Anda di halaman 1dari 5

Mahditerian sang penunda kiamat

Pada awal abad ke 21 meletuslah perang dunia 3. Berawal dari konflik antara blok barat yang
ingin memperluas hegemoninya untuk menguasai dunia, dan blok timur yang ingin
menghalangi perluasan hegemoni tersebut. Hal itu memicu konfrontasi perang nuklir yang
membuat penjuru daratan bumi yang dulunya subur sekarang menjadi gurun radioaktif yang
sangat berbahaya bagi berbagai kehidupan yang ada di bumi. Setelah kiamat tersebut terjadi,
umat manusia tidak benar-benar punah, banyak yang masih bisa bertahan.

Ternyata ledakan nuklir tersebut tidak berpengaruh terhadap mereka. Mereka tiba-tiba
memiliki kekebalan yang sampai sekarang belum bisa diketahui sumbernya. Tapi nyatanya
tidak semua manusia memilikinya, ada puluhan ribu manusia yang mati terkena ledakan
radiasi fusi nuklir yang tak terkendali.

Tidak belajar dari kesalahan mereka, umat manusia malah justru memperparah keadaan.
Mereka membuat banyak sekali kekacauan di muka bumi. Seluruh daratan dipenuhi oleh
keserakahan mereka yang semakin menjadi-jadi. Pada masa itu, bahan pangan menjadi hal
yang lebih berharga daripada berlian. Saling membunuh adalah jalan terakhir untuk mengisi
kekosongan perut yang lapar. Bahkan kanibalisme menjadi hal yang biasa dilakukan.

Namun di balik itu semua, ada sebuah kaum yang berisikan orang-orang waras yang masih
memanusiakan manusia. Kaum tersebut adalah Mahditer, sebuah kaum yang di pimpin oleh
seseorang yang bernama Mahdi Leonidas. Seluruh pengikutnya tidak ada yang mengalami
kekurangan. Di bawah kepemimpinannya semua sudah terorganisir dengan baik. Tidak ada
kelaparan, konflik maupun kekacauan dalam Kaum Mahditer yang Ia pimpin. Manusia
memberi julukan terhadap anggota kaum Mahditer sebagai Mahditerian. Namun sayangnya,
mereka menganggap bahwa Mahditerian merupakan kaum penjahat, padahal Mahditerian
sangat anti terhadap hal-hal tersebut dan bahkan lebih suka berbuat baik dan saling menjaga
satu sama lain.

7 tahun paska perang nuklir terjadi, bumi di landa kegelapan karena debu radioaktif yang
menguap ke atmosfer sehingga sinar matahari terhalang oleh debu radioaktif tersebut. Namun
suatu hari terlihat cahaya yang sangat terang muncul dari langit, dan di waktu itu juga
terdapat sebuah kubus yang berasal dari padang gurun terbang melesat menuju pusat cahaya
tersebut berasal. Orang-orang melihatnya dengan terheran-heran dan penuh tanda tanya. Tapi
anehnya, para Mahditerian malah menangis atas kejadian tersebut. Bahkan pemimpin
mereka, Leonidas, yang selama ini dikenal sebagai raja yang tangguh dan perkasa ikut
bersedih. “Ya Tuhanku, apakah sudah tiba waktunya?” Ujar Leonidas sembari menunduk
lemas di hadapan kaumnya.
Setelah peristiwa terbangnya kubus tersebut terjadi, waktu terasa semakin lama. 1 detik terasa
seperti 1 jam, 1 jam terasa seperti 1 hari, dan 1 hari terasa seperti 1 tahun. Umat manusia
seolah tidak bisa lagi bertahan dengan kondisi mereka yang semakin lama semakin
memburuk. Bencana alam semakin sering terjadi, hampir seluruh belahan bumi merasakan
dampaknya. Tentunya umat manusia akan lebih sengsara dengan kondisi tersebut, di tambah
panasnya terik matahari yang seakan-akan memanggang mereka, dan dinginnya malam yang
terasa seperti membekukan mereka hidup-hidup.

7 tahun lamanya umat manusia berada dalam kondisi yang seperti itu, namun mereka masih
tetap bisa melewatinya. Kejadian aneh tersebut tentu tidak akan selesai begitu saja. Meskipun
telah berakhir, kejadian-kejadian serupa lainnya silih-berganti terus bermunculan dan
memperparah keadaan mereka. Arah rotasi bumi seakan-akan berbalik arah, matahari terlihat
muncul dari barat, tidak seperti biasanya.

Sampai pada suatu masa, muncullah seorang pria besar dengan sedikit cacat wajah yang
berasal dari atas langit. Awalnya umat manusia mengira pria besar tersebut sebagai seseorang
yang dikirim oleh Tuhan untuk memusnahkan mereka semua, namun pendapat itu segera
terpatahkan ketika Ia mulai berbicara. “Wahai umat manusia, aku datang untuk membawa
kemakmuran kepada kalian yang sengsara, dan patuhilah seluruh perintahku jika kalian
menginginkannya”. Benar saja, ketika kakinya mulai menyentuh tanah, gurun gersang
berubah menjadi subur kembali, rerumputan dan pepohonan mulai tumbuh subur memenuhi
gurun yang semula gersang. Umat manusia kaget melihatnya, dan menganggap bahwa pria
tersebut adalah jelmaan dari Tuhan mereka, dan pria itu pun mengakui bahwa Ia adalah
Tuhan yang menciptakan mereka semua.

Ia dikenal dengan nama Sheol Lajjad. Setiap kali Ia bertemu dengan manusia, Lajjad selalu
berkata pada mereka “Manakah yang akan engkau pilih, nerakaku atau surgaku?
Sesungguhnya aku adalah Tuhanmu.” Pastinya seluruh umat manusia memilih surga yang di
sediakan olehnya. Namun, ketika Lajjad bertemu dengan beberapa orang Mahditerian, Lajjad
terheran dan geram saat mendengar bahwa mereka lebih memilih memasuki nerakanya
daripada seluruh kenikmatan yang ada di dalam surganya. Lajjad pun langsung
memerintahkan untuk membakar dan menyiksa mereka serta meminta kepada seluruh
pengikutnya untuk menyerang dan menumpas habis para Mahditerian. Namun, Lajjad
memilih untuk membebaskan 1 Mahditerian agar bisa menyampaikan ancamannya kepada
sang pemimpin Mahditerian. “Wahai manusia, sesungguhnya aku melepaskanmu untuk
menyebarkan berita kehancuran yang akan segera melumat habis kaummu.” Ujar Lajjad
dengan amarahnya. “Wahai Lajjad, sesungguhnya engkaulah yang akan hancur. Fitnahmu
tidak akan bisa menggerogoti iman kami sebagai Mahditerian sejati.” Ujar Mahditerian
sembari berjalan pulang kembali ke kota Mahditer. Saat Ia sampai, Ia langsung menghadap
sang pemimpin untuk mengabarkan bahwa mereka akan diserang oleh Lajjad dan kaumnya.
Mendengar orang-orangnya dalam bahaya dan telah dilukai, Leonidas tak tinggal diam. Ia
langsung memanggil seluruh pasukan yang Ia miliki untuk membahas penyerangan yang
akan dilakukan Lajjad. “Wahai umatku, sesungguhnya Allah adalah Tuhan kita, yang selalu
memberikan kita kenikmatan, kemakmuran dan kekuatan. Oleh karena itu, inilah saatnya kita
berjuang untukNya, menjalani takdir yang sudah ditulisNya untuk kita! Perjuangan kita
tinggal sedikit lagi! Mahditer! Allahuakbar!”

Setelah memberikan pidato yang membakar semangat jihad seluruh umatnya, para
Mahditerian langsung berangkat menuju benteng pertahanan kota Mahditer, untuk
mempertahankan kota dari serangan Lajjad dan pasukannya. Namun sayangnya saat
pertempuran pecah, setengah dari pejuang-pejuang Mahditer mati terbunuh di medan perang.

Meskipun begitu, Lajjad dan pasukannya juga berhasil di pukul mundur dari benteng kota
Mahditer yang menandakan bahwa Pasukan Lajjad dan Mahditer memiliki kekuatan yang
setara. Pertempuran demi pertempuran dilakukan dan selalu mendapat hasil yang imbang.
Sampai di suatu saat, terjadi pertempuran yang sangat mengerikan ketika benteng utama kota
berhasil dijebol oleh pasukan Lajjad. Hal tersebut menjadi berita yang sangat buruk bagi para
Mahditerian, namun ketika Lajjad hendak memasuki benteng kota, tiba-tiba langit
bergemuruh dan mengeluarkan cahaya yang sangat-sangat terang sampai menyilaukan semua
orang yang ada di medan perang.

Di sisi lain, seorang pria dalam mitologi Mahditer yang bernama Isa Al-Masih bertanya
kepada Tuhan di sebuah tempat yang jauh. “Tuhanku, apakah ini sudah waktunya?” Ujar Isa,
Tuhan pun menjawab “Ya, luruskan mereka dan bawalah kemakmuran kepada mereka yang
berjihad di jalanku.” Isa mengangguk dan langsung turun ke bumi dengan membawa
pedangnya.

Melihat ajalnya akan segera tiba Lajjadpun lari sekencang-kencangnya. Para umatnya ikut
panik melihat tuannya yang selama ini mereka kagumi dengan segala kuasanya sekarang
menjadi pengecut yang takut dengan kedatangan Isa. Tak selang lama, tepat di depan gerbang
kota Mahditer, Jaddal pun terbunuh dengan pedang Isa yang menancap tepat di jantungnya.
“Dengan nama Allah, dicabutlah ruh serta seluruh kekuatan dan fitnah-fitnahmu” ujar Isa.
Kematian Lajjad membuat seluruh umatnya langsung meleleh dan hancur seketika. Mereka
berteriak-teriak meminta pertolongan, namun itu semua sudah terlambat. “Isa! Atas nama
Tuhanmu, tolonglah aku, sesungguhnya aku memohon ampunan kepadaNya dengan hati
yang bersih dan tulus” Isa pun menyaut dengan mengatakan “Kalian sudah terlambat,
maafkan aku. Tapi aku yakin bahwa Tuhanku pasti akan memaafkan kalian semua suatu
saat.”
“Wahai para Mahditerian, inilah takdir kalian, dan inilah yang dijanjikan Tuhan kita Allah
kepada kalian. Mulai sekarang, kalian bisa melanjutkan kehidupan kalian dengan tenang!
Selalu ingat perkataan pemimpin kalian! Mahdi Leonidas adalah pemimpin yang bijaksana,
kedepannya Ia akan mendampingi kalian membangun kembali dunia yang sudah porak
poranda ini. Tanamkan jiwa pantang menyerah kepada anak cucu kalian! Ingatlah bahwa
sesungguhnya masalah, kegagalan, kesedihan dan perpisahan adalah ujian dari Allah untuk
menguatkan hati kalian! Allah tidak akan membawa kalian ke posisi kalian sekarang jika
hanya untuk mendapatkan sebuah kegagalan! Allah tahu apa yang terbaik untuk kalian. Allah
mengerti apa yang kalian butuhkan! Jangan pernah menyerah dalam berjuang! Baru saja
kalian memenangkan perang besar. Namun di masa depan kalian akan menghadapi sesuatu
yang lebih dari itu. Kalian akan berperang kembali, namun dengan bangsa kalian sendiri!
Semua pasti akan indah pada masanya! Bersabarlah, berusahalah dan berdoalah agar Allah
selalu memberikan yang terbaik untuk kalian. Saya pamit, sesungguhnya saya hanya
menjalankan perintah Allah untuk membunuh Lajjad dan memusnahkan segala fitnahnya dari
muka bumi. Mahditerian! Urrraaaaa!” Pidato kemenangan yang disampaikan Isa untuk para
Mahditerian yang akan melanjutkan kehidupan di bumi hingga Allah menghendaki adanya
kehancuran yang sebenarnya.

“Leonidas, pimpin mereka sebaik-baiknya hingga Azrael mencabut nyawamu. Saya harus
segera pergi.” Ujar Isa. “Baiklah Isa, akan kulaksanakan sebaik-baiknya. Allahuakbar.”
Jawab Mahdi Leonidas.

Anda mungkin juga menyukai