Pendidikan Sarjana (39,7%) dan tamat SMU
(38%) dan mengetahui survei konsumsi rokok dari whatsapp
(54,5%).
➢ Gambaran konsumsi rokok di masyarakat terutama di media sosial
adalah usia paling responden mulai merokok adalah 10 tahun, dan
yang paling tua adalah 55 tahun dengan rata-rata usia 17 tahun
dan paling banyak memulai rokok di usia 15 tahun. Alasan pertama
merokok karena pengaruh teman (69,2%), lama merokok selama
1 – 10 tahun (49,3%), keseringan merokok setiap hari (71%), jenis
rokok yang paling banyak dikonsumsi adalah rokok filter dan
kretek, cara membeli rokok dalam bentuk bungkus dengan biaya
kurang dari Rp.25.000,- per hari.
Hasil ➢ Diketahuinya gambaran konsumsi rokok di masyarakat terutama di
(Outcome) media sosial.
➢ Gambaran konsumsi rokok di masyarakat (berdasarkan responden
survei konsumsi rokok berbasis IT dan sosial media tahun 2021)
bahwa 60 87,4%, dengan motivasi utama adalah niat sendiri dan
alasan Kesehatan. Responden mengetahui layanan berhenti
merokok Quitline.INA melalui telpon sebesar 40,1%, chatbot (12%)
dan UBM di fasilitas layanan Kesehatan masyarakat (27,3%)
dengan sumber informasi dari bungkus rokok dan orang lain.
Sebagian besar responden tidak bersedia untuk bantuan konseling
secara berbayar, yaitu sebesar 63,6%..
Manfaat ➢ Tersedianya data konsumsi rokok yang dapat digunakan sebagai
(Benefit) kajian untuk penyempurnaannya intervensi program di masa
mendatang.
➢ Mendapatkan masukan saran intervensi kegiatan dalam upaya
mengendalikan konsumsi rokok khususnya pada usia muda
diantaranya bahwa diperlukan: a) Peningkatan sosialisasi dan
pengayaan literasi kepada para remaja pada usia tersebut,
termasuk dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
pemanfaatan media sosial. b) Sosialisasi dan informasi tentang

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[188]
layanan berhenti merokok, dengan tujuan bukan hanya awareness
(pengetahuan) tapi sampai kepada action (tindakan)
menggunakan layanan berhenti merokok; c) meningkatkan
sosialisasi bahaya dan dampak merokok kepada masyarakat
khususnya generasi muda; d) Menaikkan harga rokok dan e)
Melarang merokok di area publik secara keseluruhan.
Dampak Penurunan prevalensi perokok di Indonesia usia 10-18 tahun.
(Impact)

A. Bimbingan Teknis Pelaksanaan Layanan UBM


Masukan (input) Alokasi anggaran sebesar Rp.79.301.000,- dengan realisasi sebesar
Rp. 24.025.859,- (30,30%).
Bimbingan teknis layanan UBM secara virtual dan turun ke Lapangan
bertujuan untuk meningkatkan pemahaman pengelola program P2PTM,
Pemerintah daerah, agar dapat mengambil langkah-langkah dalam
Pelaksanan Layanan Upaya Berhenti Merokok
Kegiatan bimbingan teknis layanan konseling UBM bertujuan untuk:
➢ Mengoptimalkan program layanan UBM di daerah baik dari aspek
pemahaman pengelola program, integrasi, pendataan maupun
penganggaran ‘
➢ Menginventarisir hambatan dan kendala secara spesifik dalam
penerapan layanan konseling UBM di tiap provinsi, sehingga dapat
dijadikan masukan untuk perbaikan
➢ Mendapatkan masukan sukses pencapaian dan inovasi yang telah
dilakukan untuk dapat dikembangkan di daerah lainnya
➢ Mengumpulkan data yang diperlukan dalam rangka optimalisasi
data SI PTM
➢ Mengevaluasi penggunaan Dana Dekonsentrasi (Khususnya
pelaksanaan Pelatihan UBM) dan memberikan masukan pada
pengelola program utk optimalisasi penyerapan
➢ Hal lain yang dibutuhkan dalam rangka penguatan Layanan
Konseling UBM di Fasyankes.
Sasaran kegiatan : Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan Provinsi; Kepala
Seksi PTM Keswa Dinas Kesehatan Provinsi; Pengelola program PTM
Dinas Kesehatan Provinsi; Konselor/ Pelaksana layanan konseling UBM
di Fasyankes.
Pada tahun 2021 telah dilaksankan bimbingan teknis pelaksanaan UBM
di Provinsi Sumatera Selatan (sebagai daerah Binaan Dirjen P2P).
Kesimpulan:
➢ Pada saat masa pandemi COVID-19 sedang fokus dalam
mengatasi pandemi dan menjalankan vaksin COVID-19
➢ Konselor di puskesmas masih takut dalam menjalankan klinik
layanan Upaya Berhenti Merokok (UBM) dimasa pandemi

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[189]
➢ Masih kurangnya intervensi yang dilaksanakan di tingkat FKTP
seperti pendataan PIS-PK yang intervensinya tidak melibatkan
klinik Berhenti Merokok untuk anggota keluarga yang merokok
sehingga dapat meningkatkan sasaran/ target konseling layanan
berhenti merokok di Puskesmas tsb.
Saran:
➢ Perlunya inisasi Puskesmas untuk menjalankan klinik Upaya
Berhenti Merokok (UBM)
➢ Monitoring secara berkala untuk layanan UBM sehingga
mempermudah mengkoreksi dan mencari strategi kegiatan tepat
dan bermanfaat untuk mengurangi angka morbiditas dan
mortalitas PTM di masyarakat terutama dimasa pandemi.

B. Bimbingan Teknis Pelaksanaan KTR


Masukan (input) Alokasi anggaran sebesar Rp.305.156.000,- dengan realisasi sebesar
Rp. 187.117.400,- (61,97%)
Dalam rangka percepatan dan pelaksanaan program pengendalian
konsumsi tembakau yang berkesinambungan maka pada tahun 2021
bersumber anggaran APBN telah dilaksanakan pembinaan teknis
implementasi kawasan tanpa rokok (KTR) di 7 tatanan melalui Bimbingan
teknis dan monitoring evaluasi Implementasi KTR di Kota 10
Kabupaten/Kota, seperti pada tabel berikut:
No Kabupaten/Kota Tanggal
1 Jawa Barat 22 – 24 April 2021
2 Bali 2 – 4 Juni 2021
3 Kabupaten Lampung Timur 15-17 November 2021
4 Kota Sukabumi 25-27 November 2021
5 Kota Pematang Siantar 9-11 November 2021
6 Kota Balikpapan 17-19 November 2021
7 Kabupaten Maros 17-19 November 2021
8 Kabupaten Siak 23 – 25 Nopember 2021
9 Kabupaten Bantul 2-4 November 2021
10 Kota Pontianak 22-24 ovember 2021

Tujuan kegiatan ini adalah: 1) Terlaksananya koordinasi pusat dan daerah


dalam penguatan pelaksanaan program pengendalian konsumsi
tembakau melalui implementasi kawasan tanpa rokok; 2) Terlaksananya
pembinaan teknis yang diikuti dengan monitoring dan evaluasi program
pengendalian konsumsi tembakau terhadap implementasi kawasan tanpa
rokok.
Kegiatan pembinaan teknis dan monitoring evaluasi Implementasi KTR di
7 tatanan berupa kunjungan ke Dinas Kesehatan Provinsi, Ke Dinas
Kesehatan Kota dan monitoring evaluasi/pemantauan langsung ke
lapangan pada Peratuan Daerah/Perkada (Peraturan BUpati/Peraturan
walikota) tentang Kawasan Tanpa Rokok yaitu di:1) Fasilitas Pelayanan

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[190]
Kesehatan; 2) Tempat proses belajar mengajar; 3) Tempat anak bermain;
4) Tempat Ibadah; 5) Angkutan Umum; 6) Tempat Kerja dan 7) Temapat
yang ditentukan sesuai Perda/Perkada.
instrument yang digunakan adalah instrument: BIMTEK Program PKGI
yaitu form di google drive dengan link sebagai berikut :
https://link.kemkes.go.id/BIMTEKPKGI
Hasil Kegiatan dan hasil Penerapan KTR Di 7 Tatanan direkap dalam tabel
berikut dengan melihat kondisi capaian masing-masing indikator di tiap
tatanan:
NO KEGIATAN INDIKATOR Hasil
(√)
1 Penilaian Penerapan KTR di Tempat Belajar Mengajar
Terdapat tanda larangan merokok
Tidak ditemukan orang yang merokok
Tidak ditemukan iklan rokok
Tidak ditemukan puntung rokok
Tidak ditemukan penjualan rokok
2 Penilaian Penerapan KTR di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
Terdapat tanda larangan merokok
Tidak ditemukan orang yang merokok
Tidak ditemukan iklan rokok
Tidak ditemukan puntung rokok
Tidak ditemukan penjualan rokok
Tidak ditemukan asbak atau korek api
3 Penilaian Penerapan KTR di Tempat bermain anak
Terdapat tanda larangan merokok
Tidak ditemukan orang yang merokok
Tidak ditemukan iklan rokok
Tidak ditemukan puntung rokok
Tidak ditemukan penjualan rokok
4 Penilaian Penerapan KTR di Tempat Ibadah
Terdapat tanda larangan merokok
Tidak ditemukan orang yang merokok
Tidak ditemukan iklan rokok
Tidak ditemukan puntung rokok
Tidak ditemukan penjualan rokok
5 Penilaian Penerapan KTR di Angkutan Umum
Terdapat tanda larangan merokok
Tidak ditemukan orang yang merokok
Tidak ditemukan iklan rokok
Tidak ditemukan puntung rokok
Penjualan rokok tidak dipajang (display)
6 Penilaian Penerapan KTR di Tempat Kerja
Terdapat tanda larangan merokok
Tidak ditemukan orang yang merokok
Tidak ditemukan iklan rokok
Tidak ditemukan puntung rokok
Penjualan rokok tidak dipajang (display)
7 Penilaian Penerapan KTR di ……..(sesuai ketentuan
pada PErda/Perkada)
Terdapat tanda larangan merokok
Tidak ditemukan orang yang merokok
Tidak ditemukan iklan rokok
Tidak ditemukan puntung rokok
Penjualan rokok tidak dipajang (display)

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[191]
A. Koordinasi Pelaksanaan Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Jantung
Dan Pembuluh Darah
Masukan (input) dengan alokasi dana sebesar Rp 1.670.167.000,- dengan realisasi Rp
1.540.335.469,- yang terdari dari kegiatan:
1) Pertemuan Koordinasi Surveilans dan SIPTM
2) Jejaring Kemitraan PJPD
Kegiatan pertemuan koordinasi dengan lintas sektor dan program antara
lain:
➢ Pembahasan Algoritma Pandu PTM di FKTP tanggal 29 Januari dan 9
Februari 2021. Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan kesepahaman
dalam rangkaian kegiatan alur Pandu PTM di FKTP. Rapat dilaksankan
secara virtual dan tatap muka dengan mengundang para ahli dari
berbagai organisasi profesi antara lain; HOGI, PERKI, PAPDI, PDKI,
PDPI, dan Dit Yankes Primer, PKR, Dit P2PTM. Kagiatan terus berlanjut
dalam rapat-rapat melalui zoom meeting hingga didapatkan suatu pola
pelaksanaan Pandu yang lebih sederhana
➢ Rapat Pembahasan Permenkes Gula Garam dan Lemak tgl 2, 11, 23
Februari 2021. Agenda rapat yaitu: Input masukan Permenkes tentang
Gula, Garam, dan Lemak Input tentang masukan batasan konsumsi Gula,
Garam, dan Lemak. Masukan dan diskusi. Rapat dipimpin oleh
Koordinator PJPD yaitu dr. Ratna Budi Hapsari, MKM, Dihadiri oleh
BPOM (Dit. Standardisasi Produk Pangan), Dit. Industri Makanan, Hasil
Laut dan Perikanan Kemenperin, Dit. Bina Usaha dan Pelaku Distribusi,
Kemendag, Perwakilan Biro Hukor Kemenkes – Nursal, HOH Ditjen P2P,
PADK, Dit. Pelayanan Kesehatan Primer, Ditjen Yankes, Dit. Gizi
masyarakat, Ditjen Kesmas, Dit. Kesling, Ditjen Kesmas, Pusat Upaya
Kesehatan Masyarakat Litbangkes, Dr. Rita Ramyulis, DCN, M.Kes –
PERSAGI, IAKMI, Jabfung Epid Dit. P2PTM, dalam pertemuan tersebut
ada beberapa masukan draft Permenkes Tentang Pencantuman
Informasi Kandungan Gula, Garam Dan Lemak Serta Pesan Kesehatan
Pada Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji. Fokus perubahan
Permenkes adalah kepada pangan olahan sehingga nantinya rancangan

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[192]
peraturan menteri kesehatan tersebut adalah terkait Pencantuman
Informasi Kandungan Gula, Garam, Dan Lemak Serta Pesan Kesehatan
Pada Pangan Olahan. Perlu adanya strategi edukasi terkait permenkes
ini adalah dengan sosialisasi membaca label pangan karena butuh
pemahaman dari masyarakat terkait label pangan olahan yang ada
ukuran saji dan ukuran porsi.
➢ Rapat Persiapan Skrining EKG Penyakit Kardiovaskuler berbasis KDK,
30 Juli 2021. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 30 Juli 2021 di
Jakarta, bertujuan untuk mendapat masukan dalam penguatan deteksi
dini penyakit jantung. Diharapkan dokter di FKTP mampu menemukan
kasus penyakit jantung secara dini. Dalam tatlaskananya adalah dengan
melalui pendekatan Pandu PTM. Tool yang bisa digunakan adalah
dengan menggunakan algoritma Pandu PTM dan Tabel Prediksi Risiko
PTM. Identifikasi alat diagnostik yang dibutuhkan untuk diagnosa
penyakit kardiovaskler selain EKG di FKTP, semetara EKG masih
menjadi alat diagnostic golden standar di FKTP. Klinis pasien dan hasil
pemeriksaan EKG, mampu menegakkan diagnosis dini. Perlu pemodelan
dalam konsep penguatan jejaring FKTP dan rujukan dalam
penanggulangan kardiovaskuler di Indonesia. Peran masyarakat dan
tenaga kesehatan menjadi sangat penting sebagai gate keeper. Selain itu
penguatan sistem rujukan diperlukan dalam membangun sistem layanan
terpadu kardiovaskuler.
➢ Press briefing Hari Jantung Sedunia 2021
Kegiatan dilaksanakan dalam rangka Hari Jantung Sedunia yang jatuh
pada tanggal 29 September 2021. Peringatan Hari Jantung Sedunia
Tahun 2021 bertujuan meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan
kemandirian masyarakat untuk mencegah faktor risiko dan
mengendalikan PTM sebagai upaya penurunan komorbid Covid-19,
menguatkan kolaborasi terintegrasi antara berbagai pemangku
kepentingan dalam melaksanakan pencegahan dan pengendalian
penyakit kardiovaskular serta meningkatkan upaya penggerakan upaya
deteksi dini penyakit kardiovaskular dan faktor risiko PTM lainnya.
Peserta Media Briefing HJS Tahun 2021 adalah media massa (jurnalis)
yang bekerjasama dengan Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat,
Kemenkes sebanyak 20 orang secara virtual dengan zoom meeting.
Pertemuan diawali dengan Pengantar oleh Aji Muhawarman
(Rokomyanmas) kemudian sambutan oleh Plt Dirjen P2P, DR. dr Maxi
Rein Rondowuwu, DHSM, MARS sekaligus membuka acara. Pemaparan
materi disampaikan oleh Perhimpunan Kardiovaskuler Indonesia (PERKI)
dan (Koordinator Pusat Data & Informasi Pengurus KREKI) dilanjutkan
dengan diskusi dan Tanya jawab.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[193]
Press briefing Hari Stroke Sedunia 2021
1) Kegiatan dilaksanakan dalam rangka Hari Stroke Sedunia yang
diperingati setiap tanggal 29 Oktober 2021. Tema tahun ini adalah
“Manfaatkan 1 Menit Anda! #SeGeRaKeRS!”. Peringatan Hari Stroke
Sedunia Tahun 2021 bertujuan meningkatkan pengetahuan,
kesadaran dan kemandirian masyarakat untuk mencegah faktor risiko
dan mengendalikan PTM sebagai upaya penurunan komorbid Covid-
19, menguatkan kolaborasi terintegrasi antara berbagai pemangku
kepentingan dalam melaksanakan pencegahan dan pengendalian
penyakit stroke serta meningkatkan upaya penggerakan upaya
deteksi dini penyakit stroke dan faktor risiko PTM lainnya. Media
Briefing HJS Tahun 2021 dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober
2021. Peserta adalah media massa (jurnalis) yang bekerjasama
dengan Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kemenkes
secara virtual dengan zoom meeting. Pertemuan diawali dengan
Pengantar oleh Rokomyanmas kemudian sambutan oleh Plt. Direktur
P2PTM sekaligus membuka acara. Pemaparan materi disampaikan
oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) dan
Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
Indonesia (PERDOSRI) dilanjutkan dengan diskusi dan Tanya jawab.
Rangkaian kegiatan Hari Stroke Sedunia dilanjutkan dengan
pelaksanaan Webinar. Tujuan dilaksanakan webinar adalah
Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tenaga kesehatan
tentang Stroke, Meningkatkan peran serta masyarakat dalam
pencegahan dan pengendalian Stroke. Kegiatan dilaksanakan pada
tanggal 10 November 2021 dengan menggunakan zoom webinar.
Pesan utama yang disampaikan adalah: Kenali gejala dini stroke,
pahami istilah SeGeRa Ke RS.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[194]
3) Evaluasi Agent Of Change Bagi KL, Perguruan Tinggi, Ormas, Orang Peduli Sehat
Dan Perusahaan
Pertemuan evaluasi AoC PTM dilaksanakan pada tanggal 28-30 Oktober
2021 dengan melibatkan peserta yang telah mengikuti sosialisasi atau
orientasi AoC PTM yang berasal dari K/L, Organisasi masyarakat, Organisais
Profesi, Institusi, Perusahaan, universitas, akademisi, Tokoh agama, dan
dinas kesehatan di seluruh Provinsi. Rangkaian dan mekanisme kegiatan
adalah sebagai berikut:
Hari I, tanggal 28 Oktober 2021
➢ Pertemuan diawali dengan Laporan kegiatan oleh Plt. Direktur
P2PTM
➢ Pembukaan oleh Plt DG P2P sekaligus membuka acara evaluasi AoC
PTM
➢ Overviuw AoC PTM yang disampaikan oleh Koordinator PJPD, dr,
Sandra Diah Ratih, MPH.
Rekomendasi dan Evaluasi
Hasil Kesepakatan Rekomendasi:
➢ AoC sebagai role model, harus bisa dan mampu sebagai contoh
menerapkan perilaku hidup sehat
➢ AoC sebagi motivator, harus memiliki kemampuan yang kuat untuk
memotivasi diri, Keluarga, dan lingkungannya
➢ Mengetahui kondisi diri kita dimana, apakah dalam kelompok sehat,
berisiko atau sudah menyandnag PTM sehingga kita mampu
melakukan perubahan perilaku kita untuk mengendalikan PTM
➢ Budayakan pola hidup sehat, pola makan,aktiftas fsik, konsumsi GGL
sesuai batas yang dianjurkan
➢ Buat tantangan pencapaian program penurunan BB

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[195]
➢ Timbang BB saat pertama menjalani program dan satu bulan
kemudian
➢ Advokasi pimpinan untuk mendukung program PTM di k/L, institusi
dan organisasi
➢ Latihan fisik haruslah terukur dan terstruktur dan sesuai dengan
kemampuan
➢ Lakukan aktifitas bergerak di lingkungan kerja ,jadikan budaya
bergerak di seluruh K/L Perlu pendampingan tutor, trainer, atau
konsultan
➢ Menyampaikan informasi kekomunitas 2,kelompok penyintas PTM
sehingga diharapkan dapat memotivasi anggota yang belum
melakukn perubaha perilkau hidup sehat.
Bukti
Kegiatan

4) Koordinasi Pemanfaatan Algoritma Pandu PTM


a. Kegiatan di awali dengan rapat persiapan dan pembahasan algoritma
Pandu PTM yang dilaksanakan secara virtual dan tatap muka Selanjutnya
kegiatan koordinasi dilaksanakan di 3 (tiga) regional yaitu: regional barat
dilaksanakan di Jakarta secara virtual dan tatap muka (hybrid) pada
tanggal 30 April 2021 yang dihadiri oleh Dinas Kesehatan Provinsi Aceh,
Dinkes Provinsi Sumatera Utara, Dinkes Provinsi Sumatera Barat, Riau,
Dinkes Provinsi Kepulauan Riau, Dinkes Provinsi Jambi, Dinkes Provinsi
Dinkes Provinsi Bengkulu, Dinkes Provinsi Kepulauan Bangka Belitung,
Dinkes Provinsi Sumatera Selatan, Dinkes Provinsi Lampung, Dinkes
Provinsi Banten, Dinkes Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Perhimpunan
Dokter Umum Indonesia (PDUI) wilayah regional Barat, Perhimpunan
Dokter Keluarga Indonesia (PDKI) wilayah regional Barat, Tenaga
Kesehatan Puskesmas di wilayah regional Barat.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[196]
Regional tengah dilaksanakan di Bali secara virtual dan tatap muka
(hybrid) pada tanggal 2 – 4 Juli 2021 dihadiri oleh Dinkes Provinsi Bali,
Dinkes Provinsi Nusa Tenggara Barat, Dinkes Provinsi Nusa Tenggara
Timur, Dinkes Provinsi Kalimantan Barat, Dinkes Provinsi Kalimantan
Timur, Dinkes Provinsi Kalimantan Tengah, Dinkes Provinsi Kalimantan
Selatan, Dinkes Provinsi Kalimantan Utara, Dinkes Provinsi Jawa Timur,
Dinkes Provinsi Jawa Tengah, Perhimpunan Dokter Umum Indonesia
(PDUI) wilayah regional Tengah, Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia
(PDKI) wilayah regional Tengah, Tenaga Kesehatan Puskesmas di
wilayah regional Tengah.
Regional timur dilaksanakan secara virtual pada tanggal 26 Juli 2021
dihadiri oleh Dinkes Provinsi Maluku Utara, Dinkes Provinsi Maluku,
Dinkes Provinsi Sulawesi Selatan, Dinkes Provinsi Sulawesi Barat, Dinkes
Provinsi Sulawesi Utara, Dinkes Provinsi Sulawesi Tengah, Dinkes
Provinsi Sulawesi Tenggara, Dinkes Provinsi Gorontalo, Dinkes Provinsi
Papua, Dinkes Provinsi Papua Barat, Perhimpunan Dokter Umum
Indonesia (PDUI) wilayah regional Timur, Perhimpunan Dokter Keluarga
Indonesia (PDKI) wilayah regional Timur, Tenaga Kesehatan Puskesmas
di wilayah regional Timur. Adapun agenda pada pertemuan tersebut
adalah penyamapaian keynote speech oleh Plt. Direktur Jenderal P2P,
Overview PTM dan Pandu PTM di FKTP oleh Direktur P2PTM,
Penyampaian “Kupas Tuntas Algoritma Pandu PTM” oleh Koordinator
Substansi PJPD, dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab. Kesimpulan
yang didapat adalah:
Pandu diadop dari WHO PEN yang disesuaikan dengan kebutuhan
program di Indonesia, yang bertujuan untuk memperkuat sistem
kesehatan dan fungsi layanan primer dengan menitik beratkan pelayanan
manajemen hipertensi dan DM
Upaya kesehatn berbasis masyarakat (Paosbindu PTM) dikembangkan
sebagai bagian dari Pandu PTM yang memungkinkan rujukan ke
Puskesmas untuk penanganan lebih lanjut.
Penilaian Prediksi risiko faktor risiko PTM adalah: memprediksi risiko
seseorang menderita penyakit kardiovaskuler 10 tahun mendatang,
menggunakan tabel prediksi risiko PTM yang diadaptasi dari WHO
Cardiovascular Disease Risk Charts, terdapat 2 jenis tabel prediksi risiko
PTM yaitu berdasarkan hasil laboratorium dan tanpa hasil laboratorium.
Evaluasi Implementasi Algoritma Pandu dilaksanakan sebagai bagian dari
pelaksanaan koordinasi algoritma Pandu di FKTP. Kegiatan ini
dilaksanakan untuk menilai efektifitas pelaksanaan implementasi Pandu
PTM di Puskesmas. Selain itu untuk mengetahui keberadaan dan
ketersedian penunjang dalam penanganan faktor risiko kardiovaskuler di
Puskesmas. Kegiatan dilaksanakan di 6 lokasi yaitu; Jawa Timur, Nusa
Tenggara Timur, Sumatera Utara, Maluku Utara, DI.Yogyakarta, dan

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[197]
Kepulauam Riau. Kegiatan dilaksanakan pada bulan Oktober – November
2021.

b. Implementasi Evaluasi Pandu PTM


Workshop evaluasi dan implementasi PANDU PTM di Puskesmas pada
masa Pandemi, melalui survei cepat PANDU PTM yang melibatkan
puskesmas di 34 provinsi. Workshop diadakan secara Daring menggunakan
aplikasi zoom webinar pada tanggal 15 Oktober 2021.Tujuan workshop ini
adalah terlaksananya workshop evaluasi implementasi PANDU PTM,
mendapatkan masukan dari pakar akademisi, organisasi profesi. Kegiatan
dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan melalui Direktorat P2PTM.
Tahapan kegiatan dilaksanakan secara virtual dan diawali dengan survey
cepat Pandu PTM bagi seluruh pengelola program PTM di FKTP, Selanjutnya
kegiatan dilanjutkan dengan diseminasi hasil survey cepat. Peserta pada
kegiatan ini adalah pengelola program PTM di Dinas Kesehatan
Provinsi,Kabupaten/Kota dan Puskesmas. Narasumber pada kegiatan
Workshop evaluasi Implementasi Pandu PTM di puskesmas berasal dari
Perhimpunan Dokter Pusat Kesehatan Masyarakat Indonesia (PKDKMI),
Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia (PDKI), Perhimpunan Dokter
Umum Indonesia (PDUI), Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Dekan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Asosiasi Dinas
Kesehatan Indonesia (Adinkes).

B. Lokakarya Pengendalian Hipertensi


1) Media Briefing
Kegiatan dilaksanakan dalam rangka Hari Hipertensi Sedunia 2021pada
tanggal 6 Mei 2021 dan secara daring. Narasumber adalah DR. dr.
Erwinanto, SpJP. FIHA (PERHI), Dr. Ade Surya Darmawan, SKM, MDM
(IAKMI). Kegiatan tersebut dihadiri oleh Media Massa, Rokomyanmas,
Direktorat Yankes, Direktorat Promkes dan Pemberdayaan Masyarakat,
Hukor P2P, Koordinator dan Subkoordinator dilingkungan P2PTM, Staf Dit
P2PTM. Moderator berasal dari Rokomyanmas. Pada kegiatan disampaikan
peparan tentang situasi dan kondisi penyakit tidak menular di Indonesia dan
penyakit silent killer yang dikenal dengan penyakit hipertensi dilanjutkan
dengan diskusi dan tanya jawab.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[198]
Talkshow
1. Radio Trijaya FM.
Dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 2021 pukul 09.00 – 10.00 WIB. secara
LIVE Stream by Zoom dengan topik “CEGAH DAN KENDALIKAN
HIPERTENSI, HIDUP SEHAT LEBIH LAMA” dengan Host adalah Doudy
J. Tatipang. Narasumber berasal PERHI dan Direktur P2PTM. Proses
kegiatan sebagai berikut:
➢ Opening program oleh Host. Menyampaikan intro topik
➢ Talkshow/ bincang-bincang dan tanya jawab
➢ Penutup
Tetap terapkan protokol kesehatan di masa pandemi ini, serta tak lupa
cegah hipertensi dengan pola hidup sehat, bagi yang mengidap
hipertensi Kelola dan cek secara berkala tekanan darah anda di rumah
maupun di fasyankes terdekat.
Jangan lupa untuk selalu cek tekanan darah anda, Semakin tinggi umur
anda semakin besar kemungkinan anda terkena hipertensi. Tekanan
normal-tinggi 37% mengalami hipertensi dalam jangka waktu 4 tahun
kedepan, itulah kenapa diperlukan pengukuran tekanan darah secara
berkala
Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Tidak Menular menyelenggarakan “Gerakan
Pengukuran Tekanan Darah Secara Mandiri” selama Bulan Mei 2021
melalui website https://cegahhipertensi.top
2. Siaran Radio Kesehatan, Kemenkes RI
Dilaksanakan pada tanggal 24 Mei 2021 pukul 13.00 – 14.00 WIB. secara
LIVE Stream by Zoom dengan topik “FAKTA DAN MITOS DALAM
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN HIPERTENSI” dengan Host
adalah Revan. Narasumber berasal dari PERKI dan Direktur P2PTM.
Proses kegiatan dibagi dalam 4 segmen. Segmen 1 – 3 penyampaian
dialog dan diskusi dialog dengan host dengan narasumber dilanjutkan
segmen 4 tanya jawab dengan netizen. Kesimpulan yang didapat adalah:
Tetap terapkan protokol kesehatan di masa pandemi ini, serta tak lupa
cegah hipertensi dengan pola hidup sehat, bagi yang mengidap

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[199]
hipertensi Kelola dan cek secara berkala tekanan darah anda di rumah
maupun di fasyankes terdekat.
035140530 yaitu: no smoking, olah raga dengan berjalan kaki 3 km 30
menit, cek tekanan darah tidak boleh lebih dari 140 mmHG, kadar
cholesterol 5 mmol/L dikonversi 190mg/dl, kadar LDL 3 mmol/L dikonversi
113mg/dl, jaga berat badan jangan obesitas.

2) Lokakarya Pengendalaian Hipertensi


Lokakarya ini dilaksanakan untuk mendapatkan gambaran masalah
penanggulangan hipertensi saat ini serta mendapatkan masukan dari unsur
pentahelix (pemerintah, akademisi, dunia usaha, masyarakat, dan media
massa) dalam penanggulangan penyakit hipertensi. Kegiatan dilaksanakan
pada tanggal 9 – 11 Juni 2021 di Bogor, Jawa Barat. Metode pertemuan
dilaksanakan secara hybrid. Peserta dihadiri secara luring adalah organisasi
profesi terdiri dari PAPDI, Ina-SH, PERKI, PERNEFRI, PDSKO, IAKMI,
kemudian Lintas Program seperti; Promkes, Rokomyanmas, Kesjaor,
Pelayanan Kesehatan Primer, Pelayanan Kesehatan Rujukan, PADK,
Pusdatin, influencer AMSA, KKP Kelas II Ambon, UPTD PKM Takalala, Kab.
Soppeng Sulsel, Dinkes Provinsi Banten, Dinkes Prov DKI Jakarta, Dinkes
Provinsi Jawa Barat, Dinkes Provinsi Jawa Tengah, Dinkes DI Yogyakarta,
Dinkes Provinsi Jawa Timur, Dinkes Provinsi Sumatera Selatan, Dinkes
Provinsi Lampung. Sedangkan peserta daring adalah Dinkes Kabupaten dan
Puskesmas seluruh Indonesia. Narasumber berasal dari Dit P2PTM, PERHI,
BPOM, BPJS Kesehatan, Konsultan Health Policy, Dinkes DKI Jakarta, PKM
Pondok Aren, GAPMMI. Kesimpulan didapakan bahwa upaya
penanggulangan hipertensi perlu melibatkan peran lintas program dan
multisektor secara terintegrasi dan komperhensif, sehingga regulasi yang
telah ditetapkan dapat diimplementasikan, dimonitor dan di evaluasi
bersama. Rekomendasi yang disepakati adalah sebagai berikut:
➢ Perlu dibuat mekanisme yang jelas yang dapat membedakan antara
skrining dan penegakan diagnosis hipertensi.
➢ Perlu ditingkatkan kepatuhan tenaga kesehatan dalam mengikuti
panduan detrksi dsn tatalaksana hipertensi.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[200]
➢ Perlu dipertimbangkan pelaksanaan audit medik penanganan
hipertensi di fasilitas kesehatan sebagai bentuk pengawasan.
➢ Perlu diupayakan ketersediaan Posbindu di tiap desa serta
penggerakan masyarakat dalam rangka pengendalian faktor risiko
PTM.
➢ Skrining faktor risiko dapat diintegrasikan dalam pelaksanaan
vaksinasi COVID-19, sebagai upaya deteksi dini faktor risiko PTM di
masyarakat.
➢ Diharapkan BPJS dapat memberikan data penyakit dan data lain
yang dibutuhkan oleh Kemenkes dan pihak terkait secara reguler.
➢ Perlu ditingkatkan edukasi kepada masyarakat dalam memilih
pangan sehat, dilakukan oleh semua pemangku kepentingan.
➢ Dukungan pengusaha makanan dan minuman dalam memberikan
edukasi kepada masyarakat dan menerapkan regulasi pangan yang
mengandung gula, garam, dan lemak perlu dimanfaatkan sebagai
sinergi dalam penanggulangan hipertensi di Indonesia.
Luaran Terlaksananya Koordinasi Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit
Jantung Dan Pembuluh Darah
Hasil Terselenggranya koordinasi Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit
Jantung
Dan Pembuluh Darah.
Manfaat Terkoordiansinya program Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit
Jantung Dan Pembuluh Darah
Dampak 1. Meningkatnya mitra jejaring program pencegahan dan pengendalian
penyakit jantung dan pembuluh darah.
2. Meningkatnya penguatan jejaring kemitraan program pencegahan
penyakit Jantung dan Pembuluh Darah.
Bukti
Kegiatan

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[201]
C. Sosialisasi Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Jantung Dan Pembuluh
Darah
Masukan (input) dengan alokasi dana sebesar Rp 744.493.000,- dengan realisasi Rp
665.110.390,-
1) Diseminasi Pengendalian Konsumsi Gula Garam dan Lemak
a. Forum Diskusi Peta Jalan
Penyusunan Peta Jalan Pencegahan dan Pengendalian PTM 2020-
2024 merupakan upaya pemerintah untuk mengidentifikasi aksi
strategis yang akan diimplementasikan dalam mencapai tujuan yang
tercantum dan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan
2020-2024 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2020-2024 serta mendukung tercapainya sasaran-sasaran
dalam Action Plan for Prevention and Control of NCDs in South East
Asia 2013-2020 dan Global Action Plan for the Prevention and Control
of NCDs 2013-2020.
Peta jalan yang disusun ini difokuskan kepada PTM utama yang
mempunyai faktor risiko bersama. Untuk penyakit dan kondisi lain yang
juga memerlukan penanganan nasional telah dan/atau sedang
dikembangkan peta jalan tersendiri yang secara spesifik menangani
kondisi tersebut. Di samping itu, peta jalan dimaksudkan untuk
memberikan pemahaman kepada sektor kesehatan maupun sektor lain
mengenai besaran permasalahan PTM, dampak terhadap kesehatan
penduduk maupun beban sosio-ekonomi bagi pemerintah dan
masyarakat, serta strategi penanggulangan PTM yang perlu
diimplementasikan.
Dengan demikian, peta jalan ini akan berfungsi sebagai alat advokasi
untuk mencapai kesepakatan tentang peran dan keterlibatan serta aksi
yang bisa dikontribusikan oleh sektor kesehatan dan nonkesehatan
serta masyarakat dalam upaya penanggulangan PTM di Indonesia.
Penyusunan melibatkan pihak ketiga melalui jasa konsultan.
Penyusunan dan pembahasan dilakukan sejak Agustus – Desember
2021dengan mengundang profesi dari lintas sektor dan program. Untuk
mendapatkan masukan untuk kesempurnaan peta jalan P2PTM Forum

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[202]
diskusi dilaksanakan pada 9 Desember 2021 bertempat di Jakarta.
Pertemuan dihadiri oleh Direktorat P2PTM, Direktorat Pelayanan
Kesehatan Rujukan, Direktorat Gizi, Bappenas, BKPK Kemenkes, Tim
konsultan FKKK UGM. Kegiatan dilaksanakan secara hybrid.
b. Kajian dan Analisis Peraturan Terkait PTM
Menurut hasil SKMI tersebut sekitar 29,7 persen atau setara dengan 77
juta jiwa penduduk Indonesia telah mengkonsumsi Gula, Garam dan
Lemak melebihi rekomendasi harian WHO. Warga negara Indonesia
dapat mengonsumsi lebih dari 50 gram gula per hari, lebih dari 5 gram
garam per hari dan lebih dari 67 gram lemak per hari, padahal anjuran
WHO tidak boleh melebihi angka tersebut. Hasil survei ini
menggambarkan bahwa preferensi makanan warga Indonesia belum
memenuhi anjuran Gizi Seimbang. Dampak yang ditimbulkan dari
pilihan pangan dengan konsentrasi GGL yang tinggi dapat
meningkatkan risiko Penyakit Tidak Menular kepada individu yang dan
peningkatan beban pembiayaan kesehatan yang ditanggung oleh
negara.
Berdasarkan fakta-fakta tersebut, perlu dibuat sebuah kajian yang
melihat lebih dalam dari kebijakan yang telah dibuat atau telah
diaplikasikan ke masyarakat. Kajian hukum yang membahas mengenai
aturan tentang Gula, Garam dan Lemak dapat berperan penting untuk
menurunkan angka konsumsi agar dapat mencegah naiknya angka
Penyakit Tidak Menular pada masyarakat. Lebih khusus lagi, dalam
kajian ini yang akan dibahas secara fokus adalah mengenai Peraturan
Menteri Kesehatan No. 30 Tahun 2013 tentang Pencantuman Informasi
Kandungan Gula, Garam dan Lemak Serta Pesan Kesehatan Untuk
Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji jo. Peraturan Menteri Kesehatan
No. 63 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Kesehatan No. 30 Tahun 2013 tentang Pencantuman Informasi
Kandungan Gula, Garam dan Lemak Serta Pesan Kesehatan Untuk
Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji
Kajian dilakukan pada 15 September – 15 Oktober 2021, studi literatur
untuk kajian regulasi mengenai GGL. Hal ini termasuk peraturan-
peraturan terkait, serta kajian-kajian terbaru mengenai pengalaman
negara-negara lain dalam menerapkan peraturan sejenis. Bantuan
teknis dalam perbaikan terhadap dokumen Analisis Situasi untuk
Reformulasi Makanan dan Minuman Lebih Sehat di ASEAN yang
menjadi dasar dari penyusunan ASEAN Leader Declaration (ALD)
mengenai Reformulasi Makanan dan Minuman Lebih Sehat. Perbaikan
ini dilakukan dalam rangka merespon masukan dari Malaysia dan
Vietnam. Hasilnya telah diserahkan ke Biro KSLN, Kementerian
Kesehatan RI untuk dibahas dalam pertemuan ASEAN.
Pada akhir bulan 18 Oktober – 19 November 2021, draft ALD telah
difinalisasi, dan telah mendapat endorsement pada pertemuan SOMHD

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[203]
dan akan ditindaklanjuti dengan penyusunan rencana operasionalisasi
ALD. Fokus kegiatan adalah memulai kegiatan kajian regulasi PTM
khususnya terkait aturan mengenai kandungan gula, garam dan lemak
dalam pangan olahan sebagai bagian dari penyusunan draft usulan
revisi Permenkes 30/2013. Telah disusun draft pasal-pasal yang
diusulkan untuk direvisi sesuai dengan literatur dan evidence yang
relevan
Pada tanggal 20 November – 14 Desember 2021 dilakukan diskusi
intens mengenai draft revisi Permenkes untuk Labelling Pesan
Kesehatan. Diskusi awal dilakukan untuk menyamakan persepsi dan
menerjemahkan keinginan Direktorat P2PTM untuk pasal-pasal
perubahan dan dilanjutkan dengan diskusi susulan untuk mendapatkan
masukan dari Biro Hukor yang telah terlibat dalam diskusi mengenai
usulan revisi Permenkes. Selain itu dilakukan pula pendalaman
evidence mengenai kategori pangan olahan yang menjadi sasaran
serta pengalaman dari negara lain. Draft final usulan pasal-pasal
perubahan/tambahan difokuskan pada pencantuman Pesan Kesehatan
pada produk pangan olahan dam siap saji secara voluntary, serta
mempersiapkan teknis pencantuman Pesan Kesehatan. Selain itu,
bulan ini juga disusun draft operasionalisasi ALD beserta tools untuk
pemantauan yang dapat digunakan dengan cara disirkulkasikan ke
seluruh negara anggota ASEAN secara berkala (misal: satu tahun
sekali) untuk melihat perkembangan di masing-masing negara.
2) Sosialisasi Germas bersama Lintas Sektor
Gerakan masyarakat hidup sehat dalam pencegahan dan pengendalian
penyakit tidak menular sebagai salah satu program Kementerian Kesehatan
bertujuan meningkatkan kualitas hidup manusia dan derajat kesehatan
masyarakat melalui pencegahan faktor risiko penyakit tidak menular.
Kegiatan dilaksankan di 4 lokasi yaitu:
1. Bengkulu, kegiatan dilaksanakan di Kecamatan Ratu Samban, Kota
Bengkulu, pada tanggal 7 Juni 2021, dihadiri oleh 200 orang peserta
terdiri 170 masyarakat konstituen Dapil dan 30 orang tenaga kesehatan
(Dinkes dan Puskesmas). selain kegiatan GERMAS juga dilaksanakan
koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kab/Kota dalam upaya pencegahan
dan pengendalian penyakit jantung dna pembuluh darah. Sosialisasi
kepada masyarakat untuk meningkatkan pola hidup sehat dengan
Melakukan aktifitas fisik secara rutin minimal 30 menit setiap hari,
Konsumsi sayur dan buah setiap hari, Memeriksa kesehatan secara rutin,
Menerapkan protokol kesehatan di masa pandemi Covid-19.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[204]
Bukti
Kegiatan

2. Sulawesi Barat, kegiatan dilaksanakan di Kabupaten Mamuju,pada


tanggal 12 Oktober 2021 dihadiri oleh 200 orang peserta terdiri dari 180
masyarakat konstituen Dapil dan 20 orang tenaga kesehatan dari Dinas
Kesehatan Provinsi, Kab/Kota. selain kegiatan GERMAS juga
dilaksanakan koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kab/Kota dalam upaya
pencegahan dan pengendalian penyakit jantung dan pembuluh darah.
Bukti
Kegiatan

3. Kota Malang, kegiatan dilaksanakan Kota Batu, pada tanggal 24 Agustus


2021 dihadiri oleh 200 orang peserta terdiri dari 180 masyarakat
konstituen Dapil dan 20 orang tenaga kesehatan (Dinkes dan
Puskesmas). Selain kegiatan GERMAS juga dilaksanakan koordinasi
dengan Dinas Kesehatan Kab/Kota dalam upaya pencegahan dan
pengendalian penyakit jantung dan pembuluh darah dilanjutkan dengan
vakisnasi massal di lima wilayah dengan jumlah sasaran 1000 orang.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[205]
Vaksinasi Covid-19 dilaksanakan pada tanggal 25 Agustus 2021, di Hotel
Ciptaningati, Aula Kecamatan Junrejo, Puskesmas Sisir, Puskesmas
Bumiaji, RS Karsa Husada. Hasil vaksinasi didapatkan jumlah registrasi
1.645 orang, jumlah yang divaksin 1.628 orang, jumlah yang batal vaksin
17 orang karena hipertensi dengan Tekanan darah > 180/110 mmHg,
jumlah lansia tervaksin 53 orang, KIPI berjumlah nol orang. Vaksin yang
digunakan adalah Sinovac, jumlah vaksin terpakai sebanyak 163 vial.
Bukti
Kegiatan

4. Kabupaten Garut, kegiatan dilaksanakan di Kantor Desa Tanjung


Kamuning, Kab.Garut, pada tanggal 6 November 2021,dihadiri oleh 200
orang peserta terdiri dari masyarakat dan petugas kesehatan dari Dinas
Kesehatan Provinsi, Kab/Kota. selain kegiatan GERMAS juga
dilaksanakan koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kab/Kota dalam upaya
pencegahan dan pengendalian penyakit jantung dan pembuluh darah
dilanjutkan dengan vakisnasi massal di lima wilyah dengan jumlah
sasaran 1000 orang kegiatan dilaksanakan di Lapangan Merdeka
Kab.Garut, pada tanggal 7 November 202. Pelaksanaan Vaksinasi Covid-
19 di Lapangan Kerkop tanggal 7 November 2012 mendapatkan target
penduduk tervaksinasi 288 orang, kemudian sisa vaksin sejumlah 712
vial akan dilakukan di Sentra Vaksin Garut.Total registrasi peserta Umum
1011, Lansia 81. Laporan stock vaksin terpakai per tanggal 10 November
2021 sejumlah 1000 vaksin. Berhasil vaksin sejumlah 1000 peserta,
dengan pengisian form manual tidak ada, Tunda vaksin sebanyak 82
peserta dengan keluhan hipertensi, artritis dan alergi. Gagal vaksin
sejumlah 10 peserta dan KIPI 1 orang. Pada pelayanan Help desk (
Dukcapil) Data bermasalah tidak ditemukan NIK Ganda dan belum
update peserta sebanyak 6 orang.
Bukti
Kegiatan

Luaran Terlaksananya Sosialisasi Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit


Jantung Dan Pembuluh Darah

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[206]
Hasil Tersosialisasinya Germas Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit
Jantung Dan Pembuluh Darah
Manfaat Tersebarnya informasi Sosialisasi Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit
Jantung Dan Pembuluh Darah
dampak Meningkatnya pemahaman masyarakat tentang pencegahan dan
pengendalian penyakit jantung dan pembuluh darah.
D. NSPK Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Jantung Dan Pembuluh Darah
Masukan (input) dengan alokasi dana sebesar Rp 281.137.000,- dengan realisasi Rp
267.291.600,- yang terdari dari kegiatan
1) Penyusunan Modul ToT AoC P2PTM
AoC merupakan salah satu peran serta masyaraat dalam promotif dan
preventif pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular. Melalui
peningkatan peran dan fungsi Aoc dalam komunitasnya serta memperkaya
pengetahuan dalam upaya pengendalian PTM dituang dalam pelatihan.
Penyusunan kurikulum modul sebagai acuan atau pedoman AoC PTM
dalam melakukan perubahan perilaku hidup sehat dilingkungannya menjadi
landasan dalam pelaksanaan pelatihan AoC. Kegiatan dilaksanakan melalui
tatap muka dan zoom meeting dengan melibatkan peserta berasal dari
BPPK Jakarta, Direktorat gizi, Direktorat Promkes, Litbangkes, Puslitbang,
Puslat PPSDM Kesehatan. Narasumber: BPPK Jakarta, BBPK Ciloto,
Puslat PPSDM Kesehatan, Litbangkes. Tahapan kegiatan yang
dilaksanakan adalah:
Persiapan, dilaksanakan secara hybrid
Pembahasan dilaksanakan secara hybrid sebanyak 4 kali. Peserta adalah
Dit.P2PTM, PADK, Kesjaor, Promkes, Litbangkes
➢ Narasumber berasal dari Puslat PPSDM Kesehatan dan BBPK Ciloto,
Pakar Komunikasi
➢ Finalisasi dilaksanakan secara hybrid sebanyak satu kali
➢ Kesimpulan :
➢ Jumlah JPL Pelatihan disepakati menjadi 30 JPL
➢ Jumlah JPL ToT sebanyak 45 JPL
➢ Kurikulum berproses di Puslat PPSDM Kesehatan untuk dimasukkan
ke SIAKPEL
➢ Modul proses perbaikan dari para pakar.
➢ Struktur kurikulum pelatihan dan ToT
2) Penyusunan Ran Pengendalian Gula Garam Dan Lemak
(Penyusunan Rencana Aksi Pengendalian Gula)
Indonesia sudah berisiko sangat tinggi terhadap konsumsi Gula, Garam,
dan Lemak. Dan juga gabungan dari konsumsi GGL ini yang menunjukkan
situasi berbahaya, karena 30 persen penduduk (setara dengan 77 juta
orang) konsumsinya sudah melebihi dari rekomendasi per hari. Kebijakan
nasional untuk mengurangi konsumsi gula, garam dan lemak harus segera
diimplementasikan untuk antisipasi semakin melonjaknya penduduk dengan
risiko penyakit tidak menular

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[207]
Untuk mengurangi dampak PTM pada individu dan masyarakat dilakukan
dengan pendekatan komprehensif yang mengharuskan keterkaitan semua
sektor termasuk kesehatan, keuangan, pendidikan, pertanian, perencanaan,
termasuk dukungan dari luar negeri dan penguatan system kesehatan
nasional. Upaya efektif dan efisien yang mencakup upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitative dan atau paliatif dibutuhkan untuk
mengatasi dampak akibat PTM.
Salah satu strategi dalam pencegahan penyakit tidak menular adalah
dengan membatasi konsumsi gula garam dan lemak (GGL) yang tertuang
dalam Peraturan Menteri Kesehatan No 30 Tahun 2013. Strategi
pencapaian pengendalian PTM di Indonesia adalah dengan
penyempurnaan program pengendalian gula garam dan lemak melalui
penyusunan RAN GGL yang di dalamnya berisi identifikasi aksi strategis
yang akan diimplementasikan dalam mencapai tujuan yang tercantum
dalam Rencana Strategis (Renstra 2020 – 2024). Penyusunan RAN
Pengendalian Gula Garam dan Lemak melibatkan jasa konsultan yang
memiliki pengalaman dan kompetensi di bidang gizi masyarakat.
Kegiatan dilaksanakan pada bulan Juni – November 2021 dibantu oleh jasa
konsutan dari Pusat Kebijakan Manajemen Kesehatan (PKMK) Universitas
Gajah Mada, Yogyakarta dilanjutkan dengan pertemuan sosialisasi melalui
dialog kebijakan penyusunan policy brief pengendalian gula, garam dan
lemak di Indonesia. Petemuan dilaksanakan di Jakarta selama 2 hari, pada
tanggal 23 dan 24 November 2021. Pertemuan melibatkan lintas program di
Kementerian Kesehatan dan Kementerian/Lembaga lain yang terkait.
Tujuan kegiatan ini adalah untuk mendapatkan pemahaman yang sama
mengenai masalah konsumsi GGL, faktor penyebab yang terkait, dan opsi
kebijakan pengendalian konsumsi GGL, dan menentukan pengambil
keputusan yang akan mengadaptasi opsi kebijakan pengendalian konsumsi
GGL di Indonesia. Pertemuan dihadiri oleh 45 orang peserta yang berasal
dari Direktorat PTM, lintas program dan Kementerian/Lembaga lain yang
terkait. pembahas berasal dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional,
Badan Kebijakan Fiskal, Badan Pengawas Obat dan Makanan. Pertemuan
dilaksanakan secara hybrid.
➢ Luaran (ouput) :Terlaksananya Penyusunan NSPK Pencegahan Dan
Pengendalian Penyakit Jantung Dan Pembuluh Darah
➢ Hasil (outcome) :Tersusunnya NSPK Pencegahan Dan Pengendalian
Penyakit Jantung Dan Pembuluh Darah
➢ Manfaat (Benefit) :Tersedianya dokumen NSPK Pencegahan Dan
Pengendalian Penyakit Jantung Dan Pembuluh Darah
➢ Dampak (Impact) :
Meningkatnya pemahaman AoC tentang pencegahan dan
pengendalian penyakit jantung dan pembuluh darah Terselenggaranya
aksi strategis Pengendalian konsumsi gula garam dan lemak di
masyarakat.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[208]
E) Media Komunikasi, Informasi, Edukasi Pencegahan Dan Pengendalian
Penyakit Jantung Dan Pembuluh Darah
Masukan (input) dengan alokasi dana sebesar Rp 196.375.000,- dengan realisasi Rp
196.375.000,- yang terdari dari kegiatan:
1) Pencetakan dan pembuatan Media KIE pandu PTM
Output Terlaksananya Pencetakan dan pembuatan media KIE Pencegahan Dan
Pengendalian Penyakit Jantung Dan Pembuluh Darah
Hasil Tersedianya pencetakan dan pembuatan media KIE Pencegahan Dan
Pengendalian Penyakit Jantung Dan Pembuluh Darah
Manfaat Tersebarnya media KIE Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Jantung
Dan Pembuluh Darah
Dampak Meningkatnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat melalui media
komunikasi dan ineformasi terkait pencegahan dan pengendalian penyakit
jantung dan pembuluh darah.
F) Fasilitasi Dan Pembinaan Pemerintah Daerah
Masukan (input) dengan alokasi dana sebesar Rp 180.230.000,- dengan realisasi Rp
165.385.185,-
1. Bimtek Pendampingan Implementasi pandu PTM di FKTP
Kegiatan dilaksanakan di 16 lokasi yaitu Aceh, Riau, Sumatera Barat,
Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara,
Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Jawa Barat,
Banten, Tangerang Selatan. Assistensi Pandu PTM dilakukan untuk
mengetahui keberlangsungan program Pandu selama masa pandemi
Covid-19 di Puskesmas dengan mengunjungi ke puskesmas di wilayah
tersebut. Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat
implementasi Pandu PTM, memberikan informasi dan edukasi terkait
implementasi Pandu PTM, memberikan saran dan rekomendasi dalam
implementasi Pandu PTM. Dilanjutkan dengan melakukan bimbingan
kepada pengelola program di Kabupaten/Kota melalui virtual dan tatap
muka. Selain itu dilakukan juga monitoring dan evaluasi Pandu di
Puskesmas. Kegiatan dilaksanakan dari bulan Oktober – Desember
2021. Kegiatan ini dilaksanakan melalui koordinasi dan konsolidasi dalam
implementasi Pandu PTM. Hasil yang didapat adalah sebagai berikut:
➢ Aceh, Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 29 September - 01
Oktober 2021 di Kabupaten Aceh Tamiang. Pemantauan
pelaksanaan program P2PTM di Puskesmas Karang Baru dan
selanjutnya diskusi dengan 12 pemegang program layanan
diantaranya Pelayanan Promosi Kesehatan, Pelayanan Kesehatan
Ibu dan Anak, Pelayanan Kesehatan Lingkungan, Pelayanan Gizi,
Pelayanan Keluarga Berencana, Pelayanan Pencegahan dan
Penanganan Penyakit, Pelayanan Kesehatan Lansia, Pelayanan
UKGS, Pelayanan UKS, Pelayanan Kesehatan Jiwa, Pelayanan
Kesehatan PTM, dan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[209]
➢ Riau, kegiatan dilaksanakan pada tanggal 15 –17 Desember 2021.
Kunjungan lapangan Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru dan
Puskesmas Simpang Tiga dilanjutkan ke Kabupaten Kampar,
bertemu dan diskusi dengan Kabid P2P, Kasi PTM, dan pengelola
PTM. Saat ini program pelayanan Pandu PTM telah menjadi prioritas
dengan masuknya target indikator dalam rencana kerja daerah
provinsi Riau. Hal ini dapat menjadi dasar bagi dinas kesehtan prov
Riau untuk mengusulkan anggaran APBD untuk pelayanan Pandu
PTM. Saat ini kegiatan pelayanan Pandu mendapatkan anggaran
kegiatan dari APBD dan APBN (dekon). Kegiatan Pandu PTM di
Provinsi Riau tahun 2021 adalah Pelatihan Teknis Pandu PTM di 10
Kab/Kota : Kampar, Rokan Hilir, Kepulauan Meranti, Pelalawan, Siak,
Rokan Hulu, Kuantan Singingi, Indragiri Hulu, Kota Pekanbaru. Dinas
Kesehatan Provinsi telah memiliki tim pelatih/fasilitator pelatihan yang
berasal dari Dinkes provinsi Riau, Bapelkes Dinkes Riau, PDUI, UNRI
dan Swasta Dinas kesehatan dalam pelaksanaan pandu PTM telah
membentuk jejaring kerja dengan Promkes, Yankes, Kesehatan
Keluarga, dan BPJS.
➢ Sumatera Barat, kegiatan dilaksanakan di Kota Padang Panjang pada
tanggal 14 –16 Desember 2021. Kunjungan lapangan dan diskusi
dengan Kabid P2P, Kasi PTM, dan pengelola PTM. Kegiatan
dilanjutkan kunjungan ke Puskesmas Kebun Sikolos, Puskesmas
Gunung.Terpilihnya Puskesmas Gunung karena Puskesmas tersebut
belum melaksanakan Pandu PTM secara maksimal sesuai indikator
yang diharapkan, sedangkan puskesmas Kebun Sikolos sudah
melaksnakan Pandu PTM sehingga kedua Puskesmas tersebut
sebagai perbandingan untuk mengevaluasi implementasi
pelaksanaan Pandu di Puskesmas. Program PTM saat ini sudah
terintegrasi dengan sekolah - sekolah melalui kegiatan UKS dengan
melakukan peemriksaan TD GDS, asam urat kolesterol dan pengisian
kuisioner merokok. Untuk EKG, tersedia, namun hanya dilakukan bila
ada pasien/pengunjung dengan keluhan nyeri dada saja. Pelayanan
PTM /Pandu PTM saat ini belum terlaksana secara maksimal hal ini
disebabkan karena adanya refokusing anggaran dan tenaga
kesehatan yang ada di PKM fokus untuk pelayanan Covid 19.
➢ Lampung, Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 15 – 17 November
2021 dengan melakukan kunjungan lapangan ke Dinas Kesehatan
Lampung Timur dilanjutkan ke Dinas Kesehatan Kota Metro,
Puskesmas Mataram Baru dan Puskesmas Banjarsari.
➢ Jawa Tengah, Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 2 – 4 November
2021 dengan melakukan kunjungan lapangan ke Dinas Kesehatan
Kota Semarang, Puskesmas Pegandan dan Puskesmas Poncol
dilanjutkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, Puskesmas
Leyangan. Program Pandu PTM masuk dalam Rencana Kerja Daerah

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[210]
(RKD) yaitu Prosentase kab/kota dengan puskesmas yang
melaksanakan layanan deteksi dini PTM. Adanya Alokasi Anggaran
di APBD Dinkes Provinsi Jawa Tengah Untuk Program PANDU PTM
di FKTP, untuk alokasi anggaran orientasi PANDU PTM di 5 Kab/
Kota Sebesar 22,85 juta.Untuk Pelatihan PANDU PTM, ada 7 orang
Tim Pelatih PANDU PTM. 202 Puskesmas dari 879 Puskesmas
(22%) yang telah mendapatkan pelatihan atau pembekalan PANDU
PTM. Jejaring kerja yang bekerjasama dengan Dinkes Provinsi Jawa
Tengah dalam Pelaksanaan Program PANDU PTM adalah UNDIP,
UNS, dan PDUI. Keterbatasan Anggaran untuk sosialisasi dan
Pelatihan PANDU PTM masih menjadi kendala di Provinsi Jawa
Tengah sehingga dilakukan upaya advokasi pada pimpinan agar
anggaran untuk sosialisasi PANDU PTM masuk dalam Anggaran
APBD Provinsi Jawa Tengah. Program Pandu tidak Masuk dalam
Rencana Kerja Kota Semarang. Kegiatan terkait Pandu yang
direncanakan hanya bersifat Monev, Bimtek dan sosialisasi,
sementara untuk pelatihan tidak ada dianggarkan. Sejumlah 37
Puskesmas telah mendapatkan pelatihan atau pembekalan PANDU
PTM, 14 Puskesmas belum mampu melakukan pemeriksaan IVA dan
CBE, karena masih terbatas anggaran untuk pelatihan dan Provider
dalam pelatihan IVA. Sejumlah 10 Puskesmas sudah terlatih UBM
dan 37 Puskesmas sudah melakukan program PANDU PTM.
➢ Sulawesi Selatan, Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 30 Agustus –
1 September 2021 dengan melakukan kunjungan lapangan ke Dinas
Kesehatan Kabupaten Maros, Puskesmas Turikale dan Puskesmas
Lau. Informasi yang didapat dari puskesmas adalah terkait dengan
alur prolanis dan program rujuk balik (PRB) pada peserta BPJS yang
kemudian diintegrasikan dengan program Pandu PTM. Selama
Pandemi Coivd 19 jumlah kunjungan Prolanis berkurang karena
layanan diprioritaskan penanggulangan covid 19. Peserta JKN masih
jauh dari yang diharapkan hal ini dikarenakan masyarakat lebih
memilih biaya berobat yang lebih murah bila dibandingkan dengan
harus membayar iuran yang cukup besar per kepala. Kegiatan
dilanjutkan dengan bimbingan ke pegelola program dan petugas
puskesmas seluruh Kabupaten Kota secara daring.
➢ Sulawesi Utara, Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 5 - 7 Oktober
2021 dengan melakukan kunjungan lapangan ke Dinas Kesehatan
Kota Bitung, Puskesmas Sagerat. Dilanjutkan ke Dinas Kesehatan
Kota Tomohon dan Puskesmas Kakaskasen. Buku Pedoman
Layanan PANDU PTM di FKTP tersedia dalam bentuk softcopy di hp
dokter. Tatalaksana Pasien PTM sudah mengacu pada PPK1.
Pelaporan SIPTM dilakukan secara offline setiap bulan dikumpulkan
ke Dinas Kesehatan.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[211]
➢ Kalimantan Barat, Kegiatan dilaksanakan di Kabupaten Kubu Raya
pada tanggal 5 - 7 Oktober 2021. Kunjungan lapangan dan diskusi
dengan Kabid P2P, Kasi PTM, dan pengelola PTM. Kegiatan
dilanjutkan kunjungan ke Puskesmas Sui Durian dan Sui Raya
Dalam. Terdapat 20 Puskesmas di Kabupaten Kubu Raya yang
sebagian besar belum optimal dalam implementasi Pandu PTM.
Perlunya bimbingan teknis Pandu PTM oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten yang dilakukan minimal 1 kali/bulan. Setiap Puskesmas
mempunyai atau mengunduh kelengkapan Pandu PTM Algoritma
Pandu PTM dan Tabel Prediksi Risiko PTM
➢ Kalimantan Timur, Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 17 - 19
November 2021 di Kabupaten Berau. Kunjungan lapangan dan
diskusi dengan Kabid P2P, Kasi PTM, dan pengelola PTM. Kegiatan
dilanjutkan kunjungan ke Puskesmas Kampung Bugis dan
Puskesmas Tanjung Redep. Kemudian dilanjutkan dengan
bimbingan secara virtual dengan 21 puskesmas di Kabupaten Berau.
Disampaikan terkait perkembangan dari program Pandu PTM dan
diskusi permasalahan dan kenadala yang dihadapi dalam
pelaksanaan Pandu PTM di Kabupaten Berau.
➢ Kalimantan Tengah, Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 5 - 7
Oktober 2021 di Kabupaten Kotawaringin Timur. Kunjungan lapangan
dan diskusi dengan Kabid P2P, Kasi PTM, dan pengelola PTM.
Kegiatan dilanjutkan kunjungan ke Puskesmas Baamang II. Dinas
kesehatan Kabupaten Kotawaringin Timur sudah melaksanakan
Pandu PTM namun belum maksimal. Alokasi dana dalam
pelaksanaan Pandu PTM masih kecil. Tahun 2021 alokasi dana
masih difokuskan pada penanganan covid-19. Jumlah puskesmas
diwilayah kerja kabupaten kotawaringin timur adalah 21 puskesmas.
Dari 21 puskesmas di kabupaten kotawaringin timur sudah 11
puskesmas yang yang melaksanakan PANDu PTM dengan kriteria
(sudah melaksanakan algoritma Pandu PTM/melaksanakan
(prolanis). Terkait capaian SPM di Kotawaringi timur untuk tahun 2021
masih dibawah 70%.
➢ Jawa Barat, Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 15 – 17 Desember
2021 di Kota Cimahi. Kunjungan lapangan dan diskusi dengan Kabid
P2P, Kasi PTM, dan pengelola PTM. Kegiatan dilanjutkan kunjungan
ke Puskesmas Melong Tengah dan Puskesmas Pasir Kaliki.
Penerapan PANDU PTM di Provinsi Jawa Barat sudah berjalan
walaupun belum optimal. Dinas Kesehatan Provinsi telah
memfasilitasi dalam bentuk sosialisasi dan pelatihan teknis untuk
Dokter, Perawat/Bidan. Dari seluruh kabupaten/ kota yang telah
dilatih, beberapa kabupaten/ kota yang sudah menerapkan PANDU
PTM di Puskesmas. Masih sedikitnya tenaga yang dilatih PANDU
PTM dan transfer ilmu menjadi kendala penerapan PANDU PTM di

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[212]
kabupaten/ kota lainnya. Penerapan PANDU PTM di Kota Cimahi
sudah dilaksanakan, walaupun belum optimal terkait masa Pandemi.
➢ Banten, kegiatan dilaksanakan pada tanggal 15 – 17 Desember 2021
di Kota Tengerang Selatan. Kunjungan lapangan dan diskusi dengan
Kabid P2P, Kasi PTM, dan pengelola PTM. Kegiatan dilanjutkan
kunjungan ke Puskesmas Kampung Sawah dan Puskesmas Rengas.
Pada saat kunjungan ke Dinas Kesehatan Provinsi Tangerang
Selatan, pengelola program Dinas Kesehatan Kota Tangerang
Selatan juga sedang mengadakan kegiatan sosialisasi pengisian form
offline SIPTM kepada para pengelola program PTM Puskesmas
dikarenakan sebagian besar pengelola Program Puskesmas
mengalami rotasi pegawai. Sejak Oktober 2021 puskesmas
melaksanakan program “Ngider” yaitu kegiatan dimana lintas program
mendatangi rumah warga satu per satu untuk melakukan
pemeriksaan kesehatan, promosi kesehatan, pemeriksaan
lingkungan, termasuk juga pemeriksaan faktor risiko PTM.
Pelaksanaan Program Prolanis bekerjasama dengan program
Lansia, kegiatan yang dilakukan adalah senam sehat, penyuluhan
hipertensi, pemeriksaan gula darah dan darah tinggi.

G) Layanan Pendidikan Dan Pelatihan Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit


Jantung Dan Pembuluh Darah
1) Orientasi AoC PTM
Kegiatan dilaksanakan sebanyak 6 kali secara virtual dengan patform
Webinarjam sebanyak 1000 peserta, aplikasi zoom 100 peserta
termasuk para panelis dan streaming youtube dan satu kali pertemuan
dilaksnakan secara hybrid. Peserta orientasi AoC PTM dibagi dalam 6
angkatan dengan rincian sebagai berikut:
a. Angkatan I
Peserta: Ketua umum, pengurus serta seluruh anggota Persit KCK
Waktu pelaksanaan: Jumat, 30 Juli 2021
Narasumber: ISNA, PDSKO, Direktorat P2PTM
Tema: DIBALIK KELUARGA TNI AD YANG SEHAT, ADA PERSIT
YANG CERDIK
b. Angkatan II
Peserta: Ketua umum, pengurus serta seluruh anggota PIA Ardhya
Garini
Waktu pelaksanaan: Jumat, 6 Agustus 2021
Narasumber: ISNA, PDSKO, Direktorat P2PTM
Tema: JAYA DI UDARA, PIA ARDHYA GARINI TETAP CERDIK
c. Angkatan III
Peserta: Ketua umum, pengurus serta seluruh anggota Bhayangkari
Waktu pelaksanaan: Jumat/ 20 Agustus 2021
Narasumber: ISNA, PDSKO, Direktorat P2PTM

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[213]
Tema: DIBALIK POLRI YG KUAT DAN TANGGUH ADA
BHAYANGKARI YG CERDIK
d. Angkatan IV
Peserta: Ketua umum, pengurus serta seluruh anggota TP PKK
Waktu pelaksanaan: Kamis, 2 September 2021
Narasumber: PERSAGI, PDSKO, Direktorat P2PTM
Tema: DIBALIK KELUARGA SEHAT SEJAHTERA, ADA PKK YANG
CERDIK
e. Angkatan V
Peserta: Ketua umum, pengurus serta seluruh anggota Kwarnas Grakan
Pramuka
Waktu pelaksanaan: Selasa / 21 September 2021
Narasumber: PERSAGI, PDSKO, Direktorat P2PTM
Tema: PRAMUKA CERDIK, INDONESIA CAKAP BERKARYA
f. Angkatan VI
Peserta: Ketua umum, pengurus serta seluruh anggota Jalasenastri
Waktu pelaksanaan: Jumat / 24 September 2021
Narasumber: PERSAGI, PDSKO, Direktorat P2PTM
Tema: DIBALIK KELUARGA TNI AL YANG TANGGUH, ADA
JALASENASTRI YANG CERDIK
g. Angkatan VII
Peserta: Ketua, pimpinan pondok pesantren dan para santri di
lingkungan PBNU dan PP Muhamamadiyah di seluruh Indoneisa
Waktu pelaksanaan: 7 Desember 2021
Tempat: Gren Melai Hotel Jakarta
Metode: Hybrid
Narasumber: Ketua LKNU, Ketua MPKU Muhammadiyah, Direktorat
Kesling Direktorat Gizi Kesehatan Masyarakat, Direktorat P2PTM, ISNA
Output Terlaksananya Pendidikan Dan Pelatihan Pencegahan Dan Pengendalian
Penyakit Jantung Dan Pembuluh Darah
Hasil Terselenggaranya Pendidikan Dan Pelatihan Pencegahan Dan
Pengendalian Penyakit Jantung Dan Pembuluh Darah
Manfaat Terbentuknya AoC yang terlatih dalm Pencegahan Dan Pengendalian
Penyakit Jantung Dan Pembuluh Darah
Dampak Meningkatnya jumlah agen perubahan yang akan menkjadi role model bagi
komunitas dan lingkungannya untuk perilaku hidup sehat cegah faktor risiko
penyakit tidak menular dan Meningkatnya kemampuan agen perubahan
dalam membangun komitmen perubahan perilaku hidup sehat.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[214]
Bukti
Kegiatan

A. Koordinasi Pelaksanaan Pencegahan dan pencegahan Gangguan Indera dan


Fungsional
Masukan (input) Dengan alokasi dana sebesar Rp.602.879.000 dengan realisasi
sebesar Rp. 481.137.179 yang terdiri dari kegiatan yaitu;
1) Koordinasi
Pertemuan Koordinasi Program Penanggulangan Gangguan Indera, alokasi dana
sebesar Rp. 264.265.000 dengan realisasi sebesar Rp. 251.140.179. Adapun kegiatan
yang dilaksanakan yaitu;
a. Pertemuan Koordinasi Program Penanggulangan Gangguan Indera
pelaksanaan kegiatan dengan melaksanakan persiapan meliputi rapat
persiapan mengundang lintas pogram dan lintas sector dilingkungan
Kemenkes, Organisasi profesi meliputi, Perhati Kl, Perdami, PDUI, dan
fungsional di lingkungan Dit. P2PTM. Kegiatan terlaksana pada tanggal 5-
7 April 2021 di Hotel Grand Savero Kota Bogor Jawa Barat dengan dihadiri

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[215]
undangan melalui media zoom meeting dan untuk panitia dan narasumber
hadir secara luring. Kesepakatan yang diambil dalam kegiatan pertemuan
koordinasi program penanggulangan gangguan indera dan fungsional
adalah :
➢ Kolaborasi dan integrasi antar program dan lintas sektor untuk
keberhasilan program P2PTM khususnya program penanggulangan
gangguan indera dan fungsional
➢ Perlu singkronisasi data SIP2PTM agar alur pencatatan dan
pelaporan dapat berjalan dengan baik dalam meningkatkan
akuntabilitas kinerja program P2PTM.
Rekomendasi yang di peroleh hasil pertemuan tersebut adalah ;
a) Pelaksanaan kegiatan (promosi kesehatan, surveilans, deteksi dini dan
tata laksanan kasus) mengacu pada Permenkes No 82 tahun 2020
tentang penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Gangguan
Pendengaran dan Peta Jalan Penanggulangan Gangguan Penglihatan
dan Gangguan Pendengaran Tahun 2020-2024
b) Mengoptimalkan deteksi dini gangguan penglihatan dan gangguan
pendengaran (pemeriksaaan tajam penglihatan dan tajam pendengaran
di Kab/Kota melalui penguatan koordinasi, integrasi, dan kolaborasi
dengan lintas program dan lintas sektor terkait pada kegiatan Posbindu,
SDIDTK, skrinning pada anak sekolah, kegiatan rutin UKS, Posyandu
balita, remaja maupun lansia, pos upaya Kesehatan Kerja, dll dengan
tetap menerapkan protokol kesehatan.
c) Dinas Kesehatan Provinsi mensosialisasikan SIPTM ke seluruh Dinas
Kesehatan Kab/Kota serta mendorong dan memastikan agar Kab/Kota
dapat melakukan upload data Gangguan Indera secara rutin dan
memonitor pelaporan setiap bulan berjalan.
Bukti
Kegiatan

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[216]
b. Pertemuan LP/LS dilaksanakan dalam pemenuhan undangan kegiatan
antar lintas program dan lintas sector yang tidak ada pembiayaannya
dalam transport. Kegiatan yang dilaksanakan antara lain pendampingan
dan pemantauan vaksinasi Covid 19, pemantauan program
penanggulangan gangguan indera ke DinKes Provinsi NTB pada tanggal
14-16 Oktober 2021 , Dinkes Provinsi Jawa Barat, BKM Cikampek serta
Dinkes Kabupaten Karawang pada tanggal 17-18 Desember 2021 dan
Dinkes provinsi Banten pada tanggal 15-17 Desember 2021. Hasil
kegiatan yang diperoleh adalah penguatan program dengan menekankan
peningkatan target capaian indicator tahun 2021 dimana hasil capaian
sangat rendah maka perlu pemicuan dengan mendatangi secara
langsung dan memberikan cara penginputan data serta bagaimana cara
memvalidasi data agar lebih mudah untuk penginputan data dari deteksi
dini gangguan indera. Acara tersebut sekaligus memenuhi undangan
dalam rangka memperingati hari Kesehatan Mata Sedunia.
Bukti
Kegiatan

c. Pertemuan UU disabilitas merupakan kegiatan yang khusus dalam rangka


memperingati hari disabilitas seduania yang diperingati tiap tahun setiap
tanggal 3 Desember namun penyelenggaraannya terselenggara pada
tanggal 16 Desember 2021. Adapun kegiatan dilakukan dengan
mengadakan rapat persiapan untuk memberikan masukan atas
terselenggaranya acara tersebut. Hasil kegiatan yang diperoleh adalah:

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[217]
➢ Dalam pemenuhan hak-hak kesehatan bagi penyandang disabilitas
banyak tantangan utamanya dalam pelayanan kesehatan bagi
penyandang disabilitas, untuk itu diperlukan sinergitas dari seluruh
lintas sektor, organisasi profesi, organisasi penyandang disabilitas
kerjasama dan koordinasi dari berbagai pihak dibutuhkan baik
kesiapan tenaga, fasilitas yang ramah disabilitas maupun dalam hal
pemenuhan pendidikan yang inklusif.
➢ Diperlukan koordinasi yang harmonis antara Kementerian Kesehatan
dengan Kementerian terkait lainnya untuk alat bantu kesehatan bagi
penyandang disabilitas baik dari segi standar alat, dan fasilitas serta
pemanfaatan dan maintenance.
➢ Mendorong kolaborasi antar sektor dalam penyelarasan kegiatan dan
program termasuk penyediaan data dari masing-masing sektor sesuai
ranahnya masing-masing.
➢ Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam pelayanan kesehatan
tidak terkecuali bagi penyandang disabilitas, untuk itu mari kita
ciptakan lingkungan inklusif di semua lini kehidupan, hidup
berdampingan dan interaksi sosial yang baik agar tercipta masyarakat
Indonesia yang tumbuh dan tangguh, inklusif dan bermartabat.
Bukti
kegiatan

Output terselenggaranya kegiatan pertemuan koordinasi program penanggulangan


gangguan indera dan fungsional
hasill ➢ Terselenggaranya koordinasi dengan kementerian/Lembaga, lintas
program dan lintas sector, organisasi profesi, NGO bersama-sama
terintegrasi dalam program melaksanakan penanggulangan gangguan
indera.
➢ Mampu melaksanakan kegiatan pencegahan dan pengendalian
gangguan indera di setiap daerah.
➢ Dapat memberikan media untuk dapat saling memberikan input sharing
pengalaman serta sebagai wadah untuk mencari solusi atas hambatan
dan kendala yang mereka temui secara spesifik di setiap wilayah masing-
masing.
Manfaat ➢ Penguatan program melalui jejaring dan kemitraan dalam
penanggulangan program
➢ Meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan dalam melaksanakan
detekasi dini gangguan indera dan dapat memvalidasi data deteksi dini
gangguan indera dalam target capaian Renstra 2021.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[218]
➢ Membantu dalam pencapaian target indikator Renstra 2020-2024 tentang
pencegahan dan pengendalian gangguan indera.
Dampak Penguatan jejaring kemitraan dalam mencapai target sasaran deteksi dini
dalam pencapaian target indicator Renstra sehingga dapat diimplemetasikan
ke masyarakat sehingga pelaksanaan deteksi dini dapat berjalan kembali
menjangkau Amanah Permenkes terkait penanggulangan program
gangguan penglihatan dan pendengaran.
Input Alokasi dana anggaran kegiatan sebesar Rp.97.200.000 dengan realisasi
sebesar 65.837.000 dilaksanakan dalam bentuk rangkain kegiatan meliputi;
a. Pertemuan Dalam Rangka Hari Penglihatan Sedunia terselenggara dalam
rangka memperingati hari penglihatan sedunia yang diselenggarakan
setiap minggu ke dua di bulan Oktober. Kegiatan di kemas dalam bentuk
Forum Group Discussion (FGD) yang bertujuan menampung masukan
dari berbagai aspek baik dari Organisasi profesi dengan steakholder
terkait dalam mempersatukan visi untuk World Sight Day . Misi yang
dikemas secara daring mempersatukan visi misi untuk melaksanakan
tujuan program layanan Kesehatan mata yang terintegrasi di FKPT
sehingga masyarakat dapat dengan mudah mendapatkan pelayanan
maupun deteksi dini sebagai bagian dari awerrness terhadap Kesehatan
mata mereka untuk masa pandemi Covid 19 lebih banyak kegiatan
dilakukan melalui media daring disamping lebih dahulu mendeteksi
adanya penyakit mata yang lebih cepat diketahui lebih baik
penanganannya. Pelaksanaan kegiatan hari puncak peringatan terdiri
dari beberapa kegiatan antara lain:
1. Acara FGD pada hari, Kamis 14 Oktober 2021, dimulai pada pukul
08.30- selesai dengan arahan dan keynote speech dari Plt Direktur
Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, kemudian
dilanjutkan untuk Webinar awam “Mata Sehat Harus Bagaimana?”
2. Bincang - Bincang Sehat (Sehat Wicara Radio) dalam Siaran Radio
Kesehatan dilaksanakan pada tanggal 22 Oktober 2021. Sebagai
Moderator acara Ibu Nurjannah,SKM,M.Kes Koordinator Gangguan
Indera dan Fungsional dan narasumber dr. Amyta Miranti, Sp.M,
MPH (Sekretaris Jenderal PERDAMI)
Bukti
Kegiatan

b. Media Briefing Hari Penglihatan Sedunia dilaksanakan pada tanggal 12


Oktober 2021 melalui media zoom sebagai satu kesatuan rangkaian

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[219]
kegiatan dengan mempublikasikan hari Penglihatan Sedunia dengan
mengambil tema secara global kemudian diadopsi kedalam tema nasional
sehingga masyarakat lebih mengenal dan terpapar terhadap Kesehatan
mata terkini dan trik untuk menjaga Kesehatan mata secara mandiri.
Dengan materi yang lebih mengena ke masyarakat diharapkan media
massa mampu sebagai patner dalam penyebar luasan informasi
Kesehatan yang terarah dan menunjang berjalannya program
penanggulangan Kesehatan mata di masyarakat.
Bukti
Kegiatan

c. Seminar Virtual Hari Penglihatan Sedunia dilaksanakan melalui Webinar


Kesehatan dengan jangkauan sampai ke segala lapisan baik masyarakat
maupun tenaga Kesehatan pemegang program PTM yang di FKTP
maupun di Dinas Kesehatan yang ada di 34 provinsi dan 514 di
kabupaten/kota.
Bukti
Kegiatan

Output Terlaksananya rangkaian kegiatan dalam rangka Hari Penglihatan Sedunia.


Hasil Terinformasikannya dengan baik dan terarah terkait peringatan Hari
Penglihatan Sedunia.
Manfaat Terpaparnya masyarakat baik dari segi informasi dan pengetahuan dalam
menjaga kesehatan mata secara mandiri dan sadar akan pentingnya
melaksanakan deteksi dini untuk mencegah ke arah kondisi yang lebih
parah dan dengan cepat dapat tertanggulangi
Dampak Penyebar luasan informasi yang benar dan terarah merupakan tujuan
terselenggaranya kegiatan tersebut. Hal ini sangat penting dalam proses dari
tujuan yang ingin dicapai oleh program antara lain;
-Masyarakat mendapatkan informasi dan pengetahuan yang akurat dalam
hal menjaga kesehatan mata mereka di dalam kondisi pandemic yang lebih
banyak memakai perangkat elektronik baik computer ataupun gadget.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[220]
-Menambah keterampilan mereka sehingga dapat menyebarkan informasi
tersebut dilingkungan keluarga maupun wilayah tempat tinggal mereka.
- Momentum yang berharga untuk memberikan awerness kepada kita
semua pentingnya menjaga Kesehatan mata secara holistic.
B. Pertemuan Dalam Rangka Hari Pendengaran Sedunia
Masukan (input); Alokasi dana anggaran kegiatan sebesar Rp.194.700.000 dengan
realisasi sebesar 129.715.000 dilaksanakan dalam bentuk rangkain kegiatan meliputi;
a. Pertemuan Dalam Rangka Hari Pendengaran Sedunia terselenggara
dalam rangka memperingati hari pendengaran sedunia yang
diselenggarakan pada tanggal 30 Agustus – 1 September 2021 di hotel
Grand Savero Kota Bogor Jawa Barat. Kegiatan di kemas dalam bentuk
Forum Group Discussion (FGD) yang bertujuan menampung masukan
dari berbagai aspek baik dari Organisasi profesi dengan steakholder
terkait dalam mempersatukan visi untuk World Hearing Day . Misi yang
dikemas secara daring mempersatukan visi misi untuk melaksanakan
tujuan program layanan kesehatan pendengaran yang terintegrasi di
FKPT sehingga masyarakat dapat dengan mudah mendapatkan
pelayanan maupun deteksi dini sebagai bagian dari awerrness terhadap
kesehatan pendengaran mereka untuk masa pandemi Covid 19 lebih
banyak kegiatan dilakukan melalui media daring dimana lebih sering
menggunakan perangkat headset. Kegiatan FGD tersebut
dikolaborasikan dengan program penglihatan pada hari kedua nya karena
hal tersebut merupakan seiring sejalan dalam pelaksanaannya di
masyarakat.
Bukti
Kegiatan

b. Media Briefing Hari Pendengaran Sedunia dilaksanakan pada tanggal 1


Maret 2021 sebagai satu kesatuan rangkaian kegiatan dengan
mempublikasikan hari Pendengaran Sedunia dengan mengambil tema
secara global kemudian diadopsi kedalam tema nasional sehingga
masyarakat lebih mengenal dan terpapar terhadap Kesehatan
pendengaran terkini dan trik untuk menjaga Kesehatan pendengaran
secara mandiri. Dengan materi yang lebih mengena ke masyarakat
diharapkan media massa mampu sebagai patner dalam penyebar luasan
informasi Kesehatan yang terarah dan menunjang berjalannya program
penanggulangan Kesehatan pendengaran di masyarakat.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[221]
Bukti
Kegiatan

c. Seminar Virtual Hari Pendengaran Sedunia dilaksanakan melalui


Webinar Kesehatan dengan jangkauan sampai ke segala lapisan baik
masyarakat maupun tenaga Kesehatan pemegang program PTM yang di
FKTP maupun di Dinas Kesehatan yang ada di 34 provinsi dan 514 di
kabupaten/kota.
Bukti
Kegiatan

Output Terlaksananya rangkaian kegiatan peringatan hari Pendengaran Sedunia


tahun 2021.
Hasil Terinformasikannya dengan baik dan terarah terkait peringatan Hari
Pendengaran Sedunia.
Manfaat Terpaparnya masyarakat baik dari segi informasi dan pengetahuan dalam
menjaga kesehatan pendengaran secara mandiri dan sadar akan
pentingnya melaksanakan deteksi dini untuk mencegah ke arah kondisi
yang lebih parah dengan cepat dapat tertanggulangi.
Dampak Penyebar luasan informasi yang benar dan terarah merupakan tujuan
terselenggaranya kegiatan tersebut. Hal ini sangat penting dalam proses dari
tujuan yang ingin dicapai oleh program gangguan pendengaran antara lain;
-Masyarakat mendapatkan informasi dan pengetahuan yang akurat dalam
hal menjaga kesehatan pendengaran mereka di dalam kondisi pandemic
yang lebih banyak memakai perangkat headset dan menghindarkan dari
dampak kebisingan.
-Menambah keterampilan mereka sehingga dapat menyebarkan informasi
tersebut dilingkungan keluarga maupun wilayah tempat tinggal mereka.
-Momentum yang berharga untuk memberikan awerness kepada kita semua
pentingnya menjaga kesehatan pendengaran secara holistic.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[222]
C. Sosialisasi dan Diseminasi
Masukan (input) Alokasi dana sebesar Rp 797.760.000, dengan realisasi sebesar
Rp.705.356.674 dengan kegiatan terdiri dari Sosialisasi pencegahan dan pengendalian
gangguan indera dan fungsional dimana masing-masing kegiatan merupakan germas
tahap pertama dan germas tahap kedua dengan disertai pelaksanaan vaksinasi didaerah
terpilih bersama mitra meliputi;
1) Sosialisasi Germas Gangguan Indera dan Fungsional
a. Sosialisasi Germas Gangguan Indera dan Fungsional terdapat 2 lokasi
yaitu ;
➢ Kabupaten Sukabumi Jawa Barat yang diselenggarakan pada tanggal
11- 13 November 2021 yang berlokasi di Gedung Olahraga 3 Sodara
Kab. Sukabumi, Desa Warungkiara yang di hadiri oleh Anggota Komisi IX
PDR RI Ibu Hj.Dewi Asmara,SH,MH dengan Dinas Kesehatan Kabupaten
Sukabumi, tokoh masyarakat serta tenaga Kesehatan puskesmas
dengan jumlah undangan sebanyak 200 orang. Sebagai ketua pelaksana
kegiatan tim pusat kemenkes Germas diwakili oleh dr. Nani Rizkiyati,
M.Kes memberikan paparan terkait Hidup Sehat Cegah Komorbid melalui
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) dimana PTM merupakan
penyakit penyerta/Komorbid untuk kejadian Covid-19, karena itu penyakit
tidak menular harus dicegah dan dikendalikan. Kesadaran masyarakat
untuk hidup sehat dan terhindar dari penyakit tidak menular harus
ditingkatkan, salah satunya dengan melakukan Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat atau dikenal dengan GERMAS. Dari jumlah undangan
sebanyak 200 orang terdiri dari 143 (71,5%) adalah laki-laki sedangkan
untuk 57(28,5%) adalah Wanita, dari kisaran umur maka dengan
kelompok umur berkisaran 35-40 lebih banyak sekitar 77% sedangankan
untuk kelompok umur ≥60 tahun lebih sedikit sekitar 10% dilakukan
protap pengukuran suhu tubuh maka diperoleh semua mempunyai suhu
> 370 C .
Bukti
Kegiatan

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[223]
➢ Kabupaten Minahasa Sulawesi Utara yang dilaksanakan pada tanggal 1-
3 Desember 2021, dengan mengangkat tema Hidup Sehat Cegah
Komorbid melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)
disampaikan oleh Nurjannah,SKM,M.Kes yang disampaikan oleh
Koordinator Subdit GIF, Direktorat P2PTM, jumlah peserta sebanyak 200
orang yang berasal dari masyarakat, tokoh masyarakat dan petugas
Kesehatan di lingkungan desa Lamongan Barat kecamatan Lamongan
kabupaten Minahasa Sulawesi Utara. Bersama dengan mitra Ketua
Komisi IX DPR RI Ibu Felly Estelita Runtuwene, SE yang dilaksanakan
di Kecamatan Lamongan Minahasa yang dihadiri oleh 200 peserta yang
terdiri dari tokoh masyarakat setempat beserta jajarannya, masyarakat
ekonomi produkstif dan tenaga Kesehatan dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Minahasa. Sekretaris dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa
memberikan sekapur sirih serta menyampaikan sambutan selamat
datang kepada tim pusat penyenggara Germas sosialisasi program
gangguan indera dan fungsional.
Bukti
Kegiatan

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[224]
b. Sosialisasi Germas Gangguan Indera dan Fungsional untuk Masyarakat
dan Vaksinasi Covid
➢ Kabupaten Tegal dilaksanakan di Gedung Loka Bina Karya (LBK) Difabel
Banjaran Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 30 Juli
2021 Kabupaten Tegal Provinsi Jawa Tengah bersama dengan anggota
Komisi IX DPR RI. pada Kegiatan Sosialisasi GERMAS Subdit GIF tahun
2021 Kegiatan ini bertujuan untuk melaksanakan gerakan masyarakat
dalam upaya pencegahan dan pengendalian PTM dengan tema “Hidup
Sehat Cegah Komorbid” ,memberikan informasi kepada masyarakat
tentang upaya pencegahan dan pengendalian PTM, serta dilanjutkan
dengan Vaksinasi massal di 10 titik dengan sasaran 1000 masyarakat
termasuk Penyandang Disabilitas sebagai upaya pengendalian pandemi
COVID-19 yang sedang terjadi di Indonesia, khususnya di Kabupaten
Tegal Provinsi Jawa Tengah.Sasaran kegiatan ini adalah seluruh lapisan
masyarakat termasuk penyandang Disabilitas sejumlah 200 orang yang
terdiri dari 25 orang lintas program/ lintas sektor dan 180 orang
masyarakat sekitar termasuk penyandang disabilitas yang bekerja sama
dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, serta Dr. Dewi Aryani, M.Si
sebagai anggota Komisi IX DPR RI
Bukti
Kegiatan

➢ Kabupaten Bengkulu dilaksanakan pada tanggal 26-28 September 2021


dilakukan kegiatan Sosialisasi GERMAS bagi 200 orang masyarakat di
Aula Kampus Sapta Bakti, Lingkar Barat, Kota Bengkulu sedangkan
untuk kegiatan Vaksinasi COVID-19 dengan target 1000 orang
masyarakat di Aula Kampus Sapta Bakti, Lingkar Barat, Kota Bengkulu.
Pelaksanaan kegiatan sosialisasi GERMAS dibagi dalam dua sesi,
menyesuaikan kapasitas aula Kampus Sapta Bakti sehingga tetap
menjaga protokol kesehatan. Kegiatan diawali dengan Pemutaran video
cara mencuci tangan, menggunakan masker, informasi dan edukasi

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[225]
terkait COVID-19 serta penayangan ILM Pengendalian Penyakit Tidak
Menular. Sambutan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Bengkulu yang
diwakili oleh Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas
Kesehatan Kota Bengkulu, Ibu Nelli Hartati, SKM, MM. Sekaligus
menyampaikan perlunya perilaku hidup bersih dan sehat dalam
mencegah dan mengendalikan penyakit tidak menular. Narasumber
Anggota Komisi IX DPR RI yaitu Ibu Dra. Elva Hartati, SIP, MM yang
menyampaikan tentang pentingnya vaksinasi COVID-19 agar
mempercepat terjadi immune community yang merupakan kunci
keberhasilan menekan kasus Covid-19, disamping tetap menjalankan
protokol Kesehatan 5 M (1. Memakai masker, 2. Mencuci tangan dengan
sabun dibawah air mengalir, 3. Menjaga jarak, 4. Menjauhi kerumunan
dan 5. Mengurangi mobilitas).
Bukti
Kegiatan

➢ Kabupaten Tebo Jambi dilaksanakan pada tanggal 10-12 September


2021 yang berlokasi Gedung kantor Camat di kecamatan Tebo Ilir
Kabupaten Tebo Jambi dengan disertai kegiatan sosialisasi Germas yang
bertemakan Hidup Sehat Cegah Komorbid melalui Germas yang dihadiri
langsung oleh Camat Tebo ilir serta jajarannya, guru, perangkat desa,
koramil, polresta kecamatan tebo ilir Puskesmas tebo ilir serta jajarannya
dll semua undangan berjumlah 200 orang peserta. Untuk Kabupaten
Tebo dihadiri oleh Anggota Komisi IX DPR RI Ibu Saniatul Lativa, SE,MM,
dimana disertai dengan kegiatan vaksinasi dilaksanakan di kantor camat
Tebo Ilir Kabupaten Tebo Provinsi Jambi dimulai pada pukul 08.00-16.00
WIB dengan tenaga vaksinator berjumlah 50 orang dari puskesmas
Sungai Bengkal dengan target sasaran sebanyak 1000 orang yang terdiri
dari masyarakat umum dan anak sekolah dengan usia mulai dari 12 tahun
ke atas.Anggota Dewan Komisi IX DPR RI, Kemenkes, dan Dinkes
Kabupaten Tebo turut serta memantau pelaksanaan vaksinasi tersebut
yang terpusat di kantor camat Tebo Ilir yang turut serta di damping oleh
Bapak Camat Tebo Ilir

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[226]
Bukti
Kegiatan

Luaran Terselenggaranya sosialisasi germas program penanggulangan gangguan


indera dan fungsional.
Hasil Tersosialisasikannya program penanggulangan gangguan indera dan
fungsional melalui germas bersama mitra dan steakholder terkait sehingga
dapat menyentuh langsung ke masyarakat.
Manfaat Menyentuh langsung ke masyarakat sekaligus manfaat yang mereka terima
karena ditahun 2021 ini disertai dengan pelaksanaan vaksinasi covid 19 di 3
lokasi yaitu Kabupaten Tegal Jawa Tengah, Kota Bengkulu provinsi
Bengkulu, dan Kabupaten Tebo Jambi. Untuk target masing-masing lokasi
tersebut adalah 1000 orang dapat dilayani vaksinasi covid 19.
Dampak Pelaksanaan kegiatan sosialisasi germas program penanggulangan
gangguan indera dan fungsional Bersama mitra dan steakholder terkait
dapat dirasakan langsung oleh masyarakat antara lain;
- Perpaparnya masyarakat melalui germas dengan melibatkan secara
langsung dilokasi kegiatan sehingga dapat berinteraksi bersama-sama.
- Menerapkan protocol Kesehatan melalui 5M secara nyata dilokasi
kegiatan germas dan pelaksanaan vaksinasi covid 19.
- Tervaksinasinya masyarakat sebanyak 1000 orang di setiap lokasi yang
ditugaskan melaksanakan vaksinasi covid dimana subdit GIF
mendapatkan tugas sebanyak 3 lokasi.
D. NSPK Pengendalian Gangguan Indera Fungsional
Masukan (input) Alokasi dana sebesar Rp 517.850.000 dengan realisasi sebesar Rp.
312.324.123,- dengan kegiatan yang terdiri dari:
1. Penyusunan Buku Saku Pencegahan dan Pengendalian Gangguan Pendengaran
akibat Bising.
➢ Penyusunan Buku Saku Kebisingan dalam kondisi pandemic memasuki
tahun ke dua masih menggunakan media daring dalam menyelesaikan
kegiatannya. Diawali dengan rapat persiapan yang dilaksanakan pada
tanggal 24 Februari dan 19 April 2021 kemudian pembahasan pada
tanggal 7dan 22 Oktober 2021 , dan finalisasi pada tanggal 22 dan 30
November 2021. Dalam rapat pembahasan menggunakan metode daring
dan luring dengan dihadiri oleh subdit gangguan indera dan fungsional,
organisasi profesi yang selama ini selalu memberikan masukan adalah
Perhati KL serta masukan dari lintas program seperti Dit. Kesga, Promkes
sedangkan untuk lintas sector kami mengundang Dinas Pendidikan
Sekolah tingkat Menengah DKI Jakarta dan Dinas Kesehatan DKI

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[227]
Jakarta. Adapun buku saku ini nantinya sebagai media KIE bagi
masyarakat dan dapat mengedukasi tentang menjaga Kesehatan telinga
terhindar dari kebisingan sehingga tidak mengarah terhadap gangguan
pendengaran.
Bukti
Kegiatan

➢ Penyusunan Buku Disabilitas, selama ini belum terlaksana dengan baik


bagaimana tatanan inklusi yang baik dan benar di pelayanan
Kesehatan sesuai dengan Amanah undang-undang yang berlaku. Oleh
karena itu sangat dibutuhkan buku informasi dan edukasi yang terarah
kepada masyarakat agar dapat mengetahui, memahami serta dapat
menjalankannya nantinya. Bersama dengan Kementerian social, BPJS,
serta Perdosri turut serta dalam penyusunan buku tersebut. Dengan
melaksanakan kegiatan melalui media daring maka penyusunan buku
tentang disabilitas diawali dengan rapat persiapan pada tanggal 11
November 2021 dan 8 Desember 2021, pembahasan pada tanggal 10 ,
19, 21 Desember 2021 dan finalisasi dilaksanakan pada tanggal 23 dan
29 Desember 2021.
Bukti
Kegiatan

2. Penyusunan RPP PTM merupakan kelanjutan pembahasan yang pernah


dilaksanakan pada tahun 2020
➢ Pada tahun ini semakin ditekankan pembahasan dari bab per bab
kemudian di telaah melalui pasal per pasal untuk merangkumkan
Amanah yang terkandung didalamnya tentang peraturan tertinggi terkait
dengan undang undang dalam penanggulangan Penyakit Tidak Menular.
Adapun draf yang terbentuk masih dalam proses penelaahan dengan
cermat dengan hukormas P2P dan masih banyak terdapat kekurangan
dalam menyempurnakan untuk menjadi sebuah peraturan yang nantinya
dapat digunakan dalam penerapan penanggulangan PTM dimasyarakat.
Untuk selanjutnya akan disiapkan telaah dan akan dibahas pada rapat
berikutnya, untuk membuat telaah dan diskusi bersama dan kita siapkan

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[228]
hal-hal apa saja yang akan disiapkan. telaah untuk didiskusikan bersama
sambil menginventarisir apa yang belum diakomodir terkait unsur -unsur
pelengkap isi dari draf rancangan tersebut. Pelaksanaan kegiatan
dilaksanakan dalam rapat persiapan pada tanggal 22 Februari dan 29
Maret 2021 selanjutnya pembahasan pada tanggal 12 Apri, 10 Mei , 7
Juni dan tanggal 20 Desember 2021 . Untuk hasil pembahasan masih
membutuhkan pertimbangan khusus dari Biro Hukor Kemenkes maka
masih akan dilanjutkan pada tahun 2022.
Bukti
Kegiatan

3. Penyusunan Buku Pintar Gangguan Indera


➢ Penyusunan Buku Pintar Gangguan Indera bertujuan dalam memenuhi
kebutuhan dalam pengendalian gangguan pendengaran dan penglihatan
dari ketergantungan akan perangkat gawai belakangan ini imbas dari
kondisi pandemic covid 19 yang masih terjadi. Dalam pelaksanaan
kegiatannya lebih banyak menggunakan media daring dari awal rapat
persiapan, pembahasan dan dilanjutkan dengan penyempurnaan dari
buku saku . Fakta dan mitos untuk gangguan penglihatan disusun dalam
bentuk tabel dilengkapi dengan pesan, menyesuaikan dengan fakta dan
mitos dari Perhati. Terlalu banyak melihat monitor belum terbukti
menimbulkan kelainan mata permanen, isu terkait radiasi saat ini belum
terbukti memiliki pengaruh terhadap mata. Namun melihat monitor (tv, hp,
komputer) dapat menyebabkan mata kering dan kelelahan. Menonton
televisi terlalu dekat dapat merusak mata merupakan mitos, faktanya
menonton televisi terlalu dekat merupakan salah satu gejala mata rabun
jauh bukan penyebabnya. Namun fakta ini apabila disampaikan akan
menimbulkan informasi yang kontradiktif dengan pesan-pesan kesehatan
mata dari Kemenkes sebelumnya sehingga perlu disesuaikan
redaksinya. Pada pelaksanaan kegiatan dilaksanakan pada tanggal 21
April , 29 Juni dan 17 Oktober 2021. Buku tersebut telah rangkum dan
sudah dicetak dalam bentuk buku saku.
Bukti
Kegiatan

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[229]
➢ Penyusunan Pedoman Penyelenggaraan Layanan Kesehatan Mata
Terintegrasi merupakan pengembangan konsep vision center yang
sudah dilaksanakan sebagai uji coba di NTB. Sebuah layanan Kesehatan
mata yang dilakukan di fasilitas Kesehatan primer yang mengedepankan
aspek kolaborasi dengan organisasi profesi serta NGO yang mengayomi
Kesehatan mata sehingga menghasilkan sebuah layanan yang
terintegrasi menghadapi tantangan kondisi sekarang. Dalam
peengembangannya dibutuhkan suatu pedoman yang nantinya menjadi
acuan pelaksanaan layanan Kesehatan mata terintegrasi di FKTP di
daerah lainnya untuk mendukung deteksi dini gangguan penglihatan di
daerah. Pelaksanaan kegiatan meliputi rapat persiapan dilanjutkan
dengan pembahasan secara hybrid dan penyempurnaan sudah rangkum
menjadi pedoman untuk pelaksanaan sebuah layanan Kesehatan mata
di daerah nantinya. Pelaksanaan kegiatan penyusunan layanan
Kesehatan mata terintegrasi lahir dari suatu pengembangan program
yang sudah dilaksanakan untuk diadopsi menjadi suatu program nasional
yang akan menjadi pedoman untuk pelayanan Kesehatan mata yang
paripurna di FKTP nantinya. Dalam rapat persiapan dilaksanakan pada
tanggal 8 dan 18 Oktober selanjutnya dilaksanakan pembahasan pada
tanggal 2 November melalui pembahasan dalam pertemuan luring
sehingga dapat merangkumkan buku tersebut dalam sebuah pedoman.
Yang menjadi perhatian adalah keterlibatan khusus dari Prof Dr.dr. Nilla
Moeloek,sebagai Pembina untuk layanan Kesehatan mata terintegrasi di
FKT yang akan memnunjang program dalam menurunkan angka
kebutaan yang ada di Indonesia.
Bukti
Kegiatan

Output Terlaksananya Penyusunan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria


Pencegahan dan Pengendalian Gangguan Indera
Hasil Mempermudah pemerintah daerah dan stakeholder terkait dalam
menentukan arah program penanggulangan gangguan indera dan
fungsional.
Manfaat Tersusunnya buku saku maupun pedoman yang digunakan sebagai norma
standar pedoman dan dalam pelaksanaan program gangguan indera dan
fungsional
Dampak program pencegahan dan pengendalian gangguan indera dan fungsional
berjalan sesuai dengan pedoman dan arah program yang telah ditetapkan,
sehingga penurunan angka kebutaan yang dapat dicegah, penurunan angka

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[230]
gangguan pendengaran yang dapat dicegah dan layanan kesehatan inklusi
bagi penyandang disabilitas tercapai sesuai dengan target indikator yang
ditetapkan.
E) Media komunikasi, informasi, edukasi pencegahan dan pengendalian
gangguan indera dan fungsional
Masukan (input) Alokasi dana sebesar Rp 343.000.000,- dengan realisasi sebesar Rp.
339.000.000,-., Dengan menggunakan jasa pihak ke tiga maka dapat terselenggara
penyediaan cetakan maupun pembuatan video tutorial deteksi dini gangguan indera.

Output Tersedianya media KIE pencegahan dan pengendalian gangguan indera


sebagai sarana untuk memudahkan dalam kegiatan program pencegahan
dan pengendalian gangguan indera di daerah khususnya masyarakat.
Hasil 1. Tersedianya media KIE diharapkan meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan nakes dalam program pencegahan dan pengendalian
gangguan indera.
2. Tersedia media KIE bagi masyarakat untuk menambah pengetahuan
mereka menjaga Kesehatan agar terhindar dari PTM termasuk dalam
menjaga Kesehatan indera mereka.
Manfaat 1. Tumbuhnya kesadaran masyarakat dalam pola hidup sehat dan gaya
hidup sebagai upaya untuk menjaga kesehatan indera.
2. Meningkatnya pemahaman masyarakat akan pentingnya selalu menjaga
kesehatan indera.
3. Mengetahui dan memahami akan standar layanan inklusi di fasilitas
Kesehatan di FKTP.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[231]
F) Layanan pendidikan dan pelatihan Gangguan Indera dan fungsional
Masukan (input) Alokasi dana sebesar Rp 94.020. 000,- dengan realisasi sebesar
Rp.44.600.000, dilaksanakan dengan membagi wilayah 34 provinsi dengan 4 bacth
kegiatan orientasi dimulai dengan rapat persiapan dengan seluruh panitia pelaksana
serta narasumber yang akan memberikan materi secara roadshow kepada pemegang
program dan tenaga Kesehatan yang terdapat di FKTP mendapat pemaparan materi
yang secara utuh dalam pelaksanaan deteksi dini dimana mereka sebagai ujung tombak
dalam melaksanakan deteksi dini sekaligus penginputan data deteksi dini gangguan
indera supaya dapat lebih paham dan lebih mengerti cara deteksi dini yang mudah
dilaksanakan dimasyarakat terhadap 4 fase kehidupan mulai bayi yang baru lahir serta
pemantauan tumbuh kembang anak, penjaringan anak sekolah, kegiatan di posbindu dan
lansia. Untuk pelaksanaan dilaksanakan dibagi menurut regional antara lain;
Bacth 1 Bacth 2 Bacth 3 Bacth 4
5 Oktober 2021 19 Oktober 2021 25 Oktober 3 November
2021 2021
Aceh,Kepulauan Kalimantan Barat, Banten, Bali, Jawa
Riau, Kalimantan Sumatera Tengah, Papua
Kepulauan Tengah, Selatan, Jawa Barat, Papua,
Bangka Kalimantan Barat, Lampung, Maluku,
Belitung,Jambi, Selatan, Nusa Jawa Timur, DKI Maluku Utara,
Sumatera Utara, Tenggara Barat, Jakarta, Jawa Kalimantan
Sumatera Barat, Nusa Tenggara Tengah, DI Timur,
Bengkulu,Riau Timur, Yogyakarta Gorontalo,
Kalimantan Utara, Sulawesi
Sulawesi Tenggara,
Selatan,Sulawesi Sulawesi
Tengah, Sulawesi Utara.
Barat.

Bukti
Kegiatan

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[232]
Luaran Terlaksananya orientasi deteksi dini gangguan indera di 34 provinsi yang
dikemas dalam 4 bacth pelaksanaan
Hasil Terlaksanakanya orientasi deteksi dini gangguan indera menambah
pemahaman dan pengetahuan kepada pemegang program dan tenaga
kesehatan di FKTP sebagai pelaksana di lapangan.
Dampak Dalam pelaksanaan orientasi deteksi dini gangguan indera yang
dilaksanakan dengan menggunakan media zoom meeting memberikan
beberapa catatan penting antara lain;
1. Menjangkau keseluruh provinsi sebanyak 34 provinsi dan sampai ke
pelayanan Kesehatan tingkat primer dengan anggaran yang memadai.
2. Menambah pengetahuan yang terupdate dalam pelaksanaan deteksi dini
gangguan indera yang mudah dilaksanakan dan dalam penginputan data.
3. Memenuhi target capaian yang rendah sehingga para pemegang program
di daerah untuk lebih semangat untuk mengejar ketinggalan mereka.
G.) Bimtek dan Monev Pencegahan dan Pengendalian Gangguan Indera
Masukan (input) Alokasi dana sebesar Rp 264.330.000,- dengan realisasi sebesar Rp.
224.448.521. Pelaksanaan kegiatan Bimtek dan monev Terpadu Pencegahan dan
Pengendalian Gangguan Indera dan Fungsional yang dilaksanakan dengan lokasi
sebagai berikut;
1. Bimtek dan Monev Terpadu Pencegahan dan Pengendalian Gangguan
Indera yang dilaksanakan dengan kunjungan langsung tatap muka
dengan pemegang program di daerah ke 2 provinsi yaitu;
a. Bimtek yang diselenggarakan di provinsi Kalimantan Timur pada tanggal
8 – 10 April 2021 dengan maksud kunjungan adalah dapat mengetahui
hambatan dan kendala dalam pencapaian target indicator deteksi dini
gangguan indera serta sekaligus melaksanakan pendampingan dan
pemantauan pelaksanaan vaksinasi covid 19 bekerjasama dengan Grab
dan Good Doctor yang dilaksanakan di Gelora Samarinda. Untuk dapat
mengamati lebih jelas pelaksanaan kegiatan di FKTP maka kami
melakukan kunjungan ke Puskesmas Temindung Kota Samarinda.
Bukti
Kegiatan

b. Bimtek dilaksanakan di provinsi Sumatera Barat yang diselenggarakan


pada tanggal 15 – 17 September 2021 dengan kunjungan langsung untuk
mengetahui hambatan dan kendala yang dihadapi dalam pencapaian
program gangguan indera melalui target Renstra gangguan indera untuk
tahun 2021 pelaksanaannya dengan hybrid agar dapat berinteraksi
dengan kabupaten kota se provinsi Sumatera Barat serta pelaksana

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[233]
program di FKTP. Sebagai bentuk dukungan terhadap FKTP maka yang
dapat dikunjungi adalah Puskesmas Pemancungan Kota Padang.
Bukti
Kegiatan

c. Bimtek dilaksanakan di provinsi Jawa Tengah yang diselenggarakan pada


tanggal 3 – 5 November 2021 dengan melakukan kunjungan langsung
untuk mengetahui hambatan dan kendala yang dihadapi selama masa
pandemi COVID 19 dan pencapaian target indicator Renstra untuk
gangguan indera. Kunjungan Tim Direktorat P2PTM diterima oleh Kepala
BKIM Provinsi Jawa Tengah, dr. Anastasia Yuli. Wilayah kerja BKIM
Provinsi Jawa Tengah mencakup 35 kab/kota, namun untuk piloting
kegiatan hanya dapat dilakukan untuk 2 kab/kota.
Bukti
Kegiatan

d. Bimtek dilaksanakan di provinsi Jawa Barat yang diselenggarakan pada


tanggal 23 – 25 November 2021 dengan melakukan kunjungan langsung
untuk mengetahui hambatan dan kendala yang dihadapi selama masa
pandemi COVID 19 dan pencapaian target indicator Renstra untuk
gangguan indera. Kunjungan ke RS. Cicendo Bandung dimana pada saat
ini sedang dikembangkan tools penelitian yang murah dan mudah
diaplikasikan, pemeriksaaan retina kerjasama dengan ITB. Pemeriksaan
RD, akan dihubungkan dgn telemedicine. Link dengan SIGALIH. Program
ini bisa di adopt menjadi sistem di Puskesmas.
Bukti
Kegiatan

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[234]
e. Bimtek dilaksanakan di provinsi Sulawesi Utara yang diselenggarakan
pada tanggal 1 – 3 Desember 2021 dengan dengan melakukan
kunjungan langsung untuk mengetahui hambatan dan kendala yang
dihadapi selama masa pandemi COVID 19 dan pencapaian target
indicator Renstra untuk gangguan indera. Dalam mengoptimalkan
program PTM di daerah baik dari aspek pemahaman pengelola program,
integrasi, pendataan maupun penganggaran, menginventarisir hambatan
dan kendala secara spesifik dalam penerapan program PTM di tiap
provinsi, sehingga dapat dijadikan masukan untuk perbaikan Sehingga
mendapatkan masukan sukses pencapaian dan inovasi yang telah
dilakukan untuk dapat dikembangkan di daerah lainnya
Diharapkan untuk melakukan Bimbingan Teknis sesuai kebutuhan di
masing-masing provinsi dan menguatkan koordinasi
Mengumpulkan data yang diperlukan dalam rangka optimalisasi data SI
PTM kemudian mengevaluasi penggunaan Dana Dekonsentrasi dan
memberikan masukan pada pengelola program utk optimalisasi
penyerapan serta hal lain yang dibutuhkan dalam rangka penguatan
program PTM di daerah.dan juga untuk menguatkan teman teman daerah
untuk menguatkan pelayanan yang ramah disabilitas . Harapannya bisa
melakukan kerjasama dengan ,Perdosri,Perhati KL ,Perdami dan
Organisasi Profesi yang ada di wilayah kerja provinsi Sulawesi Utara.
Bukti
Kegiatan

Kegiatan Monev terpadu di pandang perlu pada situasi Pandemi Covid 19,
karena PTM sebagai co-morbid untuk melakukan Bimtek secara Virtual
dalam rangka penguatan upaya P2PTM dalam mencegah orang dengan
Faktor risiko PTM menjadi penyandang PTM serta mencegah kerentanan
orang dengan PTM terpapar Covid 19. Kegiatan dilakukan menggunakan
aplikasi Zoom dan luring. Ada lokasi monev yang dilaksanakan yaitu :
a. Monev yang dilaksanakan di provinasi Jawa Timur pada tanggal 9- 11
November 2021 dengan melaksanakan kunjungan langsung terhadap
pengelola program P2PTM di provinsi Jawa Timur serta kunjungab ke
Puskesmas Pesantren II di Kota Kediri Jawa Timur, maka terdapat
kesepakatan dalam pencapaian target indicator renstra untuk tahun
2021 tersebut dengan upaya-upaya menyeluruh terhadap program.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[235]
Bukti
Kegiatan

b. Monev yang dilaksanakan di provinasi Aceh pada tanggal 28 – 30


Oktober 2021 dengan melaksanakan kunjungan ke Dinas Kesehatan
Provinsi Aceh maka yang dapat disimpulkan adalah Permasalaan
pencatatan dan pelaporan yang terkendala dalam inputan ke SI PTM
akan dilakukan update data per Kab/Kota secara manual menggunakan
form offline, dalam rangka mendongkrak capaian indicator gangguan
Indera di Provinsi Aceh. Dengan memperluas kerjasama dengan lintas
sektor, lintas program dan organisasi Profesi dalam rangka
mendapatkan data skrining Deteksi dini gangguan indera dan
meningkatkan layanan kesehatan mata masyarakat. Perlunya
penyegaran pengelola program dalam hal peningkatan pemahaman
program terutama pemahaman indikator program serta pencatatan
pelaporan, memperkuat/ mengusulkan adanya tenaga refraksionis di
FKTP yang memang mempunyai kompetensi dalam hal gangguan
refraksi. Mengembangkan program RBM pada Puskesmas-puskesmas
yang sudah masuk kategori ramah disabilitas serta rencana selanjutnya
akan melaksanakan Rakontek Program P2PTM tingkat Provinsi.
Kemudian kegiatan selanjutnya tim mengadakan kunjungan ke
Puskesmas Kuto Baru di Kota Banda Aceh.
Bukti
Kegiatan

c. Monev yang dilaksanakan di provinasi Sulawesi Selatan pada tanggal


17-19 November 2021 melaksanakan kunjungan yang diharapkan
mendapatkan manfaat untuk menggali permasalahan dan hambatan
program P2PTM di daerah, serta bersama-sama mencari solusi dari
permasalahan dan hambatan tersebut, dan memberikan masukan
kepada Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan untuk memperbaiki
berbagai permasalahan tersebut. Masukan dari organisasi profesi
setempat masih banyak terdapat sarana dan prasarana untuk deteksi
dini gangguan indera kurang menunjang maka dibutuhkan penyedian
alat serta kalibrasi alat yang dapat memenuhi sesuai dengan

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[236]
kompetensinya. Dari hasil pengamatan ke Puskesmas Sudiang Raya
terjadi pergantian pengelola program maka kurang memahami
pemeriksaan dan tidak tau bagai man cara menginput data ke sistim
yang sudah di kirimkan oleh petugas kab /kota.
Bukti
Kegiatan

d. Monev yang dilaksanakan di provinasi Kalimantan Barat pada tanggal


23 - 25 November 2021 maksud dilaksanakan kunjungan adalah
mendorong FKTP agar dapat melaksanakan promosi kesehatan lebih
proaktif dan menerapkan SOP untuk menjaring target skrining di antara
pengunjung FKTP. Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota untuk
melakukan pembinaan dan pengawasan pelaporan program P2PTM
melalui SIPTM. Mendukung pelaksanaan Bimtek P2PTM virtual secara
rutin untuk sharing dan updating progres dan inovasi pelaksanaan
program P2PTM di Provinsi Kalimantan Barat. Memberikan bimbingan
intensif kepada Dinkes Provinsi/Kab/Kota untuk rekapitulasi data deteksi
dini gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran menggunakan
form manual per Desember 2021 sebagai capaian Renstra indikator
gangguan indera tahun 2021. Mendorong daerah untuk meningkatkan
kerja sama lintas program (Kesga, Yankes, Promkes) dan lintas sektor
organisasi profesi terkait penanggulangan gangguan indera. Dalam
kunjungan ke FKTP dilaksanakan di Puskesmas Gang Sehat Kota
Pontianak.
Bukti
Kegiatan

e. Monev yang dilaksanakan di provinasi Sulawesi Barat pada tanggal


24-26 November 2021 dilaksanakannya kunjungan dengan tujuan data
segera dikompilasi dengan sumber data dari Kesga, pustu, polindes ,
bidan desa, maupun bidan swasta mandiri, dan pemeriksaan rutin di poli
umum. Mendorong FKTP agar dapat melaksanakan promosi kesehatan
lebih proaktif dan menerapkan SOP untuk menjaring target skrining di

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[237]
antara pengunjung FKTP dan penjaringan di sekolah . Mendukung
pelaksanaan monev virtual secara rutin untuk sharing dan updating
progres dan inovasi pelaksanaan program P2GIFdi Provinsi Sulawesi
Barat. Memberikan materi media KIE untuk dapat digunakan dalam
pelaksanaan kegiatan program PTM di Sulawesi Barat. Untuk kunjungan
di FKTP tim mengunjungi Puskesmas Binangga Kabupaten Mamuju.
Bukti
Kegiatan

Kegiatan Bimtek dan Monev mempunyai tantangan tersendiri di setiap


provinsi yang dikunjungi namun pada dasarnya informasi sangat menentukan
arah dan tujuan dari program yang dilaksanakan. Kebutuhan dan dukungan
program gangguan indera tidak terlepas dari koordinasi dan integrasi yang
optimal dari setiap aspek yang terkait. Dengan dilaksanakannya kegiatan ini
mampu untuk meningkatkan kepedulian dan partisipasi aktif dari pemerintah
daerah.
Output Terlaksananya kegiatan Bimtek dan Monev terpadu pencegahan dan
pengendalian gangguan indera.
Hasil ➢ Mengetahui hambatan dan kendala yang dihadapi pada masa pandemi
Covid 19 dalam penanggulangan gangguan penglihatan dan
pendengaran.
➢ Meningkatnya advokasi dengan daerah dalam upaya pencegahan dan
pengendalian gangguan indera dimasa pandemi Covid 19.
➢ Tersedianya data analisa situasi dan rencana kerja program
pencegahan dan pengendalian gangguan penglihatan di provinsi yang
dikunjungi.
➢ Meningkatnya upaya promotif pencegahan dan pengendalian gangguan
indera
Manfaat ➢ program penanggulangan gangguan penglihatan dan gangguan
pendengaran menjadi lebih focus, terarah, bersinergi dan terintegrasi
antar berbagai unsur dan terpetakan dengan jelas siapa dan melakukan
apa untuk mencapai target global “Vision 2020” dan “Sound Hearing
2030”.
➢ Media KIE mempermudah, memperluas jangkauan dan mempercepat
proses sosialisasi dan edukasi tentang pencegahan dan pengendalian
gangguan indera kepada masyarakat
➢ Data analisa situasi dan rencana kerja penanggulangan gangguan
penglihatan dan pendengaran serta data kasus dari sistem informasi
penanggulangan gangguan penglihatan dan pendengaran dapat

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[238]
menjadi baseline dalam perencanaan program penanggulangan
gangguan penglihatan di 34 povinsi tersebut untuk mencapai target
indikator Renstra 2020-2024.

A. Koordinasi Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Kanker


dan Kelainan Darah
1) Jejaring dan Kemitraan PKKD
Masukan (input) Alokasi anggaran sebesar Rp. 190.400.000 dengan
realisasi sebesar Rp 141.872.500, dengan kegiatan sebagai berikut :
Kegiatan jejaring dan kemitraan penyakit kanker dan kelainan darah,
merupakan kegiatan koordinasi dengan organisasi profesi, lintas program
dan lintas sektor, dalam upaya pencegahan dan penanggulangan kanker
dan kelainan darah. Kegiatan jejaring dan kemitraan yang dilaksanakan
sebagai berikut:
a. Pembahasan Trichloroacetat Acid (TCA)
Pemerintah telah mengembangkan deteksi dini kanker leher rahim
dengan metode Inspeksi Visual Asam asetat (IVA) dan deteksi dini
kanker payudara dengan pemeriksaan payudara secara klinis (Sadanis).
Dari sasaran yang dilakukan deteksi dini kanker payudara sekitar 3-5%
akan di temukan lesi pra kanker, temuan tersebut perlu dilakukan tindak
lanjut, dapat dengan menggunakan kriyoterapi atau pengolesan dengan
Trichloroacetat Acid 80%, hal ini bertujuan untuk mencegah
perkembangan menjadi kanker. Terapi TCA dapat dilakukan di FKTP
dengan Nakes terlatih dan biaya yang sangat murah.Untuk acuan
pelaksanan penggunaan TCA perlu di susun petunjuk teknis
pelaksanaan penggunaan TCA. Dalam penyusunan TCA telah di lakukan
pembahasan sebanyak 4 kali pada tanggal 14 September, 15 Oktober, 6
Desember dan 17 Desember, pembahasan di hadiri oleh Hukormas P2P,
Direktorat Pelayanan kesehatan Primer, Direktorat Farmasi Pelayanan
Kesehatan, Pusat Analisis Determinan Kesehatan, HOGI, BPOM,
Puslitbangkes Biomedis dan Teknologi Dasar. Agenda pembahasan :
penyusunan pedoman penggunaan TCA, pembahasan regsitrasi produk
TCA dan implementasi terapi TCA sebagai salah satu upaya tatalaksana
IVA Positif.

b. Penyusunan Kerjasama dengan BKKBN


Untuk meningkatkan capaian deteksi dini kanker payudara dan kanker
leher rahim perlu melibatkan kerjasama lintas program dan lintas sektor
terkait, diantaranya adalah dengan BKKBN,dimana struktur
organisasinya terdapat substansi Bina Kesehatan Reproduksi salah satu
tugas dan fungsinya adalah pencegahan permasalahan Penyakit
Menular Seksual, Kanker Alat Reproduksi , kesuburan dan
penyimpangan seksual. Strategi BKKBN dalam upaya promotif, preventif
adalah penganekaragaman materi sosialisasi dan media penyajian (

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[239]
elektronik dan non elektronik). Pada tahun 2020 telah dikembangkan
aplikasi Priscavi yang bertujuan mengatahui besarnya pemahaman
masyarakat tentang Kanker Leher Rahim, yang merupakan prediksi risiko
kanker leher rahim. Untuk itu perlu adanya kerjasama antara
Kementerian Kesehatan dan BKKBN. Pembahasan kerjasama dihadiri
oleh BKKBN, STIKIM, organisasi profesi HOGI.

c. Webinar Kanker “Kampanye Sadari”.


Setiap tahun pada bulan Oktober masyarakat dunia memperingati Bulan
Peduli Kanker Payudara (Breast Cancer Awareness Month). Hal ini
dilakukan untuk mengingatkan masyarakat dunia tentang penyakit
kanker payudara. Bulan Peduli Kanker Payudara ini menginspirasi
banyak orang khususnya perempuan untuk semakin peduli dan sadar
akan kanker payudara serta dampak dan pentingnya upaya
penanggulangan kanker payudara melalui deteksi dini kanker payudara
dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).
Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 26 Oktober 2021 secara daring ,
dengan tema “ Kampanye Sadari”. Sambutan oleh Menteri Kesehatan RI
( Ir. Budi Gunadi Sadikik, CHPC, CLU) dan Ketua YKPI (Ibu Linda Agum
Gumelar, S.IP. ). Narasumber berasal dari : Peraboi ( dr. Iskandar
Sp.B(K).Onk, YKPI ( Nitta Suzanna dan Ir. Nani Sumaryati). Peserta
antara lain berasal dari OASE Kabinet Indonesia maju, Tim penggerak
PKK, Kowani, Organisasi Wanita, Organisasi Keagamaan seperti: PP
Fatayat NU, PP Aisyiyah, PP Al Hidayah, Wanita Katolik, Wanita Buddhis,
wanita Hindu, Korps Wanita Angkatan Udara/ Darat/ Laut/ Udara/Polri,
YKI, YKPI, CISC, jumlah peserta yang hadir di You Tube : 421 orang dan
Zoom : 897orang.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[240]
d. Verifikasi Data
Untuk harmonisasi data pusat dan daerah dalam pencapaian target
deteksi dini kanker payudara dan kanker leher Rahim, dilaksanakan
verifikasi data. Kegiatan ini dilaksanakan secara hybrid pada tanggal 15
November 2021 di Hotel Gran Melia. Narasumber: SI PTM (Andre
Prayoga – PT Zamasco) dan Direktorat P2PTM.
Peserta: Kementerian Kesehatan (luring) dan Pengelola Program Kanker
34 provinsi (daring)
Hasil: Pertemuan dilakukan secara hybrid, peserta pusat secara tatap
muka dan peserta daerah secara luring. Pembahasan capaian per
penanggungjawab provinsi. Rekapitulasi Data sasaran dan cakupan
deteksi dini kanker payudara dan kanker leher Rahim 2019-2021
(8.29%). Data dari 34 provinsi di kompilasi menjadi satu master,
selanjutnya dilakukan break out room per penanggunj jawab wilayah
untuk dilakukan validasi data. Pada pertemuan ini disepakati tentang
perhitungan cakupan deteksi dini kanker payudara dan kanker leher
rahim serta target cakupan deteksi dini sesuai renstra. Provinsi yang
belum mengirimkan data atau data yang dikirim belum lengkap tetap
akan mengirimkan data yang diminta.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[241]
B. Uji Coba Deteksi Dini Talasemia
1) Koordinasi Pelaksanaan Uji Coba Deteksi Dini Talasemia
Sebagai persiapan dalam pelaksanaan Uji Coba Deteksi Dini Talasemia
di Provinsi Jawa Barat terlebih dahulu dilaksanakan pertemuan persiapan
untuk mengupdate jumlah data sasaran keluarga Ring 1, regionalisasi
Puskesmas, pemetaan sumber daya manusia di FKTP: dokter dan
ATLM, serta FKRTL : dokter spesialis: anak, hematologi , patologi klinik,
RS rujukan dari masing-masing kabupaten/ Kota di 19 wilayah serta
mekanisme pelaksanaan deteksi dini. Jumlah awal sasaran pemeriksaan
keluarga ring 1 di Jawa Barat adalah 8.000 orang berdasarkan dari data
YTI Popti. Data awal : jumlah penyandang ; 3.170, jumlah ring 1 2.183,
439 Puskesmas dan 17 rumah sakit rujukan. Dalam perjalanan kegiatan
terdapat efisiensi anggaran sehingga jumlah sasaran keluarga Ring 1
menjadi 3.000 orang di 14 kabupaten kota. Kegiatan koordinasi
dilaksanakan pada tanggal : 1 Maret , 25 Maret, 13 April, 29 April, 16 Juni,
22 Juli 2021. Biaya pemeriksaan di FKTP: Rp 75.000, biaya pemeriksaan
lanjutan di FKRTL: Rp 475.000.
Pelaksanaan Deteksi Dini Talasemia Provinsi Jawa Barat dilaksanakan di
:Kota Bekasi, Kab. Bekasi, Kab. Karawang,Kab. Sukabumi, Kab Cianjur,
Kota Bandung, Kab. Bandung, Kab. Sumedang, Kab Garut, Kab.
Tasikmalaya, Kota Tasikmalaya, Kab. Ciamis, Kota banjar dan Kab.
Kuningan.Waktu pelaksanaan pada tanggal 22 September sampai
dengan 5 November 2021. Target sasaran 2.500 orang, sasaran yang
dilakukan pemeriksaan awal 1.914 orang, dan pemeriksaan lanjutan
1.515 orang. Hasil Uji Coba Deteksi Dini Talasemia: 75% Curiga
Talasemia dan 21% Tidak curiga Talasemia. Hasil pemeriksaan lanjutan
di Rumah Sakit ditemukan penyandang talasemia : 1.187 orang dari 1.515
orang 97(78%), dengan kategori : Talasemia mayor 2 orang, Talasemia
Intermediate 163 orang, Talasemia Minor 1.022 orang dan bukan
Talasemia 332 orang. Proporsi berdasarkan jenis kelamin 51% laki-laki
dan 49 % perempuan.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[242]
2) Orientasi Uji Coba Deteksi Dini Talasemia bagi Petugas FKTP dan
FKRTL
Dalam meningkatkan pemahaman dan kemampuan petugas baik FKTP
dan FKRTL, maka perlu dilaksanakan Orientasi Uj Coba Deteksi Dini
Talasemia bagi petugas. Sebelum pelaksanaan dilaksanakan rapat
Persiapan pada tanggal 21 Juni 2021, untuk membahas jadual kegiatan
,narasumber dan teknis lainnya. Rapat persiapan di hadiri oleh IDAI,
PHTDI, Patklin, PT Zamasco dan Direktorat P2PTM.
Pelaksanaan orientasi dilaksanakan selama 3 hari di Hotel Amarossa Bogor
dari tanggal 24-26 Juni 2021, kegiatan dilaksanakan secara hybrid,
sebagian pengelola PTM dinkes kab/kota di Jawa Barat mengikuti kegiatan
secara tatap muka dan peserta lainnya: pengelola PTM dinkes Kab/kota,
dokter dan ATLM di FKTP dan FKRTL mengikuti secara daring.
Narasumber pada orientasi sebagai berikut:
• dr. Cut Putri Arianei, M.H.Kes ( Direktur P2PTM) : Kebijakan
Operasional Pengendalian Talasemia
• Prof Pustika Amalia, Sp.A(K), (IDAI): Edukasi Talasemia
• dr.Aldrin Neilwan, Sp.Ak, MARS,M.Biomed,SH ( Koord PKKD):
tahapan
• Uji Coba Talasemia
• DR.dr. Agus Kosasih, Sp.PK, MARS ( PDS – Patklin): Pemeriksaan
Lab Talasemia di FKTP dan FKRTL.\
• Dr.dr. Tubagus Djumhana A, Sp.PD-KHOM (PHTDI): Penentuan
Diagnosis Talasemia secara Genotif dan Fenotif di FKRTL.
• dr. Iswari Setyaningsih, Sp,Ak-PhD: Konseling genetika pada
Talasemia dan Langka Tindak Lanjut.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[243]
• dr.Sylviana Andinisari, MSc ( Subkoordinator Peny. Kelainan darah) :
Pencatatan dan pelaporan talasemia.
• Andrey Prayoga (PT Zamasco): Sistem Informasi Talasemia).

• Luaran (output):
a. Terselenggaranya Webinar Kampanye Sadari
b. Terselenggaranya verifikasi data capaian kanker di 34 Provinsi
c. Tersusunya draft kerjasama dengan BKKBN dalam upaya
peningkatan capaian deteksi dini kanker payudara dan kanker
leher rahim .
d. Terselenggaranya pembahasan TCA sebagai tindak lanjut lesi
prakanker.
e. Terselenggaranya koordinasi uji coba deteksi dini Talasemia di
Provinsi Jawa Barat
f. Terselenggaranya Orientasi Deteksi Dini Talasemia bagi petugas
di FKTP dan FKRTL
• Hasil (outcome) Terselenggaranya koordinasi, jejaring dan kemitraan
penyakit
• kanker dan kelainan darah, serta Uji Coba deteksi Dini Talasemia pada
keluarga ring 1 di Provinsi Jawa Barat.
• Manfaat (benefit) Terciptanya komitmen dari dukungan dari jejaring
dan kemitraan dalam Pencegahan Pengendalian Kanker dan Kelainan
Darah.
• Dampak (impact) Penurunan jumlah penyakit kanker di Indonesia dan
mencegah kelahiran talasemia mayor.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[244]
C. Sosialisasi dan Desiminasi
1) Sosialisasi Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Kanker dan
Kelainan Darah
Masukan (input) Alokasi anggaran sebesar Rp. 811.102.000 dengan
realisasi sebesar Rp 618.830.700, dengan kegiatan sebagai berikut :
a) Sosialisasi Pencegahan dan Pengendalian Kanker pada Tokoh
Masyarakat dan Tokoh Agama
Untuk akselerasi upaya mendukung dan mengendalikan faktor risiko
penyakit tidak menular Direktorat P2PTM terutama faktor risiko
penyakit kanker payudara dan leher rahim perlu menyelenggarakan
pertemuan sosialisasi Pencegahan dan Pengendalian Kanker pada
Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama untuk memberikan informasi
maupun pesan terkini tentang penyakit kanker payudara dan kanker
leher rahim dan faktor risikonya. Diharapkan dengan terlaksananya
pertemuan sosialisasi pencegahan dan pengendalian kanker ini,
mampu merubah perilaku hidup sehat bagi diri sendiri, keluarga,
lingkungan tempat tinggal dan kantor serta memotivasi masyarakat
untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian tentang pencegahan
dan pengendalian kanker sejak dini.
Tujuan dari kegiatan ini adalah terlaksananya sosialisasi pencegahan
dan pengendalian kanker pada Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama
dalam upaya mendukung pengendalian faktor risiko penyakit kanker
payudara dan kanker leher Rahim di 3 (tiga) regional.
Metode kegiatan dilaksanakan secara virtual dibagi 3 regional (Barat,
Tengah, Timur). Rapat persiapan dilaksanakan pada tanggal 8 April
2021 dengan mengundang: Pusdatin, Biro Hukum, Organisasi Profesi:
POGI, HOGI, HOGSI dan PERABOI.
Pelaksanaan kegiatan di laksanakan secara 3 regional:
Regional Barat :dilaksanakan pada tanggal 24 Agustus 2021,
Narasumber: Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit :DR. dr. Maxi Rein Rondonuwu, Direktur P2PTM : dr Cut Putri
Arianie, M.H.Kes, Dirjen Bina Pembangunan Daerah, Kemendagri : Dr.
Hari Nur Cahya Murni, M.Si, Kepala BKKBN: Dr.(H.C) dr. Hasto
Wardoyo, SpOG (K), Ketua Himpunan Obstetri Ginekologi Sosial
(HOGSI) : Dr.dr. Raden Soerjo Hadijono,SpOG ( K), Staf Ahli Bidang
Kesehatan Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan
Keluarga / TP PKK: drg. Laksmi Widyastuti, Moderator : dr Haekal
Anshari,M.Biomed (AAM). Sasaran: pimpinan daerah, organisasi
perangkat daerah tingkat pusat, kab/kota, camat, lurah, kepala desa,
tokoh masyarakat dan tokoh agama di Provinsi : Aceh, Sumatera
Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Selatn,
Bengkulu, Bangka Belitung, Lampung, DKI Jakarta, Banten dan Jawa
Barat. Peserta yang hadir pada webinar untuk tokoh agama dari ketua
lembaga kesehatan PBNU, ketua umum Budhis, Ketua umum Wanita

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[245]
Kristen, Ketua Perempuan Konghucu, PP Muslimat NU, ketua YKPI
Ibu Linda Agum Gumelar, Ketua Umum Al Hidayah. Jumlah Peserta :
Youtube : 4.600, Webjam : 969 orang.
Regional Tengah dilaksanakan pada tanggal 27 Agustus 2021, jam
13,20-16.00, Narasumber: Direktur Jenderal Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit :DR. dr. Maxi Rein Rondonuwu, Direktur
P2PTM : dr Cut Putri Arianie, M.H.Kes, Dirjen Bina Pembangunan
Daerah, Kemendagri : Dr. Hari Nur Cahya Murni, M.Si, Kepala BKKBN
: Dr.(H.C) dr. Hasto Wardoyo, SpOG (K), Ketua Himpunan Obstetri
Ginekologi Sosial (HOGSI) : Dr.dr. Raden Soerjo Hadijono,SpOG ( K),
Ketua umum Asosiasi Dinas Kesehatan: dr. M. Subuh, MPPM, Staf
Ahli Bidang Kesehatan Tim Penggerak Pemberdayaan dan
Kesejahteraan Keluarga / TP PKK: drg. Laksmi Widyastuti, Moderator
: dr Haikal. Sasaran: pimpinan daerah, organisasi perangkat daerah
tingkat pusat, kab/kota, camat , lurah, kepala desa,, tokoh masyarakat
dan tokoh agama di Provinsi : Jawa Timur, Jawa Tengah, DI
Yogyakarta, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, kalimantan
Tengah, kalimantan Utara, Gorontalo dan Nusa Tenggara Barat.
Jumlah peserta ; Youtube : 1.400, Webjam : 873 orang.
Regional Timur dilaksanakan pada tanggal 31 Agstus 2021
Narasumber: Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit :DR. dr. Maxi Rein Rondonuwu, Direktur P2PTM : dr Cut Putri
Arianie, M.H.Kes, Dirjen Bina Pembangunan Daerah, Kemendagri : Dr.
Hari Nur Cahya Murni, M.Si, Kepala BKKBN : Dr.(H.C) dr. Hasto
Wardoyo, SpOG (K), Ketua Himpunan Obstetri Ginekologi Sosial
(HOGSI) : Dr.dr. Raden Soerjo Hadijono,SpOG ( K), Ketua umum
Asosiasi Dinas Kesehatan: dr. M. Subuh, MPPM, Staf Ahli Bidang
Kesehatan Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan
Keluarga / TP PKK: drg. Laksmi Widyastuti, Moderator : dr Haiekal
Anshari, M.Biomed (AAM). Sasaran: pimpinan daerah, organisasi
perangkat daerah tingkat pusat, kab/kota, camat , lurah, kepala desa,,
tokoh masyarakat dan tokoh agama di Provinsi : Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi
Tenggara, Bali, Nusa Tenggara Timur, Mauku, Maluku Utara, Papua
dan Papua Barat. Jumlah peserta Youtube : 1.100 orang, Webjam :
195 orang.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[246]
2) Media Briefing dan Kelainan Darah
a. Media Briefing Hari Kanker
Hari Kanker Sedunia diperingati setiap tanggal 4 Februari 2021. Pada
tahun 2021 diperingati dengan tema “I am and I Will” . sebelum
pelaksanaan dilaksanakan rapat persiapan pada tanggal 18 Januari
2021. Media briefing dilaksanakan pada tanggal 4 Februari 2021,
dengan mengundang wartawan dan blogger sebanyak 50 tahun,
dengan metode virtual. Narasumber berasal dari P2PTM, Pelayanan
Kanker di Fasilitas Pelayanan Kesehatan dalam Situasi Pandemi
(Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan), Kanker dan Vaksinasi Covid
19 ( Dr.dr Djumhana, Sp.PD-KHOM), dilanjutkan Tanya jawab.

b. Media Briefing Hari Talasemia


Hari Talasemia di peringati setiap tanggal 8 Mei, dengan tema global
“Addresing Health Inequalities Across the Global Thalasemia
Commuity”, dengan tema nasional “ Zero Kelahirn Talasemia Mayor”.
Rapat persiapan hari Talasemia dilaksanakan pada tanggal 20 April
2021, peserta berasal dari Direktur Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat. Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan
Masyarakat, Direktur Pelayanan kesehatan Rujukan dan PAPDI.
Narasumber berasal PHTDI ( Dr.dr. Djumhana, Sp.PD-KHOM):
Bagaimana menuju Zero Kelahiran Talasemia Mayor dan dari YTI
POPTI ( H. Ruswandi) Peran Komunitas dalam Pilot Project di Jawa
Barat.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[247]
3) Sosialisasi Pencegahan dan Pengendalian Kanker ( Germas)
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) merupakan suatu
tindakan sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama-
sama oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan dan
kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup.
Pelaksanaan GERMAS harus dimulai dari keluarga, karena keluarga
adalah bagian terkecil dari masyarakat yang membentuk kepribadian.
GERMAS dapat dilakukan dengan cara: melakukan aktifitas fisik,
Peningkatan perilaku hidup sehat termasuk tidak merokok, Peningkatan
pencegahan dan deteksi dini penyakit, mengonsumsi sayur dan buah,
tidak mengonsumsi alkohol, Peningkatan edukasi hidup sehat.
Tujuan dari Sosialisasi Germas antara lain:
• Meningkatnya pemahaman tentang faktor risiko PTM pada masa
pandemi Covid-19
• Meningkatnya kesadaran akan pencegahan dan pengendalian PTM
serta penerapan protokol dalam pencegahan pandemi Covid-19
Sasaran: masyarakat di lokasi tersebut dengan target sosialisasi 100
orang dan target vaksinasi Kota Surabaya 500 orang.
Kegiatan Germas dilaksanakan di 4 lokasi, sebagai berikut :
Kota Depok, Jawa Barat : tanggal 9 – 11 Juni 2021
Kota Jambi, Provinsi Jambi: tanggal : 11-13 Juni 2021
Kota Surabaya, Jawa Timur: tanggal 18-19 September 2021dengan
vaksinasi .
Kota Surabaya, Jawa Timur: tangggal 27-29 Oktober 2021

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[248]
4) Webinar Pencegahan dan Pegendalian Kanker dan Kelainan Darah
a. Webinar Kanker
Untuk meningkatkan awarness masyarakat terhadap penyakit kanker
payudara dan kanker leher rahim dilaksanakan sosialisasi kepada
masyarakat melalui Webinar. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka
peringatan Hari Kanker Sedunia yang dilaksanakan pada tanggal 25
Februari 2021 dengan tema “Apa yang harus dilakukan Penyandang
Kanker di Masa Pandemi”.
Narasumber: Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 (dr. Siti Nadia Tarmizi,
M.Epid) dengan materi “Vaksinasi Covid-19 dan Vaksin Covid-19” dan
Ketua Perhimpunan Hematologi Tranfusi Darah Indonesia (PHTDI) Dr.
dr. Tubagus Djumhana Atmakusuma, Sp.PD-KHOM. Jumlah peserta
melalui webjam: 1021. Peserta webinar mendapat sertifikat elektronik
yang ber SKP IDI, PPNI, IBI, PAEI dan IAKMI.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[249]
b. Webinar Talasemia
Didahului rapat persiapan tanggal 3 Mei dan 7 Mei 2021 dengan
mengundang Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Biro Umum,
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, PHTDI, YTI –
POPTI, IDAI, PT Ahaa Media. Pelaksanaan webinar dilaksanakan pada
tanggal 8 Mei 2021, narasumber antara lain: Direktur P2PTM (Uji Coba
Deteksi Dini Talasemia sebagai inisasi), PHTDI: Dr.dr. Djumhana T,
SpPD- KHOM (Upaya dalam menuju Zero Kelahiran Talasemia Mayor
dengan Progam Deteksi Dini), IDAI :Dr.dr. Sri Mulatsih, MPH,Sp.A(K).
(Kenali Talasemia dan bagaimana mengenalnya)

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[250]
• Luaran (output) : Terlaksananya Sosialisasi Pelaksanaan Pencegahan
dan Pengendalian Kanker dan Kelainan darah.
• Hasil (outcome) :
- Terlaksananya sosialisasi pencegahan dan pengendalian kanker
dengan tokoh masyarakat dan tokoh agama sebagai agen champion
sebagai upaya promosi kesehatan.
- Terlaksananya Media Briefing Pencegahan dan Pengendalian Kanker
dan Kelainan Darah.
- tersosialisasinya gerakan masyarakat hidup sehat pada masyarakat
dalam mendukung program pencegahan dan pengendalian kanker.
- Terlaksananya webinar pada peringatan hari kanker dan hari
Talasemia.
• Manfaat (benefit) : Terselenggaranya sosialisasi kepada masyarakat,
tokoh masyarakat, tokoh agama, wartawan, blogger , tenaga kesehatan
untuk menyebarkan informasi tentang pencegahan dan pengendalian
kanker dan kelainan darah.
• Dampak (impact) : Meningkatnya pemahaman masyarakat tentang
penyakit kanker dan kelainan darah.

D. NSPK Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Kanker dan Kelainan


Darah
Masukan (input) Alokasi anggaran sebesar Rp. 267.705.000 dengan
realisasi sebesar Rp 240.637.500, dengan kegiatan sebagai berikut :
a) Review Modul IVA
Untuk meningkatkan kapasitas SDM tenaga kesehatan dalam deteksi
dini kanker payudara dan leher rahim perlu dilakukan TOT ataupun
pelatihan. Sebagai dasar melaksanakan ToT atau pelatihan perlu
disusun kurikulum dan modul pelaksanaan Deteksi dini kanker payudara
dan leher rahim sebagai acuan dalam pelaksanaannya. Kurikulum yang
ada sudah dibuat pada tahun 2010 memerlukan beberapa revisi dengan
adanya perubahan metode ataupun referensi dari para ahli terkait, untuk
itu maka dilaksanakan review modul IVA ( Modul Deteksi dini kanker
payudara dan leher rahim) pada tahun 2021. Dengan adanya situasi
pandemi Covid 19, maka ToT ataupun pelatihan dilaksanakan secara
blanded sehingga memerluka penyesuaian kurikulum dan modulnya.
Penyusunan modul terdiri dari 3 tahapan: rapat persiapan dilaksanakan
2 kali pada tanggal 9 April dan 25 April 2021 secara virtual. Pembahasan
dilaksanakan secara tatap muka pada tanggal 10 ,25 Mei dan 22 Juni
2021, serta finalisasi pada tanggal 25 Agustus 2021. Rapat dihadiri oleh
Organisasi Profesi : POGI, HOGI, Peraboi, HOGSI, Puslat PPSDM,
perwakilan WHO dan Dinas Kesehatan Kota Depok serta dari Direktorat
P2PTM.
Hampir di semua negara, insidens kanker payudara dan kanker leher
rahim invasif sangat sedikit pada perempuan dengan umur di bawah 25

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[251]
tahun, insidens akan meningkat sekitar usia 35 tahun ke atas dan
menurun pada usia menopause. (McPherson, et.al 2000, PATH 2000).
Berdasarkan hal ini, program penapisan di Indonesia difokuskan pada
perempuan usia 30–50 tahun, sedang pada usia diatas 50 tahun
walaupun relatif sedikit insidensnya, sebaiknya dilakukan penapisan
minimal 1 kali. Untuk revisi PMK penanggulangan kanker ini terlebih
dahulu mereview buku Pedoman Kanker payudara dan Kanker Leher
Rahim yang sudah ada, beberapa perubahan dalam pedoman tersebut
dalah hal target dan strategi, kompetensi SDM, metode deteksi dini dan
tindak lanjut IVA selain dengan krioterapi adalah dengan menggunakan
TCA. Selanjutnya setelah selesai pembahasan pedoman akan di tindak
lanjuti oleh Hukor untuk di review PMK penanggulangan Kanker
Payudara dan Kanker Leher Rahim yang sudah ada. Kegiatan
dilaksanakan dalam 3 tahap , yaitu rapat persiapan pada tanggal 4 Maret
dan 8 April 2021 dilaksanakan secara virtual , mengidentifikasi hal-hal
yang perlu di revisi pada Permenkes Kanker. Pembahasan dilanjutkan
sebanyak 3 kali secara tatap muka yaitu pada tanggal 30 Aril, 4 Juni dan
13 Juli sera finalisasi pada tanggal 20 Agustus 2021 secara virtual.
Penyusunan PMK dihadiri oleh : Organisasi Profesi: HOGI, POGI,
Peraboi, Direktorat Kesehatan Primer, Direktorat Kesehatan Rujuk, Biro
Hukum dan Hukor P2P.
b) Review Pedoman Talasemia
Berdasarkan data Hematologi-Onkologi IDAI, terlihat adanya
peningkatan kasus Talasemia dari tahun 2016 sebesar 9.121 sampai
tahun 2019 sebesar 10.555 orang, sehingga data tersebut masih sangat
jauh bila dibandingkan dengan besar prevalensi nasional Talasemia
sebesar 1,5‰ (Riskesdas 2007). Hal ini menunjukan bahwa masih
banyak kasus Talasemia yang belum terdeteksi. Pada saat ini sudah
ada pedoman talasemia yang dapat digunakan oleh tenaga kesehatan
yang telah disusun pada tahun 2015, tapi dengan perkembangan ilmu
dan teknologi maka menyikapi permasalahan tersebut, Kementerian
Kesehatan bekerjasama dengan Organisasi Profesi dan para Ahli serta
lintas program dan lintas sektor terkait melakukan revisi terhadap buku
pedoman talasemia tersebut. Dalam penyusunan review ini di awali
dengan rapat persiapan pada tanggal 6 April 2021 secara virtual yang
dihadiri oleh organisasi profesi: PHTDI, PDS Patklin, IDAI, Direktorat
Pelayanan Primer, Direktorat Kesehatan Rujukan, Direktorat Kesehatan
Keluarga, membahas tentang outline dan drafting buku pedoman
Talasemia. Pembahasan dilaksanakan sebanyak 3 kali secara tatap
muka pada tanggal 30 Mei, 23 Juni dan 6 Sepember 2021,pembahasan
draft per bab. Finalisasi draft pedoman talasemia dilaksanakan pada
tanggal 16 November 2021.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[252]
• Luaran (output) : Terlaksananya Penyusunan Norma, Standar,
Prosedur dan Kriteria Pencegahan dan Pengendalian Kanker dan
Kelainan Darah.
• Hasil (outcome) :
- Tersedianya modul IVA ( Deteksi Dini Kanker Payudara dan Kanker
Leher Rahim), sebagai pedoman dalam melakukan pelatihan Deteksi
Dini Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim.
- Tersedianya review Permenkes Pencegahan dan pengendalian
Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim.
- Tersedianya Pedoman Talasemia sebagai acuan bagi petugas
kesehatan di FKTP dan FKRTL.
• Manfaat (benefit) : Tersedianya buku pedoman sebagai acuan
pelaksanaan program gangguan pencegahan kanker dan kelainan darah.
• Dampak (impact) : Program pencegahan dan pengendalian Kanker dan
Kelainan Darah berjalan sesuai dengan peraturan dan pedoman yang
sudah ditetapkan, sehingga deteksi dini kanker payudara dan kanker
leher rahim meningkat sesuai target indikator dan kelahiran talasemia
mayor dapat di cegah.

E. Media Komunikasi,Informasi dan Edukasi PKKD


• Masukan (input) Alokasi anggaran sebesar Rp36.011.000 dengan
realisasi sebesar Rp28.900.000, dengan kegiatan sebagai berikut : Untuk
meningkatkan informasi dan edukasi kepada masyarakat secara luas,
maka diperlukan penyebarluasan informasi secara luas yg dapat
mencapai daerah terpencil. Itu itu penyebarluasan yang menjangkau
daerah tersebut akan dilakukan melalui penyiaran melalui RRI yang akan
dilaksanakan secara bertururt – turut dalam kurun waktu 1 bulan dan
dialog interaktif di studi RRI pada peringatan hari kanker dan hari
talasemia, melalui kegiatan talkshow di radio. Pada peringatan hari
Kanker dilaksanakan talkshow di Radio Kesehatan Kemenkes dan RRI.
Pada peringatan hari Talasemia dilaksanakan talkshow pada tanggal 6
Mei di RRI dengan pembicara : Direktur P2PTM : Program Pengendalian
Talasemia, IDAI: Kenali Talasemia dan pastikan dirimu tahu bukan
pembawa sifat. Dilanjutkan talkshow di radio Kemenkes pada tanggal 7
Mei 2021 dengan narasumber Direktur P2PTM: program Pengendalian
Talasemia dan PHTDI: Kenali dan cegah talasemia mayor, keren.
Kegiatan dilaksanakan secara virtual dengan sasaran masyarakat.
• Luaran (output) : Terlaksananya media komunikasi informasi dan
edukasi kanker payudara dan kanker leher rahim serta kelainan darah.
• Hasil (outcome) : Terlaksananya talkshow pada peringatan hari kanker
dan hari talasemia serta media KIE Pencegahan dan Pengendalian
Kanker dan kelainan darah.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[253]
• Manfaat (benefit) : Tersedianya media KIE pencegahan dan
pengendalian kanker dan kelainan darah.
• Dampak (impact) : Tumbuhnya kesadaran masyarakat dalam pola hidup
sehat dan gaya hidup sebagai upaya untuk mencegah terjadinya kanker
payudara dan kanker leher rahim. Meningkatnya pemahaman
masyarakat untuk mencegah kelahiran talasemia mayor.

F. Sarana Bidang Kesehatan


Masukan (input): Alokasi anggaran sebesar Rp 57.710.124.000 dengan
realisasi sebesar Rp 57.684.845.956
Pemerintah telah mengembangkan deteksi dini kanker leher rahim dengan
metode Inspeksi Visual Asam asetat (IVA) dan deteksi dini kanker payudara
dengan pemeriksaan payudara secara klinis (Sadanis). Pemeriksaan IVA dan
sadanis dapat dilakukan di Puskesmas atau di luar gedung oleh dokter dan
bidan terlatih deteksi dini kanker payudara dan leher rahim. Pada saat ini
sudah puseksmas yang memiliki tenaga terlatih deteksi dini kanker payudara
dan kanker leher rahim sebanyak 4.536 puskesmas dari 9.993 Puskesmas
di seluruh Indonesia, IVA kit yang sudah di distribusikan kedaerah dari tahun
2014 – 2016 sebanyak 183 kit (1,8%), dengan capaian pada tahun 2021 8,9%
diperlukan alat kesehatan untuk mendukung capaian tersebut. Untuk
pemenuhan sarana DD kanker tersebut pada tahun 2021 dialksanakan
pengadaan IVA KIT sebanyak 5.500 kit yang di sebar di 33 Provinsi kecuali
DKI Jakarta, di 483 Kab/Kota. Distribusi alat dilakukan 2 tahap, dan sudah
terdistribusi di lokus kabupaten/kota pada tanggal 23 Desember 2021, untuk
selanjutnya adalah melengkapi pemberkasan SBBK dan surat hibah sebagai
barang yang dibagikan kepada masyarakat.
Luaran (output): Terlaksananya pengadaan sarana deteksi dini kanker
leher rahim .
Hasil (outcome) : Tersedianya alat deteksi dini kanker leher rahim (IVA Kit)
sejumlah 5.500 Kit .
Manfaat (benefit) : Tersedianya IVA Kit di 33 Provinsi sebagai alat deteksi
dini kanker payudara dan kanker leher rahim.
Dampak (impact) : Meningkatnya cakupan deteksi dini kanker leher rahim
sesuai target indikator renstra 2020-2024.

G. Pendidikan dan Pelatihan PKKD (ToT Deteksi Dini Kanker


Payudara dan Kanker Leher Rahim).
Masukan (input): Alokasi anggaran sebesar Rp 294.224.000 dengan
realisasi sebesar Rp 293.128.695.000
Indikator renstra tahun 2020 – 2024 yaitu jumlah kabupaten/ kota yang
melakukan deteksi dini penyakit kanker di ≥ 80% populasi usia 30 – 50
tahun dan Indikator SPM bidang kesehatan yaitu pelayanan kesehatan
pada usia produktif (Pemeriksaan SADANIS dan IVA 1 tahun sekali pada
wanita usia 30 – 5- tahun aktif secara seksual). Manfaat dari deteksi dini
kanker leher rahim antara lain: dapat menemukan lesi pra kanker (sebelum
terjadinya kanker) yang ditindaklanjuti dengan pengobatan lesi pra kanker.
Sedangkan untuk kanker payudara dapat menemukan kanker sedini
mungkin (sehingga menemukan kanker dalam stadium in situ/ down
staging). Target pemeriksaan IVA tahun 2020 adalah 40.976.337. Untuk
Laporan Tahunan 2021
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[254]
mencapai target tersebut maka diperlukan TOT deteksi dini kanker
payudara dan kanker leher rahim bagi tenaga kesehatan khususnya dokter
dan bidan di 34 Provinsi. Kegiatan dilaksanakan secara hybrid antara lain
untuk konsep teori dilakukan secara virtual dari tanggal 27 September
sampai denga 6 Oktober 2021 dan untuk praktek dilaksanakan pada
tanggal 11 sampai dengan 14 Otober 2021 di Hotel Savero Depok, Jawa
Barat. Peserta sebanyak 30 orang ( dokter dan bidan) berasal dari dosen
Fakultas kedokteran dan Poltekes kebidanan.Jumlah JPL sebanyak 80
JPL. Naraseumber berasal dari : POGI, HOGI, Peraboi, PPSDM, Direktorat
P2PTM. Tempat praktek di Puskesmas Kota Depok.
Luaran (output); Tersedianya tenaga fasilitator deteksi dini kanker payudara
dan kanker leher rahim yang terampil dan terlatih sejumlah 30 orang.
Hasil (outcome);
1. Tersedianya dosen yang terlatih dan terampil sebagai fasilitator pelatihan
deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim,
2. Mampu melaksanakan kegiatan pencegahan dan pengendalian kanker
payudara dan kanker leher rahim.
Manfaat (benefit);
1. Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan bagi tenaga kesehatan /
dosen.
2. Meningkatkan keterampilan tenaga kesehatan dalam melaksanakan
detekasi dini kanker payudara da kanker leher rahim.
3. Membantu dalam pencapaian target indikator Renstra 2020-2024 tentang
pencegahan dan pengendalian kanker.
Dampak (impact); Tenaga kesehatan di daerah mampu dan terampil
sebagai tenaga fasilitator deteksi dini kanker payudara dan kanker leher
rahim sehingga memudahkan saat melakukan pelatihan kanker payudara
dan kanker leher rahim di daerah.

H. Bimbingan dan Fasilitasi Daerah


Masukan (input): Alokasi anggaran sebesar Rp 360.960.000 dengan
realisasi sebesar Rp 342.534.000
1) Bimbingan Teknis Penyakit Kanker dan Kelainan Darah
Mengingat rendahnya cakupan deteksi dini kanker leher rahim
dibandingkan cakupan deteksi dini Nasional yaitu sebesar 8.29% maka
dipandang perlu untuk mendengar melalui diskusi yang konstruktif
mengenai Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular
khususnya tentang deteksi dini Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim
dengan para pengelola program dan pelaksana di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), maka perlu dilakukan bimbingan

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[255]
teknis pencegahan dan pengendalian kanker baik secara virtual ataupun
tatap muka langsung. Pada tahun 2021 bimtek secara tatap muka
dilaksanakan di 9 Provinsi, antara lain: Jambi, Kepulauan Riau, Kepulauan
Bangka Belitung,Lampung, Jawa Timur, Bali, Kalimanta Utara, Sulawesi
Tengah dan Papua.
Tujuannya adalah sebagai penguatan program penanggulangan kanker
payudara dan kanker leher rahim.
Adapun pelaksanaan bimbingan teknis sebagai berikut:
1. Provinsi Jambi, kegiatan dilaksanakan pada tanggal 8-10 September
2021, pelaksana kegiatan adalah : dr.Cut Putri Arianie, MH.Kes (
Direktur P2PTM), dr. Aldrin Neilwan P, Sp.AK, MARS, M.Biomed,
M.Kes, SH ( Koordinator PKKD), dr. Fristika Amalia, M.KKK, Merlida
Sitinjak, SKM, Endang Sutarminingsih, S.Pd. Kegiatan dilaksanakan
secara hybrid, yaitu bimbingan teknis secara virtual untuk seluruh
dinkes kab/kota dan puskesmas di Provinsi Jambi dan kunjungan ke
Puskesmas Muara Bulian. Provinsi Jambi terdiri dari 11 Kab/Kota,
jumlah puskesmas 207, jumlah puskesmas yang mampu
melaksanakan deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim
sebanyak 206. Cakupan deteksi dini kanker tertinggi di Kab Bungo
38,25%. Permasalahan masih rendahnya cakupan adalah minimnya
pengetahuan masyarakat tentang kanker leher rahim dan deteksi dini
melalui IVA test, kurangnya sarana dan tenaga terlatih untuk
melaksanakan IVA tes dan adanya pandemi Covid-19.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[256]
2. Provinsi Jawa Timur, kegiatan dilaksanakan pada tanggal 15-17
September 2021, lokasi ke Kabupaten Pasuruan dan Sidiarjo dan uji
petik deteksi dini kanker di Puskesmas Tulungan Kab Sidoarjo dan
Puskesmas Beji Kabupaten Pasuruan. Pelaksanan kegiatan adalah: dr.
Aldrin Neilwan P, Sp.AK, MARS, M.Biomed, M.Kes, SH (Koordinator
PKKD),dr. Tiersa, M.Epid, Ns. Dian Kiranawati, S.Kep, dan dr. Tofan,
Sp.OG (POGI). Hasil kegiatan: Jumlah Puskesmas di Provinsi Jawa
Timur sebanyak 973, dengan Puskesmas terlatih deteksi dini Kanker
sebanyak 802, dan 171 Puskesmas belum terlatih. Tenaga terlatih
deteksi dini Kanker terdiri dari 414 dokter dan 2001 bidan, serta jumlah
ketersediaan alat krioterapi sebanyak 253. Sasaran deteksi dini Kanker
di provinsi Jawa Timur perempuan usia 30-50 tahun sebesar 6.157.176
orang. Capaian deteksi dini tahun 2019-2021 sebesar 4,04%, dengan
capaian tertinggi di Kab Magetan sebesar 19,59% dan capaian
terendah di Kabupaten Pamekasan sebesar 0,59%. Dari pemeriksaan
SADANIS di Provinsi Jawa Timur tahun 2019-2021 didapatkan hasil
3357 adalah benjolan/ tumor, 369 curiga kanker, 654 kelainan payudara
lainnya dan dirujuk sebanyak 4391. Pemeriksaan IVA di Provinsi Jawa
Timur tahun 2019-2021 sebanyak 248.803, didapatkan hasil 5673
adalah IVA positif (2,3%), 279 curiga kanker, 1385 kelainan ginekologi
lainnya, 874 dilakukan tindak lanjut dengan krioterapi, dan dirujuk
sebanyak 2038.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[257]
3. Provinsi Sulawesi Tengah, kegiatan dilaksanakan pada tanggal 17-19
November 2021, lokasi Kab. Donggala Kab Sigi dan Kota Palu. Uji
petik deteksi dini Kanker di Puskesmas Wani dan Tonaya Kab.
Donggala, Puskesmas Tinggede dan Kab Marawola di Kab Sigi dan
Puskesmas Singgani Kota Palu. Pelaksana Kegiatan: dr. Fristika
Amalia, M.KKK, dr. Tiersa,M.Epid dan dr Tiurna Rosa, M. Epid. Hasil
Kegiatan: jumlah kab/kota 13 KK, jumlah puskesmas 213, jumlah
Posbindu 1.853. sasaran wanita usia 30-50 tahun di Kab Donggala
42.116 orang, yang sudah melaksanakan IVA dan Sadanis 11.421
orang. Jumlah IVA kit yang di terima 18 kit. Sasaran wanita usia 30-50
tahun di Kab Sigi 32.992 orang, yang melaksanakan IVA dan Sadanis
2.121. jumlah IVA kit yang di terima 15 Kit. Program P2PTM terutama
kegiatan deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim di FKTP
wilayah Dinkes Kab. Donggala dan Dinkes Kab. Sigi dilakukan secara
terintegrasi dengan program KIA dan KB dan bekerjasama dengan
lintas sector seperti PKK. Dari 5 Puskesmas di 2 Kabupaten dan 1 Kota
yang di kunjungi, hasil pemeriksaan barang IVA Kit di terima lengkap
dan lampu sorot berfungsi dengan baik.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[258]
4. Provinsi Lampung, Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 15-17
Desember 2021, lokasi Kota Metro dan Kota Bandar Lampung.
Pelaksana Kegiatan: dr. Aldrin Neilwan P, Sp.AK, MARS, M.Biomed,
M.Kes, SH ( Koordinator PKKD),dr. Tiurna Rossa,M.Epid , Ns. Dian
Kiranawati, S.Kep. Hasil Kegiatan : Provinsi Lampung terdiri dari 13
Kabupaten dan 2 Kota, kunjungan dilaksanakan ke Puskesmas
Purwosari, Metro, Puskesmas Sumur Batu dan Puskesmas Pasar
Ambon Bandar Lampung. Capaian deteksi dini kanker leher rahim dan
kanker payudara di Provinsi Lampung tahun 2019 – 2021 paling tinggi
di Kota Bandar Lampung sebesar 59,11% dan paling rendah pada
Kabupaten Lampung Utara sebesar 0.80%. Jumlah kab/kota yang
memiliki alat krioterapi ang terbanyak di kabupaten Lampung Tengah
sebanyak 27 set sedangkan paling sedikit di kabupaten pesisir barat
dan kabupaten Lampung Utara sebanyak 2 set. Kegiatan Inovasi
GERCEPTILAR MADUKARIM (Gerakan Pencegahan Penyakit Tidak
Menular dan Masyarakat Peduli Kanker Leher Rahim) dilakukan 2x/
Tahun dengan menggunakan Mobile Skrining PTM dan IVA Mobile.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[259]
5. Provinsi Bangka Belitung, kegiatan dilaksanakan pada tanggal 10-12
November 2021, lokasi di Kab Bangka dan Bangka Tengah, uji petik DD
Kanker di Puskesmas Benteng Kab Bangka Tengah dan Puskesmas
Batu Rusa Kab Bangka. Pelaksana Kegiatan: ), dr. Aldrin Neilwan P,
Sp.AK, MARS, M.Biomed, M.Kes, SH ( Koordinator PKKD), dr. Fristika
Amalia, M.KKK, Nengsih Hikmah S, SKM, MKM. Hasil Kegiatan terdapat
7 Kab/Kota, Jumlah puskesmas 64. Capaian deteksi dini kanker leher
rahim dan kanker payudara untuk provinsi Bangka Belitung merupakan
capaian tertinggi , meskipun masihjauh dari target nasional. Kegiatan
deteksi dini tetap dilaksanakan meskipun dalam situasi pandemi, dengan
melibatkan lintas sektor seperti PKK.

6. Provinsi Kepulauan Riau: Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 27-29


Oktober 2019, petugas yang melaksanakan : dr. Aldrin NP,
Sp.Ak,MARS, M.Biomed, M.Kes, SH, Dr. dr. Tofan WU, Sp.OG (K), dr.
Sylviana Andinisari, M.Sc, Ns. Dian Kiranawati, S.Kep. Lokus
Puskesmas Toapaya Kota Bintan. Hasil Kegiatan :
Cakupan IVA dan SADANIS 2019 – 2021 di Kepulauan Riau sebesar
5,53%. Cakupan IVA positif 1,44%, cakupan curiga kanker serviks
0,13%, Cakupan Krioterapi 24,34%rujukan untuk hasil deteksi dini

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[260]
kanker leher rahim sebesar 0,77%, cakupan benjolan/curiga kanker
payudara 0,47%, , rujukan curiga kanker payudara 80%. Cakupan IVA
dan SADANIS PKM Toapaya 2018 – 2020 yaitu 40%, cakupan IVA
positif 0,4%. Permasalahan masih rendahnya cakupan deteksi dini IVA
di sebabkan sulit sekali mendorong masyarakat untuk sukarela
memeriksakan diri, selain malu diperiksa, tidak di setujui suami, atau
kurangnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri.

7. Provinsi Kalimantan Utara: kegiatan dilaksanakan pada tanggal 21-23


April 2021, petugas yang melaksanakan: dr. Cut Putri Arianie, MH.Kes,
dr. Aldrin Neilwan P, Sp.AK, MARS, M.Biomed, M.Kes, SH, Aryanti
Natalia, SKM, Merlida Sitinjak, SKM. Provinsi Kaltara terdiri dari 5
Kab/Kota, jumlah Puskesmas 56 Puskesmas dan semua Puskesmas
dapat melaksanakan deteksi dini kanker payudara dan kanker leher
rahim. Pertemuan dilaksanakan secara hybrid. Kunjungan Puskesmas
ke Puskesmas Gunung Lingkas Kota Tarakan, cakupan IVA dan
Sadanis tertinggi di Kab Bulungan sebesar 2,4% dan terendaj Kab
Nunukan 0,86%. Permasalahan rendahnya cakupan antara lain sulit
untuk mendapatkan BHP seperti cuka diksi dan kurangnya
spekulum,sejak tahun 2020 , BPJS tidak lagi membiayai pemeriksaan
IVA.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[261]
8. Provinsi Bali, kegiatan dilaksanakan pada tanggal 1-3 Desember 2021,
lokus di Kota Denpasar Timur, Puskesmas 1 Denpasar, Kabupaten
Badung dan Kabupaten Gianyar, Puskesmas Sukawati I. Pelaksana
kegiatan : dr. Aldrin Neilwan P, Sp.AK, MARS, M.Biomed, M.Kes, SH
dan Aryanti Natalia, SKM. Hasil Kegiatan : JUMLAH Kab/kota 9,
Jumlah Puskesmas 120. Untuk semua Puskesmas di wilayah Dinkes
Kab. Badung sudah memiliki IVA kit dan krioterapi dari program KIA
dan KB, pengadaan APBN dan APBD (tahun 2019). Kabupaten
Badung memiliki 2 buah mobile USG payudara -.Krioterapi (1 Buah bus
besar dan 1 buah bus kecil) dengan tenaga listrik dalam
pengoperasiannya (Pengadaan bus dilakukan pada tahun 2014 dan
sangat mendukung hasil capaian dinkes Badung selama ini).
Kabaupaten Gianyar, Deteksi Dini Faktor Resiko PTM di Posbindu (1
bulan sekali), Deteksi Dini Faktor Resiko PTM di FKTP (1 minggu
sekali), Pelayanan IVA Test (1 minggu sekali).

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[262]
9. Provinsi Papua,kegiatan dilaksanakan pada tanggal 8-10 Desember
2021, Pelaksana kegaiatan : dr. Aldrin Neilwan P, Sp.AK, MARS,
M.Biomed, M.Kes, SH dan La Ode Hane, SKM, M.Epid. Lokus kegiatan
di Kabupaten Jayapura, Puseksmas Sentani dan Kabupaten Keerom.
Jumlah Kap/Kota 29, dengan jumlah puskesmas 394 dan hanya 13
Puskesmas yang terlatih deteksi dini kanker payudara dan kanker leher
rahim. sasaran wanita usia 30-50 tahun di provinsi Papua 534.685.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[263]
2) Lintas Sektor dan Lintas Program
1. Pertemuan lintas program dan lintas sector deteksi dini Talasemia
Provinsi jawa Barat, tanggal 19-21 Agustus 2021, lokasi Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Barat, RSUD Soreang, Puskesmas
Soreang-Kab. Bandung, RSUD Majalaya- Kab. Bandung.
Hasil kegiatan: menindaklanjuti efisiensi dana dekon deteksi dini
Talasemia semula 8.000 orang menjadi 2.500 orang, dari 19 kab/kota
menjadi 14 kab/kota, semula 266 Puskesmas menjadi 100 Puskesmas
dan 25 RS menjadi 16 RS. Pelaksanaan orientasi deteksi dini
talasemia dana dekon akan dilaksanakan pada minggu ke 3 dan 4
September 2021. Sasaran deteksi dini Talasemia Kab Bandung
berjumlah 118 orang, RS rujukan ke RS Otista Soreang dan RS
Majalaya. Rencana tindak lanjut Dinkes Provinsi Jawa Barat: akan
membuat MoU dan penetapan faskes rujukan RS/RSUD. Dinkes
kab/Kota akan membuat jadual pengaturan pengiriman sampel ke RS
rujukan.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[264]
2. Deteksi Dini Talasemia Kota Bekasi, kegiatan dilaksanakan pada
tanggal 28 September 2021, di Puskesmas karang Kitri Kota Bekasi.
Hasil Kegiatan : Sasaran deteksi dini talasemia di PKM Kitri sebanyak
26 orang dan skrining akan dilaksanakan secara bertahap sesuai
dengan jadwal yang sudah ditentukan (Senin dan Kamis) dengan
alasan agar FKRTL sebagai penerima sampel dapat menangani. Dari
8 orang yang diperiksa 6 orang yang dirujuk sampel ke RSUD Bekasi
dan 2 orang tidak dirujuk sampel. Rumah sakit rujukan yang akan
melakukan pemeriksaan Hematologi elektroforesis/HB Typing RSUD
Bekasi.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[265]
3. Deteksi Dini Talasemia di Kota Bandung pada tanggal 4-6 Oktober
2021 , Pendampingan kegiatan Uji Coba Deteksi Dini Talasemia Pada
Keluarga Ring 1 di Kabupaten Bandung : Puskesmas Solokan Jeruk
dan Puskesmas Padamukti. Kota Bandung : Kick off di PKM Garuda.
Sasaran deteksi dini Talasemia pada keluarga ring 1 di Kab. Bandung
sebanyak 349 peserta, dengan 37 Puskesmas sebagai FKTP yang
melakukan deteksi dini, dan 2 rumah sakit rujukan yaitu RS Soreang
dan RS Majalaya. Kunjungan dilaksanakan ke Puskesmas Solokan
Jeruk dan Puskesmas Padamukti.
Sasaran deteksi dini Talasemia pada keluarga ring 1 di Kota Bandung
sebanyak 382 peserta, dengan 14 Puskesmas sebagai FKTP yang
melakukan deteksi dini, dan RSUP Dr. Hasan Sadikin sebagai rumah
sakit rujukan. Kunjungan ke Puskesmas Garuda dan RS hasan
Sadikin Bandung.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[266]
4. Deteksi Dini Talasemia Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi
tanggal 4-6 Oktober 2021. Kabupaten Cianjur di Puskesmas Muka dan
Puskesmas Cibeber, RS rujukan adalah RS Sayang, tetapi di rujuk
kembali ke RS Hasan Sadikin. Sasaran yang di periksa Puskesmas
Muka 27 orang, Puskesmas Cibeber 13 orang.

5. Deteksi Dini Talasemia Karawang, kegiatan dilaksanakan pada


tanggal 22 – 23 September 2021, jumlah sasaran ring 1 ber jumlah

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[267]
95 orang, jumlah penyandang penderita talasemia185 yang berada di
17 wilayah puskesmas dari 50 puskesmas di Kabupaten Karawang,
RS rujukan di RSUD Karawang. Kegiatan pelaksanaan Kick Off uji
coba deteksi dini faktor risiko talasemia yang dilaksanakan di
Puskesmas Adiarsa. Jumlah Sasaran 23 orang pada keluarga Ring 1
yang di ambil sampel darahnya dengan rincian sebagai berikut; laki-
laki 10 orang dan perempuan 13 orang, curiga talasemia 100 %.
Untuk pelaksanaan di Puskesmas Jatisari, sasaran 10 orang , terdiri
dari 3 orang laki-laki dan perempuan 7 orang, hasil 7 orang curiga
Talasemia.

D. Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik

1) Jumlah Kab/Kota yang memiliki 25% puskesmas yang melaksanakan Surveilans


Vektor
a. Masukan (Input)
Tenaga Entomolog Kesehatan/ pengedali vektor di Dinkes Provinsi dan
Dinkes Kab/Kota serta di Puskesmas.
Anggaran surveilans dan pengendalian vektor di pusat, Dekon dan DAK.
Sarana dan prasarana/ logistik surveilans dan pengendalian vector.
Mekanisme/ sistem pencatatan dan pelaporan serta analisis data hasil
surveilans vektor telah didukung dengan adanya soft ware SILANTOR
yang terintegrasi mulai dari Puskesma, Dinkes Kab/Kota, Dinkes Provinsi,
hingga ke Pusat.
b. Luaran (Output)
Beberapa upaya yang dilakukan dalam mencapai indikator Kab/ Kota
yang memiliki 25% Puskesmas yang melaksanakan surveilans vektor,
antara lain:
1. Workshop surveilans vektor dan soft ware SILANTOR secara virtual
bagi pengelola program pengendalian vektor di Provinsi, Kab/ Kota dan
Puskesmas di empat Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah dan
Jawa Timur.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[268]
2. Pelatihan virtual soft ware SILANTOR bagi pengelola program
pengendalian vektor dan tenaga entomolog kesehatan di KKP,
B/BTKLPP dan Dinkes Provinsi.
3. Bimtek dan Monev pelaksanaan surveilans vektor di daerah.
4. Distribusi bahan dan peralatan surveilans dan pengendalian vektor ke
daerah.
c. Hasil (Outcome)
1. Adanya Pedoman dan Juknik surveilans vektor dan binatang pembawa
penyakit
2. Tersedianya software SILANTOR yang mempermudah pencatatan dan
pelaporan serta analisis hasil survei vektor
3. Kemudahan koordinasi melalui media sosial dan software, sehingga
dapat memantau kegiatan surveilans vektor hingga ke Puskesmas.
4. Terselenggaranya sosialisasi kepada daerah – daerah yang belum
mendapat sosialisasi
5. Hasil follow up kepada daerah yang sudah mendapat sosialisasi e-
Silantor
d. Manfaat (Benefit)
Meningkatnya jumlah Kab/ Kota yang memiliki Puskesmas yang
melaksanakan surveilans nyamuk Aedes dan/ atau nyamuk Anopheles
secara rutin setiap bulan sekali.
e. Dampak (Impact)
Pengendalian Vektor BP2 secara terpadu/ terintegrasi dengan melibatkan
peran serta masayrakat. Pengendalian Vektor BP2 yang berhasil akan
menciptakan lingkungan bebas vektor dan BP2 dan masyarakat terhindar
dari penularan penyakit.

2) Jumlah kabupaten/kota dengan mencapai API kurang dari 1/1.000 penduduk


a. Masukan (Input)
Pada tahun 2021 untuk mencapai indikator kinerja kerja dialokasikan
anggaran sebesar Rp. 90.720.376..000,- yang bersumber dari Rupiah
Murni dan Hibah Luar Negeri.
b. Luaran (Output)
1) Diagnostik Malaria
Berbagai kegiatan dalam rangka meningkatkan mutu diagnosis terus
dilakukan. Kualitas pemeriksaan sediaan darah dipantau melalui
mekanisme uji silang di tingkat kab/kota, provinsi dan pusat. Kualitas
pelayanan laboratorium malaria sangat diperlukan dalam menegakkan
diagnosis dan sangat tergantung pada kompetensi dan kinerja petugas
laboratorium di setiap jenjang fasilitas pelayanan kesehatan. Penguatan
laboratorium pemeriksaan malaria yang berkualitas dilakukan melalui
pengembangan jejaring dan pemantapan mutu laboratorium pemeriksa
malaria mulai dari tingkat pelayanan seperti laboratorium Puskesmas,
Rumah Sakit serta laboratorium kesehatan swasta sampai ke
laboratorium rujukan uji silang di tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi dan

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[269]
Pusat. Kegiatan dalam rangka peningkatan kualitas diagnostik malaria
telah dilaksanakan sepanjang tahun 2021, antara lain:
a. Workshop Mikroskopis Malaria Fasyankes tanggal 20 - 23 April 2021
b. Pelatihan Jarak Jauh Mikroskopis Malaria bagi Tenaga Uji Silang
Kab/Kota Tanggal 30 - 31 Agustus - 1 Sept 2021.
c. Virtual Learning Microscopis Malaria bagi Tenaga Uji Silang Kab/Kota
(Batch1) tanggal 12,13 dan 16 Agustus 2021
d. Kegiatan Pembuatan Bahan PME Mikroskopis Malaria Tahun 2021 di
Kab Jayapura Tanggal.22-24 Feb 2021
e. Workshop Mikroskopis Malaria Fasyankes, 20 – 23 April 2021, Hotel
Best Western Premier The Hive Jakarta
f. E Learning E Coaching Diagnostik Malaria Bagi Tenaga ATLM (Ahli
Teknologi Laboratorium Medik), (tiga Angkatan)
g. Pelatihan Jarak Jauh Mikroskopis Malaria Bagi Tenaga Uji Silang
Kabupaten/Kota (dua angkatan)
h. Evaluasi Juknis Jejaring dan Pemantapan Mutu Laboratorium
Pemeriksa Malaria (Kab. Bintuni Prov Papua Barat dan Kab. Bengkulu
Selatan Prov. Bengkulu)
i. Pemantauan Kualitas RDT (Uji Rutin) di Kab. Sumba Barat, NTT dan
Kab. Asmat, Papua

Workshop Mikroskopis Malaria Fasyankes, 20 – 23 April 2021, Jakarta

Pengambilan sampel uji RDT di wilayah kerja Puskesmas Agats, Kabupaten


Asmat, Provinsi Papua

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[270]
Pengambilan sampel uji RDT di wilayah Puskesmas Lahihuruk dan
Kabukarudi, Kabupaten Sumba Barat, Provinsi NTT

2) Tatalaksana Kasus Malaria


Kementerian Kesehatan telah merekomendasikan pengobatan malaria
menggunakan obat pilihan yaitu kombinasi derivate artemisinin dengan
obat anti malaria lainnya yang biasa disebut dengan Artemisinin based
Combination Therapy (ACT). Tahun 2019 telah ditetapkan Pedoman
Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Malaria dalam bentuk
Keputusan Menkes RI Nomor HK.01.07/Menkes/556/2019. Berdasarkan
Kepmenkes tersebut juga diterbitkan buku pedoman tata laksana kasus
malaria terkini sesuai dengan perkembangan terkini dan hasil riset
mutakhir. Penggunaan ACT harus berdasarkan hasil pemeriksaan
laboratorium, hal tersebut merupakan salah satu upaya mencegah
terjadinya resistensi obat.
B/BTKL PP di seluruh Indonesia pada tahun ini telah melaksanakan
kegiatan monitoring efikasi DHP di lokasi wilayah kerja masing-masing
secara sentinel, dengan tujuan untuk memperoleh data efikasi DHP di
seluruh Indonesia. Kegiatan ini harus berkelanjutan untuk tetap
dillaksanakan sebagai surveilans rutin untuk mendapatkan data tentang
efikasi DHP di Indonesia selain dari peneliti-peneliti yang
direkomendasikan oleh WHO dan Program.
Selain itu juga diperlukan adanya petunjuk teknis Integrated Drug Efficacy
Survey (Ides) yang dapat menjadi acuan dalam melaksanakan kegiatan.
Data efikasi ini berguna selain untuk mengetahui status efikasi obat anti
malaria yang digunakan tetapi juga sebagai bahan untuk perbaikan dan
pengembangan kebijakan pengobatan sehingga dapat dikembangkan
dan diperbaharui pedoman pengobatan malaria nasional. Salah satu pilar
untuk mencapai eliminasi malaria adalah menjamin universal akses dalam
pencegahan, diagnosis dan pengobatan, sehingga diperlukan keterlibatan
semua sektor terkait termasuk swasta.
Berikut beberapa kegiatan yang telah dilakukan dalam mendukung
kualitas tatalaksana malaria tahun 2021 yaitu:
a. Pertemuan Penyusunan Juknis IDES Monitoring Efikasi Artemisinin
Tanggal 10 Februari 2021.
b. Pertemuan Penyusunan Juknis Surveilans Efikasi Obat Terintegrasi
(Integrated Drug Efficacy Survey Ides) Tanggal 12 Maret 2021

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[271]
c. Pertemuan orientasi pelayanan terpadu malaria dengan kesehatan
maternal dan neonatal tanggal 22 - 24 Sept 2021
d. Supervisi pendampingan diagnosis dan tatalaksana malaria :
- Prov Riau tanggal 28 - 30 Maret 2021
- Papua tanggal 14 - 16 Maret 2021
- Provinsi Bangka Belitung tanggal 28-30 Maret 2021
e. Bimtek Diagnosis dan Tatalaksana Malaria
- Kota Depok, Jawa Barat (1 - 2 Feb 2021)
- Kab. Tebo, Jambi (3 – 6 Agustus 2021)
- Kab. Malinau, Kaltara (14 – 17 Sept 2020)
f. Supervisi dalam rangka Pertemuan pembentukan kelompok kerja
tatalaksana kasus malaria di
- prov. NTB, 24 - 26 Agustus 2021
- Prov.Sumut, 23-25 Juni
- Provinsi Nusa Tenggara Timur, 27 - 29 Mei 2021.
g. Supervisi Kegiatan Evaluasi kemitraan pemerintah & swasta dalam
rangka tatalaksana kasus malaria di beberapa daerah :
- Prov. Kalsel 10-12 Juni 2021
- Prov. Jateng Tanggal 12 Agustus 2021,
- Provinsi Sulawesi Tenggara tanggal 21 -23 Oktober 2021
- Prov. Jabar Tanggal 15 - 17 November 2021
- Prov. Jatim Tanggal 27 - 28 Oktober 2021
- Prov. Bali Tanggal 16 November 2021
h. Supervisi dalam rangka workshop tatalaksana di prov. Lampung
tanggal 29 Sept - 1 Okt 2021

Pertemuan dalam rangka bimtek Diagnosis dan


Tatalaksana Malaria di Kab. Malinau

Workshop Tata Laksana Malaria bagi Dokter di Provinsi Lampung

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[272]
3) Surveilans Malaria, Sistem informasi serta monitoring dan evaluasi
Sistem informasi malaria yang disebut SISMAL V2 mulai disosialisasikan
pada Tahun 2018 dan sepenuhnya digunakan pada Tahun 2019.
Sebanyak 9.155 fasyankes telah melaporkan data malaria melalui
SISMAL V2 pada Tahun 2019. Inputan data SISMAL V2 di fasyankes
menggunakan excel sehingga beberapa kendala masih ditemui seperti
sulitnya melakukan validasi data selain itu Pusdatin telah
mengembangkan ASDK (Aplikasi Satu Data Kesehatan) dengan
menggunakan platfom DHIS2. Untuk memudahkan interoperabilitas data
dengan data yang lainnya maka migrasi SISMAL V2 ke SISMAL V3
menggunakan DHIS2 perlu dilaksanakan workshop pengembangan
Esismal versi 3.
Berikut beberapa kegiatan yang telah dilakukan dalam mendukung
kegiatan surveilans, sistem informasi dan monitoring dan evaluasi
malaria:
a. Pertemuan Workshop Pengembangan E Sismal Versi 3 Tanggal 21
Juni 2021
b. Pertemuan Validasi Data Serta Monitoring Kegiatan Dan Capaian
Program Malaria Tanggal 7 - 8 Juni 2021.
c. Pertemuan Sidang Penilaian Eliminasi Malaria Tanggal 6 - 7 Desember
2021
d. Sidang Penilaian Eliminasi Malaria Di Hotel Santika Bekasi Tg 12 - 15
Des 2021
e. Supervisi Monitoring & Evaluasi program malaria (Kab.Tasikmalaya,
Papua Barat, Maluku Utara, prov Sumut, prov. Sumbar kota Solok,
prov. Sumsel, Prov Bengkulu, prov. Jambi, Kab. Teluk Wondama, prov.
Papua Barat
f. Supervisi dalam rangka investigasi & penanggulangan KLB malaria di
Kab. Sumba Barat Daya tanggal 2 - 6 Mei 2021
g. Supervisi dalam rangka investigasi dan penanggulangan KLB malaria
di Pulau USU prov. NTT tanggal 27 - 31 Juli 2021Supervisi
Pendampingan Surveilans dan Faktor Malaria di Papua Tanggal 7 - 11
Juni 2021
h. Pendampingan Surveilans & Faktor Resiko Malaria di Kab. Sukabumi
Tanggal 3 - 6 Agustus 2021
i. Pendampingan Surveilans & Faktor Resiko Malaria di Kab. Sumba
Barat Prov. NTT Tanggal 14 - 18 September 2021.
j. Assesment Peningkatan Kasus Dan SKD/KLB Malaria di Purworejo
Tanggal 13 - 16 Oktober 2021.
k. Pendampingan Surveilans & Faktor Risiko Malaria Di Suku Anak
Dalam Jambi Tanggal 8 - 12 November 2021.
l. Pendampingan Surveilans Dan Faktor Resiko Malaria Di Kab.
Minahasa Selatan Tanggal 14 - 18 Des 2021.
m. Pemantauan Kesiapan Logistik untuk Surveilans Migrasi di Bali tanggal
3-5 Februari 2021.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[273]
n. Peningkatan Kapasitas Bagi Petugas Data Malaria di Lingkungan
P2PTVZ Virtual
o. Peningkatan Kapasitas Analisis Data Bagi Pengelola Data Malaria di
Provinsi Virtual
p. Pertemuan Monev Tingkat Nasional Program Malaria Th.2021
Tanggal.4- 5 Maret 2021
q. Pertemuan monev regional KTI tanggal 17- 20 Maret 2021
r. Pertemuan monev program malaria reg Jawa Bali di Solo, tanggal 6 -
9 April 2021
s. Pertemuan monev program malaria th 2021 reg tengah di swissbell
Balikpapan tanggal 23 – 25 April 2021
t. Pertemuan monev meeting region barat di hotel Harris Bekasi tanggal
2 - 5 Juni 2021
u. Reviu Manajemen Program Malaria Tanggal 8 - 11 Desember 2021

Monitoring & Evaluasi program malaria Provinsi Papua Barat

Investigasi Penanggulangan KLB

4) Pengendalian Vektor Malaria


Sampai saat ini nyamuk Anopheles telah dikonfirmasi menjadi vektor
malaria di Indonesia sebanyak 26 jenis (species). Jenis intervensi
pengendalian vektor malaria dapat dilakukan dengan berbagai cara
antara lain memakai kelambu berinsektisida (LLINs = Long lasting
insecticide nets), melakukan penyemprotan dinding rumah dengan
insektisida (IRS = Indoor Residual Spraying), melakukan larviciding,

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[274]
melakukan penebaran ikan pemakan larva, dan pengelolaan lingkungan.
Penggunaan kelambu berinsektisida merupakan cara perlindungan dari
gigitan nyamuk anopheles. pembagian kelambu ke masyarakat dilakukan
dengan 2 metode, yaitu pembagian secara massal (mass campaign) dan
pembagian rutin. Pembagian secara massal dilakukan pada
daerah/kabupaten/kota endemis tinggi dengan cakupan minimal 80%.
Pembagian ini diulang setiap 3 tahun, jika belum ada penurunan tingkat
endemisitas. Pembagian kelambu secara rutin diberikan kepada ibu hamil
yang tinggal di daerah endemis tinggi. Kegiatan ini bertujuan untuk
melindungi populasi prioritas, yaitu ibu hamil dari risiko penularan malaria.
Selain kegiatan tersebut, pembagian kelambu juga dilakukan pada daerah
yang terkena bencana. Berikut beberapa kegiatan yang telah dilakukan
dalam mendukung kegiatan pengendalian vektor malaria:
a. Pertemuan Persiapan Kelambu Massal dan Kelambu Massal Fokus
Periode Tahun 2022. Bekasi , 26 -28 September 2021
b. Pertemuan Training Durabilitas & Efikasi Kelambu Malaria Di Kab.
Jayapura, 28 Juni 2021
c. Monitoring Evaluasi Physical Durability & Efficacy Llins Di Papua
Tanggal 31 Oktober - 10 November 2021
d. Monev perencanaan & Logistik malaria di kab. Lampung Selatan
Prov. Lampung tanggal 8-11 September 2021
e. Monev perencanaan, keuangan dan logistik malaria di prov.
Kalimantan Barat tanggal 5 - 8 Oktober 2021

5) Promosi, Advokasi dan kemitraan dalam upaya pengendalian malaria


Sosialisasi pentingnya upaya pengendalian malaria merupakan hal yang
penting dengan sasaran meliputi pengambil kebijkan, pelaksana teknis
dan masyarakat luas. Komunikasi, Informasi dan edukasi (KIE) kepada
masyarakat luas dilakukan dengan membuat Iklan Layanan Masyarakat
(ILM) mengenai Malaria. Beberapa kegiatan selama Tahun 2020 dalam
mendukung promosi, advokasi dan kemitraan dalam upaya pengendalian
malaria antara lain:
a. IG Live Promosi Kesehatan dengan Tema “Ternyata Malaria Masih
Ada….Mari Mengenal Malaria”, Senin 26 April 2021
b. Puncak Hari Malaria Sedunia Tanggal 27 April 2021
c. Workshop dan Lomba Video Dokumenter , 8-10 Juni 2021
d. Lomba Fotografi Promkes Malaria, 20 Juni 2021
e. Supervisi Advokasi Strategi Komunikasi Di Kab. Maluku Tengah
Tanggal 3 - 5 Juni 2021
f. Supervisi Strategi Komunikasi Untuk Surveilans Migrasi Pelaksanaan
PON Ke Papua Tanggal 1-4 September 2021
g. Survei KAP Penggunaan Kelambu Anti Nyamuk Ke Kab. Batubara
Tanggal 13 - 20 September 2021
h. Survei KAP Penggunaan Kelambu Anti Nyamuk Di Kab. Mappi Prov.
Papua Tanggal 17 - 31 Oktober 2021
i. Pertemuan Reorientasi Eliminasi Malaria 25-29 Oktober 2021

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[275]
j. Persiapan Pertemuan APLMA-APMEN Tanggal 20 Agustus 2021
k. Supervisi Pemantauan Implementasi Kader Malaria di Papua Tanggal
8-12 Juni 2021.
l. Supervisi Persiapan Pembentukan Kader Malaria di Komunitas
Populasi Khusus Di Provinsi Babel Tanggal.22-24 Juni 2021.
m. Supervisi Pertemuan Koordinasi LS/LP di Populasi Khusus Prov.
Bengkulu Tanggal 16 -18 September 2021
n. Pemantauan Implementasi Kader Malaria di Kab. Sumba Barat Daya
Prov. NTT Tanggal 21-25 September 2021.
o. Monev On Site Pembinaan Pelaksanaan Pengaktifan Kader Malaria
Di Kab. Sumba Timur Prov. NTT Tanggal 5 - 8 Oktober 2021.

Puncak Hari Malaria Sedunia di Kemenkes jakarta

Strategi Komunikasi Untuk Surveilans Migrasi


Pelaksanaan PON Ke Papua

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[276]
Pertemuan Reorientasi Malaria
bagi daerah Kab/Kota Endemis Rendah di Jakata

c. Hasil (Outcome)
1) Mendapatkan data efikasi obat anti malaria yang sahih, akurat, dan
dapat dipercaya, perlu dillaksananakan kegiatan untuk memonitoring
efikasi DHP ini yang telah digunakan di Indonesia lebih dari 10 tahun.
2) Pelaksanaan surveilans yang baik dalam upaya eliminasi malaria
3) Meningkatnya fasyankes telah melaporkan data malaria melalui
SISMAL
4) Terlaksananya promosi, advokasi dan kemitraan dalam upaya
pengendalian malaria
d. Manfaat (Benefit)
1) Terdistribusinya kelambu kepada masyarakat di daerah endemis tinggi
2) Terlindunginya populasi prioritas, yaitu ibu hamil dari risiko penularan
malaria dan daerah bencana
3) Penurunan tingkat endemisitas
4) Komitmen pengambil kebijkan, pelaksana teknis dan masyarakat luas
mendukung pengendalian malaria
e. Dampak (Impact)
Percepatan mencapai eliminasi malaria

3) Jumlah Kab/kota endemis filariasis berhasil menurunkan angka mikrofilaria kurang


dari 1%
a. Masukan (Input)
Pada tahun 2021 jumlah pagu anggaran APBN untuk mencapai target
indikator jumlah kabupaten/kota berhasil menurunkan angka mikrofilaria
< 1% di 190 daerah adalah sebesar Rp. 17.169.651.000- yang
diperuntukkan operasional, alat dan bahan. Capaian kabupaten/kota yang
mencapai eliminasi tahun 2021 adalah 190 daerah. Selanjutnya pada
tahun berjalan dilakukan efisiensi alat dan bahan dari semula
13.716.000.000,- menjadi 2.719.278.000,-. Total pagu tahun 2021
keseluruhan pasca efisiensi sebesar Rp. 6.033.297.000,-. Anggaran
tersebut telah terealisasi sebesar Rp. 5.920.079.791,- atau sebesar
98,12%.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[277]
b. Luaran (Output)
1. Pelaksanaan Pemberian Obat Massal Pencegahan (POPM) Filariasis

Koordinasi Pelaksanaan POPM Filariasis dengan


Bupati Kabupaten Pangkejene Kepulauan
2. Akselerasi eliminasi Filariasis melalui Pelaksanaan POPM Filariasis
dengan menggunakan Regimen 3 obat IDA (Ivermectin, DEC, dan
Albendazole).
3. Advokasi, Sosialisasi, serta Koordinasi Pemberian Obat Pencegahan
Massal (POPM) Filariasis secara Intensif
4. Kegiatan monitoring dan Evaluasi dalam rangka Eliminasi Filariasis:
a) Pertemuan Evaluasi Program Filariasis Tahun 2020 dan Rencana
Kegiatan POPM Filariasis tahun 2021 secara virtual dengan Dinas
Kesehatan Provinsi di seluruh Indonesia
b) Pertemuan Virtual Koordinasi Pengelola Program Filariasis Provinsi
dalam rangka identifikasi kebutuhan obat dan ketersediaan Logistik
Obat Filariasis
c) Pertemuan Virtual Koordinasi Program Filariasis dan Kecacingan
dalam rangka Sosialisasi Tatalaksana Kasus Kronis Filariasis.
d) Koordinasi LS/LP dalam rangka penguatan program pengendalian
Filariasis
e) Koordinasi National Task Force Filariasis (NTF) dan Komite Ahli
Pengobatan Filariasis (KAPFI)
f) Pencegahan Dini/ Penanggulangan Kejadian Ikutan Minum Obat
(POPM) Filariasis dan Kecacingan terpadu
g) Assessment Persiapan Eliminasi Filariasis
h) Surveilans Kasus Kronis Filariasis
5. Surveilans Pasca POPM Filariasis
6. Surveilans Pasca Eliminasi Filariasis
7. Distribusi obat, logistik, KIE, dan bahan survei Filariasis ke daerah
c. Hasil (Outcome)
1. Salah satu upaya strategis yang dilakukan untuk dapat memutus rantai
penularan adalah dengan Pelaksanaan Pemberian Obat Massal
Pencegahan (POPM) Filariasis pada seluruh penduduk usia 2 sampai

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[278]
dengan 70 tahun di daerah endemis. Pada tahun 2021, POPM
Filariasis dilaksanakan dengan memperhatikan protokol Kesehatan
untuk mencegah penularan Covid-19.
2. Pada Tahun 2021 Kabupaten Mamuju, Kabupaten Biak Numfor, Kota
Sorong, Kota Pekalongan, Kabupaten Kaimana dan Kabupaten
Manowari Selatan melaksanakan POPM Regimen IDA dengan
menggunakan payung hukum sebagai berikut:
a) Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
HK.01.07/MENKES/445/2021 tentang Pelaksanaan Pemberian
Obat Pencegahan Massal Filariasis Regimen Ivermectin,
Diethylcarbamazine Citrate, dan Albendazole di Kabupaten
Mamuju, Kabupaten Biak Numfor, Kota Sorong, dan Kota
Pekalogan.
b) Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
HK.01.07/MENKES/5659/2021 tentang Pelaksanaan Pemberian
Obat Pencegahan Massal Filariasis Regimen Ivermectin,
Diethylcarbamazine Citrate, dan Albendazole di Kabupaten
Kaimana dan Kabupaten Manowari Selatan.
c) Keputusan Direktur Jenderal P2P Nomer HK.01.07/1/2348/2021
tentang Pelaksanaan Pemberian Obat Pencegahan Massal
Filariasis Regimen Ivermectin, Diethylcarbamazine Citrate, dan
Albendazole di Kabupaten Mamuju, Kabupaten Biak Numfor, Kota
Sorong, dan Kota Pekalogan

Pelaksanaan POPM Regimen IDA di Kabupaten Mamuju


3. Komitmen lintas sektor dan lintas porogram terkait serta seluruh
lapisan masyarakat untuk Meningkatkan cakupan dalam minum obat
pencegahan Filariasis.
4. Kegiatan monitoring dan evaluasi dilaksanakan untuk mendukung
program penanggulangan Filariasis serta mengevaluasi hambatan dan
tantangan dalam pengendalian Filariasis
5. Setelah POPM Filariasis dilaksanakan selama 5 tahun pada
kabupaten/kota endemis Filariasis, selanjutnya kabupaten/kota

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[279]
tersebut dievaluasi melalui survei evaluasi prevalensi mikrofilaria untuk
menilai efektifitas POPM Filariasis dalam menurunkan risiko penularan
Filariasis. Apabila hasil Survei Evaluasi Prevalensi Mikrofilaria
sesudah POPM Filariasis tahun ke 5 menunjukkan angka microfilaria
rate <1%, maka dapat dilakukan Survei Evaluasi Penularan (TAS-1).
Apabila TAS-1 menunjukkan tidak adanya penularan Filariasis, maka
Kabupaten/Kota tersebut memasuki tahap Surveilans pada Periode
Stop POPM Filariasis. Survei evaluasi penularan filariasis selanjutnya
dapat dilakukan kembali untuk menilai kab/kota endemis tersebut telah
mencapai kondisi Eliminasi Filariasis.
6. Terdistribusinya obat, logistik, KIE, dan bahan survei Filariasis dalam
rangka mendukung kegiatan penanggulangan Filariasis di
kabupaten/kota sesuai perencanaan yang telah disusun sebelumnya
d. Manfaat (Benefit)
1. Menurunkan resiko penularan Filariasis kembali. Dilaksanakan dengan
survei darah jari serta melakukan pengobatan pada kasus positif
mikrofilaria.
2. Tersedianya obat, logistik, KIE, dan bahan survei Filariasis dalam
rangka mendukung kegiatan penanggulangan Filariasis di
kabupaten/kota.
e. Dampak (Impact)
Menghentikan penularan dan mencegah dan membatasi kecacatan akibat
Filariasis untuk meningkatkan kualitas hidup.

4) Persentase Kab/kota yang mempunyai IR DBD < 49 per 100.000 penduduk


a. Masukan (Input)
Pada tahun 2021 untuk mencapai indikator kinerja kerja dialokasikan
anggaran sebesar Rp. 12.615.899.000,- yang bersumber dari RM APBN.
b. Luaran (Output)
1. Pada bulan September dan Nopember 2021 telah dilaksanakan
Pertemuan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka Advokasi Dan
Sosialisasi Arbovirosis Terpadu di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah
Dan Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur dengan melibatkan
lintas sektor dan lintas program yaitu Anggota DPR Komisi IX, Dinas
Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten Kota, Masyarakat
Dan Tokoh Masyarakat. Koordinasi LS LP dilaksanakan mulai bulan
Januari – Desember 2021 sebanyak 24 kali. Kegiatan ini merupakan
terdiri dari berbagai jenis kegiatan yang diperlukan dalam rangka
terfasilitasinya NSPK Arbovirosis dengan baik untuk mendukung
program seperti Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik, Sistem Surveilans
Sentinel Arbovirosis, dan lain-lain. Pada bulan Juni 2021 telah
dilaksanakan Peringatan Asean Dengue dengan mengundang secara
virtual lintas sektor dan lintas program, Kemendagri, Kemensos,
Komunitas Dengue, Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten Kota Serta

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[280]
Komite Ahli Dengue. Monitoring Dan Evaluasi Pelaksanaan Surveilans
Arbovirosis dilaksanakan Pada Bulan Mei Dan Agustus 2021
Sebanyak 3 kali di Kota Pontianak, Surabaya Dan Kupang.
2. Surveilans Pencegahan dan Pengendalian Arbovirosis ini
diselenggarakan untuk pelaksanaan Sistem Surveilans Sentinel
Arbovirosis (S3A) dan Sistem Surveilans Sentinel Japanese
Encepalitis.
3. Kegiatan pendampingan investigasi peningkatan kasus dan SKD/ KLB
DBD/ penyakit Arbovirosis lainnya dilaksanakan sebanyak 11 kali
dalam kurun waktu Januari – Desember 2021.
4. Gerakan masyarakat dalam rangka advokasi dan sosialisasi
arbovirosis terpadu dengan melibatkan Anggota Komisi IX DPR RI
yang direncanakan di kabupaten Kendal, Jawa Tengah Dan
Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur Pada Tahun 2021. Adanya
perubahan anggaran Gerakan masyarakat dalam pendidikan dan
pemberian pemahaman kepada masyarakat mengenai pencegahan
dan pengendalian penyakit arbovirosis dapat dilaksanakan di era new
normal COVID – 19 dengan Vaksinasi Covid – 19 dengan 1 lokasi
kegiatan yaitu di Madiun, Jawa Timur Dengan Anggran Rp
204.228.000,- dilaksanakan Pada Bulan September 2021, kegiatan ini
melibatkan Anggota Komisi IX DPR RI dan bekerjasama dengan Dinas
Kesehatan Kabupaten setempat dan masyarakat dengan jumlah
peserta sosialisasi 200 orang serta masyarakat dengan jumlah peserta
vaksinasi covid - 19 1000 orang.
5. Kegiatan Koordinasi LP/LS pencegahan dan pengendalian arbovirosis
yaitu: Koordinasi / Pembinaan / atau LS/LP Lainnya dilaksanakan
mulai bulan Januari – Desember sebanyak 24 kali. Kegiatan ini
merupakan terdiri dari berbagai jenis kegiatan yang diperlukan dalam
rangka koordinasi baik dengan lintas sektor dan lintas program untuk
mendukung program seperti mengikuti kegiatan perencanaan,
keuangan, logistik, koordinasi program G1R1J, koordinasi program
S3A, koordinasi kegiatan dan lain-lain. Kegiatan Rapat Koordinasi
LS/LP Arbovirosis dilaksanakan pada sebanyak 5 kali. Rapat ini
dilaksanakan secara zoom meeting dengan mengundang lintas sektor
dan lintas program dalam rangka membahas berbagai hal yang
mendukung program dengan melibatkan Direktorat P2PTVZ,
Direktorat Surkaskes, Direktorat Promkes dan PM, Direktorat Kesling,
Hukormas P2P, Puslitbangkes, Balai Teknik Kesehatan Lingkungan
(B/BTKL-PP), Dinas Kesehatan Provinsi serta komisi ahli Arbovirosis.
6. Sosialisasi Pendidikan dan Pemberian Pemahaman Kepada
Masyarakat Mengenai Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Arbovirosis di era new normal COVID – 19 dilaksanakan 1 lokasi
kegiatan yaitu di kabupaten Madiun, Jawa Timur kegiatan ini
melibatkan Anggota Komisi IX DPR RI dan bekerjasama dengan Dinas

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[281]
Kesehatan Kabupaten setempat dan masyarakat dengan jumlah
peserta sosialisasi 200 orang dan jumlah peserta vaksinasi covid – 19
1000 orang dengan menggunakan protokol kesehatan.
7. Pelaksanaan fasilitasi NSPK pada bulan Mei 2021, kegiatan ini untuk
memfasilitasi pemerintah daerah dalam pelaksanaan pencegahan dan
pengendalian Arbovirosis.
8. Pelaksanaan fasilitasi NSPK pada bulan Januari-Desember 2021,
kegiatan ini untuk memfasilitasi pemerintah daerah dalam
pelaksanaan pencegahan dan pengendalian Arbovirosis.
9. Pelaksanaan fasilitasi NSPK pada bulan Januari-Desember 2021,
kegiatan ini untuk memfasilitasi pemerintah daerah dalam
pelaksanaan pencegahan dan Arbovirosis.
10. Terlaksananya Pengadaan Bahan Pencegahan dan Pengendalian
Arbovirosis
a) Terlaksananya pengadaan mesin fogging 5 unit senilai Rp.
134.000.000
b) Terlaksananya pengadaan insektisida 5000 liter senilai Rp.
1.199.000.000
c) Terlaksananya pengadaan larvasida 2000 kg senilai Rp.
118.000.000
d) Terlaksananya pengadaan RDT DBD Combo sebanyak 2000 box
senilai Rp.984.098.000 untuk buffer pusat dan sebanyak 11.750 box
RDT DBD Combo senilai Rp. 5.945.500.000 untuk dikirim ke
daerah.
e) Terlaksananya pengadaan BTI ( tablet ) sebanyak 10.000 botol
senilai Rp.646.910.000.
f) Terlaksananya pengadaan Jumantik Kit 250 kit senilai Rp
106.075.000
g) Terlaksananya pengadaan APD Penyemprot 200 unit senilai Rp.
167.100.000
11. Terlaksananya Pengadaan Media KIE Pencegahan dan Pengendalian
Arbovirosis
a) Media KIE Pencegahan dan Pengendalian Arbovirosis yang berupa
media promosi berisi materi tentang pencegahan dan pengendalian
arbovirosis dalam bentuk yang menarik dan mudah dipahami
masyarakat. Media KIE yang dilakukan berupa:
1) Kit Pengendalian Arbovirosis senilai Rp. 151.256.000
2) Penggandaan buku Strategi Nasional Penanggulangan Dengue
2021 - 2025
b) Media Promosi Pencegahan dan Pengendalian Arbovirosis untuk
menyebarluaskan P2P DBD dan arbovirosis lainnya dalam bentuk
kit media persuasif seperti goodie bag, larvitrap, senter, handuk.
Pengadaan media promosi sebanyak 1030 kit senilai Rp.
195.700.000

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[282]
c. Hasil (Outcome)
1. Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka Advokasi Dan
Sosialisasi Arbovirosis Terpadu adalah Memberdayakan masyarakat
dalam penanggulangan dengue dan PSN Secara Mandiri. Kegiatan Ini
Melibatkan seluruh aspek lintas sektor dan lintas program terkait dalam
perencanaan program, keuangan, logistik dan terselenggaranya
koordinasi lintas sector dan lintas program lainnya. Kegiatan Fasilitasi
terkait NSPK Arbovirosis melibatkan staf subdit arbovirosis untuk
mengsosialisasikan NSPK Arbovirosis kepada lintas sektor dan lintas
program terkait dalam rangka tersedianya perencanaan program,
keuangan, logistik serta terselenggaranya koordinasi lintas sektor dan
lintas program lainnya.
2. Pelaksanaan Sistem Surveilans Sentinel Arbovirosis dilaksanakan
melalui kunjungan dan tatap muka dan Bersifat terbatas karenakan
masih situasi pandemi COVID-19. Pelaksanaan Surveilans Sentinel
Arbovirosis dilaksanakan melalui koordinasi dengan Dinas Kesehatan
provinsi, BTKL dan RS Sentinel melalui zoom meeting.

3. Kegiatan pendampingan investigasi peningkatan kasus dan SKD/KLB/


Penyakit arbovirosis lainnya target volume yang sebelumnya
dianggarkan sebanyak 10 kali direvisi dari sisa anggaran menjadi 11
kali. Kegiatan ini dilaksanakan di daerah yang menyatakan kejadian
Luar Biasa dengan adanya peningkatan kasus dan kematian. Hasil
kegiatan ini tersedianya laporan hasil pelaksanaan monitoring dan
kewaspadaan dini pengendalian DBD/Chikungunya dan penyakit
arbovirosis lainnya serta berjalannya sistem pencatatan dan pelaporan
di daerah. Kegiatan ini dilaksanakan di:
a. Purwakarta, Jawa Barat

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[283]
Audiensi Hasil Investigasi KLB Chikungunya dengan
ASSDA 2 Kabupaten Purwakarta Tanggal 6 – 9 Februari 2021

b. Lombok Barat, NTB


c. Gowa, Sulawesi Selatan
d. Aceh
e. Halmahera Timur, Maluku Utara

Pemaparan hasil asistensi pendampingan PE dan Advokasi pada Bupati


Halmahera TimurTanggal 6 – 10 April 2021

f. Kupang, Nusa Tenggara Timur


g. Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur
h. Sindereng Rappang, Sulawesi Selatan
4. Gerakan masyarakat dalam pendidikan dan pemberian pemahaman
kepada masyarakat mengenai pencegahan dan pengendalian penyakit
arbovirosis di kabupaten Madiun Provinsi Jawa Timur.
5. Kegiatan Koordinasi LS/LP pencegahan dan pengendalian arbovirosis
melibatkan staf subdit arbovirosis untuk mengikuti kegiatan sesuai
dengan lintas sektor dan lintas program yang terkait dalam rangka
tersedianya perencanaan program, perihal keuangan, logistik,
terselenggaranya koordinasi lintas sektor dan lintas program lainnya.
6. Kegiatan Rapat Koordinasi LS/LP Arbovirosis melibatkan lintas sektor
dan lintas program yang terkait dengan program pencegahan dan
pengendalian arbovirosis sehingga terselenggaranya hasil rapat
pembahasan penyusunan draft Permenkes Penanggulangan DD dan
DBD dan lain-lain.
7. Sosialisasi Pencegahan dan Pengendalian DBD dalam Tatanan dan
Adaptasi Kebiasaan Baru dilaksanakan untuk mensosialisasikan
pelaksanaan pencegahan dan pengendalian DBD di era new normal

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[284]
dengan tetap melaksanakan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di
masyarakat, pelaksnaan kegiatan ini di kabupaten Madiun Provinsi
Jawa Timur.
8. Terlaksananya kegiatan penyusunan draft Permenkes sebanyak dua
kali
9. Tersedianya bahan dan alat pencegahan dan pengendalian penyakit
arbovirosis.
10. Media KIE Pencegahan dan Pengendalian Arbovirosis yang berupa
media promosi merupakan salah satu media edukasi untuk sosialisasi
ke masyarakat.
d. Manfaat (Benefit)
1. Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka Advokasi Dan
Sosialisasi Arbovirosis Terpadu adalah Memberdayakan masyarakat
dalam penanggulangan dengue dan PSN Secara Mandiri.
2. Data mengenai penyakit arbovirosis yang berbasis laboratorium
merupakan informasi yang dapat dimanfaatkan stake holder terkait
dalam kebijakan pencegahan dan pengendalian arbovirosis.
3. Kegiatan Investigasi Peningkatan Kasus dan SKD / KLB DBD/Penyakit
Arbovirosis lainnya dilaksanakan untuk memonitor perkembangan
kasus arbovirosis (DBD, Chikungunya dan penyakit arbovirosis
lainnya) dan meningkatkan kewaspadaan dini pencegahan dan
pengendalian penyakit tersebut didaerah Sehingga dapat untuk:
a. Melihat perkembangan data kasus DBD/Chikungunya dan
menganalisis data
b. Memantau pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian
DBD/Chikungunya dan,
c. Memberikan asistensi teknis guna penguatan dan pemantapan
program di daerah berdasarkan analisis Epidemiologi dan sosial
budaya
4. Advokasi dan sosialisasi Pencegahan dan Pengendalian Arbovirosis
dalam menggalakkan PSN 3 M Plus melalui Gerakan 1 Rumah 1
Jumantik serta mendorong masyarakat untuk Vaksinasi Covid - 19.

Kegiatan Vaksinasi bersama Komisi IX DPR RI di Desa Kuwu


Kecamatan Balerejo Kabupaten Madiun

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[285]
5. Koordinasi LS/LP Arbovirosis dan Kegiatan Rapat Koordinasi LS/LP
memberikan manfaat dengan adanya dukungan dari lintas sektor dan
lintas program dalam kelancaran program pencegahan dan
pengendalian arbovirosis.

Pembahasan Draft Final Stranas Dengue Di Universitas Gadjah Mada


– Yogjakarta Tanggal 16 – 19 Juni 2021
6. Sosialisasi Pencegahan dan Pengendalian DBD dalam Tatanan dan
Adaptasi Kebiasaan Baru dalam menggalakan PSN 3 M Plus melalui
Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik.
7. Menggalakan PSN 3 M Plus melalui Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik.
8. Penyusunan Kurikulum Modul TOT Dan Pelatihan Teknis Bagi
Pemegang Program Arbovirosis
9. Menyusun draft PERMENKES Penanggulangan Demam Dengue (DD)
dan Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan melibatkan Direktorat
P2PTVZ, Direktorat Surkaskes, Direktorat Promkes dan PM, Direktorat
Kesling, Hukormas P2P, Puslitbangkes, Kantor Kesehatan Pelabuhan,
Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (B/BTKL-PP), Dinas Kesehatan
Provinsi DKI Jakarta dan Kelima Suku Dinasnya, Puskesmas serta
komisi ahli Arbovirosis.
10. Media promosi, dengan adanya media KIE Pencegahan dan
Pengendalian Arbovirosis yang berupa media promosi yang
merupakan salah satu media informasi dan edukasi dapat memberikan
pengetahuan bagi masyarakat dalam Pencegahan dan Pengendalian
Arbovirosis.
11. Mencegah penularan penyakit arbovirosis
12. Deteksi dini terhadap kasus DBD
e. Dampak (Impact)
1. Menurunnya kasus kesakitan dan kematian akibat penyakit
arbovirosis di Indonesia.
2. Percepatan adanya payung hukum dan prosedur kerja bagi semua
pihak yang terlibat dalam kegiatan penanggulangan DD dan DBD
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya masing-masing.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[286]
3. Koordinasi antara program dengan lintas sektor dan lintas program
terselenggara dengan lebih baik
4. Peningkatan komitmen daerah dan pengetahuan masyarakat yang
selanjutnya dapat mendukung upaya pencegahan dan pengendalian
arbovirosis.
5. Penyusunan NSPK pencegahan dan pengendalian Arbovirosis
menghasilkan draft PERMENKES Penanggulangan DD dan DBD.
6. Meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang pencegahan dan
pengendalian penyakit arbovirosis.
7. Media promosi, dengan adanya Media KIE Pencegahan dan
Pengendalian Arbovirosis memberikan pengetahuan bagi
masyarakat dalam Pencegahan dan Pengendalian Arbovirosis.

5) Jumlah Kab/kota yang memiliki ≥ 20% Puskesmas rujukan Rabies Center (RC)
a. Masukan (Input)
Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Zoonosis Pusat
dengan anggaran Rp.2.678.586.000 dan realisasi Rp.2.517.221.965,00
atau 93.97%.
b. Luaran (Output)
1. Advokasi dan sosialisasi pengendalian rabies kepada Pemerintah
Daerah
2. Melakukan monitoring dan evaluasi program pencegahan dan
pengendalian rabies khususnya dan zoonosis pada umumnya secara
virtual dan mendorong Dinas Kesehatan tetap memperhatikan
program tersebut khususnya dalam melakukan pembentukan rabies
center yang disertai aspek legal dan melakukan pembinaannya.
3. Peningkatan kapasitas dan kemampuan sumber daya manusia
secara virtual.
4. Peningkatan kerjasama lintas sektor dan lintas program khususnya
dengan Kemenko PMK, Kementan, Kemen LHK, Kemendagri, BNPB
dan organisasi no profit lainnya.
5. Bantuan dalam bentuk pemberian dana Dekonsentrasi secara
bertahap untuk meningkatkan kinerja petugas kesehatan
6. Pengiriman sarana dan prasarana untuk pembentukan Rujukan
Rabies Center seperti VAR, SAR dan RDT leptospirosis bagi daerah-
daerah yang membutuhkan
7. Penyusunan NSPK untuk penanggulangan rabies
8. Pengembangan sistem surveilans, sistem pencatatan dan pelaporan
kasus GHPR dan Rabies
9. Pembuatan berbagai media KIE yang menarik untuk mendapat
perhatian masyarakat untuk melakukan pencegahan terhadap
penyakit-penyakit zoonosa
10. Dukungan secara moril secara virtual maupun media komunikasi lain
kepada para pengelola program, agar tetap semangat dalam

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[287]
melakukan penanggulangan penyakit zoonosa sambil tetap
mengindahkan protokol kesehatan terkait pandemi COVID-19
11. Pembuatan sentinel di wilayah – wilayah tertentu dalam
meningkatkan kemampuan petugas dan juga upaya deteksi dini
12. Melakukan koordinasi ZDAP (Zoonotic Diseases Action Package)
13. Melakukan pengembangan metode pencatatan, pelaporan dan
pemberian informasi dalam bentuk sistem informasi secara elektronik
lewat SI Zoonosis, yang dilakukan secara bertahap.
c. Hasil (Outcome)
1. Menigkatnya komitmen lintas program dan lintas sektor dalam
pengendalian rabies
2. Meningkatnya kapasitas sumber daya manusia dalam pengendalian
rabies.
3. Tersedianya sarana dan prasarana untuk pembentukan Rujukan
Rabies Center
4. Terdistribusinya VAR, SAR dan RDT leptospirosis bagi daerah-
daerah yang membutuhkan
5. Tersedianya NSPK dan Media KIE dalam mendukung pelaksanaan
promosi pencegahan dan pengendalian rabies
6. Tersedianya sistem informasi secara elektronik lewat SI Zoonosis
d. Manfaat (Benefit)
1. Meningkatnya jumlah kabupaten/kota yang memiliki puskesmas
rujukan Rabies Center (RC).
2. Tersedianya VAR, SAR dan RDT leptospirosis bagi daerah-daerah
yang membutuhkan
e. Dampak (Impact)
Menurunnya jumlah kasus Gigitan Hewan Penular Rabies di Indonesia
dan kasus kematian karena rabies

6) Jumlah desa endemis schistosomiasis yang mencapai eliminasi


a. Masukan (Input)
Pada tahun 2021 jumlah pagu anggaran APBN Pusat untuk mencapai
target indikator Jumlah desa endemis Schistosomiasis yang mencapai
eliminasi adalah sebesar Rp. 303.465.000,-. Anggaran tersebut telah
terealisasi sebesar Rp.276.392.700,- atau sebesar 91,07%.
b. Luaran (Output)
1. Penguatan advokasi, koordinasi, dan peran aktif lintas sektor dan lintas
program dalam upaya eliminasi schistosomiasis. Kegiatan ini
dibutuhkan untuk memperoleh dukungan dan kontribusi lintas sektor
terkait guna menghilangkan habitat keong penular serta menurunkan
prevalensi schistosomiasis pada hewan perantara. Kegiatan yang
dilaksanakan antara lain:
a) Rapat Koordinasi dengan Wakil Bupati Kabupaten Sigi beserta
jajaran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang terkait langsung
dengan pengendalian Schistosomiasis yaitu Kepala Dinas
Kesehatan, Bappeda, Pekerjaan Umum, Pendidikan dan

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[288]
Kebudayaan, Perkebunan, Perikanan, Pemberdayaan masyarakat
dan Desa serta Pariwisata dan dihadiri KKP dan Kemendesa pada
tanggal 22 September 2021
b) Audiensi dengan Gubernur Sulawesi Tengah didampingi pejabat
terkait antara lain bidang Kesehatan, Perencanaan, Sosial,
Pemberdayaan Masyarakat Desa, Perikanan dan Pekerjaan Umum
serta dihadiri oleh KKP dan Kemendesa pada tanggal 23 September
2021
c) Koordinasi dan Review Implementasi Kegiatan dalam Rangka
Eliminasi Schistosomiasis Lintas Kementerian dan Lembaga secara
daring pada tanggal 2 Desember 2021

Audiensi dengan Gubernur Sulawesi Tengah terkait Program


Penanggulangan Schistosomiasis

Rapat Koordinasi Penanggulangan Schistosomiasis


dengan Wakil Bupati Sigi

2. Penguatan Norma Standar Prosedur dan Kriteria (NSPK)


Sehubungan dengan diluncurkannya Roadmap for Negleted Tropical
Diseases (NTDs) tahun 2021 – 2030 oleh World Health Organization
(WHO) dimana dapat dilihat target global untuk Schistosomiasis adalah
proporsi infeksi Schistosomiasis dengan intensitas berat kurang dari
1% serta berdasarkan hasil evaluasi, maka pada tahun 2021

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[289]
dilaksanakan revisi Roadmap Schistosomiasis 2018-2025 agar sejalan
dengan target global. Beberapa kegiatan yang dilaksanakan antara
lain:
- Rapat Penyusunan Roadmap Eliminasi Schistosomiasis secara
daring pada tanggal 19 Oktober 2021
- Finalisasi New Roadmap Eliminasi Schistosomiasis di Jakarta pada
tanggal 6-7 Desember 2021
- Sosialisasi New Roadmap Eliminasi Schistosomiasis di Jakarta
pada tanggal 8 Desember 2021
3. Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Penanggulangan
Schistosomiasis
Kegiatan monitoring dan evaluasi dilaksanakan untuk mendukung
program penanggulangan schistosomiasis serta mengevaluasi
hambatan dan tantangan dalam pengendalian schistosomiasis.
Kegiatan yang dilaksanakan antara lain:
a. Assessment Persiapan Eliminasi Schistosomiasis di Kabupaten
Poso pada tanggal 22-26 Februari 2021 dan 26-30 April 2021
b. Assessment Persiapan Eliminasi Schistosomiasis di Kabupaten Sigi
pada tanggal 26-30 April 2021
c. Supervisi Implementasi Kegiatan Penanggulangan Schistosomiasis
di Kabupaten Sigi pada tanggal 4-6 Maret 2021
d. Supervisi Implementasi Kegiatan Penanggulangan Schistosomiasis
di Kabupaten Poso tanggal 21-24 Juni 2021 dan 18-20 November
2021
4. Promosi Kesehatan melalui penyedian bahan-bahan KIE untuk
meningkatkan pengetahuan dan mengurangi perilaku berisiko yang
terkait dengan infeksi dan penularan schistosomiasis diantaranya
penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), Jamban Sehat serta Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat. Sebagai sarana komunikasi, informasi, dan
edukasi terhadap masyarakat terkait schistosomiasis maka telah
dilaksanakan pengadaan berupa leaflet dan Buku Saku Kader
Penanggulangan Schistosomiasis melalui anggaran dekonsentrasi.
1) Surveilans Schistosomiasis
Surveilans schistosomiasis merupakan kegiatan kunci untuk
memantau perkembangan dan status penyakit ini di lapangan.
Kegiatan ini sangat penting untuk menilai sejauh mana kemajuan
pelaksanaan dan pencapaian tujuan program eliminasi
schistosomiasis. Kegiatan yang dilaksanakan antara lain Survei
Prevalensi Schistosomiasis pada manusia, hewan reservoir, dan
keong perantara.
2) Penanganan penderita dan pengobatan selektif sesuai tatalaksana
kasus schistosomiasis.
Penanganan penderita diberikan untuk penderita yang
menunjukkan gejala schistosomiasis serta hasil laboratorium
menunjukkan positif schistosomiasis, sedangkan pengobatan
selektif diberikan kepada penduduk dengan hasil survei prevalensi
pada manusia menunjukkan positif schistosomiasiss
3) Pemberantasan fokus keong melalui kimiawi.
Penyemprotan moluskisida (racun keong) merupakan salah satu
metode pengendalian keong perantara schistosomiasis. Upaya ini
dilakukan untuk memberantas keong khususnya pada fokus dengan

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[290]
ukuran kecil dan/atau posisi geografis yang terpencil sehingga sulit
dijangkau dengan metode pengendalian lainnya.
4) Penyediaan alat dan bahan survei.
Dalam rangka mendukung pelaksanaan Survei Evaluasi Prevalensi
pada manusia dan keong perantara, maka telah dilaksanakan
pengadaan bahan-bahan survei diantaranya kato katz kit dan bahan
survei pada tinja manusia dan keong perantara serta pada hewan,
antara lain tikus. Penyediaan alat dan bahan survei dilaksanakan
melalui anggaran dekonsentrasi
c. Hasil (Outcome)
Tahun 2021 adalah tahun kedua dimulainya indikator untuk program
penanggulangan schistosomiasis yaitu Jumlah desa endemis
schistosomiasis yang mencapai eliminasi Pada Tahun 2021, Dari 15 desa
endemis Schistosomiasis yang menjadi target eliminasi telah berhasil
dicapai sebanyak 16 desa atau dengan capaian keberhasilan sebesar
106%. Keberhasilan capaian target ini berdasarkan hasil survey
prevalensi Schistosomiasis pada manusia sebesar 0% pada 16 desa
terlampir. Desa yang sudah berhasil menurunkan prevalensi
Schistosomiasis 0% pada manusia antara lain bisa dilihat pada tabel
berikut :

DAFTAR DESA ELIMINASI SCHISTOSOMIASIS TAHUN 2021


Kabupaten No Nama Desa Endemis
1 Sedoa
2 Banyusari
3 Siliwanga
4 Betue
5 Torire
Poso 6 Tuare
7 Kageroa
8 Tomehipi
9 Kolori
10 Lelio
11 Lengkeka
12 Olu
13 Anca
sigi 14 Tomado
15 Langko
16 Puroo

d. Manfaat (Benefit)
Memperoleh dukungan dan kontribusi lintas sektor terkait guna
menghilangkan habitat keong penular serta menurunkan prevalensi
schistosomiasis pada hewan perantara. Promosi Kesehatan melalui
penyedian bahan-bahan KIE untuk meningkatkan pengetahuan dan
mengurangi perilaku berisiko yang terkait dengan infeksi dan penularan
schistosomiasis.
Peran serta masyarakat juga sangat penting dalam kegiatan pemutusan
mata rantai penularan. Salah satu inovasi kegiatan penanggulangan
Schistosomiasis dari Kabupaten Poso yaitu kegiatan yang diberi nama

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[291]
GEMA BERAKSI (Gerakan Masyarakat Mandiri Berantas Keong Schisto).
Kegiatan ini merupakan Gerakan menggalang partisipasi dan
pemberdayaan masyarakat dalam pemberantasan fokus keong. Selain itu
komitmen pemerintah daerah dalam mendukung upaya pemerintah pusat
juga sangat berpengaruh baik dari penganggaran maupun dukungan
kebijakan lokal lainnya.

e. Dampak (Impact)
Menurunkan angka prevalensi schistosomiasis pada manusia dalam
upaya eliminas schistosomiasis.

E. Surveilans dan Karantina Kesehatan

1) Koordinasi Pelaksanaan Pencegahan dan pengendalain penyakit potensial


KLB/Wabah dengan melaksanakan kegiatan sebagai berikut :
a. Pertemuan Koordinasi dan Jejaring Surveilans dengan pagu Alokasi
anggaran sebesar Rp.2.372,108.000 yang terealisasikan sebesar Rp.
2.017.176.610. Kegiatan berupa Pertemuan Koordinasi dan Jejaring
Surveilans,Pertemuan Koordinasi Tim Ahli PD3I, Pertemuan Koordinasi
Laboraturium Rujukan PD3I,Pertemuan Koordinasi Monev Surveilans
PD3I,Pertemuan Sosialisasi system kewaspadaan dini berbasis RS dan
Puskesmas, Strenting Event Base Surveilance implementation SIZE di
Provinsi Sulawesi Utara,Kalimantan Barat,Kalimantan Timur dan Bangka
Belitung, Rapat Bulanan Evaluasi KIPK II, Meeting Expert KIPK II,
Koordinasi Bali reborn (virtual), Pertemuan Koordinasi Laboraturium Bali
Reborn,Pertemuan Sentinel ILI SARI dan Koordinasi Meeting Bali Reborn
(virtual). Terlaksananya Pertemuan Koordinasi dan Jejaring Surveilas baik
secara daring dan luring sehingga menghasilkan Pelaksanaan program
surveilans terkoordinasi dengan baik dan tepat dan meningkatnya kualitas
penyelenggaraan program surveilans berdampak pada menurunnya
angka kesakitan dan kematian akibat Penyakit potensial KLB
b. Honorarium Tim ahli PD3I dngan pagu alokasi anggaran sebesar Rp
283.000.000 yang terealisasikan sebesar Rp 283.000.000.. Kegiatan: ini
dilakukan dalam bentuk pertemuan antara Subdit Surveilans dengan tim
ahli PD3I dan lintas program atau lintas sektor terkait. Kegiatan ini
membahas mengenai perkembangan kasus-kasus pending PD3I maupun
isu terkini mengenai PD3I yang memerlukan rekomendasi dari tim ahli.
Dengan terlaksananya pendampingan tim ahli PD3I dalam hal
memberikan arahan, keahlian, pendapat dalam upaya penanggulangan
dan penanganan kasus PD3I. dan hasilnya meningkatkan dan
mengembangkan kemampuan petugas petugas surveilans
Kabupaten/Kota dalam rangka kewaspadaan dini penyakit dan upaya
respon penanggulangannya dan penanganan kasus PD3I yang
bermanfaat untuk meningkatnya mutu dan kinerja pelaksanaan surveilans
dan penanganan kasus PD3I dan berdampak pada menurunnya angka
kesaiktan dan kematian akibat Penyakit potensial KLB dan PD3I
c. Sosialisasi dalam rangka Kewaspadaan dini dan respon penyakit
Potensial wabah dan KLB dengan pagu alokasi anggaran sebesar
Rp271.336.0000, yang terealisasikan sebesar Rp 231.143.400. Kegiatan
yang dilakukan yaitu sosialisasi dalam rangka Kewaspadaan dini dan

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[292]
respon penyakit Potensial wabah dan KLB dengan hasil meningkatnya
kemampuam Kewaspadaan dini dan respon penyakit yang berdampak
pada menurunnnya angka kesakitan dan kematian akibat Penyakit
potensial KLB
d. Operasional Surveilans pada Masa Pandemi dengan pagu Alokasi
anggaran sebesar Rp 150.000.000 yang terealisasikan sebesar Rp
93.536.745. Melaksanakan Koordinasi dan evaluasi kewaspadaan dini
dan Respon penyakit berpotensi pada masa pandemic. Kegiatan ini
bertujuan untuk membangun dan memperkuat koordinasi dengan dinas
kesehatan provinsi di Indonesia dalam pelaksanaan kewaspadaan dini
dan respon penyakit berpotensi KLB. Selain itu pertemuan ini juga
mengevaluasi pelaksaaan program surveilans di seluruh provinsi
sehingga diharapkan ada peningkatan kinerja surveilans di tahun
selanjutnya. Sasaran pertemuan ini adalah petugas pengelola program
surveilans, imunisasi, kekarantinaan kesehatan, dan penyakit infeksi
emerging di masing-masing dinas provinsi dan perwakilan UPT. Untuk
menunjang pelaksanaan surveilans pada masa pandemic dan
tersedianya operasional kewaspadaan dini dalam pelaksanaan surveilan
Kesehatan pada masa pandemic yang dapat meningkatnya pengendalian
terhadap terhadap penyakit pada masa pandemic yang dapat berdampak
pada menurunnnya angka kesakitan dan kematian pada masa pandemic.
e. Pertemuan Koordinasi Tes Lacak Isolasi (Bali) dengan pagu alokasi
anggaran sebesar Rp 170.452.000 yang terealisasikan sebesar Rp
162.883.615. Kegiatan koordinasi dan evaluasi Tes Lacak dan Isolasi
pada masa pandemic,Kegiatan ini bertujuan untuk membangun dan
memperkuat koordinasi dengan dinas Kesehatan untuk menunjang
pelaksanaan surveilans pada masa pandemic sehingga dapat
meningkatnya pengendalian terhadap penyakit pada masa pandemic
yang berdampak pada menurunnya angka kesakitan dan kematian pada
masa pandemic
f. Validasi data Surveilans dengan pagu alokasi anggaran sebesar
Rp.301.199.000 dengan realisasi sebesar Rp 301.019.000. Kegiatan ini
dilaksanakan diluar kota dalam rangka kajian hasil investigasi KLB/wabah
bersama yang telah dilaksanakan. Kegiatan ini bertujuan untuk
membahas hasil investigasi dan sebagai bahan evaluasi dan
pembelajaran dalam penanganan KLB/wabah di Indonesia yang
melibatkan dinas kesehatan provinsi. Untuk menunjang pelaksanaan
surveilans dan pengolahan data menghasilkan pengolahan data
kewaspadaan dini dalam pelaksanan surveilans Kesehatan yang
bermanfaat untuk meningkatnya pengendalian penyakit berdampak pada
menurunnnya angka kesakitan dan kematian
2) Pengembangan Desain Surveilans Realtime Penyakit berbasis laboraturium
dengan pagu alokasi anggaran sebesar Rp.731.231.000 yang terealisasikan
sebesar Rp 698.504.066
Pertemuan Pembahasan desain pengembangan Surveilans Realtime
Penyakit Berbasis Laboraturium kegiatan ini Koordinasi dengan tenaga ahli
baik IT maupun dengan LP/LS yang terkait dengan pengembangan desain.
Asesment Kapasitas Laboraturium kegiatan ini bertujuan untuk
melaksanakan assessment ke laboraturim daerah/pemerintah dalam rangka
pengembangan laboraturium realtime berbasis penyakit. dalam rangka
Penguatan Program Surveilans Pertemuan Pembahasan desain

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[293]
pengembangan Surveilans Realtime Penyakit Berbasis Laboraturium
kegiatan ini Koordinasi dengan tenaga ahli baik IT maupun dengan LP/LS
yang terkait dengan pengembangan desain. Dan Asesment Kapasitas
Laboraturium kegiatan ini bertujuan untuk melaksanakan assessment ke
laboraturim daerah/pemerintah dalam rangka pengembangan laboraturium
realtime berbasis penyakit. dalam rangka Penguatan Program Surveilans
untuk meningkatnya pengendalian terhadap terhadap penyakit berpotensi
KLB melalui upaya kewaspadaan dini penyakit potensial KLB.yang
bwrdampak pada menurunnnya angka kesakitan dan kematian akibat
Penyakit potensial KLB
3) NSPK Pencegahan dan pengendalian penyakit potensial KLB/Wabah
dengan pagu alokasi anggaran sebesar Rp 855.160.000, yang terealisasikan
sebesar Rp 768.379.975.
Kegiatan terkait pembahasan Revisi Pedoman Sistem Kewaspadaan dini dan
Respon KLB, Pertemuan Pembahasan KIPK, Sosialisasi Pedoman KIPK,
Penyusunan Pedoman KIE, Pencetakan NSPK Surveilans. Perkembangan
teknologi informasi yang berperan dalam penyelenggaraan Sistem
Kewaspadaan Dini KLB (SKD KLB) dan berkembangnya penyakit potensial
KLB yang dipantau memerlukan payung hukum dalam pelaksanaan di
lapangan sehingga permenkes ini perlu dilakukan penyusunan.
Menghasilkan umlah dokumen Norma/ Standar/ Prosedur/ Ketentuan (NSPK)
Surveilans, yang terdiri dari dari :Pembahasan Revisi Pedoman Sistem
Kewaspadaan dini dan Respon KLB, Pertemuan Pembahasan KIPK,
Sosialisasi Pedoman KIPK, Penyusunan Pedoman KIE, Pencetakan NSPK
Surveilans sehingga tersedianya bahan pedoman pedoman dalam
pelaksanaan surveilans bagi daerah dan UPT Kemenkes RI\ yang
berdampak pada meningkatnya kualitas penyelenggaraan program
surveilans

4) Fasilitasi dan Pembinaan Pemerintah Daerah


a. Asistensi dan Bimbingan Teknis dengan pagu alokasi anggaran sebesar
Rp 1.480.544.000 yang terealisasikan sebesar Rp. 1.329.599.247.
Kegiatan Asistensi teknis kewaspadaan dini dan respon penyakit
potensial wabah, konsultasi dan supervise pelatihan TGC Regional
Sulawesi, Asistensi provinsi terpilih, asistensi covid surveilans dalam
rangka bali reborn,Monitoring Evaluasi 14 Rumah sakit di 7 Provinsi, dan
Asistensi teknis surveilans pada situasi khusus sehingga meningkatnya
penyelidikan dan pengendalian kasus penyakit potensial KLB dan
Wabah melalui upaya respon KLB dan Wabah yang cepat dan tepat
yang berdampak pada menurunnya angka kesakitan dan kematian
akibat Penyakit potensial KLB
b. Monitoring dan Evaluasi dengan pagi alokasi anggaran sebesar Rp
165.300.000 yang terealisasikan sebesar Rp. 163.175.004. Kegiatan
Monitoring Surveilans CRS, Monev Implementasi Realtime Penyakit
berbasis laboraturium dan monev Implementasi Sistem Surveilans
potensial KLB Pada PON Papua yang bermanfaat meningkatnya
penyelidikan dan pengendalian kasus penyakit potensial KLB dan
Wabah melalui upaya respon KLB dan Wabah yang cepat dan tepat dan
berdampak pada menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat
Penyakit potensial KLB

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[294]
5) Koordinasi Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Infeksi
Emerging
Koordinasi Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Infeksi
Emerging dengan pagu alokasi anggaran sebesar Rp 811.398.000,- dengan
realisasi Rp. 712.216.506 ,-. Kegiatan ini dilaksanakan untuk melakukan
update informasi serta menganalisis kejadian penyakit infeksi emerging yang
sedang menjadi perhatian Nasional dan dunia. Dimaksudkan untuk
menetapkan program penyakit infeksi emerging yang menjadi prioritas
nasional. Serta Pertemuan Koordinasi dengan unit terkait lintas sector dan
lintas program baik luar kota maupun dalam kota yang berkaitan dengan
pencegahan dan pengendalian penyakit infeksi emerging terutaman Covid 19
. Selain itu juga digunakan dalam rangka koordinasi dengan lintas program
terkait di lingkungan Kementerian Kesehatan. Dengan adanya koordinasi
maka dapat dilakukan pemetaan masalah terkait penyakit infeksi emerging
dan selanjutnya dilakukan pembahasan serta tindak lanjut dari hasil
pertemuan koordinasi tersebut.
• Pengembangan Tools Pemetaan Risiko
Penilaian risiko adalah dasar untuk komunikasi risiko yang efektif untuk
memberikan informasi yang tepat waktu dan transparan untuk
memastikan kesiapan dan daya tanggap organisasi serta untuk
membangun kepercayaan di masyarakat. Oleh karena itu penilaian risiko
ditekankan untuk mengatasi risiko kesehatan kesehatan masyarakat dari
Emerging Infectious Diseases (EID) dan peristiwa Kesehatan Masyarakat
Penting termasuk acara yang terkait dengan biosafety dan biosecurity.
Penilaian risiko sangat berguna untuk menilai potensi penyebaran
penyakit menular yang muncul ke Indonesia. Melalui upaya penilaian
risiko ini diharapkan upaya deteksi dini dapat dilakukan tepat waktu,
sehingga menghasilkan respons yang memadai. Dalam pelaksanaan
penilian risikio telah dibuat pengembanga tools nya.
• Monitoring IAR
Kegiatan ini merupakan monitoring pelaksanaan rencana tanggap
COVID-19. Peserta membahas 11 pilar IAR yaitu komando dan
koordinasi, komunikasi risiko dan pemberdayaan masyarakat,
pengawasan, tim respon cepat dan investigasi kasus, titik masuk,
perjalanan internasional, dan transportasi, laboratorium, pengendalian
infeksi, manajemen kasus, dukungan operasional dan logistic,
memelihara layanan dan sistem kesehatan esensial, vaksinasi, tindakan
sosial kesehatan masyarakat.
• Operasional Helpdesk SILACAK
Tujuan Helpdesk Silacak adalah membantu Tracer dan PJ TLI ketika
mengalami kendala dalam Pengoperasian Aplikasi Silacak
Kegiatan yang menunjang pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Infeksi Emerging. Dengan hasil adanya kesepakatan dan
kesepahaman lintas program dan lintas sektor, dalam pencegahan dan
pengendalian penyakit infeksi emerging setelah dilakukan pemetaan
masalah dan selanjutnya dilakukan pembahasan mengenai masalah
penyakit infeksi emerging, kendala dalam penanggulangan di lapangan,
identifikasi faktor risiko, dan indentifikasi sumber daya pendukung dalam
penanggulangan penyakit infeksi emerging. Menjalin hubungan lintas
program dan lintas sektor dalam pencegahan dan pengendalian penyakit

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[295]
infeksi emerging Mencegah terjadinya peningkatan jumlah kasus dan angka
kematian akibat penyakit infeksi emerging.
6) Penyelidikan epidemiologi/investigasi KLB/wabah penyakit infeksi emerging
Penyelidikan epidemiologi/investigasi KLB/wabah penyakit infeksi emerging
dengan Pagu Rp 864.493.000,- dengan realisasi Rp. 765.876.029,-
beberapa Kegiatan yang dilakukan antara lain :
a) Penyelidikan Epidemiologi
Penyelidikan epidemiologi/investigasi KLB/wabah penyakit infeksi
emerging adalah kegiatan investigasi kasus yang dilaksanakan di daerah
tempat ditemukannya kasus penyakit infeksi emerging (baik suspek
maupun konfirmasi) di seluruh wilayah Indonesia dengan melakukan
verifikasi kepada petugas kesehatan Puskesmas yang merupakan ujung
tombak dari pelayanan kesehatan di masyarakat yang kemudian
dilanjutkan dengan berkunjung ke lapangan.
b) Penyelidikan Epidemiologi COVID-19
Penyelidikan epidemiologi/investigasi KLB/wabah penyakit infeksi emerging
terutama COVID -19 adalah kegiatan investigasi kasus yang dilaksanakan di
daerah tempat ditemukannya kasus penyakit infeksi emerging (baik suspek
konfirmasi dan Kontak Erat COVID -19 ) di seluruh wilayah Indonesia dengan
melakukan verifikasi kepada petugas kesehatan Puskesmas yang
merupakan ujung tombak dari pelayanan kesehatan di masyarakat yang
kemudian dilanjutkan dengan berkunjung ke lapangan.
Kegiatan yang menunjang pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Infeksi Emerging dengan hasil ditemukannya kasus penyakit infeksi
emerging berdampak adanya kemampuan dalam kesiapsiagaan,
kewaspadaan, deteksi dini serta respon yang cepat dan tepat terkait masalah
kesehatan yang ditimbulkan oleh penyakit infeksi emerging, sehingga dapat
menurunkan angka kesakitan dan angka kematian terkait penyakit infeksi
emerging serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

7) Layanan Imunisasi Rutin


Layanan imunsasi rutin dengan pagu alokasi anggaran total sebesar Rp.
914.656.000,- yang terealisasikan sebesar Rp. 751.874.784-; dengan
beberapa kegiatan antara lain :
Koordinasi Pelaksanaan Imunisasi :
a. Koordinasi dengan Stakeholder (Technical Working Group/TWG)
Kegiatan ini berupa rapat dalam kantor dilakukan dalam rangka
membahas hal-hal yang sangat penting dengan mengundang para ahli.
b. Koordinasi Internal Tim Ahli (ITAGI)
Kegiatan ini berupa rapat koordinasi rutin anggota ITAGI yang terdiri dari
ahli-ahli untuk membahas isu-isu terkini mengenai imunisasi dan kajian
terhadap antigen baru yang akan dimasukan ke dalam program imunisasi
selama tahun 2020 kegiatan dilakukan secara virtual.
c. Koordinasi dengan Tim Ahli (Technical Advisory Group/TAG)
Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk pertemuan antara subdit imunisasi
dengan seluruh anggota tim ahli (ITAGI) dan lintas program atau lintas
sektor terkait, untuk membahas isu-isu terkini mengenai imunisasi dan
hasil kajian tim ahli mengenai perkembangan vaksin baru, keiatan selama
tahun 2020 dilakukan secara virtual.
d. Koordinasi/Konsinyasi dengan LS/LP terkait

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[296]
Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk melakukaan koordinasi
dengan lintas program atau lintas sektor terkait mengenai program
imunisasi. Bentuk kegiatan dapat berupa rapat di dalam kantor,
menghadiri undangan di luar kantor, maupun perjalanan dinas ke luar kota
dalam rangka menghadiri undangan dari lintas program atau lintas sektor
terkait.
e. Koordinasi Persiapan dan Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19
Koordinasi dilakukan dalam rangka mempersiapkan dan menyelaraskan
seluruh rangkaian kegiatan vaksinasi COVID-19 secara komprehensif dan
sinergis, melibatkan lintas sektor dan lintas program terkait, mulai dari
proses penyediaan vaksin dan logistic vaksinasi, pelaksanaan vaksinasi
hingga evaluasi pelaksanaan vaksinasi. Koordinasi dilakukan di masing-
masing jenjang administrasi mulai dari pusat hingga daerah dan dapat
melibatkan narasumber yang berkompeten. Adapun pihak-pihak yang
terlibat dalam koordinasi pelaksanaan vaksinasi lain Kemenkes,
Kemenkeu, Kementerian Kominfo, Kemenko Perekonomian, BPJS
Kesehatan, PT. Telkom, ITAGI, Komnas PP KIPI, organisasi profesi,
BPOM, Bio Farma dan pihak terkait lainnya. Kegiatan koordinasi dapat
dilakukan secara tatap muka maupun daring.
f. Operasional Posko Vaksinasi Covid-19
Dalam pelaksanaan vaksinasi COVID-19 perlu dibentuk posko vaksinasi
atau sekretariat tim pelaksana vaksinasi COVID. Posko vaksinasi atau
sekretariat tim pelaksana vaksinasi COVID-19 tingkat pusat dibentuk
sesuai dengan SK Menkes Nomor HK.01.07/MENKES/11135/2020
tentang Tim Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19. Tim posko vaksinasi
COVID-19 bertugas membantu mengelola urusan terkait pelaksanaan
vaksinasi COVID-19 termasuk kegiatan pemantauan serta menjadi pusat
data dan informasi pelaksanaan vaksinasi COVID-19. Selain tim posko
vaksinasi COVID-19 tingkat pusat, tiap-tiap provinsi juga membentuk tim
posko vaksinasi COVID-19.
Posko vaksinasi COVID-19 tingkat pusat akan melaksanakan rapat
koordinasi secara berkala dengan posko vaksinasi COVID-19 tingkat
provinsi. Dalam bekerja, tim posko vaksinasi COVID-19 memerlukan
dukungan manajemen, sarana dan prasarana (alat pengolah data), serta
tenaga operasional pendukung.
g. Rapid Convenience Assessment (RCA)
Untuk mengukur dan menilai pelaksanaan vaksinasi COVID-19 maka
perlu dilakukan kegiatan evaluasi berupa Rapid Convenience Assessment
(RCA). Rapid Convenience Assessment (RCA) atau Survey Cakupan
Imunisasi dilakukan untuk menilai cakupan vaksinasi COVID-19.
Kegiatan Rapid Convenience Assessment (RCA) dimulai dengan
penyiapan dan penyusunan tools atau instrument survey, pelaksanaan,
dan konsolidasi atau finalisasi hasil. Kegiatan Rapid Convenience
Assessment (RCA) dilakukan secara daring.
h. Evaluasi Dampak Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19/Post Introduction
Evaluation
Evaluasi Dampak Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19/ Post Introduction
Evaluation adalah kegiatan kunjungan ke beberapa provinsi terpilih untuk
mengetahui dampak pemberian vaksin COVID-19 terhadap program
imunisasi, dilakukan dalam 6 – 12 bulan setelah introduksi vaksin COVID-
19. Komponen yang dilihat dalam kegiatan evaluasi ini meliputi

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[297]
manajemen cold chain, cakupan vaksinasi, pencatatan dan pelaporan/
sistem informasi, pengelolaan limbah, SDM, strategi komunikasi, dan lain-
lain. Pemilihan daerah yang dikunjungi antara lain dengan
mempertimbangkan capaian kinerja program, kondisi geografis, dan
faktor-faktor lain. Dalam pelaksanaan evaluasi ini melibatkan tim yang
terdiri dari lintas program dan lintas sector.
i. Pertemuan Evaluasi Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19
Cakupan yang sudah dicapai sampai saat ini belum cukup untuk
melindungi seluruh masyarakat Indonesia dari bahaya Covid-19, sehingga
percepatan vaksinasi dengan target capaian terus ditingkatkan di seluruh
daerah. Pertemuan Evaluasi sekaligus konsolidasi terkait upaya
penguatan program vaksinasi Covid-19 sangat dibutuhkan untuk
menggali Kembali komitmen dan kesamaan persepsi terutama terkait
percepatan pencapaian vaksinasi yang ditargetkan dapat diselsesaikan di
tahun 2021. Pertemuan evaluasi dilakukan dengan rapat fullboard yang
mengundang dinkes provinsi, KKP, serta lintas program dan lintas sector
terkait guna membahas permasalahan yang terjadi selama pelaksanaan
vaksinasi COVID-19 di masing-masing daerah/ sektor serta menyusun
solusi dan upaya perbaikan.
j. Koordinasi dalam rangka Rekonsiliasi Data Vaksinasi Covid-19
Kegiatan dilakukan dalam rangka menelusuri jumlah vaksin yang telah
diterima dengan jumlah vaksin yang disuntikan karena masih ada selisih
yang cukup besar. Untuk itu diperlukan adanya rekonsiliasi data cakupan
dengan data distribusi vaksin agar dapat diketahui dimana posisi selisih
vaksin tersebut.
Kegiatan tersebut diharapkan dapat meningkatnya pengawasan
pelaksanaan imunisasi yang dapat meningkatkan kualitas pelayanan
imunisasi. Yang bermanfaat meningkatnya mutu pelaksanaan pelayanan
imunisasi yang akan mendorong peningkatan cakupan imunisasi nasional
sehingga berdampak pada menurunnnya angka kesakitan dan kematian
akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)

8) Sosialisasi Pelaksanaan Imunisasi


Pagu alokasi anggaran total sebesar Rp. 321.723.000,- yang terealisasikan
sebesar Rp. 265.896.502,-; dengan kegiatan antara lain :
a. Sosialisasi dalam rangka Penguatan Imunisasi Rutin (GERMAS)
Dalam rangka menggalakkan program penguatan imunisasi (GERMAS)
dan upaya percepatan program vaksinasi Covid-19, Kementrian
Kesehatan bekerja sama dengan mitra mengadakan kegiatan sosialisasi
GERMAS terintegrasi dengan kegiatan vaksinasi massal Covid-19 di
kabupaten/kota terpilih.
b. Sosialisasi Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19
Dalam menyelenggarakan vaksinasi COVID-19 perlu dibuat dasar hukum
sebagai acuan atau rujukan pelaksanaan vaksinasi COVID-19 bagi
pemangku kebijakan, pengelola program maupun petugas kesehatan di
setiap jenjang administrasi. Dari peraturan atau NSPK yang telah dibuat
selanjutnya perlu dilakukan diseminasi informasi dan sosialisasi kepada
seluruh pihak yang terlibat agar dapat diperoleh pemahaman yang utuh
dan pelaksanaan vaksinasi COVID-19 dapat sejalan dengan peraturan
yang berlaku. Selain sosialisasi terkait NSPK juga perlu dilakukan
sosialisasi terkait hal lain seperti sistem informasi pencatatan dan

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[298]
pelaporan, monitoring logistik vaksinasi, dan lain-lain. Kegiatan sosialisasi
dapat melibatkan narasumber yang berkompeten seperti ITAGI, Komnas
PP KIPI, BPJS Kesehatan, Kementerian Kominfo, PT. Telkom, dan lain-
lain. Sosialisasi membantu mewujudkan sinergitas dan harmonisasi
dalam pelaksanaan vaksinasi COVID-19. Pada tahun 2021 untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi, kegiatan sosialisasi dan
diseminasi dilakukan secara daring.
Kegiatan tersebut dapat meningkatkan pengawasan pelaksanaan imunisasi
yang dapat meningkatkan kualitas pelayanan imunisasi dan bermanfaat
meningkatnya mutu pelaksanaan pelayanan imunisasi yang akan mendorong
peningkatan cakupan imunisasi nasional yang akan berdampak pada
menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat Penyakit yang Dapat
Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)

9) NSPK Imunisasi
Pagu alokasi anggaran total sebesar Rp. 486.600.000,- yang terealisasikan
sebesar Rp. 382.688.922,-; Kegiatan yang dilaksanakan antara lain :
a. Penyusunan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Imunisasi
Penyusunan petunjuk teknis pelaksanaan imunisasi ditujukan sebagai
acuan bagi pengelola program imunisasi puskesmas dalam
melaksanakan manajemen program imunisasi yang berkualitas, termasuk
mengupdate kapasitas petugas dalam melaksanakan imunisasi di masa
pandemi.
b. Penyusunan Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi di Fasyankes Swasta
Untuk dapat meningkatkan jangkauan kepada sasaran terutama sasaran
yang mendapatkan pelayanan imunisasi di fasyankes swasta diperlukan
petunjuk teknis dalam pelaksanaan imunisasinya yang dapat digunakan
sebagai pedoman oleh petugas imunisasi di fasyankes swasta
c. Penyusunan NSPK Vaksinasi COVID 19
Dalam menyelenggarakan vaksinasi COVID-19 perlu dibuat dasar hukum
sebagai acuan atau rujukan pelaksanaan vaksinasi COVID-19 bagi
pemangku kebijakan, pengelola program maupun petugas kesehatan di
setiap jenjang administrasi. Kemenkes telah menyusun permenkes,
roadmap, petunjuk teknis pelayanan vaksinasi COVID-19 dan media KIE.
Seiring dengan proses pelaksanaan vaksinasi COVID-19 dimungkinkan
perlu dilakukan penambahan peraturan atau revisi sesuai dengan
kebijakan dan kondisi terkini. Kegiatan penyusunan NSPK dapat
dilakukan secara daring maupun tatap muka, dengan melibatkan
narasumber/ pembahas yang berkompeten seperti ITAGI, Komnas PP
KIPI, organisasi profesi, dan pihak terkait lainnya.
Diharapkan dapat meningkatnya pengawasan pelaksanaan imunisasi yang
dapat meningkatkan kualitas pelayanan imunisasi yang bermanfaat
meningkatnya mutu pelaksanaan pelayanan imunisasi yang akan mendorong
peningkatan cakupan imunisasi nasional sehingga berdampak pada
menurunnnya angka kesakitan dan kematian akibat Penyakit yang Dapat
Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)

10) Surveilans Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi


Pagu alokasi anggaran total sebesar Rp. 314.800.000,- yang terealisasikan
sebesar Rp. 251.593.312,-. Kegiatan yang dilakukan antara lain :

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[299]
a. Investigasi Kasus KIPI
Kegiatan investigasi kasus KIPI berupa perjalanan dinas ke 8 lokasi
dimana kasus KIPI terjadi. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk
menginvestigasi dan mencari tahu penyebab terjadinya kasus KIPI, serta
menindaklanjuti tersebut dengan berpedoman pada instrument investigasi
kasus KIPI bersama-sama dengan Komnas PP KIPI dan Komda KIPI
setempat. Tahun 2021 Investigasi dilaksanakan di Provinsi Bali, DKI
Jakarta dan Jawa Tengah.
b. Audit Kasus KIPI
Audit kasus KIPI berupa pertemuan dengan mengundang beberapa
provinsi yang memiliki kasus KIPI serius. Kegiatan ini dilakukan untuk
mengaudit dan mendiskusikan kasus KIPI yang terjadi di provinsi tersebut,
sehingga dapat ditentukan kausalitasnya. Kegiatan ini dilakukan secara
virtual
c. Asistensi Komnas ke Komda KIPI
Kegiatan ini dilakukan dalam rangka asistensi teknis Komnas PP KIPI ke
Komda KIPI di daerah. Tujuan dari asistensi teknis ini untuk memantau
peran Komda KIPI dalam menindaklanjuti kasus KIPI yang terjadi di
daerah masing-masing, serta memberikan bimbingan kepada Komda KIPI
terkait permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam menindaklanjuti
kasus KIPI. Selama tahun 2021 asistensi Komnas ke Komda KIPI
dilaksankan satu kali ke Provinsi Jawa Barat
Kegiatan tersebut diharapkan dapat meningkatnya pengawasan
pelaksanaan imunisasi yang dapat meningkatkan kualitas pelayanan
imunisasi. Dan bermanfaat meningkatnya mutu pelaksanaan pelayanan
imunisasi yang akan mendorong peningkatan cakupan imunisasi nasional
yang berdampak pada menurunnnya angka kesakitan dan kematian akibat
Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)

11) Pendidikan dan Pelatihan Bidang Imunisasi


Pagu alokasi anggaran total sebesar Rp. 2.984.078.400 yang terealisasikan
sebesar Rp. 2.159.510.000,-; melaksanakan kegiatan antara lain :
a. TOT (Training of Trainers) Pengelola Program Imunisasi di Wilayah
Kerjanya
Untuk penyelenggaraan imunisasi nasional yang bermutu, diperlukan
kompetensi sumber daya manusia yang mampu mengelola program
dengan baik, dapat mengenali permasalahan program, memberikan
solusi, mendiskusikan dengan para pihak dan mengimplementasikan
jalan keluar. Untuk hal tersebut, dipandang perlu dilaksanakan pelatihan
bagi pelatih (TOT) pengelola program imunisasi yang pesertanya berasal
dari unsur pejabat/pengelola program imunisasi pusat, dinkes provinsi,
BBPK/Bapelkes, dan Organisasi Profesi. Selanjutnya pelatih yang
dihasilkan dari pelatihan TOT ini akan menjadi pelatih bagi pengelola
program imunisasi tingkat kabupaten/kota maupun puskesmas di masing-
masing provinsi peserta.
b. Orientasi petugas Imunisasi dalam rangka Persiapan Pelaksanaan Bulan
Imunisasi Campak Rubela
Demi berhasilnya seluruh rangkaian kegiatan Bulan Imunisasi Campak
Rubela diperlukan upaya sosialisasi kepada seluruh stakeholder terkait
dan dukungan dari Lintas Program dan Lintas Sektor terkait dalam bentuk
pertemuan koordinasi nasional dalam rangka persiapan pelaksanaan

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[300]
Bulan Imunisasi Campak Rubela tahun 2022 yang bertempat di Hotel
Margo Depok tanggal 27-30 November 2021, peserta kegiatan ini adalah
Kepala Bidang atau Kepala Seksi yang membawahi program imunisasi
serta perwakilan Pemerintah Daerah dari 32 provinsi seluruh Indonesia
kecuali Bali dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
c. Orientasi Petugas Imunisasi di Fasyankes Swasta
Dengan melihat jumlah sasaran imunisasi yang besar dan tersebar di
seluruh wilayah Indonesia maka pemannfaatan layanan imunisasi di
fasyankes swasta menjadi tinggi. Oleh karena itu sangat penting
melakukan penguatan jejaring layanan imunisasi dengan melibatkan
seluruh fasyankes swasta dengan menggunakan pendekatan yang
komprehensif dan sistematis di bawah koordinasi Dinas Kesehatan
Kabupaten/kota. Untuk dapat meningkatkan jangkauan kepada sasaran
yang berpengaruh terhadap peningkatan cakupan imunisasi terutama
kepada sasaran yang memilih untuk mendapatkan imunisasi difasyankes
swasta maka diperlukan kegiatan orientasi untuk petugas imunisasi di
Fasyankes Swasta.
Diharapkan kegiatan tersebut dapat meningkatnya pengawasan
pelaksanaan imunisasi yang dapat meningkatkan kualitas pelayanan
imunisasi dan meningkatnya mutu pelaksanaan pelayanan imunisasi yang
akan mendorong peningkatan cakupan imunisasi nasional yang berdampak
pada menurunnnya angka kesakitan dan kematian akibat Penyakit yang
Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)

12) Bimbingan Teknis Imunisasi


Pagu alokasi anggaran total sebesar Rp. 2.367.654.000 yang terealisasikan
sebesar Rp. 2.029.740.443,- dengan Kegiatan yang dilaksanakan antara lain:
a. Pelaksanaan Supervisi Suportif Imunisasi
Supervisi suportif merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan secara
berkala dan berkesinambungan meliputi pemantauan, pembinaan dan
pemecahan masalah serta tindak lanjut. Kegiatan ini sangat berguna
untuk melihat bagaimana program atau kegiatan dilaksanakan sesuai
dengan standar dalam rangka menjamin tercapainya tujuan kegiatan
imunisasi. Kegiatan supervisi suportif difokuskan pada pemantauan
kinerja terhadap target, menggunakan data untuk mengambil keputusan
dan dipantau oleh petugas untuk memastikan bahwa strategi yang
dilakukan sesuai dengan standar yang ada. Kegiatan ini dapat
dimanfaatkan juga untuk melaksanakan on the job training terhadap
petugas di lapangan. Dengan pelaksanaan supervisi suportif diharapkan
petugas akan menjadi lebih trampil baik dari segi teknis maupun
manajerial terkait pelaksanaan program imunisasi. Sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2017 tentang
Penyelenggaran imunisasi, supervisi suportif harus dilaksanakan setiap
tahun. Komponen yang dilihat mulai dari perencanaan kebutuhan logistik,
penyimpanan vaksin, pengelolaan rantai dingin, sampai dengan
pengelolaan limbah imunisasi. Pemilihan lokasi berdasarkan hasil analisa
cakupan imunisasi, ada/ tidaknya KLB PD3I, atau ada/ tidaknya masalah
lain yang perlu ditindaklanjuti.
Pelaksanaan Supervisi Suportif Imunisasi tahun 2021 dilaksanakan di
Provinsi Jawa Barat
b. Pelaksanaan Vaksinasi Massal/Mobile Vaksinasi Covid-19

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[301]
Pelaksanaan vaksinasi COVID-19 tahap II mulai dilakukan pada minggu
ke empat bulan Februari 2021 dengan sasaran pelayan public dan lansia.
Kelompok sasaran pelayan publik meliputi guru/tenaga pendidik, TNI,
Polri, DPR, DPRD, tokoh agama, pejabat negara, ASN, BUMN, BUMD,
satpol PP, petugas pariwisata, pedagang pasar, dan lain-lain, dengan total
sasaran sebanyak 16,9 juta. Mempertimbangkan jumlah sasaran yang
besar maka perlu dilakukan strategi pemberian vaksin. Strategi yang akan
dilakukan adalah pelaksanaan mobile vaksinasi dan vaksinasi massal di
area-area dengan jumlah sasaran besar seperti pasar, Kementerian
Lembaga, Mall, tempat ibadah, sekolah.
Pelaksanaan vaksinasi massal dan mobile vaksinasi dilakukan di area
dengan jumlah sasaran yang banyak sehingga lebih mudah dalam
menjangkau dan melayani sasaran. Pelaksanaan mobile vaksin di tiap-
tiap area dapat dilakukan selama 3 hari atau sesuai kebutuhan dengan
tetap memperhatikan protokol kesehatan. Untuk mendukung pelaksanaan
mobile vaksinasi diperlukan tenaga pendukung (tim vaksinasi) dan sarana
pendukung meliputi tenda, genset, alat pengolah data, kursi, meja, tempat
cuci tangan, ATK, spanduk, dan lain-lain.
c. Pelaksanaan Data Quality Self-Assessment
Data Quality Self-Assessment (DQS) merupakan penilaian menggunakan
alat bantu yang dirancang untuk mengevaluasi aspek-aspek yang
berbeda dari sistem pemantauan imunisasi pada tingkat nasional,
provinsi, kabupaten/kota dan puskesmas dalam rangka menentukan
keakuratan laporan imunisasi dan kualitas dari sistem pemantauan
imunisasi. Pelaksanaan DQS juga dimaksudkan untuk mendapatkan
masalah-masalah melalui analisa dan mengarah pada peningkatan
kinerja pemantauan kabupaten/kota dan data untuk perbaikan. DQS
bertujuan untuk menilai kualitas dan kuantitas kinerja imunisasi dengan
menilai alat pantau melalui pertanyaan-pertanyaan yang dimasukkan ke
dalam tools DQS
Selama tahun 2021 pelaksanaan Data Quality Self-Assessment
dilaksanakan di Provinsi Sumatera Selatan,
d. Monitoring ketersediaan vaksin dan logistic imunisasi
Vaksin dan logistik imunisasi yang diadakan oleh pusat akan
didistribusikan ke provinsi, kabupaten/kota dan puskesmas. Ketersediaan
vaksin dan logistik imunisasi harus dipastikan mulai dari level pusat,
provinsi, kabupaten/kota dan puskesmas. Berdasarkan hasi audit Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK), pusat harus dapat memastikan bahwa
vaksin dan logistik yang diadakan di pusat, sampai dan terdistribusi ke
provinsi, kabupaten/kota dan puskesmas. Oleh karena itu diperlukan
suatu kegiatan monitoring khusus untuk memantau dan mengevaluasi
ketersediaan vaksin di level provinsi, kabupaten/kota dan puskesmas.
Selain itu, mulai tahun 2017, pengadaan alat pengendali mutu vaksin
dilakukan melalui mekanisme DAK Fisik oleh kabupaten/ kota. Pusat
harus memantau bahwa alat pengendali mutu vaksin yang diadakan oleh
kabupaten/ kota melalui DAK Fisik sesuai dengan standar yang
ditentukan.
Selama tahun 2021 pelaksanaan monitoring ketersediaan vaksin dan
logistic imunisasi hanya dilakukan ke Gudang Vaksin Nasional Biofarma
Bandung.
e. Asistensi Teknis Penguatan Imunisasi dalam Rangka Respon KLB PD3I

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[302]
Asistensi teknis dilakukan dalam rangka pendampingan secara teknis
terkait penguatan imunisasi di daerah terdampak KLB PD3I untuk
menghindari terjadi dampak yang lebih luas baik untuk pelaksanaan
imunisasi tambahan/ ORI (Outbreak Response Immunization) maupun
penguatan imunisasi rutin, kegiatan ini berupa kunjungan ke provinsi
dimana masing-masing provinsi melakukan monitoring di 2 kab/kota dan
setiap kab/kota melakukan monitoring ke 2 puskesmas.
Pada tahun 2021 pelaksanaan asistensi teknis penguatan imunisasi
dalam rangka respon KLB PD3I dilakukan di Provinsi Kalimantan Barat
yang terdampak KLB Difteri dan Provinsi Sulawesi Tenggara yang
terdampak KLB Rubela.
f. Asistensi Teknis Pelaksanaan Program Demonstrasi Imunisasi HPV
Asistensi teknis dilakukan sebanyak 2 kali, masing-masing 1 kali di 2
provinsi yang sudah melaksanakan program demonstrasi imunisasi HPV.
Kegiatan pendampingan ini penting dilakukan untuk memastikan
pelaksanaan program demonstrasi imunisasi HPV berjalan sebagaimana
mestinya. Dalam pelaksanaannya, masing-masing provinsi dipilih 2
kab/kota untuk memastikan semua sasaran telah mendapatkan imunisasi
pada saat pengenalan antigen baru.
Tahun 2021 pelaksanaan kegiatan asistensi teknis pelaksanaan program
demonstrasi imunisasi HPV tidak dilaksanakan karena keterbatan waktu
dan tenaga yang terfokus pada pelaksanaan vaksinasi covid-19.
g. Asistensi Teknis Pelaksanaan Program Introduksi Imunisasi
Pneumokokus
Asistensi teknis dilakukan sebanyak 4 kali, masing-masing 1 kali di 4
provinsi yang sudah melaksanakan program demonstrasi imunisasi
pneumokokus, yaitu Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Bangka Belitung
dan NTB. Kegiatan pendampingan ini penting dilakukan untuk
memastikan pelaksanaan program demonstrasi imunisasi pneumokokus
berjalan sebagaimana mestinya. Dalam pelaksanaannya, masing-masing
provinsi dipilih 2 kab/kota untuk memastikan semua sasaran telah
mendapatkan imunisasi pada saat pengenalan antigen baru.
Pada tahun 2021 pelaksanaan kegiatan asistensi teknis pelaksanaan
program imunisasi pneumokokus dilaksanakan di Provinsi NTB dan
Bangka Belitung.
h. Pelaksanaan Bimbingan Teknis dan Monitoring Pelaksanaan Vaksinasi
COVID-19
Bimbingan teknis dan monitoring merupakan kegiatan pemantauan,
pendampingan, pembinaan dan pemecahan masalah pelaksanaan
vaksinasi COVID-19. Kegiatan ini sangat berguna untuk melihat
bagaimana pelaksanaan vaksinasi COVID-19 dan memastikan bahwa
pelaksanaan vaksinasi COVID-19 berjalan dengan baik dan sesuai
dengan standard. Bimbingan teknis dan monitoring dilaksanakan baik di
tingkat pusat maupun daerah.
Kegiatan bimbingan teknis dan monitoring ini dapat dimanfaatkan juga
untuk melaksanakan on the job training terhadap petugas di lapangan.
Dengan pelaksanaan kegiatan tersebut diharapkan petugas akan menjadi
lebih terampil baik dari segi teknis maupun manajerial terkait pelaksanaan
program vaksinasi COVID-19.
Komponen yang dilihat dalam kegiatan bimbingan teknis dan monitoring
mulai dari pengelolaan logistik vaksinasi, pengelolaan rantai dingin,

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[303]
pencatatan dan pelaporan, sampai dengan pengelolaan limbah imunisasi.
Pemilihan lokasi dapat mempertimbangkan capaian kinerja, kondisi
geografis, serta ada/tidaknya masalah lain yang perlu ditindaklanjuti.
Pelaksanaan bimbingan teknis dan monitoring pelaksanaan vaksinasi
covid-19 tahun 2021 dilaksanakan hamper di seluruh provinsi di
Indonesia.
Kegiatan tersebut merupakan pengawasan pelaksanaan imunisasi yang
menghasilkan meningkatnya pengawasan pelaksanaan imunisasi yang
dapat meningkatkan kualitas pelayanan imunisasi sebagai menigkatnya mutu
pelaksanaan pelayanan imunisasi yang akan mendorong peningkatan
cakupan imunisasi nasional sehingga berdampa pada menurunnnya angka
kesakitan dan kematian akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan
Imunisasi (PD3I)

13) Koordinasi Pelaksanaan Kekarantinaan Kesehatan di Pintu Masuk Negara


Pagu alokasi anggaran total sebesar Rp. 882.093.000,- yang terealisasikan
sebesar Rp. 751.224.503,-; Kegiatan yang dilaksanakan antara lain :
Koordinasi Pelaksanaan Kekarantinaan Kesehatan di Pintu Masuk Negara,
Rapat Koordinasi IHR untuk E SPAR, Implementasi dan Koordinasi e-HAC
antara Pintu masuk dan Wilayah, Pelaksanaan dan Koordinasi E-Hac antara
Pintu masuk dan wilayah, Koordinasi antara pusat, KKP Denpasar dan LP/LS
Provinsi Bali, Simulasi di pintu masuk dengan terlaksananya Koordinasi
Pelaksanaan Kekarantinaan Kesehatan di Pintu Masuk Negara, Rapat
Koordinasi IHR untuk E SPAR, Implementasi dan Koordinasi e-HAC antara
Pintu masuk dan Wilayah, Pelaksanaan dan Koordinasi E-Hac antara Pintu
masuk dan wilayah, Koordinasi antara pusat, KKP Denpasar dan LP/LS
Provinsi Bali, Simulasi di pintu masuk sehingga menghasilkan koordinasi dan
sosialisasi Kekarantinaan Kesehatan di PLBDN dan Wilayah untuk petugas
dan pelaksana kekarantinaan kesehatan memahami tugas dan fungsi
kekarantinaan Kesehatan yang berdampak pada upaya cegah tangkal
masuk dan keluarnya penyakit dan faktor risikonya dan bertujuan untuk
melindungi masyarakat dari penyakit dan/atau Faktor Risiko Kesehatan
Masyarakat yang berpotensi menimbulkan Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat

14) Sosialisasi Pelaksanaan Kekarantinaan kesehatan di Wilayah


Pagu alokasi anggaran total sebesar Rp. 3.773.342.000- yang terealisasikan
sebesar Rp. 3.610.965.342,-; Kegiatan Pengawasan Kekarantinaan di
Wisma Karantina Pademangan, Sosialisasi terkait peraturan Kekarantinaan
di wilayah, Persiapan Reviu Dokumen Rencana Kontigensi Kedaruratan
Kesehatan.Penyusunan Draft Rencana Operasi secara daring, Penyusunan
Dokumen Kontijensi menjadi rencana operasi. Dengan terlaksananya
Pengawasan Kekarantinaan di Wisma Karantina Pademangan, Sosialisasi
terkait peraturan Kekarantinaan di wilayah, Persiapan Reviu Dokumen
Rencana Kontigensi Kedaruratan Kesehatan Penyusunan Draft Rencana
Operasi secara daring, Penyusunan Dokumen Kontijensi menjadi rencana
operasi.menghasilkan koordinasi dan sosialisasi kegiatan Kekarantinaan
Kesehatan di Wilayah yang berdampak untuk upaya cegah tangkal masuk
dan keluarnya penyakit dan faktor risikonya dan bertujuan untuk melindungi
masyarakat dari penyakit dan/atau Faktor Risiko Kesehatan Masyarakat yang
berpotensi menimbulkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[304]
2. Pencapaian Kinerja
Pencapaian kinerja adalah perbandingan antara target kinerja dan capaian kinerja, untuk
pencapaian kinerja tahun 2021 dapat di lihat paada tabel di bawah ini :

A. Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza


Tabel 3.1 Target dan Capaian Indikator Kinerja Tahun 2021
No Indikator Target Capaian Kinerja
1 Persentase penderita gangguan mental 20% 0,65% 3,25%
emosional pada penduduk ≥ 15 tahun yang
mendapat layanan
2 Persentase penderita depresi pada 20% 0,41% 2,05%
penduduk ≥ 15 tahun yang mendapat layanan
3 Persentase orang dengan gangguan jiwa 60% 65% 108,33%
(ODGJ) berat yang mendapatkan layanan
4 Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan 380 327 86,05%
deteksi dini masalah kesehatan jiwa dan kab kota Kab kota
penyalahgunaan napza
5 Penyalahguna NAPZA yang mendapatkan 10.000 10.149 101.49%
pelayanan rehabilitasi medis orang orang
6 Nilai Kinerja anggaran 83 92,15 111,02%

7 Kinerja pelaksanaan anggaran 93 79,49 85,47%

8 Nilai Kinerja WBK 72 63 87,50%

Rata-rata capaain kinerja 73.14%

Dari 8 indikator kinerja, hanya 3 indikator yang mencapai/melebihi target yaitu ODGJ,
Napza dan kinerja anggaran sedangksn 5 indikator tidak mencapai target, sehingga rata-
rata capaian kinerja sebesar 73,140%, Jika dibandingkan dengan rata-rata capaian
kinerja tahun 2020, maka rata-rata capaian tahun 2021 mengalami penurunan di
bandingkan i tahun 2020 (74,33%).

Untuk lebih jelas terkait indikator kinerja tahun 2021, dapat di lihat pada uraian di bawah
ini :
1. Persentase penderita gangguan mental emosional pada penduduk ≥ 15 tahun
yang mendapat layanan\

Penjelasan Indikator
Gangguan mental emosional (GME) bukan diagnosa gangguan jiwa. GME adalah
perubahan dalam pikiran, perasaan dan perilaku yang dapat mengganggu aktivitas
sehari-hari, tapi tidak dijumpai tanda dan gejala gangguan dalam daya nilai realita.
Hendaya atau disfungsi dalam pekerjaan dan kehidupan sehari-hari juga tidak
ditemukan. Secara umum GME juga dapat diartikan adanya tekanan emosional atau
masalah kesehatan jiwa.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[305]
Kasus penderita GME didapatkan melalui deteksi dini dengan instrumen SDQ untuk
usia 15 – 18 tahun dan SRQ 20 untuk usia > 18 tahun. Deteksi dini dapat dilakukan
melalui pelayanan di dalam gedung (layanan umum, layanan penyakit kronis,
kesehatan ibu, PKPR, dll) maupun luar gedung Puskesmas (posyandu, posbindu,
sekolah, perguruan tinggi, panti/lembaga sosial, tempat kerja, lembaga
pemasyarakatan/lembaga pembinaan khusus anak, dll) oleh tenaga kesehatan dan
/atau non tenaga kesehatan terlatih secara tatap muka dan/atau daring. Pelaksanaan
deteksi dini oleh tenaga non kesehatan dilakukan di bawah supervisi tenaga
kesehatan. Bila dari hasil deteksi dini memenuhi kriteria GME maka dilakukan
layanan kesehatan berupa: promosi kesehatan, dan/atau prevensi, dan/ atau
konseling, dan/ atau penanganan awal, dan/atau rujukan dan/ atau penanganan
lanjutan.

Upaya promotif kesehatan jiwa untuk mencegah GME terintegrasi dengan upaya
promosi kesehatan lainnya yang dilaksanakan oleh setiap jenjang administrasi dan
layanan kesehatan di keluarga, lingkungan pendidikan, masyarakat, fasyankes,
panti/lembaga sosial dan lembaga pemasyarakatan.

Fokus promosi kesehatan untuk pencegahan dan pengendalian GME dengan prinsip
leaving no one behind dimulai melalui pelayanan berbasis komunitas di pelayanan
primer yang terintegrasi didukung oleh pendekatan kesehatan digital dan sistem
inovasi, kolaborasi multiprofesi serta koordinasi lintas program dan sektor.

Upaya preventif untuk mencegah gangguan jiwa pada penderita GME adalah
mengatasi faktor risiko, tanda dan gejala yang dialami serta peningkatan faktor
pelindung (protektif) yang terkait dengan gangguan kesehatan jiwa.

Prinsip umum dalam mengatasi faktor risiko, tanda dan gejala GME adalah
melaksanakan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (makan makanan bergizi, minum
yang cukup, olahraga selama 30 menit, berjemur di pagi hari, istirahat yang cukup,
etika batuk dan bersin), CERDIK (cek kesehatan berkala, enyahkan asap rokok, rajin
aktifitas fisik/olahraga, diet sehat dan seimbang, istirahat cukup, kelola stress) dan
CERIA (cerdas intelektual emosional dan spiritual, empati dalam berkomunikasi
efektif, rajin beribadah sesuai agama dan keyakinan, interaksi yang bermanfaat bagi
kehidupan dan asah asih asuh tumbuh kembang dalam keluarga dan masyarakat).

Definisi Operasional
Penderita GME yang mendapat layanan adalah penderita gangguan mental
emosional pada penduduk >15 tahun berdasarkan hasil deteksi dini dengan
menggunakan instrumen SRQ 20 dengan cut of point >6 pada usia > 18 tahun dan
instrumen SDQ dengan hasil ambang atau abnormal pada usia 15-18 tahun yang
mendapatkan layanan kesehatan berupa: promosi kesehatan, dan/atau prevensi,
dan/ atau konseling, dan/ atau penanganan awal, dan/atau rujukan dan/ atau
penanganan lanjutan.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[306]
Cara Perhitungan

Rumus Jumlah penderita GME >15 tahun yang mendapat


Perhitungan= layanan dalam kurun waktu satu tahun X 100%
Jumlah estimasi penderita GME pada penduduk
>15 tahun di wilayahnya berdasarkan angka
prevalensi Riskesdas terbaru

Catatan:
Numerator: Jumlah penderita GME pada penduduk >15 tahun di wilayah kerja
Kab/Kota yang mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa dalam kurun waktu satu
tahun.
Penderita GME: penduduk >15 tahun yang dilakukan deteksi dini dengan
menggunakan instrumen SRQ 20 dengan cut of point > 6 atau SDQ dengan hasil
ambang/borderline atau abnormal.
Denominator : Jumlah penderita GME pada penduduk>15 tahun berdasarkan estimasi
di wilayah kerja Kab/Kota dalam kurun waktu satu tahun yang sama.
Hasil estimasi penderita GME pada penduduk >15 tahun diperoleh dari prevalensi
GME data Riskesdas terbaru dikalikan jumlah penduduk usia > 15 tahun di wilayah
tersebut dalam kurun waktu yang sama.

Capaian Kinerja
Capaian Kinerja untuk persentase penderita gangguan mental emosional pada
penduduk ≥ 15 tahun yang mendapat layanan sebagai berikut:
Tabel 3.2
Target dan Capaian Tahun 2021
Indikator Target Capaian %

Persentase penderita gangguan mental 20% 0,65% 3,25%


emosional pada penduduk ≥ 15 tahun yang
mendapat layanan

Pada tabel di atas terlihat capaian persentase penderita gangguan mental emosional
pada penduduk ≥ 15 tahun yang mendapat layanan sebesar 0,65% atau 3,25% dan
belum mencapai dari yang di targetkan sebesar 20%.

Tabel 3.3
Perbandingan Target dan Capaian Tahun 2020 dan 2021
Indikator 2020 2021
Target Capaian Target Capaian
Persentase penderita gangguan 10% 0,18% 20% 0,65%
mental emosional pada penduduk ≥
15 tahun yang mendapat layanan

Pada tabel di atas terlihat untuk capaian 2021 mengalami kenaikan dari tahun 2020.
Untuk target dan capaian tahun 2020 dan 2021 merupakan kumulatif.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[307]
Tabel 3.4
Perbandingan Target dan Capaian 2020, 2021 dan 2022
Indikator 2020 2021 2022

Target Capaian Target Capain Target

Persentase penderita 10% 0,18% 20% 0,65% 30%


gangguan mental
emosional pada
penduduk ≥ 15 tahun
yang mendapat layanan

Pada tabel di atas capaian tahun 2021 sebesar 0,65% belum memenuhi target tahun
2022.

Analisa Penyebab Kegagalan


➢ Indikator persentase penderita GME pada penduduk ≥ 15 tahun yang mendapat
layanan merupakan indikator baru yang tercantum didalam Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 sehingga diperlukan upaya yang lebih
besar dalam mensosialisasikan kepada tenaga kesahatan di seluruh Indonesia
agar dapat memahami dan mengimplementasikan program pencegahan dan
pengendalian GME.
➢ Terjadinya pandemi COVID-19 sejak tahun 2020 sehingga terjadi keterbatasan
dalam pelaksanaan pencegahan dan pengendalian GME.
➢ Keterbatasan anggaran pencegahan dan pengendalian GME.
➢ Masalah kesehatan jiwa belum menjadi prioritas di Indonesia.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[308]
Tabel 3.5 Target dan capaian 2021
Persentase penderita gangguan mental emosional pada penduduk ≥ 15
tahun yang mendapat layanan
No prov Jumlah Prevalensi Sasaran Target Capain %
penduduk GME GME
1 Lampung 6,467,624 5.60% 362,187 72,437 1,786 2.47
2 Kep Bangka 1,118,882 11% 123,077 24,615 495 2.01
Belitung
3 Jambi 2,734,843 3.60% 98,454 19,691 381 1.93
4 Sulawesi Selatan 6,805,130 12.80% 871,057 174,211 2,911 1.67
5 Jawa Tengah 27,214,586 7.70% 2,095,523 419,105 6,846 1.63
6 DI Yogyakarta 3,166,931 10.10% 319,860 63,972 557 0.87
7 Nusa Tenggara 3,871,239 12.80% 495,519 99,104 806 0.81
Barat
8 Kalimantan 2,048,584 7.40% 151,595 30,319 236 0.78
Tengah
9 Jawa Barat 38,005,405 12.10% 4,598,654 919,731 7,143 0.78
10 Sumatera Selatan 6,381,970 6.30% 402,064 80,413 583 0.73
11 Sumatera Barat 4,067,073 13% 528,719 105,744 746 0.71
12 Aceh 3,939,497 9% 354,555 70,911 313 0.44
13 Bengkulu 1,517,253 7.40% 112,277 22,455 81 0.36
14 Sumatera Utara 10,841,649 11.60% 1,257,631 251,526 875 0.35
15 Maluku Utara 920,495 13.20% 121,505 24,301 84 0.35
16 Riau 5,049,607 10.40% 525,159 105,032 328 0.31
17 Kalimantan 3,193,981 7.80% 249,131 49,826 152 0.30
Selatan
18 Sulawesi 1,965,690 11% 216,226 43,245 130 0.30
Tenggara
19 Kalimantan Barat 3,840,509 10.90% 418,615 83,723 245 0.29
20 Sulawesi Barat 1,006,286 8.50% 85,534 17,107 47 0.28
21 Nusa Tenggara 3,945,067 15.70% 619,376 123,875 284 0.23
Timur
22 Banten 9,786,573 14% 1,370,120 274,024 594 0.22
23 Papua Barat 727,879 11.30% 82,250 16,450 32 0.19
24 Kalimantan Timur 2,812,007 9.60% 269,953 53,991 103 0.19
25 Sulawesi Tengah 2,295,484 19.80% 454,506 90,901 165 0.18
26 Jawa Timur 31,843,279 6.80% 2,165,343 433,069 675 0.16
27 Kalimantan Utara 533,226 10.20% 54,389 10,878 15 0.13
28 Kep Riau 1,758,658 5.50% 96,726 19,345 10 0.05
29 Papua 2,510,544 8.50% 213,396 42,679 22 0.05
30 Gorontalo 902,844 17.70% 159,803 31,961 13 0.04
31 Maluku 1,305,292 11.60% 151,414 30,283 11 0.04
32 Sulawesi Utara 1,947,137 10.90% 212,238 42,448 2 0.00
33 Bali 3,500,456 8.40% 294,038 58,808 - -
34 DKI Jakarta 8,253,528 10.10% 833,606 166,721 - -
Total 206,279,208 20,364,502 4,072,900 26,670 0.65

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[309]
Upaya yang dilakukan untuk pencapaian target indikator (dituliskan
sesuai dengan urutan yang tercantum sebagaimana dibawah ini)
➢ Menyusun petunjuk teknis pencegahan dan pengendalian Gangguan Mental
Emosional (GME) dan Media KIE Gangguan Mental Emosional (GME). Kegiatan
dilaksanakan karena belum tersedia petunjuk teknis pelaksanaan program
pencegahan dan pengendalian GME sebagai acuan bagi pengelola program di
dinas kesehatan dan Puskesmas. Kegiatan penyusunan NSPK tersebut
membahas, Tujuan, sasaran, dasar hukum dan ruang lingkup Juknis
Pencegahan dan Pengendalian GME, Layanan penderita GME (definisi
operasional, indikator terkait GME pada Renstra Kemenkes 2020-2024, cara
penghitungan indikator, dan pencapaian indikator), Skrining dan penemuan
kasus GME, Upaya promotif untuk mencegah GME berdasarkan kelompok usia
remaja, dewasa dan lansia, Upaya preventif meliputi mengurangi faktor risiko dan
mengatasi tanda serta gejala GME, Pencatatan dan pelaporan, Tata kelola
program pencegahan dan pengendalian GME (perencanaan, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi)

➢ Kegiatan Diseminasi Program Pencegahan dan Pengendalian GME bagi LP/LS.


Salah satu indikator kinerja kegiatan bidang pencegahan dan pengendalian
masalah kesehatan jiwa dan NAPZA yang tercantum dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 21 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan Tahun 2020-2024 adalah persentase penderita gangguan mental
emosional pada penduduk ≥ 15 tahun yang mendapat layanan dengan target
50% di tahun 2024. Untuk mendukung hal tersebut tentunya perlu dukungan dan
pemahaman yang cukup mengenai gangguan mental emosional serta kolaborasi
dan sinergi dengan lintas program dan lintas sektor terkait.
➢ Kegiatan Diseminasi Program Pencegahan dan Pengendalian GME bagi LP/LS
memberikan edukasi dan informasi yang utuh mengenai kebijakan dan upaya
promotif preventif pencegahan dan pengendalian GME. Peserta juga
memperoleh gambaran nyata tentang praktik baik program pencegahan

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[310]
perundungan dan skrining masalah kesehatan jiwa sehingga mendapatkan
pemahaman akan pentingnya kolaborasi dan sinergi LP/LS dalam melaksanakan
upaya pencegahan dan pengendalian GME.

➢ Mensosialisasikan aplikasi sehat jiwa sebagai sarana deteksi dini secara online
dengan instrumen SRQ-20 dan mensosialisasikan program melalui serial
webinar serta pertemuan daring lainnya.
➢ Meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan melalui kegiatan orientasi
manajemen program kesehatan jiwa dan NAPZA serta orientasi pencegahan dan
pengendalian GME.
➢ Mengintegrasikan pelaksanaan deteksi dini GME dengan Upaya Kesehatan
Berbasis Masyarakat (UKBM) lainnya, seperti: Posbindu PTM, posyandu remaja,
dll.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[311]
➢ Kegiatan Peringatan Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia dengan Tema
kegiatan: “Creating Hope Through Action (Menumbuhkan harapan melalui aksi
nyata)”. Kegiatan ini juga dilaksanakan secara blendeed dengan kegiatan
Rumah Sakit Jiwa Dr. Marzoeki Mahdi Bogor yaitu: Launching (1) Layanan
Hotline 24 Jam (D’Patens 24) dan (2) Perintis Apel (Integrasi Aset dengan
Pelayanan Kesehatan).Dalam kegiatan di sampaikan, Mengenali gejala
ide/pikiran bunuh dan peran keluarga dalam pencegahan Bunuh Diri, Mengatasi
stigma terhadap upaya bunuh diri di masyarakat, Praktik Baik Pencegahan
Bunuh Diri di RSJ , Peran Media dalam Pencegahan Bunuh Diri.

➢ Melakukan bimbingan teknis GME. Kegiatan bimtek layanan GME dilaksanakan


karena masih kurangnya pemahaman pengelola program kesehatan jiwa dan
tenaga kesehatan dalam implementasi program pencegahan dan pengendalian
GME. Bimtek layanan GME membahas beberapa hal antara lain indikator
persentase penderita GME pada penduduk usia > 15 tahun yang mendapat
layanan, pengisian dan interpretasi instrumen SDQ dan SRQ 20, upaya promotif
dan preventif GME, pemeriksaan lanjutan GME, serta pencatatan dan pelaporan.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[312]
➢ Kegiatan monitoring dan evaluasi layanan GME dilaksanakan untuk memantau
pelaksanaan kegiatan, mengidentifikasi permasalahan yang ditemukan serta
merekomendasikan tindak lanjut yang harus dilakukan untuk mengatasi
permasalahan. Dari hasil monev didapatkan belum semua Kabupaten/Kota yang
dikunjungi mengirimkan laporan terkait hasil capaian indikator GME dan depresi.
Beberapa capaian GME di Provinsi yang dikunjungi pada kegiatan monev adalah
sebagai berikut: Jawa Timur 0,16%, Kepulauan Riau 0,05%, Sumatera Utara
0,35%, Sulawesi Utara 0,00%, dan Kalimantan Selatan 0,30%

Kendala/ Masalah yang di hadapi


1) Kelengkapan dan ketepatan pencatatan dan pelaporan program pencegahan
dan pengendalian GME masih rendah.
2) Dinas Kesehatan dan Puskesmas belum memahami sepenuhnya format
pencatatan dan pelaporan yang baru.
3) Pemahaman petugas kesehatan terkait program pencegahan dan pengendalian
GME masih rendah dan orientasi program pencegahan dan pengendalian GME
belum optimal karena dilakukan secara daring bila dibandingkan dengan
orientasi secara tatap muka/ luring.
4) Komitmen pemerintah daerah terkait kesehatan jiwa masih rendah.

Pemecahan Masalah
1) Meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan dengan melakukan sosialisasi,
orientasi, dan bimbingan teknis program pencegahan dan pengendalian GME.
2) Mengalokasikan dana dekonsentrasi kepada Dinas Kesehatan Provinsi untuk
peningkatan kapasitas SDM kesehatan di daerah.
3) Advokasi kepada pimpinan daerah terhadap program kesehatan jiwa.
4) Meningkatkan koordinasi dengan lintas sektor dan lintas program terkait
pencegahan dan pengendalian GME.
5) Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian
GME secara berkala.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[313]
2. Persentase penderita depresi pada penduduk ≥ 15 tahun yang mendapat
layanan.

Penjelasan Indikator
Depresi merupakan salah satu gangguan mood yang ditandai dengan gejala utama
berupa: 1) afek depresif, 2) kehilangan minat, 3) kehilangan energi yang ditandai
dengan cepat lelah; dan dengan gejala tambahan lainnya, seperti: konsentrasi atau
perhatian yang berkurang, harga diri maupun kepercayaan diri, rasa bersalah atau
rasa tidak berguna, memiliki pandangan tentang masa depan yang suram serta
pesimistis, gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri, tidur
terganggu, dan nafsu makan berkurang yang berlangsung terus menerus selama
kurun waktu minimal 2 minggu (PPDGJ III).

Adapun gejala pada penderita depresi meliputi gejala-gejala sebagai berikut:

gejala mayor (gejala utama) gejala minor (gejala tambahan)

1. Afek depresif 1. Konsentrasi atau perhatian berkurang


2. Kehilangan minat 2. Harga diri maupun kepercayaan diri yang
3. Kehilangan energi yang berkurang
ditandai dengan cepat 3. Rasa bersalah atau rasa tidak berguna
lelah 4. Memiliki pandangan tentang masa depan yang
suram serta pesimistis
5. Gagasan atau perbuatan yang membahayakan
diri atau bunuh diri
6. Tidur terganggu
7. Nafsu makan berkurang

Seseorang dikatakan mengalami gangguan depresi apabila memenuhi kriteria 2


gejala mayor ditambah dengan 3 gejala minor.
Penderita depresi dapat menerima layanan kesehatan yang diberikan oleh dokter,
psikiater, psikolog klinis, dan perawat di Fasilitas Kesehatan Primer dan Rujukan.
Strategi pencegahan depresi dimulai dengan mengurangi faktor risiko depresi
sebelum timbulnya gangguan jiwa dan meningkatkan faktor protektif, antara lain:
menerapkan pola asuh yang baik, adanya support system dari keluarga, lingkungan
sekolah, masyarakat, dll.

Definisi Operasional
Penderita depresi pada penduduk ≥15 tahun, berdasarkan wawancara psikiatrik
dengan merujuk pada PPDGJ III yang mendapatkan layanan di fasyankes oleh
tenaga kesehatan (psikiater, dokter, psikolog, dan perawat jiwa) berupa: promosi
kesehatan, dan/ atau pencegahan, dan/ atau penanganan awal dan/atau rujukan
dan/atau penanganan lanjutan

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[314]
Cara perhitungan
Jumlah penderita Depresi > 15 tahun yang
Rumus mendapat layanan dalam kurun waktu satu
Perhitungan= tahun X 100%

Jumlah estimasi penderita Depresi pada


penduduk > 15 tahun di wilayahnya
berdasarkan angka prevalensi Riskesdas
terbaru
Catatan
Numerator: Jumlah penderita Depresi pada penduduk > 15 tahun di wilayah kerja
Kab/Kota yang mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa dalam kurun waktu satu
tahun.
Denominator : Jumlah penderita Depresi pada penduduk > 15 tahun berdasarkan
estimasi di wilayah kerja Kab/Kota dalam kurun waktu satu tahun yang sama.
Hasil estimasi penderita Depresi pada penduduk > 15 tahun diperoleh dari prevalensi
Depresi data Riskesdas terbaru dikalikan jumlah penduduk usia > 15 tahun di wilayah
tersebut dalam kurun waktu yang sama.

Capaian Kinerja
Capaian kinerja persentase penderita depresi pada penduduk ≥ 15 tahun yang
mendapat layanan sebagai berikut
Tabel 3.6
Target dan Capaian Tahun 2021
Indikator Target Capaian %

Persentase penderita depresi pada penduduk ≥ 20% 0,41% 2,05%


15 yang mendapat layanan

Pada tabel di atas capaian persentase penderita depresi pada penduduk ≥ 15 yang
mendapat layanan tahun 2021 sebesar 0,41% atau 2,05% belum mencapai target.
Tabel 3.7
Perbandingan Target dan Capaian Tahun 2020 dan 2021
Indikator 2020 2021
Target Capaian Target Capaian
Persentase penderita depresi pada 10% 0.20% 20% 0.41%
penduduk ≥ 15 tahun yang mendapat
layanan.

Pada tabel di atas capaian tahun 2021 mengalami kenaikan dari tahun 2020, baik
target dan capaian merupakan penjumlahan kumulatif.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[315]
Tabel 3.8
Perbandingan Target dan Capaian Tahun 2020, 2021 dan 2022
Indikator 2020 2021 2022

Target Capaian Target Capaian Target

Persentase penderita depresi 10% 0,20% 20% 0,41% 30%


pada penduduk ≥ 15 tahun
yang mendapat layanan.

Pada tabel di atas capaian tahun 2021 belum memenuhi target tahun 2022.

Analisa Penyebab kegagalan


➢ Indikator persentase penderita depresi pada penduduk ≥ 15 tahun yang
mendapat layanan merupakan indikator baru yang tercantum didalam Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 sehingga diperlukan upaya
yang lebih besar dalam mensosialisasikan kepada tenaga kesahatan di seluruh
Indonesia agar dapat memahami dan mengimplementasikan program
pencegahan dan pengendalian depresi.
➢ Terjadinya pandemi COVID-19 sejak tahun 2020 sehingga terjadi keterbatasan
dalam pelaksanaan pencegahan dan pengendalian depresi.
➢ Keterbatasan anggaran pencegahan dan pengendalian depresi.
➢ Masalah kesehatan jiwa belum menjadi prioritas di Indonesia

Grafik 3.2
Target dan capaian 2020-2024
Persentase penderita depresi pada penduduk ≥ 15 tahun yang mendapat
layanan.

2.176,
1.911,

10 11 0 0 0 0 13, 7,

ALAT
9 RUMAH 33.637, 0 27,
TANGGA

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[316]
Tabel 3.9
Target dan capaian 2021
Persentase penderita depresi pada penduduk ≥ 15 tahun
yang mendapat ayanan.
No Provinsi Prevalensi Jumlah Sasaran Target 20% Capaian %
Depresi (%) Penduduk Depresi thn 2021 2021
1 Lampung 3.22 6,467,624 208,257 41,651 3,913 1.88
2 Jambi 1.75 2,734,843 47,860 9,572 721 1.51
3 Sumatera Barat 8.15 4,067,073 331,466 66,293 3,993 1.20
4 Sulawesi Selatan 7.8 6,805,130 530,800 106,160 6,015 1.13
5 Kalimantan Tengah 3.86 2,048,584 79,075 15,815 732 0.93
6 Aceh 4.36 3,939,497 171,762 34,352 1,588 0.92
7 Kepulauan Bangka 6.45 1,118,882 72,168 14,434 574 0.80
Belitung
8 Sulawesi Barat 4.25 1,006,286 42,767 8,553 306 0.72
9 NTB 8.79 3,871,239 340,282 68,056 2,300 0.68
10 Sumatera Selatan 3.39 6,381,970 216,349 43,270 1,439 0.67
11 Bengkulu 4.8 1,517,253 72,828 14,566 466 0.64
12 Kalimantan Utara 5.75 533,226 30,660 6,132 188 0.61
13 Sulawesi Tenggara 6.33 1,965,690 124,428 24,886 707 0.57
14 Riau 6.63 5,049,607 334,789 66,958 1,678 0.50
15 Jawa Tengah 4.4 27,214,586 1,197,442 239,488 5,671 0.47
16 DI Yogyakarta 5.49 3,166,931 173,865 34,773 817 0.47
17 Kalimantan Selatan 4.82 3,193,981 153,950 30,790 605 0.39
18 Maluku Utara 9.34 920,495 85,974 17,195 316 0.37
19 Jawa Barat 7.75 38,005,405 2,945,419 589,084 10,510 0.36
20 Kalimantan Barat 6.19 3,840,509 237,728 47,546 719 0.30
21 NTT 9.65 3,945,067 380,699 76,140 1,001 0.26
22 Sumatera Utara 7.88 10,841,649 854,322 170,864 2,133 0.25
23 Jawa Timur 4.53 31,843,279 1,442,501 288,500 3,445 0.24
24 Kepulauan Riau 3.67 1,758,658 64,543 12,909 149 0.23
25 Maluku 5.34 1,305,292 69,703 13,941 134 0.19
26 Gorontalo 10.28 902,844 92,812 18,562 164 0.18
27 Papua 3.97 2,510,544 99,669 19,934 164 0.16
28 Kalimantan Timur 6.23 2,812,007 175,188 35,038 286 0.16
29 Sulawesi Utara 6.64 1,947,137 129,290 25,858 149 0.12
30 Sulawesi Tengah 12.26 2,295,484 281,426 56,285 299 0.11
31 Banten 8.67 9,786,573 848,496 169,699 - 0.00
32 DKI Jakarta 5.91 8,253,528 487,784 97,557 - 0.00
33 Bali 5.08 3,500,456 177,823 35,565 - 0.00
34 Papua Barat 7.42 727,879 54,009 10,802 - 0.00
Total 6.1 206,279,208 12,556,133 2,511,227 51,182 0.41

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[317]
Upaya yang di lakukan untuk mencapai target indikator
➢ Menyusun petunjuk teknis layanan depresi, media KIE depresi,
mensosialisasikan dan mendistribusikan buku petunjuk teknis dan media KIE
terkait depresi yang sudah disusun dalam bentuk digital. Kegiatan ini dilakukan
karena diperlukan petunjuk teknis sebagai acuan bagi pengelola program
kesehatan jiwa dalam mengenali, mendiagnosa, dan memberikan pelayanan
mulai dari promotif, preventif, serta kuratif terhadap kasus depresi di masyarakat.
Kegiatan penyusunan media KIE P2 depresi di laksanakan karena perlu adanya
media KIE sebagai sarana informasi dan edukasi mengenai kesehatan jiwa
kepada pengelola kesehatan jiwa baik di Provinsi, Kabupaten/Kota,
Puskesmas/FKTP/FKRTL dan masyarakat dalam mengenali depresi dan
pencegahan bunuh diri.

➢ Kegiatan Penguatan Jejaring Penanganan Kasus Gangguan Jiwa. Kegiatan ini


dilaksanakan karena diperlukannnya penguatan Jejaring Penanganan kasus
Gangguan Jiwa perlu dibangun secara berjenjang baik dengan Satker Pusat
maupun dengan Satker yang ada di daerah, dengan Organisasi Profesi serta
Lembaga Swadaya Masyarakat ataupun Non Goverment Organization (NGO)
yang bekontribusi dan memiliki kepedulian dalam penanganan masalah
kesehatan jiwa dan NAPZA dalam rangka mencapai indikator rencana strategis
Kementerian Kesehatan. Pertemuan Penguatan Jejaring Penanganan Kasus
Gangguan Jiwa bertujuan untuk: 1) Mengidentifikasi sistem pencatatan dan
pelaporan yang ada terkait masalah keswa dan NAPZA; 2) Membangun jejaring
komunikasi lintas program, dan 3) Memperoleh kesepakatan sistem rujukan
kasus jiwa mulai dari fasyankes primer, sampai rujukan serta pendampingan oleh
klinisi kepada tenaga kesehatan di fasyankes primer.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[318]
➢ Kegiatan rapat koordinasi pencegahan tayangan kekerasan dan pencegahan
bunuh diri di media sosial dilaksanakan karena semakin maraknya tayangan
kekerasan, termasuk tindakan bunuh diri di media sosial, sehingga diperlukan
sinergitas antar kementerian/lembaga dalam rangka mencegah dan membatasi
tayangan perilaku kekerasan dan bunuh diri di media sosial maupun di media
elektronik, dalam kegiatan di sampaikan materi tentang dukungan dari
kementerian/lembaga terkait pencegahan tayangan kekerasan dan pencegahan
bunuh diri di media sosial.

➢ Mensosialisasikan program melalui serial webinar dan pertemuan daring lainnya,


meningkatkan jejaring kemitraan melalui pertemuan penguatan jejaring
penanganan kasus gangguan jiwa dan penguatan sistem rujukan.
➢ Meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan melalui kegiatan orientasi
manajemen program kesehatan jiwa dan NAPZA serta orientasi pencegahan dan
pengendalian depresi.
➢ Berkoordinasi secara sinergis dengan program pencegahan dan pengendalian
GME dalam menapis, menemukan kasus, serta menatalaksana penderita
depresi, Melakukan bimbingan teknis serta monitoring dan evaluasi program
pencegahan dan pengendalian depresi.

➢ Melaksanakan bimbingan teknis pencegahan dan pengendalian depresi.


➢ Melaksanakan monitoring dan evaluasi pencegahan dan pengendalian depresi
terintegrasi dengan monev layanan GME.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[319]
Kendala/ masalah yang di hadapi
1) Kelengkapan dan ketepatan pencatatan dan pelaporan program
pencegahan dan pengendalian depresi masih rendah.
2) Dinas Kesehatan dan Puskesmas belum memahami sepenuhnya format
pencatatan dan pelaporan yang baru.
3) Pemahaman petugas kesehatan terkait program pencegahan dan
pengendalian depresi masih rendah dan orientasi program pencegahan dan
pengendalian depresi belum optimal karena dilakukan secara daring bila
dibandingkan dengan orientasi secara tatap muka/ luring.
4) Komitmen pemerintah daerah terkait kesehatan jiwa masih rendah.

Pemecahan Masalah
1) Meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan dengan melakukan sosialisasi,
orientasi, dan bimbingan teknis program pencegahan dan pengendalian
depresi.
2) Mengalokasikan dana dekonsentrasi kepada Dinas Kesehatan Provinsi
untuk peningkatan kapasitas SDM kesehatan di daerah.
3) Advokasi kepada pimpinan daerah terhadap program kesehatan jiwa.
4) Meningkatkan koordinasi dengan lintas sektor dan lintas program terkait
pencegahan dan pengendalian depresi.
5) Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program pencegahan dan
pengendalian depresi secara berkala.

3. Persentase ODGJ Berat yang Mendapatkan Layanan

Penjelasam Indikator
Orang Dengan Gangguan Jiwa Berat merupakan penderita Skizofrenia dan Psikosis
Akut. ODGJ berat yang mendapat layanan adalah penderita Skizofrenia dan Psikosis
Akut yang mendapatkan penanganan di fasilitas pelayanan kesehatan (Puskesmas,
Klinik, RSU dengan Layanan Keswa, RSJ).

Tujuan Indikator:
➢ Meningkatkan akses layanan kepada ODGJ berat;Memenuhi hak setiap warga
negara untuk mendapatkan pelayanan Kesehatan yang bermutu;
➢ Menurunkan kesenjangan pengobatan;
➢ Menurunkan beban akibat gangguan jiwa;
➢ Menurunkan stigma dan diskriminasi untuk ODGJ berat;
➢ Meningkatkan perlibatan sosial, kemandirian, produktifitas dan kualitas hidup
ODGJ berat.

Definisi Operasional:
ODGJ berat yang mendapat pelayanan sesuai standar di fasilitas pelayanan
kesehatan, berupa: pemeriksaan kesehatan jiwa (wawancara psikiatrik dan
pemeriksaan status mental), memberikan informasi dan edukasi, tatalaksana
pengobatan dan atau melakukan rujukan bila diperlukan.

Cara perhitungan

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[320]
Jumlah Penderita ODGJ Berat yang mendapat layanan di bagi Jumlah estimasi
penderita ODGJ di wilayahnya berdasarkan angka prevalensi Riskesdasa terbaru di
kali 100 %

Catatan:
Numerator: Jumlah penderita ODGJ yang mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa
sesuai standar dalam kurun waktu satu tahun.
Penderita ODGJ: penderita Skizofrenia dan Psikotik Akut yang didiagnosis oleh
dokter atau psikolog klinis atau psikiater.
Denominator: Jumlah penderita ODGJ berdasarkan estimasi dalam kurun waktu satu
tahun yang sama.

Hasil estimasi penderita ODGJ diperoleh dari prevalensi ODGJ provinsi dari data
Riskesdas terbaru dikalikan jumlah penduduk di wilayah tersebut dalam kurun waktu
yang sama.
Contoh Perhitungan:
Prevalensi ODGJ di Provinsi "PB" adalah 0,14% berdasarkan data Riset Kesehatan
Dasar, dan jumlah penduduk di Kabupaten 'S" pada tahun 2020 adalah 91.134 jiwa.

Jumlah estimasi penderita ODGJ di Kabupaten "S" tahun 2020 adalah (0,14% x
91.134) = 128 penderita ODGJ. Target capaian indikator penderita ODGJ yang
mendapat layanan pada tahun 2020 sebesar 45%, yaitu 58 penderita ODGJ.

Bila jumlah penderita ODGJ yang mendapat pelayanan kesehatan berupa


pemeriksaan kesehatan jiwa (wawancara psikiatrik dan pemeriksaan status mental),
memberikan informasi dan edukasi, tatalaksana pengobatan dan atau melakukan
rujukan bila diperlukan, sebesar 25 ODGJ, maka persentase penderita ODGJ yang
mendapat layanan adalah: (25/128) x 100 % = 19,5%.

Capaian Kinerja
Capaian Kinerja Persentase ODGJ Berat yang Mendapatkan Layanan .sebagai
berikut
Tabel 3.10
Target dan Capaian Tahun 2021
Indikator Target Capaian %

Persentase ODGJ Berat yang Mendapatkan Layanan 60% 65% 105%

Pada tabel di atas capaian Persentase ODGJ Berat yang Mendapatkan Layanan sebanyak
65% telah melebihi dari yang di targetkan sebesar 60%

Tabel 3.11
Perbandingan Target dan Capaian Tahun 2020 dan 2021
Indikator 2020 2021
Target Capaian Target Capaian
Persentase ODGJ Berat yang 45% 58,90% 60% 65%
Mendapatkan Layanan

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[321]
Pada tabel di atas capain Persentase ODGJ Berat yang Mendapatkan Layanan tahun
2021 melebihi dari capaian tahun 2020, baik target dan capaian merupakan
pejumlahan komulatif.
Tabel 3.12
Perbandingan Target dan Capaian 2020, 2021 dan 2022
Indikator 2020 2021 2022
Target Capaian Target Capaian Target

Persentase ODGJ Berat 45% 58,90% 60% 65% 75%


yang Mendapatkan
Layanan

Pada tabel di atas capaian Persentase ODGJ Berat yang Mendapatkan Layanan belum
melebihi dari target tahun 2022.

Analisa Penyebab keberhasilan


Pencapaian indikator karena adanya Permenkes 54 tahun 2017 tentang
penanggulangan pemasungan, tersedianya obat untuk ODGJ, dan indikator ini
masuk dalam SPM dan PIS-PK kab kota.

Grafik 3.3.
Target dan capaian 2020-2024
Persentase ODGJ Berat yang Mendapatkan Layanan

4.968,

24 0 45, 0 0 32, 10,

KOMPUTER
23 5.615, 0 25,
UNIT
25 0

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[322]
Tabel 3.13
Target dan capaian 2021
Persentase ODGJ Berat yang Mendapatkan Layanan

No Provinsi Prevalensi Jumlah Target Capaian %


(%) Penduduk
2021
1 Kalimantan Tengah 0.15 2729716 4,095 11,506 281
2 NTT 0.08 5588744 4,471 11,177 250
3 Kalimantan Selatan 0.14 4303979 6,026 12,413 206
4 Bangka Belitung 0.17 1488245 2,530 5,009 198
5 Sulawesi Tengah 0.21 3120863 6,554 11,993 183
6 DKI Jakarta 0.16 10645542 17,033 20,269 119
7 Gorontalo 0.15 1002864 1,504 1,429 95
8 Jambi 0.18 3641279 6,554 5,833 89
9 Kalimantan Barat 0.21 5131983 10,777 9,268 86
10 Kepulauan Riau 0.09 2378795 2,141 1,670 78
11 Jawa Timur 0.19 40156672 76,298 57,986 76
12 Sumatera Barat 0.21 5610859 11,783 8,366 71
13 Sulawesi Barat 0.2 1406986 2,814 1,914 68
14 Sulawesi Selatan 0.23 8683604 19,972 12,982 65
15 Sumatera Selatan 0.2 8702628 17,405 11,139 64
16 Kalimantan Timur 0.11 3708936 4,080 2,570 63
17 Jawa Tengah 0.25 35289180 88,223 50,287 57
18 NTB 0.26 5298471 13,776 7,852 57
19 Sulawesi Tenggara 0.13 2743155 3,566 1,997 56
20 Aceh 0.21 5459114 11,464 5,847 51
21 Maluku Utara 0.09 1268866 1,142 537 47
22 Lampung 0.17 8609884 14,637 6,733 46
23 Jawa Barat 0.14 50103251 70,145 32,266 46
24 Riau 0.15 6812708 10,219 4,190 41
25 Sumatera Utara 0.14 14954028 20,936 8,165 39
26 Bali 0.3 4466595 13,400 5,092 38
27 DI Yogyakarta 0.35 3970220 13,896 4,586 33
28 Sulawesi Utara 0.19 2530967 4,809 1,539 32
29 Bengkulu 0.14 2016437 2,823 762 27
30 Papua 0.11 3438243 3,782 151 4
31 Banten 0.13 13074189 16,996 - -
32 Kalimantan Utara 0.18 721181 1,298 - -
33 Maluku 0.07 1805376 1,264 - -
34 Papua Barat 0.14 1008698 1,412 - -
Total 271,872,258 487,824 315,530 65

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[323]
Upaya yang di lakukan untuk mencapai target indikator
➢ Dukungan Kesehatan Jiwa Dan Psikososial (DKJPS) pada Situasi Gawat Darurat
Keswa dan NAPZA untuk Bencana Erupsi Gunung Semeru Kab. Lumajang.
Maksud dan Tujuan Melakukan Rapid Health Assesment (RHA) dan pelayanan
Dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikososial (DKJPS) pada penyintas bencana
Erupsi Gunung Semeru pada masa tanggap darurat.
Ruang Lingkup Penyintas bencana bencana erupsi Gunung Semeru di
Kabupaten Lumajang Provinsi Jawa Timur khususnya Posko di Desa Tempeh,
Lempeni, Kunir, Sumber Mujur, Candipuro, Selok Besuki, Sukodono, Dawuhan,
Padang, Labruk, Pronojiwo, Supit Urang, Sidomulyo, Oro-oro Ombo, Dusun
Karangrejo, Gunung Sawur, Sumber Wuluh dan Panti Sosial Pondok Waras.

➢ Kegiatan webinar dengan topik yang diangkat dalam Webinar ini yaitu, Burnout
Pada Tenaga Kesehatan, Menumbuhkan Resiliensi di Masa Pandemi, WFH di
Masa Pandemi, dan Merawat Lansia dengan Alzheimer di masa pandemi.
Peserta merupakan kelompok tenaga kesehatan, kelompk lansia, caregiver, dan
masyarakat umum usia produktif. Tujuan di lakukan kegiatan ini agar orang tanpa
masalah kesehatan jiwa tidak jatuh menjadi berisiko mengalami gangguan jiwa.
Orang dengan risiko masalah kesehatan jiwa tidak jatuh menjadi gangguan jiwa.
Orang dengan gangguan jiwa tidak mengalami perburukan.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[324]
➢ Penyusunan pedoman pelayanan keswa di FKTP. Kegiatan di laksanakan agar
tenaga kesehatan maupun non-kesehatan yang melayani ODGJ memiliki
panduan yang dapat dijadikan pedoman dalam memberika pelayanan yang
komprehensif dan berkesinambungan.

Kendala/ masalah yang di hadapi


Walaupun target indikator telah mencapai target, tetapi masih ada kendala atau
masalah yang di hadapi yaitu masih belum optimalnya koordinasi antara LP/LS
terkait ODGJ, rendahnya anggaran bidang kesehatan jiwa di APBN dan APBD , dan
jumlah nakes keswa yang mengelola program yang sangat terbatas..

Pemecahan Masalah
Untuk mengatasi masalah tersebut di perlukan upaya meningkatkan koordinasi,
advokasi dengan LP/LS, memberikan bimbingan teknis dalam penanganan
ODGJ, memberikan dana BOK dan Dekon pada daerah

4. Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan deteksi dini masalah kesehatan


jiwa dan penyalahgunaan napza

Penjelasan indikator
Deteksi adalah langkah awal yang penting yang akan membawa orang yang sakit
mendapatkan pertolongan medis. Semakin cepat suatu penyakit, dalam hal ini
gangguan/penyakit jiwa, terdeteksi akan semakin cepat proses diagnosis didapatnya
dan semakin cepat pula pengobatan dapat dilakukan sehingga diharapkan akan
memotong perjalanan penyakit dan mencegah hendaya dan disabilitas. Idealnya

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[325]
proses deteksi (dini) dapat dilakukan oleh setiap orang, artinya masyarakat paham
akan tanda-tanda awal gangguan jiwa, atau lebih luas lagi masalah kesehatan jiwa,
sehingga manakala masyarakat mendapati gejala-gejala awal tersebut mereka akan
memeriksakan diri ke dokter. Proses deteksi dapat juga dilakukan oleh para kader
kesehatan (jiwa) dan petugas kesehatan. Dokter, memegang peranan penting dalam
deteksi dini, posisi mereka strategis, karena dengan mengenali adanya tanda dan
gejala gangguan jiwa pada pasien yang datang kepadanya akan membuat mereka
menangkap kemungkinan adanya gangguan jiwa dan melakukan pemeriksaan
psikiatrik untuk menetapkan adakah gangguan jiwa yang dapat terdiagnosis.

Definisi Operasional
Kabupaten/ Kota yang 25% puskesmasnya melakukan deteksi dini masalah
kesehatan jiwa dan penyalahguna NAPZA terhadap seluruh kelompok usia dengan
menggunakan instrumen SDQ (untuk anak usia 4-18 tahun) dan/ atau SRQ 20 (usia
diatas 18 tahun), dan ASSIST yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dan/ atau guru
terlatih sesuai alur deteksi dini

Cara perhitungan
Jumlah kumulatif kabupaten/kota yang memiliki 25% puskesmas yang melaksanakan
deteksi dini masalah kesehatan jiwa dan penyalahguna NAPZA. Target per provinsi
ditetapkan melalui penghitungan secara proporsi, yaitu jumlah kabupaten/kota sesuai
target indikator pada tahun tersebut dibagi jumlah kabupaten/ kota seluruh Indonesia
dikalikan jumlah kabupaten/ kota yang ada di provinsi tersebut, misalnya Provinsi
Jawa Timur target tahun 2020 adalah 330/514 x 39 = 25 kab/ kota. Capaian tahunan
dihitung pada akhir tahun berjalan

Capaian indikator
Capaian indikator jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan deteksi dini masalah
kesehatan jiwa dan penyalahgunaan napza dapat di lihat pada tabel di bawah ini
Tabel 3.14
Target dan Capaian Tahun 2021
Indikator Target Capaian %

Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan 380 327 86,05%


deteksi dini masalah kesehatan jiwa dan kab kota kab kota
penyalahgunaan napza

Pada tabel di atas capaian Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan deteksi dini
masalah kesehatan jiwa dan penyalahgunaan napza tahun 2021 sebanyak 327 kab
kota atau 86,05% belum mencapai dari yang di targetkan sebanyak 380 kab kota

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[326]
Tabel 3.15
Perbandingan Target dan Capaian Tahun 2020 dan 2021
Indikator 2020 2021
Target Capaian Target Capaian
Jumlah kabupaten/kota yang 350 205 380 327
melaksanakan deteksi dini kab kota kab kota kab kota kab kota
masalah kesehatan jiwa dan
penyalahgunaan napza

Pada tabel di atas capaian Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan deteksi dini
masalah kesehatan jiwa dan penyalahgunaan napza tahun 2021 mengalami
kenaikan bila di banting tahun 2020. Baik target atau capaian merupakan komulatif.

Tabel 3.16
Perbandingan Target dan Capaian 2020, 2021 dan 2022
Indikator 2020 2021 2022

Target Capai Target Capain Target


an
Jumlah kabupaten/kota yang 350 205 380 327 430
melaksanakan deteksi dini kab kab kab kab kab
masalah kesehatan jiwa dan kota kota kota kota kota
penyalahgunaan napza
Pada tabel di atas capaian Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan deteksi dini
masalah kesehatan jiwa dan penyalahgunaan napza tahun 2021 sebanyak 327 kab
kota belum melebihi dari target tahun 2022 sebanyak 430 kab kota

Grafik 3.4
Target dan Capaian 2020-2024
Jumlah Kab/Kota yang melaksanakan deteksi dini masalah kesehatan jiwa
dan napza

4
3
2,
1,
0 0 0 0 0 0

2 INSTALASI AIR 7, 0 0
BERSIH / AIR
BAKU

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[327]
Tabel 3.17 Target dan Capaian 2020-2024
Jumlah Kab/Kota yang melaksanakan deteksi dini masalah kesehatan jiwa dan napza

No Provinsi Target Capaian


1 Jawa Timur 29 38
2 Jawa Barat 21 24
3 Aceh 17 23
4 Sumatera Utara 24 21
5 Jawa Tengah 26 19
6 Sulawesi Selatan 18 17
7 Sumatera Barat 14 15
8 Sumatera Selatan 13 15
9 Lampung 11 15
10 Sulawesi Utara 11 14
11 Kalimantan Selatan 10 10
12 Nusa Tenggara Barat 7 9
13 Kalimantan Timur 7 9
14 Jambi 8 8
15 Bali 7 8
16 Kalimantan Barat 10 8
17 Kepulauan Bangka Belitung 5 7
18 Maluku 8 7
19 Maluku Utara 7 7
20 DKI Jakarta 4 6
21 Gorontalo 4 6
22 D I Yogyakarta 4 5
23 Banten 6 5
24 Kalimantan Utara 4 5
25 Sulawesi Barat 4 5
26 Riau 9 4
27 Bengkulu 7 4
28 Kepulauan Riau 5 4
29 Papua 21 3
30 Nusa Tenggara Timur 16 2
31 Sulawesi Tengah 10 2
32 Kalimantan Tengah 10 1
33 Sulawesi Tenggara 13 1
34 Papua Barat 10 0
Total 380 327
Sumber data : Laporan Subdit Dewasa Lansia Tahun 2021

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[328]
5. Penyalahguna NAPZA yang mendapatkan pelayanan rehabilitasi medis

Penjelasan Indikator
NAPZA adalah singkatan dari Narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya,
Pelayanan rehabilitasi medis bagi penyalahguna NAPZA ada di fasyankes dalam
bentuk Puskesmas, Rumah Sakit Jiwa, Rumah Sakit Milik Pemerintah dan Pemda
yang ditetapkan dalam KMK Nomor 401 Tahun 2018 sebanyak 754 IPWL.
IPWL adalah Institusi Penerima Wajib Lapor yang selanjutnya disingkat IPWL adalah
pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit, dan/atau lembaga rehabilitasi yang
ditunjuk oleh pemerintah.
Untuk dapat ditetapkan sebagai IPWL (sesuai ketentuan yang tercantum dalam PMK
4 Tahun 2020) antara lain pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit, klinik pratama,
dan klinik utama harus memenuhi syarat:
• Memiliki izin operasional yang berlaku sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
• Ketenagaan (paling sedikit meliputi dokter dan perawat yang terlatih di bidang
gangguan penggunaan Narkotika)
• Mampu memberikan pelayanan terapi Rehabilitasi Medis Narkotika;
• Memiliki fasilitas pelayanan rawat jalan dan/atau rawat inap yang memenuhi
standar pelayanan rehabilitasi Narkotika.
Jumlah IPWL sampai dengan tahun 2021 sesuai dengan KMK 401 Tahun 2018
sebanyak 754 IPWL.Jumlah IPWL yang aktif saat ini ada sekitar 50%.karena
sebagian IPWL tidak mengajukan klaim namun tetap melaksanakan upaya promotif
dan preventif, sebagian lain sudah didanai oleh APBD, rotasi dan mutasi petugas
terlatih. Untuk itu perlu melakukan pelatihan kembali tenaga kesehatan, dan
mengingatkan Dinas Kesehatan agar meningkatkan monitoring dan evaluasi di
wilayahnya.
rehab medis dilakukan satu periode rehabiltasi medis rawat jalan dan rawat inap
dilakukan selama 3 bulan. Kesempatan yang diberikan kepada penyalahguna NAPZA
tidak mampu adalah selama 2 periode rawat (6 bulan bagi sukarela, untuk rumatan
selama 1 tahun, untuk terpidana sesuai putusan pengadilan)., Rehabilitasi medis
penyalahguna NAPZA dibiayai oleh Kementerian Kesehatan melalui APBN, c.q di Dit.
P2MKJN, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.

Definisi Operasional
Jumlah kumulatif penyalahguna NAPZA baru yang datang secara sukarela dan/ atau
pembantaran, dan/ atau kasus putusan pengadilan dan/ atau mendapatkan layanan
rehabilitasi medis rawat jalan dan/ atau rawat inap di IPWL.

Cara Perhitungan
Jumlah kumulatif penyalahguna NAPZA baru yang mendapatkan layanan rehabilitasi
medis di IPWL dan telah dilaporkan melalui aplikasi SELARAS.
Data didapat dari pelaporan IPWL dan Aplikasi Sistim Elektronik Pelaporan
Rehabilitasi Medis NAPZA (SELARAS) dan/ atau Dinas Kesehatan Provinsi.

Capaian Kinerja
Capaian kinerja penyalahguna NAPZA yang mendapatkan pelayanan rehabilitasi
medis sebagai berikut:

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[329]
Tabel 3.18
Target dan Capaian Tahun 2021
Indikator Target Capaian %

Penyalahguna NAPZA yang mendapatkan 10.000 10.149 101,49%


pelayanan rehabilitasi medis orang orang

Pada tabel di atas capaian Penyalahguna NAPZA yang mendapatkan pelayanan


rehabilitasi medis tahun 2021 sebanyak 10.149 orang atau 101,49% telah melebihi
dari yang di targetkan yaitu sebanyak 10.000 orang

Tabel 3.19
Perbandingan Target dan Capaian Tahun 2020 dan 2021
Indikator 2020 2021
Target Capaian Target Capaian
Penyalahguna NAPZA yang 9.500 9.585 10.000 10.149
mendapatkan pelayanan orang orang orang orang
rehabilitasi medis

Pada tabel di atas capaian Penyalahguna NAPZA yang mendapatkan pelayanan


rehabilitasi medis tahun 2021 mengalami kenaikan bila di banting tahun 2020. Baik
target atau capaian merupakan komulatif.

Tabel 3.20
Perbandingan Target dan Capaian 2020, 2021 dan 2022
Indikator 2020 2021 2022

Target Capaian Target Capain Target


Penyalahguna NAPZA 9,500 9.585 10.000 10.149 10.500
yang mendapatkan orang orang orang orang orang
pelayanan rehabilitasi
medis

Pada tabel di atas capaian Penyalahguna NAPZA yang mendapatkan pelayanan


rehabilitasi medis tahun 2021 sebanyak 10.149 orang belum melebihi dari target
tahun 2022 sebanyak 10.500.

Analisa keberhasilan karena:


1) Sejalan antara perencanaan dan pelaksanaan.
2) Koordinasi dengan Dinas Kesehatan.
3) Pelaksanaan supervisi ke IPWL.
4) Pelaksanaan monitoring dan evaluasi ke IPWL.
5) Dukungan dari pimpinan, lintas program dan lintas sektor serta Organisasi
Profesi.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[330]
Grafik 3.5
Target dan capaian 2020-2024
Penyalahguna NAPZA yang mendapatkan pelayanan rehabilitasi medis

435,

0 0 0 0 0

ALAT
5 BERCORAK 1, 0 0
1 0
KEBUDAYAAN

Tabel 3.21
Target dan capaian 2021
Penyalahguna NAPZA yang mendapatkan pelayanan rehabilitasi medis

Baselin
target capain Target Capaian
No Provinsi 2011 sd
2020 2020 2021 2021
2019

1 Aceh 207 229 67 252 75


2 Sumatera Utara 69 101 0 133 0
3 Sumatera Barat 416 434 19 453 25
4 Riau 795 807 41 818 16
5 Jambi 184 195 10 205 13
6 Sumatera Selatan 1177 1194 84 1211 66
7 Bengkulu 100 110 5 119 0
8 Lampung 393 408 18 422 26
Kepulauan Bangka 5
9 72 79 5 86
Belitung
10 Kepulauan Riau 27 34 0 41 0
11 DKI Jakarta 1115 1121 30 1127 24
12 Jawa Barat 730 756 48 783 37
13 Jawa Tengah 244 278 20 312 19
14 D I Yogyakarta 191 196 23 201 22

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[331]
15 Jawa Timur 529 566 29 603 46
16 Banten 150 158 0 166 0
17 Bali 155 164 15 173 24
Nusa Tenggara 27
18 301 311 11 320
Barat
Nusa Tenggara 0
19 2 23 0 45
Timur
20 Kalimantan Barat 241 250 4 268 18
21 Kalimantan Tengah 194 208 11 221 16
22 Kalimantan Selatan 1116 1129 97 1141 102
23 Kalimantan Timur 502 512 7 521 0
24 Kalimantan Utara 14 19 0 24 0
25 Sulawesi Utara 4 18 0 32 0
26 Sulawesi Tengah 14 27 0 39 0
27 Sulawesi Selatan 30 53 3 77 3
28 Sulawesi Tenggara 1 19 0 35 0
29 Gorontalo 0 6 0 12 0
30 Sulawesi Barat 1 7 38 13 0
31 Maluku 6 17 0 27 0
32 Maluku Utara 12 22 0 31 0
33 Papua Barat 3 16 0 28 0
34 Papua 5 33 0 61 0
Total 9000 9500 585 10000 564

Upaya atau kegiatan mencapai indikator


➢ Menyusun Pedoman Manajemen Pencegahan dan Pengendalian
Penyalahgunaan NAPZA bagi Petugas Kesehatan. Kegiatan Penyusunan
Pedoman Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyalahgunaan NAPZA
bagi Petugas Kesehatan, NSPK ini di buat karena Prevalensi nasional
penyalahguna NAPZA di Indonesia berdasarkan penelitan BNN tahun 2019
sebesar 2,4% (sekitar 4,53 juta jiwa) sedangkan jumlah masyarakat yang
mencari pertolongan medis terkait perilaku penyalahgunaan NAPZA sangat
terbatas. Berdasarkan hasil survey terbatas di beberapa provinsi di Indonesia
menunjukkan hanya sekitar 30% petugas kesehatan memahami bahwa adiksi
NAPZA adalah suatu penyakit otak yang bersifat kronis dan kekambuhan/relaps.
Masih minimnya pengetahuan dan keterampilan petugas mengenai adiksi
NAPZA termasuk asesmen akan mempengaruhi penentuan rencana terapi yang
adekuat untuk pasien gangguan penggunaan NAPZA.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[332]
➢ Supervisi Program Pencegahan dan Pengendalian (P2) Masalah
Penyalahgunaan NAPZA. Supervisi dilakukan karena Tugas Dinas Kesehatan
dalam memberikan bimbingan dan melaksanakan evaluasi terhadap
pelaksanaan Program P2 Masalah Penyalahgunaan NAPZA belum optimal
dilaksanakan, Koordinasi dalam pelaksanaan program P2 Masalah
Penyalahgunaan NAPZA masih kurang.Mutasi dan rotasi petugas IPWL terlatih
sehingga menghambat pelaksanaan program
Dengan supervisi ini diharapkan Dinas Kesehatan meningkatkan perannya
dalam memberikan bimbingan dan melaksanakan evaluasi secara optimal
terhadap pelaksanaan Program P2 Masalah Penyalahgunaan NAPZA di daerah
termasuk dalam pelaksanaan kegiatan IPWL, meningkatkan koordinasi antara
Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota, BNN,
IPWL dan lintas sektor terkait dalam pelaksanaan program P2 Masalah
Penyalahgunaan NAPZA dan RAN P4GN, Dinas Kesehatan Provinsi,
Kabupaten/Kota berkoordinasi dengan Badan Kepegawaian Daerah di Provinsi
dan Kabupaten Kota dalam melaksanakan peninjauan proses mutasi serta rotasi
ASN dengan mempertimbangkan kapasitas ASN bersangkutan sebagai
pemegang program/petugas IPWL yang telah mendapatkan pelatihan serta
memahami tugas-tugasnya.

➢ Pertemuan sosialisasi deteksi dini penyalahgunaan NAPZA dalam kegiatan


disampaikan Perlunya upaya dan kerja sama LP/LS dalam melakukan
pencegahan penyalahgunaan NAPZA sebagai langkah persiapan menyambut
bonus demografi tahun 2035,Belum adanya regulasi/kerja sama yang dapat
menjadi payung hukum dalam pelaksanaan deteksi dini penyalahgunaan NAPZA
di sekolah, Mutasi dan rotasi tenaga kesehatan yang telah terlatih ASSIST,
Belum terselenggaranya pelatihan ASSIST bagi tenaga pendidik di sekolah.
Materi yang disampaikan meliputi Kebijakan Pencegahan engendalian
Penyalahgunaan NAPZA (Direktur P2MKJN), War on Drugs (BNN), Pelaksanaan

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[333]
Penggunaan Aplikasi SINAPZA di PKM Cengkareng (Puskesmas Cengkareng,
Jakarta Barat), Pengenalan ASSIST (RSKO), Meningkatkan Kapasitas Mental
Remaja dalam Mencegah Penggunaan NAPZA (dr. Elvina Katerin, Sp. KJ-
PDSKJI), Integrasi Upaya Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA dalam UKS
(UKS Kawasan Tanpa NAPZA) (Dr. Juandanilsyah, SE, MA, Kemendikbud),
Upaya Puskesmas di Jakarta Selatan dalam Deteksi Dini Penyalahgunaan
NAPZA di Sekolah (Sudinkes Jakarta Selatan), Deteksi Dini Penyalahgunaan
NAPZA menggunakan ASSIST (dr. Fatchanuraliyah, MKM, Dit. P2MKJN).

➢ Penyediaan anggaran klaim IPWL


Anggaran ini di gunakan untuk pembayaran kliam di IPWL untuk Klaim
Rehabilitasi Medis Rawat Jalan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Primer, Klaim
Rehabilitasi Rawat Jalan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan, Klaim
Rehabilitasi Medis Rawat Inap di Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan, Klaim
Rehabilitasi Medis Rumatan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Primer, Klaim
Rehabilitasi Medis Rumatan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan, Honor Tim
Pelaksana Kegiatan Verifikasi Klaim, Pemeliharaan Sistem Elektronik
Pencatatan dan Pelaporan Rehabilitasi Medis, Pengembangan Sistem,
Penyediaan Dana Sisa Klaim Rehab Medis tahun 2019, Penyediaan Dana Klaim
Rehabilitasi Medik Tahun 2020 Audit BPKP.
Untuk alur pembayaran klaim dapat di lihat pada gambar di bawah ini

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[334]
➢ Sosialisasi Germas P2 Masalah Penyalahgunaan NAPZA dilakukan bersama
Narasumber anggota komisi IX DPR dalam rangka meningkatkan pemahaman
masyarakat tentang masalah penyalahgunaan NAPZA, adaptasi kebiasaan baru
pada masa pandemi COVID-19 serta upaya mengatasi masalah
penyalahgunaan NAPZA yang muncul pada masa pandemi COVID-19.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[335]
➢ Validasi eksternal klaim rehabilitasi medis di IPWL yang di lakukan BPKP karena
adanya klaim yang belum di banyarkan di tahun 2019 dan 2020. Validasi ini di
dasarkan pada PMK No 208 tahun 2020 utk tagihan di atas 2 milyar di lakukan
verifikasi oleh BPKP , dengan tujuan dilakukan riviu adalah utk memberikan
keyakinan bahwa tagihan yang akan di bayarkan telah di dukung oleh dokumen
sesuai standar dan norma. Pada riviu tahap 1 ada 16 provinsi atau 21 IPWL utk
2019 yang belum di bayar oleh kemenkes sebesar Rp. 7 m terkait rawat inap dan
rawat jalan. Dalam riviu di temukan kesalahan menghitung, dokumen kurang
lengkap pada aplikasi selaras baik riviu tahap 1 , tahap 2 dan tahap 3, Kesalahan
berikut nya adalah kesalahan dalam bukti pembayaran , pemakaian obat , tarif
berbeda dengan ketentuan yang sudah berlaku , dokumen pendukung belum di
temukan pada saat riviu, dan diajukan pada tahap berikut nya, Perlu dilakukan
identifikasi risiko, misal identifikasi risiko rehab medis, di tahapan verifikasi IPWL,
sebelum di input pada aplikasi selaras perlu di identifikai risiko sehingga kegiatan
pengendalian meminimalisir dapat dilaksanakan. Sudah hampir 4 tahun BPKP
melakukan riviu terhadap tagihan IPWL, tidak bisa di hindari setiap tahun aka
nada hutang pada IPWL, yang di lakukan oleh BPKP bukan temuan tetapi
koreksi tunggakan karena ada salah hitung, salah tarif dan tidak masuk treatmen,
laudry yang tidak masuk dalam target IPWL, Riviu dilakukan dari aplikasi selaras,
berharap agar semua ipwl upload ke selaras.

➢ Monev Uji coba evaluasi Instrumen Wajib Lapor Pecandu Narkotika Tujuan
dan maksud di laksanakan kegiatan ini adalah untuk menghasilkan
terselenggaranya kegiatan rehabilitasi medis sesuai dengan prosedur yang
ditetapkan. Untuk mengetahui apakah sudah melaksanakan instrumen WHOQoL
dan memberikan pengetahuan dasar bagaimana standardisasi pelayanan
rehabilitasi medis di IPWL untuk pelayanan rawat jalan dan rawat inap dapat
berjalan dengan baik. Memberikan sosialisasi cara kerja Instrumen WHOQoL.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[336]
➢ Orientasi pencegahan penyalahgunaan NAPZA bagi masyarakat
Kegiatan ini di laksanakan untuk memberikan pengetahuan dasar bagi petugas
dan masyarakat, pengenalan mengenai penyalahgunaan napza (Adiksi Napza di
Lingkungan Keluarga), Pengenalan dan pemantapan aplikasi Selaras bagi
petugas IPWL, memberikan pengetahuan mengenai Kebijakan penyalahgunaan
Napza, Adiksi Game dan Internet pada Remaja

Kendala / masalah yang di hadapi


1) Pandemi yang belum berakhir menyebabkan pasien khawatir untuk berobat.
2) Refocusing anggaran untuk penanganan COVID-19.
3) Rotasi dan mutasi tenaga kesehatan yang telah terlatih di fasyankes.
4) Menurunnya pasien NAPZA yang tidak mampu karena pembatasan periode
rawat.

Pemecahan Masalah
1) Melaksanakan protokol kesehatan di IPWL.
2) Perencanaan kebutuhan klaim NAPZA sesuai trend.
3) Melakukan peningkatan keterampilan bagi petugas kesehatan menggunakan
dana dekonsentrasi.
4) Revisi PMK 4 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Institusi Penerima Wajib
Lapor.
5) Komitmen dari Pemerintah Daerah

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[337]
B. Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik

Tabel 3.22 Capaian Indikator RPJMN Tahun 2021


No. Indikator Target Capaian
2021 2021
PP. Peningkatan Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan

1 Jumlah Kab/Kota yang mencapai eliminasi Malaria 325 347

K.P Peningkatan kesehatan ibu, anak, keluarga berencana (KB), dan


kesehatan reproduksi
1 Jumlah kabupaten/kota yang mencapai eliminasi 325 347
Malaria
2 Jumlah kabupaten/kota endemis filariasis yang 93 72
mencapai eliminasi
3 Jumlah desa endemis schistosomiasis yang 15 16
mencapai eliminasi

Tabel 3.23 Capaian Rencana Strategis dan IKK Direktorat P2PTVZ Tahun 2021

NO INDIKATOR Target Capaian

1 Jumlah kabupaten/kota yang mencapai API <


475 474
1/1.000 penduduk
2 Jumlah kabupaten/kota endemis filariasis berhasil
190 190
menurunkan angka mikrofilaria <1%
3 Jumlah kabupaten/kota yang memiliki ≥20%
73 75
puskesmas rujukan Rabies Center (RC)
4 Persentase kabupaten/kota yang mempunyai IR
75 89.69
DBD ≤ 49 per 100.000 penduduk
5 Jumlah kabupaten/kota yang memiliki 25%
80 131
puskesmas yang melaksanakan surveilans vektor
6 Jumlah desa endemis schistosomiasis yang
15 16
mencapai eliminasi

Jumlah Kab/Kota pada tahun 2021 yang mencapai API < 1 per 1000 penduduk
yaitu sebanyak 474 kabupaten/kota dari target yang ditentukan sebesar 475 kab/kota
atau pencapaian kinerja sebesar 99,79%. Malaria adalah penyakit yang disebabkan
oleh plasmodium yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Kesakitan malaria
digambarkan dengan insidens malaria, dalam hal ini Annual Parasite Incidence (API).
API adalah angka kesakitan per 1000 penduduk berisiko dalam satu tahun. Angka
API digunakan untuk menentukan tingkat endemisitas malaria di suatu daerah.
Pemantauan ini bertujuan untuk memetakan endemisitas/tingkat penularan malaria

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[338]
di suatu daerah sehingga intervensi pencegahan dan pengendalian kejadian malaria
dapat ditentukan secara efekti dan efisien menuju eliminasi malaria
Dalam Permenkes No.94 tahun 2014 tentang Penanggulangan Filariasis, daerah
endemis Filariasis adalah daerah yang memiliki angka prevalensi mikrofilaria >1%
berdasarkan survei data dasar prevalensi mikrofilaria. Jumlah kabupaten/kota
endemis Filariasis berhasil menurunkan angka mikrofilaria rate <1% atau
Antigenemia <2% adalah jumlah kabupaten/kota endemis Filariasis yang telah
selesai melaksanakan Pemberian Obat Pengobatan Massal (POPM) Filariasis
selama 5 tahun berturut-turut, kemudian minimal 6 bulan setelahnya pada
pemeriksaan darah jari berhasil menurunkan angka mikrofilaria rate (mf rate) menjadi
<1% atau Antigenemia <2%. Pada tahun 2021, dari target 190 kabupaten/kota
endemis Filariasis berhasil menurunkan angka mikrofilaria rate <1% atau
Antigenemia <2% berhasil dicapai 100% (190 kabupaten/kota). Sampai dengan
tahun 2021, sebanyak 72 kabupaten/kota dari 236 kabupaten/kota endemis Filariasis
telah berhasil mencapai eliminasi Filariasis. Peningkatan jumlah kabupaten/kota yang
mencapai eliminasi Filariasis menunjukkan semakin meningkatnya komitmen
kabupaten/kota dalam melaksanakan program pengendalian Filariasis melalui
Pemberian Obat Pencegahan Massal Filariasis selama minimal 5 tahun berturut-turut
dengan cakupan minimal 65% total penduduk untuk memutus rantai penularan.
Capaian Indikator jumlah kabupaten/kota yang memiliki ≥ 20% puskesmas
rujukan rabies center tercapai 75 kabupaten/kota dari target 73 kabupaten/kota atau
realisasi capaian 102,7 %. Rabies merupakan penyakit yang paling luas area
penyebarannya. Daerah endemis Rabies terdapat pada 26 provinsi dan hanya 8
provinsi yang masih bebas rabies. Daerah yang bebas rabies yakni Provinsi
Kepulauan Riau, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Daerah Istimewa
Yogyakarta, Jawa Timur, Papua dan Papua Barat.
Periode Januari - Desember 2021 tercatat ada 56.873 kasus gigitan HPR yang
dilaporkan, 42.453 di antaranya diberi Vaksin Anti Rabies (74,65 %). Sebanyak 62
kasus kematian dilaporkan dari 11 provinsi yaitu Provinsi Kalimantan Barat sebanyak
13 kematian, Nusa Tenggara Barat sebanyak 10 kematian, Sulawesi Utara sebanyak
9 kematian, Sulawesi Selatan sebanyak 7 kematian, Maluku dan Gorontalo masing-
masing 6 kematian, Nusa Tenggara Timur sebanyak 4 kematian, Sumatera Utara
sebanyak 3 kematian, Sumatera Selatan sebanyak 3 kematian, Sulawesi Tengah dan
Sulawesi Barat masing-masing sebanyak 1 kematian.
Tujuan program Arbovirosis di Indonesia adalah untuk mencapai 90 %
kabupaten/kota yang memiliki angka kesakitan/Incidence Rate (IR) DBD ≤
49/100.000 penduduk pada tahun 2024. Hal ini tertuang dalam Renstra Kementerian
Kesehatn tahun 2020 – 2024 dan di dalam Strategi Nasional Penanggulangan
Dengue 2021 – 2025. Jumlah Kab/Kota pada tahun 2021 yang mempunyai IR ≤
49/100.000 penduduk sebanyak 461 kabupaten/kota atau 89,69 % kabupaten/kota
mencapai IR tersebut. Target yang ditentukan pada tahun 2021 adalah 75 %.
Sehingga capaian target mencapai 119,60 %. Sebanyak 80 Kab/ Kota yang memiliki
25% Puskesmas yang melaksanakan surveilans vektor ditargetkan di tahun 2021,
sedangkan realisasinya sebanyak 131 Kab/Kota, dengan capaian indikator kinerja
sebesar 163,75%.
Tahun 2021 dari 15 desa endemis Schistosomiasis yang menjadi target eliminasi
telah berhasil dicapai sebanyak 16 desa atau dengan capaian keberhasilan sebesar
106%. Keberhasilan capaian target ini berdasarkan hasil survey prevalensi
Schistosomiasis pada manusia sebesar 0% pada 16 desa tersebut. Berbagai upaya
telah dilaksanakan untuk menurunkan angka prevalensi schistosomiasis pada
manusia. Prevalensi schistosomiasis pada manusia dapat dilihat pada grafik berikut:

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[339]
Grafik Prevalensi Schistosomiasis pada Manusia Tahun 2016 – 2021

0,8
0,75
0,7
0,6
0,5
0,4
0,36
0,3
0,26
0,2 0,22
0,1
0,1 0,11
0
2016 2017 2018 2019 2020 2021
Prevalensi

Berdasarkan grafik diatas prevalensi schistosomiasis pada manusia sejak tahun


2017 mengalami penurunan dan berada dibawah 1% dan terus mengalami
penurunan sampai saat ini. Tahun 2021 kembali dilakukan survei prevelensi
schistosomiasis namun hasilnya mengalami sedikit peningkatan. Dalam lima tahun
terakhir, prevalensi schistosomiasis pada manusia cenderung mengalami penurunan.
Prevalensi tertinggi di wilayah endemik tercatat pada tahun 2017. Prevalensi tersebut
berangsur menurun setelah dilaksanakan pengobatan massal dengan praziquantel
pada tahun 2018-2019.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[340]
C. Surveilans dan Karantina Kesehatan
Tabel 3.24 Indikator Program/Kinerja Dit. Surveilans dan Karantina Kesehatan
Tahun 2020-2024
Target
Indikator Kinerja
No 2020 2021 2022 2023 2024

1 Persentase bayi usia 0-11 bulan


yang mendapat imunisasi dasar 92.9 93.6 94.1 94.6 95
lengkap

2 Persentase bayi usia 0 sampai 11


bulan yang mendapat imunisasi
92.9 93.6 94.1 94.6 95
dasar lengkap di Papua dan Papua
Barat

3 Persentase anak usia 18-24 bulan


yang mendapat imunisasi lanjutan 76.4 81 85.6 90.3 95
campak rubella

4 Persentase Kabupaten/Kota yang


merespon alert peringatan 60 65 70 75 80
kewaspadaan dini KLB minimal 80%

5 Presentase kab/Kota yang memiliki


5 10 20 30 40
peta risiko penyakit infeksi emerging

6. Presentase Kab/Kota yang memiliki


Pelabuhan/Bandar Udara/PLBDN
yang mempunyai kapasitas sesuai
20 40 60 80 100
standar dalam pencegahan dan
pengendalian kedaruratan
kesehatan masyarakat.

Pada kurun waktu tahun 2021 telah dilakukan berbagai kegiatan dan upaya
dalam mendukung program pencegahan dan pengendalian penyakit, kinerja program
pencegahan dan pengendalian penyakit dapat dicerminkan dari kinerja tiap kegiatan
di dalamnya dalam mencapai target indikator yang telah ditetapkan. Uraian berikut
akan menjelaskan pencapaian tujuan dan sasaran setiap kegiatan dalam lingkup
program pencegahan dan pengendalian penyakit.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[341]
Tabel 3.25 Target dan Realisasi Indikator Dit. Surveilans dan
Karantina Kesehatan Tahun 2020 dan 2021
SASARAN TAHUN 2021
NO INDIKATOR KINERJA KINERJA
STRATEGIS

KINERJ
TARG REALISA
A
ET SI
(1) (2) (3)
1. Bayi usia 0-11 1. Persentase bayi usia 0 93.6 65,7 70,19
bulan yang sampai 11 bulan yang
mendapat mendapat imunisasi dasar
imunisasi dasar lengkap
lengkap 2. Persentase bayi usia 0 93.6 40,2 40%
sampai 11 bulan yang
mendapat imunisasi dasar
lengkap di Papua dan
Papua Barat
3. Persentase anak usia 18- 81 47,4 58.51
24 bulan yang mendapat
imunisasi lanjutan campak
rubella
4. Persentase 65 54 82
Kabupaten/Kota yang
merespon alert peringatan
kewaspadaan dini KLB
minimal 80%
5. Presentase kab/Kota yang 10 8.9 89
memiliki peta risiko
penyakit infeksi emerging
6. Presentase Kab/Kota yang 40 31 77,5
memiliki Pelabuhan/Bandar
Udara/PLBDN yang
mempunyai kapasitas
sesuai standar dalam
pencegahan dan
pengendalian kedaruratan
kesehatan masyarakat.

Dari tabel diatas terlihat capaian kinerja Direktorat Surkarkes 2020 dan tahun 2021
1. Untuk indikator Persentase bayi usia 0 sampai 11 bulan yang mendapat
imunisasi dasar lengkap tahun 2020, dari target 92,9% tercapai 84,2 % sehingga
capaian kinerja sebesar 90.63%.(Data yang digunakan untuk capaian 2020 final,
dan untuk capaian tahun 2021 dari target 93,6% Realisasi 65,7% dengan kinerja
70, 19 %masih menggunakan data cakupan s.d 31 Desember 2021.)
2. Untuk indikator Persentase bayi usia 0 sampai 11 bulan yang mendapat
imunisasi dasar lengkap tahun 2020, di Papua dan Papua Barat dari target 92,9%
tercapai 63,3 % sehingga capaian kinerja sebesar 68,13%. Sedangkan untuk
tahun 2021 dari target 93,6 % Realisasi 40,2% kinerja 40 % dengan (Data yang
digunakan untuk capaian 2021 belum final, masih menggunakan data cakupan
s.d 31 Desember 2021)
3. Untuk indikator Pesentase anak usia 18-24 bulan yang mendapat imunisasi
lanjutan campak rubela tahun 2020, dari target 76,4% tercapai 65,3 % sehingga

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[342]
capaian kinerja sebesar 85.47 dan untuk target 2021 sebesar 81% realisasi 47.4
sehingga kinerja 58,51 (Data yang digunakan untuk capaian 2021 belum final,
masih menggunakan data cakupan s.d 31 Desember 2021)
4. Persentase Kabupaten/Kota yang merespon alert peringatan kewaspadaan dini
KLB minimal 80% tahun 2020, dari target 60% tercapai 38% sehingga capaian
Kinerja 63%, sedangkan untuk tahun 2021 dari target 65% dengan realisasi 54%,
dengan kinerja 82 %
5. Presentase kab/Kota yang memiliki peta risiko penyakit infeksi emerging dari
target 5% tahun 2020 dan realisasi 3% sehingga capaian kinerja 60% dan untuk
tahun 2021 dari target 10 % terealisasi 8,9% atau kinerja 89%,
6. Presentase Kab/Kota yang memiliki Pelabuhan/Bandar Udara/PLBDN yang
mempunyai kapasitas sesuai standar dalam pencegahan dan pengendalian
kedaruratan kesehatan masyarakat tahun 2020 dengan target 20% dengan
realisasi 20% sehingga capaian kinerja 100%. Sedangkan tahun 2021 target
40% realisasi 31% atau 77,5%

D. Penyakit menular menular


Dalam mengukur kinerja program pencegahan dan pengendalian penyakit
menular langsung di tahun 2021 terdapat beberapa sasaran strategis yang tertuang
dalam dokumen Rencana Aksi Kegiatan P2PML tahun 2021. Berikut adalah target
dan capaian indikator program pencegahan dan pengendalian penyakit menular
langsung tahun 2020.

No Sasaran Indikator Target Realisasi Persentase


Program
1 Menurunnya 1 Cakupan Penemuan dan 85 46,60 54,82%
angka kesakitan Pengobatan TBC (TBC Treatment
dan kematian Coverage)
akibat penyakit
2 Proporsi Kasus Kusta Baru tanpa 88 94,85 107,78%
menular Cacat
langsung
3 Persentase ODHA Baru ditemukan 80 82 102,5%
yang memulai pengobatan ARV
4 Persentase kab/kota yang 50% 52 64,40 123,85%
puskesmasnya melakukan
tatalaksana standar pneumonia
5 Persentase kabupaten/kota 80% 58 51,95 89,56%
Puskesmasnya melaksanakan
tatalaksana diare sesuai standar
6 Persentase kabupaten/kota yang 90 91,63 102%
melaksanakan deteksi dini Hepatitis
B dan atau C pada populasi berisiko
Jumlah kabupaten/kota dengan 172 55 31,97%
7 eradikasi frambusia

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[343]
E. Penyakit tidak menular
Pengukuran tingkat capaian kinerja dilakukan dengan cara membandingkan
antara capaian kinerja dengan target yang telah ditetapkan pada dokumen Perjanjian
Kinerja. Pengukuran kinerja pada tahun 2021, ada 6 indikator kinerja yang diukur
yaitu:

Sasaran Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian %


Strategis

Menurunnya Jumlah Kabupaten/kota yang 129 221 171.3


Angka Kesakitan melakukan Deteksi Dini Faktor
dan Kematian Risiko PTM ≥ 80% Populasi Usia≥
Akibat Penyakit 15 Tahun
Tidak Menular; Jumlah Kabupaten/Kota yang 374 319 85.3
meningkatnya menerapkan KawasanTanpa
Pencegahan dan Rokok (KTR)
Pengendalian JumlahKabupaten/KotayangMenyel 100 74 74
Penyakit Tidak enggarakan layanan Upaya
Menular. Berhenti Merokok (UBM)
Jumlah Kabupaten//Kota yang 205 168 82
melakukan Pelayanan Terpadu
(PANDU) PTM ≥80% Puskesmas
Jumlah Kabupaten/Kota yang 206 81 39.3
Melaksanakan Deteksi Dini
Gangguan Indera pada ≥ 40%
Populasi
Jumlah Kabupaten/Kota yang 309 4 1.3
Melakukan Deteksi Dini Penyakit
Kanker di 80% populasi usia 30-50
tahun

Pada tahun 2021 terdapat 13 keluaran/ output, efisiensi sumber daya dari masing-
masing output sebagai berikut:
1. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Diabetes Melitus dan Gangguan
Metabolik Terdiri dari 7 RO: 1). Koordinasi, 2) Sosialisasi dan desiminasi, 3).
Norma, standar, prosedur dan kriteria, 4). Data dan Informasi, 5). Sarana bidang
kesehatan, 6). Pedidikan dan pelatihan, 7) Bimbingan teknis. Capaian ke 7 RO
100% dengan Alokasi anggaran sebesar Rp. 3.369.346.000,- dengan realisasi
sebesar Rp. 3.092.599.360,- (91.79%). menghasilkan efisiensi sumber daya
sebesar 8.21%. Efisiensi sumber daya disebabkan adanya sisa belanja
perjalanan dinas biasa, belanja perjalanan dinas paket meeting, belanja jasa
profesi dan belanja jasa penanganan Pandemi Covid-19.
2. Layanan Upaya Berhenti Merokok Terdiri dari 5 RO: 1). Koordinasi, 2) Sosialisasi
dan desiminasi, 3). Norma, standar, prosedur dan kriteria PPOK, 4). Data dan
Informasi, dan 5) Bimbingan teknis. Alokasi anggaran sebesar
Rp.7.455.039.000,- dengan realisasi sebesar Rp.6.744.792.617,- (90,47%)
menghasilkan efisiensi sumber daya sebesar 9,53%. Efisiensi sumber daya

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[344]
disebabkan adanya sisa belanja perjalanan dinas biasa, belanja perjalanan dinas
paket meeting, belanja jasa profesi dan belanja jasa penanganan Pandemi Covid
19.

3. Pencegahan dan Penegndalian Penyakit Kanker dan Kelainan Darah Terdiri dari
7 RO: 1). Koordinasi, 2) Sosialisasi dan desiminasi, 3). Norma, standar, prosedur
dan kriteria, 4). Data dan Informasi, 5). Sarana bidang kesehatan, 6). Pedidikan
dan pelatihan, 7) Bimbingan teknis dengan capaian 7 RO 1). Koordinasi, (2)
Sosialisasi dan desiminasi, 3). Norma, standar, prosedur dan kriteria, 4). Data
dan Informasi, 5). Sarana bidang kesehatan, 6). Pedidikan dan pelatihan, 7)
Bimbingan teknis (100%) dengan Alokasi anggaran sebesar Rp.
59.812.256.000,- dengan realisasi sebesar Rp. 59.474.540.192,- (99%).
menghasilkan efisiensi sumber daya sebesar 1%. Efisiensi sumber daya
disebabkan adanya sisa belanja perjalanan dinas biasa, belanja perjalanan dinas
paket meeting, belanja jasa profesi dan belanja jasa penanganan Pandemi Covid
19.
4. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Gangguan Indera dan Fungsional
Terdiri dari 6 RO: 1). Koordinasi, 2) Sosialisasi dan desiminasi, 3). Norma,
standar, prosedur dan kriteria, 4). Data dan Informasi, 5). Pedidikan dan
pelatihan, 6). Bimbingan teknis dengan capaian 6 RO 1). Koordinasi, 2)
Sosialisasi dan desiminasi, 3). Norma, standar, prosedur dan kriteria, 4). Data
dan Informasi, 5). Sarana bidang kesehatan, 6). Pedidikan dan pelatihan, 7)
Bimbingan teknis (100%) dengan Alokasi anggaran awal sebesar
Rp.3.912.380.000 pada akhirnya menjadi sebesar Rp. 2.085.325.000, jadi
effisiensinya sebesar Rp. 1.827.055.000 dengan realisasi sebesar Rp.
1.860.605.224,- (89%). menghasilkan efisiensi sumber daya sebesar 11%.
Efisiensi sumber daya dikarenakan: ada kegiatan NSPK yang tersisa anggaran
karena sudah menyelesaikan lebih awal dari yang sudah direncanakan dan tidak
melalui Ujicoba NSPK yang biasa dilakukan di beberapa daerah , kondisi yang
tidak memungkinkan pengumpulan orang banyak dalam situasi masih Pandemi
Covid 19 sehingga beberapa kegiatan tidak dapat dilaksanakan maka dilakukan
effisiensi seperti pelaksanaan pelatihan yang dilakukan dengan luring.
Pencetakan media KIE yang masih banyak sehingga dilakukan dari pencetakan
buku dialihkan menjadi dalam bentuk e-Book. Untuk sisa anggaran dari kegiatan
Koordinasi penanggulangan gangguan indera masih ada sisa anggaran
dilakukan effisiensi .
5. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit jantung dan Pembuluh Darah.
Terdiri dari 7 RO: 1). Koordinasi, 2) Sosialisasi dan desiminasi, 3). Norma,
standar, prosedur dan kriteria, 4). Data dan Informasi, 5). Pedidikan dan
pelatihan, 6) Bimbingan teknis dengan capaian 6 RO 1). Koordinasi, 2) Sosialisasi
dan desiminasi, 3). Norma, standar, prosedur dan kriteria, 4). Data dan Informasi,
5). Pedidikan dan pelatihan, 6) Bimbingan teknis (100%) dengan Alokasi
anggaran sebesar Rp. 3.162.402.000,- dengan realisasi sebesar Rp.
2.932.530.693,- (92,73%). menghasilkan efisiensi sumber daya sebesar 7,3%.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[345]
Efisiensi sumber daya disebabkan adanya sisa belanja perjalanan dinas biasa,
belanja perjalanan dinas paket meeting, belanja jasa profesi dan belanja jasa
lainnya.
6. Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Terdiri dari 4 RO: 1). Koordinasi, 2)
Norma, standar, prosedur dan kriteria Gangguan Imunologi dan RAN
Pengendalian Dampak Konsumsi Rokok bagi Kesehatan; 4) Bimbingan teknis,
termasuk juga dukungan anggaran hibah dari UNION. Alokasi anggaran
sebesar Rp. 1.076.762.000,- dengan realisasi sebesar Rp.688.518.699,
(63,94%), menghasilkan efisiensi sumber daya sebesar 36,06%. Efisiensi
sumber daya pada kegiatan Sarasehan Nasional dalam Penanggulangan
Konsumsi Rokok pada Generasi Muda, penyusunan NSPK Gangguan
Imunologi yang semula dianggarkan dengan adanya pertemuan Luring/tatap
muka dalam pelaksanaan dilaksanakan dengan daring (Pembatasan kegiatan
adanya PPKM). Disamping itu adanya efisiensi sumber daya dari biaya transport
yang semula dianggarkan dengan tiket pesawat menjadi sebagian besar
dilaksanakan dengan transport darat, dikarenakan pada pelaksanaan kegiatan
Advokasi Perda KTR, dan kegiatan Bimbingan Teknis dan Monev implementasi
KTR pada saat Pandemi Covid (Pembatasan Perjalanan) juga efisiensi harga
penginapan (saat pandemi rate hotel turun lebih murah).

Dukungan Manajemen Pelaksanaan Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian


Program di Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit tidak Menular Terdiri dari
7 RO yaitu 1) Rencana Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak
Menular 2) Layanan Umum Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak
Menular 3) Layanan Sarana Internal Direktorat Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Tidak Menular 4) Layanan Administrasi Kepegawaian Direktorat Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular 5) Data dan Informasi Direktorat
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular 6) Pemantauan, evalusi dan
pelaporan Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular 7)
Pengelolaan Keuangan dan BMN Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Tidak Menular. Alokasi anggaran sebesar Rp. 3.311.256.000,- dengan realisasi
sebesar Rp. 3.096.088.079,- (93,50%), menghasilkan efisiensi sebesar 6,50%.
Efisiensi tersebut sebagian besar dikarenaka adanya perubahan mekanisme
pertemuan/ rapat koordinasi yang semula dilaksanakan secara luring menjadi daring,
selain itu ada efisiensi dari honor pengelolaan keuangan untuk pengelola keuangan
yang sudah menjadi fungsional tertentu hanya diberikan 40% dari honornya.

3. Realiasai Anggaran
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada tahun 2021 pagu awal
anggaran Ditjen P2P Tahun Anggaran 2021 adalah 3.923.155.155.000, kemudian
dilakukan revisi DIPA sehingga pagu akhir menjadi Rp. 5.391.559.631.000. Anggaran
tersebut terdistribusi di Kantor Pusat sebesar Rp. 3.825.965.207.000 (71%), Kantor
Daerah sebesar Rp. 1.324.231.416.000 (25%) dan Dekonsentrasi Dinas Kesehatan
Provinsi sebesar Rp. 241.363.008.000 (4%). Sebanyak 91% anggaran Ditjen P2P berasal
dari Rupiah Murni, 1% dari PNBP dan 8% dari Hibah Langsung Dalam dan Luar Negeri.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[346]
Secara lengkap distribusi pagu anggaran Ditjen P2P berdasarkan sumber dana terlihat
dalam grafik dibawah ini:

Realisasi Anggaran Ditjen P2P TA 2021 Per Satker Per Jenis Belanja
Data s.d 31 Desember 2021
Satker Belanja Barang (52) Belanja Modal (53) Total Belanja
Pagu Real % Pagu Real % Pagu Real %

DIREKTORAT SURKARKES 1.936.480.991.000 1.905.946.000.003 98,42 3.141.473.000 2.825.781.823 89,95 1.939.622.464.000 1.908.771.781.826 98,41

DIREKTORAT P2PML 1.434.297.506.000 1.393.674.948.189 97,17 68.522.150.000 68.522.090.000 100,00 1.502.819.656.000 1.462.197.038.189 97,30

DIREKTORAT P2PTM 80.511.168.000 77.487.024.189 96,24 342.550.000 334.323.160 97,60 80.853.718.000 77.821.347.349 96,25

DIREKTORAT P2PTVZ 126.276.574.000 121.249.098.831 96,02 2.120.160.000 2.120.160.000 100,00 128.396.734.000 123.369.258.831 96,08

DIREKTORAT P2MAKESWA DAN


42.202.037.000 36.509.200.211 86,51 1.221.284.000 1.171.973.219 95,96 43.423.321.000 37.681.173.430 86,78
NAPZA

Adapun realisasi anggaran Ditjen P2P pada tahun 2021 adalah Rp. 5.238.456.718.094
atau sebesar 97,16% dari pagu anggaran Rp. 5.391.559.631.000. Apabila dilihat realisasi
Direktorat yang ada di kantor Pusat, relaisasi terbesar berada pada Direktorat surkarkes
sebesar 98,41% kemudian Direktorat P2ML sebesar 97,30%, dan Direktorat P2PTM
sebesar 96,255 serta Direktorat P2PTVZ sebesar 96,08%. Selanjutnya realisasi terendah
berada pada Direktorat P2MAKESWA dan Napza sebesar 86,78%

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[347]
4. Upaya meraih WTP dan Reformasi Birokrasi
Dalam rangka mencapai WTP dan Reformasi Birokrasi upaya yang di lakukan adalah
a. Melakukan penata usahaan BMN sesuai dengan peraturan
b. Melakukan penataan akun sesusia badan akun standar
c. Melakukan priger print kedatangan dan kepulangan tepat waktu
d. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan, anggaran dan
disiplin pegawai
e. Melakukan pengawasan internal setiap bulan
f. Melakukan proses pengadaan sesuai dengan peraturan
g. Penenpatan pegawai sesuai syarat jabatan

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[348]
BAB V
PENUTUP

1. Kesimpulan
1. Pencapaian kinerja Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan
Jiwa pada tahun 2021, rata –rata capaian kinerja sebesar 73,140%. Hal inii karena
adanya pandemi COVID-19 yang berdampak pada terhambatnya pelaksanaan
kegiatan, SDM dan sumber daya lainnya beralih pada pencegahan dan pengendalian
pandemi COVID-19. Daari 8 Indikator hanya 3 indikator kinerja yang mencapai target
yaitu ODGJ, Napza dan kinerja anggaran,
2. Keseluruhan indikator kinerja kegiatan Direktorat Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik di Tahun 2021, sebanyak 5 indikator mampu
mencatat keberhasilan pencapaian target dan 1 indikator masih belum dapat
mencapai target yang ditetapkan
3. Penemuan kasus TB yang dijangkau oleh Program Pengendalian Tuberkulosis pada
tahun 2021 belum mencapai terget, yaitu masih 46,6%.
4. Penemuan kasus ODHA ARV masih perlu ditingkatkan, karena baru mencapai 50%
dari estimasi yang ada. Hal ini dapat dilakukan dengan melaksanakan skrining
terhadap semua ibu hamil, semua pasien yang terdiagnosa TB, semua WBP serta
memperkuat penemuan kasus pada populasi kunci.
5. Pencapaian kinerja Dit.P2PTM Pada tahun 2021, adalah Jumlah Kabupaten/Kota
yang Melakukan Deteksi Dini Faktor Risiko PTM ≥ 80% Populasi Usia ≥ 15 Tahun
sebesar 129, realisasi 221 pencapaian sebesar 171,3%. Jumlah Kabupaten/Kota
yang Menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) sebesar 374, realisasi 319
pencapaian sebesar 85,3%. Jumlah Kabupaten/Kota yang Menyelenggarakan
layanan Upaya Berhenti Merokok (UBM) sebesar 100, realisasi 74 pencapaian
sebesar 74%. Jumlah Kabupaten/Kota yang Melakukan Pelayanan Terpadu
(PANDU) PTM ≥80% Puskesmas sebesar 205, realisasi 168, pencapaian sebesar
82%. Jumlah Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Deteksi Dini Gangguan Indera
pada ≥ 40% Populasi sebesar 206, realisasi 81, pencapaian sebesar 39,3%. Jumlah
Kabupaten/Kota yang Melakukan Deteksi Dini Penyakit Kanker di 80% populasi usia
30-50 tahun sebesar 309, realisasi 4, pencapaian 1,3%.
6. Untuk penyerapan anggaran tahun 2021 sebesar 86,78%, atau Rp. 37.681.173.430
dari total anggaran sebesar Rp. 43.423.321.000. Realisasi tertinggi pada Substansi
P2 NAPZA sebesar 94,15% dan realisasi terendah pada Substansi P2 Masalah
Kesehatan Jiwa Dewasa dan Usia Lanjut yaitu sebesar 70%.
7. Realisasi anggaran secara total memperoleh realisasi anggaran sebesar 96,08 %
pada Direktorat P2PTVZ
8. Alokasi anggaran Direktorat P2PTM dalam upaya pencegahan dan pengendalian
PTM tahun 2021 sebesar Rp. 80.853.718.000,- dengan realisasi Rp.
77.821.347.349,- atau 96,25%.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[349]
2. Rencana Tindak Lanjut
Rencana Tindak Lanjut yang akan dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit antara lain :
1. Memetakan daerah dengan capaian kinerja yang masih dibawah target dan
melakukan pendampingan serta bimbingan teknis lebih sering di wilayah tersebut.
2. Meningkatkan koordinasi lintas program dan lintas sektor untuk bersama-sama
menyelesaikan masalah kesehatan jiwa di daerah termasuk mulai dari perencanaan,
pelaksanaan dan pemantauan serta evaluasi secara terpadu.
3. Memperkuat lmplementasi kebijakan test and treat, yaitu segera memulai terapi ARV
apabila terdiagnosa HIV positif, wajib dilaksanakan oleh semua fasyankes yang
memiliki dokter dengan memanfaatkan sistem rujukan sesuai ketentuan.
4. Sistem terdesentralisasi, penguatan jejaring pemerintah-swasta-mandiri (public-
private mix/ PPM) melalui perbaikan Sistem dan Jejaring utk mendekatkan layanan
kepada masyarakat baik jejaring pemerintah-swasta-mandiri (public-private mix/
PPM), Alur diagnostik yang lebih sederhana, sistem pemeriksaan dan rujukan
mikroskopis dan pendamping/pemantau minum obat.
5. Penguatan dan pemeliharaan sistem surveilans PTM yang telah dibangun sebagai
sarana pengumpulan data PTM yang evidence based, sehingga dapat digunakan
dalam upaya pencegahan dan pengendalian PTM.

Demikian Laporan Tahunan Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun


2021 disusun sebagai bahan masukan untuk penyusunan perencanaan tahun 2022.

Laporan Tahunan 2021


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
[350]

Anda mungkin juga menyukai